INTISARI
Pola distribusi hujan di suatu wilayah memiliki karateristik yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan lintang, gerak semu matahari, letak geografis, topografi serta interaksi berbagai macam sirkulasi udara baik itu lokal, regional maupun global.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa, dengan cara menghitung rata-rata bulanan menggunakan metode Isohyet dan menghitung hujan harian maksimum tahunan. Kemudian dilakukan analisa pola distribusi hujan secara temporal dan spasial, serta pola distribusi agihan data.
Berdasarkan analisa yang dilakukan, diperoleh bahwa pola distribusi hujan secara spasial di Pulau Sumbawa memiliki curah hujan tertinggi pada Pulau Sumbawa bagian Sumbawa, yaitu di stasiun hujan Pungkit. Dimana ketinggian curah hujan tersebut sebesar 1777 mm/thn. Sedangkan curah hujan terendah berada pada Pulau Sumbawa bagian Bima pada stasiun hujan Sumi dengan ketinggian curah hujan sebesar 1001 mm/thn. Untuk pola distribusi hujan secara temporal, Pulau Sumbawa mengikuti pola monsun (Region atau daerah A), karena pola curah hujannya membentuk huruf U. Pola musim seperti ini bersifat unimodial, yaitu memiliki satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau. Puncak curah hujan terjadi di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di sekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan sebesar sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm. Distribusi agihan data curah hujan harian maksimum tahunan di Pulau Sumbawa dari tahun 1995-2014, untuk data wilayah Pulau Sumbawa yang mengikuti distribusi Log-Pearson Type III yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, Tepas dan Utan, untuk data yang mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Log Normal.
Kata Kunci : Monsun, Pulau Sumbawa, Distribusi Hujan, Curah hujan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak akan pernah habis. Secara keseluruhan, jumlah air di bumi relatif tetap dari masa ke masa. Keberadaan air yang selalu terbarukan itu disebabkan karena air mengikuti siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan proses yang dilalui air dari atmosfer ke muka bumi dan
kembali lagi ke atmosfer. Evaporasi dari tanah, laut, atau air permukaan terkondensasi membentuk awan yang selanjutnya menjadi hujan yang jatuh ke permukaan bumi.
Indonesia secara umum memiliki tiga pola distribusi hujan, yaitu pola monsunal, pola equatorial dan pola local (Kadarsah, 2007). Atas dasar pemikiran ini maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Pola Distribusi Hujan di Pulau Sumbawa” untuk mengetahui pola distribusi hujan yang terjadi di Pulau Sumbawa, selain pola POLA DISTRIBUSI HUJAN DI PULAU SUMBAWA
Dinka Yosdiq Nawawilianto1, Ir. Heri Sulistiyono, M.Eng., Ph.D.2, Humairo Saidah, ST., MT.3
1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram 2Dosen Pembimbing Utama
distribusi secara temporal juga untuk mengetahui pola distribusi secara spasial dalam bentuk pemetaan tinggi hujan rerata bulanan.
Selain pola distribusi secara temporal maupun spasial, penelitian ini juga ingin melihat sebaran distribusi data hujan maksimum tahunan yang biasa digunakan dalam perancangan bangunan air.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumusan permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola distribusi hujan secara spasial dan temporal di Pulau Sumbawa selama dua puluh tahun terakhir dari tahun 1995 sampai 2014? 2. Bagaimana pergerakan hujan di pulau
Sumbawa dari tahun 1995 sampai tahun 2014?
3. Bagaimana persentase luas wilayah pulau Sumbawa yang memiliki nilai curah hujan tertentu?
4. Bagaimana pola distribusi agihan data hujan harian maksimum tahunan di Pulau Sumbawa?
1.3 BATASAN MASALAH
Agar pembahasan lebih terarah, maka diperlukan batasan masalah yang meliputi: 1. Penelitian hanya membahas pola
distribusi hujan bulanan rata-rata yang terjadi di Pulau Sumbawa. Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat. 1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang diharapkan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui pola distribusi hujan secara spasial dan temporal di Pulau Sumbawa selama dua puluh tahun terakhir dari tahun 1995 sampai tahun 2014.
2. Mengetahui pergerakan hujan di pulau Sumbawa dari tahun 1995 sampai tahun 2014.
3. Mengetahui persentase luas wilayah pulau Sumbawa yang memiliki nilai curah hujan tertentu.
4. Mengetahui pola distribusi agihan data hujan harian maksimum tahunan di Pulau Sumbawa.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah:
1. Manfaat teoritis: memberikan informasi keilmuan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai hidrologi yaitu pola distribusi hujan yang terjadi di Pulau Sumbawa. 2. Manfaat praktis: Sebagai sarana untuk
melatih daya analisis dan olah fikir dari segi keilmuan di bidang hidrologi bagi mahasiswa khususnya, dan bagi
ini karena banyaknya parameter yang berpengaruh pada kondisi hidrologi di suatu daerah, seperti kondisi klimatologi, kondisi lahan (daerah aliran sungai, DAS) seperti jenis tanah, tata guna lahan, kemiringan lahan, dan sebagainya (Triatmojo, 2004).
2.2 LANDASAN TEORI
1.2.1 Analisa Data Hidrologi 1.2.1.1 Uji konsistensi data hujan
Uji kepanggahan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Rescaled Adjusted
Partial Sums (RAPS) dengan Dy = Standar deviasi
n = Jumlah data hujan.
Nilai statistik R (Range)
R
=
max
Q = Nilai statistik, N = Jumlah data hujan.
Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat dicari nilai Qy/
√
n dan Ry/√
n . Hasil yang didapat dibandingkan dengan nilaiQ
y/
√
n
syarat danR
y/
√
n
syarat.Tabel 2.1 Nilai kritis yang diijinkan untuk metode RAPS
Sumber : Sri Harto, 1993
1.2.1.2 Curah Hujan Areal
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu hidrograf adalah curah hujan rerata daerah diseluruh daerah yang bersangkutan curah hujan ini dinyatakan ketebalan hujan rerata di suatu daerah.
Gambar 2.7 Cara Isohiet Kemudian luas bagian di antara isohiet-isohiet yang berdekatan diukur dan harga rata-ratanya, dapat dihitung dengan persamaan (Soemarto, 1987): Ini adalah cara yang paling teliti, tetapi membutuhkan jaringan pos penakar yang relatip lebih padat guna memungkinkan untuk membuat garis-garis isohiet.
1.2.1.3 ArcGIS
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI (komponen yang fokus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing). 1.2.1.4 Pemilihan Agihan
Ck =
n
2×
∑
i=1 n¿ ¿ ¿
(2-14)dengan :
S : simpangan baku dari sampel n : jumlah data
Cs : koefisien kepencengan Cv : koefisien variasi Ck : koefisien kurtosis xi : data curah hujan ´
x : rerata curah hujan
Tabel 2.2 Syarat-syarat Penentuan Distribusi Agihan
No Agihan Syarat
1 Agihan Normal Cs ≈ 0, Ck ≈ 3
2 Agihan Log
Normal Cs ≈ 3 Cv 3 Agihan Gumbel Cs ≈ 1,14, Ck ≈ 5,4 4 Agihan Log
Person Type III
Tidak ada syarat (seluruh nilai di luar ketiga agihan lainnya)
Masing-masing tipe ini mempunyai ciri khas tersendiri untuk digunakan sebagai pendekatan dasar dalam penentuan tipe distribusi. Analisa distribusi frekuensi Log Person Type III memiliki parameter, yaitu:
1) Harga rata-rata 2) Simpangan baku 3) Koefisien kemencengan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 LOKASI PENELITIAN
Lokasi dari penelitian ini dilakukan di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penelitian ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan (ARR) yang ada di Wilayah Sungai (WS) Sumbawa.
3.2 PELAKSANAAN PENELITIAN Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.2.1. Pengumpulan data
Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTB, diantaranya: 1. Peta wilayah sungai Sumbawa 2. Data hidrologi yaitu data curah
hujan bulanan disetiap pos penakar hujan di Pulau Sumbawa dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2014. Data hujan tersebut terdiri dari 9 stasiun hujan, meliputi : 1. Wilayah Sumbawa yang
terdiri dari 6 stasiun hujan, yaitu : Stasiun hujan Tepas, Stasiun hujan Utan, Stasiun hujan Semongkat, Stasiun hujan Rea Atas, Stasiun hujan Pungkit, dan Stasiun hujan Gapit. 2. Wilayah Bima yang terdiri
dari 3 stasiun hujan, yaitu : Stasiun hujan Kadindi, Stasiun hujan Parado, dan Stasiun hujan Sumi. 3.2.2 Penyiapan data
Dalam penyiapan data dilakukan dengan cara mengurutkan data hujan bulanan yang terjadi untuk setiap bulan pada masing-masing stasiun dan mengurutkan data hujan harian maksimum tahunan pada masing-masing stasiun. 3.2.3 Analisis data
Tahapan untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu:
1.
Menggunakan metode RAPS(Rescaled Adjusted Partial
Sums) untuk menguji
konsistensi data curah hujan.
2.
Menggunakan metode Isohietuntuk menganalisis data.
3.
Menentukan jenis agihanhujan harian maksimum tahunan.
3.2.4 Pemetaan
Melakukan pemetaan hujan bulanan rata-rata menggunakan software ArcGIS version 10.2.1. 3.2.5 Penentuan pola distribusi hujan
Pola distribusi hujan meliputi pola distribusi cara spasial, distribusi temporal dan distribusi agihan data.
3.3 BAGAN ALIR PENELITIAN Secara umum langkah dalam penelitian ini mengikuti bagan alir sebagai berikut:
Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DATA CURAH HUJAN
Data yang digunakan dalam analisi merupakakan data curah hujan setengah bulanan selama 20 tahun yang berkisar dari tahun 1995 sampai dengan 2014, yang diperoleh dari Balai Informasi Sumber Daya Air (BISDA) Provinsi NTB.
4.2. UJI KONSISTENSI DATA CURAH HUJAN
Analisis data ini menggunakan persamaan 2.1 sampai dengan persamaan 2.6. Analisis uji konsistensi dengan metode RAPS pada stasiun Gapit untuk tahun 1995 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3 Hasil Uji RAPS Seluruh Stasiun Hujan Pulau Sumbawa
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan pada Table 4.3 hasil uji RAPS seluruh stasiun hujan pulau Sumbawa, menunjukan bahwa data curah hujan pada masing-masing stasiun hujan di Pulau Sumbawa dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya, karena data curah
hujan dari masing-masing stasiun hujan dalam keadaan konsisten.
4.3. ANALISA CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN
Analisa curah hujan rata-rata bulanan dilakukan dengan cara mengurutkan dan merata-ratakan data curah hujan bulanan yang terjadi untuk setiap bulan pada masing-masing stasiun hujan selama 20 tahun, yang berkisar dari tahun 1995 sampai tahun 2014 yang meliputi 9 stasiun hujan di Pulau Sumbawa.
Grafik 4.1 Curah Hujan Rata-rata Bulanan 20 Tahun Stasiun Gapit
Grafik 4.1 menunjukan bahwa pada stasiun hujan Gapit memiliki kedalaman hujan rerata bulanan yang puncak hujan terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September.
4.4. ANALISI POLA DISTRIBUSI 4.4.1 Analisis Pola Distribusi Hujan
di Pulau Sumbawa Secara Spasial
Analisis pola distribusi hujan secara spasial bertujuan untuk mengetahui pola distribusi hujan dalam skala ruang. Analisis ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan di WS (Wilayah Sungai) Sumbawa selama 20 tahun (1995-2014) dan dilakukan dengan cara mengurutkan data
curah hujan bulanan rerata dari bulan Januari sampai dengan Desember. Rekapitulasi data hujan rerata di Pulau Sumbawa ditunjukkan pada tabel 4.6 dan disajikan pada Grafik 4.3.
Grafik 4.3 Distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa
Grafik 4.3 menunjukkan ketinggian trend distribusi hujan tahunan rerata di Pulau Sumbawa. Curah hujan tertinggi berada pada stasiun Pungkit sebesar 1777 mm/thn, sedangkan curah hujan terendah berada pada stasiun Sumi sebesar 1001 mm/thn.
Data hujan tahunan rerata juga dilihat distribusinya secara spasial yaitu per wilayah. Dimana dalam penelitian ini, Pulau Sumbawa dibagi dalam dua wilayah yaitu, Pulau Sumbawa bagian Sumbawa dan Pulau Sumbawa bagian Bima. Data curah hujan tahunan rerata untuk masing-masing wilayah disajikan dalam Tabel 4.7 dan disajikan dari Grafik 4.4 dan Grafik 4.5.
Tabel 4.7 Curah hujan tahunan rerata untuk masing-masing wilayah Pulau
Sumbawa
Adapun analisis distribusi hujan secara spasial untuk beberapa bagian wilayah dijelaskan seperti berikut :
1. Analisa distribusi hujan secara spasial Pulau Sumbawa bagian Sumbawa
Wilayah Pulau Sumbawa bagian Sumbawa memiliki alat penakar hujan yang meliputi stasiun hujan Tepas, stasiun hujan Utan, Stasiun hujan Semongkat, stasiun hujan Rea Atas, stasiun hujan Pungkit dan Stasiun hujan Gapit. Data hujan tahunan rerata yang tercatat pada stasiun hujan tersebut disajikan dalam Grafik 4.4.
Grafik 4.4 Curah hujan Pulau Sumbawa bagian Sumbawa
hujan tahunan di bagian Sumbawa di atas 1000 mm/thn.
2. Analisa distribusi hujan secara spasial Pulau Sumbawa bagian Bima
Wilayah Pulau Sumbawa bagian Bima memiliki alat penakar hujan yang meliputi stasiun hujan Kadindi, stasiun hujan Parado dan stasiun hujan Sumi. Data hujan tahunan rerata yang tercatat pada stasiun hujan tersebut disajikan dalam Grafik 4.5.
Grafik 4.5 Curah hujan Pulau Sumbawa bagian Bima
Grafik 4.5 menunjukkan ketinggian trend distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa bagian Bima. Dimana curah hujan tertinggi berada pada stasiun hujan Parado sebesar 1332 mm/thn. Sedangkan untuk curah hujan terendah berada pada stasiun hujan Sumi sebesar 1001 mm/thn. Rata-rata curah hujan tahunan dibagian Bima diatas 1000 mm/thn.
4.4.2 Analisa Pola Distribusi Hujan di Pulau Sumbawa Secara Temporal
A. Analisis pola distribusi hujan secara temporal tahunan
Analisis distribusi hujan secara temporal bertujuan untuk mengetahui pola distribusi hujan dalam skala waktu, hal ini
dikarenakan hujan tidak jatuh secara merata di dalam satu lokasi (chactment). Analisis ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan di Pulau Sumbawa dengan menggunakan data curah hujan tahunan rerata yang telah dianalisis dengan metode Isohyet, yang berkisar dari tahun 1995 sampai tahun 2014. Selanjutnya hasil penggambaran peta kontur isohiet curah hujan dapat dilihat sebagai berikut.
Dari hasil pemetaan curah hujan tahunan rerata selama 20 tahun terlihat pergerakan hujan dari tahun 1995 sampai tahun 2014, dimana pergerakan titik hujan terbesar (> 1500 mm/thn) dari tahun ke tahun pada wilayah Sumbawa yang mendominasi yaitu bagian Barat dan bagian Timur Sumbawa. Sedangkan untuk wilayah Bima dilihat dari hasil pemetaan bahwa curah hujan terbesar di dominasi bagian Selatan dan bagian Barat Bima. Selengkapnya untuk posisi terjadinya hujan terbesar di wilayah Sumbawa dan wilayah Bima disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Posisi Curah Hujan Terbesar di Pulau Sumbawa
Sumber : Analisis
Dari hasil pemetaan juga diperoleh rekapitulasi besar luasan curah hujan setiap tahun di Pulau Sumbawa dari tahun 1995 sampai tahun 2014.
Dari Grafik 4.6 dapat dilihat Pulau Sumbawa pada tahun 1995 sampai tahun 2014 pola pergerakkannya terlihat menunjukan bahwa semakin lama luasan curah hujan di pulau sumbawa mengalami penurunan luas basah. Pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan luasan basah yang signifikan, akan tetapi pada tahun selanjutnya kembali mengalami kekurangan luasan basah.
B. Analisis pola distribusi hujan secara temporal musiman
Analisis distribusi hujan secara temporal bertujuan untuk mengetahui pola distribusi hujan dalam skala waktu, hal ini dikarenakan hujan tidak jatuh secara merata di dalam satu lokasi (chactment). Analisis ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan di Pulau Sumbawa dengan menggunakan data curah hujan bulanan rerata yang telah dianalisis dengan metode Isohyet, yang berkisar dari bulan Januari sampai Desember. Selanjutnya hasil penggambaran peta kontur isohiet curah hujan dapat dilihat sebagai berikut.
G
ra
fi
k
4.
6
L
ua
sa
n
Is
oh
ie
t T
ah
un
an
d
i P
ul
au
S
um
ba
w
a
Hasil pemetaan curah hujan bulanan rerata sepanjang tahun, menunjukan bahwa Pulau Sumbawa bagian Sumbawa mendominasi curah hujan terbanyak dan mulai dari bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Dan mengalami penurunan secara drastis mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus.
Tabel 4.12 Rekapitulasi Curah Hujan Rerata Bulanan Pulau Sumbawa
Tabel 4.12 merupakan rincian hasil perhitungan hujan bulanan rerata untuk seluruh Pulau Sumbawa dengan metode Isohyet. Terdapat perbedaan angka di setiap bulannya, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 301,676 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 4,415 mm.
Adapun bentuk pola distribusi hujan secara temporal di Pulau Sumbawa ditunjukan pada Grafik 4.7.
Grafik 4.7 Pola distribusi hujan secara temporal Pulau Sumbawa
Grafik 4.7 menunjukkan hasil pola curah hujan bulanan rerata di Pulau Sumbawa, musim hujan dimulai pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Dan musim kemarau dimulai pada bulan Mei sampai Oktober. Sedangkan bulan-bulan lainnya yaitu bulan April dan November disebut sebagai musim peralihan atau pancaroba.
Puncak curah hujan terjadi di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan lembah curah hujan terjadi disekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm.
musim hujan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata curah hujan. Sedangkan bulan Juni, Juli dan agustus (JJA) adalah kelompok bulan musim kemarau yang ditandai dengan berkurangnya rata-rata curah hujan.
Dari hasil analisis dan berdasarkan data normal curah hujan selama 20 tahun dari tahun 1995 sampai 2014 yang tercatat pada stasiun hujan di Wilayah Sungai Sumbawa, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa mengikuti pola monsun (region monsoon tengara/Australian monsoon).
4.1.1 Analisa Distribusi Agihan Data Hujan di Pulau Sumbawa
Dari data curah hujan harian maksimum tahunan, selanjutnya dihitung parameter statistik untuk memilih sebaran yang cocok. Analisis parameter statistik curah hujan stasiun hujan Gapit disajikan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Analisa frekuensi stasiun hujan Gapit
Sumber: Hasil Analisa
a.
Berdasarkan persamaan (2-10), Nilai Rerata adalah:.
´
x
=
1577,60
20
¿
78,88b.
Standar deviasi dihitung dengan persamaan (2-11)S
=
√
11039,17
20
−
1
.¿
24,10c.
Nilai koefisien variasi (Cv) dihitung dengan persamaan (2-12)Cv
=
24,10
78,88
.¿
0,31d.
Koefisien Kepencengan (Cs) dihitung dengan persamaan (2-13)Cs
=
20
×63859,45
(
20
−
1
)
×
(
20
−
2
)
×24,10
3. =¿
0,27e.
Koefisien Kurtosis (Ck) dihitung dengan persamaan (2-14).
Ck
=
20
2
×
13754126,37
❑(
20
−
1
)
×
(
20
−
2
)
×
(
20
−
3
)
×24,10
4=
¿
2,80
berdasarkan syarat-syarat seperti tercantum dalam tabel 4.16.
Tabel 4.14. Pemilihan distribusi agihan stasiun hujan Gapit
Sumber: Hasil Analisa
Hasil analisis pemilihan jenis agihan hujan pada tabel 4.14. menunjukkan bahwa jenis agihan yang dipilih adalah distribusi Agihan Normal.
Rekapulasi jenis pemilihan agihan untuk seluruh stasiun hujan Pulau Sumbawa disajikan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Rekapitulasi distribusi agihan data hujan di Pulau Sumbawa
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa distribusi agihan data curah hujan harian maksimum tahunan dari tahun 1995-2014, untuk data wilayah Pulau Sumbawa yang mengikuti distribusi Log-Pearson Type III yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, Tepas dan Utan, untuk data yang mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu
stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Log Normal.
4.2 PEMBAHASAN
Curah hujan rata-rata bulanan di seluruh stasiun hujan Pulau Sumbawa, dimana kedalaman hujan tertinggi rata-rata terjadi dari bulan Desember, Januari dan Februari, sedangkan terendah rata-rata terjadi dari bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Curah hujan tertinggi tersebut berada di stasiun hujan Gapit pada bulan Januari sebesar 438 mm. Sedangkan hujan terendah rata-rata terjadi pada bulan Agustus dan paling rendah terjadi di stasiun hujan Gapit dan stasiun hujan Rea Atas sebesar 3 mm.
Pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa bertujuan untuk melihat besaran pola distribusi hujan dalam skala ruang dan waktu. Dimana pola distribusi hujan secara spasial memiliki curah hujan tertinggi berada pada stasiun hujan Pungkit sebesar 1777 mm/thn. Sedangkan untuk curah hujan terendah berada pada stasiun hujan Sumi sebesar 1001 mm/thn.
Sedangkan untuk Pulau Sumbawa bagian Bima dilihat dari hasil pemetaan bahwa curah hujan terbesar di dominasi Bima bagian Selatan dan Barat. Dari Grafik 4.6 dapat dilihat Pulau Sumbawa pada tahun 1995 sampai tahun 2014 persentase luasan curah hujan menunjukan bahwa semakin lama luasan curah hujan di pulau Sumbawa mengalami penurunan luas basah. Pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan luasan basah yang signifikan, akan tetapi pada tahun selanjutnya kembali mengalami kekurangan luasan basah.
Untuk pola distribusi hujan secara temporal musiman wilayah Pulau Sumbawa mengikuti pola monsoon
(region monsoon tengara/Australian monsoon). Hal ini terlihat dari data curah hujan, dimana setelah dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM) dapat disimpulkan bahwa curah hujan Pulau Sumbawa bersifat unimodial yaitu memiliki satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau. Bulan Desember, Januari dan Februari (DJF) adalah kelompok bulan dengan musim hujan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata curah hujan. Sedangkan Juli, Agustus dan September (JAS) adalah kelompok bulan dengan musim kemarau, yang ditandai dengan berkurangnya rata-rata curah hujan. Hasil pemetaan curah hujan bulanan rerata sepanjang 20 tahun, menunjukan bahwa pada bulan Januari, Februari dan Desember terdapat curah hujan menengah (CH = 101 mm – 300 mm) dan curah hujan tinggi (CH > 300 mm). Pada bulan Maret hanya terdapat curah hujan menengah (CH = 101 mm – 300 mm), dan pada bulan April dan November terdapat curah hujan menengah (CH = 101 mm – 300 mm) dan curah hujan rendah (CH < 100 mm), sedangkan pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus dan Oktober
terjadi hujan rendah (CH < 100 mm). Dari peta isohiet musiman menunjukan bahwa sebaran hujan sepanjang tahun di Pulau Sumbawa, mulai mengalami musim hujan disekitar bulan Desember, Januari, Februari dengan ketinggian curah hujan rata-rata diatas 300 mm. Sedangkan musim kemarau terlihat mulai pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober dengan ketinggian curah hujan rata-rata di bawah 200 mm, dan untuk bulan Maret dan November merupakan musim peralihan atau musim pancaroba.
Besaran curah hujan yang terjadi pada kelompok musim hujan berada di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan curah hujan yang terjadi pada kelompok musim kemarau berada di sekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm.
Distribusi hujan terbanyak di Pulau Sumbawa, baik pada periode musim hujan dan kemarau berada pada Pulau Sumbawa bagian Sumbawa yaitu pada stasiun hujan Gapit, stasiun hujan Pungkit, stasiun hujan Rea Atas, stasiun hujan Tepas dan stasiun hujan Samongkat. Sedangkan distribusi paling sedikit di Pulau Sumbawa, hampir seluruhnya berada di bagian Sumbawa dan di sebagian wilayah Bima yaitu pada stasiun hujan Utan, stasiun hujan Sumi, stasiun hujan Pungkit dan stasiun hujan Gapit.
distribusi Log-Pearson Type III yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, Tepas dan Utan, untuk data yang mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Log
1. Dari hasil analisa diperoleh hasil pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa: a. Pola distribusi hujan secara spasial
- Distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa secara keseluruhan curah hujan tertinggi berada pada stasiun stasiun Pungkit yaitu sebesar 1777 mm/thn, sedangkan distribusi seperti ini bersifat
unimodial, yaitu memiliki satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau. Puncak curah hujan terjadi di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di sekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan sebesar sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm. 2. Pulau Sumbawa memiliki curah hujan
Untuk pola pergerakan hujan secara musiman pada setiap musim di wilayah Sumbawa dari bulan Januari sampai Desember titik curah hujan tertinggi pada setiap bulan selalu bergerak dari bagian Timur ke bagian Barat dan kembali lagi ke bagian Timur Sumbawa, sedangkan pada wilayah Bima titik curah hujan tertinggi pada setiap bulan selalu bergerak antara bagian Tengah Bima dan bagian Barat Bima. Untuk sebaran hujan sepanjang tahun di Pulau Sumbawa, mulai mengalami musim hujan disekitar bulan Desember, Januari, Februari dengan ketinggian curah hujan rata-rata diatas 300 mm. Sedangkan musim kemarau pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober dengan ketinggian curah hujan rata-rata di bawah 200 mm, dan untuk bulan Maret dan November merupakan musim yang signifikan, akan tetapi pada tahun selanjutnya kembali mengalami kekurangan luasan basah. Dari pola tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun berikutnya luas curah hujan tertentu di pulau sumbawa Sumbawa dari tahun 1995-2014, untuk data wilayah Pulau Sumbawa yang mengikuti distribusi Log-Pearson Type
III yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, Tepas dan Utan, untuk data yang mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Log Normal. Air (BISDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat, agar mengontrol ketetapan dan kalibrasi alat-alat yang digunakan dalam menghitung data-data curah hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Harto, Sri., 1993, Analisis Hidrologi,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harto, Sri., 2000, Hidrologi : Teori, Masalah, Penyelesaian, Nafiri, Yogyakarta.
Kadarsah, 2007, Tiga Pola Curah Hujan
Indonesia, (http://
Triatmodjo, B., 2008, Hidrologi Terapan,