• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFIKASI DIRI PADA PECANDU NAPZA DALAM PROSES PEMULIHAN DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA ”SEHAT MANDIRI”KALASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFIKASI DIRI PADA PECANDU NAPZA DALAM PROSES PEMULIHAN DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA ”SEHAT MANDIRI”KALASAN"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

PUTRA ”SEHAT MANDIRI”KALASAN

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Dhoni Wisnugroho

NIM : 029114102

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv Kupersembahkan karya ini untuk

1. Yesus Kristus dan Bunda Maria

(5)
(6)

vi

Dhoni Wisnugroho

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efikasi diri para pecandu napza dalam proses pemulihan serta faktor – faktor yang mempengaruhi efikasi diri para residen. Efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya bahwa ia mampu berpenampilan memadai dalam situasi tertentu. Ada beberapa aspek efikasi diri yaitu : orientasi tugas, usaha, ketekunan, keyakinan dan perilaku. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi efikasi diri yaitu : Sifat tugas yang dihadapi, Insentif Eksternal, Pengalaman Pribadi (Enative attainment), Pengalaman Orang lain (Vicarious experience), Dukungan Sosial (Social persuation), Keadaan fisiologis.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun subyek dalam penelitian berjumlah 3 orang residen. Metode yang digunakan adalah metode wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan melalui tahap – tahap, yaitu : menulis trasnkrip wawancara, membaca transkrip, coding, dan interpretasi data.Hasil penelitian menunjukkan bahwa para residen mempunyai 2 bentuk efikasi diri yang rendah. Dua dari tiga subyek memiliki gambaran efikasi diri dengan orientasi tugas yang rendah sedangkan satu subyek lainnya memiliki orientasi terhadap tugas yang baik apabila didukung dengan faktor pengalaman pribadi (enative attainment) dan dukungan social (social persuation). Adapun faktor efikasi diri yang mendukung adalah pengalaman orang lain (vicarious experience) dan dukungan social (social persuation).

(7)

vii

Dhoni Wisnugroho

ABSTRACT

This research aimed to find out the self efficacy of the drug addicts during the rehabilitation process and the factors that influence the self efficacy of the residents. Self efficacy is the individual belief to the ability which he has that he is able to act appropriately in certain situation. There are some aspects of self efficacy, they are: task orientation, effort, diligence, and belief. The factors that influence self efficacy are: the characteristics of the task he faces, external incentive, enative attainment, vicarious experience, social persuasion, and physiological situation. The researcher used descriptive approach in this research. The subjects of the research are three residents. The researcher used semi-structured interview method. The data analysis was done in three stages, they were: writing the interview script, reading the script, coding, and interpreting the data. The result of the research shows that the residents have two kinds of low self efficacy. Two of three subjects have self efficacy with a low task orientation, whereas the other subject has a better task orientation if he is supported by enative attainment and social persuasion. Then the supporting factors of self efficacy are vicarious experience and social persuasion.

(8)
(9)

ix

bimbingan dan rahmatNya-lah penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Efikasi Diri Pada Pecandu Napza dalam Proses Pemulihan Di Panti Sosial Pamardi Putra “SEHAT MANDIRI” Kalasan. Adapun penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Psikologi. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis,

1. Pihak Dekanat dan wakil-wakilnya, atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi.

2. Mas Gandung, Mbak Nani, Mas Muji, Mas Dony dan Pak ‘Gie… Makasih dan maaf banget kalo aku banyak ngerepotin…

3. Bapak V. Didik Suryo Hantoko, S Psi., M Si, atas bimbingannya selama menyelesaikan skripsi… Maaf ya Pak, kalo aku lama ngerjainnya…

Makasih udah mau bersabar… selaku dosen penguji… Terimakasih sekali masukkannya…

4. Bu Sylvi, selaku Kaprodi...makasih ya bu..dah mau berbaik hati... Bu Nimas, selaku dosen pembimbing akademik. Makasih ya bu support-nya…

(10)

x

bisa penulis sebutin satu persatu..kuucapkan terima kasih family….sukses selalu buat kalian…sampai nanti…sampai mati bro…

7. Buat Anggela Ratna Sari dan Maximos Ivano Wasesadewa…terima kasih

buat cinta dan kesabarannya sayang….

8. Saudara seperjuanganku, Andhika Mahardika, Frederik Herwindra, Agus Subarjo dan Tumindak Ngiwo Crew yang tidak bisa aku sebutin satu – satu..makasih untuk tumpangan dan cupitan rokoknya…sukses selalu buat

kalian…

9. Bapak, ibu, adikku serta semua saudara-saudara dari keluarga besarku makasih banyak atas dukungan. Maaf lulusnya telat lama…

10.Buat keluarga besar Pakualaman…terima kasih atas kesabarannya..berkah Dalem selalu…

11.Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.. Matur Nuwun Sanget!!!

Akhir kata, penulis juga hendak menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Semoga skripsi ini bisa berguna untuk siapa saja yang membacanya.

(11)

xi

A . Pemulihan Ketergantungan Napza... 7

B . Efikasi Diri ... 14

C . Peranan efikasi diri dalam menjalankan program rehabilitasi napza . 18 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A . Jenis Penelitian ... 25

B . Subyek Penelitian ... 25

C . Fokus Penelitian ... 26

D . Metode Pengumpulan Data ... 27

E . Analisis Data ... 30

F . Kredibilitas Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A . Proses Penelitian ... 32

B . Hasil Penelitian ... 34

C . Pembahasan ... 59

(12)

xii

(13)

1 A. Latar belakang

Besarnya frekwensi kejadian penyalahgunaan narkoba, mendorong pemerintah dan masyarakat semakin gencar dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Banyak cara dilakukan untuk menanggulangi masalah ini baik secara preventif maupun kuratif. Menurut Budiarta (dalam Wresniwiro, 1999), upaya preventif merupakan pencegahan yang dilakukan agar seseorang jangan sampai terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan narkoba. Sedangkan upaya kuratif artinya usaha penanggulangan dan pemulihan pecandu narkoba yang mengalami ketergantungan. Budiarta menambahkan bahwa usaha-usaha kuratif dapat dilakukan dengan mendirikan panti-panti rehabilitasi maupun Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Di dalam RSKO atau panti Rehabilitasi itulah nantinya dilaksanakan program-program pemulihan bagi pecandu narkoba.

(14)

melakukan rehabilitasi lebih dari dua kali. Kesadaran yang dimiliki seseorang bahwa mereka telah kecanduan dapat memakan banyak waktu dari beberapa minggu hingga beberapa bulan atau bahkan tahunan dan tergantung pada obat yang digunakan serta kemampuan para residen untuk mengatasi kebiasaannya tersebut (Broad & Hall dalam Bandura 1997). Pada masa rehabilitasi banyak orang yang mengalami masalah dengan obat-obatan tetap terperosok dalam tahap perenungan untuk merubah kebiasaan mereka. Perenungan tersebut tetap tidak berkembang karena mereka merasa tidak mampu untuk lepas dari obat-obatan dan bahkan mereka tidak berusaha untuk berhenti (Broad & Hall dalam Bandura 1997). Di dalam proses pemulihan, disamping faktor-faktor dari luar seperti mengikuti program-program pemulihan di panti rehabilitasi, ada faktor lain yang tampaknya juga penting, yaitu faktor dari dalam. Salah satu faktor yang berasal dari dalam adalah adanya keinginan individu untuk berhenti menggunakan narkoba serta memiliki keyakinan bahwa dirinya akan mampu melepaskan diri dari pengaruh narkoba tersebut.

(15)

individu mempersepsikan dirinya memiliki kemampuan yang tinggi maka individu tersebut akan merasa yakin mampu mencapai tujuan tertentu yang lebih tinggi dibanding individu lain. Keyakinan tersebut menyebabkan individu berusaha secara maksimal dan mencurahkan segala perhatian dan usaha yang dimilikinya untuk mencapai tujuan (Kanfer, 1987). Oleh karena itu, keyakinan dari dalam diri individu bahwa dirinya mampu untuk melepaskan diri dari ketergantungan obat-obatan ini merupakan faktor yang penting dalam proses pemulihan. Hal tersebut dapat didukung oleh penelitian dari Bandura, Maddux, Salovey dkk, (dalam Aronson, 2005) yang menyatakan bahwa efikasi diri dapat digunakan untuk memprediksi perilaku sehat seperti berhenti merokok, menurunkan kadar kolesterol, mengontrol berat badan, melakukan olah raga.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efikasi diri seorang residen dalam proses pemulihan ketergantungan, terutama keyakinan diri seorang residen bahwa dirinya mampu menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh panti rehabilitasi dan mencapai tujuan pada proses pemulihan. Hasil wawancara dengan pengelola Panti Sosial Pamardi Putra

(16)

menolak segala macam bujukan yang bersifat negatif, meningkatkan ketrampilan komunikasi, dan mampu bertanggung jawab terhadap kebutuhan diri sendiri. Berdasarkan fakta tersebut peneliti memandang bahwa efikasi diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh panti rehabilitasi merupakan hal penting dalam proses pemulihan. Fungsi dari mengetahui efikasi diri residen terhadap tugas yang diberikan oleh panti rehabilitasi adalah sebagai langkah awal untuk memahami efikasi diri residen untuk mampu hidup tanpa napza. Selain itu penelitian ini juga mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan mendorong munculnya keyakinan dan penilaian diri seorang residen dalam proses pemulihannya.

Untuk memperoleh gambaran efikasi diri seorang residen dalam proses pemulihan, penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif. Dari sudut pendekatan dan prosesnya, di antara karakteristik penggunaan metode kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gambaran efikasi diri seorang residen secara menyeluruh, memahami efikasi diri dari sudut pandang dan pengakuan dari residen yang diteliti sehingga dapat menemukan apa yang disebut sebagai fakta fenomenologis ( Muslimin, 2002)

(17)

mendalam dan rinci (David D. William dalam Muslimin, 2002) Selain itu metode kualitatif digunakan karena anggota populasi yang relatif kecil sehingga semua anggota populasi dapat dijadikan informan untuk membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono,2006).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah efikasi diri yang meliputi keyakinan dan penilaian diri residen terhadap kemampuannya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh panti rehabilitasi?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi efikasi diri pecandu napza dalam proses pemulihan ketergantungan?

C. Tujuan Penelitian

(18)

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti, baik secara teoritis ataupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi sosial dalam hal efikasi diri pecandu napza dalam proses pemulihan ketergantungan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi para residen yang masih menempuh rehabilitasi maupun mantan pecandu narkoba, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi atau bahan untuk penganalisaan diri selama proses menjalani kehidupan.

(19)

7 A. Pemulihan Ketergantungan Napza

1. Pengertian Napza

Narkotika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :

1. narkotika golongan I : hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Memiliki potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan (Contoh:heroin/putauw, kokain, ganja) 2. narkotika golongan II : digunakan untuk pengobatan, terapi dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Memiliki potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)

3. narkotika golongan III : bisa digunakan untuk pengobatan, terapi, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Memiliki potensi ringan untuk mengakibatkan ketergantungan. (Contoh : kodein)

(20)

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:

1. Psikotropika Golongan I: hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)

2. Psikotropika Golongan II: bisa digunakan untuk pengobatan, terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan tetapi masih mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

3. Psikotropika Golongan III: bisa digunakan untuk pengobatan dan terapi. Mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh: pentobarbital, Flunitrazepam).

4. Psikotropika Golongan IV: digunakan untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,

Rohip, Dum, MG).

(21)

1. Minuman beralkohol: Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu: - Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)

- Golongan B: kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) - Golongan C: kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)

2. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain: Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

3. Tembakau: Pada upaya penanggulangan napza di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan.

2. Pecandu Napza

(22)

Secara sederhana, seorang pecandu adalah individu yang kehidupannya dikendalikan oleh napza. Mereka adalah orang-orang dalam cengekeraman penyakit berkelanjutan dan berkembang semakin parah yang akhirnya selalu sama: penjara, institusi, dan kematian. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan zat pengubah dari suasana hati, yang telah menyebabkan masalah disetiap segi kehidupan mereka ( Yayasan Kita NA Group, 2001). Adiksi telah mengisolasi mereka dari lingkungan sosial, kecuali pada saat mereka mendapatkan, menggunakan, dan memakai alat serta alat untuk memperoleh lebih. Mereka menjadi penuh dendam, berpusat pada diri sendiri dan mementingkan diri sendiri, mereka menjadi putus dengan hubungan dunia luar.

Adiksi atau kecanduan adalah penyakit perkembangan dan manifestasinya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik, psikososial, dan lingkungan. Ditandai dengan hilangnya kendali atas pemakaian zat adiktif. Penggunaan zat secara kompulsif, penggunaan yang berkelanjutan meskipun dihadapkan pada resiko masalah, timbulnya obsesi terhadap napza (Gordon & Gordon, 2004).

(23)

exist artinya terkadang yang berbicara adalah pribadi yang normal namun juga terkadang pribadi residen, dan hal ini disadari oleh residen. Drugs induce retardation adalah sifat kekanak – kanakan yang terjadi pada diri residen sebagai akibat penggunaan napza. Hal ini terjadi karena napza menyebabkan umur mental tidak berkembang sesuai dengan umur kronologis.

3. Pemulihan Ketergantungan

a. Pengertian Pemulihan

Menurut Lukman (1994) pemulihan adalah proses, cara, perbuatan memulihkan. Proses pemulihan ketergantungan napza dapat dilakukan dengan cara rehabilitasi. Proses pemulihan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena proses ini sangat tergantung dari keadaan tiap-tiap residen. Masa rehabilitasi erat kaitannya dengan proses pemulihan adiksi terhadap napza yang berarti terbebas dari napza. Bersamaan dengan itu pecandu berusaha memperbaiki hidupnya agar lebih memuaskan bagi dirinya sendiri dan lebih berharga melalui proses tersebut.

b. Tujuan, Harapan Terapi dan Rehabilitasi

Secara garis besar tujuan dari terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba adalah menghentikan sama sekali penggunaan narkoba. Menurut (Badan Narkotik Nasional, 2003) tujuan dan terapi rehabilitasi narkoba adalah :

(24)

2) Pengurangan frekuensi dan keparahan relapse. Sasaran utama adalah untuk mengurangi resiko untuk menggunakan kembali para residen yang telah berhenti mengkonsumsi narkoba.

3) Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial, sehingga residen dapat menghadapi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari tanpa menggunakan narkoba.

Masih menurut sumber yang sama, dengan rehabilitasi diharapkan pada residen dapat:

1) Mempunyai motivasi untuk tidak kembali menyalahgunakan narkoba

2) Mampu menolak tawaran penyalahgunaan narkoba 3) Pulih kepercayaan dirinya dan hilang rasa rendah dirinya 4) Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja

5) Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan di lingkungannya.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 996/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya, komponen kegiatan dalam rehabilitasi yaitu :

 komponen fisik :

(25)

- memulihkan kebugaran jasmani dengan senam dan olah raga

- melatih penyalahguna napza mengatasi ketegangan otot dan mental bila mengalami stress melalui terapi relaksasi

 komponen psikologis

- meningkatkan konsep diri melalui psikoterpi kognitif behavioral - membangkitkan kembali kepercayaan diri dan sikap optimis - rekreasi didalam maupun diluar sarana rehabilitasi

- memahami kemungkinan dual diagnosis (gangguan mental lain)

 Komponen spiritual

- pembinaan spiritual dan agama sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-masing

 Komponen sosial

- meningkatkan sikap tegas untuk mampu menolak segala macam bujukan atau ajakan yang bersifat negatif melalui psikoterapi asertif

- meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal melalui dinamika kelompok, konseling

- memperbaiki disfungsi keluarga melalui terapi keluarga

- melakukan konseling keluarga bagi semua anggota keluarga agar dapat mendukung proses pemulihan

(26)

 Keterampilan pendukung

- melatih tanggung jawab melalui kegiatan sehari-hari - mempelajari suatu keterampilan sesuai dengan minat

- mengikutkan penyalahguna napza dalam pekerjaan sehari-hari

 Komponen medis

- mewaspadai komplikasi medik

B. Efikasi Diri

1. Definisi Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya bahwa ia mampu berpenampilan memadai dalam situasi tertentu, dengan demikian individu tersebut disebut mampu mempengaruhi kontrol terhadap lingkungannya (Bandura, 1986). Efikasi diri dinyatakan sebagai penilaian individu terhadap kapabilitasnya dalam mengorganisasir dan melaksanakan kegiatan yang mensyaratkan pencapai tingkat kinerja tertentu atau menghadapi situasi yang prospektif. Lebih lanjut Bandura mengungkapkan bahwa individu dengan efikasi diri tinggi bersifat positif, berorientasi kesuksesan dan berorientasi tujuan. Selain itu jika mereka membutuhkan bantuan dalam penentuan tujuannya, mereka mencari bantuan nyata dan bukan dukungan emosional atupun penentraman hati.

(27)

berkembang melalui pengamatan individu terhadap akibat-akibat tindakannya dalam situasi tertentu. Keyakinan akan efikasi diri yang diperoleh melalui pengalaman tersebut akan mempunyai pengaruh yang besar dalam tindakan yang akan dipilih oleh individu tersebut. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi apabila mengalami kegagalan justru akan berusaha lebih giat untuk mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan karena individu tersebut merasa yakin bahwa ia mampu mencapai tujuan tersebut. 2. Efikasi diri dalam penerapannya

Menurut Pajares (2000), perilaku seseorang dapat diprediksi dengan melihat bagaimana keyakinan orang tersebut tentang kemampuannya. Keyakinan individu dapat membantu menentukan apa yang akan dilakukan individu yang bersangkutan itu dengan segala pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Fenomena yang terjadi di kalangan residen narkoba adalah kembalinya pengkonsumsian narkoba oleh residen yang disebabkan oleh ketidakyakinan mereka terhadap kemampuan mereka menolak narkoba, dan bukan karena rasa tidak ingin berhenti menkonsumsi narkoba. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana residen tersebut berperilaku, maka lebih baik apabila diprediksi dengan cara melihat keyakinan individu tersebut terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk melaksanakan program – program yang diberikan dengan tujuan untuk menolak narkoba.

3. Efikasi diri dalam sikap individu

(28)

penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Wood dan Bandura (1989) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri tinggi mampu memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan segala usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan tujuan yang telah ditetapkan. Efikasi diri mempunyai pengaruh terhadap pola pikir dan reaksi emosi, misalnya stress kerja dan gelisah, dan memiliki peran dalam memprediksi kerja (Bandura, 1986).

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1986), efikasi diri individu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

a. Sifat tugas yang dihadapi. Semakin komplek dan sulit tugas bagi individu maka semakin besar keraguan terhadap kemampuannya. Sebaliknya jika individu dihadapkan pada tugas yang sederhana dan mudah, maka dirinya sangat yakin pada kemampuannya untuk berhasil. b. Insentif eksternal. Adanya insentif berupa hadiah (reward) dari orang

lain untuk merefleksikan keberhasilan individu dalam menguasai atau melakukan suatu tugas (competence contingent insentif) akan meningkatkan efikasi dirinya. Dalam hal ini insentif yang tepat atau yang menarik akan meningkatkan motif individu, misalnya pemberian pujian, status sosial (kebangsawanan, sarjana), atau materi (uang, hadiah)

(29)

dibandingkan individu yang berstatus sosial lebih rendah. Status sosial yang tinggi membuat individu memperoleh pengaharapan lebih dari orang yang menghormatinya, sehingga member pengaruh pula terhadap efikasi dirinya. Misalnya seorang pemimpin akan dinilai memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dibandingakan dengan bawahannya.

d. Informasi tentang kemampuan diri. Efikasi diri akan meningkat jika individu mendapatkan informasi yang positif tentang dirinya. Demikian sebaliknya, efikasi diri akan menurun jika individu mendapatkan informasi yang negatif mengenai kemampuannya.

Informasi tentang kemampuan diri individu (Bandura, 1986) tersebut, dapat dinyatakan akurat atau tidak, berdasarkan empat sumber, yaitu :

(30)

2. Pengalaman yang telah diperoleh orang lain (vicarious experience), sumber ini memang lebih lemah dibandingkan dengan mastery experience, tetapi ketika seseorang menjadi tidak yakin akan kemampuannya maka pengalaman orang lain bisa dijadikan sumber keyakinan kedua

3. Dukungan sosial (sosial persuation) atau pesan-pesan sosial yang diterima dari orang lain. Sumber ini merupakan yang lebih lemah dari vicarious experience. Dukungan sosial bisa menambah keyakinan seseorang akan kemampuannya.

4. keadaan fisiologis (physiological state), seperti kecemasan, stress, kelelahan dan suasana hati (mood).

C. Peranan efikasi diri dalam menjalankan program rehabilitasi napza

Dalam menjalankan perilaku hidup sehat, efikasi diri dibagi menjadi dua yaitu Action self efficacy dan Coping Self Efficacy

1. Action self efficacy

(31)

a. proses kognitif

Baggozi & Edward (dalam Schwarzer & Renner, 2000) efikasi diri akan mempengaruhi individu melalui bayangan hasil suatu tugas. Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan membayangkan kesuksesan dari sebuah tugas yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat. Begitu juga sebaliknya, individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung membayangkan kesulitan dan kegagalan dari sebuah tugas.

(32)

mereka melakukan kesalahan merupakan cara yang baik untuk mengurangi motivasi dan prestasi yang dimilikinya.

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efikasi diri akan mempengaruhi pola pemikiran individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan memiliki persepektif positif tentang masa depannya, begitu pula sebaliknya (Bandura & Wood, 1989; Locke & Latham, 1990, dalam Bandura, 1997)

b. motivasi

Baggozi & Edwar (dalam Schawarzer & Renner, 2000) menyatakan bahwa efikasi diri akan mendorong timbulnya tindakan antisipasi berbagai macam strategi untuk mensukseskan perilaku hidup sehat. Bandura (1997) menyatakan munculnya tindakan antisipasi yang dimiliki oleh individu akan digerakkan oleh motivasi kognitif, sedangkan motivasi tersebut digerakkan oleh efikasi diri.

(33)

perencanaan berbagai tindakan untuk merealisasikan masa depan yang bernilai (Bandura, 1997).

c. Perilaku

Menurut Baggozi & Edwar (dalam Schwaezer & Renner, 2000) inisiatif individu untuk mengadopsi perilaku hidup sehat dipengaruhi oleh efikasi diri. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan segera mengambil inisiatif untuk mengadopsi perilaku hidup sehat. Begitu pula sebaliknya, individu yang memiliki efikasi diri yang rendah akan seringkali menangguhkan adopsi perilaku hidup sehat.

Pendapat di atas didukung oleh Pervin (2005) dan Seydel (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa efikasi diri yang dimiliki oleh individu akan menyebabkan individu segera membuat keputusan - keputusan menyelesaikan permasalahan yang dialami misalnya penyalahgunaan narkoba dan menimbulkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat atau perilaku ketaatan rekomendasi medis.

(34)

2. Coping Self Efficacy

Coping Self Efficacy berbicara mengenai keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi rintangan yang muncul selama mengadopsi perilaku hidup sehat. Peranan efikasi diri di sini adalah memberikan usaha dan ketekunan yang dimiliki oleh individu

Menurut Bagozzi & Edward (dalam Schwaezer & Renner, 2000) efikasi diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi besarnya usaha dan ketekunan yang dikeluarkan oleh individu untuk mengatasi rintangan dan kesulitan yang mungkin muncul selama mengadopsi perilaku hidup sehat.

Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan mengeluarkan usaha dan ketekunan yang tinggi untuk mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin muncul selama menjalankan program rehabilitasi narkoba. Apabila mereka mengalami kegagalan maka mereka akan segera mengejar kembali tujuan yang telah ditentukan. Namun individu yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung mengeluarkan usaha dan mudah menyerah apabila mengalami kesulitan yang mungkin muncul selama menjalankan program rehabilitasi.

(35)

yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat, b) besarnya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, c) seberapa baik perubahan dipelihara.

Besar – kecilnya usaha dan perubahan yang dimiliki individu selama menjalankan program rehabilitasi dapat dilihat pemulihan residen pada waktu rehabilitasi narkoba.

Untuk mengukur pengaruh efikasi diri pada perilaku dan kognisi pecandu napza dalam proses pemulihan di Panti Sosial Pamardi Putra “Sehat Mandiri” Kalasan digunakan pedoman pengukuran

pengaruh efikasi diri pada perilaku dan kognisi Eggen dan Kauchak sebagai berikut:

Pengaruh Efikasi Diri pada Perilaku dan Kognisi

Individu Efikasi Diri Tinggi

Individu Efikasi Diri Rendah Orientasi Tugas Menerima tantangan tugas Menghindari tantangan tugas

Usaha Mencurahkan usaha yang tinggi ketika berhadapan dengan tugas yang menantang

Mencurahkan sedikit usaha ketika berhadapan dengan tugas yang menantang

Ketekunan Tetap gigih ketika tujuan tidak tercapai. Melihat kegagalan sebagai akibat karena kurangnya usaha.

(36)

Keyakinan Yakin akan sukses, mampu mengontrol stress dan kecemasan ketika tujuan tidak tercapai, yakin mampu mengontrol lingkungan.

Memfokuskan pada perasaaan inkompeten, menunjukkan kecemasan ketika tujuan tidak tercapai, tidak yakin mampu mengontrol lingkungan

Kinerja Menunjukkan kinerja tinggi daripada individu dengan efikasi rendah pada kemampuan yang setara

Menunjukkan kinerja rendah daripada individu efikasi diri tinggi pada kemampuan setara.

(37)

25 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini nantinya akan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatitf. Nasution (2004) berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengadakan deskriptif untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai situasi – situasi sosial yang sedang terjadi secara factual apa adanya. Penelitian kualitatif ini akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video, dan lain sebagainya (Poerwandari, 2005). Namun dalam penelitian ini, data yang akan digunakan adalah hanya berupa transkrip wawancara dan catatan lapangan.

B. Subjek Penelitian

(38)

C. Fokus Penelitian

1. Efikasi diri

Efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya bahwa ia mampu berpenampilan memadai dalam situasi tertentu, dengan demikina individu tersebut disebut mampu mempengaruhi kontrol terhadap lingkungannya. Atau sebagai penilaian individu terhadap kapabilitasnya dalam mengorganisasir dan melaksanakan kegiatan yang mensyaratkan pencapai tingkat kinerja tertentu.

Efikasi diri akan mempengaruhi individu melalui bayangan hasil suatu tugas. Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan membayangkan kesuksesan dari sebuah tugas yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat. Begitu juga sebaliknya, individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung membayangkan kesulitan dan kegagalan dari sebuah tugas. Efikasi diri mendorong timbulnya tindakan antisipasi berbagai macam strategi untuk mensukseskan perilaku hidup sehat. Tindakan antisipasi yang dimiliki oleh individu akan digerakkan oleh motivasi kognitif, sedangkan motivasi tersebut digerakkan oleh efikasi diri.

(39)

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi efikasi diri

a. Sifat tugas yang dihadapi : pandangan subjek terhadap tugas meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dan tanggung jawab kegiatan sehari – hari pada proses pemulihan ketergantungan

b. Insentif eksternal : hadiah (reward) dari orang lain untuk merefleksikan keberhasilan individu dalam menguasai atau melakukan suatu tugas

c. Infomasi tentang kemampuan individu

- Enative attainment (pengalaman pribadi) : pengalaman langsung subjek dalam menuntaskan sebuah pekerjaan

- Vicarious experience (pengalaman orang lain) : pengalaman orang lain dalam menuntaskan pekerjaan

- Social persuation (dukungan sosial) : dukungan atau pesan – pesan yang diterima dari orang lain.

- Keadaan fisiologis : keadaan fisik subjek, seperti kecemasan, stress, kelelahan dan suasana hati (mood)

D. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

(40)

bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Poerwandari,2005)

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, yaitu teknik wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden penelitian telah disusun lebih dahulu. Namun, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung untuk meperdalam informasi yang ingin dikumpulkan. Teknik wawancara semi terstruktur memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi dengan lebih mendalam dan lengkap karena adanya improvisasi pertanyaan-pertanyaan selama wawancara berlangsung.

Aspek-aspek yang akan digali dalam wawancara adalah : a. Riwayat Penyalahgunaan Napza oleh subjek

1. Riwayat penyalahgunaan Napza

2. Perilaku subjek selama menjadi pemakai 3. Keinginan untuk berhenti

b. Efikasi diri

Efikasi diri (orientasi tugas, usaha, ketekunan, dan kekayakinan) Individu

Efikasi Diri Tinggi

Individu Efikasi Diri Rendah Orientasi Tugas Menerima tantangan tugas Menghindari tantangan tugas Usaha/ Motivasi Mencurahkan usaha yang

tinggi ketika berhadapan

(41)

dengan tugas yang menantang.

Ketekunan Tetap gigih ketika tujuan tidak tercapai. Melihat kegagalan sebagai akibat karena kurangnya usaha.

Menyerah ketika tujuan tidak tercapai. Melihat kegagalan kecemasan ketika tujuan tidak tercapai, yakin mampu

Perilaku Memiliki inisiatif untuk berperilaku hidup sehat

Menunda berperilaku hidup sehat

c. Faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri 1. Sifat tugas yang dihadapi

2. Insentif eksternal

(42)

-Social persuation (dukungan sosial) -Keadaan fisiologis

E. Analisis Data

Menurut Creswell (1998) analisis data untuk penelitian kualitatif adalah dengan cara analisis isi atau content analysis, yaitu dengan membuat deskripsi yang jelas dari kasus-kasus tersebut beserta situasi yang mengelilinginya. Langkah-langkah yang diambil dalam melakukan analisis data di penelitian ini adalah:

1. Organisasi data

Tahap ini dimulai dengan memindahkan hasil wawancara dari tape recorder ke dalam bentuk tulisan. Peneliti harus mendengarkan hasil wawancara secara seksama karena semua kata-kata yang diucapkan oleh subjek harus dipindahkan dalam bentuk tulisan. Metode ini biasa disebut dengan transkrip verbatim.

2. Pengkodean (Coding)

Pengkodingan data dilakukan dengan cara menyusun verbatim hasil wawancara dan memberi ruangan kosong disebelah kanan dan kiri verbatim wawancara. Ruangan kosong tersebut digunakan untuk mencatat tema-tema maupun kata-kata kunci atas verbatim tersebut. 3. Interpretasi

(43)

informasi atau data yang kemudian akan menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks. Tema-tema yang muncul tersebut diharapkan akan dapat mendeskripsikan fenomena dari hasil penelitian ini dan juga dapat digunakan untuk menginterpretasikan data hasil penelitian.

F. Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas dalam penelitian kualitatif memiliki konsep yang sama dengan validitas dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas disini dimaksudkan untuk merangkum bahasan yang menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat dikatakan baik apabila penelitian tersebut mampu atau berhasil mencapai maksud dari eksplorasi masalah atau deskripsi setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks (Poerwandari, 2005). Kredibilitas dalam penelitian ini dapat tercapai dengan cara :

a. Mengkonfirmasikan data dan analisisnya dengan subjek atau responden penelitian, dalam hal ini kepada perawat panti rehabilitasi ketergantungan obat (validitas komunikatif)

b. Melakukan penelitian pada kondisi yang alamiah atau „apa adanya‟ dari subjek penelitian (validitas ekologis)

(44)

melakukan wawancara dengan Bro Eko Prasetyo (Koordinator Konselor) di Panti Sosial Pamardi Putra “SEHAT MANDIRI”.

(45)

33 A. Proses Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini meliputi proses persiapan dan pelaksanaan. Proses persiapan dilakukan dengan:

a. Membuat panduan wawancara, sesuai dengan aspek-aspek yang ingin diungkap.

b. Mencari informasi lokasi Panti Rehabilitasi dan kemudian memasukkan Surat Ijin Penelitian.

c. Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, maka peneliti memilih subjek yang berada di satu tahap program.

d. Membuat janji wawancara dengan residen yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini.

Setelah melakukan beberapa persiapan di atas, maka peneliti kemudian memasuki proses pelaksanaan penelitian, yang meliputi:

a. Melakukan wawancara dengan subjek terpilih pada waktu yang telah disepakati.

b. Memindahkan hasil wawancara ke dalam bentuk tulisan. c. Melakukan pengkodingan hasil wawancara.

(46)

B. Hasil Penelitian

1. Proses Treatment dan Tugas

Proses treatment dan tugas yang diberikan diarahkan pada perubahan atau pembentukan sikap (positive thingking dan handle feeling) dan penataan perilaku residen yang dilalukan melalui : a. Empat Struktur Program

- Manajemen/ Pembentukan perilaku - Emosional/Psikologis

- Intelektual/ Spiritual

- Ketrampilan Vokasional/ Mempertahankan diri b. Lima Pilar Program

- Konsep kekeluargaan - Peer Pressure

- Sesi Terapi - Sesi Keagaaman - Role Model

(47)

diawali dengan permasalahan yang muncul yaitu tahap penyangkalan. Pada tahap ini residen merasa bahwa tugas – tugas yang diberikan dalam proses rehabilitasi ini mudah dilakukan dan bisa dilakukan di rumah. Tahap penyangkalan ini menyebabkan residen mudah bosan dan tidak memiliki motivasi untuk mengikuti program – program yang diberikan. Tugas dari pembimbing dari tahap ini adalah memberikan motivasi kepada residen sehingga residen meneruskan program – program yang diberikan. Menurut bro Eko tahap persiapan ini bertujuan agar residen benar – benar pasrah mau menerima kenyataan bahwa dia itu sakit karena selama ini residen menganggap kebiasaan dan perilakunya adalah normal.

Tujuan dari pemberian tugas – tugas selama rehabilitasi adalah supaya residen dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan meningkatkan kemampuan komunikasi residen.

Subjek 1

Deskripsi Subjek

(48)

disalah satu sekolah swasta. Awalnya subjek menggunakan pil koplo yang ditawarkan oleh teman subjek. Selanjutnya dalam perkembangannya subjek menggunakan ganja, shabu – shabu, dan putaw.

Subjek mengikuti program dipanti rehabilitasi ini sudah selama dua belas bulan. Sebelum menjalani rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra “SEHAT MANDIRI” subjek pernah menjalani rehabilitasi sebanyak Sembilan kali. Subjek mengenal tempat rehabilitasi ini karena ada informasi dari temannya. Subjek masuk panti rehabilitasi karena ada kemauan dari dalam diri subjek, selain itu sibyek juga mendapat dukungan dari keluarga untuk mengikutri program rehabilitasi. Saat ini subjek menjalani program rehabilitasi pada tahap terakhir yaitu tahap Older. Tahap ini adalah tahap dimana subjek lebih ditekankan menjadi penanggung jawab pada kegiatan sehari - hari serta diharapkan dapat memberikan teladan bagi sesama residen di tahap yang lebih awal.

Orientasi tugas

Subjek lebih memilih menghindari pekerjaan yang baru dan pekerjaan yang memiliki tantangan sehingga subjek lebih memilih melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaan. Berdasarkan hasil wawancara, tugas yang ideal yang harus dilakukan oleh subjek adalah membersihkan rumah (Main Area) dan membawakan acara seminar. Subjek memilih tugas pertama. Alasan subjek untuk memilih tugas yang sudah menjadi kebiasaan tersebut adalah karena subjek merasa tidak percaya diri untuk memberikan seminar di depan teman - temannya. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

(49)

Pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah :

alasannya ya kalau seumpama seminar…saya juga belum merasa apa ya…pede atau apa..nanti kalau pas di seminar…takut gagal”

Subjek tetap akan memilih untuk mengerjakan tugas yang menjadi kebiasaan meskipun ada hadiah yang akan diberikan ketika berhasil mengerjakan tugas baru. Pernyataan ini didukung dengan jawaban subjek :

“hadiah itu cukup bikin tambah semangat bro….tapi pikirannya tetap di gak pedenya je bro…kalau bisa milih ya tetap…bersih – bersih..meski bersih – bersih itu seharian apalagi dulu waktu pertama kali ditunjuk untuk jadi pembicara seminar bro..parnonya…kenceng..bisa gak ya..bisa gak ya…takut kalau gagal..”

Usaha

Subjek merupakan individu yang memiliki keinginan kuat untuk melakukan usaha pada tahap awal pengerjaan tugas. Ketika ditunjuk sebagai pembicara di seminar, maka subjek akan tetap menyiapkan bahan – bahan seminar, namun ketika subjek merasa tidak mampu dengan kemampuannya maka subjek akan berkonsultasi dengan teman yang lebih senior. Pernyataan bahwa subjek mencurahkan usaha ketika mengerjakan tugas adalah:

“ya pertama saya siapin mental..saya siapin apa ya..tema..kan ada tema..yang besok akan diseminarkan…ya saya pelajari dulu..biar besoknya lancar – lancar aja..trus saya juga berusaha waktu di seminar..ya..gimana ya..tenang..dibawa tenang aja..berusaha begitu..kadang juga apa..berhasil gak gagal..kadang juga pernah gitu…jadi gak pasti gitu lho..”

Ditegaskan dengan pernyataan subjek :

(50)

Usaha yang dilakukan ketika subjek merasa tidak mampu menjadi Chief adalah dengan berkonsultasi dengan teman yang lebih senior. Pernyataan subjek yang mendukung hal tersebut adalah :

“ya karena..kalau saya cuma apa ya….?konseling sama konselor..atau sapa yang pernah di re-entry..kayak Yudi itu..ya pada dikasih

motivasi…ya pada dikasih motivasi ..koe kok rung dilakoni kok wedi..rasah mikir…dilakoni wae..sesuk yo sesuk …rasah mikir werno – werno sik..jadi yo sebagai nambahi semangat.. keyakinan”

Ketekunan

Subjek memiliki ketekunan untuk mengerjakan sesuatu. Subjek dengan tekun mencari jalan keluar untuk menyelesaikan setiap hambatan yang muncul. Tetapi di sisi lain subjek memiliki pandangan bahwa kegagalan merupakan akibat dari kurangnya kemampuan dan kurangnnya bakat. Subjek akan lebih mudah menyerah apabila gejala fisik muncul ketika menghadapi hambatan.

Pernyataan yang mendukung bahwa subjek tekun mencari jalan keluar untuk menyelesaikan hambatan yang muncul ketika mengerjakan tugas adalah :

“ya karena..kalau saya cuma apa ya….?konseling sama konselor..atau sapa yang pernah di re-entry..kayak Yudi itu..ya pada dikasih motivasi…ya pada dikasih motivasi ..koe kok rung dilakoni kok wedi..rasah mikir…dilakoni wae..sesuk yo sesuk …rasah mikir werno – werno sik..jadi yo sebagai nambahi semangat.. keyakinan“ya dah melawan tapi tetap aja kok gagal..karena merasa gak mampu mas…”

Pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah :

“ya saya dikasih motivasi itu saya paling seneng..bisa apa ya..? tambah yakin..tambah semangat..kalau saya tuh bisa..”

Selain itu didukung dengan pernyataan subjek :

(51)

harus bisa ngelawan..jadi apa ya..?modal keyakinan aja..yakin…sama usaha..”

Selain itu didukung dengan pernyataan :

“cuma perasaan saya aja yang kurang pede..karena kadang parno pada waktu itu…kadang muncul kayak gitu..padal dah berusaha melawan..tapi..ternyata masih kayak gitu lho mas..”

Subjek memiliki anggapan bahwa kegagalan merupakan akibat dari ketidakmampuan dan kurangnnya bakat..

“ya karena apa ya..tidak mampu itu mas…buat nerang – nerangke..buat mikir ..itu kelemahan gitu lo mas..”

Selain itu subjek juga akan lebih mudah menyerah apabila gejala fisik muncul ketika menghadapi hambatan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan subjek :

“waktu itu saya sudah menyiapkan bahannya bro…karena gagal..kan merasa apa ya..waktu itu kan parno muncul paranoid muncul…ya udah saya milih bedrest..gak jadi ikut…ijin untuk gak ikut group..”

Keyakinan

Subjek cenderung merasa tidak mampu, tidak percaya diri ketika mengawali sebuah tugas. Hal ini yang menyebabkan subjek menjadi menjadi memiliki bayangan tentang kegagalan tentang sebuah tugas dan kesulitan sebuah tugas. Pernyataan ini didukung dengan:

merasakan ragu – ragu itu lho mas…masih..apa..itu mas..masih gampang terpengaruh oleh teman – teman.”

(52)

“maksudnya belum bisa apa…masih gampang…aku masih belum bisa apa ya....sembuh…nolak – nolak itu saya masih apa..susah..kelihatannya besok –besok walaupun pulang tuh masih..apa ya..bisa terpengaruh..pakai lagi..”

“yaitu seumpama besok Pamungkas persiapan untuk seminar gitu to?..sudah pikirannya belum dijalanin aja mikirnya dah macem macem..iso ra yo…apa..merasa gak mampu dulu itu lho…merasa takut dulu..merasa gak percaya diri dulu..”

“lebih banyak nettingnya..khawatirnya..dah jadi seumpama besok seminar Pamungkas..besok disiapin mental atau tema –temanya dipelajari..itupun dah..po iso to aku? Iso ora yo?..dah..kayak apa…..?sekarang aja…. saya kan di primary dah fase older..fase terakhir di primary..saya mau nerusin di mana…re-entry..di situ juga saya udah merasa wah aku bisa…saya di re-entry jadi COD apakah saya mampu…lah..dah kepikiran itu juga…”

Perilaku

Subjek memiliki kecenderungan untuk menunda – nunda tugas yang diberikan kepadanya dan perasaan nyaman dengan keadaannya ketika berada di panti rehabilitasi. Perasaan nyaman tersebut yang menyebabkan subjek menunda melanjutkan program ke yang lebih tinggi. Selain itu, subjek kurang memiliki inisiatif untuk tetap berperilaku sehat. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

“karena apa ya mas..saya kan terlena…terlalu terlena..terlalu santai..waktunya accountibility naik fase..saya ngundur undur…menunda –nunda…tugas..ya..apa ya bro..kan dulu waktu saya masih di fase younger mau naek ke medium tu kok ngrasa males aja…kan kalau di fase younger tugasnya lebih ringan dari yang di medium..pas mau naek tu..ngrasa bisa gak ya?..bisa gak ya”

(53)

membuat subjek untuk menunda perilaku hidup sehat. Hal ini ditegaskan dengan pernyataan subjek :

tapi kalau nolak cuma tanggapan dari teman – teman tuh sok – sokan..gini – gini gini..gaya..jadi malah tambah pikiran to mas…konco – konco kok do ngene to yo..”

Selain itu pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah:

“biasanya minum bareng..ngapa ngapain bareng..ndak mau..otomatis kan teman – teman ngonekke gaya..ono sik ngene – ngene .trus kan jadi perasaan gak enak..atau gimana – gimana..ya akhirnya tetep minum”

Faktor – faktor yang mempengaruhi efikasi diri subjek:

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri seseorang,antara lain adalah sifat tugas yang dihadapi, adanya insentif eksternal, status individu, dan informasi tentang kemampuan individu. Informasi tentang kemampuan individu ini didapat dari pengalaman langsung dari subjek, pengalaman orang lain, sosial persuation, dan keadaan fisiologis subjek.

Dari beberapa faktor di atas dari subjek I ini faktor yang menonjol muncul dari hasil wawancara adalah :

1. Sifat tugas yang dihadapi

Subjek merasa tugas untuk menolak ajakan teman untuk kembali ke dunia napza merupakan hal yang sulit. Hal ini disebabkan karena subjek memiliki kelemahan untuk menolak ajakan teman dan merasa cemas ketika subjek menolak ajakan teman. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

(54)

Selain itu pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah :

“saya pingin sembuh tapi kadang apa ya…?masih gampang terpengaruh juga..susah mas..”

2. Insentif eksternal

Adanya pemberian hadiah tidak mempengaruhi keyakinan subjek terhadap kemampuan yang dimilikinya, tetapi dengan adanya hadiah membuat subjek lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas. Subjek tetap berpikir tentang kesulitan yang akan dialaminya ketika mengerjakan tugas. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

“hadiah itu cukup bikin tambah semangat bro….tapi pikirannya tetap di gak pedenya je bro…kalau bisa milih ya tetap…bersih – bersih..meski bersih – bersih itu seharian apalagi dulu waktu pertama kali ditunjuk untuk jadi pembicara seminar bro…parnonya…kenceng …bisa gak ya..bisa gak ya…takut kalau gagal..”

3. Pengalaman orang lain

Pengalaman orang lain merupakan sumber lain yang mempengaruhi efikasi diri subjek. Dari pengalaman orang lain, subjek beranggapan ketika orang lain dapat mencapai sebuah tugas maka subjek merasa bahwa tugas tersebut juga mampu diselesaikan oleh subjek. Pernyataan yang mendukung hal ini adalah :

“bro Rinto dulu kan putawnya ya parah..pernah keluar masuk penjara juga..tapi ternyata dia bisa membuktikan bahwa kalau bro Rinto itu bisa..jadi saya pingin ikut – ikutan kayak bro Rinto itu lho bro..!karena..gimana ya. saya berusaha…mosok bro Rinto iso saya gak bisa…sama –sama pakai putaw…”

Pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah :

(55)

teman pakai..kan dah gak pernah ketemu gitu lo mas ceritanya…ternyata aku tau dari kakaknya David…David saiki nganu lho Jo…rehab…sama Arya..di situ katanya David ya ada perubahan ..tambah ..apa..tambah baik gitu lho mas perkembangannya..perkembangannya tambah baik.”

4. Sosial persuation

Dukungan dari orang yang disekitar subjek juga memiliki pengaruh terhadap efikasi diri yang dimiliki subjek. Subjek merasa senang dan semakin yakin terhadap kemampuaannya ketika diberi motivasi oleh orang – orang di sekitarnya. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

“ya pada dikasih motivasi ..koe kok rung dilakoni kok wedi..rasah mikir…dilakoni wae..sesuk yo sesuk …rasah mikir werno – werno sik..jadi yo sebagai nambahi semangat.. keyakinan”

Selain itu ditegaskan lagi dengan pernyataan subjek :

“ya saya dikasih motivasi itu saya paling seneng..bisa apa ya..? tambah yakin..tambah semangat..kalau saya tuh bisa..”

5. Keadaan fisiologis

Subjek merupakan orang yang mudah mengalami kecemasan ketika merasa tidak yakin mampu melakukan sebuah tugas. Selain itu, subjek juga sering merasa pusing ketika berpikir bahwa dirinya tidak mampu melakukan sebuah tugas. Hal inilah yang membuat subjek merasa tidak yakin mampu mengatasi kesulitan – kesulitan selama menjalani program dan berhenti untuk berusaha menyelesaikan tugasnya. Kondisi ini bisa dilihat dari pernyataan subjek :

“ternyata di tengah jalan kayak gitu..ngedrop..set..parno.. pusing… trus netting datang trus apa..sampai bed rest”

(56)

Subjek 2

Deskripsi

Subjek berumur 24 tahun. Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Subjek tinggal bersama kedua orang tuannya di daerah Gedong Kuning. Subjek berasal dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah. Orang tua subjek merupakan pemilik laundry dan toko kelontong. Mulai mengenal napza mulai kelas enam di sekolah dasar. Drug choice minuman keras dan pil.

Proses masuknya subjek dilakukan oleh pihak keluarga namun subjek menyebutnya sebagai suatu bujukan yang menipu. Subjek pernah menjalani rehabilitasi sebannyak lima kali di tempat rehabilitasi selain Panti Sosial Pamardi Putra “SEHAT MANDIRI”. Subjek sudah mengikuti program dipanti rehabilitasi selama 13 bulan. Selama mengikuti program subjek sudah lima kali split (melarikan diri). Saat ini subjek menjalani program di tahap yang terakhir dari program rehabilitasi yaitu pada tahap Older. Tahap ini adalah tahap dimana subjek lebih ditekankan menjadi penanggung jawab pada kegiatan sehari - hari serta diharapkan dapat memberikan teladan bagi sesama residen di tahap yang lebih awal.

Orientasi Tugas

(57)

subjek mendapatkan tugas house keeping dan memberikan seminar. Aktualnya, Subjek memilih tugas house keeping. Alasan subjek untuk memilih tugas yang sudah menjadi kebiasaan tersebut adalah karena subjek merasa tidak percaya diri untuk memberikan seminar di depan teman - temannya.

Pernyataan bahwa subjek lebih memilih untuk melakukan hal yang sudah menjadi kebiasaan didukung dengan jawaban subjek :

“ya saya milih house keeping..”

Pernyataan di atas didukung dengan alasan subjek :

enak..cuma tugasnya mengatur ini di sapu..dibersihin..pembicara juga..saya gak Pintar ngomong..”

Subjek tetap akan memilih untuk melakukan house keeping meskipun ada hadiah yang akan diberikan. Pernyataan subjek yang mendukung adalah:

“kalau boleh memilih saya tetap memilih house keeping karena yang untuk menjadi pembicara seminar tuh…Saya tetap gak pede je

bro…bingung…”

Usaha

Subjek merupakan individu yang mau berusaha untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan kepadanya, tetapi ketika ada hal yang menghambat untuk penyelesaian tugas tersebut maka subjek cenderung mengeluarkan sedikit usaha. Akibatnya, subjek cenderung untuk mengabaikan target waktu. Pernyataan subjek yang mendukung bahwa subjek mau mencurahkan usaha ketika mengerjakan tugas adalah :

“ya kan..belajar dulu mempersiapkan..mana yang mau dibahas…akan

(58)

Kemudian ditegaskan lagi dengan pernyataan subjek :

“ya belajar mengingat itu…minta bantuan sama family yang fasenya di atas saya…”

“wah…ya gak pede gak bisa juga..bingung mau ngomong

apa…awalnya juga bingung…ya harus nanya-nanya ke family…susah mas..”

Ketika kesulitan yang dihadapi oleh subjek tidak dapat teratasi maka subjek memiliki kecenderungan untuk mengabaikan target waktu yang telah ditentukan. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek:

“ya mumet juga…baru bingung tentang ngerjain synopsis…untuk mengingat – ingat susah..wah mandek’e suwi piye…kok ra eling – eling..kok ra nyantol – nyantol”

Ditegaskan kembali dengan pernyataan subjek :

“jadi males…ya tapi saya lawan terus…meski pelan– pelan”

Ketekunan

Subjek memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas. Subjek tetap akan

mencoba mengatasi kesulitan yang muncul selama mengerjakan tugas meskipun pernah gagal, dilakukan secara perlahan dan melebihi dari target waktu yang diberikan. Pernyataan ini didukung dengan pernyataan subjek:

“ya mumet juga…baru bingung tentang ngerjain synopsis…untuk mengingat –ingat susah..wah mandek’e suwi piye…kok ra eling – eling..kok ra nyantol – nyantol”

Pernyataan subjek lainnya adalah :

“jadi males…ya tapi saya lawan terus…meski pelan – pelan

(59)

Selain itu subjek memiliki kecenderungan untuk melihat kegagalan sebagai akibat kurangnnya kemampuan dan bakat.

“karena saya juga memang gak mampu ngilangin gak pede itu..”

Keyakinan

Subjek merasa tidak percaya diri ketika ada tugas baru yang harus diselesaikan. Selain itu subjek juga memiliki gambaran tentang kesulitan dan kegagalan dari sebuah tugas. Hal yang mendukung pernyataan di atas adalah:

“ya…takut gagal..sebenarnya ya kecewa juga kalau gagal..karena

saya gak pede..”

Subjek juga memiliki kecemasan ketika di beri target waktu dari sebuah tugas. Pernyataan subjek yang mendukung hal ini adalah:

“ya sempat down aja…”

“rasanya bingung..duh piye..duh piye…”

“ya itu buat ngeling –ngeling itu susah…takut gak selesai”

Subjek tidak yakin dengan kemampuannya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan temannya. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek:

“ya sangat susah..bersosialisasi juga susah juga kan…ngumpul gini ..mau ngobrol apa..aku bingung ..gak pintar berkomunikasi

juga..susah..jadi gak betah..kadang bikin males…tapi ya saya tetap mencoba mas…ya gimana ya..bro Eko selalu menekankan bahwa sharing is the big power ...ya kadang –kadang bingung sich…tapi karena teman- teman di sini tuh mau negur dulu ya.. seringnya trus jadi ngobrol..apalagi pas group… jadi harus gimana..ya mau gak mau…”

Perilaku

(60)

kegiatan bersih – bersih dan melakukan kegiatan yang lain. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

“ya sangat susah..bersosialisasi juga susah juga kan…ngumpul gini ..mau ngobrol apa..aku bingung ..gak pintar berkomunikasi

juga..susah..jadi gak betah..kadang bikin males…tapi ya saya tetap mencoba mas…ya gimana ya..bro Eko selalu menekankan bahwa sharing is the big power ...ya kadang –kadang bingung sich…tapi karena teman- teman di sini tuh mau negur dulu ya.. seringnya trus jadi ngobrol..apalagi pas group… jadi harus gimana..ya mau gak mau…”

“ya mengalihkan…ya dengan bersihin kamar sama ngobrol sama family itu..ngobrol apa gitu…”

Faktor – faktor yang mempengaruhi efikasi diri subjek:

Efikasi diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : sifat tugas yang dihadapi, adanya insentif eksternal, status individu, dan informasi tentang kemampuan individu. Informasi tentang kemampuan individu ini didapat dari pengalaman langsung dari subjek, pengalaman orang lain, sosial persuation, dan keadaan fisiologis subjek.

1. Sifat Tugas yang Dihadapi

Subjek merasa tidak pandai berkomunikasi. Selain itu subjek juga merasa kesulitan untuk memulai percakapan dengan teman – temannya di panti rehabilitasi

“ya sangat susah..bersosialisasi juga susah juga kan…ngumpul gini ..mau ngobrol apa..aku bingung..gak pintar berkomunikasi

(61)

2. Insentif Eksternal

Subjek merasa adanya insentif eksternal tidak menambah keyakinan subjek dalam mengerjakan tugas. Subjek cenderung tidak memikirkan hadiah apa yang akan diterima ketika mengerjakan sebuah tugas. Meski demikian, subjek merasa lebih bersemangat ketika mengerjakan tugas yang memiliki hadiah. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

“wah..ya saya gak pernah mikirin apa hadiahnya je bro..”

Jawaban subjek lainnya yang mendukung adalah :

“ya itu membuat saya tambah semangat untuk mengerjakan…”

3. Pengalaman Orang Lain

Pengalaman orang lain merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efikasi diri dari subjek. Pengaruh ini timbul karena keinginan subjek untuk mencapai apa yang telah dicapai oleh orang lain. Pernyataan ini didukung dengan jawaban subjek:

“ya bisa nyontoh yang itu..kenapa bro dedy bisa kok saya nggak

bisa?”

Pernyataan subjek lainnya yang menegaskan adalah :

“ya kan bro Dedy tu kan dulu pemakai berat..ya masak dia bisa aku gak bisa…”

4. Sosial Persuation

(62)

di panti rehabilitasi. Apabila kesulitan tersebut menyangkut tentang prosedur maka subjek akan menjalankan masukan yang diberikan oleh teman atau staff. Tetapi ketika kesulitan itu berkaitan dengan perasaan tidak mampu yang dihadapi oleh subjek maka masukan yang diberikan oleh teman atau staff sangat membantu untuk mengurangi perasaan tidak mampu tersebut. Pernyataan ini didukung dengan jawaban subjek :

“ya..kadang – kadang kan teman – teman tuh ngasih masukan..harus gini..harus gitu..Ya ..biar lama –lama terbiasa…”

“ya..Pamungkas ngasih masukan harus gini...”

“ya biasanya coba ingat – ingat..begitu ingat langsung catat

aja..dibikin santai aja bro..gak usah tegang..kamu pasti bisa kerjain..aku dulu juga gitu.”.

“ya..dijalanin aja..begitu ada yang ingat ya langsung dicatat.”.

5. Keadaan Fisiologis

Subjek mudah mengalami kecemasan ketika merasa tidak mampu menyelesaikan hambatan yang muncul ketika mengerjakan sebuah tugas. Hal inilah yang terkadang menyebabkan subjek merasa sakit kepala. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek:

“ya mumet juga…baru bingung tentang ngerjain synopsis…untuk mengingat –ingat susah..wah mandek’e suwi piye…kok ra eling – eling..kok ra nyantol – nyantol”

(63)

Sakit kepala yang dialami subjek menyebabkan subjek memilih mengerjakan tugas dengan perlahan-lahan tanpa memperhatikan target waktu yang diberikan. Penyataan ini didukung dengan jawaban subjek :

“jadi males…ya tapi saya lawan terus…meski pelan – pelan”

Subjek 3

Deskripsi

Subjek berusia 26 tahun. Anak pertama dari empat bersaudara. Subjek berasal dari Purworejo. Subjek tinggal di Yogyakarta bersama dengan paman subjek. Mulai kenal dengan napza ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Subjek berasal dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah. Pekerjaan orang tua subjek adalah pedagang. Subjek mengawali dunia napza dengan minuman keras, kemudian ganja dan terakhir kali menggunakan kokain.

(64)

1) Orientasi tugas

Subjek lebih memilih tugas yang memiliki tantangan tersendiri. “saya memilih menjadi pembicara seminar…”

Alasan subjek dalam memilih tugas sebagai pembawa seminar adalah untuk membagikan pengalamannya dan membangun kesadaran teman – teman untuk menjauhi narkoba.

“salah satunya memberikan masukan gitu ya…dari pengalaman yang pernah saya rasakan…atau paling tidak memberikan feed back ke audience..yang mereka secara teori yang betul..”

Penyataan subjek lainnya yang mendukung adalah :

“sebenarnya kalau saya sich pingin mengatakan say no to drug…kemarin kan saya sempat pulang…kebetulan ada satu cerita nech….dua teman saya kena…satu teman saya…yang satu tuh ditembak kakinya…dia melarikan diri..yang satunya ketangkap…dua – duanya drug choicenya ganja..dari pengalaman itu saya ingin kalau family – family saya atau teman – teman saya yang masih terjun di dunia itu..coba untuk perlahan – lahanlah paling tidak punya kesadaran untuk melakukan menyudahi… berkata sudah itu kan gampang…ketika itu apa yang harus dilakukan..atau cara apa yang…harus dilakukan..salah satunya..itu ya rehabilitasi…”

2) Usaha

Subjek merupakan individu yang memiliki keinginan berusaha dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan keepadanya. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan subjek dalam memahami tugas yang diberikan kepadanya. Pernyataan ini didukung dengan jawaban subjek:

(65)

Pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah:

“saya rasa karena awalnya saya sudah menyiapkan mental jadi…saya waktu itu sudah siap dan senang hati..”

Ketika mengalami kesulitan, subjek tetap berusaha supaya tugasnya dapat terselesaikan. Subjek juga mengabaikan perasaan tidak mampu yang dimilikinya. Hal ini didukung dengan pernyataan subjek :

“waktu itu terus terang untuk menghafalkan masih cukup berat di sini…satu karena saya tidak accept di sini atau tidak menerima di sini..yang kedua..kondisi saya masih betul – betul labil..maksudnya sakaw psikisnya masih kenceng..tapi saya tidak menyadari itu..nah itu kemudian…dibarengi dengan tekanan dari teman – teman untuk menghafalkan itu..tidak hanya di tekan tapi teman – teman juga membantu saya untuk menghafalkan itu…dari situ saya coba pelan – pelan untuk menghafalkan…pelan – pelan saya menghafalkan…dalam jangka sekitar satu bulan saya menghafalkan itu…”

Pernyataan subjek lainnya yang mendukung adalah:

“waktu itu memang saya merasa tidak mampu..tapi saya mencoba untuk mengabaikanperasaan tidak mampu saya..dan saya mencoba berpikir untuk..sebisa mungkin saya berpikir untuk wah ini pertama kali tugas saya..saya mencoba menyeimbangi dengan kegiatan – kegiatan family…kemudian saya mencoba berkonsultasi dengan teman – teman mapro waktu itu saya berkonsultasi dengan mbak Rina…waktu itu mbak Rina memberikan solusi yang tepat…jadi saya harus membuat satu target…ketika kamu akan berjalan sejauh tiga kilometer berarti kamu coba buat sekat..buat tiga sekat..yang pertama sekat untuk menjadi chief..sekat kedua..menyelesaikan synopsis..terus yang ketiga kamu harus lulus dari proof…nah waktu itu dibuatkan bagan seperti itu…”

3) Ketekunan

Subjek merupakan individu yang memiliki ketekunan dalam mencapai tujuan. Pernyataan ini didukung dengan jawaban subjek :

Referensi

Dokumen terkait