• Tidak ada hasil yang ditemukan

10. ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN KEBUMEN - DOCRPIJM b205a52808 BAB XBab 10 Aspek Kelembagaan Kabupaten Kebumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "10. ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN KEBUMEN - DOCRPIJM b205a52808 BAB XBab 10 Aspek Kelembagaan Kabupaten Kebumen"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10.

ASPEKKELEMBAGAAN KABUPATEN

KEBUMEN

Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di daerah yang fokus

kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari

ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan dan rencana

(2)

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

(3)

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 10.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

Sumber : Road Map Reformasi Birokrasi

10.1

Kondisi Kelembagaan Kabupaten Kebumen

10.1.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya Kabupaten Kebumen

(4)

10.1.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansional Bidang Cipta Karya

No Instansi Tabel 10.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

(5)

10.1.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

Tabel 10.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit

Kerja Golongan Jenis Kelamin

Latar Belakang Pendidikan

Jabatan Fungsional (1) (2) (3) (4) (5) Dinas

PU Bappeda

Sumber :

10.2

Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

10.2.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

10.2.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

(6)

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

10.2.4 Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 10.4 Analisis SWOT

FAKTOR INTERNAL

Strengths (S) Weakneses (W)

1. Adanya Visi dan Misi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Bappeda Kabupaten Kebumen;

2. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan tugas Bappeda; 3. Adanya Tugas Pokok dan Fungsi

(Tupoksi);

4. Terciptanya koordinasi lintas bidang; 5. Adanya uraian tugas dalam Menunjang

kinerja organisasi.

1. Sebahagian struktur organisasi SKPD belum terisi sesuai dengan kebutuhan; 2. Kinerja aparatur pelaksana belum

optimal;

3. Masih lemahnya pemahaman terhadap tupoksi ;

4. Masih kurangnya infrastruktur terhadap output kinerja berdasarkan bidang tugas; 5. Belum terlaksananya standar pelaporan

terhadap Jurnal kegiatan terhadap uraian tugas.

FAKTOR EKSTERNAL

Opportunities (O) Threats (T)

(7)

Pembangunan (Musrenbang); 2. Adanya dukungan data dan iformasi

SKPD;

3. Tersedianya kesempatan untuk mengikuti pendidikan penjenjangan, fungsional, dan bimbingan teknis; 4. Adanya laporan kinerja instansi

pemerintah;

5. Tersedianya publikasi pembangunan secara periodik;

pembangunan melalui musrenbang masih lemah;

2. Masih adanya sebahagian masyarakat belum responsip terhadap data dan informasi;

3. Perencanaan program diklat dan penganggaran belum terencana dengan baik;

4. Indikator pengukuran kinerja setiap SKPD belum optimal;

5. Belum optimalnya pemanfaatan data pembangunan oleh instansi pemerintah.

1. Faktor Internal

a. Strengths (S) Kekuatan

Identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal dimaksudkan utnuk pencapian visi dan misi dalam pembangunan daerah, hal ini terkait dengan bidang tugas dalam membantu Bupati di bidang perencanaan, pengendalian, dan evaluasi pembangunan daerah. Beberapa faktor internal yang ada meliputi :

1) Adanya Visi dan Misi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

bappeda Kabupaten Kebumen;

Visi pada SKPD Bappeda adalah "Menjadi Institusi Perencana Yang Handal, Kredibel dan Secara Proaktif Ikut Berperan Dalam

Penentuan Pencapaian Tujuan Pembangunan Daerah" hal ini merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam mendu'kung rencana pembangunan sesuai dengan visi Pemerintah Kabupaten Kebumen. Selanjutnya sebagai daya dukung terhadap visi tersebut diatas ditetapkan misi sebagai berikut :

 Meningkatkan kualitas rencana pembangunan daerah dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan;

(8)

 Mewujudkan sebagai mitra dalam perencanaan pembangunan daerah.

2) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan

tugas Bappeda;

Bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan kinerja. Kontek ini ditentukan oleh relevansi konstribusi untuk dapat melakukan aktivitas di bidang perencanaan pembangunan.

3) Adanya Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi);

Tupoksi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari organisasi dan tatakerja guna mencapai tujuan sehingga dalam melaksanakan tugas tidak terjadi penyimpangan dan secara birokrasi dapat berjalan sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab yang diemban guna mendukung Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten.

4) Adanya laporan Kinerja instansi Pemerintah;

Pengukuran kinerja terhadap pelaksanan tugas pada setiap tahun mulai dan awal perencanaan sampai pada akhir pelaksanaan dibuatkan evaluasi terhadap pencapaian kinerja, pelaporan tersebut di sampaikan pada Bupati sebagai koordinator dalam bidang pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

5) Adanya Uraian Tugas Dalam Menunjang Kinerja Organisasi.

Sesuai dengan tupoksi Bappeda, dalam menunjang kinerja organisasi telah dibuatkan uraian tugas berdasarkan struktur organisasi yang ada yaitu :

(1) Kabag Tata Usaha meliputi; Kepala Sub Bagian (kasubag) UKK, Kasub Perencanaan Kegiatan data Dan Pelaporan .

(9)

(3) Bidang Sosial Budaya meliputi Kasubbid Pemerintahan, dan Kasubbid Kesejahteraan Sosial.

(4) Bidang Pengembangan Wilayah meliputi Kasubbid Prasarana Wilayah, dan Kasubbid Pengaturan Tata Ruang.

b. Weaknesses (W) Kelemahan

1) Sebagian Struktur Organisasi SKPD Belum Terisi Sesuai Dengan

Kebutuhan;

Struktur organisasi Bappeda terdiri dari Kepala yang membawahi Tata Usaha, Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya, Bidang Pengembangan Wilayah, UPT Litbang, Tata Usaha membawahi 3 (tiga) sub bagian/sub bidang. Dan struktur organisasi sebagaimana tersebut diatas, bidang sosial budaya masih terdapat satu sub bidang yang belum terisi yaitu Kasubbid Pemerintahan, Kependudukan dan Tenaga Kerja, begitu juga pada bidang-bidang sosial budaya terdapat satu sub bidang yang belum terisi yaitu kasubbid penelitian sosial ekonomi. Dan sejumlah aparatur yang ada baru sebahagian yang telah mengikuti pendidikan fungsional guna menunjang kinerja bidang tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

2) Kinerja Aparatur Pelaksana Belum Optimal;

Dari beban tugas yang diemban oleh Bappeda, kinerja aparatur yang ada dengan frekuensi pekerjaan yang harus dilaksanakan, diperlukan kemampuan aparatur yang dapat melaksanakan dan menjalankan tupoksi guna meningkatkan pelayanan prima, baik internal maupun ekternal terhadap kepentingan publik sesuai dengan tuntutan kegiatan pembangunan yang diharapkan oleh kelompok sasaran.

3) Masih lemahnya Pemahaman Terhadap Tupoksi;

(10)

diemban dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tugas pokok dan fungsi terkait langsung dengan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penetapan strategi yang dipilih.

4) Masih Kurangnya Infrastruktur Terhadap Output Kinerja

Berdasarkan Bidang Tugas;

Dalam rangka meningkatkan kinerja aparat Bappeda, masih terdapat kekurangan penunjang kerja, yaitu menyangkut infrastruktur kantor. Diantaranya software GIS, Foto udara dengan menggunakan citra stelit, printer besar guna pembuatan peta, dan software Simda.

5) Masih Terdapat Adanya Pelaporan Yang Belum Tepat Waktu.

Pelaporan memegang peranan penting guna mengetahui dan mengikuti perkembangan dan semua kigiatan yang dilaksanakan, baik lintas sektor maupun program agar dapat diambil langkah-langkah selanjutnya sebagai alternatif pemecahan masalah. Secara umum adanya pelaporan kegiatan terhadap pelaksanaan pembangunan yang belum tepat waktu adalah dikarenakan kondisi geografis, dan aksesibilitas yang masih rendah sehingga setiap SKPD sebagai pelaksana program dilapangan diperlukan frekuensi koordinasi yang lebih efektif dan efisien.

2. Faktor Eksternal

Identifikasi faktor ekstemal adafah faktor yang merupakan peluang (opportunity), dan yang merupakan ancaman (Threats) bagi pencapaian tujuan organisasi yang diinginkan.

a. Opportunities (O) Peluang

Identifikasi terhadap unsur peluang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang);

(11)

dan dari atas kebawah, sehingga keterlibatan masyarakat dalam bidang perencanaan nampak sekali. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pelakanaan musrenbang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat bawah yaitu Musrenbang Tingkat Desa/Kampung, Tingkat Kecamatan/Distrik, Tingkat Kabupaten, Tingkat Provinsi, dan Musrenbang Tingkat Pusat. Dengan demikian keterlibatan masyarakat, Stakeholder sesuai dengan jenjang adaministrasi pemerintahan diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan, sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan pembangunan.

2) Adanya Dukungan Data dan Informasi SKPD;

Dukungan data dan informasi dari SKPD balk berdasarkan acuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasonal maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka data dan informasi yang diberikan oleh masing-masing SKPD pada Bappeda akan semakin lengkap, karena terintegrasi dengan Visi dan Misi Bupati yang harus dijabarkan oleh setiap SKPD, termasuk pembuatan Rencana Strategis (Renstra).

3) Tersedianya Kesempatan Untuk Mengikuti Pendidikan

Penjenjangan, Fungsional, dan Bimbingan Teknis;

Kesempatan untuk mengikuti pendidikan merupakan harapan bagi setiap pegawai, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kreativitas serta meningkatkan sumber daya manusia, oleh karena itu pemerintah daerah dengan adanya program pendidikan dan pelatihan bagi aparat dalam menunjang kinerja bidang tugas merupakan suatu kebutuhan dan meningkatkan pelayanan publik sesuai dengan topoksi organisasi.

(12)

Laporan Kinerja Instansi Pemerinah (Lakip) merupakan hasil pengukuran terhadap pelaksanaan tugas pada setiap tahun anggaran, baik menyangkut tugas rutin mapun pembangunan oleh setiap SKPD, Lakip dimaksud merupakan suatu keharusan yang harus dibuat oleh setiap SKPD sebagai bentuk pertanggung jawaban dan sebagai tolok ukur hasil kinerja.

5) Tersedianya Publikasi Pembangunan Secara Priodik;

Publikasi pembangunan, baik menyangkut pembangunan sektor, potensi dan peluang investasi yang disebar luaskan pada setiap tahun, guna kepentingan instansi pemerintah, stakeholder mapun institusi lainya, akan membantu dalam pengambilan kebijakan dalam perencanaan pembangunan.

b. Threats (T) Ancaman

Identifikasi unsur ancaman (T) dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Partisipasi Msyarakat Dalam Pembangunan Melalui Musrenbang

Masih lemah;

Musrenbang pada dasarnya merupakan kebutuhan dalam merencanakan pembangunan yang akan diprogramkan sesuai dengan kebutuhan tuntutan kegiatan pembangunan bagi masyarakat dalam menjawab kelompok sasaran pembangnan agar berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi saat ini, pelaksanaan musrenbang terutama dari jenjang di tingkat Desa/Kampung, dan Distrik belum optimal, hal ini disebabkan karena kondisi geografis dan masih rendahnya tingkat aksesibilitas.

2) Masih adanya Sebahagian Masyarakat Belum Responsip Terhadap

Data dan Informasi;

(13)

itu data merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan. Hal in dapat dibuktikan bahwa perencanaan tanpa didukung olah data, tidak akan menghasilkan output yang baik, bahkan akan membahayakan dalam memunculkan kegiatan program, karena tidak akan sesuai dengan tututan kegiatan yang dibutuhkan. Melihat kondisi saat ini masih terdapat sebahagian masyarakat belum memanfaatkan data yang sudah diolah dan dikerjakan oleh instansi yang berkompeten dalam pengolahan dan pengawasan data.

3) Perencanaan Program Diklat dan Penganggaran Belum Terencana

Dengan Baik;

Pendidikan dan latihan bagi setiap aparat sebagai abdi negara dan abdi masyarakat merupakan kebutuhan, karena pendidikan sangat terkait dengan kualitas aparatur. Dengan demikian apabila perencanaan program diklat dan penganggaran belum terencana dengan baik, akan mempengaruhi kualitas aparatur dalam meningkatkan kinerja sesuai dengan tupoksi.

Kondisi saat ini yang dihadapi dalam program diklat dan penganggaran adalah karena masih terbatasnya dana, sehingga diperlukan seleksi dalam artian menggunakan skala prioritas.

4) Indikator Pengukuran Kinerja Setiap SKPD Belum Optimal;

Outcome kinerja SKPD sangat erat kaitannya dengan pencapaian target program kerja yang dilaksanakan baik secara fisik maupun fungsional sesuai dengan tupoksi. Kondisi saat ini pengukuran kinerja dilaksanakan melalui Lakip dari masing-masing SKPD.

5) Belum Optimalnya Pemanfaatan Data Pembangunan Oleh Instansi

Pemerintah.

(14)

fungsional. Kondisi saat ini masih terdapat sebagian SKPD belum optimal dalam pengolahan dan pengawasan data

10.3

Rencana Pengembangan Kelembagaan

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

10.3.1 Rencana Pengembangan Keorganinasasian

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

10.3.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

Rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

10.3.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

(15)

pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan.

Beberapa usulan program untuk pelaksanaan dan penyelenggaraan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) dari masing-masing instansi atau lembaga adalah sebagai berikut:

a. Optimalisasi Pelaksanaan Fungsi Organisasi, terdiri dari :

 Melakukan perencanaan dan pengendalian pembangunan di daerah (Bappeda).

 Melaksanakan pembangunan fisik sesuai dengan program yang telah ditetapkan (Kimprasda).

 Melakukan perencanaan, pengelolaan dan pengendalaian terhadap penyediaan air bersih.

 Melaksanakan penarikan retribusi terhadap objek-objek prasarana yang ada seperti : retribusi sampah dll.

b. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di daerah.

 Penyiapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk setiap sektor pembangunan.

 Menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) yang berkaitan dengan : – Retribusi

– Pengelolaan lingkungan

– Pengawasan dan pengendalian pembangunan. c. Peningkatan Sumber Daya Manusia

 Mengikuti Bimbingan Teknik bidang PU

 Mengikuti Pelatihan-pelatihan

 Keikutsertaan pada kursus-kursus

 Mengikuti Pelatihan Bidang Keuangan

(16)

d. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja, meliputi:

 Pengadaan peralatan

 Penambahan personii bidang teknik

Sedangkan usulan Sistem Prosedur Antar Instansi di Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan, Fungsi dan Tugas dalam Pelaksanaan RPIJM

Kedudukan, fungsi dan tugas masing-masing instansi atau lembaga yang berhubungan langsung dengan penyusuna RPIJM terdapat pada lampiran Surat Keputusan Bupati Kebumen.

2. Diagram Hubungan Antar Instansi

Diagram hubungan antara instansi atau lembaga untuk pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Kebumen, dapat dilihat pada gambar diagram berikut:

3. Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan.

Format umum rencana tindakan peningkatan kelembagaan di Kabupaten Kebumen yang berhubungan dengan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM dapat dilihat pada Tabel-tabel berikut, secara berurutan adalah :

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) b. Dinas Kimprasda

c. PDAM

Gambar

Gambar 10.1Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
gambar di bawah ini :
Tabel 10.1Hubungan Kerja Instansional Bidang Cipta Karya
Tabel 10.4Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Fruktooligosakarida merupakan senyawa yang dibentuk dari tiga molekul monosakarida berupa 2 molekul fruktosa dan 1 molekul glukosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4

a) Topi Baret berbahan bludru warna coklat. c) Sepatu PDL, berbahan kulit warna hitam, bertali dan bersleting di sebelah dalam. d) Peluit berwarna hitam dan Tali

Bagi pengelola FJB Kaskus.co.id, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi praktis yang dapat digunakan dalam menyajikan tampilan FJB Kaskus.co.id

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai PNS yang bekerja di badan kepegawaian daerah

Hukum ini berasal dari hasil percobaan George Simon Ohm (1787  –   1854) yang menunjukkan adanya hubungan antara arus, beda potensial dan hambatan: “ Kuat arus

Dalam penelitian Hubungan Iklim Organisasi Dengan Komitmen Aparatur Sipil Negara Di Kantor Kementerian Kota Surabaya, maka untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut

Regresi linier sederhana adalah metode yang akan digunakan untuk perhitungan data peramalan beban dengan cara sebagai berikut, Dimana n merupakan jumlah data,

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya saat proses unloading, frekuensi terjadi dan dampaknya pada manusia disekitar fasilitas, dan mengetahui tingkat