• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN, NORMA SUBYEKTIF, PERSEPSI KEGUNAAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM (Studi terhadap Pengguna Listrik Sistem Token / Meter Prabayar di Kecamatan Buduran Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN, NORMA SUBYEKTIF, PERSEPSI KEGUNAAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM (Studi terhadap Pengguna Listrik Sistem Token / Meter Prabayar di Kecamatan Buduran Sidoarjo)."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi terhadap Pengguna Listrik Sistem Token / Meter Prabayar di Kecamatan Buduran Sidoar jo)

SKRIPSI

Oleh :

SUCI ANDRIYANI 0942010025

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

(Studi terhadap Perilaku Pengguna Listrik Sistem Token / Meter Prabayar di Kecamatan Buduran Sidoarjo)

Oleh:

SUCI ANDRIYANI 0942010025

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 10 Desember 2012

(3)

(Studi terhadap Perilaku Pengguna Listrik Sistem Token / Meter Prabayar di Kecamatan Buduran Sidoar jo)

Disusun Oleh: SUCI ANDRIYANI

0942010025

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripai Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr s. Nurhadi, M.Si R.Y. Rusdianto, S.Sos, M.Si

NIP. 196902011994031001 NIP. 372069500461

Mengetahui Dekan

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan

judul “PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN,

PERSEPSI KEGUNAAN, NORMA SUBYEKTIF DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGGUNA LISTRIK SISTEM TOKEN / METER PRABAYAR DI BUDURAN SIDOARJ O”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Nurhadi, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak R.Y Rusdiyanto, S.Sos, M.Si yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku ketua program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Siti Ning Farida, M.Si selaku sekretaris program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu Dosen program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(5)

iv

5. Masyarakat yang ada di kecamatan Buduran - Sidoarjo sebagai pemberi sumber data.

6. Orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral maupun materiil sehingga dapat terselesaikannya laporan proposal ini.

7. Saudara dan teman-teman terdekat yang membantu dalam terwujudnya proposal ini.

Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, November 2012

Penulis

(6)

v

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen ... 7

2.1.2 Karakteristik Data dan Informasi... 8

2.2 Teori-Teori dan Model-Model ... 11

2.2.1 Theory of Reassoned Action (TRA) ... 11

2.2.2 Technology Acceptance Model (TAM) ... 13

2.3 Persepsi ... 15

(7)

vi

2.1.7.1 Indikator Kemudahan Penggunaan ... 19

2.3.4 Konstruk-Konstruk Persepsi Kegunaan dan Kemudahan Penggunaan Teknologi ... 19

2.4 Sikap ... 22

2.4.1 Pengertian Sikap ... 22

2.4.2 Karakteristik Sikap ... 24

2.4.3 Fungsi Sikap ... 25

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 26

2.4.5 Indikator Sikap ... 28

2.5 Norma Subyektif ... 29

2.5.1 Pengertian Norma Subyektif ... 29

2.5.2 Indikator Norma-norma Subyektif ... 31

2.6 Perilaku Penggguna ... 32

2.6.1 Pengertian Perilaku Pengguna ... 32

2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengguna ... 35

2.7 Kerangka Berpikir ... 35

2.8 Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39

(8)

vii

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1 Jenis Data ... 45

3.3.2 Sumber Data ... 45

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 46

3.4.1 Uji Validitas ... 46

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 47

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47

3.5.1 Teknik Analisis Data ... 47

3.5.2 Metode PLS ... 49

3.5.3 Mengkonstruksi Diagram Jalur... 51

3.5.4 Model Pengukuran atau Outer Model ... 52

3.5.4.1 Goodness of Fit ... 52

3.5.5 Pengujian Hipotesis... 54

3.5.5.1 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Gambaran Umum dan Obyek Penelitian ... 58

4.1.1 Profil Perusahaan ... 58

(9)

viii

4.2.1.1Uji Validitas ... 72

4.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 75

4.2.2 Outer Model atau Measurement ... 76

4.2.2.1Convergent Validity ... 76

4.2.2.2Discriminant Validity ... 78

4.2.2.3Composite Reliability ... 82

4.2.3 Inner Model (Model Struktural) ... 82

4.2.3.1 R.Square ... 82

4.2.3.2 Uji Hipotesis ... 85

4.3 Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Token / Meter Prabayar di Kecamatan Buduran Sidoarjo)

Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam berbagai bentuk aplikasi yang sesuai, dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian pekerjaan. Sebagai salah satu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, PT. PLN (Persero) membuat inovasi terobosan baru yaitu listrik sistem token prabayar yang memberikan kemudahan, kebebasan dan kenyamanan. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh persepsi kemudahan, norma subyektif, persepsi kegunaan, dan sikap terhadap perilaku pengguna sistem token.

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan yang ada di Kecamatan – Buduran Sidoarjo menggunakan dan memanfaatkan listrik sistem token. Teknik sampling yang gunakan dalam penelitian ini adalah sampling aksidental. Data sekunder merupakan jenis data yang dimiliki oleh penelitian ini yaitu melalui wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah metode PLS (Partial Least Square) dengan indikator reflektif.

Hasil Q2 menyatakan bahwa 77,1% model baik yaitu mampu menjelaskan fenomena perilaku pengguna. Uji hubungaan antara variabel yaitu memiliki pengaruh yang positif pada semua variabel. Dan analisis data pada uji t menunjukkan bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap variabel persepsi kegunaan, variabel persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap variabel sikap, variabel norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku pengguna sistem, variabel persepsi kegunaan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengguna sistem, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel persepsi kegunaan tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap dan variabel sikap tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku pengguna sistem.

(11)

Pada era globalisasi saat ini tuntutan untuk memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan pesat merupakan hal yang sangat penting. Dengan adanya teknologi yang semakin maju maka dapat mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas pemasaran barang / jasa pada suatu perusahaan.

Salah satu sub sistem informasi dalam perusahaan adalah sub sistem informasi pemasaran. Sistem informasi pemasaran dapat berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen, selain itu juga dapat meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. Pelayanan yang baik terhadap konsumen dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu setiap perusahaan harus berupaya untuk dapat memahami dan mengerti segala apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen hingga mencapai tingkat kepuasan. Falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sistem informasi merupakan suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa. Sistem informasi yang tersedia dapat memberikan informasi-informasi bagi para pengguna informasi-informasi untuk pengambilan keputusan. Dan sistem informasi manajemen merupakan bagian dari pengendalian internal

(12)

suatu bisnis. Yakni meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur untuk memecahkan masalah bisnis seperti menyediakan informasi bagi konsumen. Agar dapat dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, perbaikan berkelanjutan dan pengambilan keputusan

Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan jasa. Dalam perkembangannya PLN selalu mengutamakan pelayanan yang diberikan oleh pelanggan hingga pelanggan merasa puas. PLN melakukan strategi dalam hal peningkatan dan perubahan sarana yang diberikan kepada masyarakat yakni dari yang manual menjadi lebih canggih. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi dalam mengkonsumsi produk jasa yang diberikan oleh PLN.

PLN saat ini memberikan inovasi terbaru pada dunia kelistrikan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang lebih menjanjikan kemudahan, kebebasan dan kenyamanan bagi pelanggannya : Listrik Pintar – Solusi isi ulang dari PLN! Dengan listrik pintar, setiap pelanggan bisa mengendalikan sendiri penggunaan listriknya sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Seperti halnya pulsa isi ulang pada telepon seluler, maka pada sistem listrik pintar, pelanggan juga terlebih dahulu membeli pulsa (voucher/token listrik isi ulang) yang terdiri dari 20 digit nomor yang bisa diperoleh melalui gerai ATM sejumlah bank atau melalui loket-loket pembayaran tagihan listrik online.

(13)

memberikan kemudahan kepada pelanggan. Dalam MPB tersajikan sejumlah informasi penting yang langsung bisa diketahui dan dibaca oleh pelanggan terkait dengan penggunaan listriknya, seperti:

1. Informasi jumlah energi listrik (kWh) yang dimasukkan (diinput). 2. Jumlah energi listrik (kWh) yang sudah terpakai selama ini. 3. Jumlah energi listrik yang sedang terpakai saat ini (real time). 4. Jumlah energi listrik yang masih tersisa.

Jika energi listrik yang tersimpan di MPB sudah hampir habis, maka MPB akan memberikan sinyal awal agar segera dilakukan pengisian ulang.

(14)

Dalam rangka untuk dapat mengendalikan tingkat penggunaan listrik secara bebas, maka perlu diberikan sistem layanan PLN prabayar yang memungkinkan pengguna listrik untuk dapat mengatur sendiri penggunaan listrik secara langsung. Sistem layanan PLN prabayar ini memberikan informasi real time yang mana setiap pelanggan dapat mengatur penggunaan listrik setiap saat.

Dalam pandangan Kotler (2000), bahwa perilaku pembelian dan atau minat penggunaan yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, mengembangkan keyakinan akan produk atau jasa tersebut. Kedua, membangun sikap tentang produk atau jasa tersebut. Ketiga, membuat pilihan yang cermat. Perilaku pembelian dalam pengambilan keputusan dengan keterlibatan tinggi lazim terjadi bila produk atau jasa tersebut mahal, jarang dibeli (bukan perilaku pembelian yang rutin/ biasa) dan beresiko. Demikian halnya dengan perilaku rencanaan dan model penerimaan teknologi dalam menggunakan listrik token/ meter prabayar yang juga merupakan suatu perilaku dengan keterlibatan tinggi.

(15)

Maka dengan adanya hal tersebut mendorong penulis untuk menulis judul dalam penelitian ini mengenai “Pengar uh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Kegunaan, Sikap dan Nor ma Subyektif Terhadap Perilaku Pengguna Listrik Sistem Token / Meter Prabayar di Buduran-Sidoarjo”.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah seperti di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap persepsi kegunaan?

2. Apakah terdapat pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap sikap?

3. Apakah terdapat pengaruh persepsi kegunaan terhadap sikap?

4. Apakah terdapat pengaruh persepsi kegunaan terhadap perilaku pengguna? 5. Apakah terdapat pengaruh sikap terhadap perilaku pengguna?

6. Apakah terdapat pengaruh norma subyektif terhadap perilaku pengguna? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap persepsi kegunaan.

2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap sikap.

(16)

4. Untuk menganalisis pengaruh persepsi kegunaan terhadap perilaku pengguna.

5. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap perilaku pengguna.

6. Untuk menganalisis pengaruh norma subyektif terhadap perilaku pengguna.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis pada pengembangan teori sistem infomasi, dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

(17)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Sistem Infor masi

Sistem menurut Lucas dalam buku Wahyudi Kumorotomo (2004:5) dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung sama lain dan terpadu.

Informasi menurut Raymond McLeod, Jr dan George P. schell (2008:11) adalah data hasil pemrosesan yang memiliki makna, biasanya menceritakan suatu hal yang belum diketahui kepada pengguna.

Informasi menurut Murdick et al dalam bukunya Wahyudi Kumorotomo (2004:11) adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat keputusan.

(18)

Hall (2001), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal di mana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai.

Sistem informasi menurut Raymond McLeod, Jr dan George P.Schell (2008:12) sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.

Sistem Informasi manajemen (SIM) menurut Raymond McLeod, Jr dan George P.Schell (2008:12) sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa. Informasi yang diberikan oleh SIM menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya dilihat dari apa yang sedang terjadi, dan apa yang kemungkinan terjadi di masa depan.

2.1.2 Karakteristik Data dan Informasi

Data dan informasi memiliki banyak sifat. Karakteristik data atau informasi yang dibahas pada satu literatur yang lain sangat beragam Menurut Alter di dalam bukunya Abdul Kadir (2003:38), istilah karakteristik data atau informasi biasa digunakan untuk menyatakan :

1. Tipe Data

(19)

2. Akurasi dan Presisi

Akurasi menyatakan derajat kebenaran terhadap informasi dan menentukan kehandalan atau reliabilitas informasi. Informasi yang benar-benar bebas kesalahan dikatakan sangat akurat. Adapun presisi berkaitan dengan tingkat kerincian suatu informasi.

3. Usia dan Rentang Waktu

Usia informasi (age) menyatakan lama waktu sejak informasi dihasilkan hingga saat sekarang. Usia informasi mudah diketahui jika informasi yang dihasilkan berdasarkan laporan internal. Ketepatan waktu (timelines) menyatakan usia data yang sesuai dengan upaya pengambilan keputusan. Artinya, informasi tersebut tidak kadaluwarsa / using ketika sampai ke penerima, sehingga masih ada waktu untuk menggunakan informasi tersebut sebagai bahan pengambilan keputusan.

Rentang waktu (time horizon) juga disebut kerangka waktu (time frame) menyatakan selang waktu yang digunakan untuk mencakup data.

4. Tingkat Keringkasan dan Kelengkapan

Kadangkala informasi yang terlalu detail tidak memberikan hasil yang lebih baik, tetapi malah sebaliknya. Yang terpenting informasi harus ringkas agar sesuai dengan kebutuhan penerimaa informasi. Idealnya, informasi yang penting bagi pengambilan keputusan haruslah lengkap (tak ada yang hilang) sehingga dapat mengurangi faktor ketidakpastian.

5. Kemudahan Akses

(20)

berkompeten dengan informasi biasanya dilengkapi dengan computer pribadi yang terhubung ke computer server.

6. Sumber

Sumber informasi bisa bersifat internal dan eksternal. Sumber internal berasal dari perusahaan itu sendiri, dan sumber eksternal berasal dari lingkungan luar perusahaan. Sumber informasi juga bisa bersifat formal dan informal. Sumber data formal diperoleh melalui sistem informasi, dokumen-dokumen yang dipublikasikan, dan hasil pertemuan resmi. Sedangkan sumberl informal diperoleh karena ada perbincangan tidak rsmi.

7. Relevansi Nilai

Relevan berarti bahwa informasi benar-benar meberikan manfaat bagi pemakai. Nilai pemakai ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya (Jogiyanto, 2000).

8. Kualitas Informasi

Istilah kualitas informasi (quality of information) terkadang dipakai untuk menyatakan informasi yang baik. Dari sekian karakteristik yang telah dibahas, kualitas informasi sering kali diukur berdasaarkan :

a. Relevansi

(21)

2.2 Teori-Teori dan Model-Model

2.2.1 Theory of Reassoned Action (TRA)

Teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action atau disingkat TRA) dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein.teori ini diderivasi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dimulai dari teori sikap (theory of attitude) yang mempelajari tentang sikap (attitude) dan perilaku (behavior).

Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Ajzen dan Fishben (1980) dalam bukunya Jogiyanto (2007:2005), ini lahir karena kurang berhasilnya penelitian-penelitian yang menguji teori sikap, yaitu hubungan antara sikap dan perilaku.

Theory of Reassoned Action mengusulkan bahwa minat perilaku

(22)

Gambar 1. Model TRA

Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) ini menjelaskan tahapan-tahapan manusia melakukan perilaku sebagai berikut :

1. Perilaku (behavior) diasumsikan ditentukan oleh minat (intention).

2. Minat-minat dapat dijelaskan dalam bentuk sikap-sikap terhadap perilaku (attitudes toward the behavior) dan norma-norma subyektif (subjective

norms) dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan tentang konsekuensi

melakukan perilakunya dan tentang ekspektasi-ekspektasi normative dari orang yang dirererensi (referent) yang relevan. Secara keselruhan, berarti perilaku seseorang dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaan-kepercayaannya. Karena kepercayaan-kepercayaan seseorang mewakili informasi yang mereka peroleh tentang dirinya sendiri dan tentang dunia di sekeliling mereka, ini berarti bahwa perilaku terutama ditentukan oleh informasi ini.

Norma Subyektif (subjective Norm)

Minat Perilaku (Behavioral

Intention)

Perilaku (Behavior) Sikap terhadap

Perilaku (Attitude towards

(23)

2.2.2 Technology Acceptance Model (TAM)

Penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah model penerimaan teknologi (technology Acceptance Model / TAM) (Davis : 1986) di dalam bukunya Jogiyannto (2007:111). Teori ini dikembangkan dari TRA

(Theory of Reasoned Action) ole Ajzen dan Fishben. TAM digunakan sebagai

dasar dari berbagai studi informasi teknologi.

TAM merupakan model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. TAM menggunakan dua variabel untuk penerimaan teknologi, yaitu kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). TAM diadopsi dari TRA karena merupakan model yang dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi sistem informasi merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dengan diprediksi oleh minat perilakunya.

(24)

penggunaan persepsian (perceived ease of use). TAM berargumentasi bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut.

Kegunaan persepsi (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsiaan (perceived ease of use). Keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention). Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan.

Kegunaan persepsi (perceived usefulness) juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsiaan (perceived ease of use) tetapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan sistem jika sistem bermanfaat baik sistem itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. Sistem yang sulit digunakan akan tetap digunakan jika pemakai merasa bahwa sistem masih berguna.

Model dari TAM dapat dillihat di gambar berikut ini: Gambar 2.

Technology Acceptance Model (TAM)

(25)

Sejak dikenalkan pertama kali oleh Davis (1989) model TAM banyak diadopsi oleh penelitian di bidang teknologi informasi. Secara implisit, TAM didesain untuk memprediksikan adopsi penggunaan pada aplikasi TI. Pengadopsian TAM dipadukan dengan dimensi lain dari penerimaan teknologi.

2.3 Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Dalam buku karangan Bilson Simamora (2002:102) persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti menyeluruh.

(26)

Menurut Desideranto dalam Psikologi Komunikasi Jalaluddin Rahmat (2003 : 16) persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yangdilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiranseseorang dari situasi tertentu.

Muhyadi (1991:233) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses stimulus dari lingkungannya dan kemudian mengorganisasikan serta menafsirkanatau suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikankesan atau ungkapan indranya agar memilih makna dalam konteks lingkunganya.

William J. Stanton dalam buku karangan Nugroho J. Setiadi (2003:160) persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran. Selain itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan.

2.3.2 Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)

(27)

seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut.

Persepsi penggunaan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya, Ajzen dalam buku karangan Jogiyanto (2007:114).

Diketahui bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang suatu proses pengambilan keputusan. Dengan demikian jika dipercayai bahwa sistem informasi berguna maka akan menggunakannya. Sebaliknya jika sistem informasi dipercayai kurang berguna maka tidak akan digunakan.

(28)

2.3.2.1 Indikator Persepsi Kegunaan Teknologi

Chin dan Todd dalam USU digital library (2004:4) memberikan beberapa dimensi tentang kegunaan atau kemanfaatan teknologi informasi. Menurutnya kegunaan dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu :

1. Menjadikan pekerjaan lebih mudah. 2. Bermanfaat.

3. Menambah produktifitas. 4. Mempertinggi efektifitas.

5. Mengembangkan kinerja pekerjaan.

2.3.3 Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)

Davis, F.D mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Menurut Goodwin, Silver dalam Adam.et.al ,intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. (USU digital library (2004:5)

(29)

Konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Jika sistem informasi dipercaya mudah digunakan maka akan menggunakannya. Sebaliknya jika sistem informasi dipercaya tidak mudah digunakan maka tidak akan digunakan.

Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mempengaruhi kegunaan persepsian (perceived usefulness), sikap (attitude), minat (behavioral intention), dan penggunaan sesungguhnya (behavior).

2.3.3.1 Indikator Kemudahan Penggunaan

Davis.F.D dalam USU digital library (2004:5) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi :

1. Komputer sangat mudah dipelajari.

2. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna.

3. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan computer. 4. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

2.3.4 Konstruk-Konstruk Persepsi Kegunaan dan Kemudahan Penggunaan Teknologi

(30)

persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) yang secara teori merupakan penentu-penentu dasar dari penggunaan sistem.

1. Teori Keyakinan Sendiri

Bandura (1982) mendefiniskikan keyakinan sendiri (self-efficiacy) sebagai pertimbangan-pertimbangan tentang seberapa baik seseorang dapat melakukan tindakan untuk menghadapi situasi-situasi prospektif.

Bandura (1982) dikutip dalam buku Harrison dan Rainer (1992) mendefinisikan keyakinan sendiri (self-efficacy) sebagai suatu estimasi dari kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku sasaran dengan berhasil.

Hong et al. (2002) mendefinisikan keyakinan sendiri computer (computer self-efficiacy) adalah suatu evaluasi individual tentang kemampuan-kemampuannya menggunakan computer.

2. Paradigma Biaya Manfaat

Paradigma biaya manfaat (cost benefit paradigm) menjelaskan pilihan orang terhadap banyaknya strategi-strategi pengambilan keputusan yang ada dalam bentuk tradeoff kognitif antara usaha yang diperlukan untuk menerapkan strategi dan kualitas (akurasi) dari hasil keputusan. Selain pengukuran obyektif untuk usaha dan akurasi dari hasil keputusan, pengukuran subyektif lebih digunakan. Alasannya adalah sebagai berikut : a. Menurut Beach dan Mitchell (1978) suatu pilihan strategi yang

(31)

b. Riset lainnya (Abelson dan Levi, 1985) menunjukkan bahwa pengukur subyektif kadangkala bertentangan dengan pengukuran obyektif. Jika dihubungkan, maka perceived ease of use adalah mirip dengan usaha (effort) dan perceived usefulness adalah mirip dengan kinerja (performance) dari pengambilan keputusan subyektif.

3. Adopsi dari Inovasi-inovasi

Penelitian analisis-meta (meta-analysis) yang dilakukan oleh Tornatzky dan Klein (1982) menemukan bahwa kompatibilitas (compatibility), keuntungan relatif (relative advantage), dan komplaksitas (complexity) merupakan variabel-variabel yang konsisten signifikan berhubungan dengan tipe-tipe inovasi. Kompleksitas di definisikan oleh Rogers dan Shoemaker (1971, p. 154) sebagai seberapa besar suatu inovasi dipersipsikan sebagai sesuatu yang secara relatif susah dipahami dan digunakan.

4. Evaluasi dari Laporan-laporan Informasi

(32)

5. Model Disposisi Kanal

Model ini digunakan untuk menjelaskan pilihan dan penggunaan laporan-laporan informasi (information reports). Model disposisi kanal (channel disposition model) mempunyai dua komponen utama kualitas informasi atributan dan kualitas akses atributan. Dengan model ini, pemakaiyang potensial dihipotesiskan akan memilih dan menggunakan laporan-laporaan informasi berbasis pada trade off psikologis antara dua komponen model, yaitu antara kualitas dari informasinya dan biaya yang berhubungan dengan mengakses informasi tersebut.

2.4 Sikap

2.4.1 Pengertian Sikap

Sikap (attitudes) adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan positif atau negatif dari sseseorang jika harus melakukan perilkau yang akan ditentukan. Fishben dan Ajzen dalam buku Jogiyanto (2007:36) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya.

(33)

Paul dan Olson dalam buku karangan Ujang Sumarwan (2002:136) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah tanggapan pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah.

Menurut kotler (2000:200) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi, perrasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.

Robbins (2001:138) mendefinisikan sikap adalah evaluasi pernyataan-pernyataan atau penilaian untuk memperhatikan obyek, masyarakat, atau kejadian. Sikap lebih mengarah kepada bagaimana seseorang merasakan tentang sesuatu.

Sedangkan Gordon Allport dalam buku karangan Setiadi (2003:214), sikap adalah suatu mental dan syarat sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, di organisasi melalui pengalaman yang memiliki pengaruh yang mengarah dan atau dinamis terhadap perilaku. Dimana dalam definisi tersebut mengandung makna sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten.

(34)

2.4.2 Karakteristik Sikap

Sikap juga mempunyai karakteristik. Menurut Ujang Sumarwan (2004:137) karakteristik sikap tersebut adalah:

1. Sikap Memiliki Obyek

Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan berbagi konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, harga, iklan, penggunaan media dan sebagainya.

2. Konsistensi Sikap

Sikap adalah gambaran perasaan dari seseorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku.

3. Sikap Positif, Negatif dan Netral

Sikap yang memiliki dimensi positif, negatif, dan netral disebut sebagai karakteristik valance dari sikap.

4. Intensitas Sikap

Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya.

5. Resistensi Sikap

Resistensi sikap seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah. 6. Persistensi Sikap (Persistence)

(35)

7. Keyakinan Sikap (Confidence)

Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya.

8. Sikap dan Situasi

Sikap seseorang terhadap suatu obyek seringkali muncul dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk.

2.4.3 Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi penyesuaian (adjustment function), fungsi pertahanan ego (ego-defensive function), fungsi ekspresi ( value-expressive function) dan fungsi pengetahuan (knowledge function). Fungsi-fungsi itulah yang mendorong orang-orang untuk mempertahankan dan meningkatkan citra (image) yang dibentuk, Bilson Simamora (2002 : 157): 1. Fungsi Penyesuaian

Mengarahkan pada objek yang menyenangkan atau mendatangkan manfaat serta menjauhkan orang-orang dari objek yang tidak menarik atau yang tidak diinginkan. Berlaku konsep memaksimalkan peruntungan dan meminimalkan kerugian. Sikap konsumen tergantung pada persepsi mengenai apa saja yang memenuhi kebutuhan atau yang malah mendatangkan kerugian.

2. Fungsi Pertahanan Ego

(36)

apa yang dipresepsikan orang-orang semata-mata untuk mempertahankan ego.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Dengan sikap, dimungkinkan untuk mengekspresikan nilai-nilai yang diyakininya. Artinya, setiap orang akan berusaha untuk menerjemahkan nilai-nilai yang diyakininya ke dalam konteks sikap yang lebih nyata. 4. Fungsi Pengetahuan

Manusia memiliki kecenderungan untuk memandang dunianya dari sudut pandang keteraturan. Kecenderungan ini memaksa manusia untuk berpegang pada konsistensi, definisi, stabilitas dan pengertian rentang dunianya.

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap menurut Bilson Simamora (2004:185) dipengaruhi secara berarti oleh pengalaman pribadi, pengaruh keluarga atau kawan, pemasaran langsung, dan media massa.

1. Pengalaman Pribadi

(37)

a. Kebutuhan

Bahwa sikap setiap orang berbeda dengan tingkat kebutuhan masing-masing.

b. Persepsi selektif

Setiap orang menginterpretasikan realitas yang dihadapi berdasarkan persepsi masing-masing. Dengan persepsi yang berbeda, tentu sikap juga berbeda.

c. Kepribadian

Faktor lain yang berkenaan dengan: bagaimana orang-orang mengolah pengalaman langsung dengan objek. Seberapa agresif atau passif dan introvert atau ekstrover seseorang, mempengaruhi sikap yang dibentuk. 2. Pengaruh Keluarga dan Kawan

Keluarga, kawan, atau orang yang dihormati, mempengaruhi sikap pengguna terhadap suatu produk, melalui perkataan, perbuatan, atau teladan. Sikap positif ataupun negatif bisa dibentuk berdasarkan informasi, anjuran, atau larangan yang disampaikan melalui kata-kata. Sikap konsumen memang bisa dibentuk atau diubah melalui kontak dengan orang-orang yang diteladani konsumen.

3. Direct Marketing

(38)

4. Media Massa

Sumber informasi utama pada saat ini yaitu media massa. Setiap hari media massa memaparkan ide, produk, opini dan iklan. Banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan informasi yang diperoleh melalui media massa.

5. Karakteristik Individu

Karakteristik seseorang mempengaruhi pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi.

2.4.5 Indikator Sikap

Di dalam buku karangan Ujang Sumarwan (2002:147), Peter dan Olson mengemukakan model analisis konsumen yang disebutnya sebagai tiga unsur analisis konsumen yaitu :

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif dari sikap menggambarkan pengetahuan dan persepsi terhadap suatu objek sikap. Pengetahuan dan persepsi tersebut diperoleh melalui pengalaman langsung dari objek sikap tersebut dan informasi dari berbagai sumber lainnya. Pengetahuan dan persepsi biasanya berbentuk kepercayaan (belief), artinya konsumen mempercayai bahwa suatu objek sikap memiliki berbagai atribut dan perilaku yang spesifik akan mengarahkan kepada hasil yang spesifik.

2. Komponen Afektif

(39)

menyeluruh terhadap objek sikap (produk atau merek). Afek mengungkapkan penilaian konsumen kepada suatu produk apakah baik atau buruk, “disukai” atau “tidak disukai”. Perasaan dan emosi seseorang tersebut terutama ditujukan kepada produk secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi kepada atribut-atribut yang dimiliki produk. Perasaan dan emosi digambarkan dengan ungkapan dua kata sifat yang berbeda untuk mengevaluasi suatu produk.

3. Komponen Konatif

Konatif adalah komponen ketiga dari sikap yang menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu). Konatif juga bisa meliputi perilaku yang sesungguhnya terjadi. Komponen konatif dalam riset konsumen biasanya mengungkapkan keinginan membeli dari seseorang konsumen (intention to buy).

2.5 Nor ma Subyektif

2.5.1 Pengertian Nor ma Subyektif

(40)

Sebuah norma adalah sebuah aturan, patokan atau ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat pasti dan tidak berubah. Dengan adanya norma kita dapat memperbandingkan sesuatu hal lain yang hakikatnya, ukurannya, serta kualitasnya kita ragukan. Norma berguna untuk menilai baik-buruknya tindakan masyarakat sehari-hari. Sebuah norma bisa bersifat obyektif dan bisa pula bersifat subyektif.

Subyektif mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya. Maka Norma subyektif adalah norma yang bersifat moral dan tidak dapat memberikuan ukuran atau patokan yang memadai.

Norma-norma subyektif (subjective norms) adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Menurut Marselius (2002) Norma subjektif adalah tekanan sosial yang dipersepsikan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.

Husein Umar (2003: 436), mengatakan bahwa norma subyektif merupakan komponen yang bersifat eksternal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai kepercayaan normative individu terhadap atribut dengan motivasi untuk mengetahui atributnya.

(41)

Subyektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang yang ada di dalam kehidupannya mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu.

2.5.2 Indikator Nor ma-norma Subyektif

Bentuk norma subyektif menurut Kotler, sebagai informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok yaitu :

1. Sumber pribadi terdiri atas : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan. 2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan. 3. Sumber publik: media masa, organisasi konsumen pemerintah. 4. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian.

Kepercayaan normatif mengandung kuatnya keyakinan terhadap atribut produk yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi menyetujui menyangkut sikapnya terhadap atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilakunya.

Selanjutnya Husein Umar (2003:440) menuliskan mengenai bentuk variabel keyakinan normatif dan motivasi sebagai indikator dari norma subyektif yaitu pengaruh dari orang lain terhadap pembelian suatu produk terdiri atas:

1. Anggota keluarga 2. Orang lain

3. Teman

(42)

Bhattacherjee (2000) dalam buku karangan Jogiyanto (2007:70) memandang norma subyektif (subjective norm) sebagai dua bentuk pengaruh, yaitu pengaruh interpersonal dan pengaruh eksternal. Pengaruh interpersonal (interpersonal influence) adalah pengaruh dari teman-teman, anggota-anggota keluarga, teman-teman kerja, atasan-atasan dan individual-individual berpengalaman yang dikenal sebagai pengadopsi potensial. Sedangkan pengaruh eksternal (external influence) adalah pengaruh dari pihak luar organisasi seperti laporan-laporaan eksternal di media masa, laporan-laporan dan opini-opini pakar, dan informasi non-personal lainnya yang dipertimbangkan oleh individual-individual dalam melakukan perilakunya. Hsu dan Chiu (2004) percaya bahwa dalam konteks aplikasi-aplikasi internet, pengukur-pengukur norma subyektif seharusnya juga mempertimbangkan pengaruh-pengaruh interpersonal dan juga eksternal.

2.6 Perilaku Pengguna

2.6.1 Pengertian Perilaku Pengguna

Jogiyanto (2007:11) Perilaku (behavior) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-reaksi (reactions) dan suatu obyek atau organisma. Perilaku dapat berupa sadar atau tidak sadar, terus-terang atau diam-diam, sukarela atau tidak-sukarela.

(43)

Menurut Nugroho (2003:3), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan.

Perilaku konsumen menurut Setiadi (2002:33), merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam kehidupan mereka.

Sementara itu, Loudon dan Bitta lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.

Kotler dan Amstrong mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

• Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.

• Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dan memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk.

(44)

kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana merekaa mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.

Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why do consumers do what they do”. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.

Pengguna sistem adalah “pelanggan” yang akan menggunakan atau terpengaruh SI pada basis reguler – mengcapture, menvalidasikan, memasukkan, menanggapi, menyimpan, dan bertukar data dan informasi.

(45)

2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengguna

Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi, durasi wakt atau intensitas dan deversitas atau keanekargaman penggunaan teknologi. Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.

1. Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan.

2. Durasi waktu (intensitas) adalah lamanya sesuatu berlangsung, rentang waktu.

3. Diversitas adalah keanekaragaman yang dimiliki oleh suatu teknlogi tersebut.

2.7 Kerangka Berpikir

Perilaku pengguna dalam menggunakan inovasi teknik informasi yang digunakan oleh perusahaan dapat dipengaruhi oleh 4 variabel yaitu persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norms).

(46)

senang, suka dan tidak suka terhadap suatu inovasi juga bisa mendorong untuk menggunakan dan atau menghindari inovasi baru tersebut.

Sebagai individu yang tidak terlepas dari perilaku dan pendapat orang-orang yang dianggap penting. Seperti di lingkungan keluarga, kerja, masyarakat, pemerintah dan sebagainya bisa memberikan kontribusi untuk mendorong suatu perilaku pengguna sistem untuk menggunakan teknologi tersebut. Seringkali dorongan teman sejawat juga bisa mempengaruhi individu tersebut untuk menggunakan inovasi baru.

Sikap seseorang terhadap suatu inovasi dipengaruhi oleh dua variabel yaitu persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan menggunakan (perceived ease of use) pengguna akan memiliki sikap yang positif terhadap suatu inovasi dengan menilai bahwa inovasi tersebut memberikan banyak manfaat bagi pengguna tersebut. Demikian pula ketika menganggap kegunaan relatif mudah dan tidak terlalu banyak mengeluarkan pengorbanan maka cenderung bersikap positif.

Sedangkan persepsi kegunaan dipngaruhi oleh persepsi kemudahaan penggunaan. Artinya bahwa penilaian pengguna tentang manfaat yang dirasakan atas inovasi tergantung persepsinya apakah inovasi baru tersebut mudah digunakan atau tidak. Jika pengguna menganggap inovasi tersebut sulit untuk digunakan tentu cendurung bahwa inovasi tersebut tidak memberikan manfaat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Theory of Reasoned Action

(47)

(behavior intention) sebelum langsung dapat berpengaruh terhadap perilaku (behavior). Minat perilaku tidak digunakan karena penelitian ini berfokus pada pengguna sistem yang sudah menggunakan, bukan yang akan atau belum menggunakan dan untuk memudahkan penelitian. Untuk mengetahui perilaku pengguna sistem sesungguhnya. Sehingga bentuk model penelitiannya tampak sebagai berikut:

Gambar 3 Kerangka Berfikir

Persepsi Kegunaan (Y1)

Persepsi Kemudahan

Penggunaan (X1) Sikap (Y2)

Norma Subyektif (X2)

(48)

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian yang kebenarannya perlu dibuktikan, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

H1 : Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan.

H2 : Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap sikap.

H3 : Persepsi kegunaan berpengaruh signifikan terhadap sikap.

H4 : Persepsi kegunaan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengguna sistem.

(49)
(50)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan bagaimana variabel penelitian dapat diukur, sedangkan variabel penelitian diukur dari pernyataan responden yang diperoleh dari kuesioner yang diedarkan.

Berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta pengukuran variabel, masing-masing variabel antara lain:

1. Persepsi Kemudahan Penggunaan (X1)

Persepsi kemudahan penggunaan adalah kepercayaan mengenai kemudahan dalam menggunakan listrk sistem token/ meter prabayar. Dalam penelitian ini indikator variabel persepsi kemudahan penggunaan terdiri atas :

1. Mudah dioperasikan, yaitu pelanggan dapat dengan mudah mengoperasikan penggunaan listriknya.

2. Mudah dipantau, yaitu pelanggan dapat dengan mudah memantau pemakaian listriknya setiap saat.

3. Mudah didapatkan, yaitu pelanggan dapat dengan mudah mendapatkan pulsa listrik token dioutlet-outlet PPOB.

Pengukuran skor mengggunakan skala Likert dengan penilaian sebagai berikut:

(51)

Setuju = 4

Netral = 3

Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1

2. Nor ma Subyektif (X2)

Norma subyektif merupakan keyakinan konsumen bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya menganggap bahwa sebaiknya pelanggan listrik menggunakan system listrik sistem token/ meter prabayar.

Adapun indikator di dalam variabel norma subyektif antara lain :

a. Pengaruh teman, yaitu seorang teman menganggap menggunakan listrik prabayar sangat penting dan menguntungkan.

b. Pengaruh keluarga, yaitu keluarga menganggap menggunakan listrik prabayar sangat penting dan menguntungkan.

c. Pengaruh masyarakat sekitar, yaitu masyarakat sekitar menganggap menggunakan listrik prabayar sangat penting dan menguntungkan. d. Pengaruh pemerintah, yaitu pemerintah menghimbau menggunakan

listrik prabayar sangat menguntungkan.

Pengukuran skor mengggunakan skala Likert dengan penilaian sebagai berikut:

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Netral = 3

(52)

Sangat tidak setuju = 1

3. Persepsi Kegunaan (Y1)

Persepsi kegunaan adalah suatu kepercayaan mengenai kegunaan atau manfaat dari listrik sistem token/ meter prabayar, variabel tersebut yaitu manfaat.Variabel persepsi kegunaan ini memiliki 1 indikator, yaitu manfaat penggunaan token diantaranya : manfaat pengendalian, manfaat berjaga-jaga, manfaat fleksibel.

Adapun indikator variabel persepsi kegunaan antara lain:

1. Manfaat pengendalian, yaitu pelanggan dapat mengendalikan sendiri jumlah pemakaian listrik sesuai kebutuhan.

2. Manfaat berjaga-jaga, yaitu pelanggan dapat mengisi kembali token (energy listrik) sebelum kuota listrik habis.

3. Manfaat fleksibel, yaitu pelanggan dapat menggunakan listrik token sesuai kemampuan dapat diisi sedikit atau banyak.

Pengukuran skor mengggunakan skala Likert dengan penilaian sebagai berikut:

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Netral = 3

(53)

4. Sikap (Y2)

Sikap merupakan penilaian perasaan dan kecenderungan konsumen terhadap penggunaan listrik token / meter prabayar.

Adapun indikator di dalam variabel sikap antara lain :

a. Komponen kognitif, yaitu penilaian konsumen berdasarkan pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya terhadap keuntungan menggunakan sistem listrik prabayar.

b. Komponen afektif, yaitu perasaan emosional konsumen yang menggambarkan rasa suka atau tidak suka terhadap penggunaan sistem listrik prabayar / token.

Pengukuran skor mengggunakan skala Likert dengan penilaian sebagai berikut:

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Netral = 3

Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1

(54)

Adapun indikator di dalam variabel perilaku pengguna antara lain :

a. Frekuensi yaitu tindakan putar ulang dimana pelanggan dapat menggunakan dan membeli token.

Pengukuran skor mengggunakan skala Rasio pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak interval yang sudah jelas yang bersifat nilai nol mutlak dengan menunjukkan angka 1, 2, 3, 4 dan > 4.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2006:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah Pelanggan yang menggunakan listrik sistem token / meter prabayar yang ada di kecamatan Buduran – Sidoarjo. Jumlah Populasi pengguna listrik sistem token/ meter prabayar di Kecamatan Buduran, Sidoarjo yaitu 317 pelanggan.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, Sugiyono (2003:91).

(55)

karangan Husein Umar (2008:78). Sehingga diketahui sampel yang digunakan dengan taraf kesalahan 7,5% yaitu 113 responden yang akan mengisi kuesioner.

Rumus :

= 1 +

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir / diinginkan yaitu 7,5%.

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

(56)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari individu atau perseorangan secara langsung dengan cara wawancara atau memberikan kuesioner kepada para konsumen PLN yang menggunakan listrik sistem token / meter prabayar yang ada di Buduran – Sidoarjo.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari data primer yaitu para pelanggan yang menggunakan listrik sistem token / meter prabayar yang menjadi pelanggan PLN di Buduran - Sidoarjo berdasarkan jawaban yang diberikan responden atas daftar pertanyaan atau kuesioner.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.4.1 Uji Validitas

(57)

penelitian, maka kuesioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin diukur. Setelah kuesioner tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data yang valid. Validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara.

Melakukan pengujian validitas yaitu mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden, mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment Karl Pearson, yang rumusnya seperti berikut: Rumus :

Rxy = Koefisien korelasi antara item dengan skor total X = Skor jawaban setiap item

Y = Skor total

n = Jumlah responden

3.4.2 Uji Reliabilitas

(58)

dengan kesalahan pengukuran. Alat pengukuran keandalan pada penelitian ini digunakan teknik pengukuran nilai Alpha Cronbach dapat dihitung dengan menggunakan Rumus :

ri = ∑ ... (Husein Umar, 2003:207) Keterangan :

ri = Reliabilitas instrumen Alpha Cronbach k = Banyaknya butir pertanyaan

xt2 = Varian total

∑xb 2 = Jumlah varian butir

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1 Teknik Analisa Data

Partial Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh Herman

(59)

dapat diterima (inadmissible solution) dan faktor yang tidak dapat ditentukan (factor indeterminacy).

Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran estimasi parameter model menjadi pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga fokus analisis bergeser dari hanya estimasi dan penafsiran signifikansi parameter menjadi validitas dan akurasi prediksi. Di dalam PLS variabel latent bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (refletive indicator) dan juga bisa berupa variabel laten yang dibentuk (formatif) oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator).

Model refleksif memandang (secara matematis) indikator seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Sehingga indikator-indikator sebuah variabel laten seolah-olah dipengaruhi oleh faktor (variabel laten) yang sama. Hal ini mengakibatkan bila terjadi perubahan dari satu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama. Di dalam PLS model struktural hubungan antar variabel laten disebut dengan inner model, sedangkan model pengukuran (bersifat refleksif atau formatif) disebut outer model.

3.5.2 Model PLS

Kegunaan PLS adalah untuk mendapatkan model struktural yang

powerfull guna tujuan prediksi. Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi

3 hal, yaitu:

(60)

2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3. Means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator dan variabel laten.

Model persamaan struktural merupakan gabungan antara model yang menghubungkan antar variabel latent (sering disebut dengan model struktural) dan model yang mengukur variabel latent berdasarkan indikator-indikator. Model yang terakhir ini, disadari bahwa di samping indikator sebagai pencerminan variabel laten, namun juga terjadi kesalahan pengukuran, secara keseluruhan sering disebut model pengukuran (measurement model).

3.5.3 Mengkonstruksi Diagram J alur

(61)

λx2

Gambar 5 Hubungan Antar Variabel dan Indikator dalam Model PLS

(62)

Di mana notasi-notasi yang digunakan adalah: ξ = Ksi, variabel latent eksogen

η = Eta, variabel laten endogen

λx = Lamnda (kecil), loading faktor variabel latent eksogen λy = Lamnda (kecil), loading faktor variabel latent endogen

γ = Gamma (kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

3.5.4 Model Pengukuran atau Outer Model

Pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif. Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif. Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu memberikan hasil analisis yang salah.

Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Secara umum dinyatakan bahwa variabel laten seperti ”personalitas” atau ”sikap” atau “perilaku” atau “keinginan bertindak / konatif” umumnya dipandang sebagai variabel yang menampakan sesuatu (tercermin) dan dapat diamati, sehingga indikatornya bersifat refleksif. Jadi pada penelitian ini sifat indikator yang digunakan adalah refleksif.

(63)

fungsi dari true score (indikator) ditambah error. Jadi variabel laten seolah-olah (seperti) mempengaruhi indikator, atau seseolah-olah-seolah-olah arah kausalitas dari variabel laten ke indikator. Model refleksif sering juga disebut confirmatory factor model dimana data variabel laten berupa skor faktor, dan diperoleh menggunakan analisis faktor konfirmatori.

Pada model refleksif, variabel laten (unidimensional) digambarkan dengan bentuk ellips dengan beberapa anak panah dari variabel laten ke indikator. Model indikator refleksif harus memiliki reliabilitas internal konsistensi karena semua indikator diasumsikan mengukur satu variabel laten, sehingga dua indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan.

Model indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut: x = x ξ + εx

y = y η + εy

Di mana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan endogen (η). Sedangkan x dan y merupakan matriks loading yang menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan

ε

x dan

ε

y dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.

3.5.4.1 Goodness of Fit

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan

(64)

yaitu dengan pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen. Olah karena itu, penerapan PLS pada data hasil perilaku pengguna menggunakan sistem prabayar pada prinsipnya adalah suatu kegiatan kalibrasi instrumen penelitian, yaitu pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas. Dengan kata lain, PLS dapat digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. 1. Convergent validity

Korelasi antara skor indikator refleksif dengan skor variabel latennya. Ukuran refleksif dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup, pada jumlah indikator per variabel laten tidak besar, berkisar antara 3 sampai 7 indikator.

2. Discriminant validity

Pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan variabel latennya. Bilamana nilai cross loading setiap indikator pada variabel bersangkutan terbesar dibandingkan dengan cross loading pada variabel laten lainnya maka dikatakan valid.

(65)

AVE = (∑ )

∑ ∑ ( )

3. Composite reliability (ρc)

Kelompok Indikator yang mengukur sebuah variabel memiliki reliabilitas komposit yang baik jika memiliki composite reliability ≥ 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut.

Ρϲ = ( ∑ )

( ∑ ) ∑ ( )

3.5.5 Pengujian Hipotesis

3.5.5.1 Pengujian Hipotesis secara Par sial (Uji t)

Pengujian hipotesis (λ) dilakukan dengan metode resampling Bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t, dengan hipotesis statistik sebagai berikut:

Hipotesis statistik untuk outer model adalah: H0 : λi = 0 lawan

H1 : λi ≠ 0

Penerapan metode resampling, memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas (distribution free), tidak memerlukan asumsi distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel yang besar (direkomendasikan sampel minimum 30). Pengujian dilakukan dengan t test, bilamana diperoleh

(66)

menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten.

Untuk mengetahui apakah suatu varriabel secara parsial berpengaruh nyata atau tidak digunakan uji t atau t-student. Untuk melakukan uji t ada beberapa langkah yang diperlukan seperti berikut (Suharyadi & Purwanto : 2011-228) :

1. Menentukan Hipotesis

Variabel bebas berpengaruh tidak nyata (tidak signifikan) apabila nilai koefisiannya sama dengan nol, sedangkan variabel bebas akan berpengaruh nyata (signifikan) apabila nilai koefisiannya tidak sama dengan nol. Hipotesis lengkapnya sebagai berikut:.

H0 : B1 = 0 H1 : B1 ≠ 0 H0 : B2 = 0 H1 : B2 ≠ 0 2. Menentukan Daerah Kritis

Daerah kritis ditentukan oleh nilai t tabel dengan derajat bebas n – k dimana n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel, dan taraf nyata α. Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% atau (α = 0,05).

3. Menentukan Nilai t-hitung

Nilai t-hitung dapat dirumuskan sebagai berikut : t – hitung =

Dimana:

(67)

Sb = Standar error untuk masing-masing koefisien 4. Menentukan Daerah Keputusan

Daerah keputusan untuk menerima H0 atau menolak H0, dan taraf signifikan 5% untuk uji dua arah. Bila t hitung berada pada daerah penerimaan H0 atau terletak di antara harga tabel. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian bila t hitung lebih kecil atau sama dengan ( < ) dari harga tabel maka Ho diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak dilihat ( + ) atau ( - ) nya.

5. Menentukan Keputusan

Menentukan keputusan terhadap hipotesis dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel yang diperoleh dengan tingkat probabilitas kesalahan sama atau lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05, maka H0 diterima H1 ditolak dan sebaliknya.

5. Kriteria pengujian

Membandingkan nilai t tabel dengan t hitung :

a. Bila t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Bila t tabel £ t hitung £ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

(68)

4.1 Gambaran Umum dan Obyek Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan

PT PLN (Persero) berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan. Namun ada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno baru bisa membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

(69)

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

Listrik Sistem Token merupakan sistem dimana memberikan kemudahan, kebebasan dan kenyamanan bagi pelanggannya. Setiap pengguna / pelanggan bisa mengendalikan sendiri penggunaan listriknya sesuai kebutuhan dan kemampuannya.

Sejak dikenalkan pada 2005 lalu, pelanggan yang memasang listrik prabayar terus meningkat. PT PLN (Persero) mencatat saat ini pengguna listrik prabayar sudah mencapai 6,7 juta pelanggan. Fasilitas listrik prabayar di Indonesia, pertama kali dinikmati oleh masyarakat di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu pada 2007. Listrik pintar mulai dipasarkan pada 2008 dengan jumlah pelanggan baru 70.000 di Jabar. Selanjutnya pada 2009, jumlah pelanggannya naik hampir 9 kali lipat menjadi sekitar 600.000.

Listrik prabayar mulai dipasarkan secara besar-besaran tahun 2010di seluruh Indonesia hingga ke pelosok dengan jumlah pelanggan mencapai 1,5 juta. Pada 2011, jumlah pelanggan mencapai 2,9 juta.

Gambar

Gambar 1.  Model TRA
Gambar 2.
Kerangka BerfikirGambar 3
Gambar 4 Hipotesis
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada tingkat signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel independen yang meliputi persepsi kegunaan, kemudahan, kenyamanan, resiko

Nilai tersebut menyatakan bahwa apabila variabel independen yang berupa variabel persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, facilitating conditions dianggap konstan,

Berdasarkan penelitian dari Santouridis dan Kyritsi (2014) dijelaskan bahwa persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap

Hasil analisis untuk model ini menunjukkan bahwa secara simultan, variabel persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, kepercayaan, inovasi pribadi dan kesesuaian

Nilai signifikan lebih kecil dari α (0,05) dan F hitung lebih besar dari 4 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kepercayaan, Persepsi Kemudahan, Persepsi

Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa kedua variabel bebas yaitu persepsi kegunaan dan kemudahan berpengaruh terhadap keputusan penggunaan fitur Go-Food aplikasi

ABSTRAK ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KEGUNAAN, PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI BIAYA, PERSEPSI MANFAAT, DAN PERSEPSI KEAMANAN DAN PRIVASI TERHADAP PENGGUNAAN SHOPEE PAYLATER

Haryono Malang E-mail : lexiansyahpermata@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, dan kepuasan