• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK DASAR PEKERJA MIGRAN DAN KELUARGANYA BERDASARKAN KONVENSI INTERNASIONAL DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK DASAR PEKERJA MIGRAN DAN KELUARGANYA BERDASARKAN KONVENSI INTERNASIONAL DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA - Repository UNRAM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK DASAR PEKERJA MIGRAN DAN KELUARGANYA BERDASARKAN KONVENSI INTERNASIONAL

DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

Oleh:

Mia Camelia

D1A 010 191

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

(2)

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK DASAR PEKERJA MIGRAN DAN KELUARGANYA BERDASARKAN KONVENSI INTERNASIONAL

DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

Oleh:

Mia Camelia

D1A 010 191

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

(3)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK DASAR PEKERJA MIGRAN DAN KELUARGANYA BERDASARKAN KONVENSI INTERNASIONAL

DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

Mia Camelia D1A 010191

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan perlindungan terhadap hak-hak pekerja migran dan keluarganya dalam Konvensi Internasional serta apakah dalam hukum positif Indonesia perlindungan terhadap hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya telah mengakomodir sebagaimana yang tertuang dalam konvensi internasional. Metode penelitian yang digunakan adalah hukum normatif. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa perlindungan terhadap hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya telah diatur secara komprehensif dalam Konvensi Internasional (ICMRW 1990) dan Konvensi ILO, namun dalam hukum positif Indonesia (UU No. 39 Tahun 2004), belum di atur secara menyeluruh, sehingga dibutuhkan revisi terhadap Undang-Undang tersebut.

Kata Kunci: Perlindungan, Hak-Hak Dasar Pekerja Migran dan Keluarga, Konvensi Internasional, Hukum Positif Indonesia.

ABSTRACT

BASIC LEGAL PROTECTION OF LAW MIGRANT WORKER AND THEIR FAMILY BASED ON INTERNATIONAL CONVENTION OF POSITIVE LAW

IN INDONESIA

This research is aimed to know how basic legal protection of law for the basic rights of migrant and their family in international convention and whether Indonesia positive of law gives protection trough basic of rights to the migrant and their family, and it accommodates themselves as it had been settled on international convention. Methodology of reasearch which is used namely normative law. What to get the conclusion in this research is basic legal protection of law for the rights of migrant and their family had been settled comprehensively in international convention (ICRMW 1990) and the ILO convention (C-97 and C-143). Yet, in Indonesia positive law (UU No. 39 year of 2004). It was settled throughly, so it necessary to be revised trough its constitutions.

(4)

I. PENDAHULUAN

Pekerja dan ataupun yang kemudian disebut Tenaga Kerja adalah salah satu stakeholder pembangunan ekonomi, yang mempunyai peranan signifikan dalam segala lini aktivitas nasional, khususnya perekonomian nasional (peningkatan produktivitas dan kesejahteraan). Permasalahan buruh atau tenaga kerja di Indonesia merupakan salah satu perhatian utama pemerintah. Buruh atau pekerja yang melimpah sebagai penggerak tata kehidupan ekonomi serta merupakan sumber daya yang jumlahnya melimpah, namun hal tersebut tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang didapatkan atau minimnya jumlah lapangan kerja yang tersedia.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masalah buruh atau tenaga kerja adalah bagian integral dari masalah ekonomi, sehingga masalah buruh atau pekerja (baca ketenagakerjaan) merupakan bagian dari masalah pembangunan ekonomi. Dengan demikian perencanaan ekonomi harus mencakup juga perencanaan ketenagakerjaan, atau dengan kata lain perlu dibangun rencana tenaga kerja sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi.1

Secara keseluruhan, migrasi merupakan sebuah pengalaman yang produktif bagi sebagian orang indonesia, tetapi bagi beberapa orang mereka menderita karena kondisi kerja dan kondisi hidup yang buruk dibandingkan dengan warganegara di negara tuan rumah. Meskipun terdapat standar

1

(5)

internasional untuk melindungi mereka, hak-hak mereka sebagai pekerja sering kali diremehkan.2

Menurut catatan Migrant Care, setidaknya 278 buruh migran Indonesia terancam hukuman mati dan 59 di antaranya sudah vonis tetap dan 219 dalam proses hukum. Tidak menutup kemungkinan angka tersebut terus bertambah. Sebab, dalam 5 (lima) tahun terakhir angka kasus ancaman hukuman mati menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sepanjang 2013-2015, setidaknya 92 kasus baru muncul. Ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Indonesia gagal melakukan upaya pencegahan dan perlindungan.3

Namun dalam kenyataannya hadirnya Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 pun, menurut penulis belum mampu menjawab tantangan dunia kerja Pekerja Migran Indonesia, sehingga hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia, serta para pemangku kepentingan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penulisan ini, adalah: (1) Bagaimanakah pengaturan perlindungan terhadap hak-hak pekerja migran dan keluarganya dalam Konvensi Internasional; (2) Apakah dalam hukum positif Indonesia perlindungan terhadap hak-hak dasar Pekerja migran dan keluarganya telah mengakomodir sebagaimana yang tertuang dalam konvensi internasional?.

Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian dalam tulisan ini berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, antara lain: (a) Untuk mengetahui bagaimanakah pengaturan perlindungan terhadap hak-hak pekerja migran dan keluarganya dalam Konvensi Internasional; (b) Untuk mengetahui

2

Ibid. 3

(6)

apakah dalam hukum positif Indonesia perlindungan terhadap hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya telah mengakomodir sebagaimana yang tertuang dalam konvensi internasional.

Manfaat Teoritis: sebagai data informasi di bidang ilmu hukum bagi mahasiswa, akademisi ataupun masyarakat umum, serta sebagai upaya untuk menambah pengetahuan mengenai pengaturan perlindungan hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya dalam konvensi-konvensi internasional serta dalam hukum positif Indonesia; Manfaat Praktis: memberikan sumbangan pemikiran dan solusi yang tepat bagi pengambilan kebijakan dalam bidang hukum perdata khususnya dibidang ketenagakerjaan mengenai pengaturan perlindungan hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya dalam konvensi-konvensi internasional serta dalam hukum positif indonesia; Manfaat Akademis: memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Strata Satu (S-1) program studi ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.

Dalam tulisan ini menggunakan jenis penelitian hukum Normatif yakni suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Objek yang akan diteliti dalam tulisan ini yakni untuk menemukan konsep-konsep dan doktrinal terkait dengan masalah yang akan ditulis. Oleh karena itu beberapa pendekatan yang akan digunakan seperti Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)4, Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), serta Pendekatan Analisis (Analytical Approach) menjadi sangat relevan untuk menemukan jawaban dari beberapa permasalahan yang dimunculkan.

4

(7)

II. PEMBAHASAN

A. Pengaturan Perlindungan Terhadap Hak-Hak Pekerja Migran Dan Keluarganya Dalam Konvensi-Konvensi Internasional.

1. Dalam Konvensi PBB (International Convention on the Protection of the Right of All Migrant Workers and Member of Their Families,

ICRMW) 1990.

Konvensi Internasional mengenai Perlindungan Hak-hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Selanjutnya disingkat Konvensi Hak-Hak Pekerja Migran) secara eksplisit memberlakukan hak-hak yang diuraikan di dalam Standar Hak Asasi Internasional (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional mengenai Hak Politik dan Hak Sipil dan Mengenai Hak Ekonomi, Hak Sosial dan Hak Budaya tahun 1966) untuk situasi spesifik pekerja migran dan anggota keluarganya. Konvensi ILO mengenai migrasi untuk pekerjaan tahun 1949 dan Konvensi ILO Pekerja Migran tahun 1975 (C-97 dan C-143), yang melengkapi memberikan standar-standar spesifik mengenai kerja dan pekerjaan pekerja migran.5

a. Ruang Lingkup dan Definisi; 1. Siapa pekerja migran;

Dalam Konvensi ICRMW 1990, Pasal 2 menyatakan bahwa

“istilah pekerja migran” mengacu pada seseorang yang akan, tengah atau telah melakukan pekerjaan yang dibayar dalam suatu negara di mana ia bukan menjadi warga negaranya”.

5

(8)

2. Anggota keluarga pekerja migran;

Hal ini diatur dalam Pasal 4 ICRMW, yang mana Konvensi tersebut mendefinisakan istilah “anggota keluarga” mengacu pada orang-orang yang kawin dengan pekerja migran atau mempunyai hubungan dengannya yang menurut hukum yang berlaku berakibat sama dengan perkawinan, dan juga anak-anak mereka yang di bawah umur dan orang-orang lain yang menjadi tanggungan mereka yang dianggap sebagai anggota keluarga menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, atau menurut perjanjian bilateral atau multilateral antara negara-negara yang bersangkutan. 3. Yang tidak dicakup dalam konteks pekerja migran; (Dalam Pasal 3

hurup a sampai dengan hurup f).

4. Non-diskriminasi;(Dalam Pasal 7 ICRMW).

b. Hak Asasi Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya;

1. Hak-hak dan Kebebasan Dasar; (Di atur dalam pasal 8 sampai dengan pasal 12 ICRMW).

2. Proses semestinya; (Diatur dalam Pasal 16 sampai dengan 20). 3. Perlindungan Konsular; (Hal ini diatur dalam Pasal 16 butir 7). 4. Kesetaraan dengan warga lokal;(Terkait hal ini diatur dalam Pasal

25).

5. Perampasan dokumen identitas;(Hal mana diatur dalam Pasal 21 ICRMW).

6. Pengiriman penghasilan;(Diatur dalam Pasal 32 ICRMW). 7. Hak atas informasi;(Diatur dalam Pasal 33 ICRMW).

8. Penghargaan terhadap identitas budaya;(Hal ini diatur dalam Pasal 31 ICRMW).

9. Kewajiban mematuhi hukum lokal;(Diatur dalam Pasal 34 ICRMW). c. Hak-hak Lain Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Yang

Berdokumen;

1. Kebebasan bergerak;

(9)

2. Dalam Konvensi ILO

2.1. Konvensi ILO yang diratifikasi oleh Pemerintah Belanda dan dinyatakan berlaku di Indonesia:

Ada 4 (empat) konvensi yang diratifikasi pemerintah Belanda dan dinyatakan berlaku oleh pemerintah Indonesia dengan surat tanggal 13 juni 1951. Adapun keempat konvensi tersebut masing-masing adalah sebagai berikut:6

1. Konvensi Nomor 19 mengenai perlakuan yang sama bagi pekerja nasional dan asing dalam hal tunjangan kecelakaan kerja;

2. Konvensi Nomor 27 Tahun 1933 mengenai pemberian tanda berat pada barang-barang yang diangkut dengan kapal.

3. Konvensi Nomor 29 mengenai kerja paksa atau wajib bekerja; 4. Konvensi Nomor 45 mengenai kerja wanita dalam semua

macam tambang di bawah tanah;

(10)

5. Konvensi ILO Nomor 87 mengenai kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi;

6. Konvensi ILO nomor 105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa; 7. Konvensi ILO Nomor 138 mengenai usia minimum untuk

diperbolehkan bekerja;

8. Konvensi ILO Nomor 111 mengenai diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan;

9. Konvensi ILO Nomor 144 mengenai Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional; 10. Konvensi ILO Nomor 69 mengenai Sertifikat Bagi Juru Masak

di Kapal;

Namun dalam perkembangannya Indonesia ternyata tidak meratfikasi beberapa konvensi ILO yang sebenarnya sangat penting dalam kehidupan pekerja migran, seperti:

1. Konvensi ILO mengenai Migrasi untuk Bekerja (ILO Migration for Employment Convention), 1949 (C-97)

Konvensi ini ditetapkan di Jenewa pada tanggal 1 Juli 1949, dengan jumlah persidangan 32 serta mulai diberlakukan pada tanggal 22 Januari 1952.

2. Konvensi ILO mengenai Pekerja Migran (Ketentuan-ketentuan tambahan) (ILO Migrant Workers (Supplementary Provisions) Convention), 1975 (C-143).

Konvensi ini ditetapkan di Jenewa pada tanggal 24 Juni 1975 dengan sesi konprensi ke 60 dan mulai diberlakukan pada tanggal 9 Desember 1978.

Sehingga menurut hemat peneliti, dua konvensi ILO di atas juga sangat relevan bagi keberlangsungan serta perlindungan yang komprehensif bagi Pekerja Migran. Yang apabila ditelaah maka ada 3 (tiga) konvensi yang berkaitan yakni: 1. Konvensi Internasional Perlindungan Hak-hak Seluruh Pekerja Migran dan

Anggota Keluarganya (International Convention on the Protection of the Right of All Migrant Workers and Member of Their Families, ICRMW), 1990.8

2. Konvensi ILO mengenai Migrasi untuk Bekerja (ILO Migration for Employment Convention), 1949 (C-97)

3. Konvensi ILO mengenai Pekerja Migran (Ketentuan-ketentuan tambahan)

8

(11)

(ILO Migrant Workers (Supplementary Provisions) Convention), 1975 (C-143).

B. Perlindungan Terhadap Hak-Hak Dasar Pekerja Migran Dan Keluarganya Dalam Hukum Positif Indonesia.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perlindungan terhadap hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya dalam hukum positif Indonesia yang lebih khusus (UU No. 39 Tahun 2004), maka peniliti lebih dahulu memaparkan bagaimana hak-hak dan kebebasan-kebebasan manusia serta bagaimana perlindungan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia secara global.

I. Hak-Hak Dan Kebebasan-Kebebasan Dasar Manusia;

Sebuah prestasi yang nyata dan penting adanya pengakuan umum negara-negara terhadap pengakuan umum dewasa ini, bahwa suatu negara dengan perlindungan hak-hak manusia terhadap warganya. Negara-negara dunia benar-benar memperhatikan standar-standar hak-hak manusia, individu-individu memperoleh perlindungan tanpa memandang apakah mereka warga negara yang bersangkutan atau bukan. Berikut ini adalah instrumen-instrumen utama di mana telah dilakukan upaya untuk menyatakan atau menjamin standar-standar hak-hak manusia:9

a. Charter Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Konstitusi-konstitusi badan-badan khusus;

9

(12)

b. Traktat-traktat Perdamaian Paris (Paris Peace Treaties);

c. Deklarasi Universal Hak-hak Manusia (Universal Declaration of Human Right),

d. European Convention for the Protection Of Human Right and Fundamental Freedoms (Konvensi Eropa Untuk Perlindungan Hak-hak Manusia dan Kebebasan-kebebasan Asasi).

e. Covenant on Economic, Social and Cultural Right dan Covenant on Civil and Political Right;

f. Kewajiban-kewajiban untuk menghormati dan melaksanakan hak-hak manusia tertentu dimuat dalam Convention for the Suppression of Traffic in Person and the Exploitation or Prostitution of Other; hal ini terbuka untuk penandatanganan pada tanggal 31 Maret 1950.

II. Aspek-Aspek Hukum Terhadap Perlindungan Buruh/Pekerja Migran Indonesia;

Permasalahan hukum yang dihadapi oleh WNI di luar negeri sangat bervariasi, yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok besar, yakni; 1) pidana, 2) perdata, 3) ketenagakerjaan, dan 4) imigrasi. Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri tunduk pada ketentuan pidana, imigrasi, dan ketenagakerjaan (bila ia bekerja di luar negeri) yang berlaku di negara penerima.10

Menurut Patrialis Akbar, ada beberapa bentuk perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri, yakni:11 1) Perlindungan Kekonsuleran; 2) Perlindungan Diplomatik;

Perlindungan Diplomatik memiliki bentuk yang sangat variatif, mulai dari yang bersifat lunak seperti mediasi dan good offices hingga yang bersifat keras seperti penangguhan hubungan diplomatik dan litigasi

10

Ibid., Hlm. 4. 11

(13)

internasional. Namun disatu sisi Hukum Internasional melarang penggunaan kekerasan dalam pelaksanaan perlindungan diplomatik.12

III. Hukum Positif Indonesia; Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;

Dalam UU NO.39/2004 menurut kajian peneliti, kurang memenuhi syarat dan tidak memenuhi kriteria yang layak bagi perlindungan buruh/pekerja migran selama periode kerja.

Selain itu, menurut hemat peneliti, untuk melindungi hak-hak buruh/pekerja migran, tidak hanya terpaku adanya perumusan undang-undang perjanjian kerja, namun harus juga menyediakan instrumen bagaimana merealisasikan perjanjian kerja yang ada.

Dalam Pasal 2 UU No.39 tahun 2004 tentang PPTKILN disebutkan bahwa;

Penempatan dan perlindungan calon TKI/ TKI berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskrimanasi serta anti perdangan manusia”.

Sedangkan dalam Pasal 3 UU No. 39 tahun 2004 disebutkan tentang tujuan penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;

12

(14)

b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal Indonesia.

c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

Namun sejalan dengan hal-hal tersebut di atas pemerintah menerbitkan Peraturan pelaksanaan dari Udang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, khususnya Pasal 80 ayat (2), Pasal 81 ayat (3), dan Pasal 84, serta dalam rangka memberikan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mulai dari pra penempatan, masa penempatan sampai dengan purna penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2), yang memerintahkan perlindungan selama masa penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, penghentian dan pelarangan penempatan Tenaga Kerja Indonesia, dan program pembinaan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yakni dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5388, Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah tersebut disatu sisi sangat berarti bagi para pekerja migran, yang mana apabila kita telaah isi dari peraturan tersebut

sebagaimana pada Pasal 4 yang berbunyi “Pemerintah bersama pihak terkait dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, wajib memberikan perlindungan secara penuh dan tanpa diskriminasi kepada calom TKI/TKI”.

(15)
(16)

III.PENUTUP

Kesimpulan

Bahwa dari uraian sebagaimana yang telah dipaparkan dalam BAB IV mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Mengenai Pengaturan Perlindungan Terhadap Hak-Hak Pekerja Migran Dan Keluarganya Dalam Konvensi Internasional; Dalam penelitian, penulis telah menemukan bagaimana pengaturan perlindungan hak-hak dasar pekerja migran dan keluarganya dalam konvensi internasional yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Konvensi Internasional Perlindungan Hak-hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (International Convention on the Protection of the Right of All Migrant Workers and Member of Their Families, ICRMW), 1990; (b) Konvensi ILO mengenai Migrasi untuk Bekerja (ILO Migration for Employment Convention), 1949 (C-97); (c) Konvensi ILO mengenai Pekerja Migran (Ketentuan-ketentuan tambahan) (ILO Migrant Workers

(Supplementary Provisions) Convention), 1975 (C-143).

(17)

Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-Buku;

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhanan, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

Amirrudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kesepuluh, Diterjemahkan Oleh Bambang Iriana Djajaatmadja, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

C.S.T. Kansil, Hubungan Diplomatik Republik Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2000.

B.Internet;

http/www. Petunjuk Ratifikasi; Konvensi Internasional Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggotanya, Komite Pengarah Internasional Untuk Kampanye Ratifikasi Konvensi Hak-Hak Pekerja Migran. Diakses Pada Tanggal September 2015.

C.Peraturan-Peraturan;

Indonesia, Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945.

Indonesia, Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN). LN Nomor. 133 Tahun 2004. TLN Nomor. 4445.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5388, Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor A/RES/45/158 Mengenai International Convention on The Protection Of The Right Off All Migrant Workers And Member Their Families (Konvensi Internasional Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya) Tanggal 18 Desember 1990.

(19)

Employment Convention), 1949 (C-97)

Konvensi ILO mengenai Pekerja Migran (Ketentuan-ketentuan tambahan) (ILO Migrant Workers (Supplementary Provisions) Convention), 1975 (C-143).

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini membahas pengaruh dari kebijakan larangan ekspor bahan baku terhadap kinerja perusahaan: pertumbuhan nilai tambah, tenaga kerja, dan produktivitas, serta kemampuan

Minuman teh seduhan memiliki beberapa kelebihan dalam menarik minat konsumen, diantaranya kemasan yang mudah dibawa dan selalu segar tetapi juga dapat

Hasil eritrosit dengan antikoagulan EDTA Konvensional dan EDTA Vacutainer pada 18 responden menunjukan hasil yaitu 2 responden memiliki hasil lebih dari 5.50 [10^6/µL]

Penilaian kinerja merupakan salah satu dari rangkaian fungsi manajemen sumber daya manusia, kegunaan penilaian kinerja adalah untuk mengukur kemampuannya dalam melakukan

Dari hasil penelitian diperoleh pelaksanaan evaluasi tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini di TK se-Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru secara keseluruhan dan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6A Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Resik Kota Tasikmalaya,

stratified random sampling yang terdiri dari 50 responden pada strata usahatani sistem agroforestry dan 50 responden pada strata sistem perladangan

Sesudah Perang Dunia I usai, Presiden Woodrow Wilson dari Amerika Serikat mengambil inisiatif untuk mengorganisasikan pemikiran-pemikiran yang sudah ada untuk membantu