• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF PENDENGAR AKTIF PADA PROGRAM TALK SHOW DI RADIO ANTARIKSA SURABAYA. Herwanto 1 dan Fitri Andriani. Abstrack

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIF PENDENGAR AKTIF PADA PROGRAM TALK SHOW DI RADIO ANTARIKSA SURABAYA. Herwanto 1 dan Fitri Andriani. Abstrack"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF PENDENGAR AKTIF PADA PROGRAM TALK SHOW DI RADIO ANTARIKSA SURABAYA

Herwanto1

dan

Fitri Andriani

Abstrack

Radio is one of the mass communication. In the midst of the roar of the presence of various channels of mass communication, radio is still exist and survive. Including the radio that was in line AM (Amplitude Modulation). One of the last radio station in the path of AM Radio Space Health is located at the frequency 1278 AM. This radio specializes in health, with the share of young listeners and young adults. This radio has excellent programs that talk show. The program is quite attractive audience because it presents a variety of information about health and healthy lifestyles. The study was conducted to determine the motive active listener in following the talk show program that is expected to be a discourse for another radio listeners about the interest in the programs 'serious' and not mere entertainment. This research is descriptive quantitative survey methods. Sampling techniques used are available sampling by taking a sample of people who live in areas that meet the criteria Gerbang Kertasusila established researchers.

Key Words:

Radio Station, Health, Talkshow, Active Listeners Abstrak

Radio merupakan salah satu saluran komunikasi massa. Di tengah gegap gempita kehadiran berbagai saluran komunikasi massa, radio hingga kini masih eksis dan bertahan. Termasuk radio yang berada di jalur AM (Amplitude Modulasi). Salah satu stasiun radio yang bertahan di jalur AM adalah Radio Antariksa Health yang berada di frekuensi 1278 AM. Radio ini mengkhususkan diri di bidang kesehatan, dengan pangsa pendengar usia muda dan dewasa muda. Radio ini memiliki program unggulan yaitu talk show. Program ini cukup diminati pendengar karena di dalamnya menyuguhkan berbagai informasi seputar kesehatan dan gaya hidup sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motif pendengar aktif dalam mengikuti program talk show tersebut yang diharapkan dapat menjadi diskursus bagi radio lain mengenai minat pendengar pada program-program ‘serius’ dan bukan semata-mata hiburan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survai. Teknik sampling yang digunakan adalah available sampling dengan mengambil sampel orang-orang yang berdomisili di wilayah Gerbang Kertasusila yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan peneliti.

Kata Kunci:

Radio, Kesehatan, Talkshow, Pendengar Aktif

1

Penulis adalah Dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya.

(2)

Pendahuluan

Radio, muncul setelah kehadiran media cetak. Radio lahir setelah adanya penemuan teknologi seperti telepon, telegraf, fotografi, dan rekaman suara. Radio pada mulanya merupakan teknologi yang mencari kegunaan, bukannya sesuatu yang lahir sebagai respon terhadap suatu kebutuhan pelayanan baru (McQuail, 1993:15). Menurut Raymond William (1975), berbeda dengan jenis teknologi sebelumnya, radio dan televisi merupakan sistem yang dirancang untuk kepentingan transmisi dan penerimaan yang merupakan proses abstrak, yang batasan isinya sangat terbatas atau bahkan sama sekali tidak ada. Radio bersifat auditif, yang hanya dapat digunakan dengan cara didengarkan. Sehingga radio siaran mempunyai keuntungan dapat menjangkau khalayak luas. Sebagaimana media massa yang lain, radio memiliki beberapa fungsi: (1) fungsi informasi; (2) fungsi edukasi; dan (3) fungsi menghibur. Meski media mampu memuaskan kebutuhan khalayak, bukan berarti khalayak hanya bersifat pasif dan menerima apa saja yang disajikan oleh media. Khalayak kini bukan hanya dapat memberikan respon secara langsung, namun juga bisa menyeleksi media yang ingin mereka gunakan. Di sini khalayak diasumsikan aktif dan diarahkan oleh tujuan. Dalam beberapa survai, disebutkan bahwa kekuatan atau ketahanan seseorang dalam mendengarkan radio jauh lebih lama ketimbang menonton televisi. Sebab, mendengarkan radio tidak memerlukan fokus perhatian. Kegiatannya dapat dilakukan sambil melakukan aktivitas lain.

Di tengah bermunculannya berbagai macam teknologi komunikasi, radio tidak lagi berjaya sebagaimana era 1970-an. Banyak stasiun radio yang ditinggalkan oleh pendengarnya dan akhirnya harus gulung tikar karena sudah tidak mampu lagi bertahan. Masa keemasan radio digantikan dengan kehadiran televisi dan internet yang mengisi kebutuhan informasi dan hiburan bagi masyarakat. Oleh karena itu masing-masing stasiun radio berupaya melakukan kreasi dan inovasi agar dapat terus bertahan dan berkembang. Selain bersaing dengan televisi dan internet, radio juga harus bersaing dengan kecanggihan teknologi seperti kehadiran MP3 dan MP4. Salah satu kebutuhan khalayak ketika mendengarkan radio adalah menikmati musik.Aplikasi MP3 dan MP4 yang disematkan pada berbagai gadget/perangkat teknologi yang beragam semakin memudahkan khalayak untuk memilih perangkat yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Artinya radio tidak lagi menjadi pilihan utama bagi khalayak jika hanya sekadar ingin mendengarkan musik.

Selain inovasi dalam hal program dan teknologi, sebagian besar radio kini memilih beroperasi di jalur FM (Frequency Modulation) ketimbang di jalur AM (Amplitude Modulation). Alasannya selain dianggap kuno/ketinggalan zaman, operasi di jalur FM membuat suara yang dihasilkan lebih jernih. Di antara segelintir radio yang bertahan di jalur AM adalah Radio Antariksa. Radio ini beroperasi melalui frekuensi 1278 AM. Inovasi yang dilakukan Radio Antariksa adalah dengan mengejawantahkan diri sebagai radio kesehatan. Fungsi edukasi dilakukan dengan secara konsistem menyuguhkan informasi dan pengetahuan seputar kesehatan. Inspirasinya diperoleh dari rancangan pemerintah tahun 1992 dengan slogan Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu kemudian radio ini berubah nama menjadi Antariksa Health Radio. Radio ini memiliki program unggulan berupa talk show yang disiarkan setiap Selasa hingga Kamis dan hari Sabtu. Talk show berisi dialog interaktif, dialog kesehatan ibu dan anak, dialog kesehatan jiwa, dialog medis umum, dan tips-tips kesehatan. Talk show digelar dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten dengan tema-tema yang beragam.

Setiap hari tak kurang dari 20 hingga 50 pendengar berpartisipasi dalam program talk show ini. Baik melalui telepon, pesan singkat (SMS), email, website, Blackbery Messenger (BBM) atau melalui live streaming. Selain membuat program radio lebih fokus pada masalah kesehatan, inovasi juga dilakukan manajemen Radio Antariksa melalui konvergensi media,

(3)

yaitu dengan memanfaatkan fasilitas internet sejak 6 tahun lalu untuk mendukung program-program siarannya maupun sebagai sarana promosi. Radio Antariksa juga menerbitkan majalah yang dijual bebas. Majalah yang diberi nama “Kiat Sehat” ini terbit tiga bulan sekali, berisi tips dan berita seputar kegiatan kesehatan. Dipasarkan secara gratis, majalah dapat diperoleh di beberapa tempat umum seperti toko buku, rumah sakit, klinik kesehatan, hotel, tempat praktik dokter, dan berbagai tempat strategis lainnya.

Perumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah motif pendengar aktif pada program talk show di Radio Antariksa?”.

Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pengelola radio mengenai motif khalayak ketika mengakses sebuah program. Dengan demikian manajemen pengelola radio dapat memeroleh informasi mengenai program mata acara yang dibutuhkan oleh pendengar. Hal ini penting dalam mengembangkan program siaran yang menarik dan bermanfaat bagi pendengar, bukan semata-mata berfokus pada program hiburan seperti yang saat ini banyak dipilih oleh stasiun radio.

Landasan Teori

Teori Uses and Gratification

Teori ini berangkat dari pandangan bahwa media massa tidak memiliki kekuatan untuk memengaruhi khalayak. Khalayak menggunakan media massa sesuai kebutuhan dan tujuan masing-masing. Pada dasarnya khalayak menggunakan media massa dengan motif-motif tertentu. Oleh karena itu media kemudian berusaha memenuhi motif-motif tersebut. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut sebagai media yang efektif. Menurut Kartz, Grevitch, dan Haas model ini dimulai dengan lingkungan sosial yang menentukan kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorikan sbb.:

 Kebutuhan Kognitif: berkaitan dengan peneguhan, kebutuhan memeroleh informasi, pengetahuan yang didasarkan pada hasrat untuk memahami diri;

 Kebutuhan Afektif: kebutuhan yang berkaitan dengan pengalaman, perasaan kesenangan, dan emosi;

 Kebutuhan integratif pribadi: yakni kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, dan stabilitas status individual;

 Kebutuhan integratif sosial: yakni kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan lingkungan luar. Hal ini didasarkan atas dorongan afiliasi individu.

 Kebutuhan Pelepasan: yakni kebutuhan yang berkaitan dengan pelarian diri, mengurangi ketegangan, dan dorongan untuk mencari hiburan.

Menurut McQuail, ada empat motif khalayak dalam mengonsumsi media: (1) motif informasi; (2) motif identitas pribadi; (3) motif integrasi dan interaksi sosial; (4) motif hiburan. Empat kategori inilah yang akan digunakan peneliti untuk melihat bagaimana khalayak aktif di radio Antariksa dalam menikmati program talk show.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan maksud memeroleh gambaran yang detil mengenai suatu fenomena.

(4)

Populasi & Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pendengar yang aktif berpartisipasi dalam program talkshow di Radio Antariksa baik melalui telepon, layanan pesan singkat (SMS), email, BBM, dan live streaming. Dari data yang dihimpun peneliti diperoleh informasi bahwa jumlah pendengar talk show di Radio Antariksa berkisar antara 20-50 orang per hari. Dengan karakteristik pendengar yang lajang dan menikah masing-masing 50%. Karakteristik populasi dengan perbedaan status pernikahan diasumsikan akan berhubungan dengan motif mendengarkan informasi dari program talk show di radio ini.

Untuk memeroleh jumlah sampel yang representatif, peneliti menggunakan rumus Yamane: N n = --- Nd2 + 1 Keterangan: N : jumlah populasi n : jumlah sampel

d : tingkat presisi yang diinginkan

Dalam hal ini peneliti menentukan d sebesar 10% dengan tingkat kepercayaan mencapai 90%.

Dari rumus ini diperoleh jumlah sampel sebesar 91,3 dibulatkan menjadi 100 orang. Selanjutnya peneliti menetapkan kriteria responden:

1) berjenis kelamin laki-laki atau perempuan;

2) usia 27 tahun ke bawah diambil 50 responden dan usia 27 tahun ke atas diambil 50 responden;

3) tinggal di wilayah Gerbang Kertasusila.

Teknik sampling yang digunakan adalah available sampling. Di mana peneliti bebas memilih siapa saja dari anggota polusi yang sesuai dengan kriteria di atas dan bersedia menjadi responden.

Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban. Skoring ditentukan dengan cara menentukan skor dari tiap item dari tiap pedoman wawancara hingga diperoleh skor total untuk setiap individu. Adapun skor untuk tiap-tiap item adalah sbb.

Sangat Setuju (SS) skor 5

Setuju (S) skor 4

Kurang Setuju (KS) skor 3

Tidak Setuju (TS) skor 2

Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1

Durasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai 1 Oktober hingga 1 November 2011. Untuk memeroleh data dari responden yang tinggal di Surabaya, peneliti bertemu langsung sedangkan untuk pendengar di luar kota Surabaya yang dijadikan responden, peneliti menggunakan wawancara per telepon.

(5)

Pembahasan

Dari aspek identitas responden, peneliti memeroleh angka 47 orang untuk responden pria dan 53 orang untuk responden wanita. Artinya program talk show ini lebih diminati oleh khalayak perempuan ketimbang laki-laki, meski selisihnya tidak berbeda terlalu jauh. Dari sisi usia, responden yang berusia kurang dari 27 tahun adalah sebanyak 40 orang dan responden yang berusia lebih dari 27 tahun adalah sebanyak 60 orang. Dapat diasumsikan jika program talk show ini lebih diminati oleh kalangan pendengar dewasa muda. Dari hasil wawancara, khalayak pendengar muda menyukai tema tentang psikologi remaja, kesehatan mata, gigi, dan mulut. Sementara khalayak dewasa muda lebih menyukai tema talkshow mengenai cara mendidik anak, informasi pengobatan herbal, serta kesehatan mata, gigi, dan mulut. Dari sisi pendidikan, paling banyak adalah responden berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 37 orang, kemudian berpendidikan tinggi sebanyak 33 orang, berpendidikan SMP sebanyak 18 orang dan sisanya 12 orang berpendidikan dasar. Dari aspek jenis profesi pendengar, ditemukan data bahwa program talk show paling banyak didengarkan oleh ibu rumah tangga (23%), kemudian wiraswasta (22%), pelajar/mahasiswa (16%), pegawai/karyawan (14%) dan profesi militer sebesar 2%.

Dari aspek penggunaan media, peneliti mengemukakan beberapa pertanyaan antara lain: “Sejak kapan mendengarkan Radio Antariksa?”. Dari pertanyaan ini diperoleh informasi bahwa posisi tertinggi sebesar 40% rata-rata merupakan pendengar yang baru mendengarkan Radio Antariksa dalam kurun waktu 1-9 tahun. 37% merupakan pendengar yang telah mendengarkan radio ini antara 9-19 tahun. Sedangkan sisanya 23% merupakan pendengar setia yang telah mendengarkan radio ini lebih dari 19 tahun. Artinya sebaran pendengar Radio Antariksa cukup merata baik pendengar lama maupun pendengar baru. Dari jumlah pendengar, rata-rata mendengarkan radio antara 1-7 jam/hari dengan jumlah 67%. 33% mendengarkan 7-14 jam/hari, dan tidak ditemukan pendengar yang mendengarkan radio lebih dari 14 jam/harinya.

Dari aspek jadwal program talk show, paling banyak didengar oleh responden adalah program talk show yang tayang di hari kamis dengan jumlah sebesar 26%. Setiap Kamis, talk show yang disiarkan mengangkat tema Psikologi Remaja dengan mendatangkan narasumber dari SeBAYA PKBI Jawa Timur (Perkumpulan Mahasiswa Psikologi Surabaya). 24% nya memilih mendengarkan program talk show di hari Rabu yang mengangkat tema mengenai Motivasi Sehat dengan narasumber Hari Santosi, Konsultan Smart Parenting dan Peduli Edukasi Anak dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 18% memilih jadwal yang beragam, 18% memilih hari Sabtu dengan tema Solusi Gigi dan Mulut. Sedangkan sisanya 17% memilih mendengarkan talk show pada jadwal Selasa dengan tema Solusi Mata Sehat.

Dalam hal intensitas mendengarkan program talk show, rata-rata responden menyebutkan hanya mendengarkan 1 x dalam seminggunya (50%). Hal ini relevan dengan karakteristik responden yang sebagian merupakan pekerja. Hanya profesi ibu rumah tangga yang mendengarkan talk show lebih dari 2x dalam seminggu.

Motif Mendengarkan Talk show

Berdasarkan hasil survai yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa motif informasi dipilih oleh seluruh responden (100%). Dengan mendengarkan program talk show

responden merasa lebih tahu dan memahi informasi seputar kesehatan dan gaya hidup sehat. Pendengar yang memiliki motif hiburan adalah sebesar 80%. Responden merasa mampu melepaskan diri dari permasalahan, dapat melepas kejenuhan dan mengisi waktu luang. Motif integrasi dan interaksi sosial yang dipilih oleh responden sebesar 76% yaitu dengan berbagi info seputar kesehatan yang telah diperoleh. Sementara motif identitas pribadi dipilih oleh

(6)

responden sebesar 69% sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman mengenai diri sendiri.

Saran

Tingginya minat pendengar pada program talk show kesehatan di radio Antariksa dapat menjadi pertimbangan bagi manajemen untuk terus menerus melakukan inovasi. Misalnya dengan menggunakan media lain sebagai sarana pendukung seperti jejaring sosial. Sebab, bisa jadi masih banyak orang tidak mengetahui keberadaan program talk show ini. Terlebih mengingat Radio Antariksa yang beroperasi di jalur AM. Selain itu, program talk show juga dapat dikembangkan dengan melakukan edukasi secara off air baik melalui seminar atau diskusi dengan menggandeng sponsor di bidang kesehatan. Dengan demikian radio Antariksa tidak hanya menjalankan fungsi bisnis tetapi juga melakukan fungsi edukasi mengenai kesehatan bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baran, J Stanley dan Dennis K. Travis. 2009. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.

Effendi, Onong Uchjana. 1995. Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rakhmat. 2003. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. McQuail, Denis. 1993. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Grafindo Persada.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Vivian, John. 2003. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

165 Keterangan: Level 1 mengharuskan karakter .menuju ke atas melewati rintangan duri berputar Animasi: Pohon berduri berputar Karakter: Titan Durasi : - Musik:

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner (daftar pertanyaan) kepada 100 petani padi di Kabupaten Sragen yang tersebar di 20 kecamatan..

Guna untuk memberikan bagaimana proses pembelajaran, keaktifan, dan hasil pembelajaran maka dilakukan penelitian Keefektifan Proses Pembelajaran Matematika Secara

Pati kentang dapat digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan edible film , sedangkan penambahan gliserol diperlukan sebagai plasticizer yang berfungsi untuk meningkatkan

diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.. Kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan indikator rasa percaya dan. empati terhadap orang

Hasil analisis data dan pembahasan berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengakuan pendapatan premi asuransi jiwa secara kontrak jangka panjang sudah sesuai

Kegiatan peragaan adalah salah satu cara dalam penyajian materi untuk memperjelas cara kerja, bentuk atau konsep. Dalam pelatihan ini, peragaan dimaksudkan untuk pengenalan bahan,

Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2 Cukup jelas Pasal 9 Bagi PNS yang telah memenuhi persyaratan kompetensi jabatan struktural tertentu dapat diberikan sertifikat sesuai dengan pedoman