• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU ETIS PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU ETIS PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN

PERILAKU ETIS PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Yayu Resti Purwitasari 0900475

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Program Bimbingan dan Konseling

Pribadi Sosial untuk

Mengembangkan

Perilaku Etis Peserta Didik

Oleh

Yayu Resti Purwitasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yayu Resti Purwitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU ETIS PESERTA DIDIK

(

Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Dr. Syamsu Yusuf, LN, M.Pd NIP. 19520620 198002 1001

Pembimbing II

Dra. Setiawati, M.Pd NIP. 19621112 198610 2001

Mengetahui

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Yayu Resti Purwitasari, 2014

ABSTRAK

Yayu Resti Purwitasari. (2014). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Etis Peserta didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian bertujuan untuk merumuskan program hipotetik bimbingan dan

konseling pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan angket sebagai alat pengumpul data. Metode penelitian

menggunakan metode deskriptif. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA

Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014, teknik pengambilan

sampel menggunakan sampel jenuh yakni seluruh peserta didik sebanyak 147

dijadikan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan. (1) peserta didik yang

memiliki perilaku etis pada kategori etis sebanyak 139 orang (94.6%), dan pada

kategori tidak etis sebanyak 8 orang (5.4%). (2) rumusan program hipotetik

bimbingan dan konseling pribadi sosial dinyatakan layak oleh pakar dan praktisi.

Rekomendasi penelitian ditunjukan untuk guru bimbingan dan konseling dan

peneliti selanjutnya.

(5)

ABSTRACT

Yayu Resti Purwitasari. (2014). Personal Social Guidance And Counseling Program To Develop Ethical Behavior (Research Deskriptif for Student Grade XI SMA Ciledug Al Musaddiyah Garut 2013/2014).

The purpose of the research is to formulate the hypothetical

personal-social guidance and counseling programs to developing ethical behavior of

student. The research used a quantitative approach by using questionaries form as

a means of collecting the data. Research methods used the descriptive method.

The population are students of Ciledug Al Musaddadiyah Garut Senior High

School Grade XI 2013/2014, the sampling technique used populatation sample. It

was all of the students to be sampling in research of 147 student. The results

showed, (1) the students who have high category of ethical behavior is 139 people

(94.6%), and low categories is 8 people (5.4%). (2) formulation of guidance and

counseling hipothetic programs personal social stated feasible by experts and

practitioners. The recommendation of experiment is showed to the counsellor, and

the next researcher.

(6)

Yayu Resti Purwitasari, 2014 A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

D.Sistematika Penulisan ... 7

BAB II PERILAKU DAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING A.Perilaku Etis Peserta didik ... 9

1. Definisi Etis ... 9

2. Perilaku Etis ... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Etika Manusia……... 12

4. Aspek-Aspek Perilaku Etis ... 16

B.Karakteristik Perkembangan Masa Remaja ... 19

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Ciri-Ciri Remaja ... 21

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 23

C.Program Bimbingan dan Konseling ... 24

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling ... 24

2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial... 28

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling... 30

D.Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial dan Kaitannya dengan Perilaku Etis Peserta didik ... 31

E. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

B.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 35

C.Definisi Operasional Variabel ... 35

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 35

(7)

D.Instrumen Penelitian ... 37

1. Jenis Instrumen ... 37

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen ... 37

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 39

1. Uji Kelayakan Instrumen ... 39

2. Uji Keterbacaan ... 40

3. Uji Validitas dan Realibilitas ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 44

1. Verifikasi Data ... 44

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian ... 45

3. Pengolahan Data ... 45

G.Prosedur Penelitian ... 47

1. Tahap Persiapan ... 47

2. Tahap Pelaksanaan ... 47

3. Tahap Akhir ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

1. Gambaran Umum Perilaku Etis Peserta didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014 ... 49

2. Gambaran Umum Aspek Perilaku Etis Peserta didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014 ... 50

a. Aspek Memelihara Kepercayaan ... 52

b. Aspek Bersikap Adil ... 54

c. Aspek Menjaga Diri dari Segala Keburukan ... 56

d. Aspek Bersikap Sabar ... 57

e. Aspek Bersifat Kasih Sayang ... 59

f. Aspek Hemat ... 61

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 63

(8)

Yayu Resti Purwitasari, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting bagi kemajuan peradaban

suatu bangsa. Dalam proses pendidikan di sekolah, peserta didik memperoleh

informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan intelektualitas

dan moralitasnya. Pengembangan perilaku etis di sekolah adalah sebagai salah

satu upaya dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu yaitu

manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Sebagaimana

tertera pada tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3) sebagai berikut :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Fungsi dan tujuan pendidikan diatas menunjukan bahwa semua

penyelenggaraan proses pendidikan baik formal, nonformal maupun informal

senantiasa mengorientasikan segala program pendidikannya menuju kepada

pembentukan karakter pribadi peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual

dan moral yang seimbang seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan diatas.

Individu yang memiliki intelektualitas yang tinggi tanpa disertai kualitas

perilaku yang baik rentan melakukan tindakan-tindakan kejahatan yang merusak

kemuliaan dirinya. Pendidikan yang melaksanakan bidang administrasi dan

pengajaran saja dengan mengabaikan bidang bimbingan akan menghasilkan

individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki

kemampuan dan kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Pendidikan yang

(9)

yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler

dan bidang pembinaan peserta didik. Pentingnya bidang bimbingan dan konseling

dalam pendidikan terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada

seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesimbungan agar individu

mampu memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, dan memiliki perilaku

yangberetika baik sehingga individu dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk kedalam kategori

remaja, berdasarkan rentang usia Hurlock (1980: 206) membagi masa remaja

menjadi dua fase yaitu masa remaja awal berlangsung pada usia 13-14/17 tahun

dan masa remaja akhir berlangsung pada usia 16/17-18 tahun, masa remaja berada

pada periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa yang dalam hal ini

terjadi perubahan yang cepat dalam aspek fisik dan psikologis (Hurlock : 1980).

Semua perubahan tersebut menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan

perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. Erikson (Makmun, 2007 :

84)menyebutkan masa remaja sebagai masa identity vs identity confusion yaitu

suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan

penting yang berkaitan dengan pernyataan tentang identitas dirinya yang

mengimplikasikan bahwa remaja harus menemukan apa yang mereka yakini,

sikap dan nilai-nilai idealnya yang dapat memberikan suatu peran dalam

kehidupan sosialnya.Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga

bukan seorang dewasa (Hurlock : 1980:207). Remaja mulai memusatkan diri pada

perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, berperilaku dan berpenampilan

seperti dewasa dan menginginkan perlakuan yang sama seperti orang dewasa

terutama dalam mengatasi masalah, mereka menolak bantuan orangtua. Status

remaja yang tidak jelas ini juga memberi waktu kepada mereka untuk mencoba

gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang

sesuai bagi dirinya.

Menurut Yusuf S (2006:72) kematangan remaja belum sempurna jika tidak

memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Dalam hal ini penting

(10)

3

Yayu Resti Purwitasari, 2014

perilakunya agar mereka terhindar dari pergaulan menyimpang yang tidak sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat. Salzman dan Pikunas (Yusuf S,

2006:71) menyebutkan bahwa masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya

sikap dependen kepada orangtua kearah independen, (2) minat seksualitas, dan (3)

kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, dan nilai-nilai

etika.

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang harus

dilalui oleh manusia dan memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus

diselesaikan. Menurut Hurlock (Yusuf Set al : 2010) salah satu tugas

perkembangan remaja yang harus dilalui yaitu memperoleh perangkat nilai dan

sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Senada

dengan hal tersebut William Kay (Yusuf S, 2008:72) menegaskan bahwa tugas

perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk

membimbing perilakunya. Abdullah(2006:99) merumuskan bentuk-bentuk etika

baik berdasarkan ajaran islam diantaranya adalah memelihara kepercayaan,

bersikap adil, menjaga diri dari segala keburukan, bersikap sabar, bersifat kasih

sayang dan hemat.

Selain itu, perilaku etis merupakan salah satu standar kompetensi yang harus

dicapai oleh peserta didik, khususnya peserta didik SMA dalam aspek landasan

perilaku etis yang memuat sub aspek (1) mengenal keragaman sumber norma

yang berlaku di masyarakat, (2) menghargai keragaman sumber norma sebagai

rujukan pengambilan keputusan, (3) berprilaku atas dasar keputusan yang

mempertimbangkan aspek-aspek etis (ABKIN, 2008 : 253).

Etika mengatur kehidupan manusia secara batiniah atau menuntun

motivasi-motivasi manusia kearah yang “baik atau buruk”. Tokan (Solekha : 2012)

menungkapkan remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral

yaitu dapat menilai hal-hal baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan atau

yang tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis, dengan

sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada

perilaku baik dan benar sesuai dengan etika yang berlaku. Melalui etika manusia

(11)

dkk (2012 : 6) mengungkapkan individu yang mampu menyesuaikan diri dengan

norma-norma yang ada di masyarakat dapat mewujudkan kehidupan personal dan

sosial yang harmonis, nyaman serta sejahtera lahir batin. Senada dengan pendapat

Abdullah (2006) yaitu berperilaku baik sesuai dengan etika di masyarakat selalu

membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang

tercela. Peserta didik yang tidak berperilaku sesuai dengan norma-norma

masyarakat akan berdampak buruk bagi perkembangan sehat peserta didik, yaitu

akan mudah terbius dengan kesenangan hidup materialistik dan hedonistik

sehingga bermunculan perilaku-perilaku buruk seperti meminum-minuman keras,

kecanduan obat-obat terlarang, kriminalitas, pembunuhan, pacaran bebas serta

tawuran (Yusuf S. dkk, 2010:3).

Bentuk perilaku remaja yang menyimpang dari norma masyarakat kerap

menjadi tren berita di berbagai media masa dan elektronik diantaranya adalah

perilaku menyontek, perkelahian, tawuran, konsumsi minuman keras, pencurian

penyalahgunaan obat-obatan dan sex bebas. Kondisi remaja Indonesia berdasarkan

penelitian Komisi Perlindungan Anak (2011) tersedia www.komnaspa.or.id

terhadap 4.500 remaja pada 12 kota besar seluruh Indonesia pada tahuun 2011

menyebutkan 93,7% peserta didik SMP dan SMA pernah melakukan ciuman,

21,2% remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97% remaja SMP dan SMA

pernah melihat film porno. Dari tahun 1995-2010 data perokok anak usia 10 -14

meningkat 6 kali lipat, pada tahun 1995 sejumlah 71.100 orang menjadi 426.200.

Sepanjang tahun 2011, Komnas Perlindungan Anak mencatat 339 kasus

tawuran.1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai

pelaku) yang diajukan ke pengadilan. Hampir 52% dari angka tersebut adalah

kasus pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian,

serta penganiayaan.

Hasil penelitian Nur Azizah (2005) terhadap peserta didik SMP dan Mts

Se-Kabupaten Bantul menunjukkan perilaku moral peserta didik berlatar belakang

pendidikan umum lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik berlatar

belakang pendidikan umum. Sementara itu di SMA Ciledug Al Musaddadiyah

(12)

5

Yayu Resti Purwitasari, 2014

perilaku etis termasuk pada delapan butir terendah pada empat kelas dari enam

kelas yang ada. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Ciledug Al

Musaddadiyah Garut didapati peserta didik yang terlibat perkelahian, mencontek,

saling mengejek antar teman. Hal ini tidak akan terjadi apabila peserta didik

memiliki dan menghayati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, tradisi dan

budaya sebagai pedoman tingkah lakunya. selain itu SMA Ciledug Al

Musaddadiyah Garut memiliki visi yang sangat luhur yaitu “Terwujudnya Madrasah yang Unggul dan Populis berdasarkan Iman dan Taqwa” Iman dan Taqwa yang dijadikan landasan bagi seluruh aktifitas pendidikan di SMA Ciledug

Al Musaddadiyah Garut akan tercermin pada perilaku-perilaku beretika.

Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari proses pendidikan di sekolah merupakan bagian yang penting

dalam membantu peserta didik memiliki dasar dan arah kesiapan dalam

berperilaku sehingga terhindar dari penyesuaian diri yang menyimpang. Melihat

fenomena serta visi dan misi SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut, maka perlu

diupayakan pemberian bantuan melalui program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan perilaku etis peserta didik.

Layanan bimbingan dan konseling yang dinilai cocok untuk

mengembangkan perilaku etis peserta didik adalah layanan pribadi sosial.

Menurut Nurihsan (2006 : 15-16) bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan

untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial

pribadi. Adapun yang tergolong kedalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah

masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf, pemahaman sifat dan

kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat

tempat tinggal, serta penyelesaian konflik.

Berasal dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka

fenomena perilaku yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat penting dan perlu untuk di kaji secara ilmiah dengan melakukan penelitian tentang “Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Etis

(13)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Perilaku etis peserta didik SMA adalah gambaran kemampuan peserta didik dalam menerapkan etika yang berlaku di masyarakat. Ya’qub (1983:13) merumuskan pengertian etika menurut filsafat yaitu ilmu yang menyelidiki mana

yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia

sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikirannya, etika adalah sebagai arahan atau

pedoman dalam mengatur tingkah laku manusia sebagaimana Bertens (2012:7)

mengemukakan bahwa pentingnya etika yaitu sebagai nilai-nilai dan

norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya.Dengan berperilaku mengacu kepada norma agama dan

budaya masyarakat, perilaku peserta didik akan terarah dan terkontrol kearah yang

lebih baik.

Batasan masalah penelitian ini yaitu pembahasan konsep mengenai perilaku

etis peserta didik di sekolah khususnya peserta didik SMA. Peserta didik yang

berprilaku etis adalah peserta didik yang berperilaku sesuai dengan norma-norma

atau nilai-nilai yang berlaku, dalam penelitian ini bentuk-bentuk etika baik yang

dikembangkan adalah etika yang sesuai dengan ajaran islam atau norma-norma

yang bersumber dari ajaran islam.

Rumusan masalah penelitian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian

berikut:

a. Seperti apa gambaran umumperilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug

Al-Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2013/2014?

b. Seperti apa rumusan layanan program bimbingan dan konseling pribadi sosial

yang secara hipotetik efektif untuk mengembangkan perilaku etis peserta

didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun ajaran

2013/2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(14)

7

Yayu Resti Purwitasari, 2014

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memeperoleh rumusan program

bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis

peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut. Secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:

a. Gambaran umum perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug

Al-Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2012/2013.

b. Rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah

Garut tahun ajaran 2012/2013 untuk membantu mengembangkan perilaku etis

peserta didik.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

pengembangan konsep-konsep keilmuan dan pelaksanaan layanan bimbingan

pribadi sosial dalam mengembangkan perilaku etis di SMA, sehingga dapat

dijadikan sumber informasi pendidikan dalam penerapan layanan bimbingan dan

konseling di sekolah.

b. Manfaat praktis

1) Bagi guru Bimbingan dan Konseling, diharapkan dapat memperoleh

gambaran tentang perilaku etis peserta didik sebagai langkah awal dalam

memberikan bantuan, dapat menjadi teladan mengenai penerapan layanan

pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.

2) Bagi SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut, diharapkan dapat

memperkaya konsep perilaku etis peserta didik, memberi masukan

terhadap pengembangan program BK secara keseluruhan.

3) Bagi jurusan PPB, dapat menjadi tambahan referensi konseptual mengenai

pengembangan layanan program pribadi sosial dalam mengembangkan

perilaku etis peserta didik SMA.

(15)

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I

Pendahuluan, dalam pendahuluan ini penulis menjabarkan mengenai latar

belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.BAB II Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi social

untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik, berisi mengenai konsep

perilaku etis, aspek-aspek perilaku etis, faktor-faktor perilaku etis, pengertian

layanan bimbingan dan koseling, program bimbingan dan konseling. BAB

IIIMetode penelitian, menjabarkan mengenai metode penelitian, sumber

informasi, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, instrumen

pengumpulan data, tahap-tahap penelitian dan analisis data.

BAB IV Penyajian hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai gambaran perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut, Tahun Ajaran 2013/2014 dan layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi kesimpulan mengenai

(16)

Yayu Resti Purwitasari, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut yaitu

sekolah bernuansa islami yang berlokasi di Jl. Mayor Syamsu No. 2 Garut. Alasan

pemilihan lokasi penelitian karena adanya fenomena tentang perilaku peserta

didik yang masih memerlukan pengembangan agar sesuai dengan perilaku yang

beretika baik. Selain itu, di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut belum tersedia

layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk

mengembangkan perilaku etis peserta didik.

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al

Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi diartikan sebagai

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyono 2011: 215). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut sebanyak

177 orang.Sampel dalam penelitian merupakan sampel jenuh, yaitu seluruh

populasi dijadikan sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2011 : 85)dengan

demikian seluruh peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut

diambil untuk menjadi sampel penelitian..

Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

berikut :

1. Peserta didik kelas XI dari segi umurnya antara 17-18 tahun tergolong usia

remaja.

2. Pada masa ini, peserta didik mengalami kebingungan dalam berperilaku

sehingga sering terjadi perilaku-perilaku buruk yang tidak sesuai dengan etika

yang berlaku. Oleh karena itu agar dapat diterima di lingkungannya, remaja

dituntut untuk berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku.

3. Belum pernah terdapat penelitian yang menggambarkan perilaku etis peserta

(17)

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pada penelitian mengenai perilaku etis peserta didik kelas XI SMA

Ciledung Al Musaddadiyah Garut pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode penelitian studi deskriptif. Pendekatan kuantitatif

meneliti populasi atau sampel tertentu untuk mendapatkan angka-angka secara

numerikal sehingga mendapat informasi yang luas dan berbentuk fakta yang jelas

mengenai gambaran perilaku etis pada peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al

Musaddadiyah Garut.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan

mengambil suatu generalisasi mengenai perilaku etis peserta didik dalam

pergaulan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil temuan tersebut

dijadikan dasar untuk mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan perilaku etis peserta didik.

C.Definisi Operasional Variabel

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan

perilaku etis peserta didik kelas XI dalam penelitian ini adalah serangkaian

rencana aktivitas bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor secara

sistematis, terarah dan terpadu berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan peserta

didik dalam rangka membantu peserta didik agar dapat memahami norma, aturan,

atau adat yang dijunjung tinggi di lingkungannya yang disebut etika baik dan

mampu menyesuaikan diri terhadap norma tersebut secara positif dan konstruktif.

Struktur program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku etis

peserta didik ini memuat komponen-komponen (a) rasional, (b) visi dan misi, (c)

deskripsi kebutuhan, (d) tujuan program, (e) sasaran program, (f) komponen

program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema dan implementasi

program, (i) pengembangan satuan layanan (SKLBK), dan (j) evaluasi dan tindak

(18)

36

Yayu Resti Purwitasari, 2014

2. Perilaku Etis

Perilaku etis yang dimaksud dalam penelitian adalah kesesuaian perilaku

peserta didik berdasarkan butir-butir etika islam yang dikembangkan oleh

Abdullah (2006:99), sebagai berikut.

a. Memelihara kepercayaan, (amanah) yaitu suatu perbuatan manusia yang

dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia atau lainnya yang

wajib di pelihara atau disampaikan kepada yang berhak menerimanya.

Indikator dari aspek ini yaitu :

1) Jujur

2) Menepati janji

b. Bersikap adil (al ‘adl), yaitu tindakan memberi hak kepada yang mempunyai

hak. Indikator dari aspek ini yaitu :

1) Menempatkan sesuatu pada tempatnya

2) Objektif dalam menilai

c. Menjaga diri dari segala keburukan (al iffah). Indikator dari aspek ini yaitu :

1) Memelihara kehormatan diri

2) Memiliki rasa malu

d. Bersifat sabar (ash shabr), memiliki arti tahan menghadapi cobaan, tabah dan

tahan terhadap sesuatu. Indikator dari aspek ini yaitu :

1) Tabah ketika ditimpa musibah

2) Gigih dalam mengerjakan sesuatu

e. Bersifat kasih sayang (ar rahman). Indikator dari aspek ini yaitu :

1) Pemaaf

2) Senang membantu orang lain

3) Memiliki semangat persaudaraan

f. Hemat (al istiqhad) adalah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa

harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan. Indikator dari aspek

ini yaitu :

1) Memanfaatkan waktu sebaik mungkin

(19)

3) Menggunakan tenaga menurut ukuran keperluan

D.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen atau alat pengumpulan data berupa

data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau kuesioner yang

digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan

penelitian. Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data subjek penelitian

yaitu angket perilaku etis peserta didik.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket berstruktur

dengan bentuk jawaban tertutup. Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2011: 151).

Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif

respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket perilaku

etis kepada seluruh peserta didik kelas XI SMA Al Musaddadiyah Garut. Angket

yang disebar menggunakan skala sikap Likert berbentuk checklist dengan empat

alternatif jawaban yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Pernah (PR), dan Tidak Pernah

(TP) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap perilaku etis peserta didik

dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan

instrumen pengungkap perilaku etis dikembangkan dari variabel perilaku etis

yang dijabarkan melalui aspek-aspek perilaku etis yang akhirnya berbentuk

indikator-indikator.Kisi-kisi instrumen dikembangkan menjadi enam aspek

perilaku etis yaitu (1) memelihara keercayaan; (2) bersikap adil; (3) menjaga diri

dari segala keburukan; (4) bersikap sabar; (5) bersifat kasih sayang, dan (6)

(20)

38

Yayu Resti Purwitasari, 2014

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Etis Peserta didik SMA (Sebelum Ditimbang)

2 Bersikap Adil a. Menempatkan sesuatu sesuai

6. Hemat a. Memanfaatkan

(21)

E.Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan

instrument dari segi bahasa, konstruk dan konten. Penimbangan (judgement)

dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan (PPB) untuk mengetahui kelayakan instrument tersebut. Penimbangan

instrumen dilakukan oleh Dr. Nurhudaya M.Pd, Dr. Hj. Nani M. Sugandhi M.Pd

dan Dra R. Tati Kustiawati M.Pd. Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan

memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan

Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item tersebut dapat

digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu

item tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi pada item. Hasil penimbangan

dari tiga dosen ahli, ditampilkan pada tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2

Hasil Penimbangan Instrumen Perilaku Etis

Hasil

Revisi 2,8,10,18,20,21,23,29,33,35, 37,47,48,50,56,57,59 17

Dibuang 18,22,38 4

Total 60

Kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel

3.3 berikut:

Tabel 3.3

(22)

40

6. Hemat a. Memanfaatkan

waktu sebaik

Uji keterbacaan item dilakukan dengan memberikan angket kepada peserta

didik siswi Madrasah Aliyah Al Inayah Bandung yang memiliki karakteristik

sama dengan SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut. Pengujian ini dilakukan

untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden, dengan

mengambil sampel peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Al Inayah Bandung

(23)

Berdasarkan uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik

semua item pernyataan, baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung

dalam pernyataan, sehingga angket dapat digunakan dan dimengerti oleh sampel

penelitian.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan (Arikunto, 2006: 168). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui

kevalidan instrumen perilaku etis dalam mengukur tingkat perilaku etis peserta

didik. Uji validitas instrumen dilakukan terhadap populasi sebanyak 80 orang

peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Al Inayah Bandung.

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan bantuan program komputer

Microsoft Excel 2007 dan bantuan SPSS 17 for windows.Pengujian validitas item

butir pernyataan instrumen perilaku etis dilakukan dengan prosedur pengujian

Spearman’s rho atau rank difference correlation.,dengan rumus sebagai berikut:

Rhoxy =1 -

Keterangan:

Rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang

D : Difference (beda antara jarak jenjang setiap subjek)

N : Banyaknya subjek

Hasil uji validitas instrumen perilaku etis yang terdiri dari 57 item

pernyataan, terdapat53 item valid dan 4 item tidak valid. Item pernyataan yang

(24)

42

Yayu Resti Purwitasari, 2014

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku EtisPeserta didik

Kesimpulan Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,39,40,41,

43,44,45,46,47,48,50,51,52,53,54,55,56,57

53

Tidak Valid 11,38,42,49 4

Total 57

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto, 2011: 178). Instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011: 121). Instrumen yang

memiliki reliabilitas tinggi memiliki konsistensi dari waktu ke waktu, data yang

diperoleh akan tetap sama meskipun beberapa kali diambil dalam waktu yang

berbeda.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan program

komputer Microsoft Excel dan bantuan SPSS 17 for windows dengan metode

Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

[ ] [ ]

Keterangan:

= Nilai reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

k = Jumlah item

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Uji

reliabitas dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika

(25)

Sebagai tolak ukur, digunakan pedoman klasifikasi untuk mengetahui

kriteria penilaian reliabilitas sebagai berikut (Riduwan, 2012) :

0,80 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi

0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi

0,40 – 0, 599 Derajat keterandalan cukup

0,20 – 0, 399 Derajat keterandalan rendah

0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah

Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku etis dapat dilihat pada

tabel 3.5, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Etis Peserta Didik

Cronbach's Alpha N of Items

.688 54

Pengujian reliabilitas instrumen perilaku etis memperoleh hasil sebesar

0,688, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalannya tinggi. Instrumen

perilaku etis yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat

pengumpul data.

Kisi-kisi instrumen setelah uji coba sebagai berikut :

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku EtisPeserta didik (Setelah Uji Coba)

(26)

44

6. Hemat a. Memanfaatkan

waktu sebaik

Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang diperoleh

dalam rangka pengumpulan data, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data

yang memadai untuk diolah dan data yang tidak memadai untuk diolah. Tahapan

verifikasi data yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang

terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel

penelitian.

b. Tabulasi atau merekap data yang diperoleh dari hasil responden dengan

memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah

ditentukan.

Dari hasil verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukan

kelengkapan dan cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk. Keseluruhan data

(27)

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Instrumen perilaku etispeserta didik menggunakan skala Likert yang

dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban yang ditengah yaitu, R yang berarti

tidak dapat menentukan jawaban atau ragu-ragu. Arikunto (2006 : 241)

menyarankan menggunakan empat alternatif jawaban karena jika ada alternatif

jawaban di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak

berpikir) maka responden akan cenderung memilih alternatif jawaban tersebut.

Tersedianya jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian,

sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada responden.

(Hadi,2000:20). Empat alternatif jawaban, yaitu: Selalu, Sering, Pernah dan Tidak

Pernah. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor tertentu, sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SL SR PR TP

Positif (+) 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot

tertentu. Bobotnya sebagai berikut.

a. Untuk pilihan jawaban selalu (SL) memiliki skor 4 pada pernyataan positif

dan skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban sering (SR) memiliki skor 3 pada pernyataan positif

atau 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban pernah (PR) memiliki skor 2 untuk pernyataan positif

dan 3 pada pernyataan negatif

d. Untuk pilihan jawaban tidak pernah (TP) memiliki skor 1 pada pernyataan

positif atau skor 4 pada pernyataan negatif.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data perilaku etis peserta didik dilakukan untuk mengukur

(28)

46

Yayu Resti Purwitasari, 2014

Musaddadiyah Garut. Hasil pengolahan data selanjutnya akan menjadi dasar

dikembangkannya program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial

untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al

Musaddadiyah Garut.

Perilaku etis peserta didik dibagi menjadi dua kategori yaitu tinggi (etis),

rendah (tidak etis). Pengelompokan perilaku etis dilakukan dengan menggunakan

skor ideal.

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor total masing-masing responden

b. Menghitung nila rata-rata ideal (Xi).

c. Menentukan standar deviasi ideal (SDi)

d. Menentukan batas kelompok

e. Mengelompokan data menjadi dua kategori, yaitu: etis dan tidak etis.

Tabel 3.8

Pengkategorian Perilaku Etis Peserta didik

Skala skor mentah Kategori Skor

53 – 133 Etis

134 – 212 Tidak Etis

Interpretasi dari setiap kategori perilaku etis adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9

Interpretasi Skor Kategori Perilaku Etis Peserta didik

Kategori Perilaku Etis

Interpretasi

(29)

Tidak etis Peserta didik pada kategori tidak etis (memperoleh skor kurang dari 133) tidak berperilaku etis pada tiap aspeknya, yaitu memelihara kepercayaan, bersikap adil, bersifat kasih sayang, bersifat sabar, memelihara diri dari segala keburukan, dan hemat.

G.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan dan pelaporan, sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal, meliputi langkah-langkah :

a. Menyusun proposal penelitian dan mempresentasikannya pada mata kuliah

metode riset bimbingan dan konseling;

b. Mengajukan proposal penelitian kepada dosen mata kuliah metode riset BK,

kemudian di revisi dan disahkan oleh pembina metode riset bimbingan dan

konseling kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen pembimbing serta

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan

persetujuan dan pengesahan;

c. Mengajukan permohonan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen

pembimbing skripsi pada tingkat fakultas; dan

d. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Universitas untuk disampaikan

kepada Badan Dinas Kesatuan Bangsa, Perlindungan, dan Pemberdayaan

Masyarakat, Dinas Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, serta SMA Ciledug Al

Musaddadiyah Garut.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi :

a. Melakukan studi pendahuluan ke SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut;

b. Membuat instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan instrumen oleh

tiga orang pakar yakni pakar bimbingan pribadi sosial, pakar perkembangan

(30)

48

Yayu Resti Purwitasari, 2014

c. Melakukan uji coba instrument kepada peserta didik kelas XI MA Al Inayah

Bandung (3 kelas);

d. Melakukan uji validitas dan realibilitas dari data yang diperoleh di MA Al

Inayah Bandung;

e. Mengumpulkan data melalui penyebaran instrumen penelitian kepada

peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut;

f. Mengolah, mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah terkumpul

dengan menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi; dan

g. Membuat program bimbingan dan konseling yang kemudian ditimbang oleh

dua pakar bimbingan dan konseling dan praktisi di sekolah.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, penelitian disempurnakan melalui langkah:

a. Hasil penelitian disusun menjadi laporan akhir penelitian;

b. Penelitian diujikan pada saat ujian sarjana; dan

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Penelitian program bimbingan dan pribadi sosial untuk mengembangkan

perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun

Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran

2013/2014 berada pada kategori etis. Artinya peserta didik berperilaku etis

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berperilaku memelihara kepercayaan,

bersikap adil, menjaga diri dari segala keburukan, bersikap sabar, bersifat kasih

sayang dan hemat.

2. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan

perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut

sebagai hasil penelitian merupakan program khusus yang disusun secara

sistematis, terarah dan terpadu. Secara keseluruhan setiap aspek perilaku etis

peserta didik dijadikan landasan pengembangan program dengan unsur-unsur

program yang meliputi rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan

program, sasaran program, komponen program, rencana operational program,

pengembangan tema dan implementasi program, pengembangan satuan

layanan serta evaluasi dan tindak lanjut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh rekomendasi untuk

guru bimbingan dan konseling (konselor) dan peneliti selanjutnya yaitu :

1. Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)

Program yang telah disusun merupakan program hipotetik, oleh karena itu

dalam upaya mengembangkan perilaku etis peserta didik, guru bimbingan dan

konseling dapat melaksanakan program yang telah dibuat untuk mengetahui

(32)

74

Yayu Resti Purwitasari, 2014

mengembangkan perilaku etis yang dimiliki peserta didik. Bimbingan dan

konseling pribadi sosial dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program

sekolah, dengan demikian akan lebih mudah bagi guru bimbingan dan konseling

dalam mengarahkan peserta didik menangani masalah-masalah pribadi sosial.

2. Peneliti Selanjutnya

Variabel dalam penelitian ini mengungkap perilaku etis peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari belum mengkaji lebih spesifik tentang perilaku etis,

misalnya dalam berinteraksi sosial dan bertutur kata. Program yang dirumuskan

oleh peneliti bersifat hipotetik, peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan

uji coba program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin : (2006). Pengantar Studi Etika, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

ABKIN (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : DEPDIKNAS

Ahmad, Amin (1995). Etika (Ilmu akhlak). Jakara : Bulan Bintang

Ahmad, Tafsir (2004). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya

Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

________, (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Azizah, Nur (2005). Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi.

33 (2), 1-16.

Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Pendidikan Nasional (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta : Republika

Devos. H. alih bahasa oleh Drs. Soedjono Soemargono. (1987). PengantarEtika. Yogyakarta. PT Triawacana Yogya

Gunawan, Heri (2012). Konsep Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi). Bandung : Alfabeta

Gysbers dan Henderson (2006). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program (Fourth Edition). American Counseling Association

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset

Haerundin, M (2013). Cermin Hati : satu Akhlak Al-Karimah, Sejuta Hikmah. PT. Elex Media Komputindo

(34)

Yayu Resti Purwitasari, 2014

I.Djumhar dan Moh. Surya. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV Ilmu.

Komisi Perlindungan Anak (2011). Laporan Tahunan. [online]. Tersedia di : www.komnaspa.or.id. (7 Oktober 2012)

Magnis-Suseno, Frans (1987).Etika dasar : masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogjakarta : Kanisius

Makmun. A (2007). Psikologi Kependidikan (Pengantar Sistem Pengajaran Modul). Bandung : Rosda

Mariana, Anna dan Millah Nurmillah (2012). Inilah Pesan Penting di Balik Berkah & Manfaat Silaturahmi. Ruang Kata : Jakarta

Muladi, Tri (2010). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral Remaja Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Anak Asuh Putra Panti Asuhan Ikhlasul Amal Semarang Tahun 2010. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Semarang. Tidak diterbitkan

Nurihsan (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : Reflika Aditama

Prayitno dan Erman (2004). Dasar dasar Bimbingan dan Konseling cetakan ke dua.

Priatna, Tedi. (2012). Etika Pendidikan Panduan Bagi Guru Profesional. Bandung : Pustaka Setia

Ri’fai, Moh. (1992). Akhlak Seorang Muslim. Semarang : Wicaksana

Riduwan (2012). Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta

Said, Muh (1980). Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita.

Salam, Burhanuddin (1997). Etika Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Santock . .(a.b Widyasinta) . (2007) Remaja, (Jilid 2 Edisi 11) Jakarta : Erlangga

Sertzer & Stone (1966:3). Fundamental of Guidance. Boston : HMC

Soemargo, Raksadjaja (2005). Hubungan Antara Penalaran Moral dengan Perilaku Prososial Pada Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi Unika Atma Jaya. Tidak diterbitkan .

(35)

Suherman, Uman (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sukardi, Dewa Ketut (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Sumaryono, E. (1995) Etika Profesi Hukum, Jakarta: Kanisius.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta : Bandung

Supriatna, Mamat (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta : Rajawali

Susanto, Dedi (3013). Pemulihan Jiwa 3 (bukan aku kalau tak bisa sabar). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Tafsir, Ahmad (1966). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya

Willis, S (2004). PraktekKonseling. Bandung : Alfabeta

Winkel, W.S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia

Winkel (1981). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

Ya’qub, Hamzah (1983). Etika Islam. Bandung : Diponegoro

Yusuf S, Saripah, I., dan Agustin M (2010). Bimbingan Etika Pergaulan Bagi Pengembangan Karakter Remaja. Bandung. Rizky Press.

Yusuf S, (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf S,dan Nurihsan. (2012). Landasan Bimbingan dan Konseling cetakan ke tujuh. Bandung : Rosda

Gambar

Tabel 3.2 Hasil Penimbangan Instrumen Perilaku Etis
Tabel 3.4
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku EtisPeserta didik
Tabel 3.7 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Referensi

Dokumen terkait

b) 44% responden berpendapat bahwa aturan waktu yang diatur dalam UU 25/2004tidak dapat dilaksanakan dalam proses penyusunan dan penetapan dokumen perencanaan.. c) 44%

The objectives of this study was to answer two research problems: (1) the correlation between students competence in writing narrative texts in Bahasa Indonesia and their

Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat untuk pengembangan perekonomian wilayah, Terminal Kijing. Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat

Nama : Dhika Handayani Rangkuti.. Alamat Sekarang :

banding orang lain. Kinerja yang kompeten dapat dilihat dari sudut pandang:  Kesuksesan, yaitu orang yang selalu sukses dalam bidang pekerjaan tertentu.  Kreativitas, yaitu

Penunjukan/pengangkatan pejabat-pejabat dan personalia Sub Direktorat Landreform tersebut dilaksanakan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul dari Direktur Jenderal

serdang bedagai adalah mayoritas petani sebagai mata pencahariannya, sawah yang menjadi tempat mencari penghasilan untuk menghidupi keluarga tidak sepenuhnya bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan zink (Zn) di dalam produk ikan tuna kemasan kaleng berdasarkan waktu penyimpanan dengan