KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN ABDOMINAL SKINFOLD
THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA STAF WANITA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Desi Natalia NIM : 088114190
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN ABDOMINAL SKINFOLD
THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA STAF WANITA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Desi Natalia NIM : 088114190
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“You only live your life once. Do not waste a minute of it
avoiding things. Let them come to you and learn from
them”.
Kupersembahkan karya ini buat:
Wo pa, wo ma
Adik-adikku
Sahabatku
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Desi Natalia
Nomor Mahasiswa : 088114190
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN ABDOMINAL SKINFOLD
THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA STAF WANITA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 8 Januari 2012
Yang menyatakan
v PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
bimbingan, penyertaan dan perlindungan yang tak henti-hentinya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,
pengarahan, bantuan, dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., OIA, selaku Wakil Rektor I Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberikan segala
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas masukan dan
vi
6. Phebe Hendra, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas masukan dan saran
yang membangun dan berharga.
7. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian ini.
8. Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
kepada penulis.
9. Pak Narto yang telah membantu membuat surat perijinan untuk penelitian
ini.
10. Pak Agung yang telah besedia menyediakan waktu memberikan bimbingan.
11. Bapak, ibu, dan adik-adikku tercinta yang tidak pernah berhenti
memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis. Cinta kalian
adalah kekuatan bagiku.
12. Teman satu tim, Andin, Icha, Ella, Lia, Mbak Vita, Mb Ju, Pika, Carol,
Gary, dan Vivi semua tidak akan terlaksana tanpa kalian semua.
13. Teman seperjuangan Anna, Pika, Dewi, dan Dian, yang selalu ada setiap
saat baik suka maupun duka untuk memberikan semangat, motivasi, dan
bantuan.
14. Ardani, Yuvita, Yosephine, Lia Yumi Yusvita, dan Felisia, yang selalu
memberikan semangat, masukan dan saran.
15. Sari, Indra, Denny, A yen, Henny, Lani, dan Dessy, teman KKN kelompok
vii
16. Teman-teman FKK B angkatan 2008, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
17. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat tidak hanya untuk penulis
tetapi bermanfaat untuk pembaca dan kiranya skripsi ini dapat menjadi salah satu
sumbangan bagi ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 15 November 2011
ix INTISARI
Obesitas merupakan kondisi di mana terjadi akumulasi lemak (adiposit) secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Penentuan obesitas umum dilakukan berdasarkan Body Mass Index (BMI). Metode antropometri lain yang dinilai praktis dengan mengukur tebal lipatan kulit menggunakan Skinfold Caliper
pada daerah abdominal. Orang yang memiliki berat badan di atas normal cenderung mengalami peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan mengalami penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Semakin rendah rasio kadar LDL/HDL semakin rendah tingkat risiko PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara BMI dan abdominal skinfold thickness (AST) terhadap rasio kadar LDL/HDL.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan
cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian ini adalah secara purposive sampling
dengan jumlah responden sebanyak 56 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita premenopause berusia 30-50 tahun. Kriteria eksklusi meliputi responden dengan penyakit jantung koroner, hamil, menderita Diabetes Melitus (DM), mengkonsumsi obat penurun kadar lemak darah, mengkonsumsi obat kontrasepsi, merokok, menderita penyakit hati akut maupun kronis. Pengukuran meliputi berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit abdomen, dan profil lipid (Kolesterol Total, Trigliserida dan HDL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi menggunakan analisis Spearman dengan taraf kepercayaan sebesar 95%.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang bermakna (p<0,05) dengan kekuatan korelasi sedang antara BMI terhadap rasio kadar LDL/HDL (r=0,454, p=0,000). Terdapat korelasi positif yang bermakna (p<0,05) dengan kekuatan korelasi lemah antara AST terhadap rasio kadar LDL/HDL (r=0,316, p=0,018).
x ABSTRACT
Obesity is a condition in which the accumulation of fat (adipocytes) are excessive it may have an adverse effect on health. Obesity measurement commonly used Body Mass Index (BMI). Other anthropometric method is abdominal skinfold thickness (AST) use skinfold caliper. People who have excessive body weight tend to have increased levels of total cholesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), triglycerides and decreased levels of High Density Lipoprotein (HDL). The lower ratio of LDL/HDL caused lower risk of CHD. The aim of this study is to explore whether there is significant positive correlation between BMI and AST to ratio LDL/HDL.
This research is a type of observational analytic study used cross-sectional design. This research use purposive sampling that one type of non-random sampling and total respondents is 56 people. Inclusion criteria in this study were premenopausal women aged 30-50 years. The exclusion criteria included respondents with Coronary Heart Disease (CHD), pregnant, suffering from Diabetes Mellitus (DM), taking the drug that can lowering blood lipid levels, taking oral contraceptives, smoking, suffering from acute or chronic liver disease. Measurements included weight, height, abdominal skinfold thickness, and lipid profile (Total Cholesterol, Triglycerides and HDL). The normality of data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test. Correlation analysis using Spearman's test with Confidence Interval (CI) 95%.
The results showed a significant positive correlation (p<0.05) between BMI and ratio of LDL/HDL (r=0.454, p=0.000). There is a significant positive correlation (p<0.05) between AST and ratio LDL/HDL (r=0.316, p=0.018).
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PRAKATA ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI ... ix
2. Keaslian Penelitian ... 5
3. Manfaat Praktis dan Teorotis ... 13
4. Tujuan Umum dan Khusus ... 13
BAB II.PENELAAHAN PUSTAKA ... 15
A. Obesitas ... 15
1. Definisi Obesitas ... 15
2. Etiologi ... 15
xii
4. Adiposa Berperan di Dalam Pengaturan Keseimbangan Energi ... 16
5. Tipe-Tipe Obesitas ... 17
B. Pengukuran Antropometri ... 19
1. BMI ... 19
2. Skinfold Thickness (Tebal Lipatan Kulit) ... 21
C. Profil Lipid ... 22
D. Rasio LDL Terhadap HDL ... 24
E. Aterosklerosis Pemicu terjadinya PJK ... 25
F. Landasan Teori ... 27
G. Hipotesis ... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 29
B. Variabel Penelitian... 29
1. Variabel Bebas ... 30
2. Variabel Tergantung ... 30
3. Variabel Pengacau ... 30
C. Definisi Operasional ... 30
D. Responden ... 31
E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
F. Ruang Lingkup ... 33
G. Teknik Sampling... 34
H. Instrumen Penelitian ... 35
I. Tata Cara Penelitian ... 35
1. Observasi awal ... 35
2. Permohonana izin dan kerja sama ... 35
3. Pencarian responden ... 36
4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian ... 37
xiii
6. Pembagian hasil pemeriksaan ... 39
7. Pengolahan data ... 39
8. Analisis data penelitian... 39
J. Kesulitan dalam penelitian ... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Karakteristik Responden ... 41
B. Karakteristik Responden Kelompok BMI <23,0 kg/m2 dan BMI ≥23,0 kg/m2 ... 49
C. Kolerasi BMI terhadap kadar LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL ... 52
D. Kolerasi ASTdengan kadar LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL ... 56
E. Kolerasi BMI dengan Lemak Subkutan ... 60
F. Kolerasi Positif bermakna BMI dan AST terhadap rasio LDL/HDL ... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN ... 72
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi BMI untuk orang dewasa Asia ... 19
Tabel II. Klasifikasi Kolesterol LDL, HDL, Total, dan Trigliserida (mg/dl) ... 23
Tabel III. Persentase Risiko Terjadinya PJK Dilihat dari Rasio LDL terhadap HDL ... 24
Tabel IV. Rasio LDL/HDL ... 24
Tabel V. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan kolerasi, nilai p, dan arah kolerasi ... 40
Tabel VI. Karakteristik Responden... 41
Tabel VII. Distribusi Frekuensi BMI pada Responden ... 44
Tabel VIII. Distribusi Frekuensi Kadar HDL Responden... 46
Tabel IX. Distribusi Frekuensi Kadar LDL Responden... 47
Tabel X. Distribusi Frekuensi Rasio LDL/HDL Responden... 48
Tabel XI. Perbedaan Rerata Kelompok BMI <23,0 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2 . 50 Tabel XII. Hasil Analisis Kolerasi BMI dengan kadar HDL, LDL, dan Rasio LDL/HDL ... 52
Tabel XIII. Hasil Analisis Kolerasi AST dengan kadar LDL, HDL, dan Rasio LDL/HDL ... 57
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Obesitas tipe pear shape (Gynoid) dan apple shape (Android) ... 18
Gambar 2.Distribusi lemak terdapat di area subkutan dan visceral ... 18
Gambar 3. Skinfold Caliper ... 21
Gambar 4. Pengukuran AST ... 21
Gambar 5. Arteri normal dengan aliran darah normal (atas). Arteri dengan adanya plak menandakan terjadinya aterosklerosis (bawah) ... 26
Gambar 6. Plak pada pembuluh arteri koroner ... 27
Gambar 7. Skema responden ... 32
Gambar 8. Histogram usia responden ... 42
Gambar 9. Histogram tinggi badan responden ... 43
Gambar 10. Histogram berat badan responden ... 43
Gambar 11. Histogram BMI responden ... 44
Gambar 12. Histogram AST responden ... 45
Gambar 13. Histogram kadar HDLresponden ... 46
Gambar 14. Histogram kadar LDLresponden ... 47
Gambar 15. Histogram rasio LDL/HDLresponden ... 48
Gambar 16. Grafik sebar kadar HDL terhadap BMI ... 53
Gambar 17. Grafik sebar kadar LDL terhadap BMI ... 54
Gambar 18. Grafik sebar rasio LDL/HDL terhadap BMI ... 55
Gambar 19. Grafik sebar kadar HDL terhadapAST ... 57
Gambar 20. Grafik sebar kadar LDL terhadap AST ... 58
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Komisi Etik Kedokteran... 72
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 73
Lampiran 3. Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 74
Lampiran 4. Uji Normalitas Karakteristik Responden ... 75
Lampiran 5. Uji Beda Kelompok Obes dan Non-Obes ... 83
Lampiran 6. Uji Kolerasi... 91
Lampiran 7. Uji Beda AST <14, 5 dan ≥14,5 ... 93
Lampiran 8. Informed Consent ... 99
Lampiran 9. Contoh Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parahita ... 100
Lampiran 10. Surat Peminjaman Ruangan ... 101
Lampiran 11. Blangko Pengisian Data Pengukuran Antropometri dan Tekanan Darah ... 103
Lampiran 12. Leaflet ... 104
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak tubuh
yang berlebihan (Mann dan Truswell, 2007). Obesitas disebabkan oleh dua faktor
yaitu adanya peningkatan asupan makanan dan penurunan pengeluaran energi. Untuk
menjaga berat badan yang stabil diperlukan keseimbangan antara energi yang masuk
dan energi yang keluar. Hal yang menjadi masalah adalah bahwa ternyata sangat sulit
bagi seseorang untuk mengatur asupan dan pengeluaran energinya. Asupan makanan
semakin meningkat karena ketersediaan beragam makanan siap saji yang makin
bervariasi, mudah didapat, nikmat dan murah. Di lain sisi aktivitas fisik masyarakat
modern menjadi semakin berkurang dan kemajuan teknologi menyebabkan pada saat
kerja maupun santai orang semakin mengurangi kegiatan fisik (Pusparini, 2007).
Menurut Sugiharto (2007) makanan siap saji mengandung kalori yang tinggi, kadar
lemak, gula, dan garam juga tinggi, tetapi rendah serat. Apabila makanan jenis ini
dikonsumsi secara rutin dan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan
terjadinya obesitas.
Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius
di seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas
(Flegal, Cole, Bellizi, dan Dietz, 2000). Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
2003-2004 prevalensi obesitas pada pria 32% dan wanita 34% (Ogden, Yanovski, Carrol,
dan Flegal, 2007). Pada tahun 2007-2008, terjadi peningkatan prevalensi obesitas
pada pria 32,2% dan wanita 35,5% (Ogden, Carroll, McDowell, dan Flegal, 2010). Di Inggris, prevalensi obesitas meningkat dari 12% menjadi 24% pada tahun 1993-2002.
Peningkatan prevalensi di Cina dari 1,5% pada tahun 1989 menjadi 12,6% pada tahun
1997 (Ogden et al., 2007). Di Indonesia angka prevalensi obesitas juga menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, prevalensi obesitas secara nasional mencapai 19,1%. Prevalensi obesitas
di Yogyakarta penduduk dewasa (15 tahun ke atas) pada laki-laki 14,6% dan
perempuan 22,5% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007).
Angka kejadian overweight lebih umum terjadi dibandingkan dengan obesitas. Menurut World Health Organization, 2011 sekitar 1,5 miliar orang dewasa (usia >20 tahun) mengalami overweight, 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta perempuan mengalami obesitas. Di Korea Selatan, 20,5% tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (Mann dan Truswell, 2007).
Penentuan obesitas umum dilakukan berdasarkan Body Mass Index
(BMI)/Indeks Massa Tubuh (IMT) (Soetiarto, Roselinda, dan Suhardi, 2010). BMI
merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengklasifikasikan seseorang kurus,
overweight, atau mengalami obesitas (WHO, 2006). Kriteria overweight untuk orang Asia adalah ≥ 23 (kg/m2) dan obes ≥ 25 (kg/m2). Perbedaan overweight dan obesitas,
seseorang melebihi BB normal. Obesitas merupakan kondisi di mana lemak tubuh
berada dalam jumlah yang berlebihan (International Association For The Study Of Obesity, 2000). Metode antopometri lain yang dinilai praktis adalah skinfold thickness
(tebal lipatan kulit) yang diukur dengan Skinfold Caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul. Cara ini murah, mudah dilakukan, tidak butuh waktu
lama (Budiman, 2008). Demura dan Sato (2007) melakukan penelitian mengenai
pengukuran suprailiac dan abdominal skinfold thickness (AST) untuk memprediksi kerapatan badan (Body Density) pada orang dewasa Jepang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengukuran tebal lipatan kulit menggunakan skinfold caliper
sangat sederhana dan tidak mahal.
Orang yang memiliki berat badan di atas normal cenderung mengalami
peningkatan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida dibandingkan dengan mereka yang berat badannya normal. Dengan meningkatnya
komponen-komponen tersebut di atas, risiko untuk mengalami Penyakit Jantung
Koroner (PJK) meningkat. Semakin rendah rasio kadar LDL/HDL semakin rendah
tingkat risiko PJK (Soeharto, 2002). PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih
arteri koroner di mana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima)
disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan
akhirnya akan menggangu aliran darah ke jantung sehingga terjadi kerusakan dan
gangguan pada otot jantung (Hariadi dan Ali, 2005). Penelitian Sihadi dan Djaiman
(2006) menunjukkan adanya hubungan antara besarnya risiko tingkat kegemukan
kali dibandingkan orang normal untuk mempunyai kolesterol borderline dan kolesterol tinggi.
Humayun, Shah, Alam, dan Hussein (2009) melakukan penelitian untuk melihat hubungan BMI dengan dislipidemia. Pada penelitian ini, disimpulkan bahwa
BMI memiliki hubungan linier dengan kolesterol total, LDL, dan trigliserida. Dan
memiliki hubungan terbalik dengan HDL. Dislipidemia merupakan faktor risiko
utama terjadinya penyakit jantung koroner (Anwar, 2004). Lemieux, Pascot, dan
Couillard (2000) juga menyatakan bahwa BMI yang semakin meningkat
berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterol, trigliserida, LDL kolesterol dan
menurunkan kadar HDL kolesterol.
Penelitian serupa telah pernah dilakukan oleh Christasani (2010), penelitian
ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Pengukuran antropometri
triceps skinfold thickness pada penelitian sebelumnya diganti dengan pengukuran
abdominal skinfold thickness (AST). Menurut Demura dan Sato (2007), terjadinya
measurement error paling kecil ketika dilakukan pengukuran pada AST. Kemudian untuk subyek penelitian staf pria diganti dengan staf wanita Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk meneruskan penelitian karena penelitian
yang dilakukan oleh Christasani (2010) hanya melibatkan subyek penelitian pria.
Peneliti ingin melihat apakah terdapat korelasi positif bermakna antara BMIdan AST
Menurut Vella dan Kravitz (2005), wanita mempunyai persentase lemak
tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Persentase lemak tubuh yang normal
untuk wanita usia 34-55 tahun adalah 25%-32%. Sedangkan untuk pria persentase
lemak tubuh normal pada usia yang sama adalah 10%-18% (National Institute of Health, 2008). Estrogen yang diproduksi wanita selama masa premenopause membuat wanita cenderung terlindung dari penyakit kardiovaskular dibandingkan
pria (American Heart Association, 2011). Hal ini diperkuat dengan hasil review Saltiki dan Alevizaki (2007) yang menjelaskan bahwa wanita pada usia produktif
memiliki risiko rendah terkena penyakit jantung karena adanya pengaruh estrogen.
Pengukuran BMI dan AST memiliki keterkaitan dengan obesitas dan dapat digunakan
sebagai deteksi awal terhadap penyakit kardiovaskular.
1. Perumusan masalah
Apakah terdapat korelasi positif bermakna antara BMI dan AST terhadap
rasio kadar LDL/HDL pada staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan dan terkait dengan penelitian ini antara
lain:
Christasani (2009) melakukan penelitian pada 70 dosen dan karyawan pria di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
korelasi body mass index (BMI) dan tricepsskinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah memiliki nilai signifikansi (p) berturut-turut
0,000 dan 0,009. Disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang
bermakna antara body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness
terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah.
b. “Indeks Massa Tubuh sebagai Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Orang Dewasa Berusia di atas 35 Tahun”.
Mawi (2003) melakukan penelitian rancangan potong silang pada 80
responden laki-laki dan perempuan berusia 35-85 tahun di kelurahan di
Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol HDL dan trigliserid
laki-laki dengan perempuan (p=0,001 dan p=0,035). Studi ini menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan determinan terjadinya PJK,
risiko terjadinya PJK pada kelompok overweight lebih besar dibandingkan dengan kelompok ideal dan underweight. Pada mereka yang overweight dan obesitas, risiko terjadinya PJK 1,79 kali lebih besar dibandingkan dengan
kelompok underweight dan ideal.
Bahar, Murtala, Ilyas, Liyadi, Aman, dan Bahar (2011), melakukan
penelitian pada sampel berjumlah 120 orang, sampel laki-laki 53 orang dan
sampel perempuan 67 orang berusia 31-80 tahun. Dipilih dengan metode
consecutive sampling, terdiri dari 97 penderita dislipidemia dan 23 sampel normal sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
signifikan (p<0,05) antara Ketebalan Intima Media (KIM) arteri karotis dengan kadar HDL dan LDL, sedangkan kolesterol total menunjukkan hasil
yang tidak signifikan (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar HDL semakin tinggi efek perlindungan terhadap
kejadian aterosklerosis, namun semakin tinggi kadar LDL maka semakin
tebal KIM arteri karotis atau semakin besar kemungkinan menderita
aterosklerosis, sedangkan kolesterol total dan trigliserida dianggap tidak
mempunyai peran yang signifikan terhadap timbulnya aterosklerosis.
d. “Studi Validasi Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Terhadap Profil Lipid pada Pasien Rawat Jalan di Poli Jantung RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.
Septina, Purba, dan Hartriyanti (2010), penelitian dilakukan pada 97 orang,
yang terdiri dari 67 orang pria dan 30 orang wanita pada rentang umur 40-79
tahun serta sampel dengan umur >80 tahun. Hasil penelitian IMT
menunjukkan 21 orang (21,6%) tergolong ke dalam kategori non-obes dan
76 orang lainnya (78,4%) tergolong obes. Hasil penelitian untuk rasio
non-obes dan 79 orang (81,5%) tergolong obes sentral. Disimpulkan bahwa
IMT dan RLPP dapat digunakan untuk mendeteksi hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia karena tingkat sensitivitasnya baik, namun tidak dapat
digunakan untuk prediksi normokolesterolemia dan normotrigliserildemia
karena tingkat spesifisitasnya kurang baik.
e. “Prevalence of Obesity in Working Premenopausal and Postmenopausal Women of Jalandhar District, Punjab”.
Khokhar, Kaur, dan Sidhu (2010) melakukan penelitian cross sectional, pada 595 wanita (330 wanita premenopausal dan 265 wanita postmenopausal).
Kategori obesitas dibagi berdasarkan BMI, lingkar pinggang, dan rasio
lingkar pinggang panggul. Prevalensi obesitas lebih banyak terjadi pada
wanita postmenopause dibandingkan dengan wanita premenopause. Prevalensi obesitas dengan pengukuran BMI untuk wanita premenopause
70,30% dan 75,09% untuk wanita postmenopause. Prevalensi obesitas sentral dengan pengukuran lingkar pinggang untuk wanita premenopause
75,15% dan 89,05% untuk wanita postmenopause. Prevalensi obesitas sentral dengan pengukuran rasio lingkar pinggang panggul untuk wanita
premenopause 74,54% dan 87,92% untuk wanita postmenopause.
Anuurad, Shiwaku, Nogi, Kitaima, Enkhmaa, dan Shimono (2003)
melakukan penelitian pada 479 partisipan pria dan 432 partisipan wanita
pada kelompok usia 18-44 tahun dan 45-60 tahun. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat apakah terdapat perbedaan parameter antropometri dan
sindrom metabolik untuk kategori overweight berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi overweight
dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik baik pada pria dan
wanita pada usia di atas 45 tahun. Batasan (cut-off) nilai BMI yang berlaku universal tidak sesuai untuk karakteristik obesitas pada orang Jepang,
kriteria Western Pacific Region of WHO (WPRO) sesuai untuk melihat karakteristik obesitas pada orang Jepang. Rasio LDL/HDL pada wanita
berdasarkan klasifikasi BMI (kurus, normal, overweight, dan obes) antara kelompok usia 18-44 tahun dan 45-60 tahun mempunyai perbedaan yang
signifikan (p<0,05) p=0,013 dan p=0,001.
g. “Relationship of Body Mass Index with Lipid Profile and Blood Pressure in Healthy Female of Lower Socioeconomic Group, in Kaduna Northern Nigeria”.
Abubakar et al. (2009), melakukan penelitian pada 52 wanita sehat berusia 19-32 tahun. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan BMI.
Kategori kurus BMI <19 kg/m2, normal BMI 19-26 kg/m2, dan overweight
BMI >26 kg/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
bermakna (p>0,05) antara kelompok BMI kurus, normal, dan overweight. Terdapat perbedaan kadar HDL yang bermakna (p<0,05) antara kelompok BMI kurus, normal, dan overweight (p=0,04), kadar trigliserida (p=0,001), tekanan sistolik (p<0,001), dan tekanan diastolik (p=0,01). Tidak terdapat kolerasi yang bermakna antara profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL,
HDL) dan tekanan darah dengan BMI.
h. “Frequency of Dyslipidemia in Obese Versus Non-obese in Relationship to Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR), and Waist Circumference (WC)”.
Shah, Devrajani, dan Bibi (2010) melakukan penelitian pada 200 subyek
penelitian pria dan wanita berusia 20-79 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok
(obes, n=100 dan non obes n=100). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) kadar HDL, LDL, dan trigliserida antara kelompok obes dan non obes. Kadar kolesterol total tidak
berbeda signifikan (p>0,05) antara kelompok obes dan non obes.
i. “The Relation of BMI and Skinfold Thicknesses to Risk Factors Among Young and Middle-Aged Adults: The Bogalusa Heart Study”.
Freedman, Katzmarzyk, Dietz, Srinivasan, dan Berenson (2010) melakukan
penelitian cross sectional (n=3318, pria=1471, wanita 1847) pada kelompok usia 18-44 tahun. Studi longitudinal (n=1593) pada kelompok usia 6-16
tahun dari tahun 1983-2002. Komponen yang diteliti dan sekaligus sebagai
dan diastolik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk studi cross sectional, BMI dan penjumlahan pengukuran skinfold thicknes/SF sum
(triceps dan subscapular) mempunyai kolerasi positif bermakna dengan faktor risiko PJK r=0,55 (BMI) dan r=0,49 (SF sum), p<0,001. Studi longitudinal juga menunjukkan kolerasi positif bermakna dengan faktor
risiko PJK, r=0,50 (BMI) dan r=0,38 (SF sum).
j. “Correlation of Dyslipidemia with Waist to Height Ratio, Waist Circumference, and Body Mass Index In Iranian Adults”.
Chehrei, Sadrnia, Keshteli, Daneshmand, dan Rezaei (2007) melakukan
penelitian pada 750 subyek penelitian (580 wanita, rerata usia 40,41±15,44
tahun dan 170 pria, rerata usia 43,57±17,88 tahun) tidak mempunyai riwayat
kronik. Terdapat kolerasi positif bermakna antara BMI dan LDL dengan
nilai r=0,111 (p<0,001). Terdapat kolerasi positif bermakna antara BMI dan rasio LDL/HDL dengan nilai r=0,099 (p<0,001). Terdapat kolerasi positif tidak bermakna antara BMI dan HDL dengan nilai r = -0,04 (p>0,05). k. “LDL-C/HDL-C Ratio Predicts Carotid Intima-Media Thickness
Progression Better Than HDL-C or LDL-C Alone”.
Enomoto et al. (2011) melakukan penelitian pada 1920 subyek penelitian (usia di atas 40 tahun) dengan jumlah pria 794 orang dan wanita 1126
delapan tahun kemudian perubahan IMT mempunyai hubungan terbalik
yang signifikan dengan kadar HDL (p<0,05). Perubahan IMT mempunyai hubungan linier dan signifikan dengan ratio LDL/HDL (p<0,05). Ratio LDL/HDL dibagi dalam bentuk kuartil dan analisis kovarian menunjukkan
peningkatan ratio LDL/HDL menyebabkan kenaikan IMT (p<0,05). Analisis regresi linear menunjukkan rasio LDL/HDL merupakan prediktor kuat
terhadap IMT (β=1,55453, p<0,05).
l. “Anthropometric Measurements as Predictors of Intraabdominal Fat Thickness”.
Roopakala et al. (2009), melakukan penelitian dengan jumlah subyek penelitian 60 orang sehat berusia 25-55 tahun (32 pria dan 28 wanita).
Lemak subkutan dan visceral diukur 1 cm diatas umbilicus menggunakan
ultrasonography. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar pinggang mempunyai kolerasi positif bermakna (p<0,001) dengan lemak subkutan dan
visceral pada pria dan wanita. BMI menunjukkan kolerasi postif bermakna (p<0,001) dengan lemak subkutan saja pada subyek penelitian wanita. m. “Association Of Subcutaneous Fat With Some Antrophometric
Characteristics and Lipid Profile in Vegetarian and Non-Vegetarian Middle Aged Menopausal Women of Central India”.
Koley (2010) melakukan penelitian pada 47 subyek penelitian wanita (usia
40-60 tahun) dan dibagi menjadi kelompok vegetarian (n=30) dan kelompok
tinggi dan berat badan, BMI, lima pengukuran skinfold thickness (bicep, tricep, subscapular, suprailiac, dan abdominal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kolerasi positif bermakna (p<0,01) antara BMI dengan lemak subkutan dengan nilai r=0,504. Terdapat kolerasi positif
namun tidak bermakna (p>0,05) antara AST dengan lemak subkutan dengan nilai r=0,239.
3. Manfaat Praktis dan Teoritis
a. Manfaat praktis
Mendapat informasi mengenai BMI dalam kaitannya dengan obesitas.
Pengetahuan mengenai pengukuran BMI dan AST terhadap rasio kadar LDL/HDL
dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya PJK.
b. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan untuk
penelitian yang terkait dengan pengukuran BMI dan AST terhadap rasio kadar
LDL/HDL dalam darah.
4. Tujuan Umum dan Khusus
a. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada tidaknya korelasi positf dan
bermakna antara BMI dan AST terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah pada
b. Tujuan khusus
i. Mencari ada tidaknya kolerasi antara BMI dengan kadar LDL, kadar HDL,
rasio kadar LDL/HDL.
ii. Mencari ada tidaknya kolerasi antara AST dengan kadar LDL, kadar HDL
dan rasio kadar LDL/HDL.
iii. Mencari adakah perbedaan parameter antropometri (BMI dan AST) dan
profil lipid (kadar LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL) kelompok dengan BMI
15 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obesitas 1. Definisi Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi akumulasi
lemak (adiposit) secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011).
2. Etiologi
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan
keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut disebabkan oleh konsumsi makanan yang
berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya
metabolisme tubuh dan aktivitas fisik. Faktor lingkungan berperan sebagai penyebab
terjadinya obesitas, seperti nutrisional (perilaku makan) dan aktivitas fisik (Mann dan
Truswell, 2007).
3. Jaringan Adiposa
Jaringan adiposa merupakan istilah anatomi jaringan ikat yang terdiri dari sel
adipose. Jaringan adiposa dapat ditemukan di bawah kulit tetapi juga dapat ditemukan
di sekeliling organ. Jaringan adiposa yang terdapat di bawah kulit disebut lemak
(Gambar 2). Tumpukan jaringan adiposa pada obesitas memiliki peran biologis, tidak
hanya berperan pasif sebagai tempat penyimpanan dan berlangsungnya proses
metabolisme trigliserida tetapi juga berperan sebagai kelenjar endokrin yang
mensekresi berbagai sitokin dan hormon peptida yang turut berperan dalam
pengaturan keseimbangan berat badan dan metabolisme energi. Beberapa substansi
jaringan adiposa seperti adinopektin, leptin, resistin, interleukin-6, Tumor Necrosis Factor (TNF), Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAL-1) (Marfianti, 2006).
4. Adiposa Berperan di Dalam Pengaturan Keseimbangan Energi
Adiposa berperan pada pengaturan proses homeostasis energi, yaitu suatu
proses yang membutuhkan keseimbangan antara asupan energi (asupan makanan) dan
pengeluaran energi (metabolisme dan aktifitas fisik) serta jumlah cadangan energi
dalam tubuh (massa lemak) (Mann dan Truswell, 2007).
Hipotalamus, suatu bagian otak merupakan pusat pengatur utama dari nafsu makan. Terdapat area di otak pada hipotalamus yaitu arcuate nucleus yang mengatur keseimbangan asupan makanan dan penggunaan energi. Arcuate nucleus memiliki dua neuron utama dengan aksi berlawanan. Neuron tipe pertama memproduksi neurotransmitter peptida yaitu neuropeptide Y (NPY) dan agouti related peptide
menurun, neuron NPY dan AgRP diaktivasi dan neuron POMC diinhibisi sehingga
terjadi menstimulasi selera makan yang akan meyebabkan terjadinya kenaikan berat
badan (Pusparini, 2007).
5. Tipe-Tipe Obesitas
National Institute of Health, 2008, membagi tipe obesitas menjadi dua apple shape (android) dan pear shape (gynoid) (Gambar 1). Lemak disimpan di sekitar pinggul dan bokong, tipe gynoid cenderung dimiliki oleh wanita. Risiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil. Bentuk tubuh apel (apple shape) biasanya terdapat pada pria, di mana lemak tertumpuk di sekitar perut. Risiko kesehatan pada
tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke pembuluh darah dibandingkan dengan
sel-sel lemak di tempat lain.
Nurtantio dan Wangko (2007) terdapat dua tipe obesitas, yaitu tipe sentral
dan perifer. Pada obesitas sentral terjadi penimbunan lemak dalam tubuh yang
melebihi nilai normal di daerah abdomen, sedangkan pada obesitas perifer
penimbunan lemak yang melebihi nilai normal di daerah gluteo-femoral. Risiko
penyakit jantung sangat berhubungan dengan obesitas sentral/android/visceral/upper body obesity dibandingkan dengan obesitas perifer/ginoid/subkutan/lower body obesity. Studi prospektif Honolulu Heart Study mendapatkan bahwa risiko PJK didapatkan lebih tinggi pada kelompok obesitas sentral dibandingkan dengan non
Menurut Ibrahim (2010), hampir 80% lemak tubuh terdapat di area subkutan, dan
wanita mempunyai persentase lemak subkutan lebih besar dibandingkan pria. Lemak
subkutan pada wanita terdapat di daerah payudara, bokong dan paha. Lemak visceral
pada pria sebesar 10-20% dari total lemak tubuh, sedangkan wanita hanya 5-8%.
Gambar 1. Obesitas tipe pearshape (Gynoid) dan apple shape (Android) (Roche, 2007)
B. Pengukuran Antropometri
Istilah antropometri berasal dari anthropos dan metros. Anthropos yang
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri berarti pengukuran pada
berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Parameter antropometri, antara lain: berat badan, tinggi badan, BMI,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di
bawah kulit (Fajar, Bakri, dan Supariasa, 2002).
1. BMI
Pengukuran tinggi dan berat badan sangat sederhana dan umum dilakukan.
Pengukuran tinggi dan berat badan dapat digunakan untuk menghitung BMI. Body Mass Index/Indeks Massa Tubuh dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter persegi (kg/m2) (WHO, 2011).
Tabel I. Klasifikasi BMI menurut WHO (Western Pacific Region)/International Obesity Taskforce (IOTF)/ International Association For The Study Of Obesity
(IASO) (2000) untuk orang dewasa Asia
Klasifikasi BMI (kg/m2) Risiko penyakit penyerta
Kurus <18,5 Rendah (tetapi risiko masalah
klinis meningkat)
Normal 18,5-22,9 Rata-rata
Overweight ≥ 23,0 Meningkat
Pre-obesitas 23,0-24,9
Obesitas ≥ 25,0
Kelas I 25,0-29,9 Sedang
Orang Asia mempunyai cut-off overweight (≥23,0 kg/m2) dan obesitas (≥25,0 kg/m2) lebih rendah jika dibandingkan dengan kriteria WHO. Penggunaan
cut-off untuk wilayah asia-pasifik telah melalui studi validasi (IASO, 2000). Anuurad, Shiwaku, Nogi, Kitaima, Enkhmaa, dan Shimono (2003) melakukan penelitian pada
479 partisipan pria dan 432 partisipan wanita pada kelompok usia 18-44 tahun dan
45-60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi overweight menggunakan
cut-off untuk orang di wilayah Asia-Pasifik dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik baik pada pria dan wanita pada usia di atas 45 tahun. Batasan ( cut-off) nilai BMI yang berlaku universal tidak sesuai untuk karakteristik obesitas pada orang Jepang, kriteria Western Pacific Region of WHO (WPRO) sesuai untuk melihat karakteristik obesitas pada orang Jepang.
Deurenberg, Deurenberg-Yap, dan Guricci (2002) melakukan penelitian
untuk mempelajari hubungan BMI dan persentase lemak tubuh (body fat per cent/BF%) pada populasi yang berbeda di Asia. Disimpulkan bahwa semua populasi orang Asia yang di teliti mempunyai BF% lebih tinggi dengan BMI rendah
dibandingkan dengan orang Kaukasia. Pada umumnya, orang Asia mempunyai BF%
3-5% lebih tinggi dibandingkan dengan orang Kaukasia, meskipun mempunyai BMI
yang sama. Orang Asia mempunyai BMI 3-4 unit lebih rendah dibandingkan dengan
2. Skinfold Thickness (Tebal Lipatan Kulit)
Skinfold caliper (Gambar 3) mempunyai standard atau jangkauan jepitan
(20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm. Jenis alat yang sering digunakan adalah
Harpenden Caliper. Mengukur lipatan kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak sub-kutan. Dalam survei disarankan bahwa total lemak dalam tubuh dapat
diukur dari pengukuran beberapa tempat seperti pada trisep, bisep dan subskaspular
serta suprailiaka (Fajar, Bakri, dan Supariasa, 2002). Abdominal skinfold, cubitan dilakukan dengan arah vertikal, kurang lebih 5 cm lateral umbilikus (setinggi
umbilikus) (Gambar 4) (Sudibjo, 2001).
Gambar 3. Skinfold Caliper (Assist, 2011)
Gambar 4. Pengukuran AST (Topendsports, 2011)
C. Profil Lipid
Lemak disimpan di jaringan adiposa, kombinasi lipid dan protein
(lipoprotein) adalah konstituen sel yang penting yang terdapat baik di membran sel
maupun di mitokondria, dan juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid dalam darah
(Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Jadi lipoprotein dapat dianggap seperti
“pembawa” (carrier) lemak dan kolesterol dalam darah (Soeharto, 2002).
Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol
(14%), dan ester kolesteril (36%), serta sedikit asam lemak bebas (FFA) (4%). Empat
kelompok utama lipoprotein, yaitu :
1. Kilomikron, yang berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di
usus.
2. Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL, atau pra-β-lipoprotein) yang berasal dari hati untuk ekspor triasilgliserol.
3. Lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein, LDL, atau β-lipoprotein) yang menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme VLDL.
4. Lipoprotein berdensitas tinggi (high density lipoprotein, HDL, atau α-lipoprotein) yang berperan dalam transpor kolesterol dan pada metabolisme
VLDL dan kilomikron (Murray dkk., 2009).
Triasilgliserol adalah lipid utama pada kilomikron dan VLDL, sedangkan
kolesterol dan fosfolipid masing-masing adalah lipid utama pada LDL dan HDL
(Murray dkk., 2009). LDL yang mengangkut paling banyak kolesterol di dalam
mengendapnya kolesterol dalam arteri. HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dan
sering disebut sebagai kolesterol baik, karena dapat membuang kelebihan kolesterol
di pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang (Soeharto, 2002).
Terdapat kolerasi postif antara insiden aterosklerosis koroner dan kadar kolesterol
LDL plasma. Kadar HDL berbanding terbalik dengan insiden aterosklerosis koroner
(Murray dkk., 2009).
National Heart Lung and Blood Institute (2002a) dalam The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III menetapkan klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida yang merupakan pedoman untuk
interpretasi klinik hasil tes lipid darah sebagai berikut (Tabel II) :
Tabel II. Klasifikasi Kolesterol LDL, HDL, Total, dan Trigliserida (mg/dl) (NCEP ATP III, 2002)
Kolesterol Total <200 Diinginkan
200-239 Garis batas level kolesterol total tinggi ≥ 240 Tinggi
LDL <100 Optimal
100-129 Mendekati Optimal
130-159 Garis batas level kolesterol-LDL tinggi 160-189 Tinggi
≥190 Sangat tinggi
HDL <40 Rendah
≥60 Tinggi
Trigliserida <150 Normal
150-199 Garis batas level trigliserida tinggi 200-499 Tinggi
D. Rasio LDL Terhadap HDL
Indikator lain mengenai risiko PJK ialah dengan melihat rasio LDL terhadap
HDL. Klasifikasi yang dipakai adalah risiko di bawah 25% dianggap risiko rendah,
25-50% menengah, dan 50-75% tinggi, sedangkan di atas 90% dianggap sangat tinggi
(Tabel III) (Soeharto, 2002).
Tabel III. Persentase Risiko Terjadinya PJK Dilihat dari Rasio LDL terhadap HDL W.P Castelli (cit., Soeharto, 2002)
% Risiko LDL/HDL
NCEP ATP III (2002b) menetapkan rasio LDL/HDL sebagai prediktor PJK
seperti yang tertera pada tabel IV.
Tabel IV. Rasio LDL/HDL (NCEP ATP III, 2002)
Risiko Rasio LDL/HDL
Sangat Rendah (1/2 rata-rata) 1,5
Risiko rata-rata 3,2
Risiko Sedang (2x rata-rata) 5,0
E. Aterosklerosis Pemicu Terjadinya PJK
Aterosklerosis merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penebalan
fibrosa pada dinding arteri yang berkaitan dengan plak-plak kaya lipid, plak ini rentan
mengalami ulserasi dan pecah sehingga dapat memicu pembentukan trombus yang
menghambat aliran darah (Mc Phee dan Ganong, 2006). Aterosklerosis terjadi akibat
disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Aterosklerosis mengaktifkan reaksi
inflamasi dan menghasilkan radikal bebas. Aterosklerosis menyebabkan penurunan
diameter arteri dan peningkatan kekakuan. Area aterosklerotik pada arteri disebut
plak. Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri yang ditandai
dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di
seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika media
(lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan
arteri serebral (Corwin, 2008).
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam sirkulasi yang tinggi dapat
menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Kolesterol dan trigliserida yang dibawa di
dalam darah terbungkus dalam protein pengangkut lemak yang disebut lipoprotein.
HDL membawa lemak keluar sel untuk diuraikan, dan dikenal bersifat protektif
melawan aterosklerosis. LDL dan VLDL membawa lemak masuk ke dalam tubuh,
termasuk sel endotel arteri. Pada aterosklerosis diawali dengan proses oksidasi LDL
pada lapisan subendotel arteri yang menyebabkan berbagai reaksi inflamasi, yang
akhirnya menarik monosit dan neutrofil ke area lesi. Sel-sel darah putih ini melekat
banyak sel darah putih ke area tersebut dan selanjutnya merangsang oksidasi LDL.
Pada akhirnya, monosit bergerak masuk ke dinding arteri, yang merupakan tempat
pematangan menjadi makrofag dan mengubah LDL menjadi sel buih. LDL
teroksidasi bersifat sitotoksik untuk sel pembuluh darah, yang selanjutnya
merangsang respons inflamasi. Semakin tinggi kadar LDL dalam sirkulasi, semakin
sering terjadi kerusakan (Corwin, 2008).
Gambar 5. Arteri normal dengan aliran darah normal (atas). Arteri dengan adanya plak (bawah) menandakan terjadinya aterosklerosis (National Heart Lung and Blood
Institute, 2011)
PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih arteri koroner di mana terdapat
akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan menggangu aliran darah
ke jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung (Hariadi dan
Ali, 2005). Adanya plak pada pembuluh darah mengurangi aliran darah ke jantung,
sehingga dapat menimbulkan terjadinya angina atau serangan jantung (Gambar 5 dan 6) (NHLBI, 2011).
Gambar 6. Plak pada pembuluh arteri koroner (A.D.A.M, 2011)
F. Landasan Teori
Obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang kaya kolesterol dan
melebihi kebutuhan. Apabila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama dan tidak
diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, kelebihan
energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah
semakin banyak dapat menyebabkan perubahan anatomis. Pada wanita, penumpukan
jaringan lemak biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggul, dan perut.
Metode antropometri dapat digunakan untuk skrining terjadinya obesitas yaitu
antara lain dengan BMI dan AST. Nilai BMI diperoleh dengan melakukan
pengukuran berat dan tinggi badan dan dihitung menggunakan rumus BMI. AST
diperoleh dengan melakukan pengukuran tebal lipatan kulit di bagian abdomen
menggunakan skinfold caliper.
Pada seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki peningkatan
kadar LDL yang disertai dengan penurunan kadar HDL. Semakin tinggi kadar HDL
semakin rendah tingkat risiko PJK. Semakin tinggi tingkat LDL semakin tinggi
tingkat risiko PJK. Secara umum, dikatakan makin rendah rasio LDL/HDL makin
rendah tingkat risiko PJK dan sebaliknya (Soeharto, 2002). Hasil penelitian
Christasani (2010) disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna antara
body mass index (BMI) dan tricepsskinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah pada staf pria Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pengukuran BMI dan AST diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi dini
terjadinya PJK sehingga dapat melakukan pencegahan lebih awal.
G. Hipotesis
Terdapat korelasi positif bermakna antara BMI dan AST terhadap rasio
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan rancangan secara cross-sectional. Penelitian observasional merupakan penelitian dilaksanakan dengan pengamatan saja tanpa melakukan intervensi.
Penelitian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel. Dalam
penelitian cross-sectional observasi atau pengukuran variabel pada satu saat (Sastroasmoro, 2008).
Analisis korelasi dilakukan antara faktor risiko dan faktor efek. Yang
dimaksud faktor risiko adalah suatu fenomena yang menyebabkan terjadinya efek.
Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko (Notoatmodjo, 2002).
Penelitian ini menganalisis korelasi antara Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness (AST) sebagai faktor risiko terhadap rasio LDL/HDL sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik untuk mengetahui
korelasi antara faktor efek dengan faktor risiko.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel tergantung
Rasio kadar LDL/HDL
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : usia dan patologi
b. Variabel pengacau tak terkendali : gaya hidup
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
berusia 30-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan
hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi usia dari
responden. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran tinggi badan,
berat badan, BMI, dan AST. Hasil pemeriksaan laboratorium kadar LDL,
HDL, dan rasio LDL/HDL.
3. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang terjadi karena adanya
gangguan pada jantung (kardio) dan pembuluh darah (vaskular). Salah satu
bentuk penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner.
4. BMI sebuah ukuran berat badan dalam kg terhadap tinggi badan dalam m2
yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam
badan responden menggunakan meteran tinggi badan. Untuk mendapatkan
nilai Body Mass Index, hasil penimbangan berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2).
5. Pengukuran AST dilakukan dengan cara menjepit lemak subkutan dibagian
perut secara vertikal dengan jarak 5 cm dari pusar dengan menggunakan
skinfold caliper.
6. Rasio kadar LDL/HDL adalah hasil bagi kadar LDL indirek dengan kadar
HDL hasil pemeriksaan laboratorium darah menggunakan formula
Friedewald Perhitungan LDL indirek menggunakan formula Friedewald: LDL indirek = Kolesterol Total – HDL – Trigliserida/5
D. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah staf wanita kampus I, II, dan III
Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi serta bersedia untuk menjadi responden. Kriteri inklusi dalam penelitian ini
adalah staf wanita kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma rentang usia 30-50
darah, mengkonsumsi obat kontrasepsi, merokok, menderita penyakit hati akut
maupun kronis.
Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali. Pengambilan data pertama
dilaksanakan di Kampus Mrican dengan jumlah responden yang hadir adalah 42
responden dari 48 responden yang bersedia bekerjasama dan terdaftar dalam
penelitian. Pengambilan data kedua dilaksanakan di Kampus Paingan dengan jumlah
responden yang hadir adalah 17 responden dari 22 responden yang bersedia
bekerjasama dan terdaftar dalam penelitian. Dari 59 responden, yang data
pemeriksaannya dipakai sebagai data penelitian ini adalah 56 responden. Tiga data
dieksklusikan karena responden menderita DM, perokok, dan kadar trigliserida >400
mg/dL. Skema responden dapat dilihat pada gambar 7.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan data pertama dilaksanakan di Kampus I Mrican Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta di ruang Koendjono dengan responden staf wanita
Kampus I dan II pada tanggal 10 Agustus 2011. Pengambilan data kedua
dilaksanakan di Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma di ruang Drost
dengan responden staf wanita Kampus III pada tanggal 12 Agustus 2011.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Kolerasi
Parameter Antropometri terhadap Profil Lipid, hs-CRP, Glukosa Darah dan Tekanan
Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Staf Wanita Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan
jumlah anggota 11 orang dengan kajian yang berbeda.
Kajian penelitian ini meliputi:
1. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Kadar
Trigliserida dalam Darah.
2. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Rasio Kadar
Kolesterol Total/HDL dalam Darah.
3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Rasio Kadar
LDL/HDL dalam Darah.
4. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Kadar hs-CRP
5. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Kadar
Kolesterol dalam Darah.
6. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.
7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.
8. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.
9. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.
10. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Glukosa dalam Darah.
11. Korelasi Pengukuran Body Mass Index, Abdominal Skinfold Thickness,
Lingkar Pinggang, dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Tekanan
Darah.
G. Teknik Sampling
Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah secara
non-random sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis purposive sampling. Pada purposive sampling, peneliti memilih subyek penelitian berdasarkan pada pertimbangan subyektifnya (Sastroasmoro, 2008). Sampel minimal adalah 30
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitan ini timbangan berat badan merek
Tanita®, alat pengukur tinggi badan Stature®, skinfold caliper dengan merek pi zhi
hou du ji®. Timbangan berat badan merek Tanita® dan alat pengukur tinggi badan
Stature®. Skinfold caliper pi zhi hou du ji® untuk mengukur tebal lipat kulit pada bagian abdominal. Pemeriksaan darah dilakukan oleh laboratorium Parahita®.
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah staf
wanita Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun
serta tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan responden pada saat
pengukuran parameter. Hal ini dilakukan dengan cara meminta data staf wanita
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di bagian Biro Pelayanan Umum Kampus I
Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permintaan kesediaan subyek
penelitian untuk berpartisipasi di dalam penelitian menggunakan komunikasi
langsung dan dengan pemberian leaflet yang berjudul “Obesitas dan Metode
Antropometri”.
2. Permohonan izin dan kerja sama
Permohonan izin pertama diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk memenuhi etika
kedua ditujukan kepada Rektorat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk
memperoleh izin melaksanakan penelitian, Permohonan kerja sama diajukan ke
respondendan Laboratorium Parahita sebagai laboratorium yang mengambil data dan
mengukur darah responden. Responden yang bersedia ikut terlibat dalam penelitian
ini, kemudian mengisi informed consent.
3. Pencarian responden
Pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan surat izin penelitian
dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Surat izin penelitian diberikan
kepada Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kepala Urusan Rumah
Tangga Paingan, Kepala BAPSI, Para Dekan Fakultas Kampus I, II, dan III
Universitas Sanata Dharma untuk meminta izin melibatkan dosen dan karyawan di
dalam penelitian ini.
Pencarian responden yang masuk sebagai sampel dari populasi dilaksanakan
secara berpasangan (sebanyak 2 orang) dengan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian serta pentingnya penelitian yang dilakukan kepada calon responden.
Penjelasan yang lebih mendalam mengenai penelitian melalui pemberian leaflet
kepada calon responden. Isi leaflet berupa penjelasan mengenai obesitas, tipe obesitas, risiko obesitas, dan pengukuran antropometri dan standar beberapa nilai
antropometri (BMI), skinfold thickness, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul).
Calon responden yang bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
dalam penelitian ini secara sukarela. Responden yang bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian akan mencantumkan nama, usia, dan alamat pada informed consent
serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti.
Informed consent yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
Responden akan dihubungi satu hari sebelum pengukuran parameter untuk
memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran parameter
dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengukuran parameter
yaitu berpuasa selama 8-10 jam via short message system (sms) dan via telepon jika responden tidak membalas sms dari peneliti. Responden yang belum hadir pada saat
pengukuran parameter akan dikonfirmasi untuk kehadirannya melalui via telepon.
Responden dapat membatalkan kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian tanpa
harus memberikan kejelasan mengenai pembatalan ikut serta dalam penelitian seperti
yang tercantum dalam informed consent.
4. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian
Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur hal yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen timbangan berat badan, meteran tinggi badan dan
skinfold caliper dilakukan dengan menghitung hasil pengukuran dari masing-masing instrumen sebanyak 5 kali. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah
divalidasi berupa timbangan berat badan merek Tanita® dengan nilai CV hasil validasi adalah 0,19%. Alat pengukur tinggi badan Stature® dengan nilai CV hasil validasi adalah 0,06%. Skinfold caliper pi zhi hou du ji® dengan nilai CV hasil validasi adalah 1,56 %. Hasil validasi alat secara keseluruhan memenuhi syarat
validitas yang kurang dari 5%, dengan perhitungan validasi terlampir dalam lampiran.
Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar profil lipid bermerek
Aechitect c SystemTM dan Aeroset System.
5. Pengukuran parameter
Parameter yang diukur oleh peneliti adalah berat badan dan tinggi badan
(untuk menghitungBMI), AST. Pengambilan darah pada responden untuk memeriksa
kadar LDL dan HDL dilakukan oleh tenaga ahli dari laboratorium Parahita®.
Pengukuran antropometeri dilakukan oleh tim peneliti. Penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dilakukan dalam posisi tegak. Responden diminta untuk
melepaskan sandal atau sepatu pada saat penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan. Pengukuran AST dilakukan dengan menjepit lipatan kulit abdominal
6. Pembagian hasil pemeriksaan
Peneliti secara langsung membagikan hasil pemeriksaan kepada setiap
responden. Hasil pemeriksaan laboratorium dimasukkan ke dalam amplop dan
peneliti membantu menjelaskan data hasil pemeriksaan laboratorium.
7. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun
data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan
interpretasi.
8. Analisis data penelitian
Data yang diperoleh diolah secara statistik. Langkah awal adalah dilakukan
uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk melihat distribusi normal suatu data.
Suatu data dikatakan normal bila nilai p lebih besar dari 0,05. Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila data tidak terdistribusi normal. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi
p<0.05 (Dahlan, 2011).
Data juga diolah untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara
kelompok BMI <23 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2.. Jika data terdiatribusi normal
Tabel V. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan kolerasi, nilai p, dan arah kolerasi (Dahlan, 2011)
No. Parameter Nilai Interpretasi
1. Kekuatan Kolerasi
2. Nilai p p<0,05 Terdapat kolerasi yang bermakna
antara dua variabel yang diuji
p>0,05 Tidak terdapat kolerasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
3. Arah Kolerasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.
- (negatif) Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.
J. Kesulitan dalam Penelitian
Beberapa kesulitan yang di alami selama penelitian antara lain banyak staf
yang tidak bersedia dan menolak berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden yang
41 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Responden merupakan staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
dengan jumlah 56 orang. Karakteristik responden meliputi usia, tinggi badan, berat
badan, BMI, AST, LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL. Menurut Dahlan (2011), statistik
deskriptif merupakan dasar bagi statistik analitis (uji hipotesis). Statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui karakterisitk data yang dimiliki salah satunya distribusi
data mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas data dengan besar sampel (n>50). Data terdistribusi normal
apabila nilai p>0,05. Karakteristik responden disajikan pada tabel VI. Tabel VI. Karakteristik Responden
No. Karakteristik (n = 56) p
Responden yang diteliti berusia 30-50 tahun dengan rerata usia responden 40