• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi orang tua dalam pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Partisipasi orang tua dalam pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo - USD Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Valentina Reanita Agustin NIM: 021124018

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

(3)
(4)
(5)

v

beruntung karenanya"

(6)

vi

(7)

vii

AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO". Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta-fakta bahwa sampai saat ini masih banyak ditemukan orang tua yang "pasrah bongkokan" menyerahkan pendidikan anaknya kepada sekolah tanpa mau terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anaknya. Mereka sendiri terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk mendampingi anak-anaknya. Lebih buruknya lagi karena keterbatasan latar belakang pendidikan orang tua mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua tentang pendidikan agama Katolik. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengadakan pendekatan yang dapat mengembalikan peran orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga.

Penulis dalam penulisan skripsi ini menawarkan pendekatan yang lebih difokuskan pada orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam PAK. Katekese dipilih penulis sebagai jalan untuk menolong orang tua agar semakin memahami dan menyadari tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama. Melalui katekese, penulis ingin membantu orang tua agar semakin menyadari pentingnya partisipasi dari orang tua dalam memotivir belajar anak. Pendekatan tersebut disertai penambahan pengetahuan dan wawasan tentang bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan dalam peningkatan pendidikan anak-anaknya.

(8)

viii

CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION FOR THE STUDENT OF FIFTH GRADE AT CANISIUS ELEMENTARY SCHOOL, WATES, KULON PROGO. The writer chooses this title based on the fact that nowdays there are many parents who still rely their children's education on the school without actively involved in their children's education. Parents are too busy and have no time to be their children's side. This situation is getting worsed by the lack of parents educational background and their minimum knowledge about Catholic religious education. This problem can be solved by arranging approaches which can make parents as the first and the main educators in the family.

The writer in this thesis recommends the approach which is focussed on parents as the first and the main educators in Catholic religious education. Catechesis is choosen by the writer as a way to help parents to understand and realize their duty as the first and the main educators. Through Catechesis the writer wants to help parents to realize how important the participation of parents in Catholic religious education is. This program can be followed by doing knowledge enrichment and about the form of participation which can be used in improving children education.

(9)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentina Reanita Agustin

Nomor Mahasiswa : 021124018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

(10)

ix

kesetiaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Partisipasi Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku pembimbing utama dan Dosen pembimbing akademik yang dengan sepenuh hati, sabar dan setia mendampingi penulis serta mendukung skripsi ini dari awal hingga akhir.

2. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd. selaku penguji II yang bersedia mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi.

3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si selaku dosen penguji III atas kesediaan beliau mengoreksi dan membantu menyempurnakan skripsi ini.

4. Para Dosen dan Staf Karyawan IPPAK yang memberi dukungan selama ini.

5. Robertus May Vana Ristanto, Innocentius Kafkadru Reivan, kedua orang tuaku dan kakak yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

x

bersedia memberi informasi sebagai masukan dalam wawancara.

9. Teman-teman angkatan 2002-2003 yang selalu memotivasi dan memberi dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

10. Semua orang yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, namun telah terlibat dalam proses penulisan skripsi ini.

(12)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Keprihatinan ... 6

C. Rumusan Permasalahan ... 7

D. Tujuan Penulisan... 7

E. Manfaat Penulisan... 7

F. Metode Penulisan... 8

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. KAJIAN TEORI MENGENAI PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ... 10 A. Partisipasi Orang Tua ... 11

1. Pengertian Partisipasi ... 11

2. Bentuk Partisipasi ... 12

B. Orang Tua sebagai Pendidik dalam Keluarga... 13

1. Pengertian Orang Tua ... 13

2. Tanggung Jawab Orang Tua sebagai Pendidik dalam Keluarga ... 14

(13)

xii

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 19

3. Faktor yang Menghambat Belajar... 21

4. Faktor yang Mendukung Belajar ... 22

a. Suasana Rumah Tangga Harus Mendorong Anak untuk Belajar ... 22

b. Membangkitkan Minat Belajar Anak ... 22

D. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar ... 23

1. Perkembangan Kognitif ... 25

2. Perkembangan Emosi... 26

3. Perkembangan Moral ... 26

4. Perkembangan Iman... 27

E. Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar ... 28

1. Pendidikan secara Umum ... 28

2. Pendidikan Agama Katolik ... 29

BAB III. METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN TENTANG PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO ... 32 A. Metodologi Penelitian ... 33

1. Jenis Penelitian... 34

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3. Responden ... 34

4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

a. Variabel ... 34

b. Definisi Operasional Variabel ... 35

c. Teknik Pengumpulan Data ... 35

d. Teknik Analisis Data ... 37

B. Laporan Hasil Penelitian ... 37

(14)

xiii

DALAM PROSES BELAJAR PAK MELALUI KATEKESE ... 57

A. Latar Belakang Pemikiran Dasar Program ... 58

B. Usulan Program ... 59

1. Arti Program ... 59

2. Tujuan Program ... 59

3. Materi Program ... 60

C. Contoh Persiapan Katekese ... 68

BAB V. PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Nama Siswa-siswi Kelas V (Lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo ... (4)

Lampiran 3: Wawancara ... (5)

Lampiran 4: Wawancara ... (6)

Lampiran 5: Wawancara ... (7)

Lampiran 6: Wawancara ... (8)

(15)

xiv

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1979/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentangg Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern, 22 November 1981

C. Singkatan Lain

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik SD : Sekolah Dasar

KS : Kitab Suci

KV II : Konsili Vatikan Kedua

Th : Tahun

(16)

xv PR : Pekerjaan Rumah

P : Pewawancara

R : Responden

SCP :Shared Christian Praxis RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga KP : Kulon Progo

PNS : Pegawai Negeri Sipil VCD :Video Compact Disc USD : Universitas Sanata Dharma s.d : sampai dengan

(17)

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia. Orang tua menjadi pendidik yang pertama dan utama, sehingga tanggung jawab orang tua dalam keluarga tidak bisa digantikan oleh pihak lain. Dengan kata lain orang tua dalam keluarga mempunyai kewajiban yang tidak dapat atau tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain atau pihak lain atas pendidikan anak-anaknya.

Oleh sebab itu, para orang tua hendaknya sadar bahwa pendidikan utama bagi anak-anak berada di dalam keluarga masing-masing. Sitepu (Kompas, 24 Mei 1999) menuturkan bahwa persentuhan anak yang pertama adalah dengan keluarga. Keluarga memiliki banyak waktu untuk mengembangkan anak. Nilai-nilai yang ditanamkan orang tua akan lebih banyak dicerna dan dianut oleh anak itu sendiri. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan dalam keluarga sangat menentukan sikap demokratis seseorang. Penghargaan pada anak sebagai manusia yang memiliki pandangan sendiri berdasarkan pengalamannya, berawal dari penghargaan orang tua serta anggota keluarganya.

(18)

tuanya sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidik yang pertama dan terpenting adalah orang tua dan keluarga secara umum. Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik merupakan hal kodrati, tidak dapat ditawar-tawar lagi. Anak merupakan buah cinta kasih mereka yang perlu dilindungi, dibesarkan, dicintai dan dididik. Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak adalah suatu sikap di mana orang tua memandang anak sebagai manusia yang sedang berkembang. Anak diberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan dan juga pertolongan untuk mengembangkan pribadinya lewat pendidikan yang benar. Pengarahan dari orang tua mengenai pendidikan agama juga dibutuhkan, ini berarti bahwa orang tua telah berpartisipasi dalam memperdalam dan mempertinggi pengetahuan agama anak.

(19)

meluangkan waktunya dan harus menyiasati agar setiap waktu yang diberikan untuk anak-anak mereka menjadi bermakna.

(20)

tua yang mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua tentang pendidikan agama Katolik

Selain itu pengasuhan orang tua sehari-hari terhadap anak juga mempengaruhi bagaimana pengasuhan dalam pendidikan anak, misalnya masalah pengaturan waktu belajar, kadang anak kurang disiplin dalam belajar, belajar hanya kalau akan ada ulangan atau ujian, belajar sambil nonton TV, bahkan sebagian besar waktunya hanya untuk nonton TV, sulit mengatur waktu, tidak punya jadwal belajar dan sebagainya. Nasution (1985:8) berpendapat bahwa anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan pasti mengalami kesulitan dalam membagi waktunya secara efisien, maka orang tua perlu membantu anaknya untuk membuatkan jadwal belajar. Ia juga mengatakan bahwa orang tua perlu memperlihatkan cara belajar yang baik kepada anak-anaknya. Semakin banyak orang tua memberikan contoh-contoh perbuatan serta dengan seringnya diulang perbuatan yang demikian akan memberikan kesadaran dan dorongan kepada anak.

(21)

meniru yang sangat besar sekali,

Orang tua juga mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang-orang lain sehinggga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di antara anak-anak. Komisi Kateketik KWI (1995:23), menegaskan bahwa anak pertama-tama memerlukan perhatian, kehangatan dan kemesraan hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara mereka. Anak-anak memerlukan keleluasaan mengutarakan isi hati, emosi, dan pengalamannya kepada orang tua. Maka, orang tua harus menyediakan diri dan harus juga dapat bertindak sebagai sahabat bagi anak-anaknya.

Nasution (1985:30) mengatakan sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan bimbingan, pengarahan kepada anak-anaknya, sehingga anak dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan di sekolah. Dengan memberikan pendidikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak, berarti orang tua melatih anak untuk memperkembangkan dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Dengan kata lain pengarahan dan bimbingan, akan membuat anak berpikir untuk giat belajar demi mencapai prestasi belajar yang baik di sekolah. Dengan adanya pengarahan dari orang tua mengenai pendidikan agama, itu berarti orang tua pun berpartisipasi dan berperanserta dalam memperdalam dan mempertinggi pengetahuan agama anak.

(22)

penting untuk membantu keberhasilan pendidikan anak. Orang tua merupakan tokoh terpenting dalam kehidupan seorang anak karena orang tua banyak memberikan pengaruh terhadap diri anak terutama dalam perkembangan kepribadiannya. Setelah anak mulai duduk di bangku sekolah, pengaruh orang tua tetap tidak dapat dilepaskan. Bagaimana perhatian, sikap dan hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak, semua ini akan berpengaruh terhadap prestasi yang ditampilkan anak di sekolah. Jadi orang tua mempunyai peranan vital dan tak tergantikan dalam pendidikan anak.

B. IDENTIFIKASI KEPRIHATINAN

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan keprihatinan sebagai berikut :

1. Orang tua yang "pasrah bongkokan"menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah tanpa mau terlibat proses belajar pendidikan anak-anaknya.

2. Orang tua terlalu sibuk bekerja mengakibatkan kurangnya pengawasan dan bimbingan kepada anak sehingga anak tidak bersemangat dan terdorong hatinya untuk aktif belajar.

3. Kesulitan yang dialami orang tua yakni karena keterbatasan pengetahuan orang tua terhadap agama katolik sehingga mereka kurang mengerti atau memahami pelajaran agama Katolik.

(23)

C. RUMUSAN PERMASALAHAN

Bertitiktolak dari deskripsi latarbelakang di atas, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apa yang dimaksud dengan partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo?

Bentuk-bentuk partisipasi apa sajakah yang dapat dipakai orang tua dalam Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo?

D. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah :

1. Mendiskripsikan tentang partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo.

2. Memberikan gambaran tentang bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo.

E. MANFAAT PENULISAN

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai kepentingan, antara lain:

1. Bagi siswa, perhatian orang tua sangat memotivasi anak untuk aktif dalam pembelajaran.

(24)

pembelajaran anaknya dalam kehidupan keluarga sehari-hari.

Bagi guru, sebagai masukan bahwa proses belajar yang baik di sekolah dapat membantu anak lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

F. METODE PENULISAN

Pertama-tama penulis mengadakan riset pustaka yaitu dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-interpretatif, yaitu menggambarkan dan menafsirkan permasalahan yang ada sehingga dapat diperoleh bentuk-bentuk partisipasi seperti apa sajakah yang dapat meningkatkan proses belajar PAK. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan wawancara kepada lima orang tua dari siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo dan kuesioner yang ditujukan untuk siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini akan ditulis dalam lima bab. Penulisan akan dimulai dengan pendahuluan, kemudian akan dipaparkan secara jelas pada setiap babnya, kemudian diakhiri dengan penutup berupa kesimpulan dan saran.

Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi keprihatianan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(25)

sebagai pendidik dalam keluarga, belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi, menghambat serta yang mendukung belajar anak, perkembangan anak usia Sekolah Dasar.

Bab III dibicarakan mengenai metodologi dan hasil penelitian tentang partisipasi orang tua dalam PAK, yang di dalamnya tercakup metodologi penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.

Bab IV penulis memberikan sumbangan kepada para pendamping, untuk membantu meningkatkan kesadaran orang tua siswa siswi SD Kanisius Wates dalam PAK. Bab ini meliputi latar belakang pemikiran dasar program dan usulan program.

(26)

Orang tua dalam keluarga merupakan pendidik yang pertama. Hal ini jelas karena dalam rumah tanggalah seorang anak mula-mula memperoleh pendidikan. Orang tua sebagai pendidik yang pertama mempunyai kewajiban membantu anak belajar di rumah. Untuk itu partisipasi dari keluarga khususnya orang tua sangat penting bagi anak khususnya dalam belajar PAK. Di samping itu peran orang tua sebagai pendorong atau penyemangat belajar sangat dibutuhkan oleh anak, karena seorang anak khususnya anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar sangat membutuhkan perhatian, bimbingan serta bantuan dalam belajar. Jadi tugas orang tua tidak hanya menyekolahkan anak saja tetapi juga berperan serta secara aktif dalam memotivir anak untuk belajar khususnya dalam belajar PAK. Bentuk-bentuk partisipasi yang bisa digunakan orang tua dalam mendidik anak sangat beranekaragam. Maka dari itu pada bab II ini penulis memaparkan berbagai bentuk partisipasi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memotivasi anak supaya anak aktif dalam belajar PAK.

(27)

Sekolah Dasar; dan Pendidikan khususnya Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar.

A. Partisipasi Orang Tua 1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi secara umum dapat diartikan sebagai peran serta seseorang atau kelompok dalam suatu kegiatan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:831), partisipasi ialah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Kata partisipasi di atas bukanlah hanya sekedar sumbang ide atau saran dari seseorang atau kelompok dalam bentuk kata-kata saja tapi lebih pada suatu bentuk tindakan nyata dari seseorang atau kelompok. Adanya partisipasi dari seseorang atau kelompok memang sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan. Partisipasi khususnya dalam hal pendidikan yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan belajar PAK siswa-siswi Sekolah Dasar juga amat perlu diperhatikan mengingat bahwa orang tua itu merupakan pendidik pertama dalam rumah tangga. Di samping itu anak usia sekolah dasar juga masih sangat membutuhkan bimbingan dan dorongan dari orang tua dalam belajar. Keikutsertaan orang tua dalam PAK diharapkan dapat membantu keberhasilan pendidikan anak khususnya dalam bidang PAK.

(28)

mendidik anak. Oleh sebab itu, faktor partisipasi memang sangat penting dalam mendidik anak.

2. Bentuk Partisipasi

(29)

sedemikian rupa sehingga tidak terlalu menyita sebagian besar waktu anak, karena mengingat bahwa setiap anak masih memerlukan waktu untuk bermain bersama teman-temannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi dalam meningkatkan belajar memang sangatlah beranekaragam dapat berupa kasih sayang, perhatian, ide, sarana prasara, dana, dan sebagainya. Di samping itu, memang masih banyak lagi bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan orang tua untuk membantu anak dalam memotivir belajar anak. Penulis lebih memilih untuk memaparkan bentuk-bentuk partisipasi yang simpel dalam arti mudah dilakukan oleh orang tua melakukan hal tersebut. Dan untuk melakukan semuanya itu memang orang tua dituntut untuk dengan sabar, aktif, dan penuh kasih sayang dalam memotivir anak belajar khususnya belajar PAK di rumah.

B. Orang Tua Sebagai Pendidik Dalam Keluarga 1. Pengertian Orang Tua

(30)

bapak dan ibu atau orang yang dianggap disegani.

Berangkat dari beberapa batasan tersebut, maka orang tua adalah bapak dan ibu atau orang yang dihormati. Di mana anak-anak atau semua orang yang berada di bawah pengawasan maupun dalam asuhan dan bimbingannya menghormati orang tua sebagai pendidik dalam keluarga.

2. Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pendidik dalam Keluarga a. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Anak

Orang tua mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki tanggung jawab dalam hal mendidik anak. Gereja menempatkan orang tua sebagai pendidik anak yang pertama dan utama dalam keluarga, “karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama” (GE, art. 3). Orang tua mempunyai peranan vital dan tak tergantikan dalam pendidikan anak. Peran orang tua ini merupakan konsekuensi dari tanggung jawab mereka sebagai penyalur kehidupan bagi anak-anak.

...Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat (GE, art. 3).

(31)

pada sesama menjadi pendukung kepribadian dan pendidikan sosial bagi anak-anak.

Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak adalah suatu sikap di mana orang tua memandang anak sebagai manusia yang berkembang, dan perlu berkembang. Maka anak harus diberi pertolongan untuk mengembangkan pribadinya lewat pendidikan yang benar. Anak diberi kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan dalam memberikan keputusan sesuai dengan perkembangannya. Disini orang tua bertugas mengarahkan perkembangan anak pada hal-hal yang positif. Seperti yang ditegaskan Nasution (1985:40) karena orang tua mempunyai tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya, maka orang tua dituntut agar mampu untuk: (1) mengasuh dan membimbing anaknya; (2) mengawasi pendidikan anak-anaknya; (3) mengemudikan pergaulan anak-anaknya.

(32)

b. Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua Untuk Mendidik Anak

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting bagi anak. Menjadi orang tua berarti harus siap menjadi pendidik, dan siap dengan segala sesuatu sehubungan dengan pengetahuan untuk mendidik anak.

(33)

saling melindungi satu dengan yang lain, sehingga suasana keakraban serta kehangatan terasa antara orang tua dengan anak. Dengan merasakan suasana rumah yang penuh cinta tentu anak juga akan memberikan cinta kasihnya kepada sesama.

Kedua, memberikan teladan. Piaget (1997:57), menyatakan bahwa bagi anak orang tua dianggap sebagai makhluk serba bisa, oleh karena itu patut diikuti tanpa harus bertanya-tanya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun dapat ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menanyakan terlebih dahulu kepada orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu perbuatan atau tingkah laku orang tuanya sendiri. Anak menganggap bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup.

(34)

C. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Menghambat, dan yang Mendukung Belajar Anak.

1. Pengertian Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita melakukan banyak kegiatan, misalnya, membaca buku, mengenakan pakaian, makan dengan menggunakan alat-alat makan, bertindak sopan dan lain sebagainya. Untuk bisa melakukan semua kegiatan itu tentu dengan kegiatan belajar terlebih dahulu. Dalam arti mustahillah kita dapat melakukan kegiatan itu jika kita tidak berusaha untuk belajar terlebih dahulu.

Sudah banyak para ahli menguraikan definisi tentang belajar. Maka dari itu sebelum menarik kesimpulan tentang belajar, baiklah jika meninjau terlebih dahulu beberapa rumusan tentang belajar dari beberapa tokoh pendidikan. Definisi belajar menurut Winkel (1991:36) sebagai berikut:

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

(35)

Sumadi Suryabrata (1993:247) yang menegaskan kembali pandangan Cronbach bahwa definisi belajar adalah dengan mengalami, dan dengan mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. Definisi tersebut mengartikan bahwa dalam belajar sangat dibutuhkan kemauan untuk terlibat aktif dalam proses belajar, baik dengan melihat, merasakan dan juga mengalaminya sendiri.

Definisi di atas mempunyai kesamaan di mana untuk belajar itu dibutuhkan keterlibatan langsung dari si pelajar. Berkenaan dengan ini dapatlah dikatakan bahwa belajar adalah sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan itu merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam pengetahuan, perasaan, perilaku, kebiasaan, nilai, dan sikap. Perubahan yang terjadi bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini yang membedakan perubahan-perubahan lain yang disebabkan kerusakan fisik (karena penyakit atau kecelakaan), atau sebab-sebab lain yang menyebabkan perubahan non permanen (lelah, mengantuk dan sebagainya).

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar :

(36)

Pertama, ialah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang termasuk di dalamnya ialah: a. faktor-faktor non sosial dalam belaja misalnya: keadaan udara, cuaca, waktu (pagi, siang, atau malam), tempat atau lokasi gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar, seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga dan masih banyak lagi; b. faktor-faktor sosial dalam belajar misalnya: kehadiran orang lain pada waktu anak sedang belajar dapat menggganggu aktivitas belajar. Kegaduhan dan kebisingan dapat mengakibatkan konsentrasi belajar anak menjadi goyah. Kedua, ialah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya yaitu: a. Faktor fisiologis. Hal ini berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, susunan-susunan dan bagian-bagian yang berbeda dalam organisme kehidupan. Faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam yakni: kondisi jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, terutama fungsi-fungsi panca indera.

Kedua, ialah faktor-faktor psikologis dalam belajar misalnya: adanya sifat keingin tahuan, sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman, keinginan untuk mendapatkan rasa aman apabila menguasai pelajaran.

(37)

3. Faktor yang Menghambat Belajar :

Shalahuddin (1990:57), memaparkan faktor-faktor yang dapat menghambat kegiatan belajar anak. Pertama, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak ialah sebagai berikut: a. faktor biologis, misalnya: anak tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar apabila anak sering sakit-sakitan sehingga akan mengganggu jalannya proses belajar; selain itu cacat tubuh seperti kaburnya penglihatan, berkurangnya pendengaran, gagap juga dapat menyebabkan hambatan dalam belajar; b. faktor psikologis, misalnya: intelegensi (kecerdasan) yang rendah pada anak; kurangnya minat dan semangat pada anak dalam mengerjakan tugas sehingga hasil yang diperolehnya pun tidak memuaskan atau hasilnya kurang baik; anak yang merasa dirinya tidak diperhatikan oleh orang tuanya akan membuat anak menjadi malas belajar.

(38)

meningkatkan mutu belajarnya; b. lingkungan sekolah, misalnya: guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah melulu akan mengakibatkan proses belajar kurang menarik bahkan membuat anak bosan, ngantuk dan anak menjadi pasif. Guru kurang berinteraksi dengan siswanya secara intim sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar tidak lancar; c. lingkungan masyarakat, misalnya: media masa yaitu televisi, bioskop, surat kabar, radio, majalah komik, yang semuanya mempunyai nilai positif dan negatif.

4. Faktor yang Mendukung Belajar :

Faktor- faktor yang dapat mendukung belajar anak.

a. Suasana rumah tangga harus mendorong anak untuk belajar

Nasution (1985:60), mengatakan supaya anak lebih bersemangat dalam belajar, maka diperlukan adanya usaha orang tua untuk menciptakan suasana keluarga yang damai, nyaman dan penuh kasih sayang, sehingga pikiran dan perhatian anak akan lebih terarah pada kegiatan belajarnya. Kedamaian atau keakraban maupun kerjasama yang baik antara para anggota keluarga akan memberikan semangat belajar bagi anak.

b. Membangkitkan minat belajar anak

(39)

untuk belajar anak, misalnya: pensil, pulpen, penggaris, buku dan lain-lain akan membuat anak bersemangat dalam belajar. Kedua, memberikan makanan yang bergizi. Anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan makanan yang bergizi, untuk memperlancar pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh dan otak mereka. Maka dari itu perlulah orang tua memberikan makanan yang bergizi kepada anak yang mengandung berbagai macam vitamin yang dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan anak. Ketiga, memberikan kesempatan belajar yang cukup kepada anak. Pada saat anak sedang belajar orang tua jangan memberikan tugas lain, misalnya: mencuci piring, menyapu dan lain-lain. Kelelahan karena banyaknya tugas dari tempat bekerja jangan dijadikan alasan untuk tidak mendampingi anak dalam belajar. Orang tua juga perlu mengontrol jam belajar anaknya. Bahkan lebih baik lagi apabila pada saat jam belajar orang tua juga ikut belajar supaya anak melihat dan merasakan bahwa orang tuanya saja belajar supaya pintar. Di sinilah anak merasa ada teman untuk belajar dan anak pun akan lebih bersemangat lagi untuk belajar. Keempat, memberikan semangat belajar dan dukungan kepada anak. Memberikan dukungan kepada anak bisa berbentuk pujian. Pujian diberikan ketika anak mendapatkan nilai raport atau nilai ulangan yang tinggi. Pujian itu akan membuat anak merasa senang dan bangga. Anak juga semakin bersemangat dan meningkatkan minat belajarnya, supaya keberhasilan yang dicapainya ini dapat terulang kembali.

D. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

(40)

perkembangan anak. Alangkah tidak baik apabila orang tua menyamakan dalam mendidik anak yang sudah dewasa dengan mendidik anak yang belum dewasa, karena seorang anak kecil tidak mungkin bisa menangkap apa yang diajarkan orang tua jika cara mengajar orang tua seperti mengajar kepada orang yang sudah dewasa. Oleh karena itu dalam mendidik anak kiranya perlu diperhatikan juga masalah perkembangan anak.

Di dalam seluruh rentang kehidupan, manusia terbagi dalam beberapa periode atau masa yaitu: masa bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa. Kartini Kartono (1990:133), mengemukakan masa sekolah dasar anak yakni pada usia 6 s.d 12 tahun. Sedangkan Munandar (1992:1-2), mengatakan usia anak SD, yakni usia 6 s.d 12 tahun. Masa perkembangan ini oleh para pendidik disebut masa sekolah dasar, karena pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting untuk persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa.

Kebanyakan orang berpendapat bahwa masa anak adalah masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan manusia. Saat di mana seorang individu tidak berdaya dan masih tergantung dari bantuan orang di sekitarnya terutama orang tuanya. Masa anak merupakan masa yang penting untuk mendapat perhatian khsusnya dari orang dewasa. Hal ini karena masa anak sangat menentukan sikap dan tingkah lakunya pada perkembangan berikutnya.

(41)

penulis memilih siswi Sekolah Dasar dalam kelompok anak, karena siswa-siswi Sekolah Dasar jika ditinjau dari segi usia mereka belum dewasa. Mereka masih membutuhkan bantuan dari orang dewasa, terutama orang tuanya.

Oleh karena anak usia Sekolah Dasar masih perlu bantuan dari orang tua, maka dalam mendidik anak perlulah orang tua untuk mengetahui taraf perkembangan anak, sehingga memudahkan proses belajar antara yang mendidik dengan yang dididik. Miller (dalam Heryatno, 2008:71) mengutip ayat-ayat Kitab Suci 1Kor 3:2a “Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya”. Ia juga menegaskan betapa pentingnya mendidik anak sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Taraf dalam perkembangan anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Untuk itu, orang tua harus mengenali anak secara utuh atau melihat kondisi konkrit anak. Maka dari itulah penulis memaparkan teori-teori perkembangan anak sebagai berikut:

1. Perkembangan Kognitif

(42)

Anak sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain. Ini terjadi terlebih dalam bertatap muka dengan teman-temannya.

2. Perkembangan Emosi

Syamsu Yusuf (1998:181) mengatakan bahwa pada usia sekolah dasar anak belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosi yang diperoleh anak melalui peniruan dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap usia sekolah dasar ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia). Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam berdiskusi, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan. Oleh sebab itu pendidik harus dapat menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.

3. Perkembangan Moral

(43)

orang tua agar terhindar dari hukuman.

Pada tahap selanjutnya yakni anak mulai memasuki umur belasan anak memperlihatkan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan seseorang baik atau tidak. Baik, bilamana sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat, dan buruk, kalau bertentangan atau berlawanan. Apabila ingin diterima masyarakat maka harus meperlihatkan perbuatan yang baik.

4. Perkembangan Iman

Allen Shelly (1982:41-49) mengemukakan bahwa anak sudah dapat membedakan antara Allah dan orang tua. Pola pikir anak masih konkret, namun anak pada masa ini mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan Allah. Anak mempunyai keinginan yang besar untuk belajar tentang Allah dan surga, mereka suka memanjatkan doa-doa umum pada waktu menjelang tidur dan makan. Doa anak biasanya bersifat egosentris, berupa permohonan kepada Allah untuk menolong dirinya, atau berterima kasih atas orang-orang dan hal-hal yang mereka sukai.

Anak memiliki perkembangan secara cepat, dunianya semakin meluas dari lingkup keluarga ke lingkup sekolah dan masyarakat. Pengertian tentang Allah sebagai pencipta, pemberi hukum, dan sahabat yang mereka kenal dari pengajaran, teladan orang tua, guru, dan orang lain mulai tumbuh.

(44)

menyukai ceritera, bahkan ia dapat menghapal seluruh ceritera sampai detail. Ceritera sebagai sarana perpanjangan dan penemuan diri, diartikan secara harafiah dan darinya belum dapat ditarik kesimpulan. Allah digambarkan secara antropomorphis, di mana Allah dibayangkan sebagai manusia istimewa, yang mempunyai rumah kediaman di surga, penuh perhatian, sabar, seperti tokoh di dalam ceritera atau dongeng.

E. Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar 1. Pendidikan Secara Umum

Definisi tentang pendidikan yang dikemukan oleh para ahli sangatlah beragam. Sumadi Suryabrata (1984:317) mengatakan pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan. Kristianto (2004:2) menegaskan kembali pandangan dari Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan diartikan sebagai daya upaya manusia untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual), dan jasmani anak-anak menuju kepada kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan alam dan masyarakat. Dari dua pengertian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa, pada hakekatnya pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik (orang dewasa) kepada peserta didik (orang yang belum dewasa) dengan cara mengajar dan membimbing supaya peserta didik dapat mencapai kedewasaannya, yang meliputi aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan psikomotorik (sikap dan keterampilan).

(45)

tentang pendidikan, penulis berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai suatu pengarahan, pembentukkan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.

2. Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk pendidikan iman dan suatu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Mangunwijaya (dalam Heryatno, 2008:15) menyatakan hakikat dasar PAK sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having religion) dengan beriman (being religious). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus, kebiasaan, lambang-lambang luar, segi-segi sosiologis. Agama merupakan jalan dan sarana menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia menuju kesatuannya dengan Tuhan.

Gravissimum Educationis art. 7 dan art. 8 mengatakan pendidikan agama diberikan di sekolah Katolik bertujuan menanamkan pendidikan moral, menciptakan lingkungan hidup yang dijiwai oleh "semangat Injil" kebebasan dan cinta kasih sehingga murid terbantu mengembangkan kepribadiannya. Konsili Vatikan II pun menegaskan bahwa sekolah Katolik pertama-tama tidak dimaksudkan sebagai lembaga komersil yang diselenggarakan guna mengejar keuntungan melainkan sebagai lembaga pendidikan demi mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang matang, bebas, dan mandiri (Gravissimum Educationisart. 7).

(46)

dan secara serius bertolak dari kenyataan hidup beriman naradidik dan menanggapi kebutuhan mereka baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan demikian, PAK di sekolah dapat memberikan sumbangan positif bagi pembangunan dan pendewasaan iman naradidik baik yang menyangkut segi kognitif, sikap maupun tindakan.

Groome (dalam Heryatno, 2003) menyebutkan tiga tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yaitu: demi terwujudnya Kerajaan Allah, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia. Dari uraian di atas, peserta didik pertama-tama dibantu untuk menghayati imannya akan Yesus Kristus, yang mempunyai keprihatinan tunggal untuk mewartakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah tidak lain adalah karya penyelamatan Allah yang melalui Kristus menawarkan dan menegakkan harapan, kedamaian, cinta, dan keadilan yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan. Para murid juga perlu dibantu untuk menghayati iman dalam hidup sehari-hari sehingga mereka menjadi orang Kristen yang makin beriman dewasa. Kedewasaan iman mereka mestinya menyentuh seluruh aspek hidup peserta baik segi kognitif, afektif dan praktis. Dikatakan bahwa ketiga aspek ini merupakan unsur pokok dari kehidupan manusia dan khususnya juga dari kehidupan iman. Kematangan iman para siswa dalam dimensi pemahaman/kesadaran, afeksi/emosi dan kehendak yang dibuktikan dalam sikap dan tindakan konkret akan membantu mereka untuk menghayati iman kristiani secara bebas. Dari penghayatan ini, iman yang autentik yang muncul dari kebebasan hati dapat tumbuh.

(47)

perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga berarti PAK lebih menekankan tindakan (kehidupan) daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, PAK menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus. Maka dari itu, PAK juga dipahami sebagai komunikasi penghayatan atau pengalaman iman. Komunikasi semacam ini tentu akan saling memperkaya dan meneguhkan iman para pesertanya. Iman sejati menggerakkan orang untuk bersikap belaskasih, peka dan peduli kepada sesamanya yang miskin serta menderita, merasa rindu dan ingin dekat pada Tuhannya, dan berbuat baik kepada sesama. Penekanan dalam PAK bukan pengajaran agama tetapi proses perkembangan (dan pendewasaan) iman, peneguhan pengharapan dan perwujudan cinta kasih (religiositas), karena berfokuskan pada hal-hal mendasar. PAK menjadi bersifat inklusif, mendorong ke arah persaudaraan, persatuan dan perjumpaan serta mengusahakan demi terwujudnya kesejahteraan hidup bersama. Dari sebab itu, suasana kesalingan, kebersamaan, dan penghargaan pada masing-masing pribadi peserta didik amat penting untuk diusahakan di kelas dan di pelbagai pertemuan kegiatan pembinaan dan pendidikan.

(48)

WATES KULON PROGO

(49)

tua dalam bekerja menyebabkan kurangnya pengawasan dalam belajar anak. Pada hal partisipasi orang tua baik dalam pengawasan, bimbingan dan lain sebagainya sangat dibutuhkan oleh anak apalagi bagi anak yang masih dalam tahap perkembangan atau bisa dikatakan anak masih tergantung pada orang tua. Orang tua yang baik harus mendorong dan membina anak untuk belajar.

Untuk mengetahui partisipasi orang tua khususnya dalam PAK maka, penulis menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan wawancara. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada lima orang tua siswa-siswi kelas lima SD Kanisius Wates, sedangkan kuesioner ditujukan untuk seluruh siswa-siswi kelas lima di SD Kanisius Wates Kulon Progo. Dengan kuesioner ini diharapkan anak-anak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan bebas sesuai keadaan yang sebenarnya. Kuesioner yang disebarkan berusaha untuk memperoleh data sehubungan partisipasi orang tua dalam memotivasi belajar anak khususnya dalam bidang mata pelajaran PAK. Data-data yang diperoleh tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam beberapa pokok pikiran berikut ini.

A. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

(50)

teori serta mengkroscek dari hasil penelitian dengan kuesioner. Dalam memperoleh data penulis menggunakan metode kualitatif, yakni melalui wawancara. Dengan wawancara ini diharapkan penulis dapat mengetahui bentuk-bentuk partisipasi dari orang tua dalam PAK anak-anaknya. Di samping itu peneliti juga menggunakan metode kuantitatif yakni dengan kuesioner. Kuesioner ini untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana partisipasi orang tua dalam PAK.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian ini selama bulan Mei dan Juni 2007 di SD Kanisius Wates Kulon Progo sedangkan untuk wawancara di rumah orang tua siswa-siswi kelas lima SD Kanisius Wate s Kulon Progo yakni di Lingkungan Sebokarang (Ibu Theresia Maria Sukidjem, Bapak Y. Sutrisno), di Kriyanan (Bapak Yustinus Suparjono), di Margosari (Ibu Cicilia Sriningsih) dan di Driyan Wates (Bapak Fl. Sunardi).

3. Responden

Responden adalah seluruh siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates yang berjumlah 25 siswa dan lima orang tua dari siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates. [Lampiran 2: (4)].

Teknik Pengumpulan Data a. Variabel

(51)

Siswa-siswi Kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo" terdapat satu variabel yang akan diteliti yaitu "Partisipasi Orang Tua".

b. Definisi Operasional Variabel Partisipasi Orang Tua

Menurut Kamus Ilmiah Serapan Disertai Entri Tambahan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2005:529) partisipasi adalah ikut berperan atau mengambil bagian dalam suatu kegiatan.

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik penelitian dengan wawancara dan kuesioner. Mardalis (1989:67) menyatakan kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Kuesioner merupakan cara untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis yaitu suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab tertulis pada lembar yang telah tersedia dan harus dikembalikan. Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup dimana pertanyaan yang diajukan sudah disertai pilihan jawaban. [Lampiran 1: (1)-(3)].

(52)

bertugas memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Jenis wawancara yang dipakai adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya.

1) Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel Indikator No Item Jumlah

Item 1 Partisipasi

Orangtua

a. Menyediakan fasilitas belajar (alat tulis menulis dan buku pelajaran).

b. Mengawasi kegiatan belajar agama Katolik, memberikan motivasi, nasihat dan mengontrol hasil belajar agama Katolik

c. Menanyakan, mendengarkan, serta membantu memecahkan kesulitan yang anak alami dalam belajar agama Katolik d. Mendampingi dan memberikan

saran untuk lebih giat belajar e. Menciptakan suasana belajar

yang tenang dan suasana rumah yang penuh kasih

2) Daftar Pertanyaan Wawancara

a). Menurut bapak/ibu siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga?

(53)

alat tulis menulis?

c). Kalau nilai ulangan atau PR anak bapak/ibu jelek, apakah ibu akan memberikan hukuman kepada anak?

d). Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah bapak/ibu berikan kepada anak khususnya di dalam pendidikan agama Katolik?

e). Apakah ada hambatan dan kesulitan yang bapak/ibu alami dalam pendidikan agama Katolik anak Anda?

d. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif. Data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara diklasifikasikan, dianalisis, dideskripsikan secara kualitatif. Keterbatasan dalam penelitian ini yakni berkenaan dengan validitas, reliabilitas, dan obyektivitas tidak di uji cobakan.

B. Laporan Hasil Penelitian

(54)

Tabel 2

Partisipasi orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar (N:25)

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka selalu memenuhi kebutuhan anak khususnya di dalam membelikan alat tulis menulis ada 80%, dan 20% menyatakan kadang-kadang.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka selalu memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan buku Agama Katolik yang disarankan oleh bapak/ibu guru di sekolah ada 84%, dan 12% responden menyatakan kadang-kadang dalam menjawab pernyataan tersebut, sementara 4% responden menyatakan tidak pernah dalam menjawab pernyataan tersebut.

No Pertanyaan

Jawaban Selalu Kadang-kadang

Tidak Pernah

Jml % Jml % Jml %

1. Orang tua anda memenuhi setiap permintaan Anda yang berhubungan dengan alat tulis menulis

20 80 5 20 -

-2. Orang tua anda memenuhi setiap permintaan anda yang berhubungan dengan buku agama Katolik yang disarankan oleh bapak/ibu guru untuk dimiliki

(55)

Tabel 3

Partisipasi orang tua dalam mengawasi kegiatan belajar agama Katolik, memberikan motivasi, nasihat dan mengontrol hasil belajar agama Katolik

(N:25)

3. Jika ada PR agama Katolik, maka orang tua anda menanyakan apakah sudah dikerjakan

11 44 10 40 4 16

4. Setiap belajar di rumah, orang tua anda mengawasi apa yang anda pelajari

16 64 9 36 -

-5. Ketika jam belajar di rumah, orang tua anda menanyakan kapan ada ulangan atau ujian agama Katolik di sekolah

14 56 11 44 -

-6. Sepulang sekolah orang tua menanyakan kepada anda apakah materi pelajaran agama Katolik yang telah diajarkan guru sudah dapat dimengerti

13 52 9 36 3 12

7. Sepulang sekolah orang tua menanyakan kepada Anda apakah ada PR (Pekerjaan Rumah) agama Katolik yang diberikan guru di sekolah

11 44 11 44 3 12

8. Jika anda memberitahu hasil ulangan agama Katolik yang telah dibagikan guru, maka orang tua anda melihat hasilnya

20 80 5 20 -

-9. Orang tua anda menanyakan hasil ulangan agama Katolik di sekolah

13 52 8 32 4 16

10. Orang tua anda membantu membuatkan jadwal belajar di rumah

6 24 10 40 9 36

11. Orang tua Anda mengingatkan waktu belajar Anda

25 100 - - -

(56)

-nasihat jika hasil ulangan agama Katolik anda kurang atau jelek

13. Orang tua anda menjanjikan hadiah jika ulangan agama Katolik anda bagus

15 60 8 32 2 8

14. Orangtua anda menegur jika seharian anda hanya menonton TV dan tidak belajar

22 88 3 12 -

-15. Ketika anda sedang belajar, orang tua anda pun ikut belajar

2 8 19 76 4 16

16. Orang tua anda selalu menanyakan hasil setiap PR yang dikumpulkan

13 52 9 36 3 12

17. Jika anda memberitahu hasil PR agama Katolik yang telah dibagikan guru, orang tua anda selalu melihat hasilnya

19 76 6 24 -

-Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka selalu menanyakan apakah PR Agama Katolik sudah dikerjakan atau belum ada 44%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 40% responden, sementara 16% responden menjawab tidak pernah dalam menjawab pernyataan tersebut.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mengawasi apa saja yang dipelajari saat belajar ada 64%, dan 36% responden menjawab kadang-kadang.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan kapan dilaksanakan ulangan atau ujian agama Katolik di sekolah ada 56%, dan 44% responden menjawab kadang-kadang.

(57)

apakah materi pelajaran agama Katolik yang diajarkan guru di sekolah sudah dimengerti atau belum ada 52%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden, sementara 12% responden menjawab tidak pernah dalam menjawab pernyataan tersebut.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan apakah ada PR agama Katolik yang diberikan oleh bapak/ibu guru ada 44%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 44% responden, sementara 12% responden menjawab tidak pernah dalam menjawab pernyataan tersebut.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu melihat hasil ulangan agama Katolik yang telah dibagikan ada 80%, dan yang menjawab kadang-kadang pernyataan tersebut ada 20% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan hasil ulangan agama Katolik anaknya ada 52%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 32% responden, sementara 16% responden menjawab tidak pernah.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua membantu anak dalam membuat jadwal belajar ada 24%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 40% responden, sementara 36% responden menjawab tidak pernah.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mengingatkan waktu belajar kepada anak ada 100% responden.

(58)

nasihat kepada anak jika hasil ulangan agama Katolik kurang atau jelek ada 72%, dan 28% responden menjawab kadang-kadang.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menjanjikan hadiah kepada anak jika nilai ulangan agama Katolik bagus ada 60%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 32% responden, sementara 8% responden menjawab tidak pernah.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan teguran kepada anak apabila seharian hanya menonton TV dan tidak belajar ada 88%, dan 12% responden menjawab kadang-kadang.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu ikut belajar disaat anak juga sedang belajar ada 8%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 76% responden, sementara 16% responden menjawab tidak pernah.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan hasil PR yang dikumpulkan ada 52%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden, sementara 12% responden menjawab tidak pernah.

(59)

Tabel 4

Partisipasi orang tua dengan menanyakan serta mendengarkan kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam belajar agama Katolik (N:25)

No Pertanyaan

18. Orang tua anda menanyakan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi dalam belajar agama Katolik

19 76 6 24 -

-19. Jika orang tua anda di rumah dan anda mengerjakan PR agama Katolik, orang tua selalu menanyakan apakah ada kesulitan dalam menyelesaikannya

15 60 8 32 2 8

20. Orang tua anda mendengarkan kesulitan-kesulitan dan keluhan yang anda hadapi tentang pelajaran agama Katolik

16 64 9 36 -

-21. Setiap anda mengalami kesulitan dalam pelajaran agama Katolik, maka orang tua anda ikut serta membantu memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi

19 76 6 24 -

-22. Jika ada PR agama Katolik dan orang tua anda berada di rumah, maka orang tua anda menjelaskan cara menyelesaikan PR tersebut

18 72 7 28 -

-Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami anak ketika sedang belajar agama Katolik ada 76%, dan 24% responden menjawab kadang-kadang.

(60)

orang tua selalu menanyakan kepada anaknya apakah ada kesulitan dalam mengerjakan PR agama Katolik ada 60%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 32% responden, sementara 8% responden menjawab tidak pernah.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mendengarkan kesulitan dan keluhan dari anak tentang pelajaran agama Katolik ada 64%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu membantu memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam pelajaran agama Katolik ada 76%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 24% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa jika orang tua ada di rumah, maka orang tua selalu menjelaskan cara menyelesaikan PR agama Katolik kepada anaknya ada 72%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 28% responden.

Tabel 5

Partisipasi orang tua dengan mendampingi dan memberikan saran untuk lebih giat belajar (N:25)

No Pertanyaan

(61)

orang tua Anda menyarankan untuk lebih giat dan lebih rajin mengerjakan soal-soal latihan agama Katolik 25. Orang tua anda

menyarankan supaya anda membentuk kelompok belajar

9 36 9 36 7 28

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mendampingi anak dalam belajar agama Katolik di rumah ada 60% responden, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden, sementara 4% responden menjawab tidak pernah.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan menguasai materi agama Katolik maka orang tua selalu menyarankan kepada anaknya untuk lebih giat dan rajin mengerjakan soal-soal latihan agama Katolik ada 76%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 24% responden.

(62)

Tabel 6

Partisipasi orang tua dengan menciptakan suasana belajar yang tenang dan suasana rumah yang penuh kasih sayang (N-25)

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menyarankan kepada anaknya kalau belajar harus dalam suasana tenang dan penuh perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari ada 96%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 4% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mengusahakan agar suasana tenang ketika anaknya sedang belajar ada 92%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 8% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mematikan TV dan radio ketika anaknya sedang belajar ada 76%, dan yang menjawab pernyataan

No Pertanyaan

26. Orang tua menyarankan kepada anda kalau belajar harus dalam suasana tenang dan penuh perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari

24 96 1 4 -

-27. Orang tua anda mengusahakan agar suasana tenang pada saat anda sedang belajar

23 92 2 8 -

-28. Jika anda sedang belajar, orang tua anda mematikan TV dan Radio

19 76 6 24 -

-29. Orang tua anda memberikan kamar belajar yang nyaman untuk anda belajar

12 48 13 52 -

-30. Orang tua anda mengasihi dan menyayangi anda

(63)

-tersebut kadang-kadang ada 24% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan kamar belajar yang nyaman untuk anda belajar ada 48%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 24% responden.

Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan kamar belajar yang nyaman untuk anda belajar ada 100%.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan hasil penelitian dengan kuesioner

Pembahasan hasil penelitian ini bertiitk tolak dari data penelitian di atas. Pembahasan hasil penelitian akan dilakukan menurut masing-masing indikator dari 1 variabel dan didukung oleh berbagai sumber pustaka serta pemahaman penulis sendiri. Setelah mengolah data penelitian ini, penulis juga menyampaikan pembahasan hasil penelitian. Adapun pembahasan tersebut adalah sebagai berikut: a. Dalam menyediakan fasilitas belajar (alat tulis menulis dan buku

pelajaran)

(64)

belajar, kemungkinan akan menghambat kegiatan anak dalam belajar. Maka dari itu setiap orang tua perlu benar-benar memperhatikan sarana apa saja yang dibutuhkan atau diperlukan anak dalam menunjang proses belajar anak demi kemajuan belajar anak di sekolah.

Hasil penelitian dengan kuesioner dan dilengkapi wawancara pada no item 1, dapat disampaikan bahwa jumlah responden yang menjawab orang tua selalu memenuhi kebutuhan anak khususnya di dalam membelikan alat tulis menulis ada 80 %, dan 20% responden menjawab kadang-kadang. Pada item no. 2 responden yang menjawab bahwa orang tua selalu memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan buku agama Katolik yang disarankan oleh bapak/ibu guru di sekolah ada 84% responden, responden yang menjawab kadang-kadang ada 12%, sementara hanya 4% responden memberikan jawaban tidak pernah. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa orang tua siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates telah memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pendidikan anaknya dengan menyediakan alat tulis dan juga buku-buku yang dibutuhkan anak dalam menunjang proses belajarnya di sekolah.

(65)

b. Mengawasi kegiatan belajar agama Katolik, memberikan motivasi, nasihat, dan mengontrol hasil belajar agama Katolik

Dalam hal mengawasi kegiatan belajar anak pada pertanyaan item no 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7, menunjukkan prosentase sebesar 44% sampai dengan 64% saja. Dengan hasil penelitian di atas dapat disampaikan bahwa partisipasi dalam mengawasi kegiatan belajar anak masih perlu diperhatikan dan juga ditingkatkan, karena anak usia Sekolah Dasar masih sangat membutuhkan bantuan serta perhatian dari orang tuanya. Purwanto (1995:179) menyatakan bahwa pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak. Hal tersebut dilakukan supaya anak mengetahui mana yang seharusnya dihindari dan mana yang boleh dan harus dilakukan. Nasution (1985:43), menegaskan bahwa orang tua yang tidak pernah memberikan pengawasan kepada anak-anaknya tidak akan mendapat tempat di hati anak, karena anak akan merasa bahwa orang tuanya tidak memperhatikan dan tidak menyayanginya. Apalagi bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, anak ingin selalu mendapat perhatian khususnya dari orang tuanya. Dengan adanya perhatian dan pengawasan yang diberikan orang tua kepada pendidikan anak-anak, maka dengan sendirinya rasa cinta kepada orang tuanya pun semakin besar. Anak akan merasa bahagia dan bangga karena mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

(66)

belajar memang sangat penting, supaya orang tua dapat mengetahui wawasan atau pengetahuan apa saja yang telah dimiliki oleh anak dan untuk mengetahui apakah anak mengalami hambatan atau pun kesulitan-kesulitan dalam belajarnya. Maka dari itu orang tua hendaknya selalu mengontrol hasil belajar anak supaya anak tidak tertinggal jauh dalam mengikuti pelajaran.

Hasil penelitian no. item 11, dapat dikatakan bahwa orang tua di dalam memberikan dorongan atau motivasi belajar anak-anaknya sangat baik yaitu dengan mengingatkan waktu belajar. Hal tersebut dapat kita lihat dari jumlah responden yang memberikan jawaban selalu ada 100%. Akan tetapi hasil penelitian pada item no. 10, 13, dan 15 menunjukkan hasil prosentase yang kurang begitu baik sebesar 8% sampai dengan 24% saja. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa orang tua kurang memberikan rangsangan belajar kepada anak. Untuk memotivasi belajar anak sebenarnya banyak sekali bentuk-bentuk partisipasi yang bisa dipakai oleh orang tua, misalnya: membantu membuatkan jadwal belajar, memberikan hadiah bisa dalam bentuk barang atau pujian, memberikan teguran apabila seharian anak menonton TV saja, dll. Shalahuddin Mahfud (1990:114) menegaskan bahwa motivasi ialah suatu dorongan yang digambarkan sebagai harapan, keinginan yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu untuk bergerak bertindak. Oleh karena itu, orang tua diharapkan agar menerapkan motivasi dalam memotivir belajar anak. Dan menjaga agar anak tetap memiliki motivasi, sehingga anak akan terpacu untuk meningkatkan belajarnya.

(67)

terhadap pendidikan anak. Pemberian nasihat pada pertanyaan item no. 12 menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 72%. Pada dasarnya setiap orang pasti pernah mengalami suatu kegagalan, hal demikian akan terjadi juga pada anak. Sewajarnyalah apabila pada suatu ketika seorang anak mengalami kemunduran dalam belajarnya. Dengan mendapatkan nilai yang kurang baik, hendaknya seorang anak diberikan dorongan agar tidak patah semangat. Hal tersebut akan dijadikannya cambuk bagi anak untuk lebih giat belajar dan akan berusaha melakukan yang lebih baik lagi demi kemajuan belajarnya. Nasution (1985:14) mengatakan, seorang anak yang selalu mendapat dorongan belajar dan juga nasehat dari orang tuanya dengan sendirinya di sekolah pun anak akan merasa gembira dalam menerima pelajaran-pelajaran dari gurunya. Sebab ia yakin dan percaya, jika nanti ia mendapatkan atau mengalami kesulitan dalam pelajarannya anak tidak akan takut atau patah semangat, karena ada orang tua yang akan selalu membantunya.

c. Menanyakan, mendengarkan, serta membantu memecahkan kesulitan yang anak alami dalam belajar agama Katolik

(68)

berpikir bahwa orang tuanya mempunyai kepedulian yang tinggi akan pendidikannya. Manfaat yang dapat diambil dari adanya kepedulian dari orang tua ialah anak tidak akan merasa sendirian dan patah semangat ketika ia mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam belajarnya. Di samping itu orang tua pun juga dapat mengetahui sejauh mana anak dapat menguasai pelajaran. Syamsu Yusuf (1998:38) menegaskan fungsi keluarga tidak sebatas perasaan (rasa aman, kasih sayang), akan tetapi menyangkut pemeliharaan, rasa tanggungjawab, perhatian dan keinginan menumbuhkembangkan anaknya.

d. Mendampingi dan memberikan saran kepada anak untuk lebih giat belajar

Dalam mendampingi anak belajar pada pertanyaan item no. 23 menunjukkan prosentase sebesar 60% saja, dapat disampaikan bahwa pada dasarnya orang tua sudah lumayan baik menyadari akan tugasnya sebagai pendidik yang utama dan pertama dengan ikut mendampingi anak saat belajar. Setiyanta (1999:5) menjelaskan bahwa mendampingi anak belajar dapat mempengaruhi keberhasilan belajar anak-anak di sekolah. Oleh karena itu sudah sepantasnya bahwa orang tua berfungsi sebagai pembimbing, sahabat, dan pengarah bagi anak-anaknya.

(69)

untuk lebih meningkatkan mutu belajarnya. Di samping itu dari sejak kecil anak telah ditanamkan atau dibiasakan anak untuk belajar, sehingga di saat dewasa nanti hal itu akan menjadi kebiasan bagi anak. Belajar akan dianggapnya sebagai suatu kewajibannya sendiri. Dengan demikian, kesadarannya untuk mencapai hasil yang baik akan semakin besar pula.

e. Suasana belajar yang tenang dan suasana rumah yang penuh kasih Salzmann (dalam Purwanto, 1995:80), menegaskan bahwa betapa besar pengaruh lingkungan alam sekitar terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak-anak. Maka dari itu pendidikan keluarga atau orang tua sangat penting sekali.

Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa orang tua telah melakukan suatu hal yang tepat yakni dengan menciptakan suasana keluarga yang kondusif utuk proses belajar anak. Usaha ini diciptakan supaya anak dapat berkonsentrasi dalam belajar, sehingga pikiran dan perhatian anak dapat terarah kepada kegiatan belajarnya. Miller (dalam Heryatno, 2008:81), menyatakan bahwa lingkungan yang baik dapat menjadi guru yang baik pula.

Menjadi orang tua yang baik adalah mampu menciptakan suasana di rumah dengan penuh kasih sayang. Hal tersebut juga telah dilakukan oleh orang tua dengan melihat hasil penelitian no. item 30, di mana jumlah responden yang memberikan jawaban selalu mengasihi dan menyayangi ada 100%.

(70)

pandidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Ini berarti bahwa setiap orang bahkan anak sekalipun memerlukan ketentraman untuk menopang kelemahan kita, melindungi, dan mengasihi. Hal senada juga dikemukakan oleh Suban Tukan (1991:63) bahwa anak akan memiliki harga diri yang positif kalau ia dicinta, merasa aman dan lebih percaya diri. Dengan demikian akan menumbuhkan minat anak untuk belajar lebih giat lagi.

2. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Wawacara

(71)

dalam mendidik anak-anak.

Berbagai bentuk partisipasi yang dikemukakan oleh para orang tua cukup bervariasi satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya orang tua telah ikut ambil bagian dalam mendidik anak dengan menggunakan berbagai bentuk partisipasi dengan cara dan kemampuan mereka masing-masing. Bentuk-bentuk partispasi dalam meningkatkan kemajuan belajar anak, di antaranya ialah: memberikan pengarahan, memberikan motivasi/dorongan belajar, membantu kesulitan-kesulitan yang dialami anak ketika belajar, membelikan peralatan yang menunjang kegiatan belajar, dll. Dengan adanya wawancara itu ditemukan juga berbagai hambatan atau kesulitan dalam memotivir belajar anak, di antaranya ialah: keterbatasan atau kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua, tuntutan pekerjaan yang mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi waktu untuk mendampingi anak belajar.

D. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian mengenai partisipasi orang tua dalam PAK siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Kulon Progo, penulis dalam kesempatan ini menyampaikan kesimpulan dari proses yang telah dilaluinya. Kesimpulan ini sekaligus menjawab apa yang menjadi tujuan penelitian yang dilaksanakan penulis.

(72)

berupa kasih sayang, perhatian, ide, dana, sarana dan sebagainya. Partisipasi yang telah orang tua berikan kepada anak-anak mereka dapat dikatakan lumayan baik. Namun demikian sebagai orang tua yang bijaksana alangkah baiknya apabila partisipasi orang tua dalam PAK terus-menerus diperkembangkan. Orang tua juga perlu dibekali teori-teoti pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam wawancara dengan para orang tua, penulis menemukan beberapa hambatan dalam memotivir belajar, di antaranya ialah: keterbatasan atau kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua, tuntutan pekerjaan yang mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi waktu untuk mendampingi anak belajar.

(73)

Pendidikan dapat terjadi di semua tempat dan kesempatan, tetapi di rumahlah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan yakni dari orang tua mereka sendiri. Pendidikan keluarga merupakan fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Maka dari itu orang tua disebut sebagai pendidik yang pertama dan utama. Bagi anak yang masih dalam perkembangan ini tentunya sangat membutuhkan bantuan dari orang tuanya. Kesadaran bahwa anak pada usia Sekolah Dasar masih membutuhkan pertolongan, perhatian serta dukungan inilah yang perlu ditanamkan dan disadari oleh para orang tua.

Pada bab tiga, penulis telah mengadakan penelitian kepada siswa-siswi kelas lima di SD Kanisius Wates, dan dilengkapi juga dengan wawancara kepada orang tua mereka. Dapat disampaikan bahwa partisipasi yang telah orang tua berikan sudah lumayan baik, namun perlu dikembangkan lagi bahkan ditingkatkan secara terus-menerus supaya minat belajar anak semakin tinggi.

(74)

A. Latar Belakang Pemikiran Dasar Program

Kewajiban orang tua dalam melaksanakan pendidikan bagi anak, berakar pada panggilan orang tua sebagai suami dan istri. "Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka" (FC, art 36). Orang tua di SD Kanisius Wates pada kenyataannya memang sudah menyadari tugasnya sebagai pendidik yang utama dan pertama. Namun di dalam memotivir belajar agama Katolik orang tua masih mengalami kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan yang dialami orang tua di antaranya adalah: adanya keterbatasan atau kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua, tuntutan pekerjaan yang mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi waktu untuk mendampingi anak belajar.

Gambar

Tabel 1Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 2
Tabel 4
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

orang tua (keluarga) yang memegang amanah langsung dalam pendidikan anak. Orang tua menjadi pelaku utama dan pertama dalam mendidik dan mengasuh anak dalam

Jiwa anak juga dibentuk di lingkungan keluarga (pendidikan yang diberikan oleh orang tua) karena keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama, yang dijumpai anak

Sinta Ratnwati (2001: 41) pendidikan utama berbasal dari keluarga, suasanan di keluarga sangat berperan bagi perkembangan anak. Peranan orang tua selaku pendidik dalam keluarga

DAFTAR GAMBAR ... Latar Belakang ... Indentifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penulisan ... Manfaat Penulisan ... Metode Penulisan

Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak ada hubungan terhadap kemandirian anak dalam keluarga, karena

dalam hal materi saja akan tetapi, lebih dari itu keluarga dan rumah merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak.Orang tua tunggal harus memiliki pemikiran ke

Aktivitas yang dilakukan orang tua dalam proses pemberian pendidikan akhlak terhadap anak-anak di lingkungan keluarga dengan memberikan pendidikan akhlak kepada

Bagi Orang Tua Sebaiknya orang tua meningkatkan upaya-upaya dalam mencegah terjadinya karies gigi pada anak seperti membatasi anak untuk makan makanan yang manis, mengajarkan cara