• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentu tingkat Engagement dan dampaknya terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penentu tingkat Engagement dan dampaknya terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita - USD Repository"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTU TINGKAT

ENGAGEMENT

DAN DAMPAKNYA

TERHADAP KINERJA PIMPINAN SEKOLAH

DI YAYASAN TARAKANITA

TESIS

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh Anastasia Budiriastuti

NIM: 162222109

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENENTU TINGKAT

ENGAGEMENT

DAN DAMPAKNYA

TERHADAP KINERJA PIMPINAN SEKOLAH

DI YAYASAN TARAKANITA

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh Anastasia Budiriastuti

NIM: 162222109

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas bimbingan dan kasihNya sehingga penulisan tesis yang berjudul “Penentu Tingkat Engagement dan Dampaknya terhadap Kinerja Pimpinan Sekolah di Yayasan Tarakanita” dapat selesai sesuai yang diharapkan. Bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan limpah terimakasih kepada yang terhormat:

1. Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen atas motivasi dan semangat selama penulis menempuh kuliah di MM Sanata Dharma.

2. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A selaku Wakil Ketua Program Studi Magister Manajemen dan sebagai tim penguji ahli yang sudah memberikan peneguhan dan masukan yang sangat berarti.

3. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA,CSRA dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum selaku dosen pembimbing atas kesetiaan, kesabaran, serta kemurahan hatinya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mendampingi penulis sehingga penulisan tesis ini bisa selesai.

4. Dr. Herry Maridjo, M.Si, selaku dosen pembahas proposal, penguji kolokium, serta ketua tim penguji tesis atas masukan dan saran yang diberikan sehingga membantu penulis untuk memperbaiki dan menyelesaikannya.

5. Sr. Marie Yose CB, selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan Tarakanita, yang telah membiayai dan memberikan ijin penulis melakukan studi dan penelitian.

(8)

vii

7. Bapak FX. Suminto yang telah membantu membuatkan google form sehingga memperlancar dalam proses pengumpulan data.

8. Para Pimpinan Sekolah di Yayasan Tarakanita yang telah berkenan mengisi kuesioner penelitian ini.

9. Sr. Yustiana CB beserta staff DPP dan para Suster CB yang telah mendukung dengan doa dan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tesis ini.

10.Para Dosen program studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma, yang telah berbagi ilmu kepada penulis.

11.Teman-teman seperjuangan program studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma yang selalu memberi semangat.

12.Seluruh karyawan prodi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma, yang telah menciptakan suasana yang kondusif dan melayani dengan penuh kasih.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah mendukung terelesaikannya penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun demikian penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi Yayasan Tarakanita. Segala kesalahan, kelemahan dan kekurangan yang masih terdapat dalam tesis ini merupakan tanggungjawab penulis semata-mata.

Yogyakarta, 29 Maret 2019

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI TESIS ... iii

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Engagement ... 10

2.1.1 Pengertian Employee Engagement ... 10

2.1.2 Tiga Komponen Utama Employee Engagement ... 11

2.1.3 Kategori Employee Engagement ... 13

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Employee Engagement 14 2.2 Kinerja ... 17

2.2.1 Pengertian Kinerja ... 17

(10)

ix

2.2.3 Penilaian Kinerja Kepala Sekolah ... 19

2.2.4 Penilaian Kinerja Berdasarkan Balance Scorcard ... 24

2.2.5 Penilaian Kinerja di Yayasan Tarakanita ... 24

2.3 Engagement dan Kinerja ... 31

2.4 Perumusan Hipotesis ... 32

2.5 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Desain Penelitian ... 38

3.2 Definisi Istilah/Operasional ... 38

3.3 Responden ... 39

3.4 Kerangka Analisis Penelitian ... 39

3.5 Jenis, Sumber, dan Mengolah Data ... 43

3.5.1 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.5.2 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.6 Pengukuran Variabel ... 62

3.7 Metode Analisis Data ... 63

3.7.1 Deskripsi Responden ... 64

3.7.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 64

3.7.3 Analisis PLS ... 64

3.7.3.1 Pengujian Outer Model ... 65

3.7.3.2 Pengujian Goodness of Fit Model ... 67

3.7.3.3 Pengujian Inner Model ... 68

BAB IV PROFIL YAYASAN TARAKANITA ... 70

4.1 Gambaran Umum Yayasan Tarakanita ... 70

4.2 Visi dan Misi Yayasan Tarakanita ... 72

4.3 Unit Sekolah dan Perkembangan Jumlah Peserta Didik ... 74

4.4 Profil Sumber Daya Manusia ... 76

(11)

x

dan Status Hubungan Kerja ... 78

4.4.3 Karyawan Berdasarkan Usia ... 79

4.4.4 Kompetensi Karyawan ... 80

4.4.5 Jumlah Kepala Sekolah dan Wakil ... 81

4.4.6 profil Kompetensi Pimpinan Sekolah ... 81

4.5 Rencana Strategis ... 83

BAB V HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

5.1 Hasil Penelitian ... 92

5.2 Deskripsi Data ... 92

5.2.1 Deskripsi Responden ... 92

5.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 94

5.2.3 Analisis PLS ... 103

5.2.3.1 Pengujian Outer Model ... 105

5.2.3.2 Pengujian Goodness of Fit Model ... 110

5.2.3.3 Pengujian Inner Model ... 112

5.3 Pengujian Hipotesis ... 117

5.4 Pembahasan ... 118

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134

6.1 Kesimpulan ... 134

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 135

6.2 Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tugas Utama, Komponen Tugas Utama, dan Indikator Kinerja .. 21

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel... 39

Tabel 3.2 Jenis Data, Metode dan Sumber Info ... 43

Tabel 3.3 Penilaian Tanggapan Responden Skala Likert ... 44

Tabel 3.4 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) IBSC ... 45

Tabel 3.5 DP3 Sikap Kerja Struktural ... 54

Tabel 3.6 Kategori Engagement Pimpinan Sekolah ... 62

Tabel 3.7 Dampak Tiap Faktor terhadap Engagement ... 63

Tabel 3.8 Contoh Penilaian Kinerja ... 63

Tabel 4.1 Daftar Nama Sekolah Yayasan Tarakanita ... 74

Tabel 4.2 Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

Tabel 4.3 Persebaran Karyawan Antar Wilayah ... 77

Tabel 4.4 Karyawan Berdasarkan Fungsi ... 78

Tabel 4.5 Sebaran Kompetensi Guru Terhadap Golongan Ruang ... 81

Tabel 4.6 Jumlah Kepala Sekolah dan Wakili Kepala Sekolah ... 81

Tabel 4.7 Sebaran Level Kompetensi Pimpinan Sekolah ... 82

Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden ... 92

Tabel 5.2 Usia Responden ... 93

Tabel 5.3 Jabatan Responden ... 93

Tabel 5.4 Masa Kerja Responden ... 94

Tabel 5.5 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Career Progression ... 94

Tabel 5.6 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Collaboration ... 95

Tabel 5.7 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Communication ... 96

Tabel 5.8 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Organization Leadership ... 97

Tabel 5.9 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Compensation and Benefit .... 98

Tabel 5.10 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Recognition ... 99

Tabel 5.11 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Supportive Management ... 100

Tabel 5.12 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Training and Development .. 101

(13)

xii

Tabel 5.14 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Engagement ... 102

Tabel 5.15 Hasil Analisis Deskriptif Kinerja ... 103

Tabel 5.16 Nilai Loading Factor Indikator ... 107

Tabel 5.17 Nilai AVE ... 108

Tabel 5.18 Validitas Deskriminan ... 109

Tabel 5.19 Reliabilitas Konstruk ... 110

Tabel 5.20 R Square Model ... 111

Tabel 5.21 Q2 Predictive Relevance ... 111

Tabel 5.22 Fit Model PLS ... 112

Tabel 5.23 Hasil Uji Signifikansi ... 115

Tabel 5.24 Besar Pengaruh Parsial (F2) ... 116

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Alur Penilaian DP3 Yayasan Tarakanita ... 27

Gambar 2.2 Kerangka DP3 IBSC ... 28

Gambar 2.3 Alur Penilaian Sikap Kerja... 31

Gambar 2.4 Model Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian ... 41

Gambar 3.2 Spesifikasi Model PLS ... 65

Gambar 4.1 Karyawan Berdasarkan Status Hubungan Kerja ... 78

Gambar 4.2 Karyawan Berdasarkan Kelompok Usia ... 79

Gambar 4.3 Pola Strategi Organisasi ... 85

Gambar 4.4 Strategi operasional Unit Karya ... 86

Gambar 4.5 Fokus Strategi Pengembangan Kebijakan ... 86

Gambar 4.6 Pola Strategi dan Strategi Yayasan Tarakanita ... 88

Gambar 4.7 Strategy Map Yayasan Tarakanita ... 91

Gambar 5.1 Spesifikasi Model PLS ... 104

Gambar 5.2 Hasil Estimasi Model PLS (Algoritm) ... 106

Gambar 5.3 Hasil Estimasi Model PLS (Bootstrapping) ... 114

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: KUESIONER ... 142

LAMPIRAN B: DEMOGRAFI RESPONDEN ... 145

LAMPIRAN C: HASIL ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 148

LAMPIRAN D: DATA HASIL PENGISIAN RESPONDEN ... 149

LAMPIRAN E: DATA PENILAIAN KINERJA RESPONDEN ... 162

LAMPIRAN F: HASIL ANALISIS DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN ... 166

LAMPIRAN G: KONSTRUKSI MODEL PLS ... 170

LAMPIRAN H: PENGUJIAN OUTER MODEL ... 172

LAMPIRAN I: PENGUJIAN GOODNESS OF FIT MODEL ... 177

LAMPIRAN J: HASIL PENGUJIAN INNER MODEL ... 178

(16)

xv ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita (2) menganalisis pengaruh tingkat engagement terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis faktor penentu tingkat engagement dan dampaknya terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita dianalisis dengan menggunakan SEM model PLS. Responden dalam penelitian ini adalah 101 pimpinan sekolah di 59 sekolah Tarakanita yang tersebar di wilayah Bengkulu, Lahat, Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Surabaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p value variabel: career progression, collaboration, organization leadership, compensation and benefit, supportive management, dan uniqueness adalah < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa keenam variabel tersebut mempengaruhi engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Variabel yang berpengaruh paling besar terhadap engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita adalah compensation and benefit dengan nilai F2 = 0,136. Sedangkan tiga variabel yaitu communication, recognition, dan training and development tidak mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa engagement pimpinan sekolah berpengaruh besar terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita dengan p value < 0,05 dan nilai F2 = 0,387.

(17)

xvi

ABSTRACT

The aim of this research is to (1) identify and analyze the factors that influence the engagement of school leaders at the Tarakanita Foundation (2) analyze the influence of engagement level on the performance of school leaders at the Tarakanita Foundation. This type of research is quantitative. In this study, an analysis of the determinants of engagement level and its impact on the performance of school leaders at the Tarakanita Foundation used SEM PLS models. Respondents in this study were 101 school leaders in 59 Tarakanita schools spread across Bengkulu, Lahat, Jakarta, Tangerang, Central Java, Yogyakarta and Surabaya. The results of the analysis show that the p value of the variables: career progression, collaboration, organization leadership, compensation and benefits, supportive management, and uniqueness is < 0,05. This shows that the six variables affect the engagement of school leaders at the Tarakanita Foundation. The variable that has the greatest influence on the engagement of school leaders in the Tarakanita foundation is compensation and benefit with a value of F2 = 0,136. While the three variables, namely communication, recognition, and training and development did not affect the level of engagement of school leaders at the Tarakanita Foundation. The results of the subsequent analysis show that the engagement of school leaders has a major influence on the performance of school leaders in the Tarakanita Foundation with p value < 0,05 and F2 = 0,387.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan mendapatkan akses pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang pada era ini, tidak terkecuali di Indonesia. Setahap demi setahap keberpihakan negara pada dunia pendidikan mulai terlihat sejak munculnya konstitusi amandemen UUD 1945 pasal 31 ayat 4 yang mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan biaya pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat dapat menikmati pelayanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Kewajiban ini diperkuat dengan putusan Mahkamah Konstitusi No. 013/PUU-VI/2008, pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi kegiatan penyelenggaran pendidikan nasional.

(19)

2 Surabaya, Bengkulu, Lahat, Jawa Tengah, dan Surabaya. Selain mengelola unit sekolah, Tarakanita juga mengelola asrama siswa/siswi, asrama karyawan, unit produksi serta unit pendukung pengembangan sumber daya manusia yaitu Tarakanita Development Center (TDC) yang berlokasi di kota Jakarta dan Surabaya.

Pendirian sekolah-sekolah baru, setidaknya pada lima belas tahun terakhir, telah memunculkan persaingan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sekolah-sekolah baru ini didirikan dengan landasan sistem manajemen dan operasional yang lebih modern, dibangun di lokasi-lokasi baru di wilayah pemukiman. Sedangkan sekolah-sekolah Tarakanita, yang pada umumnya berlokasi di area prime, dimana pada masa lalu daerah-daerah sekitarnya merupakan daerah

pemukiman dengan pertumbuhan anak usia sekolah yang tinggi, kini harus membaharui diri.

Sekolah Tarakanita pada masanya pernah menjadi top of mind bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Beberapa sekolah yang telah dikenal luas di mata masyarakat antara lain: Stella Duce Yogyakarta, Sint. Carolus Surabaya, Tarakanita Jakarta, Sint. Yosef Lahat, serta Sint. Carolus Bengkulu. Jumlah peserta didik di sekolah-sekolah Tarakanita per Juli tahun 2017 adalah 21.268 siswa, yang didukung oleh 1.986 karyawan, baik karyawan edukatif maupun karyawan non edukatif.

(20)

sekolah-3 sekolah Tarakanita Jakarta dan Yogyakarta mengular dari waktu subuh, dan pendaftaran sudah ditutup hanya dalam waktu satu hari. Situasi yang berbeda, mulai terjadi pada sekitar tahun 2007-2008, pada saat banyak sekolah swasta baru bermunculan. Di antaranya, sekolah-sekolah yang didirikan dan dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar atau pemodal-pemodal besar dengan misi yang tidak begitu nampak antara tujuan sosial atau kepentingan bisnis. Sekolah-sekolah swasta baru tersebut, meskipun tidak secara terang-terangan, sudah memasukkan unsur atau strategi bisnis dalam pengelolaannya. Hal ini berbeda dengan sistem yang dijalankan oleh sekolah-sekolah yang sudah lama berdiri. Apalagi pada periode yang hampir bersamaan, pemerintah mencetuskan berbagai kebijakan pendidikan, antara lain: kebijakan sekolah gratis untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, seiring dengan program pendidikan dasar sembilan tahun, menghentikan program bantuan guru DPK (diperbantukan) untuk sekolah swasta, serta menerapkan standar yang berbeda dalam mekanisme pemberian tunjangan sertifikasi bagi guru negeri dan guru swasta.

(21)

4 Menghadapi perkembangan dunia pendidikan yang semakin kompetitif, Yayasan Tarakanita meningkatkan kewaspadaan dengan menyusun rencana strategis organisasi 2013/2014 - 2017/2018 dan dilanjutkan dengan rencana strategis 2018/2019 – 2022/2023. Rencana strategis berkelanjutan ini dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas bagi berkembangnya Tarakanita baru yang lebih dinamis, tetap sustain, inovatif, valueable, dan memungkinkan hadirnya karya-karya baru alternatif, tetapi tetap fokus pada pembangunan karakter, dan efisien dalam operasional. Melalui rencana strategis, sekolah-sekolah Tarakanita didorong memiliki capacity standard, artinya mutu lulusan sekolah Tarakanita di semua wilayah haruslah sama. Ini menjadi hal yang penting karena menyangkut jaminan mutu dan pendidikan karakter Tarakanita.

Mengacu pada hasil yang diharapkan dari rencana strategi, unit karya akan dapat dioperasikan secara optimal apabila dipimpin oleh kepala sekolah beserta jajaran wakil kepala sekolah yang tepat. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah menjadi posisi kunci keberhasilan Yayasan Tarakanita untuk menghadapi persaingan dan tantangan. Kepala sekolah dan wakil sebagai leaders sekolah (pimpinan sekolah) dituntut memiliki wawasan luas, mampu memberikan layanan pendidikan terkini yang dibutuhkan masyarakat, berorientasi pada customer (customers orientation), menghasilkan inovasi-inovasi pelayanan sekolah dengan tetap memperhatikan efisiensi biaya, serta mampu mendorong kinerja sekolah yang unggul.

(22)

5 strategis pimpinan sekolah sebagai aset utama yang meningkatkan keberhasilan organisasi bermuara pada satu inisiatif yaitu perlunya Yayasan Tarakanita memiliki strategi acquisition, development, dan retention yang diikuti dengan strategi employee engagement pimpinan sekolah yang baik. Keterlibatan (engagement) dibutuhkan untuk mendukung kinerja pimpinan sekolah yang selanjutnya membawa dampak pada kinerja unit, wilayah, dan organisasi secara keseluruhan.

Mengingat pentingnya engagement untuk meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM), maka organisasi perlu untuk selalu memantau tingkat engagement SDM yang dimiliki, khususnya pimpinan sekolah untuk kasus di

Yayasan Tarakanita. Dengan mengukur tingkat keterlibatan karyawan, organisasi akan berusaha meningkatkan level tersebut karena mereka percaya keterlibatan karyawan dapat meningkatkan kinerja organisasi (Rothwell, 2014).

(23)

6 kepemimpinan, komunikasi yang terjadi di dalam organisasi dan reputasi organisasi (Lockwood, 2007).

Menyadari persoalan posisi strategis pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita serta pentingnya memastikan engagement mereka terhadap organisasi, maka melakukan diagnosa terhadap tingkat engagement, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat engagement, dan melakukan analisis dampaknya terhadap kinerja adalah sebuah langkah penting dan mendasar untuk memastikan keberhasilan Yayasan Tarakanita dalam mencapai tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita?

1.2.2 Bagaimana pengaruh tingkat engagement terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

(24)

7 1.3.2 Menganalisis pengaruh tingkat engagement terhadap kinerja pimpinan

sekolah di Yayasan Tarakanita.

1.4 Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan penulisan di atas, diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

1.4.1 Manfaat teoritis, diharapkan dapat memperkaya penelitian tentang pengaruh engagement terhadap kinerja di lingkungan sekolah dalam konteks Yayasan Tarakanita.

1.4.2 Manfaat praktis, diharapkan dapat memberi masukan bagi Yayasan Tarakanita dalam strategi retention dan acquisition pimpinan sekolah melalui employee engagement survey, serta memberikan masukan bagi lembaga pendidikan lainnya dalam pengelolaan sumber daya manusia, khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja melalui keterlibatan karyawan pada organisasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan

(25)

8 Bab 2: Kajian Teori

Bab ini mengupas kerangka mengenai konsep serta teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pada bagian awal bab ini mengupas penelitian terdahulu yang terkait dengan analisis employee engagement. Selanjutnya, dibahas mengenai teori terkait dengan kinerja, dampak engagement terhadap kinerja, dan kerangka pemikiran.

Bab 3: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan, jenis penelitian, kerangka analisis penulisan, pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, responden, teknik pengolahan data, serta teknik analisis data.

Bab 4: Profil Organisasi

Bab ini membahas gambaran umum profil dan strategi Yayasan Tarakanita sebagai obyek penelitian. Fokus dalam bab ini menjelaskan realisasi dari rencana strategi Yayasan Tarakanita dalam lima tahun dan praktek pengelolaan SDM berbasis kompetensi (CBHRM) yang dikembangkan Yayasan Tarakanita, khususnya menyangkut strategi mempertahankan (retention) dan pengelolaan manajemen kinerja, para pimpinan sekolah.

Bab 5: Analisis dan Pembahasan

(26)

9 Bab 6: Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

(27)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Engagement

Engagement diperkenalkan pertama kali oleh Kahn pada tahun 1990. Kahn

mengatakan bahwa: “Personal Engagement merupakan ekspresi secara psikis individu setiap karyawan terhadap pekerjaan mereka”. Konsep Personal

Engagement yang didasari pada konseptual job involvement, komitmen organisasi

dan motivasi intrinsik. Personal Engagement dan disengagement sebagai perilaku mereka selama bekerja. Kemudian engagement telah dijabarkan dalam cara yang berbeda dan mengaitkannya dengan beberapa istilah seperti employee engagement, work engagement, job engagement, role engagement, dan active engagement.

2.1.1 Pengertian Employee Engagement

Ada beberapa definisi dari employee engagement. Kahn memberikan definisi formal keterlibatan pribadi yang memanfaatkan diri anggota organisasi untuk peran pekerjaan mereka. Dalam keterlibatan, orang bekerja dan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif, dan emosional selama menunjukkan perannya. (http://en.wikipedia.org/wiki/Employee_engagement).

(28)

11 employee engagement terdapat hubungan dua arah antara karyawan dan

perusahaan.

Kevin Kruse penulis buku “Employee Engagement 2.0” mendefinisikan

employee engagement adalah komitmen emosional karyawan yang kita miliki,

untuk organisasi dan tujuannya. Komitmen emosional berarti karyawan benar-benar peduli tentang pekerjaan dan organisasi mereka. Mereka tidak bekerja hanya untuk gaji, atau hanya untuk promosi berikutnya, tapi bekerja atas nama tujuan organisasi. Organisasi besar maupun kecil dapat bertahan lama apabila memiliki karyawan yang bersemangat dan percaya pada misi organisasi serta memahami bagaimana cara mencapainya. Dengan meningkatkan engagement adalah suatu cara untuk mendorong individu agar menanamkan lebih banyak energi psikis dalam pekerjaannya.

2.1.2 Tiga Komponen Utama Employee Engagement

(29)

12 & Bakker, 2003). Penjelasan ketiga komponen utama employee engagement sebagai berikut:

2.1.2.1Vigor

Vigor adalah keadaan yang penuh dengan level energi yang tinggi dan

mental yang tangguh dalam mengerjakan pekerjaan. Gambaran perilaku pegawai yang memiliki vigor yang tinggi adalah pegawai yang memiliki keinginan yang tinggi untuk menginvestasikan usaha atau daya upayanya dalam satu pekerjaan. Mereka akan tetap bertahan meskipun menghadapi kesulitan di dalam pekerjaan (Schaufeli & Bakker, 2003).

2.1.2.2Dedication

Dedication adalah perasaan yang signifikan, antusias, inspirasi, bangga,

dan tertantang. Pegawai yang memiliki perasaan signifikan adalah pegawai yang memiliki keberartian atas keberadaan dirinya di dalam pekerjaan. Adapun maksud dari keberartian adalah memberikan kemampuan yang ia miliki terhadap pekerjaan. Sedangkan perasaan antusias adalah perasaan yang penuh perhatian dan ketertarikan dalam mengerjakan pekerjaan. Gambaran perilaku dedikasi lainnya adalah mereka yang merasa terinspirasi untuk mengerjakan pekerjaan, bangga dan tertantang (Schaufeli & Bakker, 2003).

2.1.2.3Absorption

Absorption adalah gambaran perilaku pegawai yang memberikan perhatian

(30)

13 berlalu begitu cepat. Pegawai tersebut merasakan bahwa dirinya susah dipisahkan dari pekerjaan (Schaufeli & Bakker, 2003).

2.1.3 Kategori Employee Engagement

Koscec (2007) melengkapi kategori employee engagement dari Gallup (2004) menjadi empat yaitu: actively engaged, engaged, disengaged, dan actively disengaged. Penjelasan keempat kategori itu sebagai berikut:

2.1.3.1Actively Engaged

Pegawai secara emosional berkomitmen terhadap pekerjaan dan organisasinya pada setiap waktu (all the time). Mereka memiliki motivasi diri yang tinggi dan benar-benar ingin membuat perbedaan. Mereka selalu menunjukkan performansi yang diharapkan.

2.1.3.2 Engaged

Pegawai secara emosional berkomitmen terhadap pekerjaan dan organisasinya pada waktu yang seharusnya (most of the time). Mereka selalu mencapai target tetapi hanya sesekali menunjukkan performansi yang diharapkan. 2.1.3.3Disengaged

(31)

14 2.1.3.4Actively Disengaged

Pekerja yang secara active disengaged adalah karyawan yang paling merusak di tempat kerja. Mereka tidak tertarik dengan pekerjaan dan organisasinya, merasa tidak bahagia dan menunjukkan ketidakbahagiaan tersebut dalam kata-kata, sikap dan tindakan. Mereka juga merusak kinerja orang lain dengan terus-menerus menyuarakan ketidaksenangan mereka dengan memberikan berbagai alasan, menyebarkan rumor, bergosip, menggerutu, dan performansinya buruk.

2.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Employee Engagement

Berdasarkan penelitian terdahulu telah ditemukan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi engagement. Di setiap penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi engagement belum tentu sama. Kahn (1990), menemukan bahwa collaboration/kerjasama, hubungan interpersonal yang mendukung dan saling

percaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi keterlibatan karyawan. Kepemimpinan merupakan kriteria utama kedua yang diidentifikasi sebagai faktor fundamental untuk mempengaruhi keterlibatan karyawan. Wallace dan Trinka (2009), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa keterlibatan terjadi secara alami saat para pemimpin memberi inspirasi.

(32)

15 Studi Saks dan Rotman (2006), mengungkapkan bahwa pengakuan dan penghargaan merupakan anteseden signifikan dari keterlibatan karyawan. Mereka memperhatikan bahwa ketika karyawan menerima penghargaan dan pengakuan dari organisasi mereka, mereka akan merasa berkewajiban untuk merespons dengan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi. Kahn (1990) mengamati bahwa tingkat keterlibatan karyawan adalah fungsi dari persepsi mereka terhadap manfaat yang mereka terima.

Menurut Clifton (2008), hubungan manajer-karyawan yang kuat juga merupakan unsur penting untuk meningkatkan employee engagement dan mempertahankan karyawan di perusahaan.

Pelatihan dan pengembangan karir merupakan dimensi penting yang harus dipertimbangkan dalam proses keterlibatan karyawan. Pelatihan meningkatkan akurasi layanan sehingga berdampak pada kinerja layanan dan keterlibatan karyawan (Paradise, 2008). Ketika karyawan tersebut menjalani program pelatihan dan pengembangan, kepercayaan dirinya terbangun dan memotivasi mereka untuk lebih terlibat dalam pekerjaan mereka.

Pada penelitiannya Lockwood menggunakan transformational theory, transactional dan laissez – faires. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara transformational leadership dengan employee engagement, dan hubungan negative antara laissez – faire dengan employee engagement serta tidak ada hubungan signifikan antara transactional leadership

(33)

16 Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi engagement karyawan sangat beragam. Dalam studi ini, peneliti memilih sembilan faktor yang diprediksi mempengaruhi engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita, yaitu: career progression, collaboration, communication, organizational leadership, compensation & benefit, recoqnition,

supportive management, training & development, dan uniqueness.

Career progression, adakah peluang bagi orang untuk tumbuh dan

(34)

17 2.2 Kinerja

2.2.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja (prestasi kerja) tersebut bisa secara kualitas maupun kuantitas.

Nurlaila (2010:71), mengemukakan bahwa Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Sedangkan menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas dari sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:165). Dessler (2000:41) mengemukakan kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan. Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara, 2002:22).

Rivai dan Basri (2005:50), mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu, dan telah disepakati bersama.

(35)

18 meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku (Amstrong, 1999:15). Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebagai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya.

2.2.2. Indikator Kinerja Karyawan

Robbins (2006:260), mengemukakan bahwa indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada lima, yaitu:

1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan, serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

2. Kuantitas. Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan. Dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, dan jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

3. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

(36)

19 5. Kemandirian. Kemandirian merupakan suatu tingkat dimana karyawan

mempunyai komitmen kerja dan tanggung jawab dengan instansi.

2.2.3. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah yang selanjutnya disebut penilaian kinerja kepala sekolah (PKKS) merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang sesungguhnya dari apa yang dikerjakan oleh kepala sekolah pada setiap indikator pemenuhan standar. Efektivitasnya ditentukan dengan mengukur keberhasilan mencapai target pada tiap indikator dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam program.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah menjelaskan lima dimensi kompetensi kepala sekolah yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

(37)

20 pengembangan sekolah, peningkatan kualitas sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, dan usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah yang dilakukan selama menjabat sebagai kepala sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 menjelaskan bahwa penilaian kinerja guru yang memiliki tugas tambahan sebagai kepala sekolah meliputi enam komponen penilaian, yaitu kepribadian dan sosial, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan sekolah, manajemen sumber daya, kewirausahaan, dan supervisi pembelajaran.

(38)

21 Tabel 2.1. Tugas Utama, Komponen Tugas Utama dan Indikator Kinerja

NO. UNSUR TUGAS dengan program lainnya berdasarkan data hasil evaluasi dalam pemenuhan 8 SNP

2. Kepala sekolah merumuskan visi-misi sebagai arah pengembangan program RKJM, RKT/RKAS dan program lainnya.

3. Kepala sekolah menentukan strategi pencapaian tujuan sekolah, dilengkapi dengan indikator pencapaian yang terukur.

4. Kepala sekolah melengkapi program dengan rencana evaluasi keterlaksanaan dan pencapaian program

2. Memimpin menggunakan waktu, dan tepat waktu mengakhiri pekerjaan.

6. Kepala sekolah berdisiplin dalam mengembangkan kewirausahaan dengan memperhitungkan semua risiko dalam melaksanakan tindakan.

7. Kepala sekolah menjadi teladan dalam memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien.

8. Kepala sekolah menunjukkan kedisiplinan sebagai insan pembelajar. meningkatkan pencapaian target yang lebih tinggi. 10. Kepala sekolah terampil dalam membangun tim kerja

yang efektif untuk mendapatkan produk kinerja yang lebih unggul.

11. Kepala sekolah menerapkan berbagai teknik pembaharuan dalam pengelolaan pembelajaran.

12. Kepala Sekolah menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan potensi dan meningkatkan prestasi sekolah.

4. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ kompetitif dalam mendorong peningkatan prestasi akademik dan nonakademik peserta didik

14. Kepala sekolah melengkapi sarana dan prasarana untuk menciptakan suasana belajar kondusif dan inovatif bagi peserta didik

15. Kepala sekolah memfasilitasi kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan budaya baca dan budaya tulis peserta didik.

(39)

22

17. Kepala sekolah menyusun perencanaan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

18. Kepala sekolah melakukan pembinaan berkala untuk meningkatkan mutu SDM sekolah

19. Kepala sekolah memfasilitasi guru dan staf administrasi untuk meningkatkan kegiatan pembinaan kompetensi 20. Kepala Sekolah memantau dan menilai penerapan hasil

pelatihan dalam pekerjaan di sekolah. 6. Mengelola peserta

21. Kepala sekolah menyusun perencanaan penerimaan, pengelolaan dan pengembangan kompetensi peserta didik.

22. Kepala sekolah memiliki program pengembangan potensi diri dan prestasi peserta didik.

23. Kepala sekolah memfasilitasi kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan pembiasaan melalui penanaman nilai-nilai.

24. Kepala sekolah memfasilitasi kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya secara optimal menerapkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP dalam kegiatan IHT, Workshop, Rapat Koordinasi, dan kegiatan MGMP/KKG.

26. Kepala sekolah mengendalikan pelaksanaan KTSP berlandaskan kalender pendidikan, menerbitkan surat keputusan pembagian tugas mengajar, dan menerapkan aturan akademik.

27. Kepala sekolah memfasilitasi efektivitas tim kerja guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.

28. Kepala sekolah mengembangkan pelayanan belajar yang inovatif melalui pengembangan perangkat dan sumber belajar yang terbarukan.

29. Kepala sekolah memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kolaborasi dan kompetisi bidang akademik dan nonakademik yang efektif, efisien dan akuntabel.

30. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi persuratan dan kearsipan secara efektif.

31. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi sarana prasarana secara efektif.

32. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi kepegawaian sesuai dengan perkembangan pembinaan kepegawaian.

(40)

23

NO. UNSUR TUGAS UTAMA

INDIKATOR PENILAIAN KINERJA

34. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi peserta didik secara efektif.

35. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi perpustakaan secara efektif.

36. Kepala sekolah mengarahkan pengelolaan administrasi laboratorium

37. Kepala sekolah mengembangkan sistem administrasi pengelolaan secara efektif dengan dukungan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

38. Kepala sekolah mengelola administrasi pembelajaran secara efektif dengan dukungan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

39. Kepala sekolah mengembangkan sistem pengelolaan perpustakaan secara efektif dengan dukungan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

10. Merencanakan

40. Kepala sekolah mengidentifikasi masalah pengelolaan.

41. Kepala sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target pencapaian yang terukur.

42. Kepala sekolah mengembangkan instrumen supervisi.

11. Melaksanakan menjaring data rencana pembelajaran dan menetapkan fokus kegiatan supervisi.

44. Kepala sekolah melaksanakan kegiatan pemantauan pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi. 45. Kepala sekolah melakukan pertemuan refleksi,

menganalisis catatan hasil observasi, dan menyimpulkan hasil observasi

46. Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam merencanakan tindak lanjut perbaikan sistem penilaian hasil belajar. 12 Menindaklanjuti

47. Kepala sekolah bersama guru menyusun rekomendasi tindaklanjut perbaikan dalam bentuk kegiatan analisis butir soal, remedial, dan pengayaan.

48. Kepala sekolah mengecek ulang keterlaksanaan rekomendasi oleh guru

49. Kepala sekolah melaksanakan pembinaan dan pengembangan guru sebagai tindaklanjut kegiatan supervisi.

50. Kepala sekolah menggunakan data hasil supervisi sebagai bahan perbaikan perbaikan kinerja pelaksanaan program.

(41)

24 2.2.4. Penilaian Kinerja Berdasarkan Balance Scorecard (BSC)

Sejarah perkembangan balanced scorecard dimulai pada tahun 1990 saat Robert S. Kaplan dan David P. Norton melakukan studi mengenai pengukuran kinerja pada perusahaan swasta. Dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1992, mereka mempublikasikan tulisan yang berjudul “The Balanced Scorecard:

Measures that Drive Performance” di majalah Harvad Business Review. Ide

utama dari metode balanced scorecard pada saat itu adalah pengukuran kinerja bisnis melalui empat perspektif. Adapun keempat perspektif tersebut adalah: Customer, Internal, Financial, dan Learning and Growth. Penilaian kinerja

berdasarkan balance scorecard digunakan untuk mengukur apakah aktivitas karyawan sejalan dengan sasaran organisasi.

2.2.5. Penilaian Kinerja di Yayasan Tarakanita

Sejak tahun 2012, Yayasan Tarakanita memilih untuk menggunakan organizational balanced scorecard (BSC) sebagai alat manajemen dalam mengelola kinerja organisasi. Penggunaan balanced scorecard di organisasi pendidikan di Indonesia memang belum banyak dipilih, tetapi untuk industri lain BSC menjadi salah satu alat manajemen yang favorit untuk digunakan.

(42)

25 1. Pencapaian hasil kerja yang disebut juga Individual Balance Score Card (IBSC) adalah kesepakatan tentang hasil yang wajib dicapai oleh setiap karyawan pada setiap akhir periode penilaian.

2. Sikap Kerja adalah kemampuan individu untuk mewujudkan karakteristik perilaku tertentu yang mendukung hasil kerja yang dicapai.

Tujuan Yayasan Tarakanita menggunakan penilaian DP3 adalah dimaksudkan untuk melakukan review:

1. Pencapaian Kinerja (performance review), yang meliputi:

1.1.Informasi tentang pencapaian target individu secara berkala.

1.2.Informasi tentang hal-hal yang memudahkan atau menjadi kendala dalam mencapai target.

1.3.Kebutuhan koreksi/perbaikan yang harus dilakukan. 1.4.Informasi tentang akumulasi target unit karya. 2. Potensi (potencial review), yang meliputi:

2.1Informasi tentang kemampuan individu dalam melaksanakan IBSC. 2.2Informasi tentang perilaku/sikap kerja individu dalam melaksanakan

kegiatan/tanggung jawab sehari-harinya.

2.3Informasi tentang pengembangan diri yang diperlukan

(43)

26 3. Penghargaan (reward review) yang meliputi:

3.1Informasi tentang hal-hal yang terkait dengan perencanaan pengembangan dan karir karyawan yang lebih komprehensif.

3.2Informasi yang terkait dengan penghitungan insentif/bonus karyawan.

(44)

27

HASIL FINAL BENCHMARKING

B

Gambar 2.1 Skema Alur Penilaian DP3 Yayasan Tarakanita

Langkah–langkah penilaian kinerja seperti gambar 2.1 di atas dalam satu periode penilaian adalah sebagai berikut:

1. Awal periode: menghasilkan kesepakatan IBSC

(45)

28 2.2.5.1. Individual Balanced Scorecard (IBSC)

Individual Balanced Scorecard (IBSC) merupakan kesepakatan

tentang hasil yang wajib dicapai oleh setiap karyawan Tarakanita pada setiap akhir periode penilaian. Kerangka yang menggambarkan prosedur yang harus dilakukan mulai dari penyusunan Visi-Misi lembaga sampai penyusunan IBSC, pentahapannya ditunjukkan oleh gambar 2.2 di bawah ini:

Gambar 2.2 Kerangka DP3 IBSC

(46)

29 ini dikonkretkan di dalam OBSC, yaitu balance scorecard Yayasan. Ditingkat pusat OBSC Yayasan, dijabarkan menjadi OBSC Kantor Pusat, demikian pula di tingkat wilayah OBSC Kantor Pusat dijabarkan menjadi OBSC Wilayah, dan OBSC Wilayah dijabarkan menjadi OBSC Unit Karya. OBSC Unit Karya dilengkapi dengan Program Kerja, yang selanjutnya dijabarkan ke dalam peta tanggung jawab dengan memperhatikan job description/UTW. IBSC disusun mengacu pada peta tanggung jawab dengan memperhatikan:

1. Job Description/UTW. 2. Tugas tambahan.

3. Profil kompetensi individu.

Dalam alur DP3 juga memperhatikan kebutuhan pengembangan karyawan yang disebut Rencana Pengembangan Individu (RPI), disusun dengan acuan:

1. Profil kompetensi individu. 2. Peta kompetensi.

IBSC kepala sekolah sama dengan OBSC unit karya yang dipimpinnya, sedangkan IBSC wakil kepala sekolah disusun sesuai dengan UTW, tugas tambahan, dan profil kompetensi individu mereka.

2.2.5.2. Sikap Kerja

(47)

30 kerja. Instrumen penilaian sikap kerja dibedakan menjadi dua yaitu untuk pejabat struktural dan pejabat non struktural. Untuk pimpinan sekolah menggunakan instrumen pejabat struktural yang terdiri dari aspek: spiritualitas dan katolisitas, kualitas pribadi, kepemimpinan, pengembangan bawahan, komunikasi, tata laksana organisasi, pengelolaan informasi, pemecahan masalah, strategi, perencanaan, pengendalian, pengorganisasian. Prosedur penilaian DP3 Sikap Kerja digambarkan dengan skema sebagai berikut

(48)

31

2.3. Engagement dan Kinerja

Demorouti dan Cropanzano (2010) berpendapat bahwa keterlibatan karyawan dapat menyebabkan peningkatan kinerja. Temuan ini didukung oleh semakin banyak studi yang sampai pada pengaruh positif keterlibatan karyawan terhadap kinerja individu (Halbesleben, 2010; Mone dan London, 2010).

Baumruk dan Gorman (2006), mengatakan jika karyawan memiliki rasa keterlibatan yang tinggi dengan perusahaan, hal tersebut akan meningkatkan tiga perilaku umum yang akan meningkatkan kinerja perusahaan:

1. Say (mengatakan)-karyawan akan memberikan masukan untuk organisasi dan rekan kerjanya, dan akan memberikan masukan mengenai karyawan dan konsumen yang berpotensi.

2. Stay (tetap tinggal)-karyawan tetap akan bekerja di organisasi tersebut walaupun ada peluang utuk bekerja di tempat lain.

3. Strive (upaya) - karyawan akan memberikan lebih banyak waktu, usaha dan inisiatif untuk dapat berkontribusi demi kesuksesan organisasi.

(49)

32 2.4. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hubungan antar variabel dapat dirumuskan ke dalam beberapa hipotesis (H) yang akan diuji.

Seorang pekerja lebih engaged ketika pekerjaannya merupakan wahana bagi energi dan intelektualitasnya. Salah satu alasan seseorang memilih pekerjaan adalah apakah mereka memiliki harapan akan perkembangan diri dan karirnya. Kesempatan berkembang yang diberikan oleh Yayasan Tarakanita diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah. Maka dapat dirumuskan hipotesis,

H1: Career progrestion berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Kerja tim adalah komponen kunci dari organisasi, dan mengacu pada pembentukan sekelompok karyawan yang saling bekerjasama satu sama lain menuju tujuan bersama. Suasana saling mendukung, saling membantu, dan bekerjasama membuat seorang karyawan menjadi krasan dan semangat di tempat kerjanya. Maka collaboration/kerjasama kolaborasi diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Dengan demikian dapat ditarik hipotesis,

H2: Collaboration berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

(50)

33 sekolah di Yayasan Tarakanita. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis,

H3: Communication berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Kepimpinan organisasi yang sesuai dengan karyawan akan membuat suasana nyaman dan memunculkan semangat yang tinggi bagi karyawan untuk bekerja. Maka kepemimpinan organisasi diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Dari uraian di atas hipotesis yang dapat ditarik adalah,

H4: Organizational leadership berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Kompensasi dan keuntungan mempengaruhi motivasi seseorang untuk bertahan di tempat kerjanya. Alasan bagi pekerja untuk pindah ke lembaga lain adalah tawaran kompensasi dan keuntungan yang lebih baik. Maka kompensasi dan keuntungan diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis,

H5: Compensation & benefit berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

(51)

34 H6: Recognition berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Dukungan management yang dirasakan oleh karyawan menjadi kekuatan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan penuh semangat, maka supportive management diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah di yayasan Tarakanita. Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis,

H7: Supportive management berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Pada umumnya seseorang ingin mengembangkan talentanya. Maka training dan development diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita. Maka dapat ditarik hipotesis,

H8. Training & development berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Keunikan suatu lembaga yang ditangkap, dihidupi, dan dirasakan selaras dengan harapan karyawan menyebabkan rasa bangga, nyaman, dan krasan. Maka keunikan Yayasan Tarakanita diduga mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah. Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis,

H9: Uniqueness Yayasan Tarakanita berpengaruh terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Baumruk dan Gorman (2006), mengatakan jika karyawan memiliki engagement yang tinggi dengan organisasi, maka akan meningkatkan tiga perilaku

(52)

35 umumnya berdampak pada kinerjanya, hal ini terjadi karena karyawan akan dengan penuh semangat menyampaikan masukan/pendapat/gagasan untuk mengembangkan organisasi, tetap setia pada organisasi, dan dengan bangga pada pekerjaannya mendorong untuk mendedikasikan seluruh waktu, tenaga, dan pikirannya untuk perkembangan organisasi. Maka tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita diduga berpengaruh terhadap kinerjanya. Dengan demikian dapat ditarik hipotesis,

H10: Tingkat engagement berpengaruh terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan di antara konsep-konsep tersebut (Polancik, 2009). Model kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibuat dengan merujuk dari beberapa penelitian sebelumnya dengan beberapa tambahan variabel yang dapat mewakili dari pertanyaan dalam perumusan masalah pada Bab I. Pada penelitian ini diajukan sembilan (9) variabel yang mempengaruhi employee engagement yaitu: career progression, collaboration, communication,

organization leadership, compensation & benefit, recognition, supportive

(53)

36 engagement pimpinan sekolah (vigor, dedication & absorption) sebagai variabel

(54)
(55)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini adalah upaya untuk menyelaraskan apa yang diharapkan karyawan dengan sasaran strategi organisasi yang salah satu tujuan akhirnya adalah meningkatnya kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel career progression, collaboration, communication, organizational leadership, compensation &

benefit, recognition, supportive management, training & development, dan uniqueness yang dimiliki Yayasan Tarakanita terhadap tingkat engagement pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita, serta menganalisa pengaruh tingkat engagement terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita.

Penelitian yang dilakukan merupakan kajian deskriptif (descriptive study). Hal ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara data yang diperoleh dengan landasan teori yang dipakai melalui uraian secara sistematis dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini data dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Faktor penentu tingkat engagement dan dampaknya terhadap kinerja pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita dianalisis menggunakan SEM model PLS.

3.2Definisi istilah/operasional

(56)

39 Tabel 3.1: Definisi Operasional Variabel

Variabel Rumusan Operasional Pengukuran

Employee Engagement

Employee engagement

didefinisikan sebagai “sesuatu yang positif, pemenuhan, hubungan kerja terkait dengan kekuatan pikiran yang ditandai dengan semangat (vigor), dedikasi (dedication), dan penyerapan (absorption)"

Kuesioner untuk pimpinan

sekolah; terlampir di

halaman 142

Kinerja:

1. IBSC

2. Sikap kerja

1. Balanced Scorecard adalah pengukuran kinerja bisnis melalui empat perspektif

2. Penilaian sikap kerja pimpinan sekolah meliputi: spiritualitas dan katolisitas, kualitas pribadi, kepemimpinan, pengembangan bawahan, komunikasi, tata laksana organisasi, pengelolaan

sikap kerja pimpinan

sekolah; terlampir di

halaman 45 dan 54

3.3Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita yaitu seluruh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang berkarya di 59 (lima puluh sembilan) unit sekolah Tarakanita.

3.4 Kerangka Analisis Penelitian

Dalam penelitian ini penelusuran strategi mencari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat engagement pimpinan sekolah dan dampak tingkat engagement terhadap kinerja pimpinan sekolah Tarakanita didapatkan dengan

(57)

40 instrumen utama berdasarkan petunjuk desain kuesioner dari Sarrah Marrs dan Jordal Menzel (2017). Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini terdiri dari 9 variabel bebas, yaitu: career progression, collaboration, communication, organizational leadership, compensation & benefit, recognition,

supportive management, training & development, dan uniqueness. Sedangkan engagement pimpinan sekolah sebagai variabel yang terikat (dependent variable).

(58)

41 Gambar 3.1: Kerangka Analisis Penelitian

Kerangka analisis ini merupakan suatu kerangka yang digunakan sebagai acuan/pedoman dalam penelitian ini. Langkah awal dengan mempelajari praktek pengelolaan sumber daya manusia di Yayasan Tarakanita serta teori-teori yang

Teori Engagement

Survey Pimpinan Sekolah

Tarakanita

Survey Pimpinan Sekolah

Tarakanita

Survey Pimpinan Sekolah

Tarakanita

Survey Pimpinan Sekolah

Tarakanita dan saran pada praktik

engangement dalam pengelolaan

SDM Yayasan Tarakanita

survey pimpinan sekolah

(59)

42 berhubungan dengan engagement karyawan. Selanjutnya pencermatan atas kinerja organisasi serta kinerja para pimpinan sekolah dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi terkini organisasi. Selain itu juga mempelajari literatur-literatur dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan engagement karyawan untuk memperkaya pemahaman mengenai engagement karyawan khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi employee engagement. Berikutnya adalah menyusun kerangka penelitian dan mengembangkan hipotesis dari penelitian ini, membuat instrumen yang sesuai dalam pengambilan data, dan kemudian melakukan engagement survey kepada seluruh pimpinan sekolah yang ada di Yayasan Tarakanita, menggunakan pedoman dari Sarah Marrs dan Jordan Menzel (2017). Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita yaitu semua kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang berkarya di 59 (lima puluh sembilan) unit sekolah Tarakanita.

(60)

43 3.5 Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis & Sumber Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kuantitatif dengan metode survey menggunakan kuesioner. Jika dilihat rentang waktunya, penelitian ini termasuk single cross-sectional karena penelitian hanya dilakukan pada satu kurun waktu tertentu terhadap responden dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.

Jika dilihat dari sumber datanya, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk data sekunder dan primer adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jenis Data, Metode dan Sumber Info

Jenis Data Metode Sumber Info Tujuan

Primer - Kuesioner Pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita

Mengetahui tanggapan responden tentang faktor : career progression, collaboration, communication, organizational leadership, compentation & benefit, recognition, supportive management, training & development, dan uniquiness

terhadap employee engagement yang dilakukan kepada pimpinan sekolah di Yayasan Tarakanita

Sekunder - Studi

Data penilaian kinerja (DP3) pimpinan sekolah

Untuk memperoleh informasi yang bersifat ilmiah dan teoritis tentang

(61)

44 3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner yaitu dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015). Kuesioner yang disebar sebanyak 150, karena semakin banyak responden yang dapat mengisi, maka hasilnya semakin baik dan untuk mengantisipasi adanya responden yang tidak mengisi atau gagal.

Setelah peneliti menyelesaikan definisi operasional variabel maka langkah selanjutnya menyusun item-item. Sebuah skala menjadi penting untuk mengukur pendapat dan dengan data kuantitatif berarti analisis relatif mudah dilakukan. Penskoran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Sutrisno Hadi (1991), mengungkapkan bahwa skala likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap statement atau pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang disediakan.

Tabel 3.3: Penilaian Tanggapan Responden Skala Likert

No Tanggapan Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sutrisno Hadi (1991)

(62)

45 contoh penilaian DP3 IBSC pimpinan sekolah (wakil kepala sekolah bidang kesiswaan)

Tabel. 3.4

DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (DP3) INDIVIDUAL BALANCE SCORECARD (IBSC) WAKASIS

Periode 01/07/2016 s/d 30/6/2017

P

2 Lihat katalog kepala sekolah

(63)
(64)

47

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

53

Jumlah BOBOT IBSC 100 Jumlah Nilai 87,00

NILAI IBSC (TOTAL NILAI/TOTAL BOBOT) 0,87

PERENCANAAN IBSC EVALUASI IBSC JULI sd

DESEMBER EVALUASI IBSC JANUARI sd JUNI

(71)

54

YAYASAN TARAKANITA

DP3 SIKAP KERJA -

STRUKTURAL

KANTOR WILAYAH ...

I. PENILAIAN

Pilihlah salah satu di antara indikator-indikator perilaku di setiap kriteria penilaian, yang paling sesuai dengan karyawan yang dinilai, dengan memberi nilai pada kotak yang tersedia sesuai dengan kisaran angka yang tertera di atas penyataan tersebut

No. Kriteria Penilaian Indikator Kinerja

(<70) ≥70 sd <80 ≥80 sd < 90 ≥90-100

1. Spiritualitas dan Katolisitas

1.1. Kesadaran Makna Hidup Sebatas melaksanakan rutinitas kegiatan iman/kegiatan doa

Memiliki upaya dalam memperdalam iman.

Menjadi contoh dalam mensyukuri anugerah hidup dan memperdalam iman

Menjadi penggerak dalam mensyukuri anugerah hidup dan memperdalam iman

Sikap yang menunjukkan rasa syukur tehadap anugerah hidup dari Allah dan

keinginan untuk

memperdalam iman

1.2. Integritas Kurang konsisten

menunjukkan integritas

Sangat konsisten menunjukkan integritas dalam melaksanakan tanggung jawab

Sikap tulus, jujur, bertanggung jawab dan konsisten menjalankan nilai-nilai etis dan norma yang berlaku

(72)

55

dan melestarikan Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC)

Sikap peduli terhadap Keadialan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC)

2.1. Pengetahuan tentang Pekerjaan

Pengetahuan tentang pekerjaan sangat mendalam dan luas. Pengetahuan mengenai

metode, teknik, dan ketrampilan yang diperlukan dalam melaksanakan

pekerjaan

2.2. Komitmen terhadap Pekerjaan

Sangat menunjukkan komitmen dalam pencapaian target pekerjaan

Memahami dan bertanggung jawab terhadap penyelesaian pekerjaan

2.3. Kuantitas Hasil Pekerjaan Menyelesaikan tugas dengan jumlah di bawah tuntutan rata-rata (< 60%)

Menyelesaikan tugas dengan jumlah mendekati tuntutan rata-rata (60% sd < 80%)

Menyelesaikan tugas dengan jumlah sesuai tuntutan rata-rata (80% s.d 100%)

Menyelesaikan tugas dengan jumlah melebihi tuntutan rata-rata

(> 100%) Pemenuhan jumlah hasil

kerja

(73)

56

tuntutan yang diharapkan (< 60%)

tuntutan yang diharapkan (60% sd < 80%) Pemenuhan standar mutu

pekerjaan

2.5 Penampilan Menerapkan sebagian

standar pelayanan prima dalam pencitraan diri

Menampilkan citra diri sesuai dengan standar pelayanan prima

Selalu menampilkan citra diri positif dan profesional

Menjadi teladan dan penggerak untuk mewujudkan citra diri positif dan profesional

Kepribadian yang tercermin dari sikap tubuh, komunikasi, tata busana dan tata rias yang mendukung profesionalitas

dan etika kerja.

3. Kepemimpinan

3.1. Kepemimpinan Kurang efektif dalam membangkitkan semangat bawahan

Cukup efektif dalam memberikan instruksi-instruksi secara baik, dan dapat memberikan

Sangat efektif dalam menggerakkan dan mampu memotivasi bawahan untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan secara tuntas.

Cara-cara dalam

menggiatkan bawahan agar bersemangat dalam bekerja sama dan menyelesaikan

pekerjaan

3.2. Pemberdayaan Kurang mengenali

kekuatan anak buah, sehingga kurang memberikan kesempatan kepada anak buah untuk berkontribusi secara lebih proposional

Mengenali kekuatan anak buah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak buah untuk berkontribusi secara lebih proposional

Sangat mengenali kekuatan anak buah, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak buah untuk berkontribusi dan berkembang secara lebih proposional

Kemampuan untuk

mengenali kekuatan anak buah dan memberi kesempatan mengambil tanggung jawab guna

meningkatkan dan

memberikan kontribusi pada

(74)

57

antar bawahan, sehingga

kurang dapat

menumbuhkan keinginan bawahan untuk berbuat lebih banyak

antar bawahan serta

cukup mampu

menumbuhkan keinginan bawahan untuk berbuat lebih banyak

dan sering berhasil menumbuhkan keinginan bawahan untuk berbuat lebih banyak

selalu berhasil menumbuhkan keinginan bawahan untuk berbuat lebih banyak dan memunculkan inisiatif baru Membangun semangat kerja

sama dan menumbuhkan gairah untuk berbuat lebih banyak

4. Pengembangan bawahan

4.1.

Membimbing bawahan Kurang memberikan pengarahan mampu

dan bimbingan kepada bawahan dalam proses penyelesaian pekerjaan, sehingga kinerja bawahan cenderung lamban.

Cukup mampu memberi pengarahan dan bimbingan kepada bawahan dalam proses penyelesaian pekerjaan, bawahan dalam proses penyelesaian pekerjaan, sehingga kinerja bawahan sering menunjukkan peningkatan.

Sangat mampu memberi pengarahan dan bimbingan kepada bawahan dalam proses penyelesaian pekerjaan, sehingga kinerja bawahan selalu menunjukkan peningkatan. Memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada bawahan dalam proses penyelesaian pekerjaan

tanggapan positif, serta membangun dialog secara

tanggapan positif, serta membangun dialog secara efektif.

Sangat mampu mengungkapkan pemikiran, mendengarkan dan memberikan tanggapan positif, serta membangun dialog secara efektif.

Mengungkapkan pemikiran,

mendengarkan dan

memberikan tanggapan positif, serta membangun dialog secara efektif.

Gambar

Tabel 2.1. Tugas Utama, Komponen Tugas Utama dan Indikator Kinerja
Gambar 2.1 Skema Alur Penilaian DP3 Yayasan Tarakanita
Gambar 2.2 Kerangka DP3 IBSC
Gambar 2.3 Alur Penilaian Sikap Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

PALISADE sarat dengan fitur pintar terkini seperti power tailgate yang tidak hanya dapat terbuka dan tertutup secara otomatis namun juga dapat diatur kecepatannya.. Posisi

Assalamualaikum Wr. Salam Sejahtera Bagi Kita Semua. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas hidayah-Nya maka Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat 2020 dapat

Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah proses oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas, salah satunya efek samping pemberian deksametason. Belum ada penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas bakteriologis selada (Lactusa sativa ) dengan mengidentifikasi keberadaan bakteri Salmonella sp pada selada yang dijual

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

salah satu penduduk trangsan bernama Wiro sering di depan rumah Tionghoa tersebut merasa tertarik dan pada akhirnya bekerja pada orang tersebut sebagai pengrajin

Dari penjelasan di atas tentang pengamalan tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di pondok pesantren Miftahul Huda Malang dalam upaya meningkatkan ESQ (Emotional-Spiritual Quotient)

Analisis deskripsi jawaban responden tentang variabel kinerja karyawan didasarkan pada jawaban responden atas pernyataan-pernyataan seperti yang terdapat dalam kuesioner