B a b 5
|
1
ASPEK LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
5.1 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional :
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang” 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014 :
B a b 5
|
2
perdesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis :
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
B a b 5
|
3
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota. e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
5.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena :
1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
B a b 5
|
4
pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel V-1.
Tabel V- 1
Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan Bidang Cipta Karya
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan
Kesimpulan : (Signifikan/Tidak
Signifikan)
1. Perubahan Iklim
2.
Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan atau kebakaran hutan dan lahan. 4. Penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam.
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
B a b 5
|
5
miskin atau terancamnyakeberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat. 7. Peningkatan resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia
*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang
ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut :
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah :
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;
Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
B a b 5
|
6
Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel V-2
Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat Dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Contoh Lembaga
Pembuat Keputusan a. Bupati/ Walikota
b. DPRD Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan atau kebakaran hutan dan lahan.
Dinas PU Cipta Karya
Instansi a. Dinas PU Cipta Karya
b. BPLHD Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/kelompok)
a. Perguruan Tinggi atau lembaga peneliti lainnya b. Asosiasi profesi
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
d. LSM/ Pemerhati Lingkungan hidup e. Perorangan/tokoh
f. Kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA
Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga adat b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani, dll)
Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan :
Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
B a b 5
|
7
Tabel V-3
Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Tapanuli Utara
No. Penetapan
Kawasan Strategis Lokasi Luas (ha) Tipologi
Keterangan (Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan
Kabupaten) KAWASAN STRATEGIS EKONOMI
A1. Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi
Bukit Barisan Semua kecamatan terkait -
Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi
A2. Kawasan Minapolitan
Kec. Tarutung (sebagai minapolis), Kec. Sipoholon, Kec. Siatas Barita, Kec. Pahae Jae, Kec. Siborong-borong, dan Kec. Muara
± 4.570 Kawasan Ekonomi
Khusus Kawasan Strategis Kabupaten
A3. Kawasan Bandar Udara Silangit Kec. Siborong-borong 82
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten
KAWASAN STRATEGIS SUMBER DAYA ALAM DAN ATAU TEKNOLOGI TINGGI
B1.
Kawasan Sebaran Potensi Pembangkit Listrik Panas Bumi (Geothermal).
- PLTP Sarulla
- WKP Panas Bumi Sipoholon Ria-ria
- ± 34.410*
Kawasan yang menjadi instalasi energi listrik
Kawasan Strategis Kabupaten
B2. Kawasan Sebaran Potensi Bahan
Tambang
Kec. Pangaribuan, Tarutung, Siatas Barita, Garoga, Pagaran, Sipoholon, Simangumban, Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua dan Adiankoting
± 404
Kawasan yang menjadi sumber bahan tambang
Kawasan Strategis Kabupaten
B3. Kawasan Sebaran Potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Air
Kec. Parmonangan, Tarutung, Pahae Julu,
Garoga, Sipoholon, dan Adian Koting -
Kawasan yang menjadi instalasi energi listrik
Kawasan Strategis Kabupaten
KAWASAN STRATEGIS LINGKUNGAN
C1. Kawasan Suaka Alam Dolok Saut Kec. Pangaribuan 45,62
Kawasan Pelestarian dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Kawasan Strategis Kabupaten
C2. Kawasan Konservasi Sijaba Huta
Ginjang Kec. Muara -
Kawasan Pelestarian dan Perlindungan
B a b 5
|
8
No. Penetapan
Kawasan Strategis Lokasi Luas (ha) Tipologi
Keterangan (Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan
Kabupaten) Lingkungan Hidup
C3. Kawasan Hutan Lindung Batang Toru Kec. Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua,
Simangumban, Adiankoting ± 91000
Kawasan Pelestarian dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten
KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA
D1.
Kawasan Wisata Rohani Salib Kasih (Sudah satu paket dengan Munson dan Lyman)
Kec. Siatas Barita -
Kawasan
Konservasi Warisan Budaya
Kawasan Strategis Kabupaten
D2. Kawasan Wisata Budaya/Sejarah Gua
Natumandi Kec. Tarutung -
Kawasan
Konservasi Warisan Budaya
Kawasan Strategis Kabupaten
D3. Kawasan Wisata Rohani Gereja Dame
dan Onan Sitahuru Saitnihuta Kec. Tarutung -
Kawasan
Konservasi Warisan Budaya
Kawasan Strategis Kabupaten
D4 Kawasan Wisata Rohani Munson &
Lyman Lobu Pining, Kec. Adiankoting
Kawasan
Konservasi Warisan Budaya
Kawasan Strategis Kabupaten
B a b 5
|
9
Tabel V-4
Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat*
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu : Pemenuhan akan kebutuhan air untuk air minum
Kota Tarutung mempunyai sumber air baku dari mata air Sitakka Tarutung yang kondisinya masih layak
Isu : Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai
Kondisi saluran drainase yang digunakan untuk buangan limbah yang berasal dari rumah tangga (domestik) maupun kegiatan lainnya, di Kabupaten Tapanuli Utara belum ada karena masih dilaksanakan secara swakelola
*) meliputi deskripsi lokasi, penyebab, intensitas dan sebaran dampak
Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012
c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Tabel V-5
Contoh Tabel Identifikasi KRP
No. Komponen kebijakan,
rencana / program Kegiatan
Lokasi (Kelurahan)
1. Pengembangan
Permukiman 1).
2). Dst
2. Penataan Bangunan dan
Lingkungan 1).
2). Dst
3. Pengembangan Air Minum
B a b 5
|
10
4. Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Pekerjaan Umum, 2012
d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Tabel V-6
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
No
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek
Bobot Sosial Bobot
Ekonomi Total Bobot