• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PRIMER YANG MEMILIKI HUBUNGAN TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY SEKTOR INFORMAL DI WILAYAH TLOGOSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PRIMER YANG MEMILIKI HUBUNGAN TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY SEKTOR INFORMAL DI WILAYAH TLOGOSARI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PRIMER YANG MEMILIKI

HUBUNGAN TERHADAP KELUHAN

MUSCULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY

SEKTOR INFORMAL DI WILAYAH TLOGOSARI

SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja

dan Lingkungan Industri

TIYAS DESINTA

NIM. D11.2011.01395

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)

ii

© 2015

(3)
(4)
(5)

v

(6)

vi

Atas berkat rahmat ALLAH SWT

Secara khusus saya persembahkan skripsi ini untuk:

Bapak Dodid Pribawanto dan Ibu Yamtini yang selalu

memberikan doa restu di setiap langkah saya, adik saya Defiana

yang selalu membuat hari saya lebih ramai, Keluarga Cemara

yang telah banyak mengajari arti kehidupan, 5B1H+ yang telah

banyak memberi warna di hidup saya serta semua anak-anak

K3Li angkatan 2011.

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiyas Desinta

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 24 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Jl Dempel Lor Rt 1 Rw 14 Kelurahan Muktiharjo

Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Citarum01,02,03,04 Semarang, 1999-2005 2. SMP Negeri 6 Semarang, 2005-2008

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul “ Faktor-faktor Primer yang memiliki Hubungan terhadap Keluhan Muscoloskeletalpada Pekerja Laundry Sektor Informaldi Wilayah Tlogosari”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu harapan penulis untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat konstruktif agar skripsi ini dapat diterima.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom Selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.

3. Suharyo, M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

4. Eni Mahawati, SKM, M.Kes, sebagai Ketua Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

(9)

ix

5. M.G.C. Yuantari, M.Kes sebagai pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan saya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Tiara Fani, S.KM selaku dosen wali yang selalu membantu saya jika saya ada kesulitan dalam bidang akademik maupun non akademik.

7. Seluruh pekerja laundry di wilayah Tlogosari yang telah bersedia menjadi responden dalam pembuatan skripsi ini.

8. K3LI angkatan 2011 selaku teman seperjuangan yang tak henti-hentinya berjuang bersama demi meraih kesuksesan.

9. Teman-teman S1 Kesehatan Masyarakat 2011 yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.

Semarang, September 2015 Penulis

(10)

x

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2015

ABSTRAK

TIYAS DESINTA

FAKTOR-FAKTOR PRIMER YANG MEMILIKI HUBUNGAN TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY SEKTOR INFORMAL DI WILAYAH TLOGOSARI

XVIII + 103 hal + 27 tabel + 2 gambar + 9 lampiran

Laundry merupakan usaha informal dengan ciri-ciri tidak terikat jam kerja, pendidikan tertentu, dan gaji tertentu. Karakteristik pekerjaan di laundry bersifat monoton dan berulang.Dari survei awal yang dilakukan terhadap beberapa pekerja laundry yang menjadi responden penelitian didapati beberapa keluhan seperti nyeri pada punggung, leher belakang dan pegal-pegal pada tangan.Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan faktor-faktor primer terhadap keluhan musculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

Penelitian ini menggunakan metode observasi dan pemeriksaan medis palpasi serta pendekatan Cross Sectional.Instrumen penelitian menggunakan lembar observasional dan kuesioner Nordic Body Map.Data primer maupun sekunder diolah dan dianalisa dengan menggunakan uji statistik Spearman rho.Populasi penelitian ini berjumlah 50 orang dengan teknik sampling total sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peregangan otot dan sikap tidak alamiah dengan keluhan musuloskeletal (p value > 0,05) dan ada hubungan antara aktivitas berulang dengan keluhan musculoskeletal (p value < 0,05). Keluhan yang dirasakan yaitu pada bagian pinggul 8%, pergelangan kaki kiri dan kanan 6%, bahu kiri,bahu kanan dan pinggang 4% serta leher atas, tengkuk, punggung, lutut kiri, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan 2%.

Bagi para responden sebaiknya melakukan relaksasi otot progesif untuk mengurangi rasa nyeri, melakukan teknik angkat-angkut yang benar, rutin berolahraga dan pembentukan asosiasi untuk pembinaan dan pengawasan.

Kata Kunci : Musculoskeletal, laundry, pekerja laundry

(11)

xi

UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY

SEMARANG

2015

ABSTRACT

TIYAS DESINTA

THE PRIMARY FACTORS THAT HAVE BEEN ASSOCIATED WITH MUSCULOSKELETAL DISORDERS IN THE LAUNDRY WORKERS OF INFORMAL SECTOR TLOGOSARI

XVIII + 103 page + 27 table + 2 picture + 9 attachment

Laundry is a characteristic feature of informal businesses with no attached hours, certain education and a certain salary. Laundry job characrteristics in monotouns and repetitive. From the initial survey conducted on some laundry workers who were respondents in the research found few complaints such as back pain, neck stiffness and soreness of the hand. The purpose of this study was to determine the correlation between the perimary factors for musculoskeletal complaints in laundry workers in the informal sector Tlogosari.

This study uses observation and palpation medical examination with cross sectional approach. The research instrument using observational sheet and questionnaire nordic body map. Primary and secondary data is processed and analyzed using statistical test Pearson Product Moment and Spearman rho. The study population was 50 people with total sampling technique sampling.

Result of the stuy showed that there was no correlations between stretching and unnatural attitude with musculoskeletal disorders (p value > 0,05) and there is correlation between repetitive activities with musculoskeletal disorders (p values < 0,05). Namely grievances felt in the hips 8%, left and right ankle 6%, left shoulder,right shoulder and waist 4% and upper neck, neck, back, left knee, right knee, right thigh and calf 2%.

For the respondents should do progessive muscle relaxation to relieve pain, technique of the right lifting, exercise regulary and forming associations for development and supervisions. perform regular exercise to increase strength and do strecht before lifting weights.

Key words : Musculoskeletal, laundry, laundry workers

(12)

xii

DAFTAR ISI

Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Keaslian Penelitian ... 8 F. Ruang Lingkup ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Ergonomi ... 11

B. Sikap Kerja... 15

C. Lama Kerja... 16

(13)

xiii

E. Keluhan Muscolkeletal ... 19

F. Jenis Keluhan Muscolokeletal ... 20

G. Faktor-Faktor Risiko Muscoloskeletal ... 21

H. Pekerja Laundry ... 27

I. Nordic Body Map ... 29

J. Kerangka Teori ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Kerangka Konsep ... 33

B. Hipotesis ... 33

C. Jenis Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Definisi Operasional ... 34

F. Populasi dan Sampel ... 35

G. Pengumpulan Data ... 35

H. Pengolahan Data ... 40

I. Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 43

B. Analisa Univariat ... 45

C. Analisa Bivariat ... 56

BAB V PEMBAHASAN ... 58

A.Hubungan Peregangan Otot Yang Berlebih Terhadap Keluhan Musculoskeletal Pada Pekerja Laundry Sektor Informal di Wilayah Tlogosari...58

(14)

xiv

B.Hubungan Aktivitas Berulang Terhadap Keluhan Musculoskeletal Pada

Pekerja Laundry Sektor Informal di Wilayah Tlogosari ... 60

C.Hubungan Sikap Tidak Alamiah Terhadap Keluhan Muscoloskeletal Pada Pekerja Laundry Sektor Informal di Wilayah Tlogosari ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian... 8

Tabel 2.1 Klasifikasi Subjektivitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu... 30

Tabel 2.2 Kuesioner Nordic Body MapTidak Sakit, Agak Sakit, Sakit dan SangatSakit... 31

Tabel 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Skala Ukur dan Instrumen... 34

Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas... 37

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Peregangan Otot Yang Berlebih...37

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Aktivitas Yang Berulang... 38

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Sikap Kerja Tidak Alamiah... 39

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas... 39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Laundry...45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pekerja Laundry... 45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Pekerja Laundry...46

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Laundry... 46

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jam Kerja Pekerja Laundry...47

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mesin Cuci di Laundry...47

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Mesin Pengering di Laundry... 48

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tempat Menyetrika di Laundry... 48

Tabel 4.9 Distribusi Peregangan Otot...49

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Peregangan Otot... 50

(16)

xvi

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Aktivitas Berulang... 51 Tabel 4.13 Distribusi Sikap Kerja Tidak Alamiah... 52 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Tidak Alamiah... 53

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan

Pemeriksaan Medis... 53 Tabel 4.16 Distribusi Tingkat Resiko Keluhan Musculoskeletal... 55

Tabel 4.17 Hubungan Peregangan Otot Terhadap Keluhan

Musculoskeletal... 56

Tabel 4.18 Hubungan Aktivitas Berulang Terhadap Keluhan

Musculoskeletal... 56

Tabel 4.19 Hubungan Sikap Tidak Alamiah Terhadap Keluhan

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Modifikasi Teori Suma’mur (2009), Tarwaka (2004), Nurmianto (1996) dan Harianto (2008)... 32 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 33

(18)

xviii

Daftar Lampiran

Lampiran

1 Surat Persetujuan Responden

2 Lembar kuesioner

3 Lembar observasional

4 Nordic body map

5 Surat Pemeriksaan

6 Normalitas

7 Reliabilitas

8 Output analisa bivariat

9 Output analisa univariat

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan pekerjaan yang semakin berat sering kali mengharuskan para pekerja mengerahkan seluruh tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pengerahan tenaga yang berlebihan akan berakibat pada turunnya konsentrasi kerja sehingga kecelakaan kerja dapat terjadi.

Kecelakaan akibat kerja yang paling banyak terjadi adalah

Musculoskeletal Disorders (MSDs).European Agency for Safety and Health at Work (EASHW) menyebutkan bahwa sebanyak 25% dari pekerjanya mengeluhkan sakit punggung dan sebanyak 23% dilaporkan mengalami nyeri otot.1

Pada tahun 2009 World Health Organization (WHO) melaporkan

bahwa MSDs menyumbang lebih dari 10% dari seluruh kecacatan yang ada.MSDs mengalami peningkatan yang sangat tajam di Negara Korea, tercatat 1.634 kasus di tahun 2001 dan meningkat menjadi 5.502 kasus pada tahun 2010. Sedangkan Britani Raya, MSDs menduduki sekitar 40% dari segala kasus yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja

selama periode 2011-2012.2

Menurut International Labor Organization dalam Prevention A Global Strategy menyebutkan bahwa di beberapa negara besar 40% kompensasi yang diberikan pada pekerja disebabkan oleh penyakit MSDs. Dampak besar dari MSDs adalah absennya pekerja dari

(20)

pekerjaannya.3 Penelitian yang dilakukan oleh Suwandi pada tahun 2009 menemukan bahwa MSDs menyebabkan pekerjaan agak terganggu (97,4%) dan sebagian kecil pekerja menjadi tidak bisa bekerja (2,6%).4

Berdasarkan hasil studi Departemen Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 melalui Emi, menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Menurut penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau kota di Indonesia, gangguan yang dialami pekerja

umumnya berupa penyakit musculoskeletal disorders (16%),

kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (3%) dan gangguan THT (1,5%).5 Salah satu pekerjaan yang rentan terhadap keluhan ini yaitu pekerjaan di laundry. Laundry merupakan usaha informal dengan ciri-ciri tidak terikat jam kerja, pendidikan tertentu, dan gaji tertentu. Karakteristik pekerjaan di laundry bersifat monoton dan berulang. Tidak semua usaha laundry merupakan lingkungan kerja yang memenuhi syarat. Proses kegiatan di laundry setidaknya ada enam tahap kerja, yaitu pemilahan,

pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan pengepakan.6

Sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja laundry umumnya dilakukan dengan sikap tidak alamiah dan melakukan gerakan berulang dalam aktivitasnya. Seringnya pekerja melakukan sikap kerja yang tidak alamiah dapat menyebabkan timbulnya keluhan musculoskeletal.7 Pada tahun 2003 Occupational Health and Safety Agency for Healthcare (OHSAH) menyebutkan bahwa keluhan punggung yang dirasakan oleh pekeja laundry mayoritas dihasilkan dari gerakan meregang yang berlebihan (overexertion), gerakan berulang dan sikap kerja tidak alamiah.6

(21)

Over exertion yang dilakukan pekerja laundry dikarenakan pengerahan tenaga yang berlebih saat mengangkat beban. Data dari OSH (Occupational Safety and Health) menyebutkan bahwa antara tahun 2002-2007 sebanyak 36 pekerja laundry mengalami luka serius dan belum dapat kembali bekerja dalam waktu 60 hari.8 Stasiun kerja yang kurang ergonomis menyebabkan keterbatasan gerakan pekerja laundry dalam melakukan aktivitasnya. Hal ini tentu akan menyebabkan pekerja laundry melakukan sikap-sikap kerja yang tidak alamiah dan cenderung dilakukan secara berulang.

Akibatnya otot akan mengalami stres atau kelelahan otot. Kelelahan otot yang dialami tanpa adanya relaksasi dapat memicu timbulnya rasa nyeri pada otot-otot dalam hal ini adalah otot skeletal.7 Rasa nyeri ini yang biasa disebut keluhan musculoskeletal. Bagian yang paling sering

mengalami keluhan yaitu punggung belakang dan pundak.8

Penelitian Joice menyatakan bahwa para pekerja laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali mengalami keluhan musculoskeletal

pada bagian bahu kanan 22 orang (73,33%), betis kiri dan betis kanan 17 orang (56,66%) serta pinggang dan bahu kiri 16 orang (53,33%).9

Sedangkan menurut Alifatul pada tahun 2014 dengan menggunakan lembar Nordic Body Map diketahui bahwa 4 pekerja di laundry Ayu

mengalami keluhan musculoskeletal pada bagian bahu/lengan, leher,

punggung, pergelangan tangan, lutut dan 2 responden belum merasakan keluhan.10

Perumahan Tlogosari merupakan salah satu perumahan yang ada di Kota Semarang tepatnya di Kecamatan Pedurungan. Kepadatan

(22)

penduduk pada tahun 2013 sebanyak 35.799 penduduk yang terbagi menjadi 17.205 penduduk perempuan dan 18.594 penduduk laki-laki.11 Padatnya penduduk memicu timbulnya peluang usaha informal oleh masyarakat. Hal ini didukung dengan didirikannya ruko-ruko untuk usaha masyarakat perumahan.Usaha yang paling sering dijumpai adalah toko baju, kedai makanan dan usaha laundry.

Usaha laundry yang tersebar di Tlogosari sebanyak 38 usaha, dengan rata-rata memiliki jam kerja dari pukul 08.00 – 21.00 WIB. Ruko yang digunakan untuk usaha hanya sepetak bidang kecil, yang mana luasnya sangat kurang untuk aktivitas gerak pekerja laundry.Pekerja harus berbagi tempat dengan mesin-mesin cuci, tempat menyetrika, tempat penyimpanan, mesin-mesin pengering dan bahkan tempat penjemuran.

Ada enam bagian kerja di usaha laundry, bagian yang pertama yaitu penerimaan dan pemilahan yang bertugas untuk menerima, menimbang dan memilah pakaian.Pada bagian ini pekerja cenderung melakukan gerakan membungkuk dan mengangkat pakaian secara berulang-ulang. Bagian selanjutnya pencucian, pekerja memasukkan pakaian yang sudah dipilah kedalam mesin cuci dengan gerakan bungkuk-tegak berulang-ulang.Setelah dicuci pakaian dikeringkan, ada dua macam pengeringan yaitu menggunakan mesin pengering dan dijemur dibawah sinar matahari. Laundry yang menjemur dibawah matahari cenderung menggunakan tenaga lebih dibandingkan yang menggunakan mesin pengering karena pekerja harus mengangkat jemuran keluar dan menggantung pakaian di jemuran.Gerakan menggantung pakaian yang berulang-ulang dapat

(23)

bagian penyetrikaan.Pekerja bertugas menyetrika pakaian hingga rapi.Posisi menyetrika ada yang berdiri dan ada yang duduk.Pekerja dengan posisi berdiri terkadang melakukannya dengan bertumpu pada satu kaki sedangkan pekerja yang duduk sering kali melakukan pekerjaan dengan punggung yang terlalu membungkuk.Setelah selesai disetrika pakaian siap dikemas dibagian pengepakan. Pekerja bagian ini bertugas mengepak dan memastikan jumlah pakaian sama dengan saat penerimaan. Posisi kerja rata-rata dilakukan dengan duduk dilantai dengan satu kaki ditekuk dan satu kaki diselonjorkan. Posisi punggung seringnya terlalu membungkuk ke depan sehingga menyebabkan resiko keluhan musculoskeletal.

Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 15 orang pekerja diketahui bahwa 14 pekerja mengalami keluhan musculoskeletal pada bagian punggung, leher belakang dan pegal-pegal pada tangan, sedangkan 1 pekerja belum merasakan keluhan musculoskeletal. Oleh karena penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui peregangan otot yang berlebih, aktivitas berulang dan sikap kerja tidak alamiah serta keluhan-keluhan musculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan “Apakah faktor-faktor primer (peregangan otot berlebih, aktivitas berulang, sikap tidak alamiah) memiliki hubungan terhadap keluhan

(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor primer yang memiliki hubungan terhadap keluhanmusculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasikarakteristik pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

b. Mengidentifikasi peregangan otot yang berlebih pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

c. Mengidentifikasiaktivitas yang berulang pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

d. Mengidentifikasisikap kerja yang tidak alamiah pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

e. Mengidentifikasi keluhan-keluhan musculoskeletal yang dialami oleh pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

f. Menganalisis adanya hubungan antara peregangan otot yang berlebihdengan keluhan musculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

g. Menganalisis adanya hubungan antara aktivitas yang berulang

dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja laundry sektor

informal di wilayah Tlogosari.

h. Menganalisis adanya hubungan antara sikap kerja yang tidak alamiah

dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja laundry sektor

(25)

D.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan

khasana keilmuan dan bahan informasi tentang keluhan

musculoskeletal. 2. Bagi Usaha Laundry

Dapat dijadikan bahan acuan dalam melakukan pekerjaan dengan sikap kerja yang benar sehingga mengurangi keluhan-keluhan musculoskeletal yang dialami.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Memberikan informasi mengenai sikap-sikap kerja yang dilakukan serta keluhan musculoskeletal yang dialami oleh pekerja laundry kepada mahasiwa Universitas Dian Nuswantoro khususnya Fakultas Kesehatan.

4. Bagi Masyarakat

Sebagai gambaran keluhan musculoskeletal yang dialami oleh pekerja laundry sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan dini.

(26)

E.

Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Joice Sari Tampubolon Keluhan Musculoskeletal Pada Pekerja Laundry Di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali Tahun 2014 Variabel: Umur, masa kerja, durasi kerja, lama istirahat dan keluhan musculoskeletal Sasaran: Pekerja laundry di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali Rancangan penelitian: Studi deskriptif cross sectional. Mayoritas pekerja berumur >35 th, masa kerja 1-2 tahun, durasi kerja 9-12 jam/hari dan lama istirahat 1 jam. Keluhan

musculoskeletal yang terdapat pada pekerja yaitu bahu kanan 22 orang (73,33%), betis kiri dan betis kanan masing-masing berjumlah 17 orang (56,66%) serta

pinggang dan bahu kiri masing-masing berjumlah 16 orang (53,33%). Alifatul Fitria Susianingsih Analisis Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Pada Pekerja Laundry Tahun 2014 Variabel: Postur kerja, stres kerja, keluhan musculoskeletal Sasaran: Pekerja di laundry Ayu Rancangan penelitian: Deskriptif obsevasional dengan kuesioner

QEC dan Nordic

Body Map.

Semua pekerjaan dilakukan dengan postur janggal. Hasil kalkulasi penilaian QEC yaitu semua responden di setiap proses berada pada level 3 yang berarti dibutuhkan tindakan dalam waktu dekat sedangkan aktivitas memilah pada nilai 4 yang berarti dibutuhkan tindakan sekarang juga. Menurut data yang didapat dari Nordic Body Map (NBM), 4 responden mengalami keluhan MSDs pada bagian bahu/lengan, punggung, pergelangan tangan, lutut dan 2 responden belum merasakan keluhan.

(27)

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian (lanjutan) Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Nur Ulfah

Sikap Kerja dan Risiko

MusculoskeletalDisorders

pada Pekerja Laundry Tahun 2014

Variabel:

Sikap kerja dan kelainan otot rangka Sasaran: Pekerja laundry dengan kriteria inklusi pekerja laundry yang hanya bekerja pada satu bagian kerja tertentu. Rancangan penelitian: Desain potong lintang, pengambilan sampel menggunakan quota sampel dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Sikap kerja yang

berhubungan

dengan risiko

kelainan otot rangka adalah pada bagian pencucian (nilai p = 0,0014, nilai p<0,05). Sedangkan penimbangan, pengemasan, penyetrikaan dan pengeringan tidak berhubungan dengan risiko

kelainan otot rangka.

Sumber: Joice (2014), Alifatul (2014), Nur Ulfah (2014)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Joice, Alifatul dan Nur Ulfah terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel bebas yang diukur oleh peneliti adalah peregangan otot yang berlebih, aktivitas yang berulang dan sikap kerja yang tidak alamiah. Sedangkan pada variabel terikat yang akan diukur oleh peneliti yaitu keluhan musculoskeletal

(28)

F. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini dalam lingkup bidang ilmu kesehatan masyarakat, khususnya peminatan kesehatan dan keselamatan kerja lingkungan. 2. Lingkup Materi

Materi dalam penelitian ini membahas tentang peregangan otot yang berlebih, aktivitas yang berulang, sikap kerja yang tidak alamiah dan keluhanmusculoskeletal yang dialami oleh pekerja laundry sektor informal.

3. Lingkup Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah usaha-usaha laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

4. Lingkup Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.

5. Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian adalah para pekerja laundry di sektor informal wilayah Tlogosari.

6. Lingkup Waktu

(29)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

1. Definisi Ergonomi

Ergonomi merupakan ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.7

Menurut Suma’mur ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi juga disebut sebagai ilmu tentang bekerja (study of work), di Indonesia digunakan istilah tata karya atau tata kerja.12

Istilah ergonomi menurut David J. Oborne (1982) “kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: Ergon-kerja; nomos-hukum-hukum alam”. Oleh Eko Nurmianto (1998) istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Menurut Iftikar Z. Sutalaksana, et.al (1979) ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan

(30)

keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.13

Beberapa pedoman penerapan ergonomi yang dapat digunakan sebagai pegangan :

a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, susunan dan penempatan mesin dan peralatan serta alat petunjuk, cara kerja mengoperasikan mesin dan peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan.

b. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain dan pengoperasian mesin atau peralatan kerja antara lain:

1) Berdiri: a) Tinggi badan berdiri

b) Tinggi bahu c) Tinggi siku d) Tinggi pinggul e) Panjang depa f) Panjang lengan

2) Duduk: a) Tinggi duduk

b) Panjang lengan atas

c) Panjang lengan bawah dan tangan d) Jarak tekuk lutut-garis punggung e) Jarak tekuk lutut-telapak kaki

(31)

c. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak berada pada keadaan yang lemas.

d. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk. Untuk pekerjaan yang dilakukan dengan sambil berdiri, sebaiknya disediakan tempat duduk dan diberi kesempatan istirahat.

e. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga oleh lengan bawah, pegangan dari objek kerja harus diletakkan di daerah ruang gerak tersebut. Hal ini sangat penting apabila sikap tubuh berada pada posisi tidak berubah.

f. Pembebanan kerja sebaiknya dipiliih yang optimal, yaitu beban kerja yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum menurut standar ILO sebesar 50 kg, namun untuk Indonesia 35 kg adalah beban realistis. Cara mengangkat dan menolak serta menarik harus memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu.

g. Kemampuan bekerja seseorang dalam satu hari adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan, kesehatan dan kepuasan kerja sangat menurun.

h. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas pertimbangan ergonomi. Harus dihindari istirahat sekehendak tenaga kerja atau istirahat curian di luar sistem kerja.12

(32)

2. Tujuan Ergonomi

Tujuan dari ergonomi adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.14

Namun secara umum tujuan dari penerapan egonomi ada tiga, yaitu:

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kuantitas hidup yang tinggi.7

(33)

B. Sikap Kerja

Sikap tubuh dalam bekerja perlu memenuhi prinsip ergonomik sehingga dicapai efisiensi kerja dan produktifitas yang optimal dengan memberikan

rasa nyaman dalam bekerja.15 Sikap tubuh dalam bekerja dibedakan menjadi

2, yaitu :

1. Sikap kerja duduk

Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring.13Tekanan pada saat duduk mencapai 140% apabila sikap duduk tegang dan kaku dan tekanan akan mencapai

190% apabila saat duduk terlalu membungkuk ke depan.16

Menurut Ricard Ablett

(2001) saat ini terdapat 80% orang hidup setela dewasa yang mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang (back pain) dan karena

back pain ini mengakibatkan 40% orang tifdak masuk kerja.16

Oleh sebab itu diperlukan sikap duduk yang benar saat bekerja agar otot-otot skeletal dapat berelaksasi. Kursi yang digunakan untuk bekerja sebaiknya diberi sandaran punggung untuk menghindari rasa nyeri.16

2. Sikap kerja berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus akan menyebabkan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki. Akibatnya otot-otot kaki akan tegang dan timbul rasa nyeri bahkan dapat menyebabkan bagian sekitar kaki bengkak.16

(34)

Hal yang perlu diperhatikan apabila melakukan pekerjaan dengan posisi berdiri yaitu tinggi meja kerja sebaiknya 5 – 10 cm di bawah siku dengan arah penglihatan 23 – 27 derajat ke bawah.15

Sikap kerja yang dilakukan secara terus-menerus dengan posisi tubuh yang janggal dapat menyebabkan gangguan kesehatan tenaga kerja, yaitu:

a. Rasa sakit pada bagian tubuh tertentu sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Misalnya : tangan, kaki, perut, leher, pinggang, punggung dan lain-lain.

b. Menurunnya motivasi kerja dengan kenyamanan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.

c. Gangguan gerakan bagian tubuh tertentu.

d. Terjadinya perubahan bentuk (skoliosis, kiposis, lordosis).16

Sikap kerja secara ergonomik dapat memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja yang dapat dilakukan dengan cara:

a. Menghindarkan setiap sikap yang tidak alamiah dalam bekerja. b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya.

c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan ukuran anthropometri tenaga kerja pengguna.17

C. Lama Kerja

Lama kerja adalah lamanya waktu seseorang mampu bekerja dengan baik dalam sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi,

(35)

siang, sore) dan malam hari.12 Pada umumnya lama seseorang bekerja dalam sehari 6-10 jam, sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalan keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8 jam dan selebihnya adalah waktu istirahat.7

Waktu kerja yang melebihi kemampuan lama kerja tidak disertai efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja yang optimal bahkan akan menimbulkan kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit kecelakaan dan ketidakpuasan. Lamanya waktu kerja yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan perlu diatur pula waktu-waktu istirahat khusus agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat dipertahankan dalam batas-batas normal.15

D. Otot Kerja

1. Berdasarkan Anatomi otot

Otot rangka (skeletal muscle) merupakan otot bergaris yang menempel pada tulang-tulang dan menghasilkan kekuatan gerak saat dibutuhkan untuk memikul kekuatan keluar yang tegas.13 Otot ini terdiri dari 400 buah otot rangka yang saling berpasangan di kedua sisi tubuh dan keseluruhannya mencapai 40% dari dari berat badan total tubuh manusia.18

Otot memiliki kemampuan berkontraksi dan rilaks (santai), otot yang bergerak berlawanan terhadap otot yang lain dikenal sebagai otot antagonis. Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali baik otot penggerak utama atau antagonis berada pada posisi tegang,

(36)

sebaliknya apabila dalam pergerakan yang cepat, secara otomatis otot antagonis akan rilaks.16

2. Kerja otot

a. Kerja otot dinamis

Kontraksi kerja otot dinamis selalu diikuti oleh relaksasi otot sesaat. Pada saat kontraksi, otot akan bekerja sebagai pompa pembuluh darah balik guna memeras darah keluar dari otot. Sebaliknya saat relaksasi otot akan memberikan peluang aliran darah segar memasuki otot. Kontraksi otot dinamis sangat tepat dipakai sebagai prinsisp pelaksanaan bekerjanya otot pada setiap pekejaan yang berkaitan dengan dilaksanakannya kegiatan dan proses pekerjaan.12,18

b. Kerja otot statis

Situasi kerja otot statis ditandai dengan peredaran darah di otot yang justru terhambat karena pembuluh darah otot terjepit oleh tekanan internal jaringan otot. Hal ini biasanya menimbulkan nyeri otot akut dan kerja otot tidak dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.18

3. Kelelahan otot

Bekerjanya otot yang terus menerus tanpa berhenti, akan diiringi dengan timbulnya kelelahan otot. Kelelahan otot secara fisik merupakan akibat dari efek zat sisa metabolisme seperti asam laktat, CO2 atau lainnya.12 Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana

proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam

(37)

laktat. Jika asam lakatat yang banyak dari penyediaan ATP) terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi akan menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga memungkinkan terjadinya kelelahan.13

Kelelahan otot juga memiliki arti terjadinya tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Ada dua teori tentang kelelahan otot yaitu: a. Teori kimia

Pada teori ini secara umum menjelaskan bahwa tejadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

b. Teori syaraf pusat

Teori ini menyatakan bahwa perubahan kimia merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.18

E.

Keluhan

Musculoskeletal

Kategori Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

(38)

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.7

Bagian otot yang sering dikeluhkan yaitu leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-ototo bagian bawah.7, 12,15

F

. Jenis Keluhan

Musculoskeletal

Sindrom berlebihan pada saat kerja menunjukkan gejala rasa nyeri pada bahu,leher, lengan dan tangan. Manifestasinya dapat berupa :

1. Sindrom nyeri miofasial (myofacial pain syndrome) dengan gejala rasa nyeri pada bahu, leher dan atau nyeri tekan sekurang-kurangnya salah satu otot leher bagian atas.

2. Kapsulitis bahu (shoulder capsulitis) dengan gejala nyeri pada bahu dan terjadinya hambatan gerak aktif dan pasif pada sendi glenohumeral dengan pola kapsuler.

3. Tendinitis tendo sekitar kapsul sendi bahu (rotator cuff tendinitis) dengan gejala yang datang-hilang pada bahu yang rasa nyerinya bertambah saat mengangkat lengan.

4. Epikondilitis lateral (lateral epicondilitis) dengan rasa nyeri pada sisi lateral siku dan nyeri tekan pada bagian siku tersebut.

5. Epikondilitis medial (medial epicondilitis) dengan rasa nyeri pada sisi medial siku atau rasa nyeri pada pergelangan tangan.

(39)

6. Sindrom terowongan pergelangan tangan (karpal) dengan gejala rasa nyeri atau kesemutan. Sindrom ini dapat menimbulkan kelumpuhan sementara.

7. Penyakit de Quervain (tenosinovitis de Quervain’s) dengan gejala rasa nyeri pada sekitar jari-jari.

8. Nyeri non-spesifik lengan bawah dengan gejala rasa nyeri lengan bawah tanpa gambaran patologis spesifik. Gejalanya berupa rasa lemah pada lengan bawah, kejang otot lengan bawah, nyeri tekan di lengan bawah

dan pelambatan gerakan lengan bawah.12

G. Faktor-Faktor Risiko

Musculoskeletal

1. Faktor Primer

a. Peregangan otot yang berlebih

Peregangan otot yang berlebih (over exertion) umumnya terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal tersebut sering dilakukan maka dapat menimbulkan cedera otot skeletal.7

Menurut data statistik kompensasi para pekerja di negara bagian New South Wales, Australia menemukan bahwa dari total kecelakaan selama tahun 1982-1985 insiden over exertion lifting

mencapai nilai rata-rata 18%. Data kecelakaan ini menemukan 93% diantaranya diakibatkan oleh strain( rasa nyeri yang belebihan) dan

61% diantaranya berada pada bagian punggung.16

b. Aktivitas berulang

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperolah kesempatan

(40)

untuk relaksasi. Pengerahan tenaga otot statis < 20% kerja fisik dapat berlangsung lama, namun bila dilakukan sepanjang hari akan menimbulkan kelelahan dan nyeri.7

c. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja yang tidak alamiah ini biasanya terjadi karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.7

2. Faktor sekunder

a. Kebisingan

Kebisingan yang melebihi ambang batas dapat mengganggu kenyamanan kerja, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas kerja.Tingkat bising di lingkungan kerja perlu diperhatikan, karena gangguan kebisingan dapat mempengaruhi konsentasi pekerja. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah,mempercepat denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan dan bertambahnya tegangan otot.15

Dampak dari kebisingan yaitu memicu timbulnya stres pada

pekerja, beberapa penelitian mengatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara intensitas kebisingan dengan gangguan psikologis.Hubungan ini berkategori kuat dengan sifat

(41)

positif yang memiliki arti bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan semakin tinggi gangguan psikologis.19

Gangguan kebisingan yang dialami pekerja dapat

menyebabkan melemahnya semangat kerja atau masalah lain seperti kurang sempurnanya istirahat. Apabila gangguan kebisingan ini terus menerus terjadi maka dapat berakibat meningkatnya kelelahan.12

b. Getaran

Getaran menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin dan peralatan mekanis, sebagian dari kekuatan mekanis disalurkan kepada tubuh tenaga kerja. Pada manusia frekuensi getaran yang menimbulkan resonansi adalah 4-6 Hz, dengan amplitudo bertambah besar 30-100%.12

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.7

Bagian tubuh yang beresiko mengalami keluhan yaitu leher, kepala, pinggul, perineum serta unit otot dan tulang yang terdiri atas jaringan lunak dengan bagian keras bersama. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh getaran ini berada pada kategori sakit yang luar biasa.12

(42)

c. Mikrolimat

Sifat tempat kerja biasanya terbuka dengan kemungkinan cepatan aliran udara yang bervariasi dari 0,05 sampai 5m/detik.15 Paparan suhu dingin atau panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai

dengan menurunnya kekuatan otot.16

Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan

tersebut.7 Temperatur tubuh manusia selalu konstan. Core

temperature yang konstan merupakan prasayarat untuk fungsi normal dari fungsi vital yang paling penting, sebaliknya shell temperature pada otot mrnunjukkan variasi tertentu. Peningkatan metabolisme panas pada otot ditandai dengan gerakan otot yang cepat (shivering).16

Suatu tempat usaha perlu memperhatikan suhu di tempat kerja agar para pekerja dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Para ahli Indonesia sepakat bahwa daerah cuaca nyaman memiliki suhu 24-26o C suhu kering, serta perbedaan antara suhu di dalam dan di luar ruangan tidak melebihi 5o C.15

d. Faktor individu 1) Umur

Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya

(43)

dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus menerus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot semakin meningkat.7

Sebagai contoh, Betti’e, et al (1989) telah melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan usia antara 20-60 tahun. Penelitian difokuskan untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan

dengan bertambahnya umur.7

Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuatan otot menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot mulai menurun maka resiko terjadinya keluhan otot akan meningkat. Beberapa ahli lainnya juga mengatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot.7

2) Jenis kelamin

Secara distributik statistik ada perbedaan yang siginifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Pria memiliki dimensi

segmen badan yang lebih panjang dibandingkan wanita.16

Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibanding wanita. Rata-rata kekuatan otot wanita kurang lebih

(44)

hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya otot lengan, punggung dan kaki.7

3) Kebiasaan merokok

Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Menurut Boshuizen (1993) terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan

yang memerlukan pengerahan otot.7

4) Kesegaran jasmani

Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al (1979) menyatakan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah, amatberesiko terjadinya keluhan adalah 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%.7

Kurangnya olahraga merupakan salah satu faktor penyebab umum nyeri pinggang yang berhubungan dengan manual material handling, seperti mengangkat, menurunkan, mendorong dan menarik beban yang berat, juga berkaitan dengan lamanya membengkokkan tubuh, membungkuk, duduk dan berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang terlalu janggal.18

(45)

H

.Pekerja Laundry

1. Definisi pekerja

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.20 Pekerja dapat pula diartikan sebagai seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/perusahaan/ kantor

secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang atau barang.21

2. Laundry

Laundry adalah kata benda yang memacu pada tindakan mencuci pakaian, tempat mana yang mencuci dilakukan dan atau yang perlu, sedang atau telah dicuci. Laundry dapat diartikan sebagai kegiatan mencuci pakaian atau bahan tekstil lainnya dan juga sebagai sebuah tempat untuk mencuci pakaian atau bahan tekstil lainnya.22

Jenis-jenis Laundry :

a. Berdasarkan sistem perhitungan: Laundry satuan, Laundry kiloan, Laundry berlangganan.

b. Berdasarkan sistem pencucian: Laundry biasa, Laundry Dry cleaning.

c. Berdasarkan waktu pengerjaan: Laundry kilat, Laundry One Day Service, Laundry Ordinary adalah jenis laundry yang melayani dengan lama waktu pengerjaan 3 atau 4 hari.

d. Berdasarkan waktu pembayaran: Laundry harian, laundry

(46)

3. Pekerja laundry

Pekerja laundry adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan jasa mencuci, memilah pakaian, menyetrika di tempat usaha baik formal maupun informal.

4. Proses laundry

Usaha laundry merupakan usaha informal dengan ciri-ciri tidak terikat jam kerja, pendidikan tertentu, dan gaji tertentu. Karakteristik pekerjaan di laundry bersifat monoton dan berulang.Tidak semua usaha laundry merupakan lingkungan kerja yang memenuhi syarat. Proses kegiatan di laundry setidaknya ada enam tahap kerja, yaitu pemilahan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan pengepakan. Pada keenam proses kegiatan tersebut seringkali dilakukan dengan posisi yang tidak alamiah.6

5. Dampak Laundry

a. Dampak positif yang diberikan laundry, meliputi :

1) Bagi pelaku usaha, usaha laundry memberikan keuntungan dan menjadi salah satu pilihan berwirausaha.

2) Bagi konsumen, memberikan keringanan dan menghemat waktu maupun tenaga dalam pengerjaan cuci dan setrika pakaian. 3) Lapangan pekerjaan, usaha ini dapat menampung pelamar kerja

dengan jumlah yang sangat banyak.

4) Bagi pemerintah Daerah, merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah.22

(47)

b. Dampak negatif yang ditimbulkan laundry, yaitu:

1) Bagi Lingkungan, pencemaran tanah, pencemaran air, aroma yang tidak sedap serta kerusakan ekosistem lingkungan.

2) Bagi kesehatan, menyebabkan diare dikarenakan virus, penyakit kulit seperti kudis dan kurap akibat iritasi.22

I.

Nordic Body Map

Menurut Metode Nordic Body Map merupakan metode penelitian yang

sangat subjektif. Dalam aplikasinya Nordic Body Map menggunakan lembar

kerja berupa peta tubuh bagian sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot pada kaki, yang terdiri dari 28 otot-otot skeletal.23

Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta

Nordic Body Map, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.7

Desain penilaian Nordic Body Map dengan 4 skala libert, yaitu :

1. Skor 1 = tidak ada keluhan/kenyerian atau tidak ada rasasakit sama sekali yang dirasakan oleh pekerja (tidak sakit).

2. Skor 2 = dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian pada otot skeletal (agak sakit).

3. Skor 3 = responden merasakan adanya keluhan/kenyerian atau rasa sakit pada otot skeletal (sakit).

4. Skor 4 = responden merasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri pada otot skeletal (sangat sakit).23

(48)

Tabel 2.1

Klasifikasi Subjektivitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu

Tingkat Aksi Total Skor Individu

Tingkat Risiko Tindakan/Perbaikan

1 28-49 Rendah Belum diperlukan

adanya tindakan perbaikan

2 50-70 Sedang Mungkin diperlukan

adanya tindakan dikemudian hari

3 71-91 Tinggi Diperlukan tindakan

segera

4 92-112 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan

menyeluruh sesegera mungkin

(49)

Tabel 2.2

Kuesioner Nordic Body Map

Tidak Sakit, Agak Sakit, Sakit dan Sangat Sakit

No Jenis Keluhan Tingkat Keluhan

Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sangat sakit 0. Sakit kaku di leher bagian atas

1. Sakit kaku di bagian leher bagian bawah

2. Sakit di bahu kiri

3. Sakit di bahu kanan

4. Sakit lengan atas kiri

5. Sakit di punggung

6. Sakit lengan atas kanan

7. Sakit pada pinggang

8. Sakit pada bokong

9. Sakit pada pantat

10. Sakit pada siku kiri

11. Sakit pada siku kanan

12. Sakit lengan bawah kiri

13. Sakit lengan bawah kanan

14. Sakit pada pergelangan

tangan kiri

15. Sakit pada pergelangan

tangan kanan

16. Sakit pada tangan kiri

17. Sakit pada tangan kangan

18. Sakit pada paha kiri

19. Sakit pada paha kanan

20. Sakit pada lutut kiri

21. Sakit padasakit pada lutut kanan

22. Sakit pada betis kiri

23. Sakit pada betis kanan

24. Sakit pada pergelangan kaki

kiri

25. Sakit pada pergelangan kaki

kanan

26. Sakit pada kaki kiri

(50)

J. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Sumber modifikasi : Suma’mur (2009), Tarwaka (2004), Nurmianto (1996) dan Harianto (2008) Faktor Primer : - Peregangan otot yang berlebih (over exetion) - Aktivitas yang berulang - Sikap kerja tidak alamiah Faktor Sekunder : - Kebisingan - Getaran - Mikrolimat - Umur - Jenis Kelamin - Kebiasaan Merokok - Kesegaran Jasmani

Kelelahan Otot Keluhan

Musculoskele tal

(51)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A

.

Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

B.

Hipotesis

1. Ada hubungan antara peregangan otot yang berlebih dengan keluhan

musculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari

.

2. Ada hubungan antara aktivitas yang berulang dengan keluhan

musculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari.

3. Ada hubungan antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

musculoskeletal pada pekerja laundry sektor informal di wilayah Tlogosari. Peregangan Otot yang Berlebih Aktivitas yang Berulang Keluhan Musculoskeletal

Sikap Kerja Tidak Alamiah

(52)

C

.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan suatu keadaan di dalam

komunitas atau masyarakat. Desain pendekatan menggunakan cross

sectional yaitu variabel sebab dan akibat diukur dalam waktu yang bersamaan.24

D.

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peregangan otot yang berlebih, aktivitas yang berulang dan sikap kerja yang tidak alamiah. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan musculoskeletal

E.

Definisi Operasional

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Skala Ukur dan Instrumen No Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Skala

Ukur

Instrumen

1. Peregangan otot

yang berlebih

Stress otot yang dialami pekerja karena pengerahan tenaga yang berlebih saat mengangkat beban. Skor penilainnya yaitu sering diberi nilai 3, kadang-kdang diberi nilai 2 dan tidak pernah diberi nilai 1.

Rasio Lembar Observasional

2. Aktivitas yang

berulang

Gerakan dalam bekerja yang dilakukan berulang kali tanpa adanya istirahat. Skor penilaiannya adalah diberi nilai 3 untuk sering, kadang-kadang diberi nilai 2 dan tidak pernah diberi nilai 1.

Rasio Lembar Observasional

3. Sikap Kerja

Tidak Alamiah

Sikap tubuh yang janggal saat pekerja melakukan aktivitasnya. Skor nilainya adalah sering diberi nilai 3, kadang-kadang diberi nilai 2 dan tidak pernah diberi nilai 1.

Rasio Lembar Observasional

4. Keluhan

Musculokeletal

Rasa sakit atau nyeri yang dirasakan

oleh pekerja laundry. Skor

musculoskeleral dinilai dengan 1 untuk tidak sakit, 2 untuk agak sakit, 3 untuk sakit dan 4 untuk sangat sakit.

Rasio Lembar

(53)

F.

Populasi dan Sampel

1.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja di 38 usaha laundry sektor informal di wilayah Tlogosari yang berjumlah73 orang. Namun saat penelitian hanya 25 usaha laundry dengan jumlah pekerja 50 orang yang dapat diperoleh datanya, hal ini dikarenakan beberapa pemilik usaha laundry tidak bersedia dan tidak mengijinkan pekerjanya menjadi responden.

2.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja di 25 usaha laundry sektor informal di wilayah Tlogosari yang berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.25

G

. Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data a Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari pekerja saat melakukan observasi lapangan, survei awal dan

menggunakan lembar kuesioner Nordic Body Map.

b Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung dari International Labor organization, World Health

Organization dan berbagai macam buku acuan yang sesuai dengan penelitian.

(54)

2. Teknik Pengumpulan Data a Observasi

Observasi dilakukan secara langsung di sektor-sektor usaha informal laundry untuk mendapatkan data primer yang diperlukan.

b Lembar Observasi awal

Lembar yang digunakan untuk mendapatkan gambaran umum di tempat usaha laundry.

c Kajian Dokumen

Kajian dokumen dilakukan untuk mencari informasi yang terkait penelitian.Data yang didapatkan berasal dari International Labor organization, World Health Organizationdan berbagai macam buku acuan yang sesuai dengan penelitian.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk pengumpulan data.Dalam penelitin ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasional dan lembar Nordic Body Map yang ditunjang oleh hasil pemeriksaan medis. Pada instrumen penelitian, dilakukan:

a. Uji normalitas

Uji normalitas adalah suatu uji untuk melakukan dan

menginterprestasikan apakah suatu data memiliki distribusi normal atau tidak, karena pemilihan penyajian data dan uji hipotesis yang dipakai tergantung dari normal atau tidaknya suatu data. Dalam penyajian data bila distribusi data normal, digunakan mean atau standar deviasi. Bila data tidak normal, digunakan median atau nilai minimum maksimum.Untuk uji hipotesis bila data berdistribusi normal,

(55)

menggunakan uji parametrik.Bila data berdistribusi tidak normal, menggunakan uji non parametrik. Pada uji normalitas, data dikatakan normal jika nilai p-value ≥ 0,05.

Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas

Variabel p-value Keterangan

Peregangan otot

yang berlebih

0,200 Normal

Gerakan berulang 0,000 Tidak Normal

Sikap kerja tidak alamiah

0.031 Tidak Normal

Keluhan

Musculoskeletal

0,000 Tidak Normal

Dari 4 variabel, hanya variabel peregangan otot berlebih yang memiliki nilai normal sedangkan 3 variabel lainnya tidak normal.

b. Uji Validitas

Validitas merupakan pernyataan sejauh mana alat ukur (kuesioner) tersebut dapat mengukur sebuah variabel. Salah satu cara pengukuran validitas adalah dengan melakukan korelasi antara butir pertanyaan dengan total skor variabel. Uji validitas dilihat dari hasil koefisien Pearson-Correlation dan signifikasi masing-masing butir pernyataan terhadap total skor variabel. Pernyataan dikatakan valid jika nilai p-value ≤ 0,05.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Peregangan Otot Yang Berlebih

Pernyataan p-value Keterangan

Beban yang diangkat setiap hari terlalu berat

0,673 Tidak Valid

Mengalami kesulitan

saat mengangkat beban

0,621 Tidak Valid

Mengangkat beban

dalam waktu yang lama

0,574 Tidak Valid

Mengangkat beban

kg

(56)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Peregangan Otot Yang Berlebih (lanjutan)

Pernyataan p-value Keterangan

Tidak menggunakan

alat bantu untuk

mengangkat beban

Tidak Valid

Tidak menggunakan

teknik khusus saat

mengangkat beban

Tidak Valid

Mengangkat beban

dengan posisi yang

dipaksakan

0,652 Tidak Valid

Menggunakan tenaga

lebih saat mengangkat beban

0,351 Tidak Valid

Tidak melakukan

relaksasi sebentar saat mengangkat beban

0,056 Tidak Valid

Merasakan nyeri saat mengangkat beban

0,696 Tidak Valid

Nyeri yang dialami

bertahan lebih dari 5 menit

0,622 Tidak Valid

Tidak dapat bekerja

saat merasakan nyeri tersebut

-0,134 Tidak Valid

Pada daftar pernyataan peregangan otot yang berlebih semua pernyataan memiliki hasil valitiditas yang tidak valid.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Aktivitas Yang Berulang

Pernyataan p-value Keterangan

Melakukan gerakan

berulang saat bekerja

0,225 Tidak Valid Melakukan gerakan mengangkat-menurunkan berulang-ulang 0,455 Tidak Valid Melakukan gerakan mendorong-menarik berulang-ulang 0,654 Tidak Valid

Saat bekerja posisi

tubuh bungkuk-tegak

dilakukan berulang

0,576 Tidak Valid

Saat bekerja memutar sebagian tubuh secara

(57)

Daftar pernyataan aktivitas yang berulang setelah dilakukan uji vaiditas semua pernyataan memiliki hasil valitiditas yang tidak valid.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Sikap Kerja Tidak Alamiah

Pernyataan p-value Keterangan

Saat bekerja posisi

tubuh tegak

0,60 Tidak Valid

Saat bekerja posisi

leher menunduk

0,458 Tidak Valid

Posisi leher menunduk lebih dari 15 menit

0,309 Tidak Valid

Saat bekerja posisi

leher mendongak

0,193 Tidak Valid

Posisi leher

mendongak lebih dari 15 menit

0,460 Tidak Valid

Saat bekerja posisi

leher miring

0,151 Tidak Valid

Dari 5 pernyataan mengenai sikap kerja tidak alamiah didapatkan hasil bahwa semua pernyataan dinyatakan tidak valid. c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan pernyataan sejauh mana alat ukur tersebut memiliki konsistensi. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6.

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas

Pernyataan p-value Keterangan

Peregangan otot yang

berlebih

0,578 Tidak Reliabel

Aktivitas kegiatan yang berulang

(58)

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas (Lanjutan)

Pernyataan p-value Keterangan

Sikap kerja tidak alamiah 0,144 Tidak Reliabel

Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa pernyataan peregangan otot yang berlebih, aktivitas yang berulang dan sikap kerja tidak alamiah memiliki nilai tidak reliabel.

H. Pengolahan Data

Analisis data yang telah dikumpulkan selanjutnya dimasukkan kedalam komputer untuk diolah dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.0 dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Proses pengecekan dan pengolahan data hasil kuesioner untuk dikumpulkan dan kemudian diolah.

2. Coding

Proses pemberian kode pada variabel yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam proses pengolahan di program SPSS seperti berikut ini :

a. Peregangan otot yang berlebih 3 = sering

2 = kadang-kadang 1 = tidak pernah b. Aktivitas yang berulang

3 = sering

(59)

1 = tidak pernah

c. Sikap kerja tidak alamiah 3 = sering 2 = kadang-kadang 1 = tidak pernah d. Keluhan Musculoskeletal 1 = tidak sakit 2 = agak sakit 3 = sakit 4 = sangat sakit 3. Entry Data

Proses pemasukan data yang telah dikoding kedalam program SPSS for Windows versi 16.0.

4. Tabulating

Proses memasukkan angka-angka hasil penelitian kedalam tabel. 5. Penyajian Data

Penyajian data yang telah diolah dalam program SPSS yang telah menjadi data lengkap.

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer statistik melalui 2 jenis analisis statistik :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Analisa dilakukan terhadap hasil kuesioner yang berupa karakteristik pribadi dan hasil Nordic Body Map.

(60)

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas (peregangan otot yang berlebih, aktivitas yang berulang dan sikap kerja tidak alamiah) dengan variabel terikat (keluhan musculoskeletal) yang

menggunakan Uji Korelasi Spearmanrho karena sebaran data tidak

normal. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis

berdasarkan tingkatan signifikan (nilai ) sebesar 95 %.

a. Jika nilai p > (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak. b. Jika nilai p (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima.

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian  Nama
Tabel 3.2  Hasil Uji Normalitas
Tabel 3.6  Hasil Uji Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait