BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Uno (2009: 3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Menurut Winkel (1996: 71) motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Dari uraian yang dikemukakan oleh Mc. Donald motivasi mengandung beberapa elemen penting:
a. Motivasi itu mewakili terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa senang sesorang terhadap sesuatu
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan
Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel (1996: 53) mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan sikap.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan melalui interaksi individu dengan lingkungan.
ditunjukkan dengan beberapa indikator.Menurut Uno (2009: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siwa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
2. Indikator Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2007:83) indikator motivasi belajar yaitu sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas.
Dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan tidak pernah berhenti sebelum selesai.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin atau tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
Menunjukkan kesukaan kepada suatu hal (pada anak misalnya masalah-masalah pada pelajaran yaitu soal-soal yang ada.
d. Lebih senang bekerja mandiri
Tidak tergantung pada orang lain dan tidak senang menyalin pekerjaan orang lain.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
Memiliki pendirian yang tetap dan memiliki kemauan untuk berpendapat.
g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini.
Tidak mudah terpengaruh oleh orang lain dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dan giat berlatih mengerjakan soal-soal yang ada.
3. Fungsi Motivasi
Adapun fungsi motivasi menurut Sardiman (2007:85) adalah: a. Mendorong manusia untuk berbuat.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah
kegiatan belajarnya), hadiah, saingan (kompetisi), menumbuhkan kesadaran, memberi ulangan, mengetahui hasil, memberi pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.
5. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu cita-cita atau aspirasi, kemampuan belajar, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, upaya guru membelajarkan siswa.
6. Hambatan dalam motivasi belajar
Hambatan motivasi belajar menurut Hendra (2010) adalah sebagai berikut:
a. Siswa kurang simpati dengan guru yang mengajar.
Bila siswa kurang simpati dengan gurunya maka minat mereka juga kurang dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Contoh: siswa mengobrol saat pelajaran berlangsung. b. Siswa tidak memiliki fasilitas belajar yang memadai.
Maksudnya siswa tidak memiliki sarana dan prasarana dalam belajar maka kondisi tersebut tidak mendukung untuk belajar
Contoh: siswa tidak mempunyai buku referensi. c. Daya juang siswa lemah.
Contoh: siswa lebih suka menghitung dengan menggunakan kalkulator dari pada secara manual.
7. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
Menurut Uno (2009: 34) hal yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu:
a. Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, yaitu dengan melontarkan pertanyaan atau masalah-masalah yang merangsang siswa untuk berfikir. Hal ini dikembangkan pada saat guru menjelaskan materi.
b. Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan evaluasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam mengerjakan evaluasi tidak bekerja sama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat membagikan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya. Hal ini dilakukan pada tahapan kuis.
c. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat. Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Hal ini dikembangkan pada saat tahapan kuis.
B. Kemampuan Pemecahan Masalah
mereka menyatakan juga bahwa tidak semua pertanyaan akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi suatu masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh pelaku.
Menurut peraturan Dirjen Dikdasmes Nomor 506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009:14) bahwa pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah.Sedangkan, menurut Polya definisi pemecahan masalah adalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai tujuan yang tidak dengan segera dicapai.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam usaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang tidak rutin cara memahami permasalahan, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan permasalahan.
Menurut peraturan Dirjen Dikdasmes Nomor 506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009:14) indikator yang menunjukkan pemecahan masalah terdiri dari 7 indikator yaitu:
1. Menunjukkan pemahaman masalah.
Contoh: Sebuah pesawat terbang mempunyai kapasiatas tempat duduk tidak lebih dari 48 orang. Setiap penumpang kelas utama dapat membawa bagasi seberat 60 kg dan kelas ekonomi 20 kg, sedangkan pesawat tersebut mempunyai kapasitas bagasi tidak lebih dari 1.440 kg, apabila harga tiket untuk kelas utama dan ekonomi masing-masing adalah Rp 1.000.000,00 dan Rp 500.000 per orang. Tentukan banyaknya penumpang setiap kelas agar hasil penjualan maksimum.
Disini siswa dapat memahami permasalahan: Diketahui x = penumpang kelas utama
y = penumpang kelas ekonomi
Ditanyakan: banyaknya penumpang setiap kelas agar penjualan maksimum?
2. Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.
Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah maksudnya siswa dapat mengelompokkan data dan memilih penyesuaian sesuai realita.
Contoh : Dari permasalahan pada butir 1 siswa dapat mengorganisasi data yaitu memisalkan banyaknya penumpang kelas utama adalah x orang dan banyaknya penumpang kelas ekonomi adalah y orang. Dan dapat dimisalkan dengan sebuah tabel:
Penumpang Bagasi Harga Tiket
x 60 kg 1.000.000
y 20 kg 500.000
3. Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.
Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk maksudnya siswa dapat menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk model matematika.
Contoh : Dari permasalahan pada butir 1 dan telah dimisalkan pada butir ke 2 maka siswa dapat menyajikan model matematikanya yaitu syarat daya tampung , syarat kapasitas bagasi dan maksimum
4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat maksudnya siswa dapat memilih pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan terhadap data-data yang dimiliki.
Contoh : Dari butir 3, siswa dapat mensubstitusikan nilai x dan y untuk mandapatkan titik potong terhadap sumbu x dan y pada pertidaksamaan tersebut. Terlebih dahulu pertidaksamaan
x 0 48 y 48 0
Dari persamaan pertama didapatkan titik potong (0,48) dan (48,0) disederhanakan
x 0 24
y 72 0
Dari gambar di atas, siswa dapat menentukan daerah himpunan penyelesaian yaitu daerah OABC dengan titik B dicari menggunakan eliminasi dan substitusi.
Eliminasi variabel y diperoleh
disubstitusikan ke persamaan
Jadi, koordinat titik B (12,36)
5. Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
Mengembangkan strategi pemecahan masalah maksudnya cara berfikir siswa dengan menggunakan objek konkret yang dicontohkan, ataupun dengan suatu model yang lebih sederhana misalnya gambar.
Contoh : Dari butir 4, setelah siswa mengetahui titik potongnya siswa dapat menggambarkan ke dalam sebuah grafik.
6. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah maksudnya langkah dimana kita sudah menemukan strategi pemecahan masalah agar dalam menyelesaikan masalah dapat disesuaikan dengan penyelesaian.
Contoh: Dari butir 5, daerah yang diarsir merupakan daerah himpunan penyelesaian.
Untuk menguji apakah jawaban di atas benar, dapat mensubstitusikan titik yang berada di luar himpunan penyelesaian.
Misalkan titik (0,0) maka:
Ke pertidaksamaan
(memenuhi)
x y
24 48
48 72
B
Ke pertidaksamaan
(memenuhi)
Jadi jawaban benar
7. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Menyelesaikan masalah yang tidak rutin maksudnya siswa dihadapkan pada permasalahan yang dalam penyelesaiannya tidak diperoleh secara langsung tetapi untuk prosedur yang benar diperlukan analisis dan proses berfikir yang lebih mendalam.
Contoh : untuk mencari banyaknaya penumpang setiap kelas siswa telah mengalami langkah demi langkah untuk memperoleh titik-titik dalam mencari niai maksimum, yaitu titik O(0,0), titik A(24,0), titik B(12,36), titik C(0,48) kemudian disubstitusikan ke persamaan maksimum, dan diperoleh nilai sebagai berikut:
O(0,0)
B(24,0) C(12,36) 000 D(0,48)
Diperoleh nilai maksimum yaitu Rp 30.000.000,00 di titik B(12,36) pada saat x=12 dan y=36.
Menurut Sumardyono (2010), hambatan yang sering muncul dalam memecahkan masalah antara lain:
1. Ketidakcermatan dalam membaca
a. Membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna/pengertiannya. b. Mengabaikan satu atau lebih fakta atau ide.
c. Tidak membaca kembali bagian yang sulit
d. Memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut.
2. Ketidakcermatan dalam berpikir.
a. Mengabaikan akurasi (mendahulukan kecepatan). b. Mengabaikan kecermatan penggunaan beberapa operasi.
c. Mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak konsisten. d. Tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak
benar.
e. Bekerja terlalu cepat.
f. Mengambil kesimpulan di pertengahan jalan tanpa pemikiran yang matang.
3. Kelemahan dalam analisis masalah.
a. Gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami masalah secara keseluruhan.
c. Tidak menggunakan kamus atau sumber lainnya saat diperlukan untuk mamahami masalah.
d. Tidak secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bilacoret-coretan di atas kertas dapat membantu memahami masalahnya).
4. Kekuranggigihan.
a. Tidak percaya diri atau menganggap enteng masalah.
b. Memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban).
c. Menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa pemikiran. d. Berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu
melompatpada kesimpulan.
e. Menggunakan pendekatan “sekali tembak” dalam menyelesaikan masalah, dan bila tidak berhasil lalu menyerah.
Dari hambatan-hambatan di atas, ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Kenalilah kebiasaan umum yang menghambat pemecahan masalah atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam usaha memecahkan masalah.
3. Beri contoh kepada siswa tentang kesalahan atau hambatan memecahkan masalah. Ini akan sangat baik bila dilakukan berangkat dari jawaban siswa sendiri. Setiapsiswa gagal menyelesaikan suatu masalah, upayakan untuk sama-sama mempelajari dimana letak kegagalannya dan bagaimana langkah perbaikan yang perlu dilakukan.
4. Arahkan siswa untuk berpikir sebelum bertindak, termasuk memahami masalah sejelas-jelasnya.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 1. Pembelajaran Kooperatif
kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Jadi hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik juga mempunyai dampak pengiring seperti rasa sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka membantu pertolongan pada orang lain.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Investigasi Kelompok)
Investigasi kelompok merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan penemuan dan penyelidikan mereka di hadapan seluruh kelas (Slavin, 2008).
a. Seleksi topik. Para siswa memilih sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas, yang beranggotakan 4 hingga 5 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama. Para siswa dan para guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih pada langkah (1) di atas.
c. Implementasi. Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktifitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis. Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah (3) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru.
f. Evaluasi. Selanjutnya guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok, atau keduanya.
Keunggulan dan kelemahan model pembelaran kooperatif tipe group investigation (Suharyono, 1991: 112):
a. Keunggulan:
1) Mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berfikir dan analitis ssiwa secara optimal.
2) Melatih siswa aktif dan kreatif dalam menghadapi setiap masalah.
3) Mendorong tumbuhnya sikap tenggang rasa, mau mendengarkan dan mengharagai pendapat orang lain.
4) Mendorong tumbuhnya sikap demokratis di kalangan siswa. 5) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat
secara terbuka
6) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman di antara mereka.
b. Kelemahan:
2) Tidak semua siswa berani mengungkapkan pendapat
3) Dituntut kecakapan guru dan perhatian guru yang penuh, menyiapkan tugas siswa yang beragam, sehingga tidak semua guru mampu melaksanakan tuntutan demikian
4) Tidak semua siswa akan memperhatikan objek yang sama sehingga pengetahuan mereka tidak sama.
5) Sukar untuk mempertahankan disiplin dan ketertiban.
D. Materi Pelajaran Pokok Bahasan Program Linier
E. Kerangka Pikir
Indikator Motivasi Belajar Indikator Pemecahan Masalah a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c. Menunjukan minat terhadap
bermacam-macam masalah pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal
a. Menunjukkan pemahaman masalah
b. Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah c. Menyajikan masalah sacara
matematika dalam berbagai bentuk
d. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tetap e. Mengembangkan strategi
pemecahan masalah
f. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah
g. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Berdasarkan hasil observasi bahwa indikator-indikator di atas dinyatakan masihrendah
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu:
Dengan adanya perlakuan pembelajaran kooperatif tipe group investigation diharapkan indikator-indikator motivasi belajar dan pemecahan masalah matematika siswa yang telah disebutkan diatas
meningkat
memberikan kesempatan menyelidiki situasi-situasi yang menarik hati mereka, sehingga mereka dapat menyusun pola atau keteraturan, menyusun dugaan (conjectures).
sehingga dapat meningkatkan indikator motivasi belajar yaitu menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.Langkah keempat adalah analisis dan sintesis, guru mengecek kemajuan belajar siswa, dalam langkah ini siswa mampu atau tidak menyelesaikan masalah yang tidak rutin dari suatu permasalahan.Langkah kelima adalah penyajian hasil akhir, dimana dalam langkah ini guru menyuruh perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sehingga dalam hal ini dapat meningkatkan indikator motivasi belajar dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepas hal yang diyakini. Langkah terakhir yaitu evaluasi, pada langkah ini siswa saling memberi umpan balik dan menyimpulkan materi mengenai permasalahan yang telah dibahas sebelumnya.
Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe group investigation diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMK Negeri 1 Kalibagor.
F. Hipotesis Tindakan