• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. krisis air bersih. Ketersediaan cadangan air yang tidak sebanding dengan besarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. krisis air bersih. Ketersediaan cadangan air yang tidak sebanding dengan besarnya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pulau Jawa merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kerap dilanda krisis air bersih. Ketersediaan cadangan air yang tidak sebanding dengan besarnya jumlah penduduk menjadi alasan utama krisis air kerap melanda Pulau Jawa. Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum memaparkan tentang hasil data Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air tahun 2012 bahwa Pulau Jawa hanya memiliki 4% air permukaan dari jumlah keseluruhan potensi cadangan air di Indonesia atau setara 124 ribu meter3/detik. Sementara pemakaian air di Pulau Jawa dan Bali terbesar di Indonesia dengan mencapai 100 milyar meter3/ tahun1.

Penggunaan air dalam jumlah besar di Pulau Jawa disebabkan penduduk yang bermukim dan tinggal juga berjumlah sangat besar. Jumlah penduduk Pulau Jawa bila diprosentasekan telah mencapai sebesar 58% dari total keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Namun begitu, penduduk Pulau Jawa hanya mendapatkan sedikit air yakni sekitar 1.210 meter2/ kapita/ tahun atau sekitar 7% dari rata-rata ketersediaan air per kapita di Indonesia2. Berdasarkan presentase potensi ketersediaan cadangan sumberdaya air dan perolehan air yang relatif kecil tidak mengingkari bila Pulau Jawa sebagai daerah rawan krisis air bersih.

1Suara Pembaruan. 2012. Pulau Jawa Kritis Air. http://www.suarapembaruan.com/home/pulau-jawa-kritis-air/21983 diakses pada 8 Oktober 2013.

2

AntaraJabar. 2012. Sumber Daya Air Indonesia Baru 25 Persen Termanfaatkan.

(2)

Krisis air bersih pada umumnya melanda masyarakat di perkotaan besar, namun demikian hal ini juga menjadi tidak terkecuali bagi di daerah pedesaan Pulau Jawa. Salah satu contoh kecil pedesaan di Pulau Jawa yang mengalami krisis air bersih berada di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kepala3 Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) PDAM Tirta Medal Sumedang, Cece Wahyu Gumelar dalam salah satu media massa lokal Kabupaten Sumedang (30/8/2013) mengungkapkan,

“Kebutuhan air di Jatinangor untuk kategori air tanah dangkal mencapai 2.619.933 meter3/tahun sementara ketersediaannya hanya 18.890.649 meter3/tahun. Untuk air tanah dalam pengambilan air yang dilakukan setiap tahun mencapai 4.600.000 meter3/tahun dari ketersediaan hanya 2 juta meter3/tahun … Air tanah dangkal menyusut hingga 3 meter per tahun. Cimanggung menggunakan air tanah dalam lebih banyak lagi mengingat banyak perusahaan industri membutuhkan jutaan meter kubik per tahunnya hanya untuk kebutuhan industri saja … Sementara, keberadaan sumber mata air tidak terlalu membantu. … Kekeringan terjadi di antaranya di Desa Cihanjuang, Pasir Nanjung dan Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung”.

Berdasarkan pernyataan media massa lokal di atas, dapat digarisbawahi krisis air bersih utamanya di Kecamatan Cimanggung karena ada ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan air bersih. Sebab utama krisis air bersih melanda di Kecamatan Cimanggung namun demikian tidak sekedar dampak persoalan besarnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan ketersediaan air. Krisis air yang melanda juga disebabkan oleh dampak dari kehadiran industri-industri di sekitar.

Dalam peninjauan secara lebih jauh, Kecamatan Cimanggung merupakan kawasan dan zona industri di mana terdapat lebih dari 30 berbagai jenis industri

3

Inilah.com. 2013. Cimanggung dan Jatinangor Mulai Kekeringan. http://m.inilah.com/read/detail/2024735/cimanggung-dan-jatinangor-mulai-kekeringan diakses pada 8 Oktober 2013.

(3)

dengan 100.000 karyawan serta prasarana pendukung seperti halnya perumahan dan pertokoan4. Berdasarkan kondisi wilayah dengan berbagai industri beserta prasarana pendukungnya tersebut tidak mengingkari jika keberadaan air bersih sangat dibutuhkan baik bagi masyarakat maupun pihak industri. Kebutuhan air bersih akan sangat semakin juga dibutuhkan terutama kala musim kemarau tiba. Pada umumnya musim kemarau membuat sumber-sumber air seperti air tanah, sungai, mata air dan sumur galian warga mengalami defisit pada debit air atau kekeringan.

Sebagaimana dalam kutipan media massa lokal Sumedang di atas, beberapa desa di Kecamatan Cimanggung yang dilanda kekeringan salah satunya disebutkan adalah Desa Sindang Pakuon5. Namun begitu, jauh sebelum krisis air bersih marak diberitakan dan muncul ke permukaan publik bahwasannya Desa Sindang Pakuon merupakan salah satu dari beberapa desa yang membutuhkan air bersih sejak lama. Warga Desa Sindang Pakuon hampir lebih dari 20 tahun tidak dapat menikmati ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari6. Letak desa yang dikelilingi industri-industri beserta prasarana pendukungnya yang terus tumbuh tersebut membuat ketersediaan air besih kian terbatas bagi masyarakat sekitar. Air bersih yang kian terbatas akan semakin dirasakan masyarakat kala musim kemarau membuat debit air di sejumlah sumber air tidak luput dari penyusutan.

4Bappeda Sumedang. 2009. RPJMD Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2013. http://www.Bappeda.Sumedangkab.go.id diakses pada 26 Desember 2013.

5 Inilah.com. op.cit,. 6

Hasil Wawancara dengan Agus, Widianto. Executive Director Yayasan Bina Usaha Lingkungan, Tanggal 7 November 2013, Pukul 15.16 WIB.

(4)

Dengan hampir selama 20 tahun tidak dapat menikmati air bersih membuat warga Desa Sindang Pakuon sehingga telah terbiasa memanfaatkan air sungai. Air sungai Ciburaleng kerap kali digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keseharian, mulai dari kegiatan mandi cuci kakus (MCK) hingga untuk air minum. Bupati Sumedang secara implisit juga turut membenarkan kondisi pemenuhan kebutuhan dan akses air bersih terhadap warga Desa Sindang Pakuon. Sebagaimana diungkapkan oleh H. Don Murdono bahwa warga desa setempat memang memanfaatkan air yang kurang layak untuk kebutuhan hidup sehari-hari7.

Pemanfaatan air yang kurang layak oleh warga desa setempat seakan turut diperkuat berdasarkan hasil pra survey Coca-Cola Indonesia yang menyatakan bahwa Desa Sindang Pakuon selain merupakan daerah berstatus rawan kritis air bersih, adapun air sungai di sekitar mereka juga terdapat sejumlah kandungan zat berbahaya di mana salah satunya bakteri E-coli8. Dengan status kandungan air sungai yang terdapat berbagai macam zat dimana dikatakan tidak baik bagi kesehatan manusia namun pada nyatanya warga Desa Sindang Pakuon sudah terbiasa dengan pemanfaatan aliran air sungai tersebut.

Agus Widianto mengungkapkan bahwa pada umumnya warga memanfaatkan air sungai di sekitar permukiman mereka dengan menggunakan mesin diesel. Air sungai yang telah diperoleh disalurkan melalui selang pipa kecil menuju sumur galian milik warga kemudian air akan dapat digunakan setelah

7108CSR.com. 2012. Perusahaan di Cimanggung Diminta Salurkan Dana CSR. http://www.108csr.com/default/your-csr/2012/02/10/780/perusahaan-di-cimanggung-diminta-salurkan-dana-CSR diakses pada 10 November 2013.

8

Hasil Wawancara dengan Priyono Trisoesilo, Public Affair Manager Coca-Cola Foundation Indonesia, Tanggal 4 November 2013, Pukul 09.15 WIB.

(5)

mengalami proses pengendapan beberapa hari terlebih dulu9. Dari penjelasan gambaran aktivitas warga tersebut akan usaha memenuhi kebutuhannya terhadap air, kesulitan yang dirasakan pada nyatanya tidak hanya sekedar mengenai keberadaan air bersih. Warga dihadapi dengan kondisi keterbatasannya fasilitas seperti alat pompa sebagai penunjang mereka untuk dapat memperoleh air.

Kondisi warga yang minim terhadap kepemilikan fasilitas penunjang untuk memperoleh air tersebut sebagaimana diungkapkan Agus Widianto, mesin diesel yang digunakan sebagai pompa guna menyalurkan air hanya dimiliki segelintir individu. Warga telah lama meminta bantuan pemerintah daerah untuk pengadaan fasilitas air bersih, namun tidak dipenuhi. Warga selama itu juga tidak mendapatkan bantuan pihak siapapun dalam pemenuhan kebutuhan air bersih10. Sungguh ironi bila pada nyatanya harapan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi warga tidak kunjung terealisasi dan justru terus dibiarkan begitu saja. Padahal pemenuhan kebutuhan air sangat penting bagi penunjang kehidupan masyarakat dan sesungguhnya merupakan hak atas tiap-tiap individu selaku warga negara. Ancaman isu krisis air bersih beserta dampaknya maka demikian menjadi salah satu persoalan yang perlu segera diatasi.

Sejatinya, persoalan isu krisis air bersih beserta dampak terhadap pemenuhan kebutuhan air masyarakat keseluruhan memang merupakan bagian dari pekerjaan rumah aparat Pemerintah. Terlebih akses dan ketersediaan pemenuhan air bersih bagi masyarakat ditetapkan menjadi salah satu target dalam

9 Hasil Wawancara dengan Agus Widianto. Executive Director Yayasan Bina Usaha Lingkungan, Tanggal 7 November

2013, Pukul 15.16 WIB. 10

Hasil Wawancara dengan Agus Widianto. Executive Director Yayasan Bina Usaha Lingkungan, Tanggal 7 November 2013, Pukul 15.16 WIB.

(6)

MDGs tahun 2015. Indonesia memasang target optimis bahwa pada tahun 2015, pemenuhan air bersih masyarakat mencapai 68,87%. Pada kenyataannya, sampai dengan tahun 2012 target baru tercapai 58,05% dan masih harus mengejar sebesar 10,82%11. Langkah Pemerintah dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan air diakui tidak mudah. Adapun dukungan anggaran untuk penyediaan air bersih yang terbatas kian membuat langkah Pemerintah semakin dirasa sulit dalam usaha realisasinya menjamin ketersediaan air bersih terhadap masyarakat.

Potret masyarakat yang sulit dalam mengakses dan memenuhi kebutuhannya terhadap air bersih maka sudah seharusnya segera dituntaskan. Gambaran kondisi warga Desa Sindang Pakuon seperti diungkapkan sebelumnya menjadi salah satu dari sebagian contoh dalam lingkup kecil dimana masyarakat mengalami sulit akan akses dan pemenuhannya pada air bersih. Warga Sindang Pakuon memanfaatkan air sungai sekitar untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya terhadap air bersih. Warga juga perlu menempuh jarak sekitar ± 3-5 km untuk dapat memperoleh air bersih dari sumber mata air secara langsung12. Sementara gambaran sulitnya akses air bersih dalam lingkup luas seperti halnya terkait keterbatasan anggaran maka hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Djoko Kirmanto, selaku Menteri Pekerjaan Umum (PU)13:

“Kini, baru sekitar 50% penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan akses terhadap air bersih. Sisanya 50%, belum memiliki akses tersebut. Di lain pihak, pemerintah harus berhadapan dengan masalah keterbatasan dana. Pada saat ini, kemampuan untuk mengalokasikan dana

11 Suhufan, Moh. Abdi. 2014. Air Untuk Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

http://dfw.or.id/air-untuk-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil/ diakses pada 7 Juni 2014.

12 Hasil Wawancara dengan Ogi Diana, Tokoh Masyarakat Desa Sindang Pakuon Tanggal 17 Maret 2014, Pukul 08.48 WIB.

13

Media Indonesia. 2009. Air bersih, Jauh Panggang dari Api (dalam) POKJA AMPL. 2009. www.ampl.or.id diakses pada 26 Agustus 2014.

(7)

baru sebesar Rp 400 miliar per tahun. Padahal, penyediaan infrastruktur air bersih membutuhkan dana sekitar Rp3 triliun”.

Berdasarkan dua gambaran kondisi masyarakat di atas, terlebih diakui sebab adanya keterbatasan dana infrastruktur pada air bersih maka demikian Pemerintah dalam usaha melakukan penuntasan persoalan ini sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak.

Pemerintah membutuhkan dukungan, komitmen dan upaya keras dari partisipasi berbagai pihak seperti swasta, Badan Usaha Milik Negara, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat sendiri dalam usaha untuk turut menuntaskan persoalan akses air bersih ini. Selaras dengan itu, Coca-Cola Indonesia (CCI) hadir sebagai salah satu pihak swasta yang turut berpartisipasi dan berkontribusi dalam upaya membantu mengatasi persoalan Pemerintah tersebut. PT. Coca-Cola Indonesia melalui Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) melakukan kegiatan corporate social responsibility (CSR) berbasis lingkungan dengan fokus terhadap penyediaan air bersih dan sanitasi bertema “Community Water Access”.

Salah satu program “Community Water Access” yang belum lama dilakukan terhadap komunitas Desa Sindang Pakuon secara berkelanjutan adalah Strengthening the Community Based Sanitation, Health and Sustainable Environment. Bekerjasama dengan Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL), implementasi program bertujuan untuk membangun akses air bersih dan sanitasi masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat serta membangun kemandirian dalam pengelolaan sumberdaya air yang ada.

(8)

Coca-Cola Foundation Indonesia membangun fasilitas air bersih dengan melibatkan masyarakat secara langsung untuk memenuhi kebutuhan terutama bagi warga Dusun Ciburaleng dan Dusun Manabaya, Desa Sindang Pakuon. Fasilitas air bersih dibangun dengan memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan sebesar 800 kepala keluarga. Selain pembangunan fasilitas air bersih, pembangunan communal septic tanks (CST) berkapasitas sekitar 80 kepala keluarga juga dilakukan bersama warga Desa Sindang Pakuon. Pembangunan sarana sanitasi berupa CST dilakukan mengingat adanya isu krisis air yang secara tidak langsung turut berimbas dengan timbulnya persoalan serius mengenai sanitasi di tingkat masyarakat lokal.

Adanya partisipasi PT. Coca-Cola Indonesia melalui Coca-Cola Foundation Indonesia bersamaan program CSR yang dilaksanakan dengan mitra kerjasama Yayasan Bina Usaha Lingkungan melalui implementasi program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment sehingga pada nyatanya mampu merealisasikan harapan warga dalam ketersediaan sarana akses air bersih dan sanitasi di lingkungan Desa Sindang Pakuon. Oleh karena demikian, peran Coca-Cola Foundation Indonesia secara implisit telah turut membantu melakukan penyelesaian sebagian persoalan Pemerintah dalam upaya merealisasikan ketersediaan air bersih terhadap masyarakat keseluruhan sebagaimana telah menjadi salah satu pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera diselesaikan.

(9)

Program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment pada realita pelaksanaannya di lapangan sesuai dengan tujuan program. Warga dapat mengakses air bersih dengan mudah merupakan salah satu wujud hasil dari pelaksanaan program. Dengan berkapasitas 800 rumah

tangga, fasilitas air bersih yang dibangun sudah mengaliri 240 rumah tangga, 7

buah masjid dan 3 buah MCK (Mandi Cuci Kakus) dan 1 industri yang dioperasikan oleh manajemen perusahaan air desa14.Di samping itu, keberadaan CST atau cubluk besar di sekitar tempat tinggal masyarakat memberikan manfaat positif baik bagi lingkungan maupun kesehatan diri mereka sendiri.

Dengan pembangunan berupa dua septik tank komunal (CST) sebagai

percontohan yang masing-masing dapat melayani sekitar 40-50 rumah tangga,

maka adanya cubluk besar ini juga telah merubah perilaku masyarakat. Warga tidak lagi mencemari lingkungan dengan buang air besar sembarangan atau membuang limbah secara langsung pada sungai. Mengingat buang air besar sembarangan atau pembuangan limbah langsung pada sungai selama ini masih dilakukan secara turun-menurun15.

Keberhasilan implementasi program juga tidak sekedar dinyatakan dengan ketersediaan akses dan pemenuhan warga terhadap air bersih dan sanitasi aman. Program yang diselenggarakan atas inisiatif Coca-Cola Foundation Indonesia di Desa Sindang Pakuon berhasil merealisasikan peningkatan kapasitas masyarakat serta membangun kemandirian dalam pengelolaan sumber daya air yang ada.

14Hasil Wawancara Dengan Ismail. Tokoh Masyarakat Sindang Pakuon dan Anggota Pengelola CV. Mitra Sejahtera, Tanggal 21 Maret 2014, Pukul 15.16 WIB.

15

Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL). 2013. Final Report: Strengthening the Community Based Sanitation, Health and Sustainable Environment. Yayasan Bina Usaha Lingkungan. Jakarta. Tidak diterbitkan.

(10)

Diakui program ini salah satu diantaranya mengandung segi edukasi berupa pengembangan dan pemahaman tentang budaya mengerti air. Sementara hasil yang ditunjukkan dari implementasi program diantaranya perubahan perilaku masyarakat berupa rasa penghargaan terhadap air16.

Bersamaan adanya perubahan dalam diri masyarakat, kondisi perilaku warga pada saat awal itu diakui tidak memahami budaya mengenai air. Hal ini sebagaimana dijelaskan Didin Rosyidin17 bahwa “Orang yang kampung penduduk rata-rata berpikir kita dapat membeli ini (air), padahal harusnya kan tidak seperti itu. Kalau seperti itu terus tetangga desa akan kekurangan air”. Dengan program ini dilaksanakan nyatanya mampu membawa perubahan pada masyarakat. Perubahan masyarakat ditandai gerakan hemat air dan menjaga lingkungan untuk tidak membuang sampah di sekitar aliran sungai. Serta, masyarakat menjaga kelesetarian sumber air dengan melakukan penghijauan disekitarnya. Implementasi program tidak bila dari sisi peningkatan kapasitas sehingga dapat dinyatakan berhasil.

Sementara di sisi kemandirian pengelolaaan sumber daya sebagai salah satu sasaran tujuan program juga dinyatakan berhasil dengan ditandai kinerja dari kelompok manajemen air Desa Sindang Pakuon bernama CV. Mitra Sejahtera. Sebagaimana pada pernyataan sebelumnya, manajemen air ini dapat mengelola 240 rumah tangga dan sebuah industri sebagai pelanggan perusahaan air tingkat desa mereka yang telah berjalan hampir tiga tahun secara mandiri pasca implementasi program. Padahal Ogi Diana mengungkapkan bahwa sebelumnya

16

Hasil Wawancara Deengan Didin Rosyidin, Field Coordinator. Tanggal 18 Maret 2014, Pukul 10.23. 17 Hasil Wawancara Deengan Didin Rosyidin, Field Coordinator. Tanggal 18 Maret 2014, Pukul 10.23

(11)

juga terdapat bantuan program air namun hanya berjalan selama satu tahun sebab sifat program yang money physic18. Dapat dipahami bahwasannya program yang diberikan oleh Coca-Cola Foundation Indonesia tidak sekedar bantuan materi. Keberhasilan warga dapat mempertahankan program hingga saat ini juga merupakan buah pengembangan masyarakat yang dilakukan.

Berdasarkan pemaparan berkenaan persoalan krisis air yang kerap melanda Pulau Jawa dan usaha Pemerintah yang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mengatasi sulitnya akses dan pemenuhan kebutuhan air bersih terhadap masyarakat, adapun pembangunan fisik disertai perhatiannya pada peningkatan kapasitas masyarakat serta membangun kemandirian dalam pengelolaan sumberdaya air yang ada menjadi alasan program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment Coca-Cola Foundation Indonesia sebagai bahan topik yang diangkat menjadi penelitian penulis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment Coca-Cola Foundation Indonesia dalam penyediaan sarana akses air dan sanitasi bagi masyarakat di Desa Sindang Pakuon, Cimanggung, Jawa Barat?

18

Hasil Wawancara dengan Ogi Diana, Tokoh Masyarakat Desa Sindang Pakuon Tanggal 17 Maret 2014, Pukul 08.48 WIB.

(12)

2. Apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment Coca-Cola Foundation Indonesia?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mendeskripsikan proses implementasi program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment Coca-Cola Foundation Indonesia dalam rangka membantu penyaluran air bersih bagi masyarakat di Desa Sindang Pakuon, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

2. Mengidentifikasi motif dasar implementasi program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment Coca-Cola Foundation Indonesia.

3. Mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan implementasi program strengthening the community based sanitation, health and sustainable environment Coca-Cola Foundation Indonesia.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan dilakukan penelitian ini tentu diharapkan dapat memberikan manfaat terutama pada berbagai pihak terkait. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Menjawab rumusan masalah yang dilakukan oleh penulis atas rasa ingin tahu sekaligus memberikan pengetahuan dan pengalaman secara lebih luas dan

(13)

nyata terhadap good practices Corporate Social Responsibility (CSR) suatu perusahaan.

2. Bagi Akademisi

Sebagai referensi maupun penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa ataupun berbagai pihak lain yang memiliki ketertarikan pada penelitian tentang Potret Program Corporate Social Responsibility (CSR) Strengthening the Community Based Sanitation, Health and Sustainable Environment Coca-Cola Foundation Indonesia di Desa Sindang Pakuon, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

3. Bagi PT. Coca-Cola Indonesia

Sebagai bentuk evaluasi terhadap program CSR yang telah dilakukan guna meningkatkan kinerja dan pencapaian tujuan program CSR PT. Coca-Cola Indonesia melalui Coca-Cola Foundation Indonesia terhadap masyarakat dan lingkungan secara lebih baik.

4. Bagi Masyarakat

Sebuah bentuk kontribusi dan informasi positif guna mengetahui dan memahami program CSR berbasis lingkungan yang diterapkan di lingkungan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait