• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAINTENANCE RELATIONSHIP DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL ( Studi Deskriptif Kualitatif Maintenance Relationship dalam Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami Istri Long Distance Marriage ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAINTENANCE RELATIONSHIP DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL ( Studi Deskriptif Kualitatif Maintenance Relationship dalam Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami Istri Long Distance Marriage )."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ROBBY J IE PUTRA

NPM. 0943010054

YAYASAN KESEHJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

dan rahmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“MAINTENANCE RELATIONSHIP DALAM KOMUNIKASI

INTERPERSONAL ( Studi Deskr iptif Maintenance Relationship dalam

Komunikasi Interper sonal Pasangan Suami Istr i Long Distance Marriage )

dapat penulis susun.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Tuhan Yesus kristus untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa

mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2. Prof. DR. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, Rektor UPN “Veteran” Jatim.

3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

4. Juwito, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN

“Veteran” Jatim.

5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jatim

6. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih

atas segala kontribusi dan nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada

(3)

pengorbanan dan perjuangan untuk menjadikanku manusia yang belajar

memahami hidup dan kehidupan.

9. Francesca Chintia Sari dan Lydia Trivencia, adik perempuanku yang baik

tapi kadang jadi adik yang menyebalkan, menyenangkan, dan paling aku

sayang. Terima kasih sudah jadi adik yang baik dan mau nurut.

10. My true love, Susanti. Seseorang yang berarti yang selalu ada saat saya

lemah dan putus asa. Terima kasih atas doa dan motivasinya. You’re the

best for me.

11. Untuk informan 1,2 dan 3 yang sudah menjadi narasumber dalam

penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan

sebanyak-banyaknya.

12. Rendy Sutansyah dan Joo Ardy yang sudah membantu memberikan

masukan. Thank’s Bro!!

13. Para The Koprals teman-teman seperjuangan paling mantap yang pernah

ada, tetep semangat ya, rek!

14. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman

ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima

(4)

penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus

menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, Juli 2013

(5)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.2.1 Secara Teoritis ... 12

1.2.2 Secara Praktis ... 12

1.2.3 Secara Sosial ... 12

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 16

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 18

(6)

2.5 Pasangan Suami Istri Long Distance Marriage ... 39

2.6 Kerangka Berpikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 46

3.2 Defenisi Operasional Konsep ... 47

3.3 Pembatasan Masalah ... 49

3.4 Lokasi Penelitian ... 50

3.5 Unit Penelitian ... 50

3.6 Obyek dan Informan Penelitian ... 51

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.8 Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA ... 55

4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 55

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pacitan ... 55

4.2 Penyajian Data ... 56

4.2.1 Suami Istri Long Distance Marriage ... 56

4.2.2 Identitas Informan ... 57

(7)

4.3.1.1.2. Positivity ... 62

4.3.1.1.3 Assurances ... 63

4.3.1.1.4 Supportiveness ... 64

4.3.1.1.5 Joint Activities ... 65

4.3.1.1.6 Task Sharing ... 66

4.3.1.1.7 Romance and Affection ... 66

4.3.1.1.8 Social Networking ... 67

4.3.1.1.9 Mediated Communication ... 68

4.3.1.1.10 Avoidance ... 69

4.3.1.1.11 Antisocial ... 70

4.3.1.1.12 Conflict Management ... 71

4.3.1.1.13 Humor ... 71

4.3.1.1.14 Balance ... 72

4.3.2. Tentang pernikahan Pasangan Informan 2 ... 73

4.3.2.1 Maintenance Relationship Pasangan Informan 2 .. 74

4.3.2.1.1. Openess and Routine Talk ... 74

4.3.2.1.2. Positivity ... 76

4.3.2.1.3 Assurances ... 77

4.3.2.1.4 Supportiveness ... 78

(8)

4.3.2.1.9 Mediated Communication ... 81

4.3.2.1.10 Avoidance ... 83

4.3.2.1.11 Antisocial ... 84

4.3.2.1.12 Conflict Management ... 85

4.3.2.1.13 Humor ... 86

4.3.2.1.14 Balance ... 87

4.3.3 Tentang pernikahan informan 3 ... 87

4.3.3.1 Maintenance relationship pasangan informan 3 .. 89

4.3.3.1.1. Openess and Routine Talk ... 89

4.3.3.1.2. Positivity ... 90

4.3.3.1.3 Assurances ... 90

4.3.3.1.4 Supportiveness ... 91

4.3.3.1.5 Joint Activities ... 92

4.3.3.1.6 Task Sharing ... 93

4.3.3.1.7 Romance and Affection ... 94

4.3.3.1.8 Social Networking ... 94

4.3.3.1.9 Mediated Communication ... 95

4.3.3.1.10 Avoidance ... 96

4.3.3.1.11 Antisocial ... 97

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(10)

The fact nowadays more and more couples who undergo long distance marriage. Long distance marriage more and more occur due to various factors, one of the which is the educational factor that requires the couple split up in a long time. Maintaining a marriage for a years for couples who undergo long distance marriage is not easy, given the high divorce rate that is due to the long distance marriage.

The purpose of this study was to determine how the maintenace in interpersonal communication couples who undergo long distance marriage and what attitudes (maintenance behaviour) do not.

This study used qualitative methods, with techniques of collecting and analyzing the data using in-depth interviews and a descriptive analysis. From the analysis, it can conclude that the three pairs of informants, maintenance behaviour most frequently performed and most prominet difference between pair 1 and pair 2 informant. Maintenance behaviour is not perfomed by the three pairs of different informan each informant.

Key Word : Maintenance Relationship, Long Distance Marriage, Interpersonal Communication

ABSTRAK

Kenyataan jaman sekarang semakin banyak pasangan suami istri yang menjalani long distance marriage. Long distance marriage semakin banyak terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pendidikan yang mengharuskan pasangan suami istri berpisah dalam waktu yang cukup lama. Mempertahankan pernikahan hingga bertahun-tahun bagi pasangan yang menjalani long distance marriage bukanlah hal yang mudah melihat tingginya angka perceraian yang ada akibat long distance marriage.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

maintenance relationship dalam komunikasi interpersonal pasangan suami istri

yang menjalani long distance marriage dan sikap (maintenance behaviours) apa yang tidak dilakukan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengmpulan data menggunakan wawancara mendalam dan di analisi secara deskriptif. Dari analisis secara deskrptif dapat di tarik kesimpulan bahwa pada ketiga pasangan informan, maintenance behaviour yang paling sering dilakukan dan paling menonjol berbeda antara pasangan informan 1 dan pasangan informan 2 sedangkan pada informan 3 sama dengan pasangan informan 2. Maintenance behaviour yang tidak dilakukan oleh ketiga pasangan informan berbeda-beda setiap pasangan informan.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Manusia adalah mahluk sosial, artinya manusia saling membutuhkan untuk

tetap melangsungkan kehidupannya sehingga manusia perlu berhubungan

dengan manusia lainnya. Hubungan manusia akan tercipta melalui

komunikasi, baik dengan komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal

(simbol, gambar atau media komunikasi lainnya). Kegiatan komunikasi

yang dilakukan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi atau tingkatan,

yaitu interpribadi, antar pribadi, kelompok dan massa. Kegiatan besar,

kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam

situasi atau tingkatan komunikasi antar pribadi. Tingkatan komunikasi antar

pribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga,

kelompok maupun organisasi.

Komunikasi interpersonal atau antar pribadi merupakan proses

interaksi antara dua orang dengan adanya pertukaran pesan. Elemen-elemen

dalam proses komunikasi interpersonal menurut DeVito (2007, 10) yaitu

Source - Receiver. Komunikasi interpersonal melibatkan setidaknya dua

individu. Masing-masing berperan sebagai source yang membuat dan

mengirimkan pesan dan sebagai receiver yang menerima dan memahami

(12)

Banyak problem yang timbul berakar kepada masalah komunikasi

keluarga. Pembicaraan merupakan sarana yang mempererat hubungan

keluarga. Percakapan dalam hubungan suami istri bukan hanya sekedar

pertukaran informasi. Melalui pembicaraan, kita menyatakan perasaan hati,

menperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan

orang lain. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk meluangkan

waktu, belajar mengenal satu sama lain, melepaskan ketegangan serta

menyampaikan pendapat. Dengan demikian, tujuan komunikasi keluarga

bukanlah sekedar menyampaikan informasi melainkan membetuk hubungan

dengan orang lain.

Komunikasi pada hubungan pasangan suami istri termasuk dalam

konteks komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi interpersonal,

pasangan tidak menganggap pasangannya sebagai bagian dari sebuah

kelompok melainkan sebagai individu yang unik. Pasangan dapat

menjelaskan tentang sikap (why) bukan hanya dapat mendeskripsikan

seseorang (what) (DeVito, 2007).

Komunikasi interpersonal antara suami dan istri secara tatap muka

memungkinkan suami istri menangkap reaksi pasangannya secara langsung,

baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi

interpersonal ini yang melibatkan hanya dua orang seperti suami istri.

Komunikasi diadik ini berada dalam jarak yang dekat sehingga pihak-pihak

yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan

(13)

233). Komunikasi secara verbal atau dengan kata-kata misalnya dengan

memberi pujian kepada pasangan, menggunakan kata-kata yang

menyenangkan pasangan seperti mengucapkan “Kiss you, I love you”

(Gamble & Gamble, 2005: 11). Ungkapan-ungkapan semacam ini dapat

mempengaruhi perasaan pasangan misalnya rasa cinta suami dan istri yang

semakin kuat. Hal itu seperti dikemukakan Tubss & Moss bahwa

komunikasi interpersonal dapat menimbulkan lima hal yakni pengertian,

kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan

pada pasangan.

Berbeda dengan pasangan suami istri yang tinggal berjauhan, tidak

dapat melakukan komunikasi nonverbal karena jarak yang jauh tidak

memungkinkan untuk hal tersebut. Pasangan suami istri dapat melakukan

hal yang sama seperti menyampaikan pujian, rasa sayang kepada pasangan

namun tidak dapat mewujudkannya melalui sentuhan, ciuman, pelukan

kepada pasangan (Griffin, 2000:58). Kondisi yang berjauhan tidak jarang

membuat hubungan menjadi renggang karena pasangan tidak dapat saling

mengontrol satu sama lain. Komunikasi yang dijalin kurang efektif karena

adanya saling menaruh rasa curiga terhadap pasangannya. Hal ini

memperlihatkan bahwa maintenance relationship dalam komunikasi

interpersonal pada pasangan suami istri merupakan salah satu hal yang

sangat penting terutama pada pasangan yang tinggal berjauhan.

Maintenance relationship menurut Dindia dan Canary (2003) yang

(14)

maintenance relationship digunakan untuk menjaga relasi-relasi yang ada.

Maksudnya adalah menjaga semua relasi yang ada baik dekat maupun tidak.

Hanya ditujukan untuk tetap berkomunikasi saja. Contohnya adalah dengan

mengirimkan kartu ucapan ke semua kenalan kita. Kedua, maintenance

relationship digunakan untuk menjaga relasi dalam kondisi dan situasi yang

lebih spesifik atau level intimasi tertentu. Contohnya adalah menjadi

hubungan profesional dengan rekan kerja agar tidak menjadi hubungan

romatis dan menjaga hubungan persaudaraan dengan keluarga sedekat

mungkin meskipun tinggal di kota yang berlainan. Ketiga, maintenance

relationship digunakan untuk menjaga suatu relasi pada kondisi yang

memuaskan. Pasangan yang berpacaran maupun yang telah menikah sering

menghidupkan kembali romansa agar hubungan tersebut tetap memuaskan.

Keempat, maintenance relationship digunakan untuk menjaga hubungan

yang belum maupun telah mengalami gangguan. Maksudnya menjaga

hubungan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya masalah atau gangguan

serta menyelesaikan masalah ketikan terjadi suatu permasalahan.

Maintenance behaviors digunakan untuk menjaga suatu hubungan.

Laura K Guerrero, dkk (2007,191) merangkum maintenance behaviors

menjadi 14 sikap yaitu Openness and routine talk, Positivity, Assurances,

(15)

Kenyataan jaman sekarang semakin banyak pasangan suami istri

yang menjalani long distance marriage. Alasannya, karena bermacam hal

seperti faktor pekerjaan misalnya si suami atau istri dimutasikan ke kota lain

oleh kantornya, alasan melanjutkan pendidikan di luar negeri, atau karena

faktor ekonomi keluarga yang kurang memadai. Berbagai alasan tersebut

membuat suami istri harus terpisah dengan pasangannya karena harus

berada di kota lain. Keadaan tinggal berjauhan ini, membuat suami istri

menjadi jarang berkumpul. Biasanya hal tersebut dapat dilakukan pada

saat-saat tertentu misalnya pada hari raya idul fitri (lebaran) atau sedang

mendapat cuti kerja dari perusahaan. Namun bagi pasangan suami istri yang

tinggal berjauhan yang berada di luar negeri, kesempatan untuk berkumpul

dengan keluarga termasuk pada hari raya idul fitri biasanya sulit

dilaksanakan. Selain karena jarak yang jauh, biaya yang dibutuhkan juga

tidak sedikit. Pasangan suami istri pun menjadi sangat jarang bertemu

bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Beberapa faktor tersebut menyebabkan

pasangan suami istri harus melakukan Long distance marriage.

Suami istri yang tinggal berjauhan dimaksudkan adalah pasangan

yang menikah secara resmi namun karena situasi atau kondisi tertentu

mengharuskan suami atau istri tidak bisa hidup bersama satu rumah. Tinggal

berjauhan dalam hal ini dimaksudkan berada dengan jarak yang cukup jauh,

misalnya antar pulau atau antar negara sehingga tidak memungkinkan

pasangan suami-istri untuk bertemu dalam waktu-waktu yang diharapkan.

(16)

istri yang tingggal berjauhan. Hal ini menyebabkan frekuensi bertemu atau

berkumpul dengan keluarga menjadi sangat terbatas.

Ketika sepasang suami sudah tidak dapat berkomunikasi dengan

baik karena kesibukan masing-masing atau karena ego nya, maka mereka

memilih untuk bercerai. Terbukti banyaknya pemberitaan di media massa

online mengenai tingginya angka perceraian, akibat pernikahan long

distance relationship yang tiap tahun semakin meningkat di berbagai

daerah, termasuk di Jawa Timur. Beberapa diantaranya sebagai berikut :

PACITAN, Pemicu timbulnya perceraian tertinggi di Kabupaten

Pacitan ternyata adalah LDR (Long Distance Relationship) atau hubungan

jarak jauh antara pasangan suami istri (pasutri). Pengadilan Agama (PA)

Pacitan mencatat, hingga pertengahan Desember 2012 ini, jumlah

perceraian yang disebabkan karena salah satu pihak pergi ada 387

perkara.“Bila diprosentase, penyebab perkara antara pasutri tidak tinggal di

satu kota sekitar 38 persen dari pengajuan cerai diajukan ke PA. Sejak

Januari hingga pertengahan Desember ini jumlahnya sebanyak 1.028

perkara,” terang Wakil Panitera PA setempat, Wahyudin, Senin,

(17/12/2012).

Tingkat perceraian di Pacitan tergolong cukup tinggi. Bahkan,

permohonan yang masuk ke PA Pacitan setiap tahunnya menembus angka

1.000 kasus. Di tahun 2011 lalu, misalnya, tercatat 1.139 perkara. Faktor

penyebabnya pun mayoritas karena putusnya komunikasi antar pasutri di

(17)

Ketika suami istri berjauhan dengan komunikasi yang minim, kata

Wahydin, tentu menyebabkan angka perceraian semakin tinggi. Tanpa

komunikasi yang intens, berdampak pada ketidakjelasan alamat salah satu

pihak di perantauan selama beberapa tahun. Misalnya, bekerja ke Jakarta,

Kalimantan maupun menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Dengan begitu, pihak

yang ditinggalkan di Pacitan akhirnya memutuskan untuk mengajukan

cerai.“Mayoritas cerai gugat (yang diajukan pihak perempuan) dan

perkaranya tercatat 682. Sedangkan cerai talak sebanyak 346 perkara,”

ungkapnya.

Tidak hanya itu, faktor penyebab perceraian yang lain adalah karena

masalah ekonomi. Jumlahnya sebanyak 255 perkara. Di urutan ketiga,

penyebab retaknya hubungan pasutri karena tidak adanya keharmonisan

keluarga dan tercatat 100 kasus. Kemudian, gangguan pihak ketiga yang

menempati rangking ke empat dengan jumlah perkara 99.

“Untuk yang lain karena kekerasan fisik, kawin paksa dan cacat

biologis,” imbuh Wahyudin.

Menurut dia, untuk mensiasati minimnya komunikasi seharusnya

pasutri bisa memaksimalkan perkembangan teknologi. Seperti telepon, short

message service (sms) maupun mentransfer uang via atm.

Sumber : Pacitan , LENSAINDONESIA.COM

Berita tentang “Long Distance Relationship” Jadi Penyebab Tingginya

(18)

(http://m.lensaindonesia.com/2012/12/17/long-distance-relationship-jadi-penyebab-tingginya-perceraian.html)

MALANG- Angka perceraian PNS Pemkot Malang meningkat jika

dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemkot Malang diminta

meningkatkan pembinaan PNS untuk menekan angka perceraian. Pasalnya

PNS seharusnya jadi teladan di lingkungan sekitarnya. Kepala Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Malang, Wahyu Santoso mengatakan

jumlah berkas perceraian PNS Pemkot Malang yang diproses pada tahun

2012 sebanyak 46 kasus. Sedangkan pada tahun 2011 lalu, BKD hanya

memproses 31 berkas kasus perceraian. Artinya dalam waktu setahun yang

lalu terdapat peningkatan 15 kasus perceraian PNS di lingkungan Pemkot

Malang.

Wahyu menjelaskan dari kasus perceraian yang ditangani BKD,

terungkap pihak istri yang dominan menggugat cerai. Penyebab

perceraian diantaranya hubungan jarak jauh dan buntunya komunikasi.

“Secara umum karena tidak ada kecocokan. Kalau kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) tidak ada,” kata dia. Agar kasus perceraian tidak

meningkat, Wahyu berharap tahun ini satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) lebih intens menyelenggarakan pembinaan pegawai. ”Selain itu

mengadakan kegiatan bersama yang melibatkan istri. Pembinaan mental

kerohanian juga perlu ditingkatkan,” tegas Wahyu. Anggota Komisi A

DPRD Kota Malang, Sulik Listyowati SH mengingatkan agar pembinaan

(19)

harus ditingkatkan. “Kemungkinan karena pembinaan, jadi ya pembinaan

pegawai juga harus ditingkatkan. Selain itu perlu dicari tahu juga

penyebab perceraian. Apakah karena adanya kesenjangan baik itu

kesejahteraan atau pun komunikasi,” ujarnya. Menurut dia, PNS

seharusnya tidak boleh bercerai. Sebab semua aturan kepegawaian

memang melarang perceraian PNS. Selain itu, menurut dia, PNS

seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat di lingkungannya. Karena

itu, dia mengingatkan agar PNS memahami posisinya. ”Upaya menjaga

citra pegawai juga harus ditingkatkan,” papar dia. (van/mar)

Sumber : Malang, Malang Post . Berita tentang "PNS Cerai Meningkat".

Friday, 22 February 2013 14:16

(http://www.malang-post.com/tribunngalam/62425-pns-cerai-meningkat)

Dari kasus pemberitaan di media massa online tentang pemicu

perceraian dan ketidak harmonisan keluarga Long distance marriage,

namun ada juga yang berhasil melewatinya dapat dikatakan bahwa jarak

yang jauh dapat memicu masalah pada pasangan suami istri sehingga

dibutuhkan maintenance relationship dalam komunikasi interpersonal pada

pasangan suami istri long distance marriage. Long distance marriage

semakin banyak terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah faktor

pendidikan yang mengharuskan pasangan suami istri berpisah dalam waktu

yang cukup lama. Terlihat pada penyebab terjadinya long distance marriage

(20)

adalah karena faktor pendidikan. Pada pasangan suami istri ini sang suami

sedang menjalani program beasiswa agar dapat mendapat jenjang karir yang

lebih baik sehingga suami meneruskan pendidikannya di luar negri untuk

waktu yang cukup lama. Tetapi pasangan ini mampu bertahan meskipun

tidak bertemu. Permasalahan yang muncul pada pasangan yang menjalani

long distance marriage ini adalah kurangnya komunikasi secara tatap muka

dan tidak mendapatkan kebutuhan biologis yang nyata oleh masing-masing

individu.

Mempertahankan pernikahan hingga bertahun-tahun bagi

pasangan long distance marriage bukanlah hal yang mudah melihat

tingginya angka perceraian yang ada. Didalam setiap hubungan,

maintenance relationship sangat dibutuhkan untuk memelihara hubungan

itu agar tidak rusak, terutama pada hubungan pernikahan antara pasangan

suami istri yang menjalani Long distance marriage, dimana suami dan istri

jarang bertemu karena suatu hal. Jika pasangan tersebut melakukan usaha

dalam mempertahankan pernikahan maka akan membawa dampak yang

sangat besar bagi pernikahannya hingga masa yang akan datang.

Komunikasi untuk pemeliharaan ini adalah sebuah bentuk dukungan

sosial, emosional, dan perkembangan secara intelektual dari semua

anggota keluarga. Melihat permasalahan yang sering dialami oleh

pasangan suami istri yang menjalani long distance marriage sehingga

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang maintenance

(21)

distance marriage yang sudah menikah cukup lama dan bahkan harmonis

meskipun mereka jarak jauh, mengingat kesulitan dan hambatan yang

dihadapi oleh pasangan long distance marriage.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana maintenance relationship dalam komunikasi interpersonal

pada pasangan suami istri yang menjalani long distance marriage?

2. Sikap (maintenance behaviours) apa yang tidak dilakukan?

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

maintenance relationship dalam komunikasi interpersonal pasangan suami

isteri yang menjalani long distance marriage dan sikap (maintenance

behaviours) apa yang tidak dilakukan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Bagi ilmu komunikasi, penelitian ini diharap mampu memberikan

kontribusi yang besar berkaitan dengan maintenance relationship dalam

komunikasi interpersonal pasangan suami isteri yang menjalani long

distance marriage, dan sikap (maintenance behaviours) apa yang dihindari

(22)

1.4.2 Secara Pr aktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman tentang

maintenance relationship dalam komunikasi interpersonal bagi pasangan

suami istri yang tinggal berjauhan lalu mengetahui sikap (maintenance

behaviours) yang harus dihindari agar pernikahan tetap harmonis.

1.4.3 Secara Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman tentang

maintenance relationship pada setiap hubungan yang terjalin agar tetatp

bertahan dan dapat menumbuhkan sikap sosial dalam menjalin hubungan

terutama pada pasangan suami istri seperti mengerti keadaan pasangan dan

lebih bisa menghormati pasangan meskipun menjalani long distance

(23)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu yang berjudul keterbukaan komunikasi

interpersonal pasangan suami istri yang berjauhan tempat tinggal yang

dilakukan oleh Eka Rahmah Eliyani Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Mulawarman, Samarinda. Penelitian ini membahas bagimana

keterbukaan komunikasi interpersonal pada pasangan suami istri yang

tinggal berjauhan. Tinggal berjauhan yang terjadi pada pasangan suami

istri tidak selalu memberikan dampak negatif. Untuk itu agar hubungan

suami istri tetap terjaga saat tinggal berjauhan satu sama lain diperlukan

adanya keterbukaan komunikasi pada pasangan. Kenyataannya, saat ini

banyak dari pasangan suami istri yang cenderung tidak terbuka dengan

pasangannya. Kurang terbukanya suami istri kepada pasangan karena jarak

yang jauh sering mengakibatkan prasangka negatif, rasa ketidak percayaan

hingga kurangnya rasa empati dan menyebabkan hubungan diantara

mereka menjadi renggang dan memicu pertengkaran yang berujung pada

perceraian. berdasarkan hasil analisis, observasi, wawancara dan telah

dijelaskan dalam pembahasan, maka kesimpulan yang didapat oleh

peneliti berdasarkan hasil penelitian terhadap “keterbukaan komunikasi

interpersonal pasangan suami istri yang berjauhan tempat tinggal” adalah

(24)

Menghambat pasangan dalam membina hubungan. Keterbukaan

komunikasi antara ketiga partisipan pasangan suami istri dapat terjalin

dengan baik. b. Keterbukaan komunikasi pada ketiga partisipan pasangan

dipengaruhi oleh cara mereka dalam menjaga komunikasi satu sama lain.

c. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa keterbukaan

komunikasi lebih banyak dilakukan oleh istri dibandingkan dengan suami.

Lalu pada penelitian kedua yang berjudul relationship maintenance

persahabatan jarak jauh beda etnis yang diteliti oleh Adiel Kezia Program

Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. Sebuah

hubungan persahabatan yang dibina oleh informan 1 dan informan 2

merupakan sebuah hubungan interpersonal karena melibatkan dua orang

yang saling berinteraksi. Budaya keluarga dalam sebuah hubungan

persahabatan bisa memiliki pengaruh atau tidak memiliki pengaruh.

Sebagaimana yang peneliti dapatkan bahwa informan 1 yang adalah

wanita Papua dibesarkan dalam budaya keluarga yang menjunjung tinggi

kebebasan dalam bergaul. Sedangkan informan 2 dibesarkan dalam

budaya keluarga yang menyuruhnya untuk meminimalisir pergaulan

dengan kalangan Non Tionghoa, hal ini dikarenakan keluarga informan 2

memiliki trauma dengan kejadian 1998, dimana pada waktu itu terjadi

pembantaian terhadap kalangan Tionghoa di Indonesia sehingga bisa jadi

keluarganya tidak mau informan 2 mengalami nasib buruk. Hasil dari

penelitian ini adalah pada persahabatan sepasang wanita beda etnis ini

(25)

relationship maintenance tersebut ada komunikasi yang dilakukan satu

sama lain. Agar komunikasi dalam relationship maintenance tersebut

dapat terjalin dengan baik, maka diperlukan pula media komunikasi

sebagai sarana yang memfasilitasi kegiatan komunikasi. Dengan adanya

media komunikasi tersebut, maka usaha untuk tetap mempertahankan

hubungan persahabatan ini dapat terus berlangsung. Dalam

mempertahankan hubungan persahabatan ini agar tetap terjalin, ada

cara-cara yang dilakukan seperti tetap melakukan perbuatan baik kepada

sahabat, saling memperhatikan, saling memberikan dukungan,

berkomunikasi secara jujur dan tetap membagikan cerita-cerita yang

bersifat intim dengan menggunakan media komunikasi on line.

Dari kedua penelitian diatas dapat dibandingkan dengan penelitian

yang sedang diteliti oleh peneliti saat ini yang berjudul maintenance

relationship dalam komunikasi interpersonal pasangan suami istri long distance marriage, dari dua penelitian di atas memiliki persamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini, metodenya sama-sama

menggunakan metode kualitatif dan juga sama-sama meneliti tentang

pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh, maintenance

relationship, dan menggunakan teori yang sama yaitu komunikasi

interpersonal. Di samping itu terdapat perbedaan dari penelitian terdahlu

yang berjudul keterbukaan komunikasi interpersonal pasangan suami istri

yang berjauhan tempat tinggal yang meneliti tentang keterbukaan

(26)

saat ini meneliti tentang maintenace relationship dalam komunikasi

interpersonal. Kemudian perbedaan dengan penelitian terdahulu kedua

yang berjudul relationship maintenance persahabatan jarak jauh beda etnis

yang meneliti tentang relationship maintenance persahabatan jarak jauh

beda etnis, sedangkan penelitian yang sedang dilakukan peneliti saat ini

adalah tentang maintenance relationship dalam komunikasi interpersonal

pasangan suami istri long distance marriage.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi dibagi menjadi dua tahap yaitu proses

komunikasi secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer

adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseprang kepada

orang lain dengan menggunakan simbol atau lambang sebagai media.

Yang dimaksud dengan lambang adalah bahasa, isyarat, gambar, warna,

dan lain sebagainya sebagai media primer yang dapat menyampaikan atau

menerjemahkan perasaan atau pikiran komunikator kepada komunikan.

Dari sekian banyak lambang yang ada, bahasa merupakan jenis yang

paling banyak digunakan dalam berkomunikasi karena bahasa mampu

menerjemahkan pikiran seseorang kepada yang lain. Tahapan proses

komunikasi yang kedua yaitu proses komunikasi secara sekunder dimana

pesan disampaikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

(27)

digunakan dalam proses ini adalah media massa seperti radio, koran,

majalah dan lainnya karena komunikannya tersebar dan jumlahnya

banyak.

Komunikasi interpersonal menurut Prof Deddy Mulyana dalam

buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar merupakan komunikasi antar

individu secara tatap muka ( face to face ) yang memungkinkan individu

terlibat di dalamnya menangkap reaksi individu lain secara langsung baik

secara verbal maupun non verbal. Komunikasi interpersonal termasuk

dalam tahapan proses komunikasi secara primer karena tidak

menggunakan media massa namun menggunakan lambang.

Bentuk khusus dari komunikasi ini menurut DeVito (2007, 5)

adalah komunikasi diadik (dyadic communication) dimana

individu yang berkomunikasi berada dalam jarak dekat dan

individu-individu yang mengirim pesan secara stimulan dan spontan baik secara

verbal maupun non verbal. Hal ini sesuai dengan pernyataan DeVito yang

menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dilakukan oleh dua orang

yang mempunyai hubungan, orang yang terhubung lewat sesuatu.

Komunikasi diadik ini selalu merupakan komunikais interpersonal. DeVito

membagi tiga jenis komunikasi diadik yaitu Dyadic primacy, Dyadic

Coalitions, Dyadic consciousness.

Dyadic Primacy merupakan sebuah prinsip yang menyatakan

(28)

(triads), kelompok yang beranggotakan dua orang (dyads) tetap

merupakan sebuah pusat dalam hubungan interpersonal. Dalam suatu situs

jejaring sosial seperti facebook, twitter maupun messanger terdapat

banyak sekali anggota yang terdaftar. Tetapi tidak semua anggota tersebut

mengenal atau berkomunikasi dengan semua anggota yang ada. Namun

anggota berkomunikasi secara dekat hanya dengan beberapa orang saja.

Dyadic Coalitions merupakan hubungan dua orang yang dibentuk dari

kelompok yang lebih besar untuk mencapai tujuan dan hubungan yang

saling menguntungkan. Koalisi dalam hubungan keluarga, pertemanan,

ataupun hubungan kerja dapat menjadi hubungan yang produktif atau non

produktif. Koalisi dapat menjadi suatu yang menguntungkan ketika semua

anggota kelompok bekerja bersama bukan hanya individu yang terlibat.

Dyadic Consciousness. Hubungan interpersonal tergantung pada

bagaimana seorang individu melihat atau berpikir tentang hubungan

tersebut. Ketika suatu hubungan berkembang, dyadic consciousness

tumbuh.

2.2.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal

DeVito dalam bukunya mengungkapkan tujuan komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal membantu individu

untuk belajar memahami tentang dunia luar. Melalui interaksi

interpersonal, individu dapat dipengaruhi budaya, kepercayaan, sikap,

(29)

pendidikan formal. Selain itu, individu juga dapat belajar mengenai

dirinya sendiri.

Tujuan komunikasi interpersonal lainnya adalah membantu

individu untuk berhubungan. Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah

untuk berhubungan baik dengan individu lain. Komunikasi interpersonal

dimaksudkan untuk mengurangi kesepian dan depresi yang dapat membuat

manusia berpikir lebih positif.

Komunikasi interpersonal membuat individu dapat mempengaruhi

sikap orang lain agar sejalan dengan keinginan kita. Semua komunikasi

adalah persuasif dan semua komunikasi manusia mencari sebuah tujuan

persuasif. Canary, Cody, dan Manusov (DeVito, 2007, 8) mengungkapkan

beberapa contoh komunikasi persuasif yaitu self presentation goal yaitu

komunikasi yang membuat orang lain memberikan gambaran diri kita

sesuai yang kita mau, relationship goal yaitu komunikasi yang membuat

orang lain melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita.

Komunikasi interpersonal merupakan proses interaksi antara dua

orang dengan adanya pertukaran pesan. Elemen-elemen dalam proses

komunikasi interpersonal menurut DeVito (2007, 10) yaitu Source -

Receiver. Komunikasi interpersonal melibatkan setidaknya dua individu.

Masing-masing berperan sebagai source yang membuat dan mengirimkan

pesan dan sebagai receiver yang menerima dan memahami pesan.

(30)

individu. Komunikasi interpersonal dapat berupa verbal maupun non

verbal. Biasanya merupakan kombinasi keduanya. Feedback merupakan

tipe pesan yang spesial. Ketika individu menyampaikan suatu pesan,

individu tersebut mendapatkan suatu feedback. Feedfoward merupakan

informasi yang didapat tentang suatu pesan sebelum suatu individu

mengirimkan pesan tersebut. Channel menghubungkan antara source dan

receiver dimana suatu pesan akan disampaikan. Noise adalah segala

sesuatu yang menggangu penerimaan suatu individu ketika individu lain

menyampaikan suatu pesan yang mengakibatkan suatu pesan tidak

tersampaikan atau diterima dengan baik. Noise dapat berupa sesuatu yang

berupa fisik seperti suara keras, tulisan yang tidak dapat dibaca. Namun

dapat juga berupa physological yang berupa cacat pada indra pengelihatan

atau pendengaran, psychological, dan semantic.

Proses komunikasi interpersonal mencangkup pengiriman pesan

dari sistem syaraf seseorang kepada sistem syaraf orang yang lain ( Tubbs

& Moss. 2007, 7). Menurut Prof Deddy Mulyana pesan verbal adalah

suatu jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih yang

mempunyai sistem kode verbal yaitu bahasa. Bahasa merupakan suatu

seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan

simbol-simbol tersebut.

Menurut Larry L. Barker seperti yang dikutip dari buku Ilmu

Komunikasi: Suatu Pengantar karya Deddy Mulyana (2007:243) fungsi

(31)

(naming atau labelling), interaksi dan transmisi informasi. Penamaan

merupakan proses mengidentifikasi suatu objek, tindakan atau orang.

Fungsi interaksi merupakan penekanan berbagai ide dan emosi yang dapat

mengundang simpati, pengertian, kemarahan atau kebingungan. Bahasa

sebagai fungsi transmisi maksudnya bahasa sebagai penghubung informasi

lintas waktu yang masa lalu, masa kini dan masa depan yang

memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi.

Komunikasi verbal mempunyai suatu hambatan yaitu keterbatasan

bahasa dimana jumlah kata yang tersedia untuk mewakili suatu objuek

terbatas, kata-kata yang bersifat ambigu dan kontekstual, kata-kata yang

mengandung bias budaya, pencampuradukan fakta, penafsiran dan

penilaian.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam buku

Communication Between Cultures (2004) mengemukakan bahwa

komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan

verbal dalam suatu rangsangan komunikasi yang dihasilakn oleh individu

dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan

potensial bagi pengirim dan penerima. Hal ini mencakup perilaku yang

disengaja maupun yang tidak disengaja sebagai bagian dari proses

komunikasi secara keseluruhan. Manusia mengirim banyak pesan non

verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang

(32)

Seperti kata-kata, isyarat non verbal juga tidak universal. Isyarat non

verbal terikat oleh budaya.

Ketika individu melakukan komunikasi interpersonal dengan

individu lain, maka mereka menciptakan suatu hubungan relasi baik

sebagai hubungan pertemanan, hubungan romantis, keluarga maupun

hanya sekedar teman kerja. Hubungan ini dapat dilihat secara

berkelanjutan dari impersonal hingga sangat personal. Yang membedakan

hubungan interpersonal dengan hubungan impersonal adalah

psychological data, explanatory knowledge, dan personally established rules.

Psychological data maksudnya adalah dalam hubungan interpersonal, individu memberikan respon kepada masing-masing

anggota dari sebuah kelas dimana individu tersebut bergabung.

Explanatory knowledge maksudnya adalah dalam hubungan interpersonal,

seseorang dapat menjelaskan sedikit tentang orang lain. Ketika hubungan

interpersonalnya lebih dekat, maka ia dapat menjelaskan tentang sikap

atau kebiasaan orang lain tersebut. Personally established rules

maksudnya adalah dalam komunikasi interpersonal, peraturan-peraturan

dalam interaksi di atur oleh norma sosial. Contohnya hubungan seorang

guru dengan muridnya merupakan hubungan impersonal karena adanya

norma sosial. Namun ketika hubungan mereka menjadi interpersonal,

(33)

peraturan mereka sendiri karena mereka melihat satu sama lain sebagai

individu yang menarik bukannya sebagai guru atau murid.

2.2.3. Komunikasi Interper sonal yang Efektif

Menurut Rakhmat (2005 : 118) komunikasi interpersonal

dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang

menyenangkan bagi komunikan. Berkumpul dengan orang-orang yang

memiliki kesamaan, akan mampu menciptakan suasana gembira dan

terbuka. Sebaliknya, berkumpul dengan orang-orang yang kurang

disenangi akan menciptakan ketegangan, resah, dan tidak enak. Seseorang

akan menutup diri dan menghindari komunikasi, bahkan segera ingin

mengakhiri komunikasi.

Menurut Wolosin (Rakhmat, 2005 : 118) komunikasi akan lebih

efektif apabila para komunikan saling menyukai. Hal itu didukung

beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan di antaranya penelitian

yang dilakukan Nelson dan Meadow (Rakhmat, 2005 : 118) membuktikan

dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa yang mempunyai sikap

yang sama membuat prestasi yang baik dalam mengerjakan tugas-tugas

mekanis dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai sikap yang

berlainan.

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal

yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan

(34)

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi

hubungan interpersonal merupakan unsur yang paling penting. Apabila

hubungan interpersonal baik, maka masalah-masalah kecil yang terjadi

pada para komunikan tidak akan menjadi rintangan dalam komunikasi.

Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak

dapat menghindari kegagalan apabila terjadi hubungan yang jelek.

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,

kualitas komunikasi perlu ditingkatkan. Hal ini memperlihatkan bahwa

pola-pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan

dengan komunikasi interpersonal. Seringnya komunikasi interpersonal

yang dijalin para komunikan tidak menjamin hubungan interpersonal

yang baik dengan orang lain. Itu berarti bahwa komunikasi interpersonal

tidak diukur dari frekuensi atau kuantitasnya tetapi lebih pada bagaimana

komunikasi itu dilakukan. Seseorang yang semakin sering berkomunikasi

dengan orang lain, namun dilandasi sikap curiga, maka jarak para

komunikan tersebut akan semakin jauh.

Untuk menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi

interpersonal (Rakhmat, 2005 : 129-136) dipengaruhi tiga faktor yakni:

1. Percaya/trust. Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan

dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah

membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada

(35)

a) Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut

memiliki kemampuan, ketrampilan, pengalaman dalam bidang

tertentu. orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan,

jujur dan konsisten

b) Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai

kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.

c) Kualitas komunikasi dan sifatnya menggambarkan adanya

keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah

dinyatakan, maka sikap percaya akan tumbuh

2. Sikap suportif (supportivenes) akan meningkatkan komunikasi.

Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:

a) Deskripsi: penyampaian pesan, perasaan dan persepsi tanpa

menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangannya.

b) Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja

sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-

sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.

c) Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif

yang terpendam.

(36)

e) Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak

melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa

hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.

f) Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat

sendiri.

3. Sikap terbuka (open-mindeness), kemampuan menilai secara objektif,

kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa,

orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan

mengubah keyakinannya, profesional dan lain sebagainya. Sikap terbuka

ini dapat dikontraskan dengan karakteristik orang yang bersikap tertutup

seperti dijelaskan dalam Tabel 1.1

Tabel 1. Sikap Terbuka dan Sikap Tertutup Dalam Komunikasi

Interper sonal

Sikap Ter buka Sikap Tertutup

Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika

Menilai pesan berdasarkan motif motif pribadi

Membedakan dengan mudah, melihat nuansa

Berpikir simplistis, artinya berpikir hitam-putih (tanpa nuansa)

Berorientasi pada isi Bersandar lebih banyak pada sumber

pesan

daripada isi pesan

Mencari informasi dari berbagai sumber Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain

Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

Secara kaku mempertahankan dan

(37)

Sikap Ter buka Sikap Tertutup

Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya

Menolak, mengabaikan, mendistrosi dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.

Sumber : Psikologi Komunikasi. Rakhmat, Jalaluddin. (2005 : 136)

2.2.4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal yang baik merupakan salah satu syarat

yang sangat penting untuk menjalin komunikasi interpersonal yang efektif.

Dengan demikian, keefektifan sebuah komunikasi interpersonal ditandai

dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi

sekunder terjadi, bila isi pesan dipahami, tetapi hubungan diantara

komunikan menjadi rusak. Menurut Taylor et al. (dalam Rakhmat, 2005 :

119) komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur namun

hubungan interpersonal yang paling penting. Komunikasi interpersonal

dapat berjalan dengan baik bila hubungan interpersonal baik. Sebaliknya,

pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat

menghindari kegagalan apabila terjadi hubungan yang kurang baik.

Goldstein (Rakhmat, 1996: 120) menjelaskan peningkatan

hubungan (relationship enchancement methods) interpersonal dalam

psikoterapi yakni:

1) Semakin baik hubungan interpersonal, semakin terbuka pasien

(38)

2) Semakin baik hubungan interpersonal, semakin cenderung ia meneliti

perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (pembina)

3) Semakin baik hubungan interpersonal, semakin cenderung ia

mendengarkan dengan perhatian dan bertindak atas nasehat yang diberikan

padanya.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dijelaskan mengenai hubungan

interpersonal dari segi psikologi komunikasi yakni semakin baik

hubungan interpersonal, maka semakin terbuka seseorang untuk

mengungkapkan dirinya. Semakin cermat persepsinya tentang orang lain

dan persepsi dirinya, maka semakin efektif komunikasi yang berlangsung

diantara komunikan. Hal ini memperlihatkan bahwa hubungan

interpersonal yang baik, dapat mendorong seseorang untuk semakin

terbuka mengenai dirinya sendiri. Hubungan interpersonal yang kurang

baik dapat membuat seseorang menjadi tertutup mengenai dirinya ketika

berkomunikasi dengan orang lain.

2.3 Maintenance Relationship

Maintenance relationship menurut Dindia dan Canary (2003) yang

dikutip dari buku Close Encounters terdapat empat defenisi umum.

Pertama, maintenance relationship digunakan untuk menjaga relasi-relasi

yang ada. Maksudnya adalah menjaga semua relasi yang ada baik dekat

(39)

Contohnya adalah dengan mengirimkan kartu ucapan ke semua kenalan

kita. Kedua, maintenance relationship digunakan untuk menjaga relasi

dalam kondisi dan situasi yang lebih spesifik atau level intimasi tertentu.

Contohnya adalah menjadi hubungan profesional dengan rekan kerja agar

tidak menjadi hubungan romatis dan menjaga hubungan persaudaraan

dengan keluarga sedekat mungkin meskipun tinggal di kota yang

berlainan. Ketiga, maintenance relationship digunakan untuk menjaga

suatu relasi pada kondisi yang memuaskan. Pasangan yang berpacaran

maupun yang telah menikah sering menghidupkan kembali romansa agar

hubungan tersebut tetap memuaskan. Keempat, maintenance relationship

digunakan untuk menjaga hubungan yang belum maupun telah mengalami

gangguan. Maksudnya menjaga hubungan ini ditujukan untuk mencegah

terjadinya masalah atau gangguan serta menyelesaikan masalah ketikan

terjadi suatu permasalahan. Dindia dan Canary juga mengungkapkan

bahwa keempat elemen ini saling bertumpuhan. Yang terpenting dalam

menjaga sebuah hubungan yang memuaskan adalah mencegah dan

memperbaiki masalah atau gangguan. Dalam mempertahankan atau

menjaga sebuah hubungan yang memuaskan adalah mencegah dan

mengoreksi masalah-masalah atau gangguan yang ada. Dalam artian yang

lebih luas, maintenance relationship dapat juga dideskripsikan sebagai

menjaga sebuah hubungan dalam sebuah level yang diinginkan.

Ayres (1983) memfokuskan pada sikap-sikap yang berfungsi untuk

(40)

membagi tiga strategi utama dalam menjaga hubungan yaitu avoidance,

balance, dan directness. Avoidance merupakan menghindari pembicaraan

atau aktivitas yang mungkin dapat mengubah suatu hubungan. Balance

merupakan saling memberi dan menerima bantuan dukungan emosional.

Directness merupakan saling memberitahu secara eksplisit terhadap

pasangan untuk tidak mengubah suatu hubungan. Dindia (1989)

menemukan tiga strategi untuk menjaga hubungan yang digunakan untuk

pasangan yang telah menikah yaitu prososial dimana pasangan

mendiskusikan tentang hubungan mereka dan saling mendengarkan satu

sama lain. Romantic dimana pasangan menunjukan perhatiannya secara

non verbal dengan menunjukan sikap penuh perhatian, spontan dan

menyenangkan. Antisocial merupakan sikap memaksa, memanipulasi

maupun mengontrol pasangan agar sesuai dengan harapan yang

diinginkan.

Maintenance behaviors digunakan untuk menjaga suatu hubungan.

Laura K Guerrero, dkk (2007,191) merangkum maintenance behaviors

menjadi 14 sikap yaitu Openness and routine talk, Positivity, Assurances,

Supportiveness, Joint activities, Task sharing, Romance and affection, social networking, Mediated commonucation, Avoidance, Antisosial, Conflict managemment, Humor, dan Balance. Openness and routine talk

adalah berbicara dan mendengarkan satu sama lain. Pasangan saling

membuka diri, bertukar rahasia maupun menanyakan kabar pasangan.

(41)

menikmatinya. Pasangan memberikan pujian dan membuat ekspresi ceria.

Assurances adalah sikap memberikan kepastian tentang komitmen satu

sama lain. Pasangan membicarakan tentang masa depan dan meyakinkan

bahwa masih bisa merasakan cinta kepada pasangan. Supportiveness

adalah sikap saling memberikan dukungan moral dan semangat. Sikap ini

dapat juga ditunjukan dengan mau berkorban bagi pasangan. Joint

activities adalah sikap melakukan kegiatan dan menghabiskan waktu

bersama atau hanya hang out bersama. Taks sharing adalah sikap

melakukan tugas dan pekerjaan yang relevan dalam hubungan

bersama-sama. Romance and affection adalah sikap menunjukkan sikap perasaan

yang positif dan penuh perhatian. Contohnya adalah memberikan hadiah,

mengajak makan malam romantis maupun hanya mengungkapkan

perasaan cinta. Social networking adalah sikap menghabiskan waktu

dengan kerabat atau keluarga pasangan dan menerima teman pasangan.

Mediated communication adalah sikap berkomunikasi menggunakan

telepon, teknologi, kartu maupun surat. Avoidance adalah sikap

menghindarkan diri dari pasangan dalam situasi atau isu tertentu. Misalnya

menghormati privasi pasangan. Antisocial adalah sikap yang tidak ramah

atau menggunakan kekerasan pada pasangan. Contohnya adalah membuat

pasangan merasa bersalah atau cemburu serta menunjukkan sikap tidak

ramah ketika tidak mendapatkan perhatian dari pasangan. Conflict

management adalah sikap mengelola konfilk dengan cara yang

(42)

Mendengarkan sudut pandang pasangan dari suatu permasalahaan dan

mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dengan

baik. Humor adalah sikap menggunakan berbagai macam humor.

Pasangan dapat memanggil pasangan dengan nama panggilan atau julukan

yang unik dan lucu. Balance adalah sikap menjaga hubungan yang

seimbang dan serasi.

2.4 Komunikasi Dalam Pernikahan

Untuk melanggengkan hubungan suami-istri harus disertai dengan

adanya komunikasi yang cocok yakni komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal antara suami dan istri merupakan hubungan

diadik yakni relasi antara pribadi dengan pribadi (Gamble & Gamble,

2005: 233). Dalam hal ini, hubungan diadik antara suami-istri adalah

hubungan yang tidak terpisahkan (indivisible) sehingga komunikasi

interpersonal merupakan sesuatu yang harus tetap dipertahankan.

Komunikasi interpersonal yang baik membuat hubungan

suami-istri tetap langgeng dan bahagia sekalipun suami-suami-istri tinggal berjauhan

karena disebabkan berbagai faktor seperti alasan pekerjaan, ekonomi,

melanjutkan pendidikan, dan lain-lain. Suami atau istri yang tinggal

berjauhan dapat menyampaikan segala perasaannya kepada pasangannya

melalui komunikasi interpersonal baik verbal maupun nonverbal.

Komunikasi interpersonal verbal mencakup hal-hal yang terkait dengan

ucapan serta kata-kata, sedangkan komunikasi nonverbal mencakup

(43)

wajah dan respons-respons kebutuhan seperti menyentuh, memeluk,

mencium. Sementara bahasa simbolik seperti ungkapan alternatif perasaan

melalui simbol-simbol misalnya mengirimkan bunga di saat ulang tahun,

merayakan hari-hari tertentu dengan makan bersama.

Dalam kondisi pasangan suami istri yang tinggal berjauhan,

peranan komunikasi interpersonal menjadi sangat penting. Apabila

hubungan komunikasi berjalan dengan baik, sedikit kemungkinan

perselingkuhan terjadi, baik di pihak suami maupun istrinya. Walaupun

jauh (dalam jarak), dengan kemajuan teknologi sekarang ini, adalah sangat

mudah bagi suami maupun istri untuk berkomunikasi, dengan demikian

perselingkuhan tidak akan terjadi.

Komunikasi antara suami dan istri ini harus dibina secara

terus-menerus karena hal itu tidak tumbuh dengan sendirinya. Dalam

komunikasi suami istri ini label-label tertentu harus dihindari misalnya

kecenderungan mencemooh, menyalahkan, melontarkan kata-kata kotor.

Label negatif yang diberikan atas diri seseorang tidak saja hanya

mendatangkan dampak rasa sakit pada individu yang terkena label tersebut

tetapi juga mempengaruhi pola pikir dan sikap individu yang memberikan

label tersebut. Banyak perselingkuhan terjadi diawali dengan adanya

kencederungan mencemooh bahkan secara terbuka di depan umum,

misalnya mencemooh isteri sebagai “perempuan tidak becus,” atau

menganggap suami sebagai “laki-laki bodoh.” Sebaliknya, kata-kata yang

(44)

dapat menggambarkan suasana pikiran dan perasaannya pada pasangan.

Kata-kata yang dimaksud misalnya, suami atau isteri mengucapkan “Kiss

you, I love you” pada pasangannya (Gamble & Gamble, 2005: 11).

Menurut Trisna (2000 : 129) dalam menjalin komunikasi

interpersonal suami istri yang berada berjauhan ini, pembinaan

komunikasi tidak hanya ditujukan dalam pengertian interpersonal (antara

individu) tetapi juga intrapersonal (di dalam diri individu sendiri). Agar

komunikasi dapat berlangsung dengan baik, maka frekuensi dan kualitas

komunikasi interpersonal perkawinan harus diperbaiki. Memperbaiki

frekuensi komunikasi hanya dapat dilakukan dengan peningkatan

keberadaan pasangan secara bersama-sama. Sedangkan kualitas

komunikasi dapat diperbaiki melalui berbagai cara seperti menghindari

lingkungan komunikasi yang buruk, memperoleh masukan tentang pola

komunikasi yang baik.

Bahasa tubuh dalam komunikasi interpersonal pada pasangan

suami-istri merupakan hal yang sangat penting (Trisna, 2000). Sentuhan

tubuh dapat bersifat kasar melalui pemukulan dan dapat juga bersifat halus

melalui belaian. Pemukulan akan menimbulkan rasa sakit, sedangkan

belaian akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Bagi pasangan

suami-istri, diharapkan lebih mengembangkan pola komunikasi dengan bujukan

dan belaian kasih sayang.

Komunikasi interpersonal suami istri juga dapat diwujudkan

(45)

bunga, makan bersama, menonton bersama, atau berlibur bersama.

Komunikasi interpersonal melalui simbol-simbol tersebut merupakan salah

satu bahasa simbolik untuk meningkatkan kepekaan terhadap pasangan.

Teknik komunikasi yang baik antara suami dan isteri mencakup

beberapa unsur penting yakni empati, keterbukaan, dan aturan main

menyelesaikan konflik. Empati terjadi bilamana seseorang dapat

memasuki dunia orang lain sehingga orang tersebut dapat memahami

arti-arti dan nilai pribadi orang itu, dapat melihat situasi sama seperti orang itu

melihatnya, dan dapat merasa sama seperti orang itu merasa. Seseorang

yang tidak mampu berempati dengan pasangannya, orang tersebut tidak

akan mengerti mengapa dirinya melakukan sesuatu, tidak akan dapat

mengerti pendapat ataupun perasaannya. Perbuatannya, keputusan yang

diambilnya atau perasaan yang dialaminya akan terasa tidak masuk akal

bagi dirinya. Seseorang mungkin akan menghakimi perbuatan-perbuatan

pasangannya, tidak dapat menerima tindakan-tindakannya, bahkan emosi

dan caranya berperasaan akan terasa aneh dan janggal bagi dirinya.

Salah satu cara untuk berempati dengan pasangan ialah dengan

cara mendengarkan. Semua orang mempunyai kebutuhan untuk dihargai,

dihormati, dan dikasihi. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka

seseorang akan menjadi kurang seimbang atau bahkan menjadi sakit.

Mendengarkan adalah salah satu tindakan mengasihi yang tidak mudah

dilupakan. mendengarkan lain daripada mendengar. Artinya,

(46)

seseorang harus menyediakan waktu. Tidak hanya itu tetapi juga harus

memusatkan perhatian kepada seseorang yang sedang didengar (Trisna,

2000). Seseorang tidak hanya sekedar mendengar kata-katanya tetapi juga

mendengarkan nada suaranya, emosinya, gerak-geriknya, warna

perasaannya (moodnya), tarikan otot-otot wajahnya, dan posisi tubuhnya.

Sebaliknya, seseorang harus menyingkirkan suara-suara atau

kesibukan-kesibukan lainnya sehingga tidak memasuki pikiran dan konsentrasi ketika

sedang mendengarkan pasangan.

Hal yang menjadi masalah adalah bahwa dalam keluarga yakni

pasangan suami istri jarang ada pasangan yang sungguh-sungguh mau dan

mampu mendengarkan. Jarang ada suami istri yang sadar akan pentingnya

mendengarkan dan mau melatih dirinya untuk itu. Seorang suami yang

menjadi pimpinan mempunyai banyak orang di kantornya yang mau

mendengar kata-kata dan perintahnya. Tetapi jarang sekali suami

mempunyai seseorang yang memenuhi kebutuhannya untuk didengarkan

di kantornya, sebagai tempat dirinya untuk menghabiskan sebagian besar

dari waktunya.

Menurut Trisna (2000) beberapa hal penting yang harus

diperhatikan untuk dapat mendengarkan dengan efektif yakni: (1) harus

ada kontak mata dan posisi tubuh harus jelas, (2) harus memperhatikan

komunikasi nonverbalnya seperti kekuatiran, ketakutan, kemarahan,

kebencian, tangisan, kesepian, atau sukacita, kehangatan, kemanjaan, (3)

(47)

pasangan, seseorang juga kemudian mengembalikan apa yang didengarkan

dari pasangannya, dan (4) memberi tanggapan terbuka, tanggapan terbuka

mengembalikan perasaan pasangannya dan membuka kesempatan untuk

terus mendiskusikan apa yang ingin dibicarakannya.

Menurut Trisna (2000: 149) ada beberapa hal yang merusak

komunikasi antar suami istri yakni: (a) menyatakan ketidakbenaran atau

menyatakan kebenaran, tetapi tanpa kasih, (b) pembicaraan yang tajam,

selalu berisi kritik, cerewet. Baik suami maupun istri banyak yang sering

mengeluarkan kata-kata yang berisi kritik, (c) tidak mau memaafkan, (d)

tidak mau mengakui kesalahan, (e) membuka rahasia kepada orang lain,

dan (f) mengejek, menghina, dan meremehkan pasangan.

Suami istri merupakan dua pribadi yang dipersatukan dalam

pernikahan. Selain kepribadian yang berbeda, suami istri juga berasal dari

keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda misalnya etnis,

daerah, bahasa. Hal ini sering menjadi salah satu sumber yang

menyebabkan terjadinya konflik di antara pasangan suami-istri. Meskipun

demikian, konflik tidaklah harus menyebabkan suami istri bertambah jauh

dari pasangannya atau bahkan berakhir dengan perpisahan. Sering konflik

justru dapat menyatukan dan mendekatkan pasangan. Hubungan suami

istri dapat menjadi semakin kokoh setelah berhasil menyelesaikan konflik

yang besar.

Konflik yang dibiarkan terus berjalan akan dapat menyebabkan

(48)

pecahnya suatu keluarga. Untuk dapat menyelesaikan konflik dengan baik

hingga hubungan sepasang suami istri tambah erat dan kokoh, ada aturan

mainnya. Aturan main yang dimaksud yakni: (1) tempat dan Timing harus

tepat, bila seseorang akan memulai untuk membicarakan suatu masalah

dengan pasangannya, tentunya dirinya harus melihat dan memperhatikan

timing dan tempatnya, (2) tujuan komunikasi dalam menghadapi masalah

ada dua yakni: (a) untuk lebih saling mengenal, dan (b) untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Melalui penyelesaian masalah

yang baik, sepasang suami-istri dapat menjadi lebih mengenal

pasangannya dan menjadi lebih dekat satu dengan lainnya, dan (3)

menggunakan prinsip “Jangan,” yang sebaiknya tidak dilakukan agar

komunikasi antara suami-isteri terjaga dengan baik yakni: (a) jangan untuk

menentukan siapa yang menang atau kalah, (b) jangan mengkritik apa

yang tidak dapat atau sulit diubah, (c) jangan mengkritik di hadapan

umum, (d) jangan menggunakan senjata yang mematikan, (e) jangan

menggunakan kekerasan, (f) jangan berteriak, dan (g) janga

menggeneralisasi.

Dalam menjalankan komunikasi interpersonal suami istri yang

tinggal berjauhan, tidak selalu mudah dilaksanakan. Menurut Devito

(1997: 64) terdapat tiga macam hambatan dalam komunikasi interpersonal

suami istri. Hambatan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain

(49)

(salah mengartikan makna). Ketiga macam hambatan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 1 berikut.

Tabel 2. Hambatan Dalam Komunikasi Interper sonal

Macam Defenisi Contoh

Fisik Interferensi dengan

transmisi fisik isyarat

atau pesan lain

Desingan mobil yang

lewat, dengungan

komputer, kacamata

Psikologis Interferensi kognitif atau

Mental

Prasangka dan bias pada

sumberpenerima,

pikiran yang sempit

Semantik Pembicaraan dan

pendengar memberi arti

yang berlainan

Orang berbicara dengan

bahasa yang

berbeda, menggunakan

jargon atau

istilah yang terlalu rumit

yang tidak

dipahami pendengar

Sumber : The International Communication Book. Devito, J. A (1997: 64)

2.5 Pasangan Suami Istr i Long Distance Marriage

Suami istri yang dimaksud adalah pasangan resmi yang diikat

dalam sebuah janji perkawinan. Perkawinan adalah ikatan atau perjanjian

antara seorang pria dan wanita untuk hidup bersama dengan membentuk

(50)

Zentner (2005: 64), pernikahan tidak hanya sebatas hubungan fisik tetapi

juga merupakan proses menyatukan atau mengkombinasikan dua

kepribadian yang berbeda dalam satu hubungan yang dimaksudkan untuk

seumur hidup. Menurut Saxton (1986: 124), pernikahan memiliki dua

pengertian yaitu pertama sebagai suatu institusi sosial yang merupakan

solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial. Kedua adalah pengertian secara

individual yaitu sebagai legitimasi terhadap peran orang -tua.

Suami istri yang tinggal berjauhan dimaksudkan adalah pasangan

yang menikah secara resmi namun karena situasi atau kondisi tertentu

mengharuskan suami atau istri tidak bisa hidup bersama satu rumah.

Tinggal berjauhan dalam hal ini dimaksudkan berada dengan jarak yang

cukup jauh, misalnya antar pulau atau antar negara sehingga tidak

memungkinkan pasangan suami-istri untuk bertemu dalam waktu-waktu

yang diharapkan. Jarak yang jauh dan biaya yang besar merupakan

indikator pasangan suami-istri yang tingggal berjauhan. Hal ini

menyebabkan frekuensi bertemu atau berkumpul deng

Gambar

Tabel 1. Sikap Terbuka dan Sikap Tertutup Dalam Komunikasi
Tabel 2. Hambatan Dalam Komunikasi Interpersonal
Gambar 1. Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Judul tesis ini adalah Pengaruh Pelatihan Self Awareness Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami Istri Gereja “X” Salatiga.. Pelatihan self

Pada penelitian ini terjadi perubahan dalam komunikasi interpersonal antara suami dan istri yang mengalami baby blues syndrome pasca kelahiran anak pertama, perubahan itu

Mengingat pentingya keterbukaan komunikasi dalam menjaga hubungan dan kualitas perkawinan dengan kehidupan perkawinan jarak jauh disarankan pada pasangan suami istri untuk

Beberapa karakteristik yang membedakan pasangan commuter marriage dengan pernikahan lainnya adalah : lama pasangan tinggal di rumah yang berbeda bervariasi,

Mengingat pentingya keterbukaan komunikasi dalam menjaga hubungan dan kualitas perkawinan dengan kehidupan perkawinan jarak jauh disarankan pada pasangan suami istri untuk

Komunikasi yang dilakukan pada pasangan suami istri yang memutuskan menikah dengan proses ta’aruf untuk menyesuaikan diawal setelah adanya pernikahan dengan banyak

Didukung dari https://mommiesdaily.com berdasarkan makna komunikasi interpersonal pada pasangan suami istri dalam film Nokta Merah Perkawinan 2022 ini adalah komunikasi dalam rumah

UNIVERSITAS NASIONAL POLA KOMUNIKASI PADA FENOMENA LONG DISTANCE MARRIAGE MELALUI MEDIA SOSIAL WHATSAPP UNTUK MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN ANTARPRIBADI Studi Pada Pasangan Suami Istri