• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga

Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga sebagai pengambilan keputusan baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan konsumsi yang hubungannya dengan alokasi waktu produktif dan non produktif serta pendapatan rumahtangga yang diperoleh.

Menurut Becker (1976) bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga yaitu proses produksi dan konsumsi yang mempunyai keterkaitan sangat erat yang harus dianalis secara bersama-sama. Becker menerapkan fungsi kepuasan sederhana dari konsumsi barang-barang dalam ekonomi rumahtangga, sehingga fungsi kepuasan rumahtangga dikemukakan Becker sebagai berikut :

U = U (Z1, Z2, ...,Zm) ...(3.1)

dimana:

Zi = produk yang dihasilkan oleh rumahtangga (i = 1,2,…….m)

Produk yang dihasilkan oleh rumahtangga ini merupakan fungsi produksi dari:

Zi = fi (xi, Ti) ………..………(3.2)

dimana:

xi = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar.

Ti = waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang Z ke i

Dalam memaksimumkan kepuasannya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran dan kendala waktu yang terlihat pada persamaan sebagai berikut:

(2)

w T V I x p i w m i = = +

1 ...(3.3) w c m i T T T T = = −

1 ...(3.4) dimana:

pi = harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar

Tw = waktu yang digunakan untuk bekerja

W = upah per unit Tw

V = pendapatan selain upah

Tc = jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengkonsumsi

T = jumlah waktu yang tersedia I = Pendapatan rumahtangga

Dengan berdasarkan konsep dikemukakan oleh Strauss (1986), yang menggunakan comparative statics untuk melihat secara terpisah antara pendapatan dan pembelanjaan suatu rumahtangga, maka dalam penelitian ini diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi yaitu leisure (Xl), barang yang dibeli di

pasar (Xm) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (Xu), sehingga fungsi utilitas

rumahtangga adalah:

U = U (Xl, Xm, Xu) ……….………...(3.5)

dimana Xuadalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari usahatani padi,

ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Dalam memaksimumkan utilitasnya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran:

Y = i L i iX p

= 1 ………(3.6) dimana:

Y = full income rumahtangga pi = harga komoditi

(3)

dalam hal ini full income sama dengan nilai dari waktu yang tersedia ditambah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel dan nilai dari non upah seperti yang terlihat pada persamaan berikut:

Y = p T q Q qVi pLL E N i i j M j j L +

− + = =1 1 ……… (3.7) dimana:

T = waktu yang tersedia

Qj = output untuk j = 1, ………….., M

Vi = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1, ……..,N

L = permintaan tenaga kerja qj = harga Qj

qi = harga Vi

E = pendapatan yang bukan dari produksi rumahtangga

Untuk menghasilkan barang Qs dan semua barang yang dapat dijual di

pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input tetap (K). Fungsi lagrangnya dapat dituliskan:

= U (Xl, Xm, Xu) +λ[pLT + (qjQu – pLL - qvV) + E – pLXL – pmXm –

puXu] + µG(Qu L, V, K) ...………...(3.8)

dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi tersebut harus sama dengan 0, sehingga turunan parsialnya sebagai berikut:

0 £ = − = ∂ ∂ L L l p U X λ ...(3.9) 0 £ = − = ∂ ∂ m m m p U X λ ...(3.10) 0 £ = − = ∂ ∂ u u u p U X λ ...(3.11)

(4)

0 ) ( ) ( £ = + − − − + − − = ∂ ∂ E X p V p X Q p L X T pL l u u u v m m λ ...(3.12) 0 Q £ = + = ∂ ∂ u u G p u λ µ atau pu λGu µ λ∂ = + ∂ u Q £ 1 ... (3.13) 0 £ = + − = ∂ ∂ L L G p L λ µ atau pL λGL µ λ∂ =− + ∂ L £ 1 ... (3.14) 0 £ = + − = ∂ ∂ v v G p V λ µ atau pv λGv µ λ∂ =− + ∂ V £ 1 ... (3.15) 0 ) , , , , , , ( £ = = ∂ ∂ K V L Q Q Q Q G s p b u µ ...(3.16) fungsi permintaan rumahtangga terhadapleisuredan barang diperoleh dari persamaan (3.9) hingga (3.12) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan secara simultan. Adapun fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang adalah sebagai berikut:

Da = Da (pu, pL, pv,Y); a = Xl, Xm, Xu ...(3.17)

fungsi penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi di dalam rumahtangga merupakan fungsi dari faktor-faktor sebagai berikut:

Sb = Sb(pu, pL, pv,Y); b = p ...(3.18)

fungsi penawaran produk yang dihasilkan oleh rumahtangga dari kegiatan usahatani dan fungsi permintaan inputnya diperoleh dari persamaan (3.13) hingga (3.16), dimana fungsi penawaran produk yang secara keseluruhan sebagian dikonsumsi oleh rumahtangga merupakan fungsi marketed surplus yang dinyatakan sebagai berikut:

(5)

adapun fungsi permintaan input rumahtangga untuk melakukan aktivitas produksi dapat dilihat pada persamaan berikut:

Bw = Bw ((pu, pL, pv,Y); w = L, V ...(3.20)

3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Waktu Rumahtangga

Bryant (1990) menyatakan bahwa upah individu dapat menguasai pasar tenaga kerja dengan harga leisure, yaitu sejumlah uang rumahtangga yang dikorbankan untuk mengkonsumsi waktu leisure. Ketika upah berubah yang disebabkan oleh harga leisure yang berubah dan salah satu keluarga dapat menduga untuk merespon dengan merubah permintaannya untuk leisure. Upah juga merupakan bagian integral dari produktivitas individu dalam mendapatkan barang-barang yang dibeli, yaitu w/p menunjukkan kuantitas market goods yang dapat diperoleh dengan melakukan setiap jam market work dan menggunakan penghasilannya untuk membeli barang.

Suatu perubahan di dalam upah juga merubah produktivitas pasar individu yang relatif terhadap produktivitas rumahtangga. Memodifikasi penjualan, pada akhirnya berdampak pada distribusi waktu kerja antara produksi pasar dan rumahtangga (Gambar 1). DEBT adalah garis total budget rumahtangga untuk merubah upah. Upah terhadap individu adalah w dan dikarenakan slope dari DE adalah w/p. Kepuasan yang maksimal dari rumahtangga pada titik P, dimana individu menghabiskan jam Olp per minggu dalam aktivitas leisure, jam HL di dalam pasar tenaga kerja, dan jam TH di dalam aktivitas kerja rumahtangga. Bila terjadi perubahan perilaku individu karena adanya respon terhadap peningkatan upah dari w ke w’, maka hal-hal yang terjadi adalah hubungan antara produktivitas pasar individu (w/p) dan produktivitas rumahtangga gh berubah.

(6)

Dengan meningkatnya w jumlah barang yang dapat dibeli dengan menggunakan satu jam pertama pada pasar kerja (w/p) akan lebih besar dibandingkan jumlah barang yang dapat dihasilkan pada satu jam terakhir yang digunakan pada aktivitas rumahtangga pada titik E, dimana gh E <w'/p. Sebagai konsekuensinya rumahtangga dapat menghasilkan lebih banyak barang dengan curahan waktu kerja yang sama jika jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas rumahtangga dikurangi dan waktu yang digunakan untuk bekerja ditingkatkan.

Peningkatan upah akan menyebabkan individu mensubtitusi pasar kerja dengan aktivitas rumahtangga sepanjang jumlah total waktu kerja adalah konstan. Substitusi pasar kerja terhadap aktivitas rumahtangga ditunjukkan oleh pergeseran total anggaran rumahtangga dari DEBT ke D’E’BT, dimana penurunan waktu kerja rumahtangga dari THe ke THe’ dan meningkatnya jam kerja dari He ke He’.

Sebelum adanya peningkatan upah, titik E adalah titik persinggungan antara fungsi produksi rumahtangga AB dan garis anggaran DE. Pada titik E,

E h g p w/ = . Ketika w meningkat ke w’, E h g p

w'/ > dan individu akan mensubtitusi kerja dengan aktivitas rumahtangga, sehingga equilibrium rumahtangga yang baru ada pada titik E’, dimana w'/p=gh E' dan garis anggaran yang baru adalah D’E’ dan slopenya adalah w’/p. Proses subtitusi ini disebut efek subtitusi produksi. Ketika upah meningkat dari w/p ke w’/p, harga leisure menjadi relatif lebih mahal terhadap harga barang. Bila kepuasan rumahtangga dianggap konstan, maka rumahtangga akan mensubtitusi barang yang harganya lebih murah denganleisure yang harganya lebih mahal. Hal ini terjadi bila terjadi peningkatan jam kerja individu dan menggunakan kelebihan pendapatan yang

(7)

diperoleh untuk meningkatkan konsumsi keluarga terhadap barang. Hal ini disebut dengan efek subtitusi konsumsi karena subtitusi terjadi pada aktivitas konsumsi, bukan pada aktivitas produksi.

Efek subtitusi ini dapat dilihat pada persinggungan antara garis anggaran yang baru D’E’ dengan kurva indiferen awal Uo. JJ adalah garis yang

bersinggungan dengan Uo pada titik Q. Dimana JD’ adalah jumlah pendapat real

yang harus dihasilkan rumahtangga untuk meningkatkan kepuasannya pada tingkat upah yang baru seperti pada tingkat upah yang lama. Dengan kata lain dengan adanya efek subtitusi konsumsi karena adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi penurunan kuantitas leisure yang dikonsumsi dari 0Lp ke

0Lq dengan asumsi kepuasannya adalah konstan. Efek subtitusi total dengan

adanya peningkatan upah adalah penjumlahan dari efek subtitusi produksi dan efek subtitusi konsumsi.

Adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi peningkatan real income

rumahtangga sehingga akan meningkatkan permintaan rumhtangga terhadap barang maupun leisure sepanjang keduanya adalah barang normal. Efek pendapatan dengan adanya peningkatan upah ditunjukkan oleh pergeseran dari JJ ke D’E’ yang mengakibatkan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure dari 0Lq ke 0Lr dan equilibrium rumahtangga bergeser dari titik Q ke titik R. Hal ini

berarti terjadi penurunan penawaran tenaga kerja dan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure, tetapi waktu kerja untuk aktivitas rumahtangga tidak mengalami penurunan.

(8)

Efek total upah pada pasar kerja merupakan penjumlahan dari efek subtitusi produksi, efek subtitusi konsumsi dan efek pendapatan, yang ditunjukkan oleh persamaan berikut:

LrHe’- LpHe = HeHe’ + LpLq + LqLr...(3.21)

dimana kedua efek subtitusi mengakibatkan terjadi peningkatan jam kerja di luar aktivitas rumahtangga sedangkan efek pendapatan mengakibatkan jam kerja menurun, sehingga efek total upah bisa positif maupun negatif, tergantung pada besar kecilnya masing-masing efek yang ditimbulkan. Dimana kurva penawaran tenaga kerja bisa positif seperti umumnya (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja meningkat) atau backward bending dan bisa juga negatif (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja rendah).

Goods C+G B T D’ J D A V U1 J U0 R Q P E E’

(9)

0 Lq Lr Lp He He’ T

Sumber : Bryant, 1990

Gambar 1. Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga

Efek total upah pada aktivitas rumahtangga merupakan efek subtitusi produksi. Dimana pada saat upah meningkat, waktu yang dicurahkan untuk aktivitas rumahtangga berkurang dan tenaga kerja rumahtangga yang ada berpindah ke pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh HeHe’. Sedangkan efek

total upah padaleisure terdiri dari efek pendapatan dan efek subtitusi konsumsi. Ketika harga relatif leisure meningkat terhadap harga barang, maka rumahtangga akan mensubtitusileisure dengan barang. Selain itu bila tingkat upah meningkat maka real income rumahtangga juga meningkat sehingga permintaan terhadap leisure akan meningkat, dimana:

LrLp = LpLq + LqLr...(3.22)

3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja

Menurut Bryant (1990) bahwa pendapatan keluarga memiliki dua sumber yaitu pendapatan kerja dan pendapatan non kerja. Pendapatan karena bekerja ditentukan oleh seberapa besar upah yang diperoleh per satuan unit waktu di pasar tenaga kerja. Perubahan upah maupun jam kerja suatu rumahtangga berdampak kepada perubahan equilibrium suatu rumahtangga. Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (V) meningkatkan sumberdaya yang tersedia bagi suatu rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kombinasi barang baik yang dibeli di pasar maupun yang dihasilkan serta leisure yang tersedia juga meningkat. Namun perubahan tersebut tidak dapat diharapkan untuk merubah upah yang diterima oleh masing-masing anggota rumahtangga pada pasar tenaga kerja, harga

(10)

barang-barang yang dibeli di pasar, dan fungsi produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumahtangga.

Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (non labor income) meningkatkan sumberdaya yang tersedia pada rumahtangga tetapi tidak merubah keadaan pasar barang dan leisure maupun kondisi produksi suatu rumahtangga. Peningkatannon labor income hanya akan menggeserbudgetline ke atas sehingga mengakibatkan permintaan terhadap barang dan leisure dari masing-masing anggota rumahtangga meningkat, sepanjang barang tersebut adalah barang normal. Peningkatan permintaan terhadap leisure akan mengurangi jam bekerja dari masing-masing anggota rumahtangga tetapi tidak mengurangi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas rumahtangga. Gambar 2 dapat menjelaskan fenomena tersebut.

Total anggaran rumahtangga ditunjukkan oleh DEBT. Masing-masing rumahtangga (S dan R) memperoleh non labor income (V) per minggu dan masing-masing anggota rumahtangga memperoleh upah sebesar $w/ jam dari alokasi waktu kerja mereka di pasar tenaga kerja yang ditunjukkan oleh slope DE. Kurva indiferen Uor dan U1r menunjukkan preferensi rumahtangga R sementara

Uos dan U1s menunjukkan preferensi rumahtangga S. Pada kondisi awal,

rumahtangga S mengalami keseimbangan pada titik P, sedangkan rumahtangga R pada titik Q. Pada titik P, masing-masing anggota rumahtangga pada S menghabiskan jam bekerja untuk aktivitas rumahtangga setiap minggu sebesar THe dan jam bekerja di pasar tenaga kerja sebesar HeLp dan 0Lp untuk leisure.

(11)

pasar tenaga kerja dan menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan rumahtangga sebesar THq per minggu dan 0Hq perminggu untukleisure.

Bila diasumsikan masing-masing rumahtangga memperoleh tambahan non labor income sebesar VV’ perminggu maka total anggaran masing-masing rumahtangga bergeser ke D’E’B’T’ secara paralel dan vertikal karena peningkatan

non labor income tidak mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh baik oleh rumahtangga R maupun S pada pasar tenaga kerja. Dimana pemberi kerja atau perusahaan tidak akan meningkatkan upah kepada S maupun R karena mereka sudah bertambah kaya. Di lain pihak penigkatan non labor income

mengakibatkan terjadi peningkatan pembelanjaan barang-barang pasar dari 0V ke 0V’. Pada rumahtangga S, setelah menerima non labor income sebesar VV’, equilibriumnya meningkat ke P’. Pada titik tersebut rumahtangga tersebut menghabiskan sebesar THe setiap minggu untuk aktivitas rumahtangga sama

seperti kondisi awal, HeL’p perminggu untuk bekerja mendapatkan upah (lebih

rendah dari sebelumnya) dan 0L’p perminggu untuk leisure (lebih banyak dari

sebelumnya).

Peningkatan jam leisure menunjukkan penurunan jam untuk bekerja pada pasar kerja. Dilain pihak jumlah jam kerja untuk kegiatan rumahtangga tidak mengalami perubahan karena dengan gh = w/p tetap tidak berubah sekalipun

terjadi peningkatan non labor income. Aktivitas rumahtangga hanya akan berubah dengan adanya peningkatannon labor income bila pasar dan barang-barang yang dihasilkan oleh rumahtangga tidak tersubtitusi sempurna atau jika peningkatan

non labor income sangat besar sehingga menyebabkan setiap orang berhenti bekerja secara bersamaan.

(12)

Pada rumahtangga R yang tidak bekerja sebelum dan sesudah adanyanon labor income menghabiskan TH’q perminggu untuk pekerjaan rumahtangga (lebih

kecil dari sebelumnya) dan 0H’q untukleisure setiap minggunya (lebih besar dari

sebelumnya). Bila diasumsikanleisure adalah barang normal maka rumahtangga R hanya akan mengkonsumsi leisure lebih banyak dengan mengurangi sejumlah aktivitas rumahtangga yang selama ini sudah dilakukan.

Sumber : Bryant, 1990

Gambar 2. Efek Peningkatan Non Labor Income pada Perilaku Kerja Rumahtangga

Dalam rumahtangga petani secara umum bahwa curahan kerja pada suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh upah yang diterima, jumlah anggota

P’ P E’ E Q Q’ Goods C+G 0 Lp Lp’ He Hq Hq’ V B B’ V’ A A’ D D’ U0s U1s T T

(13)

rumahtangga dan pendapatan non usahatani. Selain itu pula terdapat keterkaitan antara kegiatan produksi dengan konsumsi sebagai suatu sistem, maka kerangka konseptual ekonomi rumahtangga petani seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Curahan Kerja Suami, Isteri Pada Usahatani Padi

Curahan kerja (suami, isteri, anak) pada non

usahatani Saprodi, Lahan Produksi Usahatani Padi Konsumsi Pendapatan Pertanian Pendapatan Non Pertanian Pendapatan Total Rumahtangga Petani Input Investasi Tabungan

Gambar

Gambar 2. Efek Peningkatan Non Labor Income pada Perilaku Kerja Rumahtangga
Gambar 3. Diagram Model Dasar Rumahtangga PetaniTenaga KerjaRumahtangga PetaniCurahanKerja Suami,Isteri PadaUsahataniPadi

Referensi

Dokumen terkait

Secara khususnya, kajian akan melibatkan aspek-aspek kehidupan sosiobudaya Orang Kuala Rengit, Minyak Beku dan Kota Masai Johor, bahasa dan dialek, kegiatan ekonomi,

Kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seorang kepala suku menurut adat dan tradisi masyarakat suku Danni adalah kemampuan wim yang berarti perang, kemampuan

berganda, dimana akan diuji secara empiris untuk mencari hubungan.. fungsional dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepentingan konsumen terhadap kualitas layanan sangat tinggi, sementara tingkat kepuasan konsumen masih dalam kategori

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak kanan terhadap kedua aspek di atas diperoleh hasil sesuai dengan harapan peneliti bahwa penggunaan model CIRC

Standar ini menguraikan persyaratan penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan air baku dari sumber mata air, air tanah, dan air permukaan untuk instalasi pengolahan air

Ektoparasit pada ikan famili Cyprinidae yang ditemukan pada kolam rumah makan B kota Batu dan I Dau adalah jenis ektoparasit kutu air atau Argulus japonicus.. Argulus

ASEAN dalam hal ini sebagai organisasi tempat para pihak bernaung secara internasional memiliki perangkat yuridis berupa traktat internasional yaitu The 1997 ASEAN