• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

25

Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di

Desa Benda Indramayu

The Workload with Fatigue Work in Industrial Workers Melinjo Chips in the Village of Benda

Indramayu

Sudibyo Ahmad, Atun Amanatun

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra

Abstrak

Hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Tenaga kerja akan mengalami kelelahan kerja yang disebabkan oleh beban kerja yang diterima. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Indramayu Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda sebanyak 30 pekerja. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda sebanyak 30 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-value = 0,004 dengan α = 0,05. Jika P-value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015, dan diperoleh uji statistik Spearmen Correlation r = 0,523 yang artinya terdapat hubungan kuat antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015. Bagi Industri agar bisa menerapkan cara kerja yang ergonomis dan mengurangi beban kerja, serta melakukan rotasi kerja lebih sering.

Kata Kunci : Beban Kerja dan Kelelahan Kerja. Abstract

Almost every year as many as two million workers died from workplace accidents caused by fatigue factors. Workforce will experience fatigue caused by the workload accepted. The purpose of this study was to determine the relationship of the workload and fatigue working on chips melinjo industry workers in the village Benda of Indramayu year 2015. This study used analytic observational study with cross sectional design. The population of industrial workers in the village Benda melinjo chips as many as 30 workers. The sample in this study is the industrial worker melinjo chips as many as 30 workers in the village Benda. The results show bivariate analysis using Chi-square test statistic obtained p-value = 0.004 with α = 0.05. If the P-value <0.05, it can be concluded that Ho is rejected, meaning that there is a relationship

between workload and fatigue working on chips melinjo industry workers in the village Benda of the District Karangampel Indramayu 2015, and obtained Spearman statistical test of correlation r = 0.523, which means there is a strong correlation between workload and fatigue working on chips melinjo industry workers in the village of the District Benda Karangampel Indramayu district in 2015. For the industry in order to implement an ergonomic way of working and reduce the workload, as well as job rotation more often. Keywords: Workload and Fatigue.

Pendahuluan

Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.1

Faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat K3 seperti pemakaian waktu kerja yang berlebih ataupun beban kerja yang berlebih akan menimbulkan kelelahan kerja. Resiko dari kelelahan kerja tersebut diantaranya adalah terjadi stres akibat kerja, penyakit akibat kerja dan terjadi kecelakaan akibat kerja. Pengaruh beban kerja dapat mempercepat terjadinya kelelahan kerja dan gangguan kesehatan.2

Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58.115 sampel, 32,8% diantaranya atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan kerja yaitu sekitar 32,8% dari keseluruhan sampel penelitian.3 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja Jepang terhadap 12.000

(2)

26

perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di Negara tesebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental, dan sekitar 7% mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.4

Dalam studi epidemiologi di Amerika Serikat disebutkan oleh Kennedy bahwa kelelahan kerja merupakan suatu kelainan yang termasuk sering dijumpai di masyarakat. Survei lain menunjukkan, bahwa 24% orang dewasa yang datang ke poliklinik menderita kelelahan. Penelitian lain di Inggris menyebutkan hal yang senada yaitu bahwa kelelahan kerja dialami oleh 25% dari seluruh pekerja wanita dan pekerja laki-laki 20% mengalami kelelahan kerja. 5

Berdasarkan data mengenai kecelakaan kerja yang tercatat di Kompas tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat. 6 Pemerintah telah membuat Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. 7

Dalam penelitian ini dipilih pada pekerja industri keripik melinjo karena pekerjaan ini menggunakan tenaga fisik, sehingga sangat berkaitan dengan kelelahan kerja. Industri keripik melinjo merupakan salah satu industri informal dengan produk emping yang berkedudukan di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu. Emping melinjo adalah salah satu jenis makanan ringan yang terbuat dari buah melinjo yang sudah tua dan berbentuk pipih bulat. Dalam proses pelaksanaannya terdapat beberapa bagian produksi, proses kerja yang mereka lakukan banyak mengandung resiko terhadap kesehatan sehingga pekerja industri keripik melinjo ini perlu mendapat perhatian.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Murleni Wati MZ dan Widodo Haryono, tentang Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan

Kerja Karyawan Laundry di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, dijelaskan bahwa semakin besar tingkat beban kerja pada karyawan maka dapat meningkatkan resiko kelelahan kerja, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja Karyawan Laundry di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. 8

Selain itu juga diperkuat lagi dengan penelitian Utami, tentang hubungan antara beban kerja dan intensitas kebisingan dengan kelelahan tenaga kerja pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah Cilacap, dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah Cilacap. 9

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Indusrti Keripik Melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Tahun 2015”.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu suatu penelitian

non-eksperimental dalam rangka mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model pendekatan point time.10 Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.11 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda yang berjumlah 30 orang. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi, yakni sebesar 30 orang. Analisis data yang digunakan dengan Analisis univariat dan bivariat.

Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas (Independent) dan variabel terikat (Dependent) dengan menggunakan tabel silang yang merupakan hasil uji statistik

Chi-square dengan menggunakan program komputer

SPSS (Statistical Program for Social Science)

(3)

Chi-27

square (x2) dengan menggunakan ɑ = 0.05 dan

95% Confidens Interval (CI) dan besar risk

dihitung dengan menggunakan Rasio Prevalens

(RP). 12 Hasil

a. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Beban Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

No. Beban Kerja N %

1. Ringan 20 66,7

2. Berat 10 33,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori beban

kerja ringan sebanyak 20 pekerja (66,7%), dan yang termasuk dalam kategori beban kerja berat sebanyak 10 pekerja (33,3%).

Tabel 2. Distribusi Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

No. Kelelahan Kerja N % 1. Tidak Lelah 17 56,7

2. Lelah 13 43,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang diteliti terdapat 17 pekerja (56,7%) merasa tidak lelah dan 13 pekerja (43,3%) lainnya merasa lelah.

b. Analisis Bivariat

Tabel 3. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

No Beban Kerja Kelelahan Kerja Total p-value RR SC 95% Confidence Interval (CI) Tidak

Lelah Lelah Lower Upper

1 Ringan 15 50 % 5 16,7% 20 66,7% 0,004 3,750 0,523 1,058 13,289 2 Berat 2 6,7% 8 26,7% 10 33,3% Jumlah 17 56,7% 13 43,3% 30 100% Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa hasil uji statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai

p-value = 0,004 nilai X2 hitung = 8,21 dengan

derajat kebebasan (df) = 1 (nilai X2 tabel = 3,48), karena nilai p-value < 0,05 dan nilai X2 hitung > X2 tabel sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan

antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015.

Untuk mengetahui perbandingan seberapa besar terpapar atau tidak terpapar, maka digunakan

Relative Risk, berdasarkan tabel 5.5 di atas

diketahui bahwa nilai RR > 1 (3,750) maka beban kerja merupakan faktor resiko dan nilai CI 95% (1,058-13,289) sehingga RR bermakna. Ini berarti bahwa pekerja yang mengalami beban kerja berat akan beresiko 3,750 kali lebih tinggi mengalami

kelelahan kerja, dibandingkan dengan pekerja yang mengalami beban kerja ringan.

Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua variabel yaitu beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik Spearman

Correlation dengan mengunakan SPSS versi 16.0

menunjukkan hubungan kuat antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo yaitu dengan nilai SC = 0,523 atau 52,3%. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kuat antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015.

(4)

28 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015, untuk variabel beban kerja digambarkan dalam tingkatan beban kerja yaitu beban kerja ringan dan beban kerja berat. Sedangkan untuk variabel kelelahan kerja yaitu tidak lelah dan lelah.

a. Gambaran Beban Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden (pekerja industri keripik melinjo) di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu didapatkan 20 pekerja (66,7%) mengalami beban kerja ringan, dan 10 pekerja (33,3%) mengalami beban kerja berat. Hal ini diakibatkan karena pengaruh fisik responden dan terkadang sebelum berangkat kerja responden telah melakukan pekerjaan yang berat di rumah. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental. Berat ringannya beban kerja sangat dipengaruhi oleh jenis aktivitas (sebagai beban utama) dan lingkungan kerja (sebagai beban tambahan). Analisis hasil observasi mengenai beban kerja pada pekerja industri keripik melinjo, didapatkan beban kerja ringan, seperti pada pekerja bagian pencetakan bungkus keripik melinjo, dan pengemasan keripik melinjo. Pada pekerja bagian penggedigan melinjo rata-rata mengalami beban kerja ringan. Untuk pekerja bagian penggilingan melinjo dan pekerja bagian penggorengan keripik melinjo mengalami beban kerja berat.

b. Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan.13 Ada 3 indikasi terjadinya kelelahan kerja yaitu pelemahan aktifitas, pelemahan motivasi kerja, dan kelelahan fisik. Ketiga indikasi tersebut merupakan gejala yang dapat diamati untuk mengetahui kelelahan kerja. Pada penelitian ini digunakan kuesioner KAUPK2 untuk mengetahui kelelahan kerja. Kuesioner KAUPK2 merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 17 daftar pertanyaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden (pekerja industri keripik melinjo) di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu didapatkan 17 pekerja (56,7%) merasa tidak lelah dan 13 pekerja (43,3%) merasa lelah. Hal tersebut diakibatkan karena responden kurang memanfaatkan waktu istirahat untuk istirahat dan juga kemampuan organ yang menurun sehingga menyebabkan pekerja semakin mudah lelah. Namun, hal tersebut bisa diantisipasi dengan istirahat yang cukup dan bekerja secara ergonomis.

Kelelahan dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang nyaman dalam bekerja disamping kapasitas tenaga kerja itu sendiri dan jenis pekerjaannya. Beban kerja yang yang berat menjadi pemicu utama terjadinya kelelahan. Beban kerja fisik yang berlebih dapat menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadinya kelelahan pada otot yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja. 14

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja, menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah dapat meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. 15 c. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan

Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015, diketahui bahwa hasil analisis responden yang mengalami beban kerja ringan terdapat 15 pekerja (50%) yang merasa tidak lelah, dan 5 pekerja (16,7%) merasa lelah. Sedangkan responden yang mengalami beban kerja berat terdapat 2 pekerja (6,7%) yang merasa tidak lelah, dan 8 pekerja (43,3%) merasa lelah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda

(5)

29

Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015. Berdasarkan hasil uji Chi-square

didapatkan nilai p-value = 0,004 (p-value < 0,05) dan nilai X2 hitung > X2 tabel (8,21 > 3,48).

Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wati dan Haryono, menjelaskan bahwa semakin besar tingkat beban kerja pada karyawan maka dapat meningkatkan resiko kelelahan kerja, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada Karyawan Laundry di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta yaitu dengan nilai p-value 0,000.8

Selain itu juga diperkuat dengan penelitian dari Utami, tentang hubungan antara beban kerja dan intensitas kebisingan dengan kelelahan tenaga kerja pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah Cilacap, dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah Cilacap yaitu dengan nilai p-value 0,032.9 Kemudian diperkuat lagi dengan Penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan Bagian Cutting PT dan LIRIS Banaran Kabupaten Sukoharjo yaitu dengan nilai p-value 0,033.16

Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation (SC) diperoleh SC yaitu 0,523 atau 52,3% yang artinya terdapat hubungan kuat antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Tahun 2015. Hal ini menggambarkan bahwa semakin berat beban kerja yang diberikan, maka semakin meningkat tingkat kelelahan kerja, begitu pula sebaliknya semakin ringan beban kerja yang diberikan maka semakin rendah tingkat kelelahan kerja. Faktor lain juga memungkinkan untuk terjadinya kelelahan kerja pada responden antara lain disebabkan oleh akibat lingkungan fisik tempat kerja yang kurang mendukung/tidak ergonomis, kebisingan, tingkat subyektif suhu ruangan yang panas, dan tanggung jawab yang besar dalam pekerjaannya.

Hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja dipengaruhi oleh kemampuan setiap pekerja yang berbeda walaupun pekerja bekerja di tempat yang

sama dan pengalaman yang sama. Perbedaan ini disebabakan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi,

performans kerja dan berkurangnya

kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja sebagai salah satu resiko akibat pekerjaan atau lingkungan kerja, merupakan langkah awal untuk meminimalisasikan akibat yang tidak dikehendaki. Maka dari itu upaya pengendalian kelelahan kerja akibat beban kerja dengan menerapkan cara kerja yang ergonomis dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap pekerja sangat penting guna untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pekerja yang kesehatannya masih normal dapat untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Distribusi beban kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Indramayu Tahun 2015, sebagian besar masuk dalam kategori beban kerja ringan.

2. Distribusi kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Indramayu Tahun 2015, sebagian besar masuk dalam kategori tidak lelah.

3. Terdapat hubungan kuat antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda Indramayu Tahun 2015.

Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian adalah:

1. Bagi Industri

Industri agar bisa menerapkan cara kerja yang ergonomis dan mengurangi beban kerja, serta melakukan rotasi kerja lebih sering karena masih terdapat beberapa pekerja yang mengalami kelelahan dan beban kerja berat. Cara kerja yang ergonomis disini salah satunya adalah pada bagian penggorengan, yaitu selama menggoreng melinjo pekerja

(6)

30

berdiri terus sehingga akan mempercepat terjadinya kelelahan. Oleh karena itu, untuk mengurangi terjadinya kelelahan sebaiknya diterapkan cara kerja yang ergonomis, yaitu tinggi tungku disesuaikan dengan tubuh pekerja bagian penggorengan supaya menggoreng bisa sambil duduk dan bisa mengurangi tingkat kelelahan.

2. Bagi Pekerja

Pekerja agar membiasakan diri berolahraga ringan seperti menggerak-gerakkan kepala, tangan dan kakinya disela-sela pekerjaanya ataupun pada saat istirahat. 3. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel-variabel lain yang merupakan faktor resiko terhadap kelelahan kerja seperti dari faktor internal yaitu usia, jenis kelamin, psikis, kesehatan, status perkawinan, sikap kerja, dan status gizi atau dari faktor eksternal seperti massa kerja, shift kerja, penerangan, kebisingan, dan iklim kerja. Selain itu juga, untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan alat ukur yang lebih lengkap lagi, misalnya stopwatch dan lain sebagainya untuk observasi beban kerja. Sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dan berbeda serta dapat memberikan keragaman hasil penelitian.

Daftar Pustaka

1. Fandrik Eraliesa. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja

Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan

Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan 2. Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Harapan Press: Surakarta

3. Humantech, inc. 1997. Applied Ergonomic Training, Manual Procter and Gamble Inc. Barkeley Vale. Australia.

4. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Dian Rakyat:Jakarta.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Diakses 11 Oktober 2012.

6. Ahmad Muizzudin. 2013. Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Tenun di PT. Alkatex Tegal. Jurnal Kesehatan. Diakses pada tanggal 21 Mei 2015. Available from: http://Journal.unnes.ac.id/sju/index. php/ujph. 7. Subekti R, Tjitrosudibiyo R. 1996. Kitab

Undang-undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, terjemahan, cetakan 8. Pradnya Paramita: Jakarta 8. Wati, M., Haryono, W. 2011. Hubungan antara

Beban Kerja dan Kelelahan Kerja Karyawan

Laundry di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, Kesmas, 5(3): 162-232.

9. Ayi Rahayu Dwi Utami. 2012. Hubungan Antara Beban Kerja dan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Pada Tenaga Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak Kota Bima CV Serayu Indah Cilacap. Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.

10. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. 11. Soekidjo Notoatmodjo. 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 12. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan Buku

Pertama. Refika Aditama: Bandung

13. A.M. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

14. Suma’mur. 1985. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung. 15. Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Manajemen dan Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Harapan Press: Surakarta.

16. Nurjannah. 2014. Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan Bagian Cutting PT DAN LIRIS Banaran Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak diterbitkan

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Beban  Kerja  pada  Pekerja  Industri  Keripik  Melinjo  di  Desa  Benda  Indramayu

Referensi

Dokumen terkait

 Bila Anda membawa peserta Go Star Camp lebih dari 2 orang, maka pihak Hotel akan mengenakan biaya tambahan sesuai dengan harga yang berlaku di hotel untuk makan pagi, siang ,

Serat Pangan lebih tinggi dibanding serat kasar, yang digunakan oleh tubuh manusia adalah serat pangan, sehingga analisa serat yang dilakukan untuk mengetahui serat pada makanan

Hasil analisis kesesuaian lahan (karakteristik iklim dan lahan) di Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, diperoleh kesimpulan bahwa kelas kesesuaian

Som også Saghai pointerer, så afhænger ”modstandsevnen” grundlæggende af en ”subjective capacity” (2012: 48), og derfor tillades kun tilnærmelser. Dermed ikke sagt at en

Hasil analisis hubungan antara variabel pada penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa pekerja pengrajin yang termasuk dalam kategori status gizi beresiko

Penelitian yang dilakukan ialah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa media pembelajaran berbasis

Dalam tahapan ini dibutuhkan suatu perencaan terstruktur yang bertujuan agar pembinaan kedisiplinan yang akan dilakukan mampu berjalan dengan baik dan

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan seseorang dalam mencapai atau memfasilitasi pencapaian nilai