• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menghidupkan Sunnah Nabi yang Kian Terasing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menghidupkan Sunnah Nabi yang Kian Terasing"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

kadang dimiliki oleh orang-orang yang terjun ke kancah dakwah. Padahal lisan mereka juga mengatakan bahwa kita wajib mengagungkan As Sunnah.

Mengagungkan As Sunnah adalah perkara yang besar dan bukan sekedar isapan jempol. Ia butuh bukti nyata dan praktek dalam kehidupan. Namun kini keadaannya justru sebaliknya, banyak orang menolaknya.

Nabi telah mengisyaratkan akan datangnya keadaan ini:

“Sungguh-sungguh aku akan dapati salah seorang dari kalian bertelekan (tiduran) di atas dipannya, (lalu) datang kepadanya sebuah perintah dari perintahku atau larangan dari laranganku lalu dia mengatakan: ‘Saya tidak tahu itu. Apa yang kami dapatkan dalam kitab Allah kami ikuti.’”(Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dari Abu Rafi’, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, 7172)

Yakni mereka menolak Sunnah Nabi dengan alasan hanya mengikuti Al Qur`an. Makna Sunnah Nabi

(3)

ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah Sebagaimana tersebut dalam hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam:

“Wajib atas kalian berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah para Al-Khulafa` Ar-Rasyidin…” (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 2549)

Perintah Memuliakan Sunnah Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

“Dan apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka ambillah sedang apa yang beliau larang darinya maka berhentilah.” (Al-Hasyr: 7)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan: “Perintah ini mencakup prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya baik lahir maupun batin, dan bahwa yang dibawa oleh Rasul maka setiap hamba harus menerimanya dan tidak halal menyelisihinya. Apa saja yang disebut oleh Rasul seperti apa yang disebut oleh Allah, tidak ada alasan bagi seorangpun untuk meninggalkannya dan tidak boleh mendahulukan ucapan siapapun atas ucapan Rasul.” (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 851)

“Barangsiapa yang menaati Rasul berarti ia menaati Allah.” (An Nisa`: 80)

Maksudnya, setiap orang yang taat kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam perintah dan larangan berarti ia taat kepada Allah Subhanahu wata’ala , karena Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintah atau melarang kecuali dengan perintah dari Allah Subhanahu wata’ala . Ini berarti pula bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam terlindungi dari kesalahan karena Allah memerintahkan kita untuk taat kepadanya secara mutlak. Kalau seandainya beliau tidak ma’shum (terjaga dari salah) pada apa yang beliau sampaikan dari Allah Subhanahu wata’ala , tentu Allah Subhanahu wata’ala tidak akan memerintahkan taat

kepadanya secara mutlak dan tidak memujinya. (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 189 dan Tafsir Ibnu Katsir, 2/541)

“Dan tidaklah ada pilihan bagi seorang mukmin atau mukminah jika Allah Subhanahu

wata’ala dan Rasul-Nya telah memutuskan sebuah perkara pada urusan mereka.” (Al-Ahzab: 36)

(4)

Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya menetapkan hukum sebuah perkara maka tidak boleh bagi seorangpun untuk menyelisihinya. Tidak ada peluang pilihan, ide atau pendapat bagi siapapun di sini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/498)

Ketiga ayat ini menunjukkan secara jelas bagaimana semestinya kita menempatkan Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, yakni wajib mengambilnya dan merupakan keharusan yang tidak ada tawar-menawar lagi. Kemudian menjadikan As Sunnah tersebut sebagai pedoman dalam melangkah melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala . Hal itu karena Allah Subhanahu wata’ala jadikan Nabi-Nya Shalallahu ‘alaihi wa sallam

(5)

ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah gigi kita yang paling kuat. Di masa shahabat saja Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa

sallam telah berwasiat demikian, lebih-lebih di jaman sepeninggal beliau di mana kondisi masyarakat dari sisi keagamaan semakin buruk dengan munculnya berbagai perselisihan dan bid’ah pada perkara-perkara yang prinsipil.

Beberapa orang datang kepada istri Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan amalan yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam di saat sendirian. Setelah mendengar jawabannya merekapun menganggap bahwa diri mereka sangat jauh dari apa yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam sehingga masing-masing menetapkan azam (tekad)-nya.

Salah satu dari mereka berkata: “Saya tidak akan menikahi wanita.” Yang lain mengatakan: “Saya tidak akan makan daging,” dan yang lain mengatakan: “Saya tidak akan tidur di kasur.” Sampailah berita itu kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam maka beliaupun berpidato dengan memuji Allah Subhanahu wata’ala dan menyanjung-Nya lantas berkata: “Mengapa ada orang-orang yang mengatakan demikian dan demikian, (padahal) saya bangun shalat malam dan saya juga tidur, saya puasa dan saya terkadang tidak berpuasa, dan saya juga menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak suka dengan Sunnahku, dia bukan dari golonganku.” (Shahih, HR. Muslim, 9/179)

Coba kita amati kisah ini. Beberapa shahabat datang dengan maksud baik, lalu mereka ber-azam untuk meninggalkan beberapa kenikmatan dengan tujuan memperbanyak ibadah sehingga bisa mendekati amalan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Namun niatan itu justru mengakibatkan ditinggalkannya beberapa sunnah, petunjuk dan jalan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yaitu menikah, memberikan hak jasmani dengan tidak puasa setiap hari dan tidak bangun sepanjang malam walaupun untuk ibadah.

Maka Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam menganggap hal itu tidak baik sehingga mengatakan: “Barangsiapa yang benci terhadap Sunnahku maka bukan dari golonganku.”

Jadi, sekedar niat baik saja tidak cukup bila tanpa disertai cara yang baik pula. Kalau keadaan mereka saja seperti ini lalu bagaimana dengan yang sengaja meninggalkan Sunnah Nabi dengan niat jelek? Lalu bagaimana lagi yang menghina Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa

(6)

sallam atau bahkan mengingkarinya?!

Demikian ayat dan hadits mendudukkan Sunnah Nabi pada tingkat yang sangat tinggi. Oleh karenanya kita dapati para shahabat Nabi benar-benar menghargai dan menjadikannya sebagai panutan hidup, bahkan sangat takut kalau-kalau mereka menyelisihi As Sunnah sehingga menyebabkan kesesatan mereka dari jalan yang lurus.

Kita dapati Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Saya tidak meninggalkan

(7)

FoTumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah Bakar dan ‘Umar beTkata demikian?!” (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan, lihat Tahqiq Fathul Majid hal. 451 oleh Walid Al-Furayyan)

Maka sangat mengheTankan kalau seseoTang mengetahui As Sunnah lalu meninggalkannya dan mengambil pendapat yang lain, sebagaimana diingatkan oleh Al-Imam Ahmad t: “Saya meTasa heTan teThadap sebuah kaum yang tahu sanad hadits dan keshahihannya, lalu peTgi kepada pendapat Sufyan (maksudnya Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah -red). Padahal Allah Subhanahu wata’ala beTfirman: ‘Maka hendaklah beThati-hati oTang yang menyelisihi peTintah Rasul-Nya untuk teTtimpa fitnah atau teTtimpa adzab yang pedih’ (An-Nur: 63). Tahukah kalian apa aTti fitnah? Fitnah adalah syirik.” (Fathul Majid, hal. 466)

Demikian pula suatu saat Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah ditanya tentang sebuah masalah maka beliau mengatakan bahwa dalam masalah ini diriwayatkan demikian dan demikian dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Maka si penanya mengatakan: “Wahai Al-Imam Asy-Syafi’i, apakah engkau beTpendapat sesuai dengan hadits itu?” Maka beliau langsung gemetar lalu mengatakan: “Wahai, bumi mana yang akan membawaku dan langit mana yang akan menaungiku, jika aku riwayatkan hadits dari Nabi kemudian aku tidak memakainya?! Tentu, hadits itu di atas pendengaTan dan penglihatanku.” (Shifatus Shafwah, 2/256, Ta’zhimus Sunnah, hal. 28)

Dalam kesempatan lain beliau rahimahullah ditanya dengan peTtanyaan yang mirip lalu beliau gemetar dan menjawab: “Apakah engkau melihat aku seoTang NasTani? Apakah kau melihat aku keluar dari geTeja? Ataukah engkau melihat aku memakai ikat di tengah badanku (yang biasa oTang NasTani memakainya -red)? Saya meriwayatkan hadits dari Nabi lalu saya tidak mengambilnya sebagai pendapat saya?!” (Miftahul Jannah, 6)

Demikian tinggi nilai Sunnah Nabi dalam dada meTeka sehingga Tasanya sangat mustahil meTeka meninggalkannya. Bahkan tidak teTbayang ada seoTang muslim yang beTani meninggalkan Sunnah Nabi yang telah diketahui.

Pahala bagi OTang yang BeTpegang dengan Sunnah Nabi

Karena pentingnya mengagungkan Sunnah Nabi sekaligus beTatnya tantangan bagi yang mengagungkannya maka Allah Subhanahu wata’ala sediakan pahala yang besar bagi meTeka

(8)

yang berpegang teguh dengannya dan menjunjungnya tinggi-tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan:

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Seseorang bertanya: “Lima puluh dari mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Pahala lima puluh dari kalian.” (Shahih, HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi lihat Silsilah Ash-Shahihah no. 494 dan kitab Al-Qabidhuna ‘Alal Jamr)

Di hadits yang lain Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Islam berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada keasingan sebagaimana awalnya maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing.” Rasulullah ditanya: “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Jawab beliau: “Yaitu yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak.” (Shahih, HR. Abu ‘Amr Ad-Dani dari shahabat Ibnu Mas’ud

radhiyallahu ‘anhu, lihat Silsilah Ash-Shahihah no. 1273)

Demikian pula Allah Subhanahu wata’ala menjamin hidayah bagi orang-orang yang mengikuti Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya:

“Dan jika kalian menaatinya niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.” (An-Nur: 54) Hidayah untuk menempuh jalan yang lurus baik dengan ucapan atau perbuatan, di mana tidak ada jalan menuju kepada hidayah kecuali dengan taat kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun tanpa itu maka tidak mungkin, bahkan mustahil. (Taisir Al-Karim Ar-rahman, hal. 572-573)

Semakna dengan ayat itu, hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

“Sesungguhnya setiap amalan itu ada masa giatnya dan setiap giat itu ada masa jenuhnya maka barangsiapa yang jenuhnya itu kepada Sunnahku berarti ia mendapatkan petunjuk dan barangsiapa yang masa jenuhnya itu kepada selainnya maka ia binasa.” (Shahih, HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu ‘Amr, lihat Shahihul Jami’ no. 2152)

Selama seseorang berada di atas Sunnah Nabi maka dia tetap berada di atas istiqamah. Sebaliknya, jika tidak demikian berarti ia telah melenceng dari jalan yang lurus sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu: “Manusia tetap berada di atas jalan yang lurus

(9)

ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah selama mereka mengikuti jejak Nabi.” (Riwayat Al-Baihaqi, dalam Al-Madkhal no. 220, lihat Miftahul Jannah no.197)

‘Urwah rahimahullah mengatakan: “Mengikuti Sunnah-Sunnah Nabi adalah tonggak penegak agama.” (Riwayat Al-Baihaqi, dalam Al-Madkhal no. 221, Miftahul Jannah no. 198)

Seorang tabi’in bernama Ibnu Sirin rahimahullah mengatakan: “Dahulu mereka mengatakan: Selama seseorang berada di atas jejak Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam maka dia berada di atas jalan yang lurus.” (Riwayat Al-Baihaqi, dalam Al-Madkhal no. 230, Miftahul Jannah no. 200)

(10)

hafizhahullah “Sesungguhnya hanyalah yang takut kepada Allah di antara para hamba-Nya adalah ulama.”…

Sunnah Yang Terabaikan Bagi Orang Yang Mau Berkurban

SUNNAH YANG TERABAIKAN BAGI ORANG YANG MAU BERKURBAN Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Dari Ummu Salamah, Rasulullah bersabada: ”Apabila telah masuk

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengambil contoh situs yang mengusung sistem belanja online atau E-commerce, saya mengambil contoh situs belanja online yang sudah cukup terkenal di Indonesia, yaitu Lazada,

Landak Kasir 137 Pelik Wahyu Saputra Gumantar Dsn.Aur Sampuk RT 04 RW 01 Ds.Aur Sampuk Kec.Sengah Temila Kab.Landak Kasir 138 Oktavianus Bernardus A.Md,Kesling Dsn.Empiyang

Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory (penjelasan) dengan obyek penelitian adalah para pemilik Pedagang Kaki Lima Lima (PKL) di Kecamatan Lowokwaru

Elemen tersebut sangat erat kaitannya dengan risiko finansial, karena proyeksi aliran kas dalam perhitungan dengan metoda capital budgeting menggambarkan bahwa investasi

Berdasarkan ketiga uraian pengertian atau pendapat dari para pakar sebagaimana tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat beli atau keputusan

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Berdasarkan hasil uji Mann u whitney dan Wilcoxon untuk pretest, posttest, dan follow up kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh kesimpulan bahwapembacan dan pemaknaan

dengan diperbolehkannya terdakwa mengakui semua hal yang didakwakan kepadanya dan mengaku bersalah melakukan tindak pidana yang diancam tidak lebih dari 7 (tujuh) tahun,