• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan Fear of Success pada wanita karir - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan Fear of Success pada wanita karir - USD Repository"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Caecilia Apri Setyarini

NIM : 049114073

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

(2)
(3)
(4)

“Doa Menatap Masa Depan”

Tuhan, biarkanlah aku menyadari, bahwa Engkau ada dan akan hadir, bahwa Engkau tak akan menyerahkan dunia ini kepada kuasa nasib, bahwa Engkau

selalu mencipta yang baru.

Apa yang telah berlalu, terletak ditangan – Mu.

Apa yang menunggu di depanku, Engkaulah telah menentukan bagiku, maka bebaskanlah aku dari kekhawatiran yang menggelisahkanku, dari perhitungan dan perencanaanyang meruwetkanku, dari keterburuan yang menyesakkan

napasku, yang memacu aku kesana kemari di siang hari dan mengganggu tidurku dimalam hari .

Tuhan, biarkanlah aku menyadari, bahwa kekuasaan – Mu akan terus berlangsung di dunia ini, bahwa Engkau telah menjanjikan masa depan

yang baik dan terang bagiku....

(

Gabrielle Miller)

(5)

Karya yang Sederhana ini kupersembahkan untuk :

Ω Jesus Christ

Ω Bapak & Mama tercinta

Ω Jagoan – jagoan kecilku tercinta

ΩAdik – adikku tercinta

Ω Suamiku

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Juni 2010

Penulis

(Caecilia Apri Setyarini)

(7)

Caecilia Apri Setyarini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan fear of success pada wanita karir. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu ada hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan fear of success pada wanita karir. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawati yang sudah menikah yang bekerja di Kantor Dinas Pajak Daerah dan Pengelolalan Yogyakarta. Adapun jumlah subyek dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala pengukuran model Likert, yaitu persepsi terhadap dukungan suami dan fear of success

pada wanita karir. Uji skala dilakukan pada

30 karyawati yang sudah menikah PD. BPR BKK Boyolali. Koefisien pada skala persepsi terhadap dukungan suami sebesar 0.976 dan pada skala fear of success pada wanita karir sebesar 0.973. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan tehnik korelasi Product Moment dari Carl Person, hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan fear of success pada wanita karir. Hal ini dapat di lihat dari koefisien korelasi yang bernilai

–0,905 (p<0,05).

Kata kunci : persepsi, fear of success, wanita karir.

(8)

Caecilia Apri Setyarini ABSTRACT

This goal of this research was to find out correlation between perception upon husband support with fear of success in women career in the workplace at Kantor Dinas Pajak Daerah dan Pengelolalan Yogyakarta. The hypothesis proposed in this research was that there was a correlation between perception upon husband support with fear of success in women career.The subjects in this research were women career of who Kantor Dinas Pajak Daerah dan Pengelolalan Yogyakarta who have been married. The sample of this research was included 30 woman career that acquired by porposive sampling.Data gathering method used in this research was used Likert rating scales, which were divided into perception upon husband support and fear of success in career women. The try out scale had been done to 30 career women of Kantor PD. BPR BKK Boyolali who have been married. The reliability coefficient on perception upon husband support 0.976 on fear of success in career women scale. The data was analyzed by using correlational Product Moment technique, and the result showed that there was a correlation between perception upon husband support with fear of success in career women. This result can be see from the correlation coefficient in the amount of –0.905 (p<0.05).

Keyword : perception, career women, fear of success

(9)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama

Nomor Mahasiswa

: Caecilia Apri Setyarini

: 049114073

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaann

universitas sanata dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Suami Dengan Fear Of Success Pada Wanita Karir

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya berikan

kepada perpustakaan universitas sanata dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan

royalti kepada saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di yogyakarta

Pada tanggal : 21 Juni 2010

Yang menyatakan

Caecilia Apri Setyarini

(10)

Akhirnya selesai juga. Kelegaan yang dirasakan penulis ketika

menyelesaikan penulisan skripsi yang telah disusun ini. Pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapakn Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas setiap

kebaikan, kasih, berkat dan mukjizat yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dua tahun bukanlah waktu yang singkat bagi penukis untuk menyelesaikan

skripsi ini. Namun berbekal tekad, keyakinan, harapan, motivasi, dan dukungan

dari berbagai pihak, akhirnya penulis mampu melewati tahapan ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skrpsi ini penulis banyak

mengalami kesulitan dan kendala yang harus dihadapi. Akan tetapi, berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka kesulitan dan kendala tersebut

dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini perkenankan saya untuk

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Jesus Christ yang tidak pernah meninggalkanku, memberiku kekuatan, berkat

yang luar biasa dalam hidupku, walau aku tidak berjalan lurus. Namun selalu

memberiku kesempatan untuk bangkit dan kembali pada jalan yang indah

yang telah direncanakan – Nya.

2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan, memberikan

waktu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis.

(11)

dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi serta terima kasih

atas saran yang Ibu berikan membuat saya mampu bangkit dan berpikir secara

realistis.

4. Dosen penguji, Bapak Agung Santosa, S. Psi, MA dan Ibu P. Henrietta

PDADS, S. Psi, terimakasih atas saran-saran positif yang diberikan sehingga

menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik“.

5. Ibu P. Henrietta PDADS, S. Psi selaku dosen pembimbing akademis yang

telah memberikan waktu, bantuan, solusi, saran, nasehat dan semangat kepada

penulis dan membuat penulis semakin merasa jauh lebih kuat.

6. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis

selama menempuh bangku perkuliahan.

7. Seluruh staf Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas

Doni dan Mas Muji yang telah memberikan kenyamanan selama penulis

menempuh bangku perkuliahan.

8. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian di Kantor Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan

Keuangan Yogyakarta.

9. Kantor Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Yogyakarta, Ibu

Indah terimakasih atas bantuan untuk menyebar kuesioner kepada karyawati-

karyawati.

(12)

11. Bapak dan Mama. Terima kasih buat kasih sayang, kesabaran, dukungan,

semangat, doa dan fasilitas yang diberikan. Tanpa Bapak dan Mama, aku tidak

akan bisa menjadi seperti ini. Terimakasih dan mohon maaf karena telah

mengecawakan Bapak dan Mama.

12. Anak-anakku tercinta (Bonaventura dan Marcello). Jagoan-jagoan kecilku.

Kalian penyemangat dalam hidupku, maapkan kesalahan mama nak... Akan

kulakukan yang terbaik bagi kalian walau harus sendiri.. i love u all...

13. Adik-adikku tercinta (Christine dan Gita) yang telah memberikan kasih sayang

dan bantuan. Jadilah anak-anak yang mandiri. Apa yang terjadi denganku

merupaka sebuah pelajaran bagi kalian. Jangan kecewakan Bapak dan Mama

lagi..

14. Suamiku...Makasih

15. Soulmateku...Terimakasih atas semuanya, yang sabar, yang kuat...tetap

smangat mencapai harapan-harapan dan cita. Jadikan masa depan jauh lebih

baik.

16. Sahabat-sahabatku “JenK Cratz Family”. Jeng-jengku, akhirnya aku menyusul

kalian jeng... Jeng Ndul, aku kangen JJM lagi, makan malam breng, shoping

bareng, ngrumpi bareng, tidur bareng. Makasih jeng atas saran-saranmu yang

membuatu bangkit dan kuat. Jeng Munz, makasih jeng sudah memberiku

motivasi, mengajariku bekerja keras, mengalah, berkorban mencapai

keinginan yang dituju, mengajariku bagaimana arti hidup sesungguhnya. Jeng

(13)

Hehe...Jeng-jengku aku kangen kalian semua...kangen curhat-curhatan, jalan-

jalan, shoping, ngopi-ngopi, maem bareng..kkkaaaannnngggeeennn....ayo jeng

kita gapai masa depan kita...

17. Dian dan Rani Terimakasih jeng atas keluarga kecil selama 3 tahun dengan

hidup bersama 1 tahun. Aku kangen bobo bareng lagi. Ngrumpi, masak,

nonton pilen, nonton tipi, maem bareng, jalan-jalan. Depie, aku yo kangen

sama kamu..kangen ngata-ngatain kamu. Hehe... makasih ya pie walau cuma

setengah tahun tinggal 1 atap.hehe...

18. Ruri makasih ya jeng atas info, dukungan, saran yang kamu berikan

untukku...ayo jeng semangat...Galih, kemana aja kmu jeng?????ayo jeng ga

boleh males-malesan!!!

19. Moko, makasih ya dah diajarin SPSS dan dibantuin oldanya. Hehe... Widi

makasih ya abstraknya..besok lagi ya..hehe...

20. Teman-teman psikologi angkatan 2004. Mae, Adip, Pandu, Mita, Pristi, Tinul,

Betty, Wulan , Ine, Devi, Budi, Aji, Sika, Helen, Sisri, Yuni, Panji, Anang,

Beli, Vontel, Yoyok, dan masih banyak lagi yang ga mungkin disebutkan satu-

satu..terimakasih atas kebersamaannya yyyaaa....

21. Teman-teman KKNku...kok jadi ilang satu-satu. Ade, Budi, Aji, Putri, Hilda,

Lala, Widi, Astrid. Terimakasih sudah menjadi 1 keluarga walau hanya 1

bulan kebersamaan.

22. Semua orang yang mendukungku. Terimakasih...

(14)

menyelesaikan masalah administrasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangannya, oleh sebab itu penulis dengan hati terbuka menerima masukan

dan kritik yang membangun.

(15)

HALAMAN JUDUL ... …... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING . ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... ... ... .... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... ….. ... vii

ABSTRACT... ….. ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tujuan Penelitian ... 9

(16)

2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi terhadap Dukungan Suami... 11

1. Pengertian Persepsi ... 11

2. Dukungan Suami ... 13

3. Aspek-aspek Dukungan Sosial... 15

B. Fear Of Success ... 17

1. Pengertian fear of success ... 17

2. Ciri-ciri fear of success ... 18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi fear of success... 23

4. Dampak fear of success... 26

C. Wanita Karir... 27

D. Fear of Success pada Wanita Karir ... 28

E. Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Suami dengan Fear of Success pada Wanita Karir ... 30

F. Hipotesis... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Variable Penelitian ... 36

C. Definisi Operasional ... 36

1. Persepsi terhadap Dukungan Suami ... 36

(17)

E. Subyek Penelitian... 39

F. Metode Pengumpulan Data ... 39

G. Uji Coba Alat Ukur ... 44

H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

1. Validitas ... 45

2. Uji Kesahihan Item ... 46

3. Reliabilitas ... 49

I. Metode Analisis Data ... 50

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian ... 51

B. Pelaksanaan Penelitian ... 53

C. Deskripsi Subyek dan Data Penelitian ... 54

1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 54

2. Deskripsi Data Penelitian ... 56

D. Uji Asumsi Data Penelitian ... 57

1. Uji Normalitas ... 57

2. Uji Linearitas... 59

3. Uji Hipotesis ... 59

E. Pembahasan... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

(18)

2. Wanita Karir... 70

3. Peneliti Selanjutnya... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring ... 40

Tabel 3.2 Blueprint Persespsi terhadap Dukungan Suami ... 42

Tabel 3.3 Distribusi Item Persepsi Terhadap Dukungan Suami Sebelum Uji Coba ... 42

Tabel 3.4 Blueprint Fear of Success ... 43

Tabel 3.5 Distribusi Item Fear of Success ... 44

Tabel 3.6 Penyebaran Item Sahih Persepsi terhadap Dukungan Suami... 47

Tabel 3.7 Penyebaran Utem Sahih Fear of Success ... 48

Tabel 4.1 Klasifikasi Subyek Berdasarkan Umur ... 55

Tabel 4.2 Klasifikasi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56

Tabel 4.3 Deskripsi Data Penelitian ... 57

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebaran... 58

Tabel 4.5 Rangkuman Uji Korelasi Product Momen ... 60

(20)

Gambar 2.1 Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Suami dengan Fear

of Success pada Wanita Karir... 35

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada jaman Ibu Kartini, sulit bagi wanita untuk menempuh pendidikan seperti laki-laki. Sejak kecil wanita sudah dilatih untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Wanita dipersiapkan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik dan cekatan. Kalaupun wanita boleh bersekolah, itu hanya untuk kaum bangsawan dan sebatas bisa membaca dan menulis. Masyarakat mendudukkan wanita untuk menangani tugas-tugas rumah tangga (domestik), sementara laki-laki mempunyai tugas untuk mencari nafkah di luar rumah (peran publik). Pembagian peran ini membawa pengaruh yang sangat besar terhadap keterlibatan wanita dalam mengambil keputusan, khususnya dalam hidup bermasyarakat. Wanita jarang dilibatkan, bahkan tidak pernah diajak bermusyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan tatanan sosial kemasyarakatan Indonesia masih didominasi laki-laki.

(22)

kebangkitan kaum perempuan secara massal di segala bidang kehidupan. Modernisasi telah memberikan peluang yang sama bagi setiap individu baik laki- laki maupun perempuan. Sekarang ini sudah banyak wanita yang tidak lagi mempergunakan sebagian besar hidupnya semata-mata hanya untuk urusan rumah tangga saja, tetapi juga memikirkan pekerjaan di luar rumah sebagi unsur penting dalam kehidupannya. Keadaan-keadaan itulah yang akhirnya memunculkan wanita karir dan pertambahan pesat jumlah angkatan kerja wanita Indonesia. Cacatan dari Biro Pusat Statistik (1992), pada tahun 1980 jumlah angkatan kerja wanita adalah 21.2 juta (32.4% jumlah wanita Indonesia), sedangkan pada tahun 1990 meningkat menjadi 25.4 juta (38.8% jumlah wanita Indonesia). Selain itu, Biro Pusat Statistik pada tahun 2003 mencatat dari 100. 316.007 jumlah angkatan kerja, 35.37 % nya adalah angkatan kerja wanita. Sedangkan catatan Biro Pusat Statistik pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja pada wanita, pada bulan Februari 2006 angkatan kerja wanita berjumlah 33.31 juta dan bertambah menjadi 35.43 juta pada bulan Februari 2007.

(23)

mengembangkan kemampuannya sehingga dapat dengan aktif menyampaikan ide- ide yang dimilikinya, pemikiran, maupun dalam mengambil suatu keputusan.

Namun dalam kenyataannya, ada beberapa kendala yang dialami oleh wanita dalam mengoptimalkan karirnya, yaitu berkaitan dengan faktor-faktor sosial dan kultural yang ada di dalam masyarakat, misalnya seperti faktor jenis kelamin dan peran seks karena adanya pandangan tentang wanita sebagai orang yang lemah, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dan harus dilindungi dari kegiatan-kegiatan tertentu (Munandar, 1998). Selain itu, masyarakat juga sering kali memandang sepele bahwa kompetensi, kemandirian, kompetisi dan prestasi intelektual tidak searah dengan feminitas seorang wanita (Horner, 1978).

(24)

Horner (Dowling, 1989), fenomena seperti ini akan menimbulkan fear of success

yaitu ketakutan wanita akan keberhasilan, karena akan diterimanya konsekuensi negatif dari masyarakat. Para wanita khawatir bahwa keberhasilannya dalam dunia kerja justru akan menimbulkan konflik dalam rumah tangga, karena dengan posisinya yang semakin menonjol, suami tidak dapat menerima dan merasa tersaingi. Selain itu Horner (Dowling, 1989) juga mengemukakan bahwa fear of success dapat muncul karena adanya anggapan bahwa kesuksesan identik dengan sifat maskulin, sehingga lebih pantas diraih oleh kaum pria. Wanita menghindari sukses karena takut akan kehilangan feminitasnya, seperti tidak lagi menarik dihadapan pria.

Secara umum pria memang menyukai wanita yang bekerja di luar rumah, akan tetapi dipihak lain mereka tidak mengharapkan yang berkarir adalah istrinya sendiri. Jessie Bernard (Dowling, 1992) mengatakan bahwa keagresifan, dorongan dan kemauan untuk berhasil yang merupakan kualitas-kualitas yang disyaratkan untuk memperoleh pekerjaan berpenghasilan tinggi dimayarakat kita adalah justru tidak diinginkan dari diri para istri oleh para suami. Selama ini budaya terlanjur “memanjakan” suami untuk selalu dilayani oleh istrinya, sehingga istri yang bekerja akan merasa bersalah jika suaminya terabaikan dengan memberi alasan bahwa dia mencari nafkah bagi anak istrinya.

(25)

membersihkan rumah (seperti mencuci atau menyapu). Istri harusnya meningalkan karir demi suami; istri tidak boleh ”lebih” dari suami, dan lain-lain. Hubies juga mengatakan bahwa data empiris menunjukkan masih banyak lelaki yang belum siap menikah dengan wanita yang mempunyai gaji yang lebih, berposisi lebih tinggi, lebih pintar, lebih terkenal, karena keegoannya sebagi lelaki akan terusik (Hubies, 1998).

Burke (Bell, 1978) melakukan penelitian, dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa, suami sulit menerima apabila karir istrinya lebih mapan dan tinggi daripada dirinya sendiri. Keadaan seperti inilah yang akan membuat istri takut untuk berkarir lebih tinggi daripada suaminya.

(26)

tangganya sendiri karena dengan meningkatnya karir istri dapat meningkatkan ekonomi keluarga, akan tetapi di sisi lain akan dapat menimbulkan konflik dalam rumah tangga yang berkaitan dengan peran dan tanggung jawab suami dan istri. Dengan demikian, maka diperlukan penyesuaian pandangan antara suami dan istri tentang peran masing-masing dalam rumah tangga (Mappiare, 1983).

(27)

dalam memberikan dorongan dan dukungan pada istri, sebelum pihak lain memberikannya (Dagun, 1990). Dengan dukungan dari suami tersebut diharapkan istri dapat menata karirnya dengan baik tanpa mengabaikan kewajibannya, baik sebagai seorang istri maupun seorang ibu dan secara finansial dapat membantu perekonomian keluarga.

Dukungan suami sering disalah persepsikan oleh istri, yaitu bagaimana istri menerima dukungan tersebut. Ada sebagian para istri menganggap hal tersebut sebagai tekanan maupun tuntutan suami kepada istri, karena selain berkarir seorang istri harus bertanggung jawab penuh dalam membina pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Padahal membina pertumbuhan fisik dan psikologis anak diperlukan kerja sama yang baik antara suami dan istri serta adanya pemahaman yang mendalam mengenai peran suami untuk turut berpartisipasi (Siti Fauzah, dkk, 1999), apalagi bagi seorang istri yang lebih banyak menghabiskan sebagian waktunya di luar rumah untuk berkarir. Hal ini tentunya akan membuat istri merasa takut dalam berkarir, apalagi untuk mengembangkan karir yang dimilikinya, bahkan lebih memilih untuk berhenti berkarir dan hanya berkonsentrasi pada suami dan anak saja.

(28)

menunjang dan mengisi, serta secara bersama-sama membagi semua tugas dan bertanggung jawab, dan hak-hak dalam keluarga (Siti Fauzah, dkk, 1999). Keadaan seperti inilah yang membuat istri lebih mantab dalam berkarir dan merasa untuk tidak takut dalam berkarir, terutama dalam mengembangkan karirnya agar lebih mapan.

Berdasarkan uraian di atas maka akan timbul pertanyaan apakah ada hubungan persepsi terhadap dukungan suami dengan fear of success pada wanita karir.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan fear of success yang terjadi pada wanita karir.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

(29)

itu diharapkan agar para suami memahami istrinya dan mendukung dalam dunia kerja.

2. Manfaat Teoritis

(30)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Persepsi terhadap Dukungan Suami 1. Pengertian Persepsi

Menurut Sears dkk (1999) persepsi diri adalah bagaimana kita membuat kesan pertama, prasangka apa yang akan mempengaruhi dan jenis informasi apa yang kita pakai untuk sampai pada kesan tersebut dan bagimana akuratnya kesan kita itu.

Seseorang menggunakan panca indranya untuk merasakan lingkungannnya : melihat, menyentuh, mendengar, merasakan dan mencium. Mengolah informasi dari lingkungan dengan panca indra kita disebut persepsi. Persepsi adalah proses kognitif yang membantu seseorang untuk menyeleksi, mengolah dan menginterpretasikan stimuli tersebut menjadi gambaran yang bermakna dan koheren. Setiap orang mengartikan sendiri stimuli yang diperolehnya, maka ada perbedaan dari masing-masing individu dalam memandang sesuatu (Gibson, 1994).

Menurut Walgito (1994) persepsi merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptor dimana stimulus yang diterima tersebut diteruskan oleh otak sehingga individu menyadari apa yang diperolehnya melalui penginderaan tersebut. Selanjutnya Walgito juga mengatakan bahwa persepsi penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu

(31)

individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indra. Alat indra ini merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

Dengan persepsi individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Dalam persepsi, stimulus dapat berasal dari dalam diri individu. Dalam persepsi sekalipun stimulusnya sama, tetapi jika kerangka acuannya tidak sama, maka ada kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama.

Siagian (1989) berpendapat persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang sebagai motivasional yang kuat.

Gibson (1994) mengatakan bahwa persepsi merupakan penafsiran terhadap stimulus yang terorganisir yang mampu mempengaruhi sikap dan perilaku.

(32)

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti hanya ingin melihat bagaimana persepsi istri terhadap dukungan suami yang diterima dari suaminya, dengan kata lain, bagaimana istri memahami dukungan yang diterima dari suaminya tersebut.

2. Dukungan Suami

Definisi dukungan suami sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi (Beer,1995). Dukungan suami diturunkan dari definisi dukungan sosial. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain, yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti adanya rasa sayang, perhatian dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain.

Sebagai dukungan sosial, dukungan suami adalah bentuk bantuan yang diberikan oleh suami kepada istri yang bersifat interpersonal dan bermanfaat, dimana didalamnya istri merasa berarti, diperhatikan, dicintai, dan dihargai. Bentuk bantuan yang diberikan suami dapat berupa bantuan nyata dalam bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, serta informasi atau nasehat saat istri mengalami kesulitan (Santi, 2005).

(33)

berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang- orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok.

Sarafino (1996) berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu:

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia; merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima; berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas)

(34)

Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.

Selain itu, terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher (1992) menekankan pengertian dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. “ Social support is the resources provided to us through our interaction with other people ”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel (dalam Taylor, 1999) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.

Adam, Kaufman dan Beehar dalam Fitri (2000) melaporkan bahwa dukungan sosial terutama dari keluarga (dalam hal ini adalah suami) dan teman-teman yang berbentuk dukungan emosional mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan kepuasan kerja, kebosanan, dan depresi.

(35)

3. Fungsi Dukungan Suami

Adam, King dan King (dalam Retno, 2001) telah mengumpulkan pendapat para ahli mengenai fungsi dukungan sosial, yaitu : a) mempengaruhi kesehatan mental dan kebermaknaan hidup (Beehr & McGrath, dkk); b) mengurangi kebosanan, depresi dan ketidakpuasan kerja, terutama untuk dukungan emosional (Kaufman dan Beehr); c) mengurangi konflik antara kerja dan keluarga (Thomas & Ganster, Burke).

4. Bentuk Dukungan Sosial

Heller, Swinddle&Dusenbery (1986) membagi bentuk bantuan dukungan sosial menjadi tiga, yaitu :

a. Bantuan Emosional

Yaitu bantuan yang membuat seseorang merasa tetap dikasihi. b. Restrukturisasi Kognitif

Yaitu bantuan untuk memecahkan masalah melalui sumbangan. c. Bantuan Instrumental

Yaitu bantuan dalam bentuk materi.

Menurut Hause (dalam Stefani dkk, 2000), dukungan sosial meliputi a. Emotional Support

(36)

b. Appraisal Support

Yaitu berupa pemberian bantuan untuk mengevaluasi dan membahas kesulitan dan permasalahan yang dihadapi.

c. Informational Support

Yaitu berupa pemberian nasehat dalam usaha mengatasi masalah. d. Instrumental Support

Yaitu berupa bantuan dan pelayanan yang berupa material.

Menurut Hash dan Kahn (Fitri, 2000) mengungkapkan aspek-aspek dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan Instrument

Biasa disebut juga bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumental support). Termasuk disini dukungan bantuan materi (uang), pekerjaan dan peluang waktu.

b. Dukungan Emosional

Jenis dukungan ini berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi, atau ekspresi.

c. Dukungan Penghargaan

(37)

d. Dukungan Informasi

Berhubungan dengan informasi-informasi berharga yang diberikan kepada individu baik yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, berupa pemberian nasehat dan pengaruh.

Dari berbagai macam teori yang disampaikan beberapa tokoh, teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah teori yang disampaikan oleh Hash dan Khan, yaitu bahwa aspek dukungan sosial meliputi dukungan instrument, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan informasi.

5. Dampak Dukungan Sosial

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.

Dukungan sosial tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek stress. Dalam Safarino (1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain : a. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sesuatu yang membantu. Hal ini

(38)

tidak perlu dibantu atau terlalu kuatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

b. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

c. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

d. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat menyebabkan individu cenderung tergantung pada orang lain.

B. Fear of Succes

1. Pengertian Fear of Success

Marshal dan Karabenic (1997) mendefinisikan ketakutan untuk sukses sebagai suatu sumber motivasi yang mendorong penolakan yang timbul karena kesuksesan yang secara potensial akan ditolak masyarakatnya atau kehilangan feminitasnya dan bisa juga kedua–duanya.

Menurut Colette Dowling (1992) ketakutan untuk sukses sebagai suatu sindrom Cinderella Complex, dimana wanita merasa takut tetapi perasaan tersebut ditekan sehingga wanita tidak bisa dan tidak berani memanfaatkan sepenuhnya kemampuan otak dan kreativitasnya.

(39)

disebabkan karena antisipasinya terhadap insentif negatif yang mungkin diterima dari masyarakat (Sahrah, 1996).

Horner berpendapat bahwa wanita mempunyai motif untuk menolak sukses, yaitu suatu disposisi stabil untuk menjadi cemas mengenai kesuksesan karena adanya konsekuensi negatif seperti penolakan sosial atau perasaan tidak menjadi feminin sebagai akibat dari kesuksesannya (Zuckerman dan Wheeler, 1975).

Dapat disimpulkan bahwa fear of success atau ketakutan untuk sukses adalah ketakutan yang ditekan oleh wanita untuk sukses dalam berkarir karena adanya konsekuensi negatif yang harus diterimanya, yaitu penolakan di dalam masyarakat atau bahkan akan kehilangan feminitasnya yang menyebabkan adanya fear of success.

2. Ciri-ciri Fear of Success

Adelson (1990) mengungkapkan beberapa ciri fear of success, diantaranya :

a. Tidak berani mengambil resiko

(40)

b. Takut mengambil keputusan

Menurut Dowling (1989) peningkatan jumlah wanita bekerja memiliki korelasi yang kuat dengan semakin meningkat jumlah perceraian. Wanita yang memutuskan untuk bekerja akan ada kemungkinan untuk bercerai karena resiko dari keputusan yang diambil sehingga wanita cenderung menghindari hal ini karena takut apabila akan bercerai. Hal ini menyebabkan wanita cenderung takut untuk mengambil keputusan terutama dalam berkarir karena ingin tetap menjaga keutuhan rumah tangganya.

Akan tetapi diatas segala-galanya wanita sebenarnya harus diberikan hak untuk memilih. Mereka seharusnya mampu untuk memilih apakah akan bekerja atau tidak. Tidak seorang pun boleh mendorong atau memaksa wanita untuk mengatakan “harus” atau “tidak boleh” dalam melakukan ini itu (Dowling, 1989). Pada kenyataanya wanita mengalami ketakutan dalam mengambil suatu keputusan sehingga mencari dukungan dan penguat dari orang sekitar.

c. Mempunyai tujuan-tujuan yang mudah dicapai dan hanya berusaha mencapai tujuan tersebut.

(41)

bekerja serta memilih untuk mengurus anak, tinggal di rumah untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga atau bahkan melakukan pekerjaan- pekerjaan sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan ketika seorang wanita yang berkarir tapi juga berkeinginan untuk tetap mengurus anak dan melakukan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial hanya melakukan sebatas tujuan-tujuan yang mudah dari masing-masing peran tersebut dan hanya berusaha mencapai tujuan yang ada tanpa berusaha untuk menjadi lebih baik

d. Merasa rendah diri

Wanita cenderung mempunyai perasaan yang rendah diri karena mempunyai suatu konsep pemikiran bahwa kedudukan seorang wanita lebih rendah dibawah pria sehingga wanita cenderung tergantung kepad pria dalam berbagai hal. Tidak hanya itu, wanita cenderung mempunyai perasaan rendah diri yang sangat dalam serta adanya ketidakpastian mengenai kemampuan dan nilai diri mereka sendiri.

e. Kurang memiliki usaha untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik

(42)

Hasil beberapa penelitian tentang fear of success menunjukkan beberapa simptom fear of success yang dapat dilihat sebagai ciri dari fear of success itu sendiri (Nanik, 1995), yaitu :

a. Perasaan rendah diri sehingga individu menjadi mudah dipengaruhi, menghindari tantangan, menentukan standar yang rendah untuk dirinya sendiri.

b. Sulit melakukan kegiatan yang bersifat kompetitif.

c. Menganggap keberhasilan sebagai sesuatu keberuntungan bukan karena kemampuan yang dimilikinya.

d. Menyalahkan diri sendiri bila terjadi kegagalan. e. Tidak berani mengambil resiko.

f. Menghindari situasi baru. g. Takut melakukan kesalahan. h. Mudah menyerah.

i. Jarang bersikap tegas dalam mempertahankan diri.

(43)

Selain itu Horner (dalam Sahrah, 1996) juga mengemukakan pendapat bahwa wanita yang mengalami fear of success akan merasa cemas atau ragu saat mendekati kesuksesannya. Selanjutnya, kesuksesan akan diantisipasi dengan menarik diri atau menolak kesempatan untuk meraih sukses. Penarikan diri ini dilakukan secara sadar, yaitu ketika kesuksesan diketahui akan segera dicapai, maka wanita akan secara sadar mempersepsikan kesuksesan tersebut sebagai stimuli berbahaya yang sedang mendekat sehingga ia harus melakukan tindakan antisipasi.

Menurut Stefani dkk (2000), ada beberapa ciri fear of success, yaitu : a) ketakutan akan kehilangan feminitas b) ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial c) ketakutan akan penolakan sosial.

Sedangkan Horner (dalam Gun & Matthew, 1979) berpendapat bahwa ada 3 ciri fear of success, yaitu :

a. Ketakutan akan penolakan sosial dan termasuk ketakutan akan kehilangan teman dan dukungan pria sebagai akibat kesuksesan wanita.

b. Berhubungan dengan kenormalan sesesorang yang dipandang sebagai pendukung adanya ketakutan internal, ragu-ragu dan merasa bersalah. c. Pengingkaran, yaitu dengan menganggap bahwa kesuksesan yang

diperoleh disebabkan faktor keberuntungan.

(44)

kehilangan feminitas, ketakutan akan penolakan sosial, mempunyai sikap negatif terhadap kesuksesan, serta ketidakmampuan menghadapi kompetisi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fear of Success

Menurut Hoffman dan Horner ketakutan akan sukses lebih mungkin terjadi pada wanita dengan kemampuan yang tinggi dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pula (Hoffman, 1977).

Sedangkan Witkin (dalam Stefani dkk, 2000), fear of success pada wanita disebabkan karena masyarakat menekankan penampilan dan kepasifan wanita sehingga wanita merasa khawatir bahwa kesuksesan akan mengurangi daya tariknya.

Pada dasarnya, ada dua faktor utama fear of success, yaitu : a. Faktor internal individu

1) Status identitas diri

(45)

Suatu keyakinan perasaan tentang bagaimana ciri khas pribadinya, seperti : kesukaan dan ketidaksukaannya, aspirasinya, tujuan masa depan yang diantisipasi dan pendapatnya mengenai orientasi kehidupannya sendiri, serta tentang bagimana ia harus bersikap dan berperilaku di dalam lingkungan. Ia tahu dimana harus menempatkan dirinya dalam lingkungan dan masyarakat (Sahrah, 1996).

b. Faktor Lingkungan 1) Pola asuh

Orang tua yang memiliki anak perempuan maka akan cenderung memanjakan anak dan memberikan proteksi yang berlebihan. Hal ini membuat anak peremuan menjadi tergantung dan mempunyai sikap yang cenderung pasif. Ini merupakan salah satu upaya orang tua untuk memberikan anaknya kesadaran akan feminitasnya sebagai seorang wanita. Wanita yang mendapat pola asuh secara tradisional dari orang tuanya mempunyai konsep pemikiran bahwa seorang wanita haruslah feminim sehingga membuat wanita hanya berprestasi pada kegiatan feminim serta akan mempunyai orientasi berprestasi dan aspirasi karir yang rendah.

2) Konsep peran jenis

(46)

perilaku individu yang pantas dan tidak pantas bagi diri seseorang (Sahrah, 1996). Standar peran jenis ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan tempat individu tinggal. . Pada sebagian kebudayaan (termasuk Inonesia), seorang wanita memiliki stereotipe sifat-sifat feminim dan pria memiliki stereotipe sifat-sifat maskulin. Yang dimaksud sifat-sifat feminim adalah sifat yang berorientasi pada sifat kooperatif, mengalah, mendapatkan sesuatu dengan jalan menyenangkan orang lain.

Sedangkan Condry dan Dyer berpendapat bahwa ketakutan akan sukses pada wanita dikonsepkan sebagai suatu ketakutan karena menyimpang dari standar peran jenis dan hal ini terjadi pada wanita dengan ideologi peran jenis tradisional (Zuckerman dan Wheeler, 1975). Dengan kata lain wanita dengan ketakutan sukses yang tinggi akan mengatakan bahwa diri mereka lebih feminim daripada wanita yang mempunyai ketakutan untuk sukses yang rendah.

3) Dukungan sosial

Menurut Hause (dalam Stefani dkk, 2000), dukungan sosial meliputi :

a) Emotional support

(47)

b) Appraisal support

Yaitu berupa pemberian bantuan untuk mengevaluasi dan membahas kesulitan dan permasalahan yang dihadapi.

c) Informational support

Yaitu berupa pemberian nasehat dalam usaha mengatasi masalah. d) Instrumental support

Yaitu berupa bantuan dan pelayanan yang berupa material. 4) Umur, tingkat pendidikan, dan status pernikahan

Umur, tingkat pendidikan, dan status pernikahan mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap perannya di dalam masyarakat. Dari beberapa hasil penelitian fear of success yang berhubungan dengan umur dan tingkat pendidikan subyek, didapatkan hasil yang mendukung (Atkinson dalam Sahrah, 1996).

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

fear of success tekanan dari masyarakat, faktor internal individu, faktor lingkungan.

4. Dampak Fear of Success

Menurut Stefani dkk (2000) fear of success mempunyai beberapa dampak, diantaranya :

(48)

b. Prestasi kerja yang tidak optimal akan merugikan dan menghambat kemajuan perusahaan tempat dimana wanita bekerja.

c. Kurangnya figur kepemimpinan wanita.

d. Memperlambat perkembangan dan kemajuan bangsa karena wanita tidak berperan secara optimal dalam bidang-bidang pembangunan yang sesungguhnya mampu mereka perankan.

C. Wanita Karir

Wanita karir dapat diartikan sebagai wanita yang terlibat dalam bidang pekerjaan yang memberikan peluang untuk maju atau meningkatkan kedudukannya kejenjang jabatan yang lebih tinggi (Stefanie dkk, 2000)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) karir berarti : a) perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan b) pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Karir juga dapat diartikan sebagai “urut-urutan status yang diiringi oleh prestasi seseorang” (Dina, 1995).

Menurut Moekijat (1994) karir memiliki banyak arti, antara lain : a) tugas, jabatan, pekerjaan, mata pencaharian b) kemajuan jabatan c) serangkaian kegiatan pekerjaan d) kemajuan dalam suatu organisasi e) profesi f) dan lain-lain.

(49)

dorongan yang konsisten dari orang tuanya untuk mencapai keberhasilan dalam situasi yang kompetitif. Istiqomah mengatakan adanya tendensi terhadap kemajuan adalah keuntungan dari wanita yang bekerja jika dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja (1992).

Menurut Dahri (1991), ada tiga karakteristik wanita karir, yaitu bekerja pada bidang pekerjaan laki-laki, menuntut waktu tersendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya, serta lokasi kerja berada di luar rumah. Wolfman (1993) mengatakan bahwa karir lebih banyak menuntut persiapan pendidikan daripada pekerjaan-pekerjaan yang memiliki persyaratan khusus.

Thalib (1999) mendefinisikan wanita karir sebagai wanita yang bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah . Istilah lain untuk menyebutkan wanita yang senang berkecimpung di lapangan kerja, yang semestinya menjadi tugas laki-laki adalah wanita professional. Kaum wanita ini berjuang sekuat tenaga untuk bersaing dengan kaum laki-laki di bursa tenaga kerja untuk mencari nafkah.

(50)

D. Fear of Success pada Wanita Karir

Anoraga (1998) mengatakan bahwa ketakutan akan sukses pada wanita karir terjadi karena ada perasaan bersalah telah mengabaikan peran dan fungsinya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.

Harlock (1997) berpendapat bahwa ketakutan akan sukses pada wanita karir didasarkan adanya perasaan bahwa kebehasilan dalam karir akan merusak citramereka sebagai wanita bahkan mengarah pada situasi penolakan sosial.

Horner mengatakan bahwa kecenderungan wanita menghindari kesuksesan secara profesional adalah sebagai akibat adanya pemikiran bahwa keberhasilan secara professional akan membahayakan hubungan mereka dengan kaum pria. Bagi wanita yang telah memiliki kekasih, mereka akan berpikir bahwa keberhasilan mereka akan menyebabkan mereka kehilangan kekasihnya, sementara itu bagi wanita yang belum memiliki kekasih, mereka akan berpikir bahwa mereka tidak akan mendapatkan kekasih (Dowling, 1995).

Sementara itu bagi wanita yang telah menikah (Dahri, 1991) mengemukakan bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menjalankan fungsinya sebagai ibu dari anak-anaknya, yaitu mengasuh, merawat, mendidik, dan mengasih sayangi sepanjang waktu. Menurut Birnbaum rasa bersalah sering melanda wanita karir karena tidak selalu bisa berada dan mencurahkan waktu bersama anak dan suami (Nainggolan dkk, 1996).

(51)

penting sesuai kodratnya sebagai wanita. Selain itu juga adanya anggapan bahwa seorang wanita akan dinilai dari kesuksesan suami dan anaknya bukan kesuksesannya sendiri membuat wanita akan cenderung menghindari keberhasilan dalam karirnya (Nainggolan dkk, 1996).

Dari berbagai definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ketakutan sukses pada wanita karir adalah ketakutan untuk berhasil pada diri wanita karena adanya perasaan bahwa keberhasilan dalam karirnya akan menimbulkan konsekuensi negatif berupa penolakan sosial karena telah menyalahi kodratnya sebagai wanita, meletakkan halangan dalam hubungannya dengan kaum pria, dan khususnya bagi mereka yang telah menikah akan menimbulkan perasaan bersalah karena mengabaikan peran dan fungsinya sebagai istri dan ibu anak- anaknya.

E. Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Suami dengan Fear of Success pada Wanita Karir

(52)

kegiatan domestik, demikian pula perempuan dapat memperoleh kesempatan untuk ikut berperan dalam kegiatan publik. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah dan mempunyai anak, berarti mereka harus konsekuen untuk mengurus pasangan dan anak-anak, tanpa adanya berat sebelah. Komitmen yang diberikan pasangan suami istri dalam rumah tangga merupakan dukungan yang diberikan patner role (suami) terhadap pasangan (Retno, 2001).

Bagi wanita karir dukungan keluarga merupakan faktor yang penting (Amran, 1994). Menurut Barnhause (1988), kesuksesan wanita yang memutuskan untuk bekerja di luar tergantung dari dua hal, yaitu : a) cukup mengenal diri untuk merasa yakin apa yang harus diinginkannya, tanpa merasa bersalah atas pilihannya itu b) keputusan tersebut harus bisa diterima suaminya, dikomunikasikan dengan suami sehingga suami mengerti bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari identitas dirinya. Melalui bekerja wanita berusaha menemukan arti dan identitas dirinya dan pencapaian tersebut mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan.

(53)

jika di antara kedua belah pihak (suami dan istri) saling memperlakukan pasangannya sebagai partner yang setara. Pada umumnya, mereka tidak hanya akan berbagi dalam hal income, namun tidak segan-segan berbagi dalam urusan rumah tangga dan mengurus anak.

Wanita yang bekerja dapat mengaktualisasikan diri dan meningkatakan skill dan kompetensi yang dimiliki. Bagi kehidupan keluarga, bekerja bagi seorang wanita juga dapat mendukung ekonomi rumah tangga sehingga sumber pemasukan keluarga tidak hanya satu melainkan dua sehingga kualitas hidup dalam berbagai bidang kehidupan menjadi lebih baik. Bekerja juga memungkinkan seorang wanita dapat mengekspresikan dirinya sendiri, dengan cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya tersebut mendapatkan penghargaan dan umpan balik yang positif.

Tentunya hal diatas sangat memerlukan dukungan suami, suami yang cenderung tidak mendukung apa yang dilakukan istri membuat istri cenderung merasa rendah diri. Dukungan suami merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi wanita untuk meningkatkan karirnya. Hal ini sesuai dengan teori dukungan sosial Sarason (1990).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Jones 1980 (dalam

(54)

bisa bersikap toleran terhadap keberadaan istri yang bekerja. Ada pula suami yang tidak menganggap pekerjaan istri menjadi masalah, selama istrinya tetap dapat memenuhi dan melayani kebutuhan suami. Namun ada pula suami yang justru mendukung karir istrinya, dan ikut bekerja sama dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Dalam kondisi yang terakhir ini, pada umumnya sang istri akan lebih dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup, keluarga dan karirnya.

Penerimaan dan dukungan suami menjadi faktor yang amat penting karena bagi wanita yang telah berkeluarga dan juga berkarir, mereka menghadapi tuntutan peran ganda. Akan tetapi hal ini tidak terlepas dari bagaimana istri mempersepsikan dukungan yang diberikan suaminya tersebut. Bagaimana istri memandang dukungan tersebut. Disini suami juga ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan urusan rumah tangga karena suami- istri disatukan dalam hubungan yang saling menunjang dan mengisi, serta secara bersama-sama membagi semua tugas dan bertanggung jawab, dan hak- hak dalam keluarga (Siti Fauzah, dkk, 1999). Dengan demikian wanita yang berkarir mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal, bukan hanya sekedar bekerja atau bahkan mengalami fear of success

karena keberhasilan dalam dunia kerja seringkali justru dianggap penyebab terjadinya kehancuran dalam kehidupan rumah tangga (Stefanie, 2000).

(55)

tekanan maupun tuntutan suami kepada istri, karena selain berkarir seorang istri harus bertanggung jawab penuh dalam membina pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Padahal membina pertumbuhan fisik dan psikologis anak diperlukan kerja sama yang baik antara suami dan istri serta adanya pemahaman yang mendalam mengenai peran suami untuk turut berpartisipasi (Siti Fauzah, dkk, 1999), apalagi bagi seorang istri yang lebih banyak menghabiskan sebagian waktunya di luar rumah untuk berkarir. Hal ini tentunya akan membuat istri merasa takut dalam berkarir, apalagi untuk mengembangkan karir yang dimilikinya, bahkan lebih memilih untuk berhenti berkarir dan hanya berkonsentrasi pada suami dan anak saja.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa dalam berkarir seorang wanita memerlukan dukungan dari suami. Tentunya hal ini tidak terlepas dari bagaimana wanita tersebut mempersepsikan dukungan yang diterima dari suami. Apabila wanita karir sebagai istri mempersepsikan dukungan tersebut sebagai hal yang positif dalam dirinya, maka dimungkinkan

(56)

Gambar 2.1

Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Suami dengan

Fear of Success pada Wanita Karir

Wanita Karir

Persepsi terhadap Dukungan Suami

Tinggi Rendah

(57)

F. Hipotesis

Berdarkan teori tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah “Ada hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Suami dengan Fear of Success pada Wanita Karir.”

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Koresional Kuantitatif karena dalam penelitian ini, peneliti ingin melelihat apakah ada hubungan antara persepsi terhadap dukungan suami dengan fear of success pada wanita karir.

B. Variable Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas : persepsi terhadap dukungan suami Variabel tergantung : fear of success pada wanita karir

C. Definisi Operasional

1. Persepsi terhadap Dukungan Suami

Interpretasi, tanggapan, atau pandangan istri terhadap dukungan yang diberikan oleh suami berkaitan dengan karirnya.

Persepsi terhadap dukungan suami dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala persepsi terhadap dukungan suami. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan empat aspek yang mengacu pada teori Hash Khan, yaitu :

(59)

a. Dukungan Instrument

Biasa disebut juga bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumental support). Termasuk disini dukungan bantuan materi (uang), pekerjaan dan peluang waktu.

b. Dukungan Emosional

Jenis dukungan ini berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi, atau ekspresi.

c. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.

d. Dukungan Informasi

Berhubungan dengan informasi-informasi berharga yang diberikan kepada individu baik yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, berupa pemberian nasehat dan pengaruh.

2. Fear of Success pada Wanita Karir

(60)

Fear of Success dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala fear of success. Skala ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan empat aspek, yaitu :

a. Ketakutan akan kehilangan feminitas b. Ketakutan akan penolakan sosial

c. Mempunyai sikap negatif terhadap kesuksesan d. Ketidakmampuan menghadapi kompetisi.

D. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Yogyakarta dengan alasan, Yogyakarta merupakan kota besar yang cukup maju sehingga dimungkinkan banyak wanita yang berkarir namun di sisi lain, kota Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya, dimana seorang wanita masih menginginkan feminitasnya sebagai wanita demi keluarga terutama suami.

E. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah wanita karir yang memiliki karakteristik sampel sebagai berikut, yaitu berusia 20 – 50 tahun, berstatus menikah, meninggalkan rumah untuk bekerja seperti halnya laki-laki dengan rata-rata waktu minimal 7 jam setiap harinya selama 5-6 hari.

Subyek dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik

(61)

yaitu ada penilaian dan upaya cermat dari peneliti untuk memperoleh sample representative. Cara ini dilakukan dengan melihat wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok tertentu yang diduga sesuai dengan anggota sample (Kerlinger, 1999).

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode berskala (scaled questionare), yang disusun menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Summated Rating). Metode rating yang dijumlahkan atau lebih popular disebut sebagai penskalaan model Likert adalah metode dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar, 2005). Skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala pesepsi terhadap dukungan suami dan fear of success pada wanita karir. Masing-masing skala dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala model Likert.

Skala Likert merupakan skala yang terdiri dari aitem-aitem yang bersifat

(62)

Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai bergerak dari 1 hingga 4 pada skala

unfavorable dan dari 4 hingga 1 pada skala favorable. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Tabel Skoring

Alternatif Jawaban

Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Penyajian pernyataan-pernyataan dalam setiap skala diacak berdasarkan arah (mendukung atau tidak mendukung) dan isi, hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari response set score, yaitu respon terhadap suatu pernyataan dipengaruhi oleh respon terhadap pernyataan lain.

Skala yang digunakan dalam penlitian ini adalah sebagai berikut : 1. Persepsi terhadap Dukungan Suami

(63)

dukungan instrument, aspek dukungan emosional, aspek dukungan penghargaan, aspek dukungan informasi.

Item-item dalam skala ini disusun dengan mengacu pada blueprint

(64)

Tabel 3.2

Blueprint

Persepsi terhadap Dukungan Suami

Komponen

Komposisi Item

Total

Favorabel Unfavorabel

Dukungan instrumen

5 5 10

Dukungan emosional

5 5 10

Dukungan penghargaan

5 5 10

Dukungan informasi

5 5 10

(65)

Tabel 3.3

Distribusi Item Persepsi terhadap Dukungan Suami Sebelum Uji Coba

Komponen

Nomer Item

Total

Favorabel Unfavorabel

Dukungan instrumen

1,9,21,25,40 5,11,17,31,36 10

Dukungan emosinal

2,15,22,29,39 6,13,18,27,35 10

Dukungan penghargaan

3,14,23,26,38 7,16,19,32,34 10

Dukungan informasi

4,12,24,30,37 8,10,20,28,33 10

TOTAL 20 20 40

2. Fear of Success pada Wanita Karir

(66)

Item-item dalam skala ini disusun dengan mengacu pada blueprint

(67)

Tabel 3.4

Blueprint

Fear of Success

Komponen

Komposisi Item

Total

Favorabel Unfavorabel

Ketakutan akan kehilangan feminitas

5 5 10

Ketakutan akan penolakan sosial

5 5 10

Mempunyai sikap negatif terhadap kesuksesan

5 5

10

Ketidakmampuan menghadapi kompetisi

5 5 10

(68)

Tabel 3.5

Distribusi Item Fear of Success

Sebelum Uji Coba

Komponen

Nomer Item

Total

Favorabel Unfavorabel

Ketakutan akan kehilangan

feminitas

1,9,21,25,40 5,11,17,31,36 10

Ketakutan akan penolakan sosial

2,15,22,29,39 6,13,18,27,35 10

Mempunyai sikap negatif terhadap kesuksesan

3,14,23,26,38 7,16,19,32,34 10

Ketidakmampuan menghadapi kompetisi

4,12,24,30,37 8,10,20,28,33 10

(69)

G. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti lebih dulu mengadakan uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan untuk menguji kesahihan dan keandalan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2009 di PD. BPR BKK Kabupaten Boyolali. Uji coba dilakukan dengan mengambil karyawati- karyawati yang bekerja di PD. BPR BKK Kabupaten Boyolali.

Subyek yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 30 orang dan kepada seluruh subyek diberikan dua jenis skala, yaitu skala fear of success dan skala persepsi terhadap dukungan suami. Setiap subyek memperoleh satu ekslempar yang terdiri dari dua skala. Pada uji coba alat ukur dan penelitian, skala fear of success disebut skala I dan skala persepsi terhadap dukungan suami disebut skala II.

H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(70)

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukuran yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengikuran tersebut (Azwar, 2005).

Uji validitas akan dilakukan untuk skala persepsi terhadap dukungan suami, untuk melihat ketepatan alat ukur ini untuk mengungkapkan bagaimana wanita karir mempersepsikan dukungan dari suami yang diterimanya. Untuk skala fear of success yaitu untuk melihat ketepatan alat ukur ini untuk mengungkap tinggi rendahnya fear of success pada wanita karir.

(71)

2. Uji Kesahihan Butir Item

Uji kesahihan item dilakukan guna melihat dan memilih item-item yang lolos seleksi yang dapat dipergunakan dalam pengambilan data penelitian serta membuang item-item yang tidak lolos seleksi (gugur), sehingga item-item yang gugur tidak lagi digunakan dalam pengambilan data penelitian.

Uji kesahihan butir item dilakukan berdasarkan koefisien korelasi item total. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya beda item maka koefisien korelasinya semakin mendekati 1,00. Koefisien yang mendekati angka 0 atau negatif mengindikasikan bahwa daya beda itemnya tidak baik. Uji kesahihan butir item berdasarkan korelasi item total dan digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka daya bedanya dianggap memuaskan. Namun apabila jumlah item yang lolos seleksi ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria dari 0,30 menjadi 0, 25 (Azwar, 2005).

a. Uji kesahihan skala persepsi terhadap dukungan suami

(72)

total. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan batasan ≥ 0.30.

Pada uji kesahihan butir skala persepsi terhadap dukungan suami diperoleh korelasi yang bergerak dari 0.185 sampai 0.923; dan untuk aitem sahih diperoleh korelasi yang bergerak dari 0.372 sampai 0.923. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dari skala persepsi terhadap dukungan suami diperoleh 35 aitem sahih dan 5 aitem gugur dari 40 aitem yang diujikan. Aitem-aitem yang gugur tersebut adalah aitem-aitem nomor 19, 32, 34, 37, dan 38.

(73)

Tabel 3.6

Penyebaran Item Sahih Persepsi terhadap Dukungan Suami

Komponen

Nomer Item

Total

Favorabel Unfavorabel

Dukungan instrumen

1,9,21,25,40 5,11,17,31,36 10

Dukungan emosinal

2,15,22,29,39 6,13,18,27,35 10

Dukungan penghargaan

3,14,23,26 7,16 6

Dukungan informasi

4,12,24,30 8,10,20,28,33 9

TOTAL 18 17 35

b. Uji kesahihan skala persepsi terhadap dukungan suami

(74)

Pada uji kesahihan butir skala fear of success diperoleh korelasi yang bergerak dari 0.040 sampai 0.906; dan untuk aitem sahih diperoleh korelasi yang bergerak dari 0.344 sampai 0.906. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dari skala fear of success diperoleh 36 aitem sahih dan 4 aitem gugur dari 40 aitem yang diujikan. Aitem-aitem yang gugur tersebut adalah aitem-aitem nomor 8, 10, 20, dan 33.

(75)

Tabel 3.7

Penyebaran Aitem Sahih Fear of Success

Komponen

Nomer Aitem

Total

Favorabel Unfavorabel

Ketakutan akan kehilangan

feminitas

1,9,21,25,40 5,11,17,31,36 10

Ketakutan akan penolakan sosial

2,15,22,29,39 6,13,18,27,35 10

Mempunyai sikap negatif terhadap kesuksesan

3,14,23,26,38 7,16,19,32,34 10

Ketidakmampuan menghadapi kompetisi

4,12,24,30,37 28 6

TOTAL 20 16 36

3. Reliabilitas

(76)

yang sama (Azwar, 2005). Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai nama lain seperti keterpercayaan, keajegan, kestabilan, konsisten, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2005). Untuk mengetahui reliabilitas instrument alat ukur penelitian ini menggunakan analisis Alpha Cronbach. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Data untuk menghitung koefisien reliabilitas Alpha diperoleh lewat penyajian skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (Azwar, 2005). Hasil perhitungan koefisien reliabilitas alpha skala persepsi terhadap dukungan suami sebesar 0,976 dan koefisien reliabilitas alpha pada skala fear of success sebesar 0,973.

I. Metode Analisis Data

(77)
(78)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Pemerintah Kota Yogyakarta dalam rangka meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat melakukan penyesuaian pembentukan susunan, kedudukan, tugas pokok Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 10 Tahun 2008. Maka, dengan Peraturan Daerah tersebut dibentuklah beberapa Dinas Daerah, salah satunya adalah Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan.

Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :

1. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Administrasi Data dan Pelaporan 2. Bidang Pajak Daerah, terdiri dari :

a. Seksi Pendaftaran dan Pendapatan b. Seksi Penatapan

c. Seksi Penagihan dan Keberatan d. Seksi Pembukuan dan Pelaporan

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meminimalisir munculnya perilaku prokrastinasi akademik siswa kelas X 4 SMA Laboratorium Undiksha

Faktor risiko eksternal dengan resiliensi berada pada kategori rendah atau kurang baik, hal ini disebabkan karena siswa tidak memiliki resiliensi yang tinggi sehingga factor

Metode analisis data yang digunakan adalah estimasi model regresi dengan menggunakan teknik analis OLS (ordinary least square). Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan

menyajikan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun dalam RPP yang memenuhi kaidah berpikir tingkat tinggi melalui praktik baik dengan menggunakan model pembelajaran

3.8 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks explanation lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait gejala alam

Unit kerja Jabfung Waskan Bidang Penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud diktum KEDUA, dibentuk Sekretariat Tim Penilai Unit Kerja Jabatan Fungsional Pengawas Perikanal

Persentase capaian kinerja program PD bidang Infrastruktur SDA dan ekonomi dengan capaian 75% 50% 50% 1 Penyusunan dokumen perencanaan subbidang infrastruktur