Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-1
Bab 2
Konsep Perencanaan
Bidang Cipta karya
2.1 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai
peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan
tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.
Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang
membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat
penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang
Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu
strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk
perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Di samping isu umum, terdapat juga permasalahan
dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-2
Gambar 2.1
Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sumber: Direktorat Bina Program, 2014
2.2 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan
serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian
lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan
pembangunan nasional.
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan
pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan
secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia
pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-3
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dansanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya,
seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand
responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor
b. sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
c. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset
(asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum
dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel
dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan
sanitasi bagi masyarakat miskin.
d. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah
terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh
masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada
perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan
sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
e. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:
• RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam
pengembangan perumahan dan permukiman.
• RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat
karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
• RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa
infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk
tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi
penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-4
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode2010-2014, yaitu:
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air
minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai
dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total
penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem
pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas
sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.
c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas
masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui:
a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah
b. memastikan ketersediaan air baku air minum
c. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman
d. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan
persampahan
e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi
f. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman
g. meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
h. mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur
i. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta
j. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan
2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per
tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen
tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan
prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung
penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan
tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi
atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK.
Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-5
MP3EI dapat menjadi acuan bagi badan usaha dalam menanamkan modal di Indonesia sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan. Koordinasi pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI. KP3EI
mempunyai tugas:
a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI
b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI
c. Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian permasalahan dan hambatan
pelaksanaan MP3EI
MP3EI digagas untuk mempercepat dan
memperluas pembangunan ekonomi melalui
pengembangan 8 program
utama, yang terdiri atas pertanian,
pertambangan, energi, industri, kelautan,
pariwisata, dan telematika, serta pengembangan
kawasan strategis. Kedelapan program tersebut
dibagi lagi ke dalam 22 kegiatan ekonomi utama
(lihat gambar 2.2).
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-6
Sedangkan strategi pengembangan 22 kegiatan ekonomi tersebut adalah mengintegrasikan tiga elemenutama, meliputi:
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera,
Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku
2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally
integrated, globally connected)
3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di
setiap koridor ekonomi
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot pada 8 program utama
berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi) dan berlangsung lintas wilayah di 6 koridor,
terkoneksi, dan terintegrasi. Pada gilirannya strategi tersebut diharapkan menunjang penguatan kapasitas SDM
dan penguasaannya terhadap pengembangan IPTEK.
Gambar 2.3
Tema Pembangunan Masing-Masing Koridor Ekonomi
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-7
2.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan IndonesiaSesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya
pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas
jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai
misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi
masyarakat dari kerentanan dan goncangan
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui
berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan
MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP,
PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.
MP3KI adalah affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya Pro-growth,
tetapi juga Pro-Poor, Pro-job dan Pro-environment; termasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin.
Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan melalui MP3KI dapat dirangkum
dalam 9 alasan, yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan)
2. Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas
3. Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas
4. Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter)
5. Rendahnya kualitas SDM usia muda
6. Rendahnya penyerapan kerja sector industri
7. Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah
8. Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-8
Gambar 2.4Kerangka Desain MP3KI
Tahapan Pelaksanaan MP3KI
Periode 2013-2014:
• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun 2014 • Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
• Pada kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta perbaikan sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra)
• Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan
dengan MP3EI
• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014
Periode 2015 – 2019:
• Transformasi program-program pengurangan kemiskinan
• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage • Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja
• Penguatan sustainable livelihood
Periode 2020-2025:
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-9
Gambar 2.5Skenario Tahapan Pelaksanaan MP3KI
Gambar 2.6
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-10
2.2.5 Kawasan Ekonomi KhususUU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping
zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya
dalam hal ini diharapkan dapat mendukung
infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri,
pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang
lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor,
logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor
dan untuk dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari
pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai
potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata,
serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional
di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di
setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan
usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh
penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai,
pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan,
keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona
di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti halnya daerah lain di
Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam sistem dan prosedur yang
ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-11
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan pengaturan mengenaikawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4775) untuk diusulkan menjadi KEK, baik dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang
telah ditetapkan. Dengan berlakunya Undang-Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas.
2.2.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur,
Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat,
Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan
masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan
akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.
1. Program pro rakyat, memfokuskan pada:
• Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga
• Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
• Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil
2. Program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
• Program keadilan bagi anak • Program keadilan bagi perempuan
• Program keadilan di bidang ketenagakerjaan • Program keadilan di bidang bantuan hukum
• Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan • Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan
3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), memfokuskan pada:
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-12
• Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua• Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan • Program penurunan angka kematian anak
• Program kesehatan ibu
• Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya • Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup
• Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Dari ketiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di bidang Cipta Karya tertuang
didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium. Adapun program-program pembangunan bidang
Cipta Karya yang tertuang didalam Rencana tindak upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
No. Program Tindakan Sasaran Keluaran
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-13
No. Program Tindakan Sasaran Keluaran
2.Jumlah desa yang melaksanakan Community led total sanitation
*) keluaran dapat disesuaikan berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan secara berkala
2.3 Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan perundangan yang
terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya
Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.
2.3.1 UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan
permukiman mempunyai tugas:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan
kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota
dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-14
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu:a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum
dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada
tingkat kabupaten/kota.
i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat
kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran
masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan,
pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran,
peremajaan, dan permukiman kembali.
2.3.2 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung adalah
kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.
Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-15
bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana TataBangunan dan Lingkungan (RTBL).
Di samping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus
mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi,
dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian
udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung
(amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan,
serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.
c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi
semua bangunan gedung.
2.3.3 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya
pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem
penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi
penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum
tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu,
diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu dengan
pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
2.3.4 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan
penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran
ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-16
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempatpenampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu,
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah,
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat pemrosesan
akhir. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan
sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary
landfill.
2.3.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan
Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun
didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan
satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur
perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan,
peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan
sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
2.4 Amanat Internasional
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan
bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development
Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.4.1 Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari
Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen
kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-17
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalahpenyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air
minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.
2.4.2 Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau
lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi
arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen
memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan
penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio Declaration
1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan,
(ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii) kerangka aksi
dan instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan
Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara
inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini
akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (2005-2025).
2.4.3 Millenium Development Goals
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium sebagai bagian
dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan millennium (Millenium Development Goals).
Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap
perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan
berikut dokumen penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C yaitu
menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum
layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat
ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun
2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan
target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-18
100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal dataterakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari seluruh
pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota perlu
melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian
target MDGs.
2.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan kerangka
kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron
dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan
laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus
pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca 2015, sebagai
berikut:
a. Mengakhiri kemiskinan
b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender
c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup
d. Menjamin kehidupan yang sehat
e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik
f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi
g. Menjamin energi yang berkelanjutan
h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan berkeadilan
i. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan
j. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif
k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai
l. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong
m. Pembiayaan jangka panjang
Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam pencapaian sasaran 6 yaitu
mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-19
a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, dan di sekolah, puskesmas, dankamp pengungsi,
b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke sanitasi di sekolah dan di
tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,
c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air minum, serta meningkatkan
efisiensi air untuk pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan sebanyak z%,
d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan dan dari industri sebelum
dilepaskan.
Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga menekankan
pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan
yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama
untuk bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka kebijakan untuk mencapai
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-20
2.1 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya ... 1
2.2 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya ... 2
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 ... 2
2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014... 3
2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ... 4
2.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia ... 7
2.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus ... 10
2.2.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan... 11
2.3 Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya... 13
2.3.1 UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman... 13
2.3.2 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ... 14
2.3.3 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ... 15
2.3.4 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ... 15
2.3.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun ... 16
2.4 Amanat Internasional ... 16
2.4.1 Agenda Habitat ... 16
2.4.2 Konferensi Rio+20 ... 17
2.4.3 Millenium Development Goals ... 17
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) KABUPATEN MALANG 2015-2019
BAB.2-21
Tabel 2.1 Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium ... 12
Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 2
Gambar 2.2 Kegiatan Ekonomi Utama ... 5
Gambar 2.3 Tema Pembangunan Masing-Masing Koridor Ekonomi ... 6
Gambar 2.4 Kerangka Desain MP3KI ... 8
Gambar 2.5 Skenario Tahapan Pelaksanaan MP3KI ... 9