• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek Akhir"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

82.15 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 9 8 0 M 1 1 9 8 1 M 5 1 9 8 2 M 9 1 9 8 4 M 1 1 9 8 5 M 5 1 9 8 6 M 9 1 9 8 8 M 1 1 9 8 9 M 5 1 9 9 0 M 9 1 9 9 2 M 1 1 9 9 3 M 5 1 9 9 4 M 9 1 9 9 6 M 1 1 9 9 7 M 5 1 9 9 8 M 9 2 0 0 0 M 1 2 0 0 1 M 5 2 0 0 2 M 9 2 0 0 4 M 1 2 0 0 5 M 5 2 0 0 6 M 9 US$/barrel Oct-07

Gambar 1.1. : Grafik Harga Minyak Dunia Sumber : IMF Comodities Price

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proyek Akhir

Meroketnya harga BBM1) di pasar dunia telah mengejutkan perekonomian semua negara tidak terkecuali Indonesia, dimana harga minyak dunia dalam kurun waktu hanya enam bulan telah terjadi kenaikan dari $82,15/barrel di bulan Oktober 2007 (lihat gambar 1.1.) hingga mendekati $130 / barrel di bulan Mei 2008 dan bahkan di prediksi akan menjadi $150/

barrel di penghujung tahun 2008. Kenaikan harga ini telah memaksa para pengguna BBM mulai berpikir untuk mencari bahan bakar alterna-tif yang lebih murah, termasuk bahan bakar alternatif untuk pembangkit listrik. Seperti di ketahui, di Indonesia, terutama di luar Jawa, masih banyak di jum-pai PLTD2 yakni pembangkit listrik yang menggunakan BBM sebagai bahan bakarnya.. Beberapa bahan bakar alternatif telah mulai di implementasikan untuk pembangkit energi listrik, mulai dari energi yang ramah lingkungan (environment friendly) dan dapat diperbaha-rui (renewable energy) seperti tenaga panas bumi (geothermal), tenaga matahari ( photovol-taic), tenaga angin (wind energy) hingga tenaga air (hydro energy); bahan bakar yang tidak dapat di perbaharui (non renewable energy) yang biasa dikenal dengan bahan bakar fosil seperti BBM, Gas dan Batubara, maupun energi alternatif (bio energy) di antaranya minyak jarak (jatropha cucas), minyak sawit (Crude Palm Oil), namun dari keseluruhan bahan bakar tersebut, tenaga air masih dipandang sebagai energi yang paling murah sekaligus ramah lingkungan.

Potensi tenaga air di Indonesia cukup besar dan tersebar hampir di seluruh Indonesia, namun potensi tersebut hanya sebagian kecil saja yang telah di manfaatkan dengan berbagai alasan teknis, ekonomis, sosial, maupun lingkungan. Potensi tenaga air di seluruh Indonesia secara

1)

BBM = Bahan Bakar Minyak

(2)

Oil, 45.5% Coal, 20.9% Natural Gas, 17.9% Hydro, 11.8% Other (Renewable), 0.3% Biomass, 1.2% Geothermal, 2.4%

Gambar 1.2. : Grafik Energy Diversity Indonesia Sumber : PT PLN

teoretis di perkirakan sekitar 75.000 MW3) yang tersebar pada 1.315 lokasi. Dari potensi tersebut diperkirakan sebesar 34.000 MW dapat dikembangkan untuk pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas cukup besar yaitu 100 MW ke atas, sisanya dapat di kembangkan untuk pembangkit skala menengah dan kecil.

Pembangkit tenaga air di bagi dalam tiga kategori yaitu pembangkit skala besar (PLTA = Pembangkit Listrik Tenaga Air), skala mini (PLTM = Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro), dan skala mikro (PLTMh = Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro). Secara umum tenaga air skala besar mempunyai kapasitas di atas 10 MW, mini berkapasitas 200 kW sampai 10 MW, dan mikro berkapasitas sampai 200 kW. Pemanfaatan tenaga air skala kecil sampai besar untuk pembangkit tenaga listrik sampai dengan tahun 2002, baru mencapai 3.015 MW atau hanya sekitar 4,02% dari potensi yang ada. Sedangkan potensi tenaga air yang ada di Pulau Jawa dan telah dikembangkan sekitar 2.391 MW atau 56,94% dari total potensi yang ada. Sedangkan mini dan mikrohidro, potensinya sekitar 460 MW, dan yang sudah dimanfaatkan baru mencapai 64 MW, yang pada umumnya dimanfaatkan untuk listrik perdesaan.

Umumnya biaya investasi untuk renewable energy seperti halnya PLTM lebih besar di ban-ding pembangkit listrik dengan menggunakan energi lainnya. Pengembangan potensi hidro

terutama untuk pembangkit tenaga listrik sudah selayaknya lebih mendapat perhati-an dperhati-an di prioritaskperhati-an apalagi dengperhati-an ada-nya kenaikan harga BBM yang cukup tinggi serta mulai di kuranginya subsidi BBM termasuk subsidi untuk pembangkit listrik. Disamping itu adanya issue ling-kungan dunia yang saat ini lebih menekan-kan penggunaan energi alternatif yang bersih dan ramah lingkungan telah memacu untuk berpikir tentang punggunaan energi yang ramah lingkungan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih luas lagi. Sebagaimana di ketahui, energi listrik yang ada saat ini kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil seperti BBM, Gas dan Batubara yang banyak menimbulkan polusi udara berupa CO2 dan zat kimia lainnya

seperti NOx dan SOx. Sebagai gambaran, suplai tenaga listrik yang dilakukan oleh PT PLN4)

3)

Mini Hydropower Development in Indonesia, PT PLN (Persero)

4) PLN = Perusahaan Listrik Negara

(3)

Gambar 1.3. : Grafik pertumbuhan pemakaian energi dan pertumbuhan PDB

Sumber : Data Biro Pusat Statistik

untuk kebutuhan kelistrikan di Indonesia tahun 2007 sebesar 21.826 MW5)yang berasal dari

berbagai jenis pembangkit seperti PLTA, PLTG6), PLTGU7), PLTP8) dan PLTD. Dari total daya terpasang tersebut, kapasitas yang dihasilkan oleh PLTA (tenaga air) hanya sebesar 3.100 MW atau hanya 11.80% (lihat gambar 1.2.) dari keseluruhan pembangkit yang ada. Sementara pembangkit di luar Jawa masih di dominasi oleh PLTD yang menggunakan BBM sebagai bahan bakarnya sehingga mengakibatkan BPP (Biaya Pokok Penyediaan) energi listrik menjadi mahal dan ujung-ujungnya tarif listrik menjadi sangat tinggi jika tidak ada subsidi pemerintah. Dari kondisi ini, sudah selayaknya pengembangan energi alternatif tanpa menggunakan BBM lebih di intensifkan dengan melakukan diversifikasi energi serta mengganti energi BBM dengan energi yang lebih murah, diantaranya dapat di peroleh dari pengembangan pembangkit listrik tenaga air yang relatif cukup ramah lingkungan.

Suplai energi listrik seperti di uraikan di atas baru dapat memenuhi rasio elektrifikasi sebesar 56,2%, angka ini masih jauh dari target pemerintah yang berkeinginan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 100% pada tahun 2020. Pada sisi lain, pertumbuhan kebutuhan energi listrik dari tahun ke- tahun terus meningkat cukup signifikan. Kenaikan ini seiring dengan pertumbuh-an PDB9) berbagai sektor di Indonesia, dimana pertumbuhan PDB sektor listrik tumbuh sebesar 6,5% di tahun 2005 dan 5,9% di tahun 2006. Grafik hubungan antara PDB dan pertumbuhan sektor listrik dapat di lihat pada gambar 1.3. Pertumbuhan per-mintaan energi listrik bila tidak di antisipasi oleh pemerintah dalam hal ini PT PLN, maka di masa mendatang Indonesia akan kekurangan pasokan listrik yang dapat berakibat terjadinya pemadaman listrik secara bergilir dan pada akhirnya akan dapat menurunkan laju perkem-bangan industri secara makro.

Untuk mengejar target pertumbuhan kelistrikan sesuai harapan pemerintah, serta untuk memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan listrik, diperlukan biaya yang tidak sedikit.

5 )

RUPTL=Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Tahun 2006 - 2015, PT PLN (Persero).

6)

PLTG = Pembangkit Listrik Tenaga Gas

7)

PLTGU = Pembangkit Litrik Tenaga Gas dan Uap

8)

PLTP = Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi

(4)

Sebagai gambaran untuk setiap pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 1,0 MW dibutuhkan biaya sekitar $1,0 juta, biaya ini belum termasuk biaya pembebasan lahan, perijinan, jaringan transmisi /distribusi serta biaya administrasi. Guna memacu pembangunan pembangkit tenaga listrik tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2002 tentang sektor tenaga listrik, yang menegaskan bahwa PT PLN tidak lagi memo-nopoli dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik namun masih menjadi institusi yang menjual listrik kepada masyarakat. Dengan demikian pihak swasta dan investor diberi pe-luang untuk ikut mengembangkan dan membangun pembangkit listrik baik untuk di gunakan sendiri, di jual ke PT PLN, maupun kombinasi antara keduanya.

Dari sisi yang lain, badan dunia UNFCCC10) melalui kesepakatan Kyoto Protocol11) telah mengeluarkan ketentuan yang mewajibkan negara-negara yang termasuk dalam kelompok Annex-112) untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) di dunia. Mekanisme yang di lakukan sesuai Kyoto Protocol tersebut adalah negara-negara Annex-1 (yang telah meratifi-kasi Protocol Kyoto) wajib melakukan pembangunan CDM13) di negara manapun atau mem-beli CER14) dari negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) yang melakukan pemba-ngunan CDM. Dengan mekanisme ini, maka negara-negara yang berkembang (yang telah meratifikasi Kyoto Protocol) akan mendapatkan kompensasi/insentif berupa CER untuk pem-bangunan infrastruktur yang masuk dalam kelompok CDM (Clean Development Mechanism) termasuk di antaranya pembangunan energi listrik yang menggunakan tenaga air (PLTA/M). Seruan dari UNFCCC ini berangkat dari keprihatinan PBB terhadap kenaikan suhu permuka-an bumi dalam beberapa dekade terakhir ini telah menimbulkpermuka-an kekhawatirpermuka-an masyarakat dunia. Kenaikan suhu ini diyakini berkaitan dengan makin naiknya konsentrasi gas-gas penyebab efek rumah kaca di atmosfir, di antaranya H2O, CO2, CH4, O3 (ozon), N2O, CFC,

SO2, dan CCl4. Di antara berbagai jenis gas rumah kaca, CO2 merupakan gas rumah kaca

yang terpenting, karena gas CO2 ini paling banyak dihasilkan di muka bumi ini dan sebagian besar dari padanya merupakan keluaran dari pembangkit listrik yang menggunakan tenaga fosil sebagai bahan bakarnya. Emisi CO2 dari sektor energi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada sektor listrik ini, selain peningkatan produksi listrik untuk memenuhi

10)

UNFCCC = United Nation Framework Convention on Climate Change

11) Kyoto Protocol adalah suatu konvensi tentang perubahan iklim yang di cetuskan di Kyoto (Jepang) pada tahun 1997

yang bertujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).

12)

Negara-negara yang termasuk dalam Annex-1 umumnya adalah Negara-negara yang maju atau negara-negara industri yang banyak memproduksi efek gas rumah kaca dalam proses industrinya.

13)

CDM = Clean Development Mechanism di Indonesia dikenal dengan Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB)

(5)

Gambar 1.4. : Peta lokasi proyek

permintaan listrik yang meningkat dengan cepat, kenaikan emisi CO2 juga disebabkan oleh semakin besarnya penggunaan pembangkit listrik batubara. Sehingga pada tahun 2010, pang-sa emisi CO2 pada tahun 2010 dari sektor transformasi energi akan menjadi penyumbang ter-besar emisi CO2 dengan 37%, sektor transportasi seter-besar 27%, sedang sektor industri seter-besar 25 %, sisanya merupakan sektor Rumah Tangga dan sektor Komersial.

Adanya peluang-peluang tersebut ternyata masih belum menimbulkan daya tarik bagi para investor bidang ketenagalistrikan, sehingga Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan KepMen No.: 002 tahun 2006 yang menjamin pembelian ener-gi listrik secara langsung (tanpa melalui tender) baener-gi pengembang pembangkit listrik tenaga air skala menengah (Pembangkit listrik dengan kapasitas daya terpasang dibawah 10 MW). Guna menjawab potensi serta peluang-peluang tersebut, maka PT Girimukti Energi, sebagai suatu institusi swasta yang dibentuk untuk menangkap peluang-peluang tersebut dan berini-siatif untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga air skala menengah yang berlokasi di Desa Karangjaya, Kecamatan Pagelaran, dan Desa Pasir Baru, Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (gambar 1.4.). Lokasi ini memiliki potensi yang cukup tinggi, baik ditinjau dari aspek teknis maupun fi-nansial sehingga layak untuk dibangun PLTM.

Lokasi proyek ini dapat di tempuh melalui dua alterna-tif jalan darat (jalan kabupa-ten dan jalan desa) yakni dari Bandung melalui Cian-jur dan dari Bandung lewat Ciwidey dengan jarak tem-puh yang hampir sama yakni sekitar 68 Km, dengan lebar jalan antara 3 m hingga 5 m. Dari hasil kajian sementara, lokasi rencana PLTM tersebut bahkan memiliki peluang untuk dapat di bangun dua PLTM sekaligus dengan sistim bertangga (series), dan potensi tersebut dinamakan PLTM Girimukti-1 dan PLTM Girimukti-2 yang masing-masing berpotensi da-pat membangkitkan energi listrik dengan kapasitas berturut-turut 2x4,2 MW dan 2x1,5 MW.

(6)

Lokasi rencana pembangunan PLTM Girimukti 1 dan PLTM Girimukti-2 memanfaatkan DAS15) Cibuni yang dimulai dari bagian hilir dari pertemuan Sungai Citambur dengan Su-ngai Cibuni. Rencana bendung PLTM Girimukti-1 dan PLTM Girimukti-2 diletakkan secara berurut (cascade) dengan jarak ± 2,2 km, berikut rencana lokasi masing-masing rumah pembangkit (Power House). Luas masing-masing DAS yang mempengaruhi karakteristik aliran sungai di PLTM Girimukti-1 adalah 161.75 km2 dan luas DAS untuk PLTM Girimukti-2 adalah 189.75 km2.

1.2.Dasar Filosofis Pembentukan Perusahaan

PT Girimukti Energi merupakan perusahaan swasta yang didirikan pada tanggal 12 Juni 2006 beralamat di Jalan Rancabolang No.: 36-Bandung. Sasaran pendirian perusahaan di khusus-kan (dedicated) untuk menangani bisnis pembangunan dan pengembangan energi listrik yang hasil produksinya di jual ke PT PLN sesuai mekanisme Undang-Undang Kelistrikan. Pem-bangkit pertama yang direncanakan untuk di bangun berlokasi di desa Tanggeung, Kabupa-ten Cianjur – Jawa Barat, dengan total kapasitas terpasang sebesar 11,4 MW.

Dengan di dukung oleh tenaga-tenaga yang banyak berpengalaman di bidang pembangkit lis-trik, maka bisnis yang diterjuni ini diyakini akan dapat memberikan gain kepada para peme-gang saham (shareholder) perusahaan serta kepada investor yang berminat untuk menanam-kan sahamnya di PT Girimukti Energi.

Dalam hal manajemen pengelolaan keuangan, PT Girimukti Energi akan melakukan prinsip anggaran efektif yakni dengan mengoptimalkan anggaran operasional pembangkit sehingga akan didapatkan cost-efficiency pembangkit dengan sasaran penciptaan capital gain bagi para pemegang sahamnya.

1.3.Lingkup Bidang Usaha

Lingkup bidang usaha PT Girimukti Energi adalah di bidang pengusahaan pembangkitan khususnya pembangkit listrik tenaga air skala menengah, yakni dengan membangun pem-bangkit tenaga listrik serta menjual energi listriknya ke PLN ataupun pembeli listrik swasta bila memungkinkan, namun tidak tertutup kemungkinan perusahaan ini akan berkembang pada bisnis di sektor-sektor lain yang cukup strategis dan memiliki attractive return..

(7)

BUSINESS DEVELOPMENT MANAGER

BUSINESS DEVELOPMENT MANAGER

Power Sales Administration & Payment Collection

Power Sales Administration & Payment Collection

FINANCIAL & ACCOUNTING MANAGER

FINANCIAL & ACCOUNTING

MANAGER ENGINEERING & OPERATION

MANAGER

ENGINEERING & OPERATION MANAGER

Civil & Metal Works Section

Civil & Metal Works Section

Budgeting & Taxation Section

Budgeting & Taxation Section

Electrical & Mechanical Section

Electrical & Mechanical Section

Accounting

Accounting Legal Administration &

Government Permits Section

Legal Administration & Government Permits Section Procurement Procurement GENERAL MANAGER GENERAL MANAGER BUSINESS DEVELOPMENT MANAGER BUSINESS DEVELOPMENT MANAGER

Power Sales Administration & Payment Collection

Power Sales Administration & Payment Collection

FINANCIAL & ACCOUNTING MANAGER

FINANCIAL & ACCOUNTING

MANAGER ENGINEERING & OPERATION

MANAGER

ENGINEERING & OPERATION MANAGER

Civil & Metal Works Section

Civil & Metal Works Section

Budgeting & Taxation Section

Budgeting & Taxation Section

Electrical & Mechanical Section

Electrical & Mechanical Section

Accounting

Accounting Legal Administration &

Government Permits Section

Legal Administration & Government Permits Section Procurement Procurement GENERAL MANAGER GENERAL MANAGER

Gambar 1.6. : Diagram struktur organisasi PLTM

Pada pembangunan PLTM Girimukti, perusahaan memiliki kewajiban untuk membangun PLTM termasuk fasilitas pendukungnya, merencanakan pembiayaan termasuk pencarian sumber pendanaannya, dan dilanjutkan dengan pengoperasian dan pemeliharaan hingga usia effektif PLTM berakhir, serta melakukan penjualan hasil listrik yang dibangkitkan ke PLN selaku pembeli (off-taker) energi listrik melalui mekanisme perjanjian jual beli tenaga listrik atau PPA16) yang telah disepakati di awal rencana pembangunan. Hasil penjualan energi listrik ini dipergunakan untuk pengembalian modal investasi, biaya operasi dan pemeliha-raan serta keuntungan yang wajar.

Bidang kelistrikan serta usaha penunjang ketenagalistrikan terutama yang memanfaatkan tenaga air di prediksi akan sangat berkembang di masa-masa mendatang, dan untuk menjadi perusahaan yang profesional diperlukan sistim manajemen yang baik serta ditunjang oleh sumber daya manusia yang profesional sehingga filisofi pendirian perusahaan yang ”going concern” akan dapat direalisasikan pada perusahaan ini.

1.4. Aspek SDM (Sumber Daya manusia) dan Struktur Organisasi

PT Girimikti Energi di bentuk dengan menerapkan konsep organisasi yang berorientasi pada efisiensi tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja di sesuaikan dengan kebutuhan operasi pembangkit. Penambahan personil akan di sesuaikan dengan perkem-bangan skala bisnis perusahaan serta jumlah pekerjaan yang akan ditangani. Pada tahap awal jumlah personil akan dikonsentrasikan untuk menangani operasi pembangkit PLTM Girimukti dengan struktur organisasi seperti pada diagram gambar 1.6. Dengan demikian jumlah kebutuhan personil secara total tidak lebih dari 14 orang termasuk General Manager. Dengan pertimbangan untuk efisiensi, setiap penambahan personil akan di kaji berdasarkan tingkat kompetensi serta adanya penambahan bidang pekerjaan yang akan di tangani oleh perusahaan, bila penambahan pekerjaan bersifat musiman, maka akan di lakukan penambah-an tenaga kerja paruh waktu (outsourcing) sesuai dengan kaidah yang umum berlaku.

(8)

1.5. Nilai-Nilai Perusahaan

Sebagai sebuah unit usaha dan berkeinginan untuk terus tumbuh dan berkembang serta memiliki profesionalisme yang tinggi, PT Girimukti Energi telah membentuk visi dan misi sebagai dasar pengelolaan unit pembangkit. Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :

Visi : Menunjang upaya pemenuhan energi listrik bagi masyarakat

Misi : ▪ Melaksanakan bisnis bidang ketenagalistrikan yang berwawasan lingkungan. ▪ Memenuhi tuntutan pasar dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

1.6.Program Corporate Social Responsibility (CSR)

Nilai–nilai dan visi-misi yang ada di perusahaan direfleksikan dengan implementasi program

Corporate Social Responsibility, yakni dengan menyelenggarakan berbagai aspek kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat terutama di sekitar lokasi proyek berada. Kegiatan-kegiatan yang akan di lakukan tersebut di antaranya :

Melakukan penghijauan pada sekitar lokasi proyek terutama pada catchment area

(daerah tangkapan air hujan), bagian hulu sungai atau di sekitar lokasi mata air. Melibatkan tenaga kerja setempat pada periode konstruksi serta pada tahap operasi

dan pemeliharaan.

Melakukan bakti sosial pada even-even tertentu.

Kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat terutama di sekitar lokasi proyek.

1.7. Isu Bisnis

Hal-hal yang mendasari dilakukannya kajian investasi di industri bisnis PLTM ini dan di jadikan isu bisnis diantaranya adalah :

1.7.1. Kenaikan harga BBM

Kondisi perekonomian global akhir-akhir ini sangatlah tidak menentu, hal ini diawali oleh melonjaknya harga bahan bakar minyak (BBM) di pasar dunia hingga menembus angka $125 perbarrel, yang mengakibatkan sektor perekonomian baik yang terkait langsung maupun ti-dak langsung telah mengalami goncangan. Kenaikan harga BBM ini juga berimbas pada sek-tor ketenagalistrikan terutama yang menggunakan BBM sebagai bahan bakarnya, yakni meningkatnya BPP (Biaya Pokok Penyediaan) tenaga listrik. Kondisi ini memberikan pemi-kiran kepada pemain di bidang kelistrikan (termasuk PLN) untuk mulai berpikir tentang

(9)

penggunaan energi alternative, di antaranya dengan memanfaatkan energi fosil lainnya seper-ti batubara, ataupun menggunakan biofuel.

1.7.2. Potensi Alam

Posisi Indonesia yang kaya akan potensi pembangkit listrik mulai dari minihidro hingga pem-bangkit listrik tenaga air yang berskala besar. Namun potensi tersebut baru termanfaatkan ha-nya 14,75% dari keseluruhan pembangkit yang ada. Dari kondisi ini, sudah selayakha-nya pengembangan energi alternatif tanpa menggunakan BBM lebih di intensifkan dengan men-cari energi alternatif lainnya yang lebih murah, diantaranya dapat diperoleh dari pengem-bangan tenaga air yang relatif lebih murah, dapat diperbaharui (renewable) dan sekaligus energi yang ramah lingkungan.

1.7.3. Deregulasi sektor ketenagalistrikan

Disisi yang lain, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2002 tentang sektor ketenagalistrikan, yakni ditegaskan kembali posisi PLN yang tidak lagi memonopoli untuk bidang pembangunan dan pengusahaan pembangkit tenaga listrik.

1.7.4. Isu Global

Dari aspek lainnya, badan dunia UNFCCC yakni suatu badan dunia di bawah PBB (yang di bentuk melalui Protocol Kyoto), yang bertujuan untuk menurunkan emisi GRK di dunia, te-lah mewajibkan Negara-negara yang tergabung pada kelompok Annex-1 (umumnya negara-negara maju dan negara-negara industri) untuk menurunkan emisi GRK dengan membangun proyek-proyek yang termasuk dalam kelompok CDM atau membeli CER yang dihasilkan oleh pem-bangunan proyek CDM yang di lakukan oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Filosopi dasar dari mekanisme CDM tersebut adalah dengan membangun proyek CDM (termasuk membangun PLTM) di Indonesia maka UNFCCC akan mengeluarkan sertifikat berupa CER yang dapat dijual ke negar-negara dalam kelompok Annex-1 tersebut atau di jual di global market secara langsung atau melalui jasa konsultan ataupun melalui broker. 1.7.5. Kemudahan dalam usaha

Adanya insentif yang di berikan oleh pemerintah melalui Undang Undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, dan diperkuat oleh Peraturan Menteri ESDM17) dengan terbitnya PerMen18) No.: 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbaru-kan Skala Menengah, yang intinya menjamin pembelian energi listrik secara langsung (tanpa

17)

ESDM = Energi dan Sumber Daya Mineral

(10)

melalui tender) bagi pengembang yang membangun Pembangkit Litrik Tenaga Air Skala Menengah (dibawah 10 MW) melalui mekanisme Jual Beli Listrik dengan PLN.

Dengan memperhatikan kondisi-kondisi tersebut di atas dan melihat berbagai peluang yang ada, serta menekankan kunci isu lingkungan global dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan aspek kenaikan harga BBM yang sudah melebihi batas psikologis, maka PT Girimukti Energi merencanakan untuk melakukan kajian dan penilaian awal dengan menggali seluruh potensi yang di miliki serta mamanfaatkan berbagai peluang yang ada sehingga menjadikan bisnis PLTM sebagai bisnis yang profitable serta dapat memberikan return yang cukup menarik bagi sharehoder serta memberikan manfaat pada seluruh stakeholder.

Untuk mempercepat terealisasi dan implementasi bisnis kelistrikan ini maka pihak PT Girimukti Energi perlu segera untuk menawarkan kerjasama kepada para calon investor yang berminat dalam bentuk menanamkan investasinya di PT Girimukti Energi melalui pem-bangunan PLTM Girimukti. Studi kelayakan bisnis perlu di lakukan untuk melihat kelayakan bisnis tersebut baik dari aspek teknis, aspek finansial maupun aspek lingkungan.

Gambar

Gambar 1.2. : Grafik Energy Diversity Indonesia  Sumber : PT PLN
Gambar 1.3. : Grafik pertumbuhan pemakaian energi dan  pertumbuhan PDB
Gambar 1.4. : Peta lokasi proyek
Gambar 1.6. : Diagram struktur organisasi PLTM

Referensi

Dokumen terkait

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profile peternak pada usaha pemeliharaan babi skala ke- cil di Desa Puhu adalah tergolong sebagai tenaga kerja usia

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Hasil pengamatan secara visual pengaruh faktor-faktor lingkungan pada media in vitro yang meliputi kombinasi perlakuan macam media, faktor penggoyangan dan faktor derajat

Faktor-faktor penyebab kegagalan konsep PPP antara lain, karena adanya hambatan perdagangan internasional, adanya komoditi yang tidak diperdagangkan secara

Wanita menopause harus memakan makanan yang beraneka ragam dan menggunakan semua macam bahan makanan dari semua golongan serta bahan makanan dalam jumlah dan

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata