PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN
PERILAKU ETIS PESERTA DIDIK
(Studi Deskriptif terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
Yayu Resti Purwitasari 0900475
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Program Bimbingan dan Konseling
Pribadi Sosial untuk
Mengembangkan
Perilaku Etis Peserta Didik
Oleh
Yayu Resti Purwitasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Yayu Resti Purwitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU ETIS PESERTA DIDIK
(
Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014)DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Prof. Dr. Syamsu Yusuf, LN, M.Pd NIP. 19520620 198002 1001
Pembimbing II
Dra. Setiawati, M.Pd NIP. 19621112 198610 2001
Mengetahui
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Yayu Resti Purwitasari, 2014
ABSTRAK
Yayu Resti Purwitasari. (2014). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Etis Peserta didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014).
Penelitian bertujuan untuk merumuskan program hipotetik bimbingan dan
konseling pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan angket sebagai alat pengumpul data. Metode penelitian
menggunakan metode deskriptif. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA
Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014, teknik pengambilan
sampel menggunakan sampel jenuh yakni seluruh peserta didik sebanyak 147
dijadikan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan. (1) peserta didik yang
memiliki perilaku etis pada kategori etis sebanyak 139 orang (94.6%), dan pada
kategori tidak etis sebanyak 8 orang (5.4%). (2) rumusan program hipotetik
bimbingan dan konseling pribadi sosial dinyatakan layak oleh pakar dan praktisi.
Rekomendasi penelitian ditunjukan untuk guru bimbingan dan konseling dan
peneliti selanjutnya.
ABSTRACT
Yayu Resti Purwitasari. (2014). Personal Social Guidance And Counseling Program To Develop Ethical Behavior (Research Deskriptif for Student Grade XI SMA Ciledug Al Musaddiyah Garut 2013/2014).
The purpose of the research is to formulate the hypothetical
personal-social guidance and counseling programs to developing ethical behavior of
student. The research used a quantitative approach by using questionaries form as
a means of collecting the data. Research methods used the descriptive method.
The population are students of Ciledug Al Musaddadiyah Garut Senior High
School Grade XI 2013/2014, the sampling technique used populatation sample. It
was all of the students to be sampling in research of 147 student. The results
showed, (1) the students who have high category of ethical behavior is 139 people
(94.6%), and low categories is 8 people (5.4%). (2) formulation of guidance and
counseling hipothetic programs personal social stated feasible by experts and
practitioners. The recommendation of experiment is showed to the counsellor, and
the next researcher.
Yayu Resti Purwitasari, 2014 A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Manfaat Penelitian ... 7
D.Sistematika Penulisan ... 7
BAB II PERILAKU DAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING A.Perilaku Etis Peserta didik ... 9
1. Definisi Etis ... 9
2. Perilaku Etis ... 10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Etika Manusia……... 12
4. Aspek-Aspek Perilaku Etis ... 16
B.Karakteristik Perkembangan Masa Remaja ... 19
1. Pengertian Remaja ... 19
2. Ciri-Ciri Remaja ... 21
3. Tugas Perkembangan Remaja ... 23
C.Program Bimbingan dan Konseling ... 24
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling ... 24
2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial... 28
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling... 30
D.Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial dan Kaitannya dengan Perilaku Etis Peserta didik ... 31
E. Penelitian Terdahulu ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
B.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 35
C.Definisi Operasional Variabel ... 35
1. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 35
D.Instrumen Penelitian ... 37
1. Jenis Instrumen ... 37
2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen ... 37
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 39
1. Uji Kelayakan Instrumen ... 39
2. Uji Keterbacaan ... 40
3. Uji Validitas dan Realibilitas ... 41
F. Teknik Analisis Data ... 44
1. Verifikasi Data ... 44
2. Penyekoran Data Hasil Penelitian ... 45
3. Pengolahan Data ... 45
G.Prosedur Penelitian ... 47
1. Tahap Persiapan ... 47
2. Tahap Pelaksanaan ... 47
3. Tahap Akhir ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 49
1. Gambaran Umum Perilaku Etis Peserta didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014 ... 49
2. Gambaran Umum Aspek Perilaku Etis Peserta didik Kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014 ... 50
a. Aspek Memelihara Kepercayaan ... 52
b. Aspek Bersikap Adil ... 54
c. Aspek Menjaga Diri dari Segala Keburukan ... 56
d. Aspek Bersikap Sabar ... 57
e. Aspek Bersifat Kasih Sayang ... 59
f. Aspek Hemat ... 61
B.Pembahasan Hasil Penelitian... 63
Yayu Resti Purwitasari, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting bagi kemajuan peradaban
suatu bangsa. Dalam proses pendidikan di sekolah, peserta didik memperoleh
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan intelektualitas
dan moralitasnya. Pengembangan perilaku etis di sekolah adalah sebagai salah
satu upaya dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Sebagaimana
tertera pada tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3) sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Fungsi dan tujuan pendidikan diatas menunjukan bahwa semua
penyelenggaraan proses pendidikan baik formal, nonformal maupun informal
senantiasa mengorientasikan segala program pendidikannya menuju kepada
pembentukan karakter pribadi peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual
dan moral yang seimbang seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan diatas.
Individu yang memiliki intelektualitas yang tinggi tanpa disertai kualitas
perilaku yang baik rentan melakukan tindakan-tindakan kejahatan yang merusak
kemuliaan dirinya. Pendidikan yang melaksanakan bidang administrasi dan
pengajaran saja dengan mengabaikan bidang bimbingan akan menghasilkan
individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki
kemampuan dan kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Pendidikan yang
yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler
dan bidang pembinaan peserta didik. Pentingnya bidang bimbingan dan konseling
dalam pendidikan terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada
seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesimbungan agar individu
mampu memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, dan memiliki perilaku
yangberetika baik sehingga individu dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk kedalam kategori
remaja, berdasarkan rentang usia Hurlock (1980: 206) membagi masa remaja
menjadi dua fase yaitu masa remaja awal berlangsung pada usia 13-14/17 tahun
dan masa remaja akhir berlangsung pada usia 16/17-18 tahun, masa remaja berada
pada periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa yang dalam hal ini
terjadi perubahan yang cepat dalam aspek fisik dan psikologis (Hurlock : 1980).
Semua perubahan tersebut menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan
perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. Erikson (Makmun, 2007 :
84)menyebutkan masa remaja sebagai masa identity vs identity confusion yaitu
suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan
penting yang berkaitan dengan pernyataan tentang identitas dirinya yang
mengimplikasikan bahwa remaja harus menemukan apa yang mereka yakini,
sikap dan nilai-nilai idealnya yang dapat memberikan suatu peran dalam
kehidupan sosialnya.Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan seorang dewasa (Hurlock : 1980:207). Remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, berperilaku dan berpenampilan
seperti dewasa dan menginginkan perlakuan yang sama seperti orang dewasa
terutama dalam mengatasi masalah, mereka menolak bantuan orangtua. Status
remaja yang tidak jelas ini juga memberi waktu kepada mereka untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang
sesuai bagi dirinya.
Menurut Yusuf S (2006:72) kematangan remaja belum sempurna jika tidak
memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Dalam hal ini penting
3
Yayu Resti Purwitasari, 2014
perilakunya agar mereka terhindar dari pergaulan menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Salzman dan Pikunas (Yusuf S,
2006:71) menyebutkan bahwa masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya
sikap dependen kepada orangtua kearah independen, (2) minat seksualitas, dan (3)
kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, dan nilai-nilai
etika.
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang harus
dilalui oleh manusia dan memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan. Menurut Hurlock (Yusuf Set al : 2010) salah satu tugas
perkembangan remaja yang harus dilalui yaitu memperoleh perangkat nilai dan
sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Senada
dengan hal tersebut William Kay (Yusuf S, 2008:72) menegaskan bahwa tugas
perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk
membimbing perilakunya. Abdullah(2006:99) merumuskan bentuk-bentuk etika
baik berdasarkan ajaran islam diantaranya adalah memelihara kepercayaan,
bersikap adil, menjaga diri dari segala keburukan, bersikap sabar, bersifat kasih
sayang dan hemat.
Selain itu, perilaku etis merupakan salah satu standar kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik, khususnya peserta didik SMA dalam aspek landasan
perilaku etis yang memuat sub aspek (1) mengenal keragaman sumber norma
yang berlaku di masyarakat, (2) menghargai keragaman sumber norma sebagai
rujukan pengambilan keputusan, (3) berprilaku atas dasar keputusan yang
mempertimbangkan aspek-aspek etis (ABKIN, 2008 : 253).
Etika mengatur kehidupan manusia secara batiniah atau menuntun
motivasi-motivasi manusia kearah yang “baik atau buruk”. Tokan (Solekha : 2012)
menungkapkan remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral
yaitu dapat menilai hal-hal baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan atau
yang tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis, dengan
sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada
perilaku baik dan benar sesuai dengan etika yang berlaku. Melalui etika manusia
dkk (2012 : 6) mengungkapkan individu yang mampu menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang ada di masyarakat dapat mewujudkan kehidupan personal dan
sosial yang harmonis, nyaman serta sejahtera lahir batin. Senada dengan pendapat
Abdullah (2006) yaitu berperilaku baik sesuai dengan etika di masyarakat selalu
membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang
tercela. Peserta didik yang tidak berperilaku sesuai dengan norma-norma
masyarakat akan berdampak buruk bagi perkembangan sehat peserta didik, yaitu
akan mudah terbius dengan kesenangan hidup materialistik dan hedonistik
sehingga bermunculan perilaku-perilaku buruk seperti meminum-minuman keras,
kecanduan obat-obat terlarang, kriminalitas, pembunuhan, pacaran bebas serta
tawuran (Yusuf S. dkk, 2010:3).
Bentuk perilaku remaja yang menyimpang dari norma masyarakat kerap
menjadi tren berita di berbagai media masa dan elektronik diantaranya adalah
perilaku menyontek, perkelahian, tawuran, konsumsi minuman keras, pencurian
penyalahgunaan obat-obatan dan sex bebas. Kondisi remaja Indonesia berdasarkan
penelitian Komisi Perlindungan Anak (2011) tersedia www.komnaspa.or.id
terhadap 4.500 remaja pada 12 kota besar seluruh Indonesia pada tahuun 2011
menyebutkan 93,7% peserta didik SMP dan SMA pernah melakukan ciuman,
21,2% remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97% remaja SMP dan SMA
pernah melihat film porno. Dari tahun 1995-2010 data perokok anak usia 10 -14
meningkat 6 kali lipat, pada tahun 1995 sejumlah 71.100 orang menjadi 426.200.
Sepanjang tahun 2011, Komnas Perlindungan Anak mencatat 339 kasus
tawuran.1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai
pelaku) yang diajukan ke pengadilan. Hampir 52% dari angka tersebut adalah
kasus pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian,
serta penganiayaan.
Hasil penelitian Nur Azizah (2005) terhadap peserta didik SMP dan Mts
Se-Kabupaten Bantul menunjukkan perilaku moral peserta didik berlatar belakang
pendidikan umum lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik berlatar
belakang pendidikan umum. Sementara itu di SMA Ciledug Al Musaddadiyah
5
Yayu Resti Purwitasari, 2014
perilaku etis termasuk pada delapan butir terendah pada empat kelas dari enam
kelas yang ada. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Ciledug Al
Musaddadiyah Garut didapati peserta didik yang terlibat perkelahian, mencontek,
saling mengejek antar teman. Hal ini tidak akan terjadi apabila peserta didik
memiliki dan menghayati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, tradisi dan
budaya sebagai pedoman tingkah lakunya. selain itu SMA Ciledug Al
Musaddadiyah Garut memiliki visi yang sangat luhur yaitu “Terwujudnya Madrasah yang Unggul dan Populis berdasarkan Iman dan Taqwa” Iman dan Taqwa yang dijadikan landasan bagi seluruh aktifitas pendidikan di SMA Ciledug
Al Musaddadiyah Garut akan tercermin pada perilaku-perilaku beretika.
Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan di sekolah merupakan bagian yang penting
dalam membantu peserta didik memiliki dasar dan arah kesiapan dalam
berperilaku sehingga terhindar dari penyesuaian diri yang menyimpang. Melihat
fenomena serta visi dan misi SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut, maka perlu
diupayakan pemberian bantuan melalui program bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan perilaku etis peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling yang dinilai cocok untuk
mengembangkan perilaku etis peserta didik adalah layanan pribadi sosial.
Menurut Nurihsan (2006 : 15-16) bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan
untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial
pribadi. Adapun yang tergolong kedalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah
masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf, pemahaman sifat dan
kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat tinggal, serta penyelesaian konflik.
Berasal dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka
fenomena perilaku yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat penting dan perlu untuk di kaji secara ilmiah dengan melakukan penelitian tentang “Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Etis
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Perilaku etis peserta didik SMA adalah gambaran kemampuan peserta didik dalam menerapkan etika yang berlaku di masyarakat. Ya’qub (1983:13) merumuskan pengertian etika menurut filsafat yaitu ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikirannya, etika adalah sebagai arahan atau
pedoman dalam mengatur tingkah laku manusia sebagaimana Bertens (2012:7)
mengemukakan bahwa pentingnya etika yaitu sebagai nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.Dengan berperilaku mengacu kepada norma agama dan
budaya masyarakat, perilaku peserta didik akan terarah dan terkontrol kearah yang
lebih baik.
Batasan masalah penelitian ini yaitu pembahasan konsep mengenai perilaku
etis peserta didik di sekolah khususnya peserta didik SMA. Peserta didik yang
berprilaku etis adalah peserta didik yang berperilaku sesuai dengan norma-norma
atau nilai-nilai yang berlaku, dalam penelitian ini bentuk-bentuk etika baik yang
dikembangkan adalah etika yang sesuai dengan ajaran islam atau norma-norma
yang bersumber dari ajaran islam.
Rumusan masalah penelitian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian
berikut:
a. Seperti apa gambaran umumperilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug
Al-Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2013/2014?
b. Seperti apa rumusan layanan program bimbingan dan konseling pribadi sosial
yang secara hipotetik efektif untuk mengembangkan perilaku etis peserta
didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun ajaran
2013/2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
Yayu Resti Purwitasari, 2014
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memeperoleh rumusan program
bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis
peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:
a. Gambaran umum perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug
Al-Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2012/2013.
b. Rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah
Garut tahun ajaran 2012/2013 untuk membantu mengembangkan perilaku etis
peserta didik.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
pengembangan konsep-konsep keilmuan dan pelaksanaan layanan bimbingan
pribadi sosial dalam mengembangkan perilaku etis di SMA, sehingga dapat
dijadikan sumber informasi pendidikan dalam penerapan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
b. Manfaat praktis
1) Bagi guru Bimbingan dan Konseling, diharapkan dapat memperoleh
gambaran tentang perilaku etis peserta didik sebagai langkah awal dalam
memberikan bantuan, dapat menjadi teladan mengenai penerapan layanan
pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.
2) Bagi SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut, diharapkan dapat
memperkaya konsep perilaku etis peserta didik, memberi masukan
terhadap pengembangan program BK secara keseluruhan.
3) Bagi jurusan PPB, dapat menjadi tambahan referensi konseptual mengenai
pengembangan layanan program pribadi sosial dalam mengembangkan
perilaku etis peserta didik SMA.
Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan, dalam pendahuluan ini penulis menjabarkan mengenai latar
belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.BAB II Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi social
untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik, berisi mengenai konsep
perilaku etis, aspek-aspek perilaku etis, faktor-faktor perilaku etis, pengertian
layanan bimbingan dan koseling, program bimbingan dan konseling. BAB
IIIMetode penelitian, menjabarkan mengenai metode penelitian, sumber
informasi, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, instrumen
pengumpulan data, tahap-tahap penelitian dan analisis data.
BAB IV Penyajian hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai gambaran perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut, Tahun Ajaran 2013/2014 dan layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi kesimpulan mengenai
Yayu Resti Purwitasari, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut yaitu
sekolah bernuansa islami yang berlokasi di Jl. Mayor Syamsu No. 2 Garut. Alasan
pemilihan lokasi penelitian karena adanya fenomena tentang perilaku peserta
didik yang masih memerlukan pengembangan agar sesuai dengan perilaku yang
beretika baik. Selain itu, di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut belum tersedia
layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk
mengembangkan perilaku etis peserta didik.
Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al
Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi diartikan sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono 2011: 215). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut sebanyak
177 orang.Sampel dalam penelitian merupakan sampel jenuh, yaitu seluruh
populasi dijadikan sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2011 : 85)dengan
demikian seluruh peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut
diambil untuk menjadi sampel penelitian..
Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
berikut :
1. Peserta didik kelas XI dari segi umurnya antara 17-18 tahun tergolong usia
remaja.
2. Pada masa ini, peserta didik mengalami kebingungan dalam berperilaku
sehingga sering terjadi perilaku-perilaku buruk yang tidak sesuai dengan etika
yang berlaku. Oleh karena itu agar dapat diterima di lingkungannya, remaja
dituntut untuk berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku.
3. Belum pernah terdapat penelitian yang menggambarkan perilaku etis peserta
B.Pendekatan dan Metode Penelitian
Pada penelitian mengenai perilaku etis peserta didik kelas XI SMA
Ciledung Al Musaddadiyah Garut pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitian studi deskriptif. Pendekatan kuantitatif
meneliti populasi atau sampel tertentu untuk mendapatkan angka-angka secara
numerikal sehingga mendapat informasi yang luas dan berbentuk fakta yang jelas
mengenai gambaran perilaku etis pada peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al
Musaddadiyah Garut.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan
mengambil suatu generalisasi mengenai perilaku etis peserta didik dalam
pergaulan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil temuan tersebut
dijadikan dasar untuk mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan perilaku etis peserta didik.
C.Definisi Operasional Variabel
1. Program Bimbingan Pribadi Sosial
Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan
perilaku etis peserta didik kelas XI dalam penelitian ini adalah serangkaian
rencana aktivitas bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor secara
sistematis, terarah dan terpadu berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik agar dapat memahami norma, aturan,
atau adat yang dijunjung tinggi di lingkungannya yang disebut etika baik dan
mampu menyesuaikan diri terhadap norma tersebut secara positif dan konstruktif.
Struktur program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku etis
peserta didik ini memuat komponen-komponen (a) rasional, (b) visi dan misi, (c)
deskripsi kebutuhan, (d) tujuan program, (e) sasaran program, (f) komponen
program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema dan implementasi
program, (i) pengembangan satuan layanan (SKLBK), dan (j) evaluasi dan tindak
36
Yayu Resti Purwitasari, 2014
2. Perilaku Etis
Perilaku etis yang dimaksud dalam penelitian adalah kesesuaian perilaku
peserta didik berdasarkan butir-butir etika islam yang dikembangkan oleh
Abdullah (2006:99), sebagai berikut.
a. Memelihara kepercayaan, (amanah) yaitu suatu perbuatan manusia yang
dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia atau lainnya yang
wajib di pelihara atau disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
Indikator dari aspek ini yaitu :
1) Jujur
2) Menepati janji
b. Bersikap adil (al ‘adl), yaitu tindakan memberi hak kepada yang mempunyai
hak. Indikator dari aspek ini yaitu :
1) Menempatkan sesuatu pada tempatnya
2) Objektif dalam menilai
c. Menjaga diri dari segala keburukan (al iffah). Indikator dari aspek ini yaitu :
1) Memelihara kehormatan diri
2) Memiliki rasa malu
d. Bersifat sabar (ash shabr), memiliki arti tahan menghadapi cobaan, tabah dan
tahan terhadap sesuatu. Indikator dari aspek ini yaitu :
1) Tabah ketika ditimpa musibah
2) Gigih dalam mengerjakan sesuatu
e. Bersifat kasih sayang (ar rahman). Indikator dari aspek ini yaitu :
1) Pemaaf
2) Senang membantu orang lain
3) Memiliki semangat persaudaraan
f. Hemat (al istiqhad) adalah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa
harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan. Indikator dari aspek
ini yaitu :
1) Memanfaatkan waktu sebaik mungkin
3) Menggunakan tenaga menurut ukuran keperluan
D.Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen atau alat pengumpulan data berupa
data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau kuesioner yang
digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan
penelitian. Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data subjek penelitian
yaitu angket perilaku etis peserta didik.
1. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket berstruktur
dengan bentuk jawaban tertutup. Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2011: 151).
Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif
respon yang telah disediakan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket perilaku
etis kepada seluruh peserta didik kelas XI SMA Al Musaddadiyah Garut. Angket
yang disebar menggunakan skala sikap Likert berbentuk checklist dengan empat
alternatif jawaban yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Pernah (PR), dan Tidak Pernah
(TP) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.
2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap perilaku etis peserta didik
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan
instrumen pengungkap perilaku etis dikembangkan dari variabel perilaku etis
yang dijabarkan melalui aspek-aspek perilaku etis yang akhirnya berbentuk
indikator-indikator.Kisi-kisi instrumen dikembangkan menjadi enam aspek
perilaku etis yaitu (1) memelihara keercayaan; (2) bersikap adil; (3) menjaga diri
dari segala keburukan; (4) bersikap sabar; (5) bersifat kasih sayang, dan (6)
38
Yayu Resti Purwitasari, 2014
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Etis Peserta didik SMA (Sebelum Ditimbang)
2 Bersikap Adil a. Menempatkan sesuatu sesuai
6. Hemat a. Memanfaatkan
E.Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan
instrument dari segi bahasa, konstruk dan konten. Penimbangan (judgement)
dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan (PPB) untuk mengetahui kelayakan instrument tersebut. Penimbangan
instrumen dilakukan oleh Dr. Nurhudaya M.Pd, Dr. Hj. Nani M. Sugandhi M.Pd
dan Dra R. Tati Kustiawati M.Pd. Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan
memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan
Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item tersebut dapat
digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu
item tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi pada item. Hasil penimbangan
dari tiga dosen ahli, ditampilkan pada tabel 3.2 berikut
Tabel 3.2
Hasil Penimbangan Instrumen Perilaku Etis
Hasil
Revisi 2,8,10,18,20,21,23,29,33,35, 37,47,48,50,56,57,59 17
Dibuang 18,22,38 4
Total 60
Kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel
3.3 berikut:
Tabel 3.3
40
6. Hemat a. Memanfaatkan
waktu sebaik
Uji keterbacaan item dilakukan dengan memberikan angket kepada peserta
didik siswi Madrasah Aliyah Al Inayah Bandung yang memiliki karakteristik
sama dengan SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut. Pengujian ini dilakukan
untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden, dengan
mengambil sampel peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Al Inayah Bandung
Berdasarkan uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik
semua item pernyataan, baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung
dalam pernyataan, sehingga angket dapat digunakan dan dimengerti oleh sampel
penelitian.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan (Arikunto, 2006: 168). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui
kevalidan instrumen perilaku etis dalam mengukur tingkat perilaku etis peserta
didik. Uji validitas instrumen dilakukan terhadap populasi sebanyak 80 orang
peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Al Inayah Bandung.
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan bantuan program komputer
Microsoft Excel 2007 dan bantuan SPSS 17 for windows.Pengujian validitas item
butir pernyataan instrumen perilaku etis dilakukan dengan prosedur pengujian
Spearman’s rho atau rank difference correlation.,dengan rumus sebagai berikut:
Rhoxy =1 -
Keterangan:
Rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang
D : Difference (beda antara jarak jenjang setiap subjek)
N : Banyaknya subjek
Hasil uji validitas instrumen perilaku etis yang terdiri dari 57 item
pernyataan, terdapat53 item valid dan 4 item tidak valid. Item pernyataan yang
42
Yayu Resti Purwitasari, 2014
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku EtisPeserta didik
Kesimpulan Item Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,39,40,41,
43,44,45,46,47,48,50,51,52,53,54,55,56,57
53
Tidak Valid 11,38,42,49 4
Total 57
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto, 2011: 178). Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011: 121). Instrumen yang
memiliki reliabilitas tinggi memiliki konsistensi dari waktu ke waktu, data yang
diperoleh akan tetap sama meskipun beberapa kali diambil dalam waktu yang
berbeda.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan program
komputer Microsoft Excel dan bantuan SPSS 17 for windows dengan metode
Alpha, dengan rumus sebagai berikut:
[ ] [ ]
Keterangan:
= Nilai reliabilitas
= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total
k = Jumlah item
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Uji
reliabitas dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika
Sebagai tolak ukur, digunakan pedoman klasifikasi untuk mengetahui
kriteria penilaian reliabilitas sebagai berikut (Riduwan, 2012) :
0,80 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi
0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi
0,40 – 0, 599 Derajat keterandalan cukup
0,20 – 0, 399 Derajat keterandalan rendah
0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah
Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku etis dapat dilihat pada
tabel 3.5, sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Etis Peserta Didik
Cronbach's Alpha N of Items
.688 54
Pengujian reliabilitas instrumen perilaku etis memperoleh hasil sebesar
0,688, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalannya tinggi. Instrumen
perilaku etis yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat
pengumpul data.
Kisi-kisi instrumen setelah uji coba sebagai berikut :
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku EtisPeserta didik (Setelah Uji Coba)
44
6. Hemat a. Memanfaatkan
waktu sebaik
Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang diperoleh
dalam rangka pengumpulan data, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data
yang memadai untuk diolah dan data yang tidak memadai untuk diolah. Tahapan
verifikasi data yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang
terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel
penelitian.
b. Tabulasi atau merekap data yang diperoleh dari hasil responden dengan
memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah
ditentukan.
Dari hasil verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukan
kelengkapan dan cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk. Keseluruhan data
2. Penyekoran Data Hasil Penelitian
Instrumen perilaku etispeserta didik menggunakan skala Likert yang
dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban yang ditengah yaitu, R yang berarti
tidak dapat menentukan jawaban atau ragu-ragu. Arikunto (2006 : 241)
menyarankan menggunakan empat alternatif jawaban karena jika ada alternatif
jawaban di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak
berpikir) maka responden akan cenderung memilih alternatif jawaban tersebut.
Tersedianya jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian,
sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada responden.
(Hadi,2000:20). Empat alternatif jawaban, yaitu: Selalu, Sering, Pernah dan Tidak
Pernah. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor tertentu, sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Pernyataan Skor Alternatif Respon
SL SR PR TP
Positif (+) 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot
tertentu. Bobotnya sebagai berikut.
a. Untuk pilihan jawaban selalu (SL) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
dan skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban sering (SR) memiliki skor 3 pada pernyataan positif
atau 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban pernah (PR) memiliki skor 2 untuk pernyataan positif
dan 3 pada pernyataan negatif
d. Untuk pilihan jawaban tidak pernah (TP) memiliki skor 1 pada pernyataan
positif atau skor 4 pada pernyataan negatif.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data perilaku etis peserta didik dilakukan untuk mengukur
46
Yayu Resti Purwitasari, 2014
Musaddadiyah Garut. Hasil pengolahan data selanjutnya akan menjadi dasar
dikembangkannya program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial
untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al
Musaddadiyah Garut.
Perilaku etis peserta didik dibagi menjadi dua kategori yaitu tinggi (etis),
rendah (tidak etis). Pengelompokan perilaku etis dilakukan dengan menggunakan
skor ideal.
Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menghitung skor total masing-masing responden
b. Menghitung nila rata-rata ideal (Xi).
c. Menentukan standar deviasi ideal (SDi)
d. Menentukan batas kelompok
e. Mengelompokan data menjadi dua kategori, yaitu: etis dan tidak etis.
Tabel 3.8
Pengkategorian Perilaku Etis Peserta didik
Skala skor mentah Kategori Skor
53 – 133 Etis
134 – 212 Tidak Etis
Interpretasi dari setiap kategori perilaku etis adalah sebagai berikut :
Tabel 3.9
Interpretasi Skor Kategori Perilaku Etis Peserta didik
Kategori Perilaku Etis
Interpretasi
Tidak etis Peserta didik pada kategori tidak etis (memperoleh skor kurang dari 133) tidak berperilaku etis pada tiap aspeknya, yaitu memelihara kepercayaan, bersikap adil, bersifat kasih sayang, bersifat sabar, memelihara diri dari segala keburukan, dan hemat.
G.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan, sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal, meliputi langkah-langkah :
a. Menyusun proposal penelitian dan mempresentasikannya pada mata kuliah
metode riset bimbingan dan konseling;
b. Mengajukan proposal penelitian kepada dosen mata kuliah metode riset BK,
kemudian di revisi dan disahkan oleh pembina metode riset bimbingan dan
konseling kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen pembimbing serta
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan
persetujuan dan pengesahan;
c. Mengajukan permohonan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen
pembimbing skripsi pada tingkat fakultas; dan
d. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Universitas untuk disampaikan
kepada Badan Dinas Kesatuan Bangsa, Perlindungan, dan Pemberdayaan
Masyarakat, Dinas Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, serta SMA Ciledug Al
Musaddadiyah Garut.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi :
a. Melakukan studi pendahuluan ke SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut;
b. Membuat instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan instrumen oleh
tiga orang pakar yakni pakar bimbingan pribadi sosial, pakar perkembangan
48
Yayu Resti Purwitasari, 2014
c. Melakukan uji coba instrument kepada peserta didik kelas XI MA Al Inayah
Bandung (3 kelas);
d. Melakukan uji validitas dan realibilitas dari data yang diperoleh di MA Al
Inayah Bandung;
e. Mengumpulkan data melalui penyebaran instrumen penelitian kepada
peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut;
f. Mengolah, mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah terkumpul
dengan menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi; dan
g. Membuat program bimbingan dan konseling yang kemudian ditimbang oleh
dua pakar bimbingan dan konseling dan praktisi di sekolah.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, penelitian disempurnakan melalui langkah:
a. Hasil penelitian disusun menjadi laporan akhir penelitian;
b. Penelitian diujikan pada saat ujian sarjana; dan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Penelitian program bimbingan dan pribadi sosial untuk mengembangkan
perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun
Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun Ajaran
2013/2014 berada pada kategori etis. Artinya peserta didik berperilaku etis
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berperilaku memelihara kepercayaan,
bersikap adil, menjaga diri dari segala keburukan, bersikap sabar, bersifat kasih
sayang dan hemat.
2. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan
perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut
sebagai hasil penelitian merupakan program khusus yang disusun secara
sistematis, terarah dan terpadu. Secara keseluruhan setiap aspek perilaku etis
peserta didik dijadikan landasan pengembangan program dengan unsur-unsur
program yang meliputi rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan
program, sasaran program, komponen program, rencana operational program,
pengembangan tema dan implementasi program, pengembangan satuan
layanan serta evaluasi dan tindak lanjut.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh rekomendasi untuk
guru bimbingan dan konseling (konselor) dan peneliti selanjutnya yaitu :
1. Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Program yang telah disusun merupakan program hipotetik, oleh karena itu
dalam upaya mengembangkan perilaku etis peserta didik, guru bimbingan dan
konseling dapat melaksanakan program yang telah dibuat untuk mengetahui
74
Yayu Resti Purwitasari, 2014
mengembangkan perilaku etis yang dimiliki peserta didik. Bimbingan dan
konseling pribadi sosial dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program
sekolah, dengan demikian akan lebih mudah bagi guru bimbingan dan konseling
dalam mengarahkan peserta didik menangani masalah-masalah pribadi sosial.
2. Peneliti Selanjutnya
Variabel dalam penelitian ini mengungkap perilaku etis peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari belum mengkaji lebih spesifik tentang perilaku etis,
misalnya dalam berinteraksi sosial dan bertutur kata. Program yang dirumuskan
oleh peneliti bersifat hipotetik, peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan
uji coba program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin : (2006). Pengantar Studi Etika, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
ABKIN (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : DEPDIKNAS
Ahmad, Amin (1995). Etika (Ilmu akhlak). Jakara : Bulan Bintang
Ahmad, Tafsir (2004). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya
Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
________, (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Azizah, Nur (2005). Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi.
33 (2), 1-16.
Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan Nasional (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta : Republika
Devos. H. alih bahasa oleh Drs. Soedjono Soemargono. (1987). PengantarEtika. Yogyakarta. PT Triawacana Yogya
Gunawan, Heri (2012). Konsep Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi). Bandung : Alfabeta
Gysbers dan Henderson (2006). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program (Fourth Edition). American Counseling Association
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset
Haerundin, M (2013). Cermin Hati : satu Akhlak Al-Karimah, Sejuta Hikmah. PT. Elex Media Komputindo
Yayu Resti Purwitasari, 2014
I.Djumhar dan Moh. Surya. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV Ilmu.
Komisi Perlindungan Anak (2011). Laporan Tahunan. [online]. Tersedia di : www.komnaspa.or.id. (7 Oktober 2012)
Magnis-Suseno, Frans (1987).Etika dasar : masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogjakarta : Kanisius
Makmun. A (2007). Psikologi Kependidikan (Pengantar Sistem Pengajaran Modul). Bandung : Rosda
Mariana, Anna dan Millah Nurmillah (2012). Inilah Pesan Penting di Balik Berkah & Manfaat Silaturahmi. Ruang Kata : Jakarta
Muladi, Tri (2010). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral Remaja Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Anak Asuh Putra Panti Asuhan Ikhlasul Amal Semarang Tahun 2010. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Semarang. Tidak diterbitkan
Nurihsan (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : Reflika Aditama
Prayitno dan Erman (2004). Dasar dasar Bimbingan dan Konseling cetakan ke dua.
Priatna, Tedi. (2012). Etika Pendidikan Panduan Bagi Guru Profesional. Bandung : Pustaka Setia
Ri’fai, Moh. (1992). Akhlak Seorang Muslim. Semarang : Wicaksana
Riduwan (2012). Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta
Said, Muh (1980). Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita.
Salam, Burhanuddin (1997). Etika Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Santock . .(a.b Widyasinta) . (2007) Remaja, (Jilid 2 Edisi 11) Jakarta : Erlangga
Sertzer & Stone (1966:3). Fundamental of Guidance. Boston : HMC
Soemargo, Raksadjaja (2005). Hubungan Antara Penalaran Moral dengan Perilaku Prososial Pada Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi Unika Atma Jaya. Tidak diterbitkan .
Suherman, Uman (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sukardi, Dewa Ketut (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta
Sumaryono, E. (1995) Etika Profesi Hukum, Jakarta: Kanisius.
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta : Bandung
Supriatna, Mamat (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta : Rajawali
Susanto, Dedi (3013). Pemulihan Jiwa 3 (bukan aku kalau tak bisa sabar). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Tafsir, Ahmad (1966). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya
Willis, S (2004). PraktekKonseling. Bandung : Alfabeta
Winkel, W.S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia
Winkel (1981). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo
Ya’qub, Hamzah (1983). Etika Islam. Bandung : Diponegoro
Yusuf S, Saripah, I., dan Agustin M (2010). Bimbingan Etika Pergaulan Bagi Pengembangan Karakter Remaja. Bandung. Rizky Press.
Yusuf S, (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf S,dan Nurihsan. (2012). Landasan Bimbingan dan Konseling cetakan ke tujuh. Bandung : Rosda