• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI DAN ASESMEN KINERJA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI DAN ASESMEN KINERJA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

SAVI

DAN ASESMEN KINERJA

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

N.L.Pt. Eka Widhi Artini

1

, A.A. Gd. Agung

2

, I Wyn. Widiana

3

1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: the_end_n95@yahoo.com

1

, agung2056@yahoo.co.id

2

,

wayan_widiana@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran SAVI dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus XII Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan rancangan non-equivalent post test only control group design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V dan sampel penelitian sebanyak 136 siswa yang ditentukan dengan teknik simplerandom sampling. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan tes hasil belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan anava dua jalur dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran menggunakan SAVI

dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (FA = 13,07 > Ftabel =

3,88); (2) terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran (SAVI dan konvensional) dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA (FAB =

73,01 > Ftabel = 3,88); (3) pada kelompok siswa yang menggunakan asesmen kinerja,

terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (Qhitung=29,05>Qtabel=3,88);

dan (4) pada kelompok siswa yang menggunakan asesmen konvensional, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (Qhitung=4,09>Qtabel=3,88).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI dan asesmen kinerja, berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus XII Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci: SAVI, asesmen kinerja, hasil belajar IPA

Abstract

This research aims to determine the effect of the SAVI learning model and performance assessment on science achievement. This research is a quasi-experimental research and using non-equivalent post-test only control group design. Population in this study was all 5th grade students of SD Gugus XII Buleleng District in Academic Year 2013/2014 and The sample was 136 students, were selected using simple random sampling technique. . The data of students science achievement collected by the instrument test. The data of science achievement was analysed used statistic descriptive analysis and statistic inferential analysis, that is two way ANOVA. Result shows (1) there is a difference science achievement between students who followed SAVI learning model and students who followed conventional learning model (FA=13.07>F-cv=3.88); (2) there is interactional effect between the learning

(2)

>F-cv=3.88); (3) the group of students who use performance assessment, there are significant differences in science achievement between groups of students learn science that is learned with SAVI learning model and the group of students who learned with conventional learning models (F=75.45 > F’=5.4); (4) the group of students who use conventional assessment, there are significant differences in science achievement between groups of students learn science that is learned with

SAVI learning model and the group of students who learned with conventional learning models (F=10.63 > F’=5.4). So, the application of SAVI and performance assessment has a positive influence to the science achievement in 5th grade students of SD Gugus XII Buleleng District in Academic Year 2013/2014.

Keywords : Somatic Auditory VisualIntellectual, performance assessment, science achievement

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang terdapat di alam sekitar yang diperoleh dengan cara alamiah dan terkontrol. Ilmu alam mengajarkan kita untuk lebih menyadari bahwa potensi yang ada di sekitar kita bisa dijadikan alat pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam merangkumnya melalui proses-proses penelitian dan menggunakan teori-teori yang telah diuji. IPA sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai produk IPA, sedangkan produk IPA tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk IPA merupakan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta teori-teori yang diperoleh melalui penelitian dengan dengan langkah-langkah tertentu yang disebut metode ilmiah. Jadi dalam pembelajaran IPA, seorang guru dituntut untuk mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Siswa seharusnya diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri dan menemukan sendiri tentang makna materi yang diajarkan.

Namun kenyaataan di lapangan menunjukkan bahwa guru dalam mengajarkan IPA masih memberikan informasi-informasi yang berupa fakta, konsep, prinsip, teori dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa. Guru juga masih lebih senang menggunakan metode ceramah, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Meskipun kadang guru sudah melakukan beberapa variasi dalam pembelajaran, namun terkadang model yang dipakai kurang sesuai dengan materi sehingga ketercapaian dalam proses pembelajaran pun tidak seperti yang diharapkan

sebelumnya. Cara mengajar dengan menggunakan ceramah secara terus-menerus mengakibatkan siswa tidak memiliki keterampilan proses yang diharapkan.

Pembelajaran yang membuat siswa tidak aktif secara fisik dalam waktu yang lama akan menyebabkan kelumpuhan otak dan belajarpun menjadi lambat. Ketiga, saat proses pembelajaran, siswa jarang melihat fenomena nyata atau media yang berhubungan dengan materi yang dibahas. Sebagian besar materi dan penyampaian materi bersifat book oriented, siswa jarang diajak untuk melihat langsung kejadian atau fenomena yang nyata, ataupun media-media yang representatif dengan fenomena yang berkaitan tersebut. Hal ini membuat siswa kurang dapat memvisualisasikan konsep-konsep IPA karena diharapkan dalam pembelajarannya siswa terlibat langsung dalam proses mentalnya melalui pengamatan (observasi), bertanya, merumuskan hipotesis, eksperimen, demontrasi, diskusi dan menyimpulkan jika kegiatan ini tidak dilaksanakan menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah dikarenakan pemahaman konsep IPA siswa yang rendah.

Masalah rendahnya hasil belajar IPA tersebut perlu dicarikan suatu solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan hasil belajar sekaligus motivasi belajar siswa. Salah satunya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman

(3)

nyata siswa dan memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. dilihat dari permasalahan yang ada, salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar IPA siswa adalah dengan penggunaan model SAVI dalam pembelajaran IPA. Model SAVI merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat dalam berbagai aktivitas belajar, sehingga siswa tidak hanya menjadi objek pembelajaran, tetapi juga sebagai subjek yang dapat

mengalami, menemukan,

mengkonstruksikan, dan memahami konsep. Hal ini sesuai dengan pembelajaran IPA yang banyak terdapat konsep-konsep esensial sebagai awal dari pemecahan masalah yang sering dihadapi dalam hidup. Pemahaman konsep dalam IPA tersebut memberi arti bahwa konsep-konsep yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hapalan saja. Tetapi konsep tersebut dikuasai dan dipahami sehingga dapat memecahkan suatu masalah.

SAVI sangat cocok digunakan karena (1) dapat membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual, (2) memunculkan suasana belajar lebih baik, menarik dan efektif, (3) mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan psikomotor siswa, (4) memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditory, dan intelektual. Menurut Meier (2002) “pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran”.

Selain menggunakan model pembelajaran yang sesuai, alat ukur yang dapat diterapkan di sekolah hendaknya terdiri dari berbagai macam alat ukur, bukan hanya menggunakan tes hasil belajar, baik tes formatif maupun tes sumatif saja tetapi juga asesmen. Assesmen merupakan alat evaluasi yang penting juga diterapkan di sekolah, sehingga siswa dibimbing dan dituntun bukan hanya belajar untuk nilai, menjadi juara dan mengejar nilai tetapi juga akan mengantarkan siswa pada kesadaran dan

pemahaman. Dari kesadaran dan pemahamanan itulah muncul rasa keingintahuan, memiliki keterampilan sosial, keterampilan berkomunikasi, memiliki nilai-nilai budi pekerti yang luhur, dan lain sebagainya.

Penggunaan penilaian berdasarkan pendekatan konvensional seperti penggunaan tes terstandar layaknya tes tertulis (essay) dan pilihan ganda belum memberikan gambaran yang lengkap tentang kemampuan individu yang dinilai. Oleh karena itu, asesmen kinerja menjadi alternatif untuk mengungkap secara utuh kemampuan individu tersebut dan sangat cocok dterapkan dalam penilaian di kelas. Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik di persekolahan. Dengan asesmen kinerja ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan asesmen kinerja menjadi penting dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakteristik utama asesmen tidak hanya mengukur hasil belajar tetapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran.

Untuk mengetahui sejauh mana model pembelejaran SAVI dan asesmen kinerja berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa, penting dilakukan suatu penelitian. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui deskripsi data pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran SAVI dan asesmen kinerja, kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran SAVI dan asesmen konvensional, kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan asesmen kinerja, kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan asesmen konvensional; (2) mengetahui perbedaan

(4)

yang signifikan hasil belajar IPA antara penerapan model SAVI dan penerapan model pembelajaran konvensional siswa; (3) mengetahui adanya pengaruh interaksi antara penerapan model SAVI dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA siswa; (4) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan model SAVI dan penerapan model pembelajaran konvensional pada siswa yang menggunakan asesmen kinerja; dan (5) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan model SAVI dan penerapan model pembelajaran konvensional pada siswa yang menggunakan asesmen konvensional

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design dengan rancangan faktorial 2x2. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Non EquivalentPost-Test Only Control Group Design

Kelas

Treatment

Post-test

E

X

1

O

1

K

X

2

O

2

(Dimodifikasi dari Dantes, 2012:96) Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas 5 SD gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Sekolah sampel adalah SD No. 1 Banyuasri, SD No. 2 Banyuasri, SD No. 4 Banyuasri dan SD No. 5 Banyuasri yang diambil dengan teknik simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 136 siswa yang terdiri dari 2 kelas eksperimen dan dua kelas kontrol. Analisis hasil penelitian ini menggunakan Anava dua jalur.

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yakni variabel bebas yaitu model pembelajaran SAVI dan asesmen kinerja, dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPA. Data yang perlu dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa. Data mengenai hasil belajar IPA diperoleh melalui metode tes Tes hasil belajar IPA berupa tes objektif dengan jumlah 30 soal.

Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang meliputi mean, median, modus, varians, dan standar deviasi. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis meliputi pengaruh model pembelajaran SAVI dan konvensional terhadap hasil belajar IPA, dan pengaruh

interaksi antara model pembelajaran dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA siswa. Analisis data menggunakan uji ANAVA dua jalur. Apabila uji anava dua jalur menunjukkan H1 diterima pada

hipotesis ke-2 yakni terdapat pengaruh interaksi antara SAVI dan asesmen kinerja terhadap keterampilan proses sains, maka perlu diadakan uji lanjut (post hoc) untuk mengetahui kelompok mana yang unggul dengan menggunakan uji Scheffe. Uji Scheffe digunakan untuk uji lanjut ANAVA apabila banyak responden atau banyak anggota pada tiap kelompok atau sel berbeda. Hasil uji Scheffe ini menjawab hipotesis 3 dan 4. Adapun rumus uji Scheffe yaitu sebagai berikut.

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

( )

,

dimana

(1)

Keterangan:

̅̅̅ : rerata sel atau kelompok yang

lebih besar

: rerata sel atau kelompok yang lebih kecil

: rata-rata jumlah kuadrat dalam : banyak responden dalam sel

(5)

: banyak responden dalam sel dengan rerata lebih kecil

Kriteria pengujian yang digunakan adalah

F

>

F’ maka hipotesis nol (H

0

)

ditolak dan H

1

diterima

.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi enam kelompok data, yakni : (1) skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen (A1), (2) skor hasil belajar IPA pada kelompok kontrol (A2), (3) skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan menggunakan asesmen kinerja (A1B1), (4) skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan menggunakan asesmen konvensional (A1B2), (5) skor hasil belajar IPA pada kelompok kontrol dan menggunakan asesmen kinerja (A2B1), dan (6) skor hasil belajar IPA pada kelompok kontrol dan menggunakan asesmen konvensional (A2B2).

Skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen, dapat dideskripsikan yaitu: mean (M) = 21,15 median (Md) = 20,88, modus (Mo) = 19, varians (s2) = 24,86, dan standar deviasi (s) = 4,99. bahwa modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Skor rata-rata (M) jika dikonversikan dengan kriteria acuan, nilai rata-rata termasuk kategori sedang.

Sementara itu, skor data hasil belajar IPA kelompok kontrol, dapat dideskripsikan yaitu: mean (M) =18,96, median (Md) = 19,39, modus (Mo) = 20,61, varians (s2) = 13,28, dan standar deviasi (s) = 3,64. modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Skor rata-rata (M) jika dikonversikan dengan kriteria acuan, nilai rata-rata termasuk kategori sedang.

Skor data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan menggunakan asesmen kinerja, dapat dideskripsikan yaitu: mean (M) = 25,50 median (Md) = 25,61, modus

(Mo) = 25,83, varians (s2) = 7,85, dan standar deviasi (s) = 2,8. modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Apabila skor rata-rata (M) dikonversikan dengan kriteria acuan, nilai rata-rata termasuk kategori tinggi.

Sedangkan pada kelompok eksperimen dan menggunakan asesmen konvensional, dapat dideskripsikan yaitu: mean (M) = 14,9, median (Md) = 15,36, modus (Mo) = 18,30, varians (s2) = 7,35, dan standar deviasi (s) = 2,71. Dapat diketahui bahwa bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Apabila skor rata-rata (M) dikonversikan dengan kriteria acuan, nilai rata-rata termasuk kategori rendah.

Pada kelompok kontrol dan menggunakan asesmen kinerja, dapat dideskripsikan yaitu: mean (M) = 18,56, median (Md) = 17,83, modus (Mo) = 16,59, varians (s2) = 9,71, dan standar deviasi (s) = 3,12. Dapat diketahui bahwa modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Apabila skor rata-rata (M) jika dikonversikan dengan kriteria acuan, nilai rata-rata termasuk kategori sedang.

Sedangkan skor hasil belajar IPA kelompok kontrol dan menggunakan asesmen konvensional, yaitu: mean (M) = 19,4, median (Md) = 20,4, modus (Mo) = 21,07, varians (s2) = 16,49, dan standar deviasi (s) = 4,06. Dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Apabila skor rata-rata (M) dikonversikan dengan kriteria acuan, nilai rata-rata termasuk kategori sedang. Maka deskripsi data yang berkaitan dengan mean, median, modus, varians dan standar deviasi untuk semua kelompok data di atas dapat dilihat pada Tabel 02 di bawah ini.

(6)

Tabel 02 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA

Deskripsi data A1 A2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

Mean 21.15 18.96 25.50 14.96 18.56 19.40

Median 20.88 19.39 25.61 15.36 17.83 20.40

Modus 19.00 20.61 25.83 18.30 16.59 21.07

Varians 24.86 13.28 7.85 7.35 9.71 16.49

Standar Deviasi 4.99 3.64 2.80 2.71 3.12 4.06

Setelah mengetahui hasil uji deskriptif kemudian dilakukan uji hipotesis. Namun sebelum itu, perlu dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dengan menggunkan teknik Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlet terhadap skor hasil belajar IPA.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data hasil belajar IPA siswa pada keenam kelompok adalah normal dan homogen.

Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada rangkuman Anava dua jalur berikut ini.

Tabel 03 Ringkasan Anava Dua Jalur

Sumber Varian JK dk RJK F F tabel Keterangan

A 136.03 1 136.03 13.07 3.88 Signifikan

B 409.88 1 409.88 39.38 3.88 Signifikan

AB 760.03 1 760.03 73.01 3.88 Signifikan

Dalam 1374.06 132 10.41

Total 2680.00 135

Uji hipotesis pertama diperoleh FA =

13,07, sedangkan Ftabel dengan dbpembilang =

1 dan dbpenyebut = 132 untuk taraf signifikansi

5% = 3,88. Ini berarti, nilai FA lebih besar

dari pada Ftabel (FA = 13,07 > Ftabel = 3,88).

Oleh karena itu, H0 ditolak dan H1 diterima.

Ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran menggunakan SAVI dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Selanjutnya diperoleh FAB = 73,01,

sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 1 dan

dbpenyebut = 132 untuk taraf signifikansi 5% =

3,88. Ini berarti, nilai FAB lebih besar dari

pada Ftabel (FAB = 73,01 > Ftabel = 3,88). Oleh

karena itu, H0 ditolak dan H1 diterima. Ini

berarti bahwa terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran (SAVI dan konvensional) dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA dapat diilustrasikan melalui Gambar 01 di bawah ini.

Gambar 1. Grafik Adanya Pengaruh Interaksi antara Jenis Model Pembelajaran dan Asesmen terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Dilihat dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada siswa yang menggunakan asesmen kinerja, hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Sedangkan pada siswa yang menggunakan asesmen konvensional, hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan

(7)

model pembelajaran konvensional lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada interaksi, yang biasa disebut interaksi disordinal.

Pada uji hipotesis kedua menunjukkan adanya interaksi sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut untuk mengetahui kelompok mana yang lebih unggul. Uji hipotesis ketiga menunjukan hasil perhitungan dengan uji Scheffe menunjukkan nilai F antara A1B1 dan A2B1 sebesar 75.45, sedangkan Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan k=4 dan dk=132 diperoleh Ftabel = 2.7 dan F’ = 5.4. Hasil

tersebut menunjukkan nilai Fhitung lebih

besar daripada F’ sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal itu berarti untuk kelompok

siswa yang menggunakan asesmen kinerja, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Apabila dilihat dari perbandingan rata-rata antara kelompok A1B1 dan A2B1, kelompok A1B1 memiliki rata-rata skor hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok A2B1. Ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI lebih unggul dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, pada siswa yang menggunakan asesmen kinerja.

Uji hipotesis keempat dengan uji

Schefee

menunjukkan nilai Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan k=4 dan dk=132 diperoleh Ftabel = 2.7 dan F’ = 5.4. Hasil

tersebut menunjukkan nilai F lebih besar daripada F’ sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Hal itu berarti untuk kelompok siswa yang menggunakan asesmen konvensional, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Pembahasan

Perbedaan signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dapat disebabkan oleh, pada hakikatnya model pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang berorientasi pada proses kontruksi pengetahuan oleh siswa, sebab untuk mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya cukup transfer ilmu dari guru ke siswa akan tetapi lebih ditekankan pada pengkontruksian pengetahuan lewat berbagai aktivitas. Dalam belajar siswa harus memanfaatkan seganap kemampuan yang dimilikinya. SAVI mengutamakan keaktifan siswa, baik dengan mendengar, berbicara, maupun berbuat. Oleh karena itu model SAVI merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan ruang gerak kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Piaget (Sudana & Astawan, 2013:19), menyebutkan bahwa manusia mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu : (1) sensori motor (usia 0-2 tahun); (2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun); (3) operasional konkret (usia 7-11 tahun); dan (4) operasional formal (usia 11-dewasa). Berdasarkan tingkatan perkembangan kognitif tersebut, siswa kelas 5 SD (umur 7-11 tahun) berada pada periode operasional konkret. Pada fase ini kemampuan berpikirnya masih bersifat intuitif, yakni berpikir dengan mengandalkan ilham. Dengan demikian pembelajaran sains di sekolah dasar diupayakan dengan menghadapkan siswa pada situasi konkret (lingkungan nyata) dan sebanyak mungkin melibatkan pengalaman-pengalaman fisik anak, seperti penyentuhan, perakitan, pemanipulasian, percobaan, dan penginderaan.

Melalui SAVI pembelajaran telah sesuai dengan tahap perkembangan siswa kelas 5 SD. Pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana siswa menciptakan kreatifitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh terhadap cara berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru. Karakteristik dalam model

(8)

pembelajaran SAVI sudah mewakili semua aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat memahami secara langsung apa yang ia pelajari.

Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional yang penerapannya masih terpusat pada guru (teacher centered) dan pembelajaran ini menuntut guru menjadi model yang baik bagi siswanya. Pembelajaran konvensional berimplikasi pada kebiasaan siswa yang hanya menerima informasi dari guru tanpa berusaha mencari pengetahuannya sendiri. Pada pembelajaran konvensional siswa cenderung diarahkan untuk selalu mengikuti apa yang disarankan oleh guru, sehingga pengetahuan awal siswa kurang mendapat perhatian dari guru, seolah-olah pengetahuan yang didapat di sekolah tidak ada hubungannya dengan fenomena-fenomena alam sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan pengetahuan yang telah dimilikinya menjadi kurang bermakna dan cenderung cepat terlupakan.

Penjelasan yang diberikan oleh guru masih berorientasi pada buku dan guru jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa cenderung menghapalkan setiap konsep yang diberikan tanpa memahami dan mengkaji lebih lanjut dari konsep-konsep yang diberikan.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Kusmayuda (2013) yang menyatakan penerapan model pembelajaran SAVI berorientasi keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Peningkatan ini terjadi karena SAVI memungkinkan siswa untuk menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai pebelajar yang aktif. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPA.

Selanjutnya, hasil uji hipotesis yang menguji ada-tidaknya pengaruh interaksi antara jenis model yang digunakan dan asesmen menghasilkan nilai 75.45, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5%

dengan k=4 dan dk=132 diperoleh Ftabel =

2.7 dan F’ = 5.4. Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara jenis model yang digunakan dan asesmen terhadap hasil belajar IPA.

Dari temuan pengaruh interaksi tersebut, dapat diaplikasikan bahwa model pembelajaran SAVI dan menggunakan asesmen kinerja sesuai dengan kondisi siswa sehingga hasil belajar IPA dapat dicapai secara optimal.

Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil tersebut membuktikan bahwa, hasil belajar IPA tidak hanya dipengaruhi oleh jenis model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti asesmen dalam pembelajaran. Sehingga dalam proses penentuan model pembelajaran dan memperhatikan penilaian menjadi sangat penting untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Suasana belajar yang dilaksanakan dengan pembelajaran menggunaan model pembelajarn SAVI mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasakan secara langsung berbagai indikator pembelajaran yang harus dipahami siswa, bahkan kegiatan belajar menjadi lebih bergairah.

Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensi siswa. Penilaian yang mampu membuat peserta didik memberikan suatu jawaban atau suatu hasil dengan mendemonstrasikan atau mempertunjukkan segala pengetahuan dan keterampilan atau kinerjanya. Dengan

(9)

perkataan lain asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan.

Asesmen kinerja tidak merupakan akhir dari penilaian itu sendiri, tetapi menjadi bagian terpadu dari proses pengajaran dan membantu untuk mengarahkan pengajaran selanjutnya. Selain itu asesmen kinerja juga dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakteristik utama asesmen tidak hanya mengukur hasil belajar tetapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran.

Pada siswa yang menggunakan asesmen konvensional, terdapat perbedaan hasil belajar IPA secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Hasil tersebut menunjukkan hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI.

Hal ini disebabkan, tipe individu yang sudah terbiasa mengikuti model pembelajaran konvensional cenderung menghindari hal-hal baru yang mengandung tantangan. Selain itu pada ada siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dan menggunakan asesmen konvensional, seringkali ditemukan bahwa siswa belajar hanya mekanis saja, mereka belajar suatu prosedur hanya untuk menjawab pertanyaan dalam tes konvensional dengan sedikit mengerti atau kadang-kadang tidak mengerti sama sekali mengapa dan bagaimana suatu prosedur dilakukan. Tidak mengherankan bahwa sering terjadi siswa menjawab benar tetapi sebenarnya mereka tidak tahu alasan mengapa jawaban itu benar. terutama bila bentuk soal yang digunakan adalah pilihan

ganda. Banyak siswa yang menjawab berdasarkan terkaan saja. Jika guru hanya mengguanakan teknik penilaian yang tidak dapat mengungkapkan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan maka akan tejadi kontradiksi. Di satu sisi siswa dianggap sudah menguasai kompetensi yang diharapkan, tetapi yang sebenarnya adalah siswa belum menguasai kompetensi tersebut

PENUTUP

Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA dua jalur diperoleh FA = 13,07,

sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 1 dan

dbpenyebut = 56 untuk taraf signifikansi 5% =

3,88. Ini berarti, nilai FA lebih besar dari

pada Ftabel (FA = 13,07 > Ftabel = 3,88). Oleh

karena itu, H0 ditolak dan H1 diterima. Ini

berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran menggunakan SAVI dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Selanjutnya FAB = 73,01, sedangkan

Ftabel dengan dbpembilang = 1 dan dbpenyebut =

132 untuk taraf signifikansi 5% = 3,88. Ini berarti, nilai FAB lebih besar dari pada Ftabel

(FAB = 73,01 > Ftabel = 3,88). Oleh karena itu,

H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa

terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran (SAVI dan konvensional) dan asesmen kinerja terhadap hasil belajar IPA.

Perhitungan dengan uji Schefee menunjukkan nilai F antara A1B1 dan A2B1 sebesar 75.45, sedangkan Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan k=4 dan dk=132 diperoleh Ftabel = 2.7 dan F’ = 5.4. Hasil

tersebut menunjukkan nilai Fhitung lebih

besar daripada F’ sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal itu berarti untuk kelompok

siswa yang menggunakan asesmen kinerja, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Perhitungan dengan uji Schefee menunjukkan nilai Fhitung antara A1B1 dan

A2B1 sebesar 10.41, sedangkan Ftabel pada

taraf signifikansi 5% dengan k=4 dan dk=132 diperoleh Ftabel = 2.7 dan F’ = 5.4.

(10)

Hasil tersebut menunjukkan nilai F lebih besar daripada F’ sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal itu berarti untuk kelompok

siswa yang menggunakan asesmen konvensional, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Bagi guru yang menemukan permasalahan yang sama dengan penelitian yang dilakukan maka disarankan untuk menggunakan model pembelajaran SAVI. 2. Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran SAVI dalam pengembangan hasil belajar IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. Kusmayuda, Gede Nova. 2013. Pengaruh

Model Pembelajaran SAVI (Somatic

Auditory Visual Intelectual)

Berorientasi Keterampilan Proses Sains terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Semester Genap di SD Gugus V Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif

dan efektif merancang program

pendidikan dan pelatihan; penerjemah, Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa

Sudana, Dewa Nyoman, I Gede Astawan. 2013. Pendidikan IPA SD. Singajara: Universitas Pendidikan Ganesha

Gambar

Tabel 02  Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Montty : ada 3 hal yang ingin saya sampaikan, yang pertama adalah pada tahun depan kita harus melakukan kajian yang spesifik, yang kedua ilmu transparansi itu signifikan

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

dampak variabel-variabel risiko dilihat dari sudut pandang frekuensi faktor risiko terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek serta respon resiko yang akan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Pengelompokan menggunakan K-Means dimulai dengan inisialisasi jumlah cluster k. Kemudian inisialisasi pusat cluster k secara acak atau partisi. Tahap selanjutnya

Wisatawan yang akan menambah anggaran wisata paling besar di tahun 2016 adalah wisatawan Australia, yang mengungguli wisatawan Swiss terkait jumlah nominal anggaran yang akan

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Dari semua faktor yang diteliti baik jenis kelamin, umur, pendidikan formal, status pekerjaan, pengalaman gula darah rendah, kepemilikan alat pengukur gula darah,