• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA ENAM HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) SERI IV HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA ENAM HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) SERI IV HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

Ryani Sismanti A34301026

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ryani Sismanti A34301026

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(3)

(Cucumis melo L.) Seri IV Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB. (Dibimbing oleh SOBIR dan WILLY BAYUARDI SUWARNO).

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakter hortikultura enam hibrida melon (Cucumis melo L.) dibandingkan dengan varietas pembanding dan mengidentifikasikan hibrida-hibrida potensial untuk dilepas menjadi varietas budidaya baru. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaaan PKBT IPB Tajur, Bogor dari bulan Juni sampai September 2005. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Hibrida melon yang digunakan yaitu H9, H12, H25, H68, H108, H145 dan satu varietas melon hibrida komersial yaitu Action 434 sebagai pembanding.

Action 434 yang ditanam dalam penelitian ini memiliki umur berbunga jantan 14 HSPT, umur berbunga hermaprodit 25 HSPT dan umur panen 62 HSPT. Bentuk buah bulat, daging buah berwarna putih dan kadar PTT 5.1 oBrix .

Hibrida H9 memiliki bentuk buah bulat dan warna daging buah jingga. Panelis menyukai warna buah dan aroma buah. Hibrida H12 cukup rentan terhadap penyakit powdery mildew, bentuk buahnya bulat dan warna daging buah hijau muda.

Hibrida H25 memiliki keunggulan tahan terhadap serangan penyakit terutama penyakit downy mildew. Bentuk buahnya bulat dan warna daging buah jingga. Panelis menyukai warna buahnya yang jingga. Hibrida H68 memiliki keunggulan nyata lebih genjah dari varietas pembanding. Buahnya besar, bentuk buahnya bulat dan warna daging buah putih. Panelis menyukai penampilan luar buah hibrida H68.

Hibrida H108 memiliki keunggulan tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama penyakit downy mildew. Bentuk buahnya bulat dan besar serta warna daging buah jingga. Panelis menyukai warna hibrida H108 yang berwarna jingga. Hibrida H145 memiliki keunggulan tahan terhadap OPT terutama penyakit powdery mildew dan downy mildew. Bentuk buahnya lonjong dan warna daging buah jingga. Munculnya bunga jantan nyata lebih lama dari varietas pembanding namun hal ini tidak mempengaruhi umur panen. Panelis menyukai warnanya yang jingga.

Hasil evaluasi menunjukkan hibrida yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas yaitu H25, H68, H108, H145. Hibrida ini memiliki keunggulan terutama pada pertumbuhan vegetatif dan kualitas buah yang baik serta tahan terhadap OPT.

(4)

Studies (CTFS) Bogor Agricultural University. (Supervised by SOBIR and WILLY BAYUARDI SUWARNO)

The aim of this research was to evaluate of horticultural characters of six melon hybrids in comparison with check variety and to identify the potential hybrids to be release as a new cultivate variety. This research took place at Center for Tropical Fruit Studies (CTFS) Research station, Tajur, Bogor from June to September 2005. This experiment arranged under single factor Randomized Complete Block Design (RCBD) with three replication. The hybrid melon are H9, H12, H25, H68, H108, H145 and one check variety (Action 434).

Action 434 has staminate flowers blossom 14 days after transplant, perfect flowers blossom 25 days after transplant and harvested at 62 days after transplant. This variety has globular shape fruit, white flesh and Total Soluble Solid (TSS) 5.2 oBrix.

Hybrid H9 has globular shape fruit and orange flesh. Hybrid H12 has globular shape fruit and light green flesh. Hybrid H25 has resistance to plant disease especially downy mildew. It has globular shape fruit and orange flesh. Hybrid H68 has earlier maturity than check variety. It has big and globular shape fruit and white flesh. Panelists like the external appearance of hybrid H68.

Hybrid H108 has resistance to plant disease especially downy mildew. It has big and globular shape fruit and orange flesh. Panelists like the orange flesh of H108. Hybrid H145 has resistance of plant disease especially downy mildew and

powdery mildew. It has oval shape fruit and orange flesh. It has staminate blossom

more longer but it does not effect to maturity. Panelists also like the fruit flesh color of H145.

The result showed that the potential hybrids consist of H25, H68, H108 and H145. They have good vegetative growth, good appearance of fruit and resistance to plant disease.

(5)

Judul : EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA ENAM HIBRIDA

MELON (Cucumis melo L.) SERI IV HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

Nama : Ryani Sismanti NRP : A34301026

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. Ir. Sobir, MSi NIP.131 841 754

Pembimbing II

Willy Bayuardi Suwarno, SP. MSi NIP. 132 311 731

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1983. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan Agus Priyono dan Corry Budiati. Pada 1989 penulis lulus dari TK As Salamah, Ciputat kemudian masuk SDN Bekasi Jaya Indah 1 dan lulus 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Bekasi. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 1 Bekasi pada tahun 2001.

Tahun 2001 penulis diterima di IPB Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Hortikultura melalui jalur USMI. Penulis juga menjadi staf Departemen Keputrian DKM Al Hurriyyah pada periode 2002-2004 dan Asisten Pendidikan Agama Islam pada periode 2002-2004. Selain itu penulis pernah menjadi staf Departemen Research Unit Kegiatan Mahasiswa Forum for Scientific Studies (UKM Forces) pada tahun 2003-2004 dan menjadi dewan pakar UKM Forces pada tahun 2004-2005.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan nikmat-Nya sehingga penelitian yang berjudul Evaluasi Karakter Hortikultura

Enam Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Seri IV Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB telah diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakter hortikultura enam hibrida melon (Cucumis melo L.) dibandingkan dengan varietas pembanding dan mengidentifikasikan hibrida-hibrida potensial untuk dilepas menjadi varietas budidaya baru.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr Ir Sobir, MSi dan Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, bantuan dan pengarahan selama penelitian serta penulisan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Setyati Harjadi, MSc selaku dosen penguji dalam ujian skripsi atas masukannya untuk perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Anas D. Susila, MS selaku dosen pembimbing akademik.

4. Keluarga tersayang: Mama, Papa dan Mba Wita yang selalu mendukung dan mendoakan.

5. Yashinta Dewi O. sebagai teman seperjuangan penelitian. Anden, Awin, Yuniar, Fitri, Melly, Ita, Ami, Hendi, Encep, Fajar dan temen-teman hortikultura 38 yang lainnya atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.. 6. Adhilla, Desma, Yenies, Rani, Yeli, M’Icut, Yumi, Yofi, Wiwi, Tika, Uli,

Ocha, Ajeng, Tia, Phyto, Ila, M’Vina dan Vamdiers yang lainnya atas dukungan dan semangatnya dalam setiap aktivitasku

7. Kru Tajur 2 : Pak Ibramsyah, Bu Yuyun, Hidayat, Haidir, Agus dan Rizal atas bantuan dan kerjasamanya.

Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

Bogor, Februari 2006 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon... 3 Syarat Tumbuh... 5

Kualitas Buah Melon ... 6

Uji Hedonik... 7

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 8

Bahan dan Alat... 8

Metode Penelitian ... 8

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Pengamatan ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian... 13

Karakter Vegetatif... 16

Karakter Generatif... 18

Karakter Kuantitatif Buah ... 18

Karakter Kualitatif Buah ... 19

Hedonik ... 20

Korelasi Antar Karakter Kuantitatif... 21

Pembahasan... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Keserempakan Bibit, Pertumbuhan Vegetatif, Ketahanan Terhadap Organisme Penganggu Tanaman (OPT) dan Daya Tumbuh Bibit pada Persemaian ... 13 2. Tingkat Serangan Hama pada pertanaman Melon Hibrida yang

Dievaluasi... 14 3. Tingkat Serangan Penyakit pada pertanaman Melon Hibrida

yang Dievaluasi... 14 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-Peubah Kuantitatif Melon

Hibrida yang Dievaluasi... 15 5. Rekapitulasi Hasil Uji Kruskal - Wallis pada Peubah Kualitatif

Melon Hibrida yang Dievaluasi ... 16 6. Rekapitulasi Hasil Uji Friedman pada Pengujian Hedonik Melon

Hibrida yang Dievaluasi... 16 7. Bentuk batang, Warna Batang dan Diameter Batang Melon

Hibrida yang Dievaluasi... 17 8. Bentuk Daun, Tepi Daun, Ujung Daun, Warna Daun dan

Permukaan Daun Melon Hibrida yang Dievaluasi... 17 9. Nilai Tengah pada Peubah Umur Berbunga Jantan, Umur

Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen Melon Hibrida yang Dievaluasi... 18 10. Nilai Tengah pada Peubah Panjang Buah, Diameter Buah,

Lingkar Buah, Tebal Daging Buah, Kadar PTT dan Bobot Buah Melon Hibrida yang Dievaluasi ... 19 11. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Melon Hibrida

yang Dievaluasi... 20 12. Skala Hedonik pada Peubah Rasa Buah, Aroma Buah dan

(10)

13. Skala Hedonik pada Peubah Warna Buah dan Penampilan Luar Buah Melon Hibrida yang Dievaluasi... 21

Lampiran

1. Data Curah Hujan Stasiun Ciawi Selama Penelitian... 30 2. Korelasi Linear antar Karakter Kuantitatif Melon Hibrida

yang Dievaluasi... 31 3. Lembar Quisioner Uji Hedonik... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Lampiran 1. Hibrida33 ... 33 2. Hibrida H12... 33 3. Hibrida H25... 34 4. Hibrida H68... 34 5. Hibrida H108... 35 6. Hibrida H145... 35 7. Action 434... 36

8. Antraknosa (Colletotrichum lagenarium)... 37

9. Powdery Mildew (Erysiphe cichoracearum) ... 37

10. Busuk Pangkal Batang (Mycospharella melons) ... 37

11. Layu Bakteri (Erwinia tracheiphila)... 37

12. Downy Mildew (Pseudoperonospora cubensis)... 38

13. Cucumber Mosaic Virus (CMV)... 38

14. Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis) ... 38

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman melon sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan tanaman melon cepat menghasilkan buah, harga yang relatif stabil, nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan pasar yang meningkat. Berdasarkan Departemen Pertanian (2005) produksi buah melon terus mengalami peningkatan pada tahun 2001-2003 (secara berurutan) yaitu 37 141 ton, 59 106 ton, 70 560 ton dan pernah mencapai 478 654 ton pada tahun 1996. Konsumsi buah melon pada 2005-2008 diperkirakan akan meningkat mencapai 1.34-1.50 kg/kapita/tahun dikarenakan adanya perubahan pola makan masyarakat yang semakin membutuhkan gizi seimbang, bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Melon banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak, manis, menyegarkan, aromanya yang khas dan mengandung zat gizi yang tinggi. Melon mengandung protein yang rendah dan kaya akan kandungan gula, vitamin dan mineral (Paje dan Vossen, 1994). Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma yang khas pada produk seperti sirup, permen dan sabun.

Benih melon yang banyak dibudidayakan di Indonesia merupakan hasil introduksi dari luar negeri dan masih terbatas jumlahnya. Pemenuhan benih masih tergantung dari negara–negara seperti Taiwan, Korea, Thailand dan Jepang. Harga benih melon impor yang relatif tinggi dapat menyebabkan petani harus mengeluarkan biaya produksi yang cukup tinggi.

Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan kebutuhan benih melon yaitu dengan meningkatkan produksi benih unggul melon. Peningkatan produksi benih unggul akan menyebabkan ketersediaan benih unggul terjaga dan dapat membatasi dan mengurangi penggunaan benih impor. Hal ini dapat ditempuh dengan melakukan penelitian yang dapat menghasilkan benih bermutu melalui cara pemuliaan tanaman yang dapat merakit suatu varietas melon hibrida.

Poespodarsono (1988) menyatakan varietas hibrida adalah generasi F1 dari

(13)

dan Vossen (1994) menyatakan bahwa kelebihan melon hibrida terletak dari segi keseragaman pada tanaman dan buah serta adanya kombinasi karakter yang diinginkan pada satu tanaman seperti kualitas buah, daya simpan, adaptasi pada lingkungan yang lembab dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Keunggulan melon hibrida tidak diragukan karena melon yang berkembang di Indonesia merupakan melon hibrida seperti Jade Dew dan Honey Dew dari jenis winter

melon, Sky Rocket dan Action 434 dari jenis muskmelon dan Hales Best dari jenis cantaloupe melon.

Penelitian ini merupakan salah satu rangkaian program pemuliaan yang dilakukan Pusat Kajian Buah–Buahan Tropika (PKBT) IPB untuk menghasilkan melon hibrida. Pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi karakter hortikultura enam hibrida melon sehingga diharapkan dapat mengetahui hibrida yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas baru.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakter hortikultura enam hibrida melon (Cucumis melo L.) dibandingkan dengan varietas pembanding dan mengidentifikasikan hibrida-hibrida potensial untuk dilepas menjadi varietas budidaya baru.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu dari enam hibrida melon yang diuji terdapat hibrida yang memiliki karakteristik yang berbeda dari varietas pembanding.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Melon (Cucumis melo L.)

Tanaman melon (Cucumis melo L.) termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae atau labu-labuan. Menurut Paje dan Vossen (1994) tanaman melon merupakan tanaman yang tumbuh menjalar, herbaceous, berbulu dan semusim (annual). Sistem perakaran besar, banyak menyebar pada kedalaman 30-40 cm dari atas permukaan tanah. Pada sebagian kecil akar ada yang dapat mencapai pada kedalaman satu meter.

Harjadi (1989) menyatakan bahwa struktur batang tanaman melon terdiri dari satu cabang yang berkembang menjadi sumbu utama. Batang utama bisa mencapai panjang 1.2 - 1.5 m. Cabang primer akan muncul dari ketiak daun pada batang utama. Selanjutnya dari cabang primer akan tumbuh cabang sekunder yang panjangnya lebih pendek dari cabang primer. Robinson dan Decker-Walters (1996) menambahkan bahwa batang melon berbentuk hampir bulat tapi bersiku seperti timun.

Menurut Whitaker dan Davis (1962) pada setiap ketiak daun akan muncul sulur (alat pembelit). Sulur-sulur pembelit ini disebut tendril yang merupakan karekteristik dari famili Cucurbitaceae. Paje dan Vossen (1994) menyatakan bahwa kedudukan daun melon berselang-seling sederhana. Melon mempunyai bentuk daun bulat bersudut, berdiameter 3 - 15 cm, memiliki 5 - 7 lekukan yang dangkal dan permukaan daunnya berbulu.

Menurut Tindall (1983) bunga melon dapat tergolong monoecious (berumah satu berkelamin tunggal) atau tergolong andro monoecious (pada satu tanaman dihasilkan bunga jantan dan bunga sempurna). Bunga melon berwarna kuning, tangkai yang pendek, kelopak bunga sebanyak 5 helai dan mahkota bunga 5 helai. Bunga sempurna terbentuk secara tunggal, tidak berkelompok sedangkan bunga jantan terbentuk secara berkelompok.

Harjadi (1989) menyatakan bahwa bunga sempurna (hermaprodit) akan mulai muncul jika batang utama telah mencapai panjang 60 cm dan terdapat pada ruas ke-1 atau ke-2 pada dari cabang primer dan akan rontok apabila 2 - 3 hari setelah mekar jika tidak terserbuki. Bunga jantan akan terus menerus terbentuk

(15)

sehingga akan didapat perbandingan antara bungan jantan dan bunga sempurna sekitar 10 : 1 . bunga jantan akan rontok dalam 1 - 2 hari setelah mekar. Meskipun memiliki bunga sempurna, penyerbukan sendiri tidak dapat dilakukan. Pembentukan buah melalui penyerbukan silang antara bunga jantan dan bunga sempurna dari tanaman yang sama atau antar tanaman. Penyerbukan biasanya dibantu oleh serangga dan lebah madu.

Melon termasuk ke dalam buah pepo, mempunyai ukuran dan bentuk yang bervariasi. Buah melon ada yang bentuk bulat, oval atau lonjong. Kulit buah melon ada yang halus tanpa jaring (net), memiliki jaring dan ada yang mempunyai juring. Warna kulit buah melon bervariasi yaitu ada yang berkulit putih, hijau, kuning kehijauan, kuning, kuning kecoklatan atau kuning atau jingga dengan dasar hijau atau kuning. Warna daging buah melon ada yang kuning, jingga, hijau atau putih (Paje dan Vossen, 1994).

Melon yang telah dibudidayakan dikelompokkan dalam dua tipe utama yaitu netted melon (melon berjaring) dan winter melon (melon tidak berjaring). Tipe melon berjaring (netted melon) terdiri dari dua macam yaitu muskmelon (Cucumis melo var reticulatus) dan cantaloupe (Cucumis melo var cantalupensis) sedangkan dari tipe melon tidak berjaring (winter melon) adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus) (Harjadi, 1989).

Menurut Robinson dan Decker-Walters (1996) melon dibagi menjadi beberapa kelompok utama, yaitu :

1. Kelompok Cantalupensis (biasanya disebut cantaloupe dan muskmelon) Cirinya adalah ukuran buah yang sedang dan memiliki jaring (net), permukaan kulit yang kasar, warna dagingnya jingga atau hijau, memiliki aroma. Panen dapat dicirikan dari tangkai buah. Biasanya termasuk golongan

andromonoecious.

2. Kelompok Inodorus (Winter Melon)

Cirinya adalah buahnya besar, waktu panennya paling lama daripada kelompok cantalupensis. Kulitnya halus dan tidak berjaring. Warna dagingnya putih atau hijau. Panen tidak dapat dicirikan dari tangkai buah. Biasanya termasuk golongan andromonoecious.

(16)

3. Kelompok Flexuosus (Snake Melon)

Cirinya adalah bentuk buahnya panjang, ramping dan biasanya berjuring. Biasanya digunakan sebelum matamg buahnya sebagai pengganti timun. Biasanya termasuk golongan monoecious.

4. Kelompok Conomon (Pickling Melon)

Cirinya adalah bentuk buahnya kecil dengan kulit yang halus, daging buahnya putih dan agak manis. Buahnya biasa digunakan sebagai acar dan dapat juga dimakan segar serta dimasak. Biasanya termasuk golongan

andromonoecious.

5. Kelompok Dudaim (Pomegrante Melon, Queen Anne’s pocket melon)

Melon kelompok dudaim sebelumnya dimasukkan dalam kelompok Chito (manggo melon). Bentuk buahnya kecil, bulat sampai lonjong, daging buah berwarna putih dan kulitnya tipis.

6. Kelompok Momordica (Phoot. Snap Melon)

Cirinya adalah bentuk buahnya bulat silinder dengan ukuran 30 – 60 x 7 – 15 cm. Warna dagingnya putih dan jingga. Kadar gulanya rendah, kulitnya halus. Biasanya termasuk golongan monoecious.

Syarat Tumbuh

Tanaman melon (Cucumis melo L.) dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik. Menurut Harjadi (1989) tanaman melon dapat tumbuh baik dari ketinggian tanah 0 – 700 m di atas permukaan laut (dpl). Paje dan Vossen (1994) menambahkan bahwa tanaman melon masih dapat tumbuh jika ditanam sampai pada ketinggian 1000 m dpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman melon antara 18oC - 28 oC, pertumbuhan akan lambat apabila ditanam pada suhu dibawah 12 oC.

Harjadi (1989) menyatakan bahwa tanaman melon memerlukan keadaan iklim yang panas selama tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Sinar matahari yang cukup, kelembaban udara yang rendah dan tidak banyak turun hujan selama pertumbuhan akan menghasilkan buah yang berkualitas tinggi dan tanaman yang vigor. Ashari (1995) menyatakan bahwa apabila tanaman melon

(17)

ditanam pada daerah yang memiliki kelembaban tinggi maka akan mengalami kendala penyakit dan perkembangan buahnya kurang baik.

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman melon berkisar antara 2000 - 3000 mm/tahun. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanaman rusak secara langsung, kelembaban yang tinggi sekitar tanaman sehingga menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit (Whitaker dan Davis, 1962). Tanaman melon memerlukan tanah yang gembur, berdrainase yang baik dan bebas dari nematoda atau penyakit soilborne lainnya. Tipe tanah ringan seperti tanah berpasir atau liat berpasir memberikan pertumbuhan yang baik dibandingkan tanah yang berat. Tanah gambut, tanah liat berat atau tanah cadas tidak disarankan untuk ditanami melon (Harjadi, 1989 ).

Menurut Thompson & Kelly (1957) dan Tindall (1983) tanaman melon akan optimal apabila dibudidayakan pada tanah dengan kisaran pH 6.0 - 6.7. Menurut Harjadi (1989) penanaman melon pada tanah yang masam akan menyebabkan terjadinya gejala Acid Yellowing yang memiliki gejala seperti tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat dengan daun berwarna kuning sehingga diperlukan pengapuran sebelum ditanami oleh melon. Selain kemasaman, tanaman melon juga peka terhadap kadar garam yang cukup tinggi.

Kualitas Buah Melon

Harjadi (1989) menyatakan bahwa salah satu ciri komoditi hortikultura adalah harga pasar produknya ditentukan oleh mutu (kualitas). Schneider dan Scarborough (1960) menyatakan bahwa kualitas dan penampilan produk buah sangat penting dalam menentukan harga dan penerimaan konsumen. Hal ini disebabkan kualitas buah dipengaruhi oleh karakter eksternal buah seperti penampilan, warna dan kondisi fisik. Santoso dan Purwoko (1995) menambahkan bahwa kualitas komoditi hortikultura segar seperti buah dan sayuran dilihat dari komponen penampilan, tekstur, rasa dan aroma, nilai nutrisi serta keamanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas komoditi hortikultura segar adalah faktor genetik, faktor lingkungan prapanen, pemanenan, perlakuan pasca panen dan interaksi antar berbagai faktor yang telah dijelaskan sebelumnya (Santoso dan Purwoko, 1995). Faktor yang mempengaruhi kualitas buah melon

(18)

adalah rasa manis (kandungan gula), tekstur daging buah yang tepat, aroma daging buah yang khas dan penampakan buah. Hal-hal yang diperhatikan dari penampakan buah melon adalah bentuk buah, netting dan bobot buah (Harjadi, 1989).

Uji Hedonik

Pengujian kesukaan digunakan untuk mengukur penilaian subjektifitas terhadap suatu produk berdasarkan panca indra. Hasil dari pengujian menghasilkan sebuah indikasi pilihan (memilih salah satu atau lebih), kesukaan (suka atau tidak suka) atau penerimaan (menerima atau menolak) sebuah produk. Pengujian ini secara umum digunakan pada responden tak terlatih dengan jumlah yang besar untuk mendapatkan sebuah pertimbangan pada satu produk dibanding yang lain. Panelis diseleksi agar dapat mewakili target pasar. Metode yang digunakan pada pengujian kesukaan adalah pasangan perbandingan, skala hedonik dan tes rangking (Poste et al, 1991).

Pada umumnya untuk mengukur tingkat kesukaan pada suatu sampel menggunakan skala hedonik. Kata hedonik didefinisikan melakukan sesuatu dengan kesenangan. Skala memuat angka yang menyatakan ekspresi panelis pada tingkat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sampel. Skala yang berselang panjang dapat digunakan tetapi yang biasa digunakan 9 skala hedonik dengan urutan dari suka sangat ekstrim sampai tidak suka sangat ekstrim. Respon panelis dirubah menjadi angka dengan urutan 1 untuk yang tidak suka sangat ekstrim sampai 9 untuk suka sangat ekstrim. Data dianalisis dengan t-test jika hanya ada 2 sampel yang dievaluasi atau menggunakan analisis varian jika menggunakan 3 sampel atau lebih. Alternatif analisis yang lain adalah merangking skor utuk panelis dan dimasukkan ke uji Friedman (Poste et al, 1991).

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2005, bertempat di kebun percobaaan PKBT IPB Tajur 2, Bogor. Memiliki ketinggian 487 m dpl, jenis tanah Latosol dan suhu rata - rata 25,49 oC.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah enam hibrida melon yaitu H9, H12, H25, H68, H108, H145 dan satu varietas melon hibrida komersial yaitu Action 434 sebagai pembanding.

Sarana produksi yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk NPK, KNO3, pupuk daun, pestisida seperti insektisida dengan bahan aktif Metonil 25 %

dan bahan pembawa 75 %, fungisida kontak dengan bahan aktif Propineb 70 %, fungisida sistemik dengan bahan aktif Karbendazim 500 g/l, Fenarimol 120 g/l, Benomil 50 %, bahan perekat pestisida, insektisida benih dengan bahan aktif Karbofuran, muloskisida berbahan aktif Metaldehyde 5 %, polybag, tali plastik, bambu untuk turus dan mulsa plastik hitam perak. Alat-alat yang digunakan yaitu

hand refractometer, jangka sorong, timbangan, gunting stek dan meteran.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 7 hibrida melon yang ditempatkan secara acak sehingga terdapat 21 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 16 tanaman.

Model matematika dari rancangan di atas yaitu : Yij = µ + αi + βj + €ij (i = 1, 2, ... 7; j = 1, 2, 3)

Yij = Respon pengamatan hibrida ke-i ulangan ke-j

µ = Nilai rataan umum αi = Pengaruh hibrida ke-i

βj = Pengaruh ulangan ke-j

(20)

Untuk mengetahui pengaruh nyata dari genotipe maka digunakan uji F pada taraf nyata α = 5 %. (Gomez dan Gomez, 1976). Apabila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang diamati maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Dunnett pada taraf nyata 5 % (Steel dan Torrie, 1980).

Pada peubah-peubah kualitatif dianalisis dengan analisis varians satu arah Kruskal-Wallis dengan rumus :

) 1 ( 3 ) 1 ( 12 2 + − + =

n n R n n H i i i

Keterangan: ni = Banyaknya pengamatan dalam contoh ke-i

Ri 2 = Jumlah kuadrat dalam contoh ke-i

Poste et al (1991) menyatakan bahwa analisis uji hedonik menggunakan

uji friedman, dengan rumus :

) 1 ( 3 ) 1 ( 12 2 2 + + =

r b t t bt i i r χ Keterangan: t = Jumlah hibrida

b = Jumlah panelis

ri2 = Jumlah kuadrat untuk hibrida ke-i

Menurut Steel dan Torrie (1980) Analisis korelasi linear dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua peubah. Analisis ini dilakukan pada taraf nyata 5 % yang dihitung dengan rumus :

Keterangan : r(xy) = Nilai koefisien korelasi antara karakter x dan y xi = Nilai pengamatan ke-i pada karakter pertama

x = Nilai rata-rata karakter pertama

yi = nilai pengamatan ke-i pada karakter kedua

y = Nilai rata-rata karakter kedua

= =

=

n i i n i i

y

y

x

x

y

y

x

x

xy

r

1 1 2 1 1

))

(

)

((

))

)(

((

)

(

(21)

Pelaksanaan Penelitian

Lahan disiapkan melalui tahap kegiatan seperti pembalikan tanah, penggemburan dan penghalusan serta membuat guludan atau bedengan tempat bibit melon ditanam. Bersamaan dengan pengolahan tanah dilakukan pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK. Bedengan dibentuk sesuai rancangan dengan panjang 28 m, lebar 104 cm dan tinggi 50 cm. Bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak lalu dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm.

Perkecambahan benih dilakukan di tempat yang lembab dan hangat selama sekitar 1-3 hari. Apabila benih sudah berkecambah, pindahkan ke dalam polibag 8 cm x 10 cm dan setiap polibag berisi satu benih. Media penyemaian yang digunakan berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 serta ditambah NPK dan nematisida. Persemaian akan dipindah ke lapang setelah 10-14 hari.

Sebelum bibit dipindahkan ke lapang dilakukan perendaman dengan fungisida. Penanaman dilakukan pada pagi hari. Pemeliharaan tanaman meliputi pemasangan turus, pengendalian hama penyakit secara kimia dan mekanis, pengikatan tanaman serta buah, pemangkasan cabang lateral kecuali cabang ke-9 sampai ke-14 dan penyiangan antar bedengan.

Pemanenan dilakukan pada buah yang telah menampakkan ciri-ciri umum untuk panen. Menurut Harjadi (1989) panen akan dilakukan setelah jaring (net) terbentuk dengan sempurna untuk tipe melon berjaring (netted melon), tangkai buah mengalami keretakan (full slip), perubahan warna kulit buah dan mengeluarkan aroma wangi. Pada melon jenis winter akan lebih cepat panen daripada melon jenis berjaring.

Pengamatan

Peubah yang diamati dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu morfologi tanaman, morfologi buah dan penerimaan konsumen terhadap buah (Uji Hedonik).

1. Peubah pengamatan morfologi tanaman :

a) Diameter tanaman (mm), diukur bagian pangkal batang pada ruas ke-8 b) Bentuk daun, dengan kriteria : 1) bulat, 2) bulat telur

(22)

c) Tepi daun, dengan kriteria : 1) rata, 2) bergerigi, 3) berombak d) Ujung daun, dengan kriteria : 1) tumpul, 2) membulat

e) Warna daun, dengan kriteria : 1) hijau muda, 2) hijau, 3) hijau tua

f) Permukaan daun, dengan kriteria : 1) mengkilap, 2) suram, 3) kasap, 4) berkerut, 5) berbulu, 6) bersisik, 7) berlilin

g) Bentuk batang, dengan kriteria : 1) bulat, 2) persegi, 3) pipih h) Warna batang dengan kriteria : 1) hijau, 2) coklat, 3) kehijauan

i) Umur berbunga jantan (Hari Setelah Pindah Tanam = HSPT), dihitung mulai tanam sampai mekarnya bunga jantan pertama.

j) Umur berbunga hemaprodit / betina (HSPT), dihitung mulai tanam sampai mekarnya bunga hemaprodit pada buku ke-9.

k) Umur panen (HSPT), dihitung dari mulai tanam sampai buah dipanen. l) Keserempakan bibit, dengan kriteria 1) tidak baik, 2) kurang baik, 3)

cukup baik, 4) baik, 5) sangat baik.

m) Pertumbuhan vegetatif, dengan kriteria 1) tidak baik, 2) kurang baik, 3) cukup baik, 4) baik, 5) sangat baik.

n) Ketahanan terhadap Organisme penganggu Tanaman (OPT), dengan kriteria - = Tidak terserang, + = Ringan , ++ = Sedang, +++ = Berat, ++++ = Sangat Berat

2. Peubah pengamatan morfologi buah :

a) Bentuk buah, dengan kriteria : 1) bulat, 2) lonjong

b) Panjang buah (cm), diukur mulai pangkal sampai ujung buah.

c) Diameter buah (cm), diukur pada bagian tengah buah bagian horisontal. d) Lingkar buah (cm), diukur dengan mengelilingi bagian tengah buah. e) Warna kulit buah muda, dengan kriteria : 1) hijau, 2) kuning

f) Warna kulit buah tua, dengan kriteria : 1) hijau, 2) kuning g) Ketebalan daging buah, dihitung pada bagian tengah buah.

h) Warna daging buah, dengan kriteria : 1) putih, 2) hijau muda, 3) hijau, 4) jingga, 5) jingga tua

i) Tekstur daging buah, dengan kriteria : 1) halus tak berserat, 2) berserat halus, 3) berserat kasar

(23)

k) Aroma buah, dengan kriteria : 1) tidak wangi, 2) wangi

l) Kadar Padatan terlarut total (PTT), Diukur dengan menggunakan hand

refractometer (setelah buah dikupas) pada bagian buah.

m) Bobot buah (gram), diukur dengan menggunakan timbangan kasar.

n) Daya simpan (Hari Setelah Panen = HSP), diukur dari mulai buah setelah dipanen sampai buah tidak layak untuk dikonsumsi.

3. Pengamatan tingkat kesukaan konsumen terhadap buah (Uji Hedonik)

Dilakukan dengan memberikan lembar quisioner pada 11 panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan dan peneriman konsumen (Tabel Lampiran 3). Panelis berasal dari mahasiswa departemen Agronomi dan Hortikultura. Pengujian yang dilakukan terhadap :

a) Rasa buah, dengan kriteria : (1) Sangat tidak suka, (2) Tidak suka, (3) Agak suka, (4) Suka, (5) Sangat suka.

b) Aroma buah, dengan kriteria : (1) Sangat tidak suka, (2) Tidak suka, (3) Agak suka, (4) Suka, (5) Sangat suka.

c) Tekstur buah, dengan kriteria : (1) Sangat tidak suka, (2) Tidak suka, (3) Agak suka, (4) Suka, (5) Sangat suka.

d) Warna buah, dengan kriteria : (1) Sangat tidak suka, (2) Tidak suka, (3) Agak suka, (4) Suka, (5) Sangat suka.

e) Penampilan luar buah,dengan kriteria : (1) Sangat tidak suka, (2) Tidak suka, (3) Agak suka, (4) Suka, (5) Sangat suka.

Pengamatan terhadap morfologi tanaman dilakukan pada 5 tanaman contoh yang dipilih secara acak dari tiap satuan percobaan. Pengamatan terhadap morfologi buah dilakukan pada semua buah yang berhasil dipanen.

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Keadaan perkecambahan benih cukup serempak dan mempunyai daya tumbuh bibit antara 78% - 100% (Tabel 1). Adanya daya tumbuh bibit yang rendah disebabkan umur benih yang sudah lama dan kurang baiknya penanganan benih pasca panen. Diawal persemaian, kondisi bibit terlihat baik namun memasuki minggu kedua beberapa bibit ada yang terserang rebah semai, embun tepung dan defisiensi unsur hara. Hal ini terjadi karena kelembaban yang tinggi akibat seringnya turun hujan di sekitar lokasi penelitian dan kurang tersedianya unsur yang dibutuhkan pada media tumbuh akan tetapi hal ini dapat teratasi dengan pengaplikasian pupuk daun pada persemaian.

Tabel 1. Keserempakan Bibit, Pertumbuhan Vegetatif, Ketahanan Terhadap Organisme Penganggu Tanaman (OPT) dan Daya Tumbuh Bibit pada Persemaian

Hibrida Keserempakan Bibit Pertumbuhan Vegetatif Daya tumbuh (%)

H 9 Sangat baik Cukup baik 99

H 12 Sangat baik Cukup baik 92

H 25 Sangat baik Cukup baik 100

H 68 Baik Cukup baik 84

H 108 Cukup baik Cukup baik 93

H 145 Cukup baik Cukup baik 78

Action 434 Sangat baik Kurang baik 96

Bibit dipindahkan setelah muncul 2 - 3 daun atau sekitar 2 minggu di persemaian. Pindah tanam dilakukan sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda disebabkan adanya perkecambahan susulan benih hibrida baru di persemaian. Persentase penyulaman 2.8 % dari total tanaman. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati, vigornya lemah serta dimakan hama seperti bekicot dan tikus. Hal ini dapat diatasi dengan pengendalian secara mekanik dan kimiawi.

Serangan hama dan penyakit mulai terlihat sekitar dua minggu setelah pindah tanam (MSPT) dan semakin bertambahnya waktu maka tingkat serangan hama penyakit semakin meningkat. Kondisi hibrida yang ditanam mengalami

(25)

serangan hama penyakit yang tinggi. Hal ini dikarenakan kelembaban yang tinggi akibat sering turunnya hujan selama penelitian (Tabel Lampiran 1) dan ketika diawal penanaman masih ada tanaman sejenis di lokasi penelitian. Kendala tersebut diatasi dengan melakukan pengendalian hama penyakit secara mekanis dan kimiawi serta menanam tanaman barier namun hal ini tidak menghilangkan hama penyakit secara menyeluruh. Tingkat serangan hama dan penyakit dapat diketahui pada Tabel 2 dan Tabel 3 berdasarkan pengamatan di lapang.

Tabel 2. Tingkat Serangan Hama pada Pertanaman Melon Hibrida yang Dievaluasi

Hibrida Kumbang daun1 Ulat daun2 Pengorok daun3 Lalat buah4

H 9 ++ ++ + ++ H 12 ++ ++ ++ ++ H 25 ++ ++ + + H 68 ++ ++ + + H 108 + ++ + + H 145 + + + + Action 434 +++ ++ ++ ++ 1

Aulacophora femoralis M., 2Palpita sp, 3Liriomyza huidobrensis, 4Bactocera cucurbitacae.

Ket : - = Tidak terserang + = Ringan , ++ = Sedang, +++ = Berat, ++++ = Sangat Berat

Tabel 3. Tingkat Serangan Penyakit pada Pertanaman Melon Hibrida yang Dievaluasi

Hibrida pangkal Busuk

batang1 Antraknosa 2 Powdery mildew3 Downy mildew4 Layu bakteri5 CMV6 Busuk tangkai/ cabang7 H 9 + + ++ ++ + + + H 12 + ++ +++ ++ + + + H 25 + + ++ + + + + H 68 + + ++ ++ + + + H 108 + + ++ + - - + H 145 + + + + - + + Action 434 + ++ ++ ++++ ++ ++ + 1

Mycosphaerella melonis, 2Colletotrichum lagenarium, 3Erysiphe cichoracearum,

4

Pseudoperonospora cubensis, 5Erwinia tracheiphila, 6Cucumber Mosaik Virus, 7Botryodiplodia theobromae.

(26)

Panen buah perdana dilakukan pada tujuh minggu setelah pindah tanam (MSPT) yaitu pada awal bulan Agustus 2005. Panen dilakukan pada buah yang telah menampakkan ciri-ciri umum untuk panen. Pemanenan dilakukan setiap hari sampai 9 hari setelah panen perdana. Buah tidak dapat dipanen secara serentak karena adanya perbedaan pematangan buah antar hibrida.

Hasil uji F untuk peubah kuantitatif menunjukkan bahwa hampir semua peubah memiliki perbedaan yang nyata kecuali peubah kadar padatan terlarut total (PTT), bobot buah dan daya simpan. Nilai koefisien keragaman (kk) pada penelitian ini berkisar 2.08 – 23.02 %. Nilai terendah dicapai pada peubah umur panen dan nilai tertinggi dicapai pada peubah bobot buah (Tabel 4). Hasil uji Kruskal-Wallis pada peubah kualitatif menunjukkan perbedaan nyata pada peubah bentuk buah, warna daging buah, tekstur daging buah, keserempakan bibit, pertumbuhan vegetatif, ketahanan OPT, bentuk daun, ujung daun dan warna daun (Tabel 5). Hasil uji Friedman dari pengujian hedonik menunujukkan pengaruh yang nyata pada karakter rasa buah dan pengaruh yang sangat nyata pada karakter warna buah (Tabel 6)

Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-Peubah Kuantitatif Melon Hibrida yang Dievaluasi

Peubah Pr > F Koefisien Keragaman (%)

Panjang buah (cm) * 7.26

Diameter buah (cm) * 7.02

Lingkar buah (cm) * 6.39

Tebal daging buah (mm) * 11.30

Kadar PTT (0Brix) tn 15.49

Bobot buah (g) tn 23.02

Umur panen (HSPT) ** 2.08

Umur berbunga jantan (HSPT) ** 9.96

Umur berbunga hermaprodit (HSPT) * 4.05

Diameter batang (mm) ** 5.08

Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5 % ** = Berbeda nyata pada taraf 1 % tn = Tidak berbeda nyata

(27)

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Kruskal-Wallis pada Peubah Kualitatif Melon Hibrida yang Dievaluasi

Peubah Pr > F

Bentuk Buah *

Warna Kulit Buah Muda tn

Warna Kulit Buah Tua tn

Warna Daging Buah **

Tekstur Daging Buah *

Rasa Daging Buah tn

Aroma Buah tn

Keserempakan Bibit **

Pertumbuhan Vegetatif *

Ketahanan tehadap OPT *

Bentuk Batang tn Warna Batang tn Bentuk Daun ** Tepi Daun tn Ujung Daun ** Warna Daun * Permukaan Daun tn

Keterangan : * : berpengaruh nyata berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada taraf 5% ** : berpengaruh nyata berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada taraf 1 % tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji Kruskal-Wallis

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Friedman pada Pengujian Hedonik Melon Hibrida yang Dievaluasi Peubah Pr >F Rasa buah * Aroma buah tn Tekstur buah tn Warna buah **

Penampilan luar buah tn

Keterangan : * : berpengaruh nyata berdasarkan uji Friedman taraf 5% ** : berpengaruh nyata berdasarkan uji Friedman pada taraf 1 % tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji Friedman

Karakter Vegetatif

Pada Tabel 7 terlihat bahwa karakter bentuk batang dan warna batang terdapat keseragaman karena pada semua hibrida mempunyai bentuk batang persegi dan berwarna hijau. Pada karakter diameter batang, hibrida H108 memiliki diameter batang yang lebih besar daripada varietas pembandingnya

(28)

yaitu sebesar 11.3 mm. Berdasarkan Tabel 8, karakter tepi daun dan permukaan daun menunjukkan keseragaman, namun pada karakter bentuk daun, ujung daun dan warna daun menunjukkan perbedaan diantara hibrida. Pada peubah bentuk daun, hibrida H108 dan hibrida H145 memiliki bentuk daun yang bulat dengan ujung daun yang membulat sedangkan hibrida yang lain memiliki bentuk daun bulat telur dengan ujung daun yang tumpul. Pada karakter warna daun menunjukkan hibrida H12 dan Action 434 memiliki warna hijau namun pada hibrida yang lain memiliki warna hijau tua.

Tabel 7. Bentuk batang, Warna Batang dan Diameter Batang Melon Hibrida yang Dievaluasi

Diameter batang

Hibrida Bentuk batang Warna batang

mm H9 Persegi Hijau 10.0 H12 Persegi Hijau 10.9 a H25 Persegi Hijau 9.3 H68 Persegi Hijau 10.7 a H108 Persegi Hijau 11.3a H145 Persegi Hijau 10.1

Action 434 Persegi Hijau 9.0

Keterangan : a = Nyata lebih tinggi dari varietas pembanding

Tabel 8. Bentuk Daun, Tepi Daun, Ujung Daun, Warna Daun dan Permukaan Daun Melon Hibrida yang Dievaluasi

Hibrida Bentuk daun Tepi daun Ujung daun Warna daun Permukaan daun

H9 Bulat telur Berombak Tumpul Hijau tua Kasap

H12 Bulat telur Berombak Tumpul Hijau Kasap

H25 Bulat telur Berombak Tumpul Hijau tua Kasap

H68 Bulat telur Berombak Tumpul Hijau tua Kasap

H108 Bulat Berombak Membulat Hijau tua Kasap

H145 Bulat Berombak Membulat Hijau tua Kasap

(29)

Karakter Generatif

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa hibrida H145 nyata paling lama berbunga jantan dibandingkan dengan varietas pembandingnya dengan umur 17 HSPT. Karakter umur berbunga hermaprodit pada semua hibrida menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding. Pada umur panen menunjukkan bahwa hibrida H68 paling genjah dibandingkan dengan varietas pembandingnya dengan umur 56 HSPT.

Tabel 9. Nilai Tengah pada Peubah Umur Berbunga Jantan, Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen Melon Hibrida yang Dievaluasi

Umur berbunga Jantan Umur berbunga hermaprodit Umur panen Hibrida ---hari--- H9 13 24 62 H12 15. 26 61 H25 13 24 62 H68 17 25 56 b H108 15 25 59 H145 17 a 27 60 Action 434 14 25 62

Keterangan : a= Nyata lebih tinggi dari varietas pembanding b = Nyata lebih rendah dari varietas pembanding

Karakter Kuantitatif Buah

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa pada semua karakter yang diamati tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dengan varietas pembanding. Pada karakter panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan bobot buah, hibrida H108 memiliki nilai yang besar yaitu 12.4 cm, 10.9 cm, 34.7 cm dan 789 g namun tidak berbeda nyata dengan varietas pembandingnya. Pada karakter tebal daging buah, hibrida H68 memiliki tebal daging yang besar yaitu 23 mm, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan varietas pembandingnya. Hibrida

(30)

H25 memiliki nilai kadar padatan terlarut total sebesar 6.6 obrix namun tidak berbeda nyata dengan varietas pembandingnya.

Tabel 10. Nilai Tengah pada Peubah Panjang Buah, Diameter Buah, Lingkar Buah, Tebal Daging Buah, Kadar PTT dan Bobot Buah Melon Hibrida yang Dievaluasi Hibrida Panjang buah Diameter buah Lingkar buah Tebal daging buah Kadar PTT Bobot buah ---cm--- ---mm--- ---Brix--- ---g--- H9 9.7 8.6 28.0 16 6.3 406 H12 10.4 9.7 31.5 18 5.0 527 H25 9.3 8.6 27.7 16 6.6 379 H68 10.8 10.2 33.3 23 6.3 623 H108 12.4 10.9 34.7 21 6.0 789 H145 10.9 9.2 29.1 18 6.3 520 Action 434 11.1 9.9 32.5 20 5.1 579

Karakter Kualitatif Buah

Hasil pengamatan pada karakter kualitatif buah menunjukkan perbedaan pada karakter bentuk buah, warna daging buah, tekstur buah dan rasa buah. Sedangkan pada karakter warna kulit buah muda dan tua menunjukkan keseragaman. Pada karakter bentuk buah memiliki hibrida H145 memiliki bentuk buah yang lonjong sedangkan pada hibrida yang lain memiliki bentuk yang bulat. Warna daging buah jingga dimiliki oleh hibrida H9, H25, H108, H145, warna daging buah hijau muda dimiliki oleh hibrida H12, sedangkan pada varietas pembanding memiliki warna daging buah putih. Karakter rasa buah hampir semua hibrida memiliki keseragaman kecuali hibrida H12 dan varietas pembanding yang memilki rasa hambar. Karakter aroma buah menunjukkan keseragaman kecuali varietas pembanding (Tabel 11).

(31)

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Melon Hibrida yang Dievaluasi Hibrida Bentuk Buah Warna kulit buah muda Warna kulit buah tua Warna daging buah Tekstur buah Rasa buah Aroma buah H 9 Bulat Hijau Kuning Jingga Berserat

halus Manis Wangi

H 12 Bulat Hijau Kuning Hijau

Muda

Berserat

halus Hambar Wangi H 25 Bulat Hijau Kuning Jingga Berserat

halus Manis Wangi H 68 Bulat Hijau Kuning Putih Berserat

halus Manis Wangi H 108 Bulat Hijau Kuning Jingga Berserat

halus Manis Wangi H 145 lonjong Hijau Kuning Jingga Berserat

halus Manis Wangi Action 434 Bulat Hijau Kuning Putih Halus tak

berserat Hambar

Tidak wangi

Hedonik

Hasil uji Friedman menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter rasa buah dan warna buah (Tabel 6). Pada Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap lima karakter buah melon. Semakin tinggi peringkatnya maka semakin tinggi tingkat kesukaan panelis. Karakter rasa buah hibrida H145 agak disukai oleh panelis dan memiliki peringkat paling tinggi sebesar 58. Pada karakter warna buah, hibrida H25 disukai panelis dengan warna jingganya dan mempunyai peringkat tertinggi sebesar 60.5.

(32)

Tabel 12. Skala Hedonik pada Peubah Rasa Buah, Aroma Buah dan Tekstur Buah Melon Hibrida yang Dievaluasi

Rasa buah Aroma buah Tekstur buah

Hibrida

Skala Skor Skala Skor Skala Skor

H 9 Agak suka 50 Suka 59,5 Agak suka 40

H 12 Agak suka 39 Agak suka 44 Agak suka 44

H 25 Agak suka 40,5 Agak suka 42 Agak suka 48,5 H 68 Agak suka 45,5 Tidak suka 34 Agak suka 46,5

H 108 Agak suka 45 Agak suka 46 Agak suka 47

H 145 Agak suka 58 Agak suka 51 Agak suka 48,5

Action 434 Tidak suka 27 Tidak suka 32 Agak suka 33,5

Tabel 13. Skala Hedonik pada Peubah Warna Buah dan Penampilan Luar Buah Melon Hibrida yang Dievaluasi

Warna buah Penampilan luar buah Hibrida

Skala Skor Skala Skor

H 9 Suka 51,5 Tidak suka 29,5

H 12 Agak suka 34,5 Agak suka 44

H 25 Suka 60,5 Agak suka 38

H 68 Agak suka 23 Suka 58

H 108 Suka 47,5 Agak suka 41,5

H 145 Suka 51 Agak suka 52

Action 434 Agak suka 34 Agak suka 45

Korelasi Antar Karakter Kuantitatif

Koefisien korelasi mempunyai nilai berkisar -1 sampai 1. Mendekati nilai tersebut semakin kuat korelasinya. Nilai koefisien korelasi positif adalah semakin tinggi nilai suatu karakter maka semakin tinggi nilai karakter yang lain, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien korelasi negatif adalah semakin tinggi nilai suatu karakter maka nilai karakter yang lain semakin rendah, begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan Tabel Lampiran 2, karakter diameter buah berkorelasi positif terhadap panjang buah. Karakter lingkar buah berkorelasi positif terhadap panjang buah dan diameter buah. Karakter tebal daging buah berkorelasi positif terhadap

(33)

diameter buah dan lingkar buah. Hasil ini menunjukkan semakin besar diameter buah dan lingkar buah maka daging buah semakin tebal. Karakter bobot buah berkorelasi positif nyata terhadap tebal daging buah, panjang buah, diameter buah dan lingkar buah. Umur panen berkorelasi negatif terhadap tebal daging buah dan umur berbunga jantan.

(34)

Pembahasan

Kondisi lingkungan penanaman yang lembab akibat seringnya turun hujan menyebabkan hibrida-hibrida yang dievaluasi memiliki kerentanan terhadap OPT terutama penyakit downy mildew (Pseudoperonospora cubensis). Tanaman terserang penyakit sekitar 2 MSPT sehingga mengakibatkan kondisi vegetatif tanaman dan kualitas buah seperti kadar PTT dan bobot buah menurun. Paje dan Vossen (1994) menyatakan bahwa penyakit downy mildew lebih banyak menyerang pada udara yang lembab. Semangun (1994) menyatakan bahwa penyakit downy mildew menginfeksi daun sehingga menyebabkan daun menjadi klorotis, coklat, dan mengering.

Daun pada tanaman merupakan alat fotosintesis yang pokok. Fotosintesis berlangsung dengan kehadiran klorofil yang banyak terdapat pada palisade di dalam jaringan daun (Harjadi, 1979). Berkurangnya jumlah daun akibat penyakit berpengaruh terhadap ketidakoptimal tanaman dalam melakukan fotosintesis. Hal ini mengakibatkan hasil fotosintat yang akan dihasilkan berkurang dan menyebabkan kadar gula dalam buah rendah.

Berdasarkan hasil analisis korelasi linear, karakter lingkar buah berkorelasi positif terhadap panjang buah dan diameter buah. Karakter tebal daging buah berkorelasi positif terhadap diameter buah dan lingkar buah. Kohar (2004) menyatakan bahwa antara karakter tebal daging dengan karakter lingkar buah terdapat korelasi positif nyata. Afandi (2004) menambahkan bahwa buah yang besar dan panjang memiliki daging yang tebal. Karakter bobot buah berkorelasi positif nyata terhadap tebal daging buah, panjang buah, diameter buah dan lingkar buah. Muhtar (2005) menyatakan bahwa berat buah berkorelasi positif sangat nyata dengan karakter panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan tebal daging tengah.

Paje dan Vossen (1994) menyatakan bahwa kelebihan melon hibrida terletak dari segi keseragaman buah yang tinggi baik dalam mutu maupun bentuknya, daya tumbuhnya cepat serta memungkinkan diperoleh kombinasi karakter yang diinginkan pada satu tanaman. Untuk dapat mengetahui potensi yang dimiliki hibrida melon perlu dilakukan pengujian lapang dan kegiatan evaluasi karakter. Penggunaan varietas pembanding untuk menilai keunggulan

(35)

karakter yang dimiliki hibrida. Apabila karakter yang dimiliki lebih unggul dari varietas pembanding maka berpotensi untuk dilepas sebagai varietas.

Action 434 yang ditanam dalam penelitian ini memiliki keserempakan bibit yang sangat baik dengan daya tumbuh bibit sebesar 96 % dan pertumbuhan vegetatif kurang baik. Action 434 tidak tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Bentuk daun bulat telur dengan tepi berombak, ujung daun yang tumpul, permukaan daun kasap dan warna daun hijau. Umur berbunga jantan 14 HSPT, umur berbunga hermaprodit 25 HSPT dan umur panen 62 HSPT. Bentuk buah bulat, kulit berwarna hijau kekuningan, daging buah berwarna putih, tekstur buah halus tak berserat, rasa buah hambar, tidak wangi, panjang buah 11.1 cm, diameter buah 9.9 cm, lingkar buah 32.5 cm, tebal daging buah 20 mm, kadar PTT 5.1 oBrix dan bobot buah sebesar 579 g.

Berdasarkan hasil evaluasi, hibrida H9 memiliki keserempakan bibit yang sangat baik dengan daya tumbuh bibit 99 %, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan agak tahan dengan serangan OPT dengan tingkat serangan sedang. Bentuk buah bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah jingga, tebal daging yang tipis dan kadar PTT sebesar 6.3

oBrix. Panelis menyukai warna buah dan aroma buah.

Hibrida H12 memiliki keserempakan bibit yang sangat baik dengan daya tumbuh bibit 92 %, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan agak tahan terhadap OPT namun cukup rentan terhadap penyakit powdery mildew. Hibrida H12 memiliki bentuk buahnya bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah hijau muda, tebal daging yang tipis dan kadar PTT sebesar 5.0 oBrix. Penerimaan panelis terhadap hibrida H12 agak suka pada

semua karakter.

Hibrida H25 memiliki keserempakan bibit yang sangat baik dengan daya tumbuh bibit 100 %, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan tahan terhadap OPT terutama penyakit downy mildew. Bentuk buahnya bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah jingga dan kadar PTT sebesar 6.6 oBrix. Panelis suka terhadap warna buahnya yang jingga.

Hibrida H68 memiliki keunggulan nyata lebih genjah dari varietas pembanding. Keserempakan bibitnya baik dengan daya tumbuh bibit sebesar 84

(36)

% dan pertumbuhan vegetatif yang cukup baik. Buahnya besar, bentuk buahnya bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah putih dan kadar PTT hibrida H68 sebesar 6.3 oBrix. Panelis menyukai penampilan luar buah hibrida H68.

Hibrida H108 memiliki keunggulan tahan terhadap OPT terutama penyakit

downy mildew. Keserempakan bibit dan pertumbuhan vegetatif hibrida H108

cukup baik dengan daya tumbuh bibit sebesar 93 %. Bentuk buahnya bulat dan besar, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah jingga serta kadar PTT sebesar 6.0 oBrix. Panelis menyukai warna hibrida H108 yang berwarna jingga.

Hibrida H145 memiliki keunggulan tahan terhadap OPT terutama penyakit

powdery mildew dan downy mildew. Keserempakan bibit cukup baik dengan daya

tumbuh bibit sebesar 78 % dan pertumbuhan vegetatif yang cukup baik. Bentuk buahnya lonjong, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah jingga dan kadar PTT sebesar 6.3 oBrix. Munculnya bunga jantan nyata lebih lama dari varietas pembanding namun hal ini tidak mempengaruhi terhadap umur berbunga hermaprodit dan umur panen. Panelis menyukai warnanya yang jingga.

Berdasarkan karakter yang dimiliki hibrida terlihat bahwa masing-masing hibrida mempunyai keunggulan tertentu serta kelemahan pada karakter yang lain. Secara umum hibrida-hibrida yang di evaluasi memiliki karakter yang berbeda dari varietas pembanding. Hibrida H25, H68, H108 dan H145 mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi varietas karena memiliki pertumbuhan vegetatif dan kualitas buah yang cukup baik serta tahan terhadap OPT. Menurut Harjadi (1989) kualitas buah melon ditentukan oleh rasa buah (kandungan gula), tekstur daging buah, aroma daging buah yang khas dan penampakan buah meliputi bentuk buah, bobot buah dan penampilan luar buah.

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa hibrida H9 memiliki keserempakan bibit yang sangat baik, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan agak tahan dengan serangan OPT. Bentuk buah bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah jingga dan tebal daging yang tipis. Panelis menyukai warna buah dan aroma buah.

Hibrida H12 memiliki keserempakan bibit yang sangat baik, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan agak tahan terhadap OPT namun cukup rentan terhadap penyakit powdery mildew. Hibrida H12 memiliki bentuk buahnya bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan, warna daging buah hijau muda dan tebal daging yang tipis. Penerimaan panelis terhadap hibrida H12 agak suka pada semua karakter.

Hibrida H25 memiliki keserempakan bibit yang sangat baik, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan tahan terhadap OPT terutama penyakit downy

mildew. Bentuk buahnya bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi

kekuningan dan warna daging buah jingga. Panelis suka terhadap warna buahnya yang jingga.

Hibrida H68 memiliki keunggulan nyata lebih genjah dari varietas pembanding. Keserempakan bibitnya baik, pertumbuhan vegetatif yang cukup baik dan agak tahan terhadap OPT. Buahnya besar, bentuk buahnya bulat, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan dan warna daging buah putih. Panelis menyukai penampilan luar buah hibrida H68.

Hibrida H108 memiliki keunggulan tahan terhadap OPT terutama penyakit

downy mildew. Keserempakan bibit dan pertumbuhan vegetatif hibrida H108

cukup baik. Bentuk buahnya bulat dan besar, warna kulit buah hijau yang berubah menjadi kekuningan serta warna daging buah jingga. Panelis menyukai warna hibrida H108 yang berwarna jingga.

Hibrida H145 memiliki keunggulan tahan terhadap OPT terutama penyakit

powdery mildew dan downy mildew. Keserempakan bibit cukup baik dan

(38)

buah hijau yang berubah menjadi kekuningan dan warna daging buah jingga. Munculnya bunga jantan nyata lebih lama dari varietas pembanding namun hal ini tidak mempengaruhi terhadap umur berbunga hermaprodit dan umur panen. Panelis menyukai warnanya yang jingga.

Saran

Hibrida yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas baru yaitu H25, H68, H108, H145. Hibrida ini memiliki keunggulan terutama pada penampilan buah yang menarik, kualitas buah yang baik dan tahan terhadap OPT. Penanaman untuk tujuan produksi harus memperhatikan kondisi cuaca dan waktu tanam. Pengendalian hama dan penyakit yang tepat dan budidaya tanaman yang baik harus dilakukan apabila ingin mendapatkan pertumbuhan tanaman yang vigor.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, I. 2004. Evaluasi Karakteristik Hortikultura Enam Melon (Cucumis melo L.) Hibrida (Seri II) Hasil Persilangan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB. Skripsi. Departemen Budidaya pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 485 hal.

Departemen Pertanian. 2005. Melon, Buah Segar Berpotensi. http://www. deptan.go.id/ditbuah/berita/Melon. [29 April 2005].

. 2005. Produksi Nasional Tanaman Pangan dan Hortikultura. http://www.deptan.go.id. [22 September 2005].

Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1976. Statistical Procedures for Agriculture Research with Emphasis on Rice. The International Rice Research Institute. Los Banos. Philiphines.

Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.

. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 500 hal.

Kohar, A. 2004. Evaluasi Karakteristik Hortikultura Enam Melon (Cucumis melo L.) Hibrida (Seri I) Hasil Persilangan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika. Skripsi. Departemen Budidaya pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 35 hal.

Muhtar, M. A. 2005. Evaluasi Karakteristik Hortikultura 20 Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Hasil Persilangan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Paje, M. M., H. A. M. Van Der Vossen. 1994. Cucumis melo L., p 153-157. In: Siemonsma, J. S., K. Piluek (Eds). Prosea. Plant Resources of South – East Asia 8, Vegetable. Prosea. Bogor.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU - IPB. Bogor. 169 hal.

Poste, L. M., D. A. Mackie, G. Butler, E. Larmond, 1991. Laboratory Methods for Sensory Analysis of Food. Research Brand Agriculture Canada.

Robinson, R. W., D. S. Decker-Walters. 1996. Cucurbits. CAB International. New York. 226 p.

(40)

Santoso, B. B., B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern University Project. 187 hal.

Schneider, G. W., C. C. Scarborough. 1960. Fruit Growing. Prentice-Hall Inc. Englewood. 307 p.

Semangun, H. 1994. Penyakit - Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 850 hal.

Steel, R. G. D., J. H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. McGraw – Hill. New York. 748 p

Tindall, H. D. 1983. Vegetables in The Tropics. Macmillan Education Ltd. Hampshire. 527 p.

Thompson, H. C., W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. McGraw – Hill. New York. 611 p.

Whitaker, T. W., G. N. Davis. 1962. Cucurbits. Leonard Hill (Books) Ltd. London. 243 p.

(41)
(42)

Tabel Lampiran 1. Data Curah Hujan Stasiun Ciawi Selama Penelitian Curah Hujan No. Tanggal ----mm---- 1 11 Juni - 17 Juni 2005 0 2 18 Juni - 24 Juni 2005 0 3 25 Juni - 1 Juli 2005 0 4 2 Juli - 8 Juli 2005 33,5 5 9 Juli - 15 Juli 2005 92 6 16 Juli - 22 Juli 2005 91 7 23 Juli - 29 Juli 2005 17 8 30 Juli - 5 Agustus 2005 158,5 9 6 Agustus - 12 Agustus 2005 57 10 13 Agustus - 19 Agustus 2005 48 11 20 Agustus - 26 Agustus 2005 69 12 27 Agustus - 2 September 2005 5 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor

(43)

Tabel Lampiran 2. Korelasi Linear antar Karakter Kuantitatif Melon Hibrida yang Dievaluasi

Peubah Panjang buah Diameter buah Lingkar buah

Tebal daging buah

Kadar

PTT Bobot buah panen Umur Diameter batang

Umur berbunga jantan Umur berbunga hermaprodit Panjang buah - Diameter buah 0.910** - Lingkar buah 0.865* 0.990** -

Tebal daging buah 0,747 0.890** 0.908** -

Kadar PTT -0,302 -0.398 -0.441 -0.267 -

Bobot buah 0.967** 0.974** 0.943** 0.830* -0.267 -

Umur panen -0.531 -0.658 -0.641 -0.831* -0.220 -0.649 -

Diameter batang 0.511 0.603 0.550 0.414 -0.058 0.616 -0.578 -

umur berbunga jantan 0.488 0.469 0.400 0.603 0.097 0.489 -0.804* 0.554 -

Umur berbunga hermaprodit 0.275 0.160 0.085 0.163 -0.330 0.161 -0.195 0.333 0.718 -

Keterangan : * = Nyata pada taraf 5 % ** = Nyata pada taraf nyata 1 %

(44)

Tabel Lampiran 3. Lembar Quisioner Uji Hedonik

PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA LPPM IPB LEMBAR PENGAMATAN MELON PER SAMPEL Uji Hedonik Nama Panelis : PS/Dept/Angk : Tanggal : Sampel Rasa buah Aroma buah Tekstur buah Warna buah Penampilan luar buah Keterangan :

1 = Sangat Tidak Suka 2 = Tidak Suka

3 = Agak Suka 4 = Suka 5 = Sangat Suka

(45)

Deskripsi Hibrida-Hibrida Melon

Nomer Hibrida : H9

Bentuk batang : persegi

Diameter batang : 10.0 mm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : bulat telur

Tepi daun : berombak

Ujung daun : tumpul

Warna daun : hijau tua

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 13 hari Umur berbunga hermaprodit : 24 hari

Umur panen : 62 hari

Bentuk buah : bulat

Panjang buah : 9.7 cm

Diameter buah : 8.6 cm

Lingkar buah : 28.5 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 16 mm Warna daging buah : Jingga Tekstur buah : berserat halus

Aroma buah : wangi

Kadar PTT : 6.3 0Brix

Bobot buah : 406 g

Nomer Hibrida : H12

Bentuk batang : persegi

Diameter batang : 10.9 mm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : bulat telur

Tepi daun : berombak

Ujung daun : tumpul

Warna daun : hijau

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 15 hari Umur berbunga hermaprodit : 26 hari

Umur panen : 61 hari

Bentuk buah : bulat

Panjang buah : 10.4 cm

Diameter buah : 9.7 cm

Lingkar buah : 31.5 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 18.330 mm Warna daging buah : hijau muda Tekstur buah : berserat halus

Aroma buah : wangi

Kadar PTT : 5.0 0Brix

Bobot buah : 527 g

Gambar Lampiran1. Hibrida H9

(46)

Nomer Hibrida : H25

Bentuk batang : persegi

Diameter batang : 9.3 mm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : bulat telur

Tepi daun : berombak

Ujung daun : tumpul

Warna daun : Hijau tua

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 13 hari Umur berbunga hermaprodit : 24 hari

Umur panen : 62 hari

Bentuk buah : bulat

Panjang buah : 9.3 cm

Diameter buah : 8.6 cm

Lingkar buah : 27.7 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 16 mm Warna daging buah : jingga Tekstur buah : berserat halus

Aroma buah : Wangi

Kadar PTT : 6.6 0Brix

Bobot buah : 379 g

Nomer Hibrida : H68

Bentuk batang : persegi

Diameter batang : 10.7 mm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : bulat telur

Tepi daun : berombak

Ujung daun : tumpul

Warna daun : hijau tu a

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 17 hari Umur berbunga hermaprodit : 25 hari

Umur panen : 56 hari

Bentuk buah : bulat

Panjang buah : 10.8 cm

Diameter buah : 10.2 cm

Lingkar buah : 33.3 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 23 mm Warna daging buah : putih Tekstur buah : berserat halus

Aroma buah : Wangi

Kadar PTT : 6.3 0Brix

Bobot buah : 623 g

Gambar Lampiran 3. Hibrida H25

(47)

Nomer Hibrida : H108

Bentuk batang : persegi

Diameter batang : 11.3 mm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : bulat

Tepi daun : berombak

Ujung daun : membulat

Warna daun : hijau tua

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 15 hari Umur berbunga hermaprodit : 25 hari

Umur panen : 59 hari

Bentuk buah : bulat

Panjang buah : 12.4 cm

Diameter buah : 10.9 cm

Lingkar buah : 34.7 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 21 mm Warna daging buah : jingga Tekstur buah : berserat halus

Aroma buah : wangi

Kadar PTT : 6.0 0Brix

Bobot buah : 789 g

Nomer Hibrida : H145

Bentuk batang : persegi

Diameter batang : 10.1 mm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : bulat

Tepi daun : berombak

Ujung daun : membulat

Warna daun : hijau tua

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 17 hari Umur berbunga hermaprodit : 27 hari

Umur panen : 60 hari

Bentuk buah : lonjong

Panjang buah : 10.9 cm

Diameter buah : 9.2 cm

Lingkar buah : 29.1 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 18 mm Warna daging buah : jingga Tekstur buah : berserat halus

Aroma buah : wangi

Kadar PTT : 6.3 0Brix

Bobot buah : 520 g

Gambar Lampiran 5. Hibrida H108

(48)

Nomer Hibrida : Action 434 Bentuk batang : persegi Diameter batang : 9.0 mm

Warna batang : hiijau

Bentuk daun : bulat telur

Tepi daun : berombak

Ujung daun : tumpul

Warna daun : hijau

Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan : 14 hari Umur berbunga hermaprodit : 25 hari

Umur panen : 62 hari

Bentuk buah : bulat

Panjang buah : 11.3 cm

Diameter buah : 9.1 cm

Lingkar buah : 32.5 cm

Warna kulit buah muda : hijau Warna kulit buah tua : kuning Ketebalan daging buah : 20 mm Warna daging buah : putih Tekstur buah : halus berserat

Aroma buah : tidak wangi

Kadar PTT :5.1 0Brix

Bobot buah : 579 g

(49)

Hama dan Penyakit Melon. Gambar Lampiran 9. Powdery Mildew (Erysiphe cichoracearum) Gambar Lampiran 8. Antraknosa (Colletotrichum lagenarium) Gambar Lampiran 10. Busuk pangkal batang (Mycospharella melons)

Gambar Lampiran 11. Layu Bakteri (Erwinia tracheiphila)

(50)

Gambar Lampiran 12. Downy Mildew (Pseudoperonospora cubensis) Gambar Lampiran 14. Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis) Gambar Lampiran 13.

Cucumber Mosaic Virus (CMV)

Gambar Lampiran 15. Ulat Daun (Palpita sp)

(51)

Hasil Pengamatan Kuantitatif Buah Melon Hibrida yang Dievaluasi Panjang

Buah Diameter Buah Lingkar Buah Daging Tebal Kadar PTT Bobot Buah Bunga Jantan Bunga Hermaprodit Umur panen Hibrida Ulangan ---cm--- ---mm-- --oBrix-- ----g--- ---HSPT--- H 9 1 9,4 8,5 28 17 3,8 420 13 24 56 H 9 1 9,7 8,1 26,6 11 7 350 14 26 61 H 9 1 10,8 10,1 32 18 7 520 14 28 64 H 9 1 9,3 8 25,5 15 7,6 300 13 23 64 H 9 1 9,9 8,1 25 12 6,2 320 13 24 64 H 9 1 10,6 8,5 26,9 15 5 390 64 H 9 2 9,5 7,8 27,5 15 5,2 380 13 24 60 H 9 2 10,2 8,9 29 19 5 420 13 24 59 H 9 2 8,1 7,2 24,4 13 7,1 260 13 23 61 H 9 2 10 9,3 29,5 18 5,6 450 13 25 62 H 9 2 8,7 6,9 23,7 16 9 280 13 24 64 H 9 3 10 8,9 29,1 15 8,6 410 13 23 63 H 9 3 10,4 9,2 31,2 20 7,7 520 11 23 64 H 9 3 10,4 8 26,4 16 6,6 380 11 24 64 H 9 3 9,5 8,4 27,1 16 4,5 370 14 25 64 H 9 3 10,6 11,5 36,2 16 4,4 710 14 25 64

(52)

Panjang Buah Diameter Buah Lingkar Buah Tebal Daging Kadar PTT Bobot Buah Bunga

Jantan Bunga Hermaprodit Umur panen

Hibrida Ulangan ---cm--- ---mm--- --oBrix-- ---g--- ---HSPT--- H 12 1 10,1 9,9 32 17 5,6 520 13 25 61 H 12 1 10,4 9,1 29,5 19 5,2 460 14 24 59 H 12 1 11,1 10,2 32,2 21 5,5 580 15 25 62 H 12 1 12 10,9 36 21 6,4 750 15 27 62 H 12 1 9,6 9,8 31,3 15 5 490 15 26 62 H 12 2 10,3 9,3 29,9 18 5 480 14 25 59 H 12 2 9,9 9,7 30,7 19 5 500 14 25 62 H 12 2 10,6 10,1 32,5 17 3,2 540 15 25 63 H 12 2 10,8 9,6 31 18 3,8 550 15 27 63 H 12 2 8,6 8,5 27,7 15 4,8 340 15 26 63 H 12 3 11,4 10 32,7 21 6 600 16 25 56 H 12 3 10,4 9,7 31,8 18 4,5 510 16 28 60 H 12 3 10,6 9,6 31,2 16 4,5 520 15 26 63 H 12 3 11,5 11 35,7 22 5,4 710 17 31 63 H 12 3 9,2 8,6 27,5 18 5 360 16 28 63

(53)

Panjang

Buah Diameter Buah Lingkar Buah Daging Tebal Kadar PTT Bobot Buah Bunga Jantan Hermaprodit Bunga Umur panen

Hibrida Ulangan ---cm--- ---mm--- --oBrix-- ---g---- ---HSPT--- H 25 1 9,1 7,7 25 15 8,5 300 14 22 63 H 25 1 10,3 9,3 29,6 15 8,3 490 11 22 63 H 25 1 9,2 8,6 27 17 6,4 380 13 24 62 H 25 1 8,8 7,4 24,5 13 3,6 270 13 24 63 H 25 1 10,3 9,5 30,5 18 7,6 480 13 23 60 H 25 2 8,6 8,1 26,4 16 4,9 320 11 23 59 H 25 2 8,1 8,7 29,2 18 8 370 11 24 60 H 25 2 8,9 8,4 27,9 14 7 360 13 24 62 H 25 2 9,3 8,6 27,5 16 10 360 13 23 64 H 25 2 10,4 9,5 31,2 17 7 540 13 25 64 H 25 2 9,1 8,7 27,8 15 5,2 370 63 H 25 3 10 9,2 29,6 18 6 420 13 24 62 H 25 3 8,8 7,8 25,1 14 5,8 290 13 25 62 H 25 3 9 8,2 26,2 16 7,3 310 13 24 64 H 25 3 10 9,5 30,2 18 5,3 480 13 25 64 H 25 3 9,2 8,4 26,7 15 4,3 330 13 24 63

Gambar

Tabel 1. Keserempakan Bibit, Pertumbuhan Vegetatif, Ketahanan Terhadap  Organisme Penganggu Tanaman (OPT) dan Daya Tumbuh Bibit pada  Persemaian
Tabel 2. Tingkat Serangan Hama pada Pertanaman Melon Hibrida yang  Dievaluasi
Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-Peubah Kuantitatif Melon Hibrida  yang Dievaluasi
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Kruskal-Wallis pada Peubah Kualitatif Melon  Hibrida yang Dievaluasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini hanya menumpukan pada faktor sikap pelajar, rakan sebaya, keluarga, guru, suasana sekolah, persekitaran, persepsi guru disiplin terhadap kemahiran dalam mengurus

berkemungkinan mempunyai dua fungsi penggunaan iaitu sebagai rujukan kepada ganti nama orang pertama mufrad [+GND1 mufrad] ataupun rujukan yang melibatkan dunia

Dengan adanya dampak komplain yang serius tersebut serta 12,5% kasus belum bisa diselesaikan dengan penjelasan, maka manajemen komplain pasien yang efektif dan efisien di Rumah

Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan,

Arah hubungan yang didapatkan diantara keduanya adalah positif, sesuai dengan prediksi teori Pecking Order bahwa semakin besar ukuran perusahaan (yang menunjukkan

Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan pada 6 kelompok, yaitu 4 kelompok yang diberi ekstrak etanol daun Notika dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg

Sumber konflik interpersonal antara mualaf dengan keluarga maupun kerabat dari lingkungan agama sebelumnya berupa pertentangan yang berdasarkan perbedaan kepribadian,

rangka untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut, selain peranan sistem tebang pilih tanam indonesia (TPTI) pada hut an alam, maka pembangunan hutan tanaman