• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE REVIVAL OF LASEM BATIK INDUSTRY IN THE BEGINNING OFXXI CENTURY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "THE REVIVAL OF LASEM BATIK INDUSTRY IN THE BEGINNING OFXXI CENTURY"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEBANGKITAN

INDUSTRI

BATIK

LASEM DI

AWAL

ABAD

XXI

Nazala NoorMaulany,*NoorNaelilMasruroh

Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro PusatStudiAsia Fakultas IlmuBudaya Universitas Diponegoro

Jl.Prof.Soedharto,Tembalang,Kota Semarang

e

-

mail:nazalanm@live.undip.ac.id

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap eksistensi dan peranan pengusaha pribumi dalam mengembangkan industri batik tulis di Lasem, yang selama ini pelaku utamanya adalah etnis

Tionghoa, menemukan faktor-faktor penyebab muncul dan bangkitnya para pengusaha batik dari kalangan pribumiJawa,serta memetakan upaya konkretyang telah

dilakukan

untukmewujudkan hal

ini

.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah wawancara, studi dokumen, serta observasi terhadap pelaku usalia dan aktivitasnya

.

Sementaraitu,pendekatan historisjugadigunakan dalam studiiniknususnya untukmengetahuiaspek kronologis dalampengembangan usaha batik tulisLasem

yang dimotori oleh masyarakat pribumi Jawa

.

Berdasar pada hasil peneltian, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan kebangkitanpara pengusaha batik pribumiJawadi Lasem

.

Karakteristik masyarakat Lasem yang multietnis dalam hubungannya merniiikikehidupan yang harrnonis

.

Mereka meminimalisir adanya dikotomi etnis atauras dan menyepakati bersama identitias sebagai orang Lasem, sehingga memunculkanrasa keterbukaan dan kebersamaan.Selain itu,pascapenetapan Hari BatikNasionalpada2009disertai kuatnya dorongan pemerintah melalui berbagai program bantuan, maka sejaksaat itu dijadikan sebagai momentum utama kebangkitan pengusaha batikpribumiJawa.

Dukungan tersebut berlangsung secara kontinyu, khususnya dalam membukakanaksespasar dan modal

.

Katakunci:industri batik tulis,Lasem,pengusahapribumi,Jawa

THE

REVIVAL OF

LASEM BATIK

INDUSTRY IN

THE

BEGINNING

OFXXI

CENTURY

Abstract

This article aims to revealon the role and existence of indigenous entreprises in developing batik industry at Lasem

.

All thetime,the main actors has been

hold

by the Chinese,seeks tofindthefactors

thatcause them to riseupandappear, as well as mapping outtlieconcreteefforts thathavebeen made to make this happens. The

method

usedare interviews, study documents, as well as observations among the entreprenuers (Chinese and Javanese) and their activities.Meanwhile, the historical approach also used particularly to determine

chronological

aspects in the development of this

inaustryled by Javanese

.

There are two important factors that cause the revival

.

Lasem people typicallymultiethnicinrelationtohavea harmonious life

.

Theyminimizeethnic or racial

dichotomy

andconsens identity asLasempeople,

therefore

it generatingopennessandtogetherness among them

.

Meanwhile, after designationof National Batik Day in2009, the government have givenstrong encouragement by various aid programs,sincethen it serves as revival momentum

of

indigenous Javanese enterprises

.

Furthermore,the government supports continuesly especially in opening access on capitaland market

.

Keywords:batik industry,Lasem,indigenousentreprises,Javanese

I.PENDAHULUAN

Batik merupakan salah satu hasil budaya bangsa Indonesia yang telah diwariskan teknologipembuatannyadari generasi ke generasi. Batik sebagai hasil seni tradisimerupakan

(2)

Yogyakarta,Cirebon,Indramayu,Pekalongan,dan lain

-

lain.DiRembangterdapat pulabatik lokal yang dikenal dengan batikLasem. BatikLasemadalah salah satu jenis batikpesisiran

yangmemiliki ciri klias tersendiri, yang sangat kental denganpengaruh kebudayaanTionghoa.

Tidak dapat dipungkiri eksistensi batik Lasem dalam sejarahnya terkait erat dengan

kedatangandankeberadaan orang TionghoadiRembang,khususnya Lasem.Terbentuknya

komunitasTionghoa di Lasem diawalidengan terbinanyahubungan dagangantarakerajaan Tiongkok dengan kerajaan

-

kerajaan di Nusantara sekitar awal abad V M (Hasanudin, 2001:45).Hubungan dagangtersebut tentu melibatkankota

-

kotapesisir yangberada di bawah

kekuasaan kerajaan

-

kerajaan yang berkuasa saat itu

.

Kota

-

kota pesisir utara Jawa yang menjadi tempatpersinggahan dan pemukiman para pedagang Tionghoa yang paling awal

antaralain: Tuban, Lasem,Rembang,Jepara,Demak, Semarang,Banten,Jakartadanlain

-lain. Hubungan dagangtersebut dengan berbagai dinamikanya terns terjalin dari masa ke masa. Pada masa pemerintahan Dinasti Ming (1348

-

1643), orang Tionghoa dari Yunan

semakin banyak yang melakukanperjalanankeNusantaradengan tujuanpemiagaan.Dalam

periodeyangsama,di KerajaanMajapahit saatitu, telah banyak kalangan elit kerajaan yang memakai atau memiliki barang mewah yang berasal dari Tiongkok. Pedagang

-

pedagangdari Tiongkoktelahtinggaldi daerah

-

daerahpelabuhan.Diantara merekakemudian berlangsung perkawinan

-

perkawinan antar golongan dengan masyarakat lokal (Nurhajarini, dkk.,

2015:46

-

7).

Pada abad XVII, saat pengaruh Belanda masuk dan kemudian berhasil menguasai

wilayah Indonesia untuk waktu yang lama, orang Tionghoa dipercaya sebagai pedagang

menengah yang menjembatani kepentingan pemerintah dan pedagang Belanda dengan pribumi.Ketikapabriktekstil dan kimia diEropa memproduksibahan

-

bahanuntuk keperluan

batik, pedagang Tionghoa yang dipercaya untuk berhadapan dengan pembeli pribumi. Pengusaha pribumi dengan demikian membeli dengan harga yang lebih mahal dari pengusaha Tionghoa.Sekalipundemikian,batik daripengusaha pribumitetaplaku. Pengusaha Tionghoa mulaiberpikiruntuk membukaperusahaanbatik sendiri denganharapankeuntunganberlipat

ganda (Hasanudin, 2001:19

-

20). Usaha batik orang Tionghoa awalnyaberupa usaha kecil

-kecilandansemakin lamaberkembang menjadi usaha besar. PengusahabatikTionghoapada awalnya menjual dagangan mereka untuk kalangan terbatas, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sendiri. Akan tetapi semakin lama permintaan konsumen semakin

banyak,sehingga usahabatik tersebutbisamenguasaipasar(Yuliati,2009:22).

Berdasarkan bukti arkeologi, orang Jawa pada dasamya diketahui sudah melakukan

kegiatan membatik sejak abad X dan sangat mungkin sejak abad

-

abad sebelumnya. Hal

tersebut antara lain dapat diketahui melalui Prasasti Gulung

-

gulung (929 M.), yang menunjukkanbahwa diwilayah Kerajaan Mataram Hindusudahada kerajinankain dan batik.

Secara spesifik,prasastitersebut berisi langkah

-

langkahpembuatankain dan batik oleh orang

Jawa(Yuliati,2009:9

-

10). Selanjutnyabukti yang lebih nyatadapatdilihatpadakeberadaan areaRaden Wijaya, raja pertama Majapahit (1294

-

1309 M.)dalam Candi Ngrimbidi dekat Jombang,yangmemakai kain dengan motif kawung. Informasi tentang batik juga terekam

dalam Pararatonyangberisi penjelasan tentang Raden Wijaya yang menghadiahkan kain

benn

otiigrings

inguntukmenguatkanspirit berperangparaperwiranya(Hasanudin,2001:14

-5). DiLasem sendiri penggunaanbatik dapat dirunut sudah ada sejakmasa BhreLasemI memerintah wilayah Lasem(1350

-

1375),bahkan kemungkinan besartelah adasebelumnya
(3)

oleh motif

-

motifpengaruh budayaTionghoaseperti motif burunghong, naga,kupu

-

kupu. Demikian juga wama kain batikLasem,tidak lagi berwamasoga

,

tetapisudah adapengaruh

wama khas Tionghoa, yakni wama merah darah ayam. Masuknya pengaruh Tionghoa di

Lasem berpengaruh padaberkembangnya kreasi motif danpenggunaanwama.

MenumtAitton,sejak1850,Lasemtelah dikenal sebagaisentrabatikyangdiproduksi oleh pengusaha Tionghoa. Industri batik Lasem yang berkembang pada saat itu adalah

industri

-

industri yang disokongolehorang

-

orang Tionghoayangmempekerjakanpembatik

-pembatik wanita pribumi. .Turn1ah tenagayang bekerjadibidang industri batik Lasem saat itu diperkirakansekitar 4.300orang(Nurhajarini,dkk.,2015:87).Pada awal1900

-

an, usahabatik

Lasemmengalamimasakejayaan,bahkan sampai mengekspor ke Singapura. Padasaat itu,

usaha batik Lasem masih identik diselenggarakan oleh orang Tionghoa, dan penduduk pribumi sebagai pekerjanya.Keberadaan para pengusahabatikTionghoa disebabkanmereka

mempunyaimodal besar, jaringanperdagangan,baik bahanuntukproduksi maupunjaringan

pemasaran, sehingga memudahkan usaha mereka berkembang (Rahayu, 2014:40

-

1). Keberadaan orang Tionghoa sebagai pengusaha batik dari masa ke masa telah berperan

memberikan ciri khas terhadap motif dan pewamaan batik Lasem yang lebih banyak

dipengamhi budaya Tionghoa.

Usahabatik Lasem diketahuimasih ternsberkembang pesathingga 1970

-

an.Menumt KwanHwie Liong,terdapatsekitar 140 pengusaha batik Lasem di Rembang. BatikLasem

mempunyai daerah pemasaran yang cukup luas, meliputi daerah Semarang, Madura,

Surabaya, dan Sumatra(Kwan Hwie Liong, Batik Lasem

,

http://redayabatik.com/,diakses pada25Januari 2017).Namundemikian, pada kumn waktu1980 hingga2000, industri batik

Lasem mengalami banyak kemunduran disebabkanoleh krisis ekonomi tahun 1998. Pada periode tersebut pemasaranbatikLasemtersendat akibat faktor krisisdaninstabilitaspolitik

dalam negeri. Penyebab lain adalah di penutup abadXXmuncul inovasi batikprintingyang

mempunyaikeunggulan dalam efisiensi waktu dan biayaproduksi.Hal tersebut menjadikan harga di pasaran batik printing dan cap jauh lebih murah, sehingga masyarakat kelas menengah ke bawah dapat menjangkaunya.Semua itu padaakhimya menyebabkan usaha

batik Lasem semakin terpuruk dan mendorong banyak para pengusaha gulung tikar.

Meskipun demikian, tidak menunggu terlalu lama, pada dekade pertama awal abad XXI

industri batik Lasem pelan

-

pelan akhimya mulai bangkit kembali dan mengalami

perkembanganyang cukup menggembirakan.Berbagai pihak di masyarakat bempaya keras

untuk melakukan hal tersebut. Bagaimana upaya

-

upaya membangkitkan kembali industri batik Lasem dilakukan dan apakah faktor

-

faktor pendukungnya, ingin dijawab melalui

penelitianini.

Penelitian ini diselenggarakan dengan menggunakan metode penelitian wawancara, observasi, dan dokumentasi. Di samping itu penelitian ini juga menggunakanpendekatan

historis untukmengungkapsecara kronologis kebangkitandanperanan pengusaha pribumi

dalam usaha batik tulis Lasem. Aktivitas penelitian dilakukan di beberapa kecamatan di Rembang yang menjadi sentra batik tulis Lasem seperti Kecamatan Lasem dan Pancur.

Wawancara dilakukan denganpara pengusaha, pengerajin batikdan buruh batik,baik dari kalanganorang Jawa maupun keturunan Tionghoa.

II. PEMBAHASAN

A.Masyarakat Rembang Dan Batik Lasem

Rembang mempakansalah satukabupaten yangterletakdiProvinsiJawa Tengah. Secara

(4)

UtaraJawa(JalurPantura).KabupatenRembang di sebelahutaraberbatasan langsung dengan

Laut Jawa, di sebelah selatan dengan Kabupaten Blora, sebelah timur dengan Kabupaten

Tuban yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, dan sebelah barat berbatasan denganKabupatenPati.

SecaraadministratifKabupatenRembangterbagi menjadi 14 kecamatan,287desa dan7

kelurahan (http://www.rembangkab.go.id/pemerintahan/geografi/letak

-

dan

-

luas

-

wilayah,

diakses11September 2016).Berdasarkandataterakhir BPS,pada2014penduduk kabupaten itu berjumlah sekitar 616.901 orang,terdiri atas 307.004 oranglaki

-

lakidan309.897 orang perempuan(https://rembangkab

.

bps.go

.

id/,diakses pada 11 September2016)

.

Tidak terdapat

data yang jelas tentang jumlah dan komposisi etnis yang ada di wilayah tersebut. Namun demikian,diketahui bahwa kelompok etnis terbesardi wilayah tersebutadalahorangJawa sebagaipendudukasli, danorang Tionghoa yangtelah hadir danberkembang populasinya di

wilayah tersebut, sejak kedatangan mereka sekitar abadXIV.Menurutsensus yangdilakukan olehpemerintah Inggris tahun 1815, Rembang (termasukLasemdi dalamnya) menempati urutan ke

-

6 dalam jumlah penduduk Tionghoa terbesar di Indonesia. Warga Tionghoa Rembang berjumlah4%dari total warga Tionghoa yang disensus Pemerintah Inggris di Jawa (saatituberada dibawah Raffles)(Nurhajarini,dkk.,2015:50).

Sebagai kelompok pedagang, orang Tionghoa banyak bermukim di wilayah

-

wilayah

pesisir pantai dan pelabuhansepertidi Lasem. Diwilayahtersebut orangTionghoa kemudian banyak berinteraksi dengan penduduk lokal. Kedatangan orang Tionghoa ke Lasem khususnya danRembangpada umumnyamembawasertatradisi danbudayamereka

.

Interaksi dalamwaktuyanglamadengan penduduklokalmenyebabkan terjadinya berbagai akulturasi budaya.Salahsatuwujudakulturasiantarabudaya Tionghoa danJawaadalah batikLasem.

BatikLasem merupakan jenisbatik tulispesisiran.NamabatikLasem mengacu kepada tempat asal dihasilkannya batik tersebut, yaitu daerah Lasem yang terletak di Kabupaten

Rembang.Namundemikian, dalam perkembangannya tidakhanyadaerahLasemsaja yang menghasilkan batikLasemtersebut. Seniman

-

seniman batikLasembanyakpulamuncul di

daerah lain di Rembang seperti di daerah Pancur. Disebut sebagai seniman, karena batik

Lasemsecarateknismerupakanjenisbatik tulis yangpengerjaannya memakan waktu yang lebihlama dankompleks,dibandingkanjenisbatikprintingataupuncap. Batik Lasemoleh karenaitucenderungdianggap sebagaihasilkaryaseniolehpara pembatiknya.

Sementara itu, istilah pesisir muncul karena letak wilayah penghasil batik berada di pesisiran utara Pulau Jawaseperti Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Lasemdan lain

-

lain. Batikpesisiranlebihkayacorak, simbol, danwarna.Selainitu,batikjenisinilebih moderat karena lebih banyak dipengaruhi oleh corak

-

corak asing. Pelabuhan dan pesisir sebagai tempat pertemuan berbagai bangsa dalam perdagangan telah memunculkan berbagai

perkembangan corak batik yang luar biasa (Wulandari,2001:64).

Batik Lasem sendiri menurut masyarakat setempat dari segi corak dan wama, menemukan momentumperkembangannyasekitar abadXIV,ketika salahseoranganak buah armadalaut Cheng Ho bemama BiNangUnmemutuskanmenetap diLasem. Iamembawa istrinya bemamaNaLi Nidandua anak merekabemamaBiNang TidanBiNangNa.Istri dan putri Bi NangUn belajarmembatik dari penduduksetempat.BiNang Tikemudian disebut mengajariperempuan pribumi membatikdengan motifyang lebih beragam.Mereka membuat

batik dengan ragam hias dan wama yang khas dengan nuansa budaya Tionghoa dan

dikombinasikan dengan ragamhiasJawa.Hal tersebutdisukai dandalamperkembangannya menjadiciri khasyang melekatpadabatikyangberasal dariLasem.

(5)

tersendiri,yaitupaduanwama yangberani dan mencolok dengan motif

-

motif yang beraneka ragamtetapiindah dan elegan. Berbeda dengan batik Yogyakarta dan atau Soloyangsangat bakupada pakemkeraton yang motifnya eksklusif dan khusus bagi golongan ningrat saja, batikLasembercirikan egalitarian yang lebih terbuka atau umumpenggunaannyabagi segala kalangan ataulapisanmasyarakat dari berbagai etnis (Unjiya, 2008).

Batik Lasem pada awalnya banyak diproduksidandigunakan olehgolonganTionghoa

totok dan golonganTionghoa atau Cinaperanakan.Seiringberjalannyawaktu,karena harus mampu beradaptasi dengan budayamasyarakatsekitar,adatdan tradisimasyarakatTionghoa eksistensinya semakin berkurang

.

Salah satunya adalah kebiasaan berbusana. Orang

Tionghoa peranakan terpengaruh cara berpakaian masyarakat setempat. Anak

-

anak

perempuan Tionghoa peranakan mengenakan pakaian kebaya dan bawahan kain, seperti pakaian masyarakatJawa. Halyangmembedakanpakaian perempuan Tionghoa peranakan

dan Jawa adalah pada motif dan wama kainnya. Kain yang digunakan oleh perempuan

Tionghoaperanakanadalah wama merah darah dengan motif burunghong

,

kupu

-

kupu, naga, bunga teratai dan lain sebagainya (Rahayu, 2014:42).

Motif batik Lasem sama seperti motif batik wilayah lainnya di Indonesia, memiliki makna dan simbol

-

simbol khas yang mengandung harapan

-

harapan tertentu dari para pembuatdan pemakainya.Keberadaanmotif atausimbol tersebut oleh masyarakatsetempat

dipercayamemiliki dayamagis yang diharapkan dapatmensugestiatau merangsang orang yang memakai dan melihatnya untuk berpikir positif, bertindak benar, bertambah arif

bijaksana dan lain

-

lain, sesuai dengan makna masing

-

masing motif atau simbol yang tergambar pada kain batik tersebut. Arti

-

arti simbol yang tergambar pada batik Lasem,

misalnya motif kupu

-

kupu(hu

-

die ) memiliki makna keceriaan dan harapan panjang usia; motif naga(Hong) menyimbolkan lelaki, kekuatan kebaikan, pembawa kesejahteraan dan

kebahagiaan; burung merak(kong

-

que)bermakna kecantikan dan kemuliaan dan lain

-

lain.

Dari segi wama,batikLasemmudah dikenali.Wamamerah yang mirip dengan wama merah darah ayammerupakanwama utamakhasLasem.Disebutkan bahwa wamasepertiitu hanya bisa dibuatolehpara pembatikdiLasem,karena dipengaruhiair tanahdi Lasem yang mengandung mineral tertentu. Hasilnya adalah wama merahyang cendemng gelap. Pada dasamya,proses pewamaan batik Lasem dihasilkandaripewamaalamdan pewamasintetis,

sama seperti batik di kawasanlain. Pewamaalam didapatkan dari tumbuh

-

tumbuhan,seperti kayutingi

,

secang

,

mahonijambal,indigo,soga,atautenggeran.Wamabisa dihasilkanoleh

daun atau kulit pohonnya

.

Daunindigomisalnya dapatmenghasilkanwarna biru,kulit pohon soga menghasilkan coklat kekuningan hingga coklat kemerahan, kayu tenggeran menghasilkanwama kuning,kulitjambal menghasilkanwamamerahsawo,dankulitsecang menghasilkan warna merah (http://tekno.kompas.com/read/2012/12/17/14531036/

wama.merah.batik.lasem.susah.ditiru,diaksestanggal11 September2016).

Berbagai wama batik Lasem tersebut sebagaimana simbol

-

simbol sebelumnya juga

memiliki makna

-

makna tertentu.Warna merah (hong) misalnya, memiliki makna

kegembiraandan kekayaan,ungu(zi)bermakna ketenangandanloyalitas,danlain

-

lain.Dari
(6)

B.Kebangkitan Industri BatikLasemDiAwalAbadXXI

Industri batik Lasem terns mengalami kemunduran hingga akhir abad XX, bahkan hingga sekitar awal dekade pertama abadXXI.Dari sekitar 140jumlahpengusahabatik di tahun 1970

-

an,pada2004 hanya tersisa sekitar 20pengusahadan semuanya adalahpengusaha

Tionghoa. Menurunnyajumlahpengusahabatik selain karena kondisi krisis ekonomi 1998 yangmasihterasa imbasnya sampaisaatitudan semakin berkembangnya teknologiprinting batik,adalahfaktorinternalkesulitanupayaregenerasidalam keluarga pada pengusahabatik Tionghoa. Sebagian besargenerasi muda Tionghoa dalam keluarga pengusaha batiktidak memiliki ketertarikan ikut terjun dalam usaha batik. Mereka banyak yang menempuh

pendidikan di kota

-

kota besar di luar Lasemseperti Jakarta, Semarang, Surabaya, bahkan

hingga ke luar negeri. Sebagian dari mereka pada akhimya memilih tidak kembali dan melakukan usaha atau pekerjaan yang lain.1 Kondisi tersebut ikut berperan mengurangi jumlah pengusahabatik Lasem. Eksistensi Lasem dan Rembang sebagaisalah satu sentra industri batik di Indonesia hampir terlupakan dari ingatan orang

-

orang di luar wilayah

tersebut.Namun demikian, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Berbagaiupaya oleh berbagai pihak secara bersama

-

sama kemudian dilakukan dalam rangka membangkitkan kembali industri batikLasem.

C. UpayaPemerintahdalamMendorong Industri BatikLasem

Keinginan kuat Pemerintah Daerah (Pemda) Rembang, khususnya dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Rembang untuk menggairahkan kembaliindustribatik Lasemmendorong merekauntukmenempuhkebijakan

-

kebijakan yang mendukungpara pelakuusahabatik.Agar dapatmelakukan pembimbingandankoordinasi yangbaikdenganpara pelakuusahabatik Lasem diRembang,Pemda Rembangantaralain

pada2005 membentuk kluster batik tulis Lasem, saat pertama kalidibentuk diketuai oleh Naomi Susilowati.2

Naomi Susilowati dikenalsebagai generasi keempatdaripengusahabatik

LasemMaranatha. Naomi dikenal sebagaisalahseorang pengusahasenior dibidangbatik

Lasem.Atasprakarsadan dukungan dari Pemda Rembang, Naomi secara rutinsetiaptahun mengadakanpelatihan

-

pelatihanterkaitketerampilandan teknik membatik bagi masyarakat umum. Pelatihan pembatikan diselenggarakan pertama kali pada 2005 dan dilanjutkan

dengan membuka kesempatan magang di sentra industri batik di Pekalongan.3 Tujuan

pemerintah untuk memberi kesempatan pelatihan

-

pelatihan dan magang tersebut pada dasamya adalah untuk menyemai bibit

-

bibit pengusaha baru di bidang batik. Program tersebutterns diagendakandanberjalansetiap tahunoleh Pemda Rembang,khususnyaoleh dinas

-

dinas terkait. Guna mendukung pemasaran produksi batik Lasem bagi para pengusaha batik, Pemda Rembang berusaha memfasilitasi secara nyata

dengan mendirikan showroom koperasi batik tulis

Lasempada2009.Di samping itu Pemda Rembang dan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga membantu

pemasaran dengan mengikutsertakan hasil

-

hasil

produksibatikLasemdalampameran

-

pameranbatik di berbagai kota secara bergiliran.4

Sebelumnya,sebagian besarpengusahabatikLasem melakukan pemasaran batik Lasem dengan cara

konvensional, yaitu memanfaatkan hubungan usaha

Wawancara dengan Santoso Hartono,Lasem,17September 2016

Wawancara dengan Rifa'i,Lasem,27 Juli2016

WawancaradenganSantosoHartono,Lasem,17September 2016

Wawancara dengan Arifin Muhrikan,Lasem,28Juli 2016 dan Santoso Hartono,Lasem,17 September 2016.

S

®

!

ShowroomKoperasi Batik Lasem yang Telah DiselenggarakanSejak2009

(Sumber:DokumentasiPeneliti,2016)

(7)

yangtelah terjalin sejak lama antaraprodusenbatikLasemdanpara penjualdi daerah lain, khususnyadi PulauJawa,Sumatradan sebagainya. Padaperiode1997

-

2003pemasaranbatik

Lasemsempat tersendat akibat faktor krisis dan instabilitaspolitikdalam negeri.Barn pada 2004,pemasaranbatikLasem tampakmulai meningkat kembali.Upaya pemasarandilakukan

secarabersamaoleh pengusaha batik Lasem.Pemda Rembang melaluiberbagai instansinya yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi membantu memfasilitasi dan melakukan pendampinganparapengusaha batiktersebut di berbagai pamerandan promosi

dagang, antara lain di Jakarta, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Denpasar, Lampung, Banjarmasin, dan Makasar. Terdapatpulabantuan

-

bantuanlain seperti bantuan lemari

-

lemari

etalaseuntukmemajanghasil produksi batik danlainsebagainya.5

Penetapanbatik oleh United NationsEducational,Scientific,andCultural Organization

(UNESCO) sebagai warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non

-

Bendawi

(.Masterpieces ofthe OralandIntangibleHeritage of Humanity)pada 2Oktober2009 menjadi

momen penting dan berharga bagi dunia perbatikan Indonesia. Keputusan UNESCO disambut gembira oleh berbagai kalangan. Antusiasme masyarakat atas penetapan batik sebagai salahsatu warisan budaya dunia disambut masyarakat di berbagai daerah.Terlebih lagi ketika PemerintahIndonesia menetapkan melalui Keputusan Presiden(Keppres)Nomor

33 Tahun 2009 tentang HariBatik Nasional,telah berperanmendorongpenggunaan batikdi masyarakat (Hamidin, 2010:21) Batik kemudian digunakan secara meluas oleh semua

kalangan.Di lingkunganpegawai PemdaRembang,setiap hariRabudan Kamis, pegawai

dianjurkan menggunakan seragam kerja batik Lasem. Hal itu sudah menjadi semacam kewajiban dan menjadi bentuk kesadaran diri dari Pemerintah Daerah untuk mendukung pelestarianbatik lokal. Kebiasaan itukemudian pelan

-

pelan banyakdiikutiolehperkantoran

-perkantoran swasta, sehingga tradisi penggunaanbatik Lasem semakin eksis dan meluas.

Selanjutnya,PemdaRembangdalamrangka pengenalandan usahamempopulerkanbatik di kalangan generasi muda, setiap tahun pada peringatan Hari Batik Nasional 2 Oktober mengadakan lomba membatik. Terdapat berbagai kategori dalam perlombaan tersebut setiap tahun,sepertidesain,pewamaandan lain

-

lain.6

Anjuran Pemda Rembang untuk mengenakan seragam batik Lasem bagi para

pegawainya yangkemudian didukung dan diikutioleh masyarakat umum diRembangsecara

tidak langsung telah ikut mendorong kegiatan produksi batik Lasem hingga mengalami

peningkatan. Halitudisambut baikolehpara pengusaha batikLasem.Dukunganpemerintah

secaranyata sangatdiperlukanuntuk menunjangkelancaranpemasaran batik Lasem.

1.Masuknya BantuanModal

Pengusaha batik Lasem pada awalnya banyak yang memulai dan menjalankan usaha batik merekadengan menggunakan modal sendiri dalam jumlahyang bervariasi.Lembaga

keuangan seperti perbankan dalam perkembangannya banyak berperan membantu mendorongpengembanganusaha batikLasemdi KabupatenRembang. Masuknya bantuan modal usaha bagipara pengusahabatik dimulai sekitar2006. Sebagaicontoh,Bank Negara

Indonesia (BNI) yang menawarkan dan kemudian memberi bantuan berupa kredit lunak untukusaha kecildan menengah bagipara pengusaha dan pembatik di wilayah DesaBabagan, Kecamatan Lasemdan Bank RakyatIndonesia(BRI)diwilayahKecamatan Pancur pada2012 hinggasekarang.7

Bantuan

-

bantuan yang diberikan oleh perbankan semacam itu tidak hanya berupa bantuan modal, tetapi juga berupa bantuan pembinaan usaha dan pelatihan

-

pelatihan

Wawancara dengan Arifin Muhrikan,Lasem,28Juli 2016.

Wawancara dengan Arifin Muhrikan,Lasem,28Juli 2016.

(8)

pembatikan bekerjasama dengan Pemda setempat. Untuk

menindaklanjuti hasil pembinaan dan pelatihan

-

pelatihan,

didirikan pula kampung

-

kampung batik dan showroom

sebagaisentrakegiatan bagipara pembatik,khususnyapara pengusaha batik baru. Dibentuk pulasemacam Kelompok

Usaha Bersama (KUB) yang menaungi puluhan para pembatik

-

pembatik kecil. Tujuan pendirian KUB guna

mempermudah koordinasi proses pencairan pinjaman

modal bersama untuk pengembangan usaha dan

mempermudah pula dalam koordinasi proses pengembaliannya. Di sampingitu,dengan tergabungdalam

KUB, para pembatik

-

pembatik baru dapat melakukan pemasaransecarabersama

-

samamelaluishowroomKUB.8

2.MeningkatnyaJumlahPengusahaBatikLasem

Seiring berjalannya waktu,dengan berbagai upaya yang

dilakukan oleh berbagai pihak dalam rangka membangkitkan kembali industri batik Lasem, pada 2013 jumlah pengusaha batik akhirnya meningkat secara signifikan. Berdasarkan data Dinas Perindustrian

KabupatenRembang,padatahun tersebut jumlahpengusahabatikLasemmeningkat menjadi

77 orang(Disperindakop Kab. Rembang,2016)dari sebelumnya20orang pada 2004.Dari segikomposisietnisitas,usahabatik Lasem dalam perkembangannya sekarangini tidakhanya dilakukan olehketurunan Tionghoa, tetapi juga orang Jawa. Sebelumnya,pengusaha batik

Lasemadalahorang

-

orang Tionghoa.Mereka sebagianbesardiwarisisecara turuntemurun olehgenerasi sebelumnya mengenai keahlianmembatik dan usaha batik.Denganberbagai program bantuan pemerintah dan upaya berbagai elemen masyarakat, setelah Hari Batik Nasional ditetapkan pada2009 mulai banyak munculpara pengusaha batik darikalangan orang Jawa. Bahkan dalam perkembangannya jumlahnya melebihi jumlah pengusaha keturunan Tionghoa.

Dari sekitar77orangpengusahabatikLasemdiKabupatenRembang, hanya 15 orang di antaranya yang merupakan keturunan Tionghoa.9 Jumlah itu tentu merupakan suatu kemunduran,karena sebelumnya diketahui bahwa pengusaha batik pada2004 berjumlah20

orangdansemuanya adalah keturunanTionghoa.Penyebabutama yangterjadidan dihadapi sampai saat ini oleh pengusaha keturunan Tionghoa seperti telah disinggung sebelumnya adalah karena tidak ada generasi penerus. Hampir tidak ada generasi muda Tionghoa di

wilayah tersebut yang berminat untuk meneruskan usaha keluarga mereka. Setelah lulus sekolah di kota

-

kota besar seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, mereka

cenderungmemilih tidakkembalidanbekerja di kota

-

kotatersebut

.

Dilain sisibagi pengusaha Jawa,meningkatnyaminatmasyarakatterhadap penggunaan

batik dianggap sebagaikesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi,sehingga

semangat dan keinginan untuk berusaha di bidang tersebut sangat besar. Oleh karena itu, pengusaha

-

pengusaha batik baru dari kalangan orangJawakemudian banyak bermunculan dan banyak diantaramereka adalahmantanburuh batikatauanak buruh batik. Hal itupada

kenyataannya tidakterlepasdariperan Pemda Rembang danperbankan pemberi pinjaman modal. Banyak di antarapara pengusaha barudarikalanganorangJawaadalah alumni dari

berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh institusi

-

institusi tersebut. Rifa'i misalnya

.

ShowroomKUBBinaan BNI

diDesaBabaganyang DiresmikanPada 2014

(Sumber:Dokumentasi Penelili,

2016)

Wawancara dengan SriWinami,Lasem, 28Juli2016

(9)

seorangmantankepala desa diKecamatanPacur,Rembang merintisusahabatik Lasem sejak

2008

.

Berawal dari pertemuan dengan Naomi Susilowati Setiono (ketua periode pertama KlusterBatik Tubs Lasem, sekaligus pemilik usaha BatikTubs Maranatha), ia mengikuti pelatihanbatikyang diselenggarakan orang Pemda Rembang.Setelahituia memulai usaha

membuat dan menjualbatikdenganmodalyangsangatminim.Namun denganstatus Rifa'i

sebagai mantan kepala desa, dirasa cukup membantunya dalam menawarkan dan memasarkan koleksi batiknya melalui jalur distribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Keberhasilan Rifa'isebagaipengusahabatik barn,jugadidukung dengan karakter produk batiknya yangberbeda dari batik merek lain.Iaselalu berusaha menciptakan kreasi

-kreasi motif baru. Dengan mengusung merk batik bemama Ningrat , sekarang Rifa'i memiliki sekitar 50 pembatik yang bekerja sebagai tenaga harian. Batik Ningrat dalam

sebulanmampu memproduksi sekitar2.000

-

3.000lembarkain batik tubs Lasem.10

SelainRifa'i,terdapat pulaSriWinarti,seorangmantanburuh batikyangsukses menjadi pengusaha batik Lasem.Sejak 1993, ia bersamasaudaradanorang tuanyabekerjasebagai buruh batikpada pengusaha batik tubs cap Kuda diLasem. Dari pengalaman tersebut,

kemampuan dasarmembatikdiperolehWinarti.Pada2010,melalui program pemerintah,ia

memperoleh pengetahuandan pelatihanpengetelan(mencuci kain) dari NaomiSusilowati, ketua Kluster Batik Tubs Lasem, yang kemudian diteruskan oleh Rifa'i, pemilik Batik

Ningrat.Di tahun yangsama, ia bersama pembatik

-

pembatik lain dariLasem memperoleh pelatihan pewamaan di Pekalongan, yang ditanggung seluruh biayanya oleh Pemkab Rembang.Setelah itu iamulai membuat batik sendiri. Sedikit demi sedikit, darimemproduksi

13 potong kainbatik yang lakuterjual,iamenambahnyamenjadi 20 potongkain.Padaakhir 2010,ia mulaiberusaha memasarkan produk batiknyakewilayahlain. Ia membawa sekitar 50 potong kain, ditambah beberapa potong batik hasil titipan dari pembatik lain mengikuti pamerandiJakarta.Temyatarespon diperolehsangatbaik.Sejaksaat itu,ia rajinmengikuti pemeran

-

pameran di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Semarang. Selain melakukanpemasaran melaluipameran,iajuga menerimapesanan batik dari beberapa wilayah di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Belanda, Kanada dan Singapura.Hanyadalamwaktu kuranglebih 4tahunusaha Winarti telahberkembang.Jumlah karyawan yangmembantuproduksibatik di rumahWinami yangterletak diDesa Babagan, meningkat dari 3 orang menjadi 30 orang. Jumlah tersebut belum termasuk karyawan

boronganyangmembatik di rumah masing

-

masing. Sekarangini,Winarti jugamemimpin suatu Kelompok Usaha Bersama (KUB) bemama Sumber Rejeki. KUB Sumber Rejeki

memiliki sekitar60oranganggotayangterdiridari para pengrajin batik Lasem. KUB itu memiliki showroom

sendiriuntuk memamerkandan memasarkan hasil

-

hasil produksipara anggotanya.11

Berdasarkan gambaran pengalaman

-

pengalaman para pengusaha batik Lasem tersebut,dapat diketahui

bahwa berbagai upaya yang telah dilakukan oleh

pemerintah dan berbagai elemen masyarakat lain, terbukti telah berhasil secara pelan

-

pelan

membangkitkan kembali industri batikLasem. Secara

Pelatihan tentang

BahkdT

Pemerintah umum

J

umlahpengusahabatik Lasem ternsmeningkat,

Daerah Pada2015 dari77orangpada2013menjadisekitar 120 orangpada

(Sumber:DokumentasiDisperindakop 2016."

Rembang, 2015

*

J

\

LH

4

f

9

Wawancara denganRifa'i,Lasem,27Juli 2016.

Wawancara dengan Sri Winarti,Lasem,28Juli 2016.

(10)

D. Faktor

-

faktorPendukungKebangkitan Industri BatikLasem

Proseskebangkitan kembali industri batikLasemterjadiberkat didukung olehbeberapa

faktor yangmelingkupidanterjadi di dalamnya. Faktor

-

faktor tersebut antara lain: adanya hubungan yang harmonis antar

-

etnis di Lasem dan upaya kreatif dan inovatif dari para pengusaha dan pembatik batik Lasem. Faktor

-

faktor tersebut akan dibahas pada bagian

berikut.

1. HubunganHarmonisAntar

-

etnis

Sebagaimana wilayahlain diIndonesia,secaraumum berbagaietnishidupmembaur di

berbagai desa dankecamatan diKabupaten Rembang.Sepertidi Lasem,sebagian darimereka bahkan tidak bersediadisebut sebagai orang Jawa,orang Tionghoaataupunkelompoketnis

lainnya,tetapi sebagai orang Lasem(Aziz,2014: 48).Di Lasem,orang TionghoadanJawa dapat hidup berdampingan dengan harmonis. Hal tersebut dapat dipahami, mengingat hubungan di antara kedua kelompok masyarakat tersebut telah berjalan berabad

-

abad lamanya. Para pengusaha batik Lasem Tionghoa memperoleh tempat istimewa di tengah

penduduk Jawa, karena dianggap telah membuka lapangan kerja yang cukup banyak. Di

kawasan Pecinan Lasem misalnya, sebagian besar usaha batik berada di Desa Babagan.

Produksibatikdilakukan dirumah denganmelibatkan puluhan pembatikyangdibayarsesuai

dengan jumlahbatikyang dibuat.

Ketikasentimenanti

-

Tionghoa yang terjadi padakurun waktu setelah 1965dan1998 telah mengakibatkan kekerasan massal yang berdampak negatif pada orang Tionghoa di beberapa kota seperti di Jakarta, Surakarta, Semarang, dan Surabaya, tidak demikian di Lasem, Rembang. Meskipun di wilayah tersebut terdapat banyak orang Tionghoa yang bermukim, kekerasan terhadap kelompok ini dapat diantisipasi dengan baik. Diadakannya

kesepakatandamai melalui pembentukanForumKomunikasi MasyarakatLasem(Fokmas) sebagai media untuk mengawalperdamaian pada1998menjadisalahsatu jalanyangberhasil

ditempuhuntuk menjaga hubungan harmonis antaretnis diLasem.Terdapat beberapahal yang melandasi diadakannyaproses kesepakatandamai diantaraorang TionghoadanJawa,antara lain adalah adanya perkawinan silang antara kedua kelompok tersebut dan adanya persaudaraan yang diwariskan dari peristiwa Perang Kuning. Perang Kuning yang terjadi

pada 1740

-

1743merupakanperang perlawanan bersamarakyat Lasemyang dipimpinoleh Oie Ing Kiat, Raden Panji Margana dan Kiai Baidlawi terhadap VOC. Haltersebut oleh

masyarakat Lasem sampai sekarang dianggap sebagai memori kolektif karena

merepresentasikan persatuan orang Tionghoa, Jawa, dan Arab di masa lalu dan telah memberikankenangan positif untukternsmenjagakedamaian diLasem(Aziz,2014:179

-

80). Kedamaian yang terns dirawat dan dijaga oleh masyarakat Lasem pada akhimya menyediakan ruang dan iklim yang mendukung bagi pengembangan kembali usaha batik

Lasem.

2. UpayaKreatif dan Inovatif dariParaPengusaha dan Pembatik

Batik Lasemmemiliki beragam jenis dan motifyang telah menjadicirikhas daribatik tersebut. Namun demikian, seiring dengan semakin populemya penggunaan batik oleh masyarakatluas padaakhimyamenuntut parapengusaha batik Lasem untukternsmelakukan

upaya kreatifdan inovatif.Para pembatik dituntutuntukmenghasilkan desain

-

desainmotif

barntanpa lepasdariciri khasbatikLasem padaumumnya.Dalam haltersebut parapengusaha

batikdanpara pembatik biasanya berusaha untuk melakukanpenguatan karakter dan cirikhas

batik merekamasing

-

masing.13Penguatan karakterdanciri khas batik dapat dilakukan dalam

segi kreasi motif, wama batik atau kontrol kualitas bahan dan pengerjaan. Semua itu

(11)

tergantung dari kemampuan masing

-

masing pengusaha

batik dan para pembatiknya

.

Terlebih lagi antusiasme pengguna batik belakangan semakin berkembang. Batik

tidak hanyadiminati olehgenerasi tua,tetapi juga generasi muda. Hal itu pada akhimya menuntut para pembatik

untuk terns melakukanupaya kreatif dan inovatif sesuai denganperkembanganzaman dan minatpasar.

Selain itu, di masa globalisasi saatini,terdapat upaya pengembangan jaringan dari para pengusaha dalam

memasarkan produknya,yaitu melalui pemasaran secara online

.

Sebagianpengusahamisalnyamulaimemasarkan produknyamelaluiwebsitekhusus yang dirancanguntuk

pemasaran batik.Terdapat pula para pengusaha yang memasarkan batik

-

batik produksinya melalui akun

-

akun media sosial seperti facebook

,

instagram dan lain

-

lain.

Langkah tersebut menurut sebagian pengusaha batik

Lasem merupakan saluran yangrelatif efektif, meskipunlangkahpemasaran tersebutmasih kurang maksimal dilakukan dan masih kalah efektif dibandingkan pemasaran melalui

pamerandanshowroom.14

i

4

KondisiWorkshopBatikNingrat MilikRifa'i diPancur,Rembang

(Sumber: DokumentasiPeneliti,2016)

III. PENUTUP

A

.

Kesimpulan

Kebangkitan industri batik Lasem merupakan hasil dariusahadan kemauan bersama segenap elemen masyarakat KabupatenRembang yang saling mendukung satusama lain

.

Pemerintah DaerahRembangtelah berusahaberperanaktif dalammendorong,membimbing,

dan memfasilitasi revitalisasi usaha batik Lasem di Rembang. Bersamaan dengan itu,

lembaga keuangan seperti pihak perbankan,ikut bersinergi dengan pemerintahdaerah dalam memberikan bantuan

-

bantuanpinjamanmodalbagipara pembatik,sehingga pada akhimya

berhasil melahirkanpengusaha

-

pengusahabam. Kebangkitan kembali industri batikLasem juga tidak lepas dari dukungan kondisi sosial budaya masyarakat Lasem khususnya dan Rembang pada umumnya. Harmonisasi sosial yang terjalin antar

-

etnis menciptakan iklim

yangbaikbagiberkembangnya industri batik Lasem.Kemauanyangkuat dankemampuan para pengusaha dan pembatik diLasemuntuk berkreasi dan berinovasidengan mengikuti perkembanganjamantidakkalah penting telah turut mendukung pula kebangkitan kembali industri batik Lasem di Rembang.

B.Saran

LangkahPemerintahKabupaten Rembang selamaini telahcukup banyak mendorong kebangkitan pengusahabatik tubsLasemsecaraumum,baikpribumiJawa maupun Tionghoa.

Namun perlu dirumuskan upaya untukmelestarikandan mengembangkanusaha batik tubs

Lasem.Dibutuhkankerjasamalintas sektoral yangmampumemberikan jaminan tidak hanya semata

-

mata untuk eksistensi usaha tersebut, tetapi kepentingan yang lebih luas. Usaha revitalisasi perlu dilakukan secaraterpadudan sistematis. Untuk saat ini, pemerintah daerah diharapkanmampumendorong dan membantu pengusaha dalam menguruspaten atau hak

cipta atas motif yang telah dibuat dan dipasarkan. Hal ini penting dilakukan untuk

menghindari usaha pencurian ide dan dalam rangka penertiban koleksi motif batik tubs Lasem. Pemerintah juga diharapkan proaktif dalam menghidupkan kembali atau

(12)

merevitalisasi koperasi batik yang tidak hanya sebagai media pengembangan potensi dan

kemampuan ekonomi anggota masyarakat, tetapi juga sebagai media komunikasi bagi

pengusahauntuk mendiskusikanpermasalahanusaha yangdihadapi.

DAFTARPUSTAKA

Aziz, M

.

, (2014). Lasem Kota Tiongkok Kecil: InteraksiTionghoa, Arab, dan Jawa data Silang Budaya Pesisiran

.

Yogyakarta: Ombak

.

DisperindakopKabupaten Rembang,2016.

Hamidin,A.S.,(2010).Batik WarisanBudayaIndonesia

.

Yogyakarta: Narasi.

Hasanudin, (2001). Batik Pesisiran: Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam HiasBatik

,

Bandung:PT.KiblatBuku Utama.

https://rembangkab.bps.go.id/,diaksespada 11 September2016

http://tekno.kompas.com/read/2012/12/17/14531036/ warna.merah.batik.lasem.susah. ditiru,diakses tanggal11 September2016

Kwan HwieLiongBatikLasem:SebuahPengantar

,

http://redayabatik.com/, diaksespada 20

Desember2016.

Nurhajarini,D. R., dkk.,(2015).Akulturasi Lintas ZamandiLasem: Perspektif Sejarah dan

Budaya

.

Yogyakarta:BPNB.

Rahayu, M. D. dan Alrianingrum, S., (2014). Perkembangan Motif Batik Lasem Cina PeranakanTahun 1900

-

1960.AvaiaraVolume 2,No.2,Juni.

Unjiya,A

.

, (2008)

.

Lasem:NegeriDampo Awang,SejarahyangTerlupakan

.

Lasem: Fokmas

.

Wulandari, A

.

, (2011)

.

Batik Nusantara: Makna Filosofis

,

Cara Pembuatan dan Industri

Batik

.

Yogyakarta:Penerbit ANDL

Yuliati, D., (2009). Mengungkap Sejarah dan Pesona Motif Batik Semarang

.

Semarang: Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.

BatikLasem, Batik Tulisdengan Warnadan Motif Khas

,

http://rembangkreatif. blogspot.co.id /2012/04/batik

-

lasem

-

batik

-

tulis

-

dengan

-

warna.html, diakses pada 20

September 2016.

Letak dan Luas Wilayah

,

http://www.rembangkab.go.id/pemerintahan/geografi/letak

-

dan

-luas

-

wilayah,diakses11September 2016.

DATAWAWANCARA

No. Nama Pekerjaan WaktuWawancara

1. Rifa'i PengusahaBatikLasem 27 Juli 2016.

2. SriWinarti Pengusaha BatikLasemdan

Ketua KUBSriRejeki

28 Juli 2016.

3. Arifin Muhrikan KepalaBidangPerindustrian

KabupatenRembang

28 Juli2016.

4. SantosoHartono PengusahaBatikLasemdanKetuaKluster Batik TulisLasemPeriode 2016

-

2020

17 September 2016.

Referensi

Dokumen terkait

1. Bina nafsiyah, yaitu kegiatan yang membentuk kemandirian siswa secara individual. Muroja‟ah, yaitu mengulangi ayat atau surat yang dihafal dihari sebelumnya. Dalam hal

Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan adanya Traffic Lights atau APILL permasalahan lalu lintas yang terjadi di Simpang Tanjung Alam, Kabupaten Agam

Di Akademi Seni dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) terdapat Fakulti Filem dan Video yang menawarkan kursus di peringkat Diploma dan Ijazah dalam bidang

Buku ini menjadi penting karena penulisannya disusun secara sistematis menurut urutan tahun dan ditulis oleh penulis Melayu yang paling tidak memberikan sudut pandang

FD Pemrakatsa PD Terkait.. 4 8 3 Paraf Hierarki Sekda JbirinPtml Kabag KuViim Paraf Koordinasi PD Pemrakarsa PD Terkait.. f-0 Pemrakarsa PD Terkait.. 0 0 0 Paraf HieraiV.)

Rata-rata konsumsi buah oleh atlet PB Djarum Kudus sudah bagus namun beberapa ada yang kurang mencukupi karena beberapa faktor seperti jenis buah kurang disukai sehingga ada

Sebagai contoh pada hasil pengujian yang sudah dilakukan, hasil laju korosi dari air laut Kabupaten Lamongan adalah yang paling cepat didapatkan pada lama waktu perendaman

Proses kristalisasi lebih banyak digunakan dibandingkan proses netralisasi, karena pada proses netralisasi memerlukan pencucian kristal alumina dari mother liquor