• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Body Mass Index (BMI) dengan abdominal skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL pada staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi Body Mass Index (BMI) dengan abdominal skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL pada staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN ABDOMINAL SKINFOLD

THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA STAF WANITA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Desi Natalia NIM : 088114190

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN ABDOMINAL SKINFOLD

THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA STAF WANITA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Desi Natalia NIM : 088114190

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“You only live your life once. Do not waste a minute of it

avoiding things. Let them come to you and learn from

them”.

Kupersembahkan karya ini buat:

Wo pa, wo ma

Adik-adikku

Sahabatku

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Desi Natalia

Nomor Mahasiswa : 088114190

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN ABDOMINAL SKINFOLD

THICKNESS TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA STAF WANITA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 8 Januari 2012

Yang menyatakan

(7)

v PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

bimbingan, penyertaan dan perlindungan yang tak henti-hentinya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan, bantuan, dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., OIA, selaku Wakil Rektor I Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian.

4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberikan segala

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas masukan dan

(8)

vi

6. Phebe Hendra, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas masukan dan saran

yang membangun dan berharga.

7. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian ini.

8. Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan ilmu

kepada penulis.

9. Pak Narto yang telah membantu membuat surat perijinan untuk penelitian

ini.

10. Pak Agung yang telah besedia menyediakan waktu memberikan bimbingan.

11. Bapak, ibu, dan adik-adikku tercinta yang tidak pernah berhenti

memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis. Cinta kalian

adalah kekuatan bagiku.

12. Teman satu tim, Andin, Icha, Ella, Lia, Mbak Vita, Mb Ju, Pika, Carol,

Gary, dan Vivi semua tidak akan terlaksana tanpa kalian semua.

13. Teman seperjuangan Anna, Pika, Dewi, dan Dian, yang selalu ada setiap

saat baik suka maupun duka untuk memberikan semangat, motivasi, dan

bantuan.

14. Ardani, Yuvita, Yosephine, Lia Yumi Yusvita, dan Felisia, yang selalu

memberikan semangat, masukan dan saran.

15. Sari, Indra, Denny, A yen, Henny, Lani, dan Dessy, teman KKN kelompok

(9)

vii

16. Teman-teman FKK B angkatan 2008, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

17. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih

banyak terdapat kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi

sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat tidak hanya untuk penulis

tetapi bermanfaat untuk pembaca dan kiranya skripsi ini dapat menjadi salah satu

sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 15 November 2011

(10)
(11)

ix INTISARI

Obesitas merupakan kondisi di mana terjadi akumulasi lemak (adiposit) secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Penentuan obesitas umum dilakukan berdasarkan Body Mass Index (BMI). Metode antropometri lain yang dinilai praktis dengan mengukur tebal lipatan kulit menggunakan Skinfold Caliper

pada daerah abdominal. Orang yang memiliki berat badan di atas normal cenderung mengalami peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan mengalami penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Semakin rendah rasio kadar LDL/HDL semakin rendah tingkat risiko PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara BMI dan abdominal skinfold thickness (AST) terhadap rasio kadar LDL/HDL.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan

cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian ini adalah secara purposive sampling

dengan jumlah responden sebanyak 56 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita premenopause berusia 30-50 tahun. Kriteria eksklusi meliputi responden dengan penyakit jantung koroner, hamil, menderita Diabetes Melitus (DM), mengkonsumsi obat penurun kadar lemak darah, mengkonsumsi obat kontrasepsi, merokok, menderita penyakit hati akut maupun kronis. Pengukuran meliputi berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit abdomen, dan profil lipid (Kolesterol Total, Trigliserida dan HDL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi menggunakan analisis Spearman dengan taraf kepercayaan sebesar 95%.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang bermakna (p<0,05) dengan kekuatan korelasi sedang antara BMI terhadap rasio kadar LDL/HDL (r=0,454, p=0,000). Terdapat korelasi positif yang bermakna (p<0,05) dengan kekuatan korelasi lemah antara AST terhadap rasio kadar LDL/HDL (r=0,316, p=0,018).

(12)

x ABSTRACT

Obesity is a condition in which the accumulation of fat (adipocytes) are excessive it may have an adverse effect on health. Obesity measurement commonly used Body Mass Index (BMI). Other anthropometric method is abdominal skinfold thickness (AST) use skinfold caliper. People who have excessive body weight tend to have increased levels of total cholesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), triglycerides and decreased levels of High Density Lipoprotein (HDL). The lower ratio of LDL/HDL caused lower risk of CHD. The aim of this study is to explore whether there is significant positive correlation between BMI and AST to ratio LDL/HDL.

This research is a type of observational analytic study used cross-sectional design. This research use purposive sampling that one type of non-random sampling and total respondents is 56 people. Inclusion criteria in this study were premenopausal women aged 30-50 years. The exclusion criteria included respondents with Coronary Heart Disease (CHD), pregnant, suffering from Diabetes Mellitus (DM), taking the drug that can lowering blood lipid levels, taking oral contraceptives, smoking, suffering from acute or chronic liver disease. Measurements included weight, height, abdominal skinfold thickness, and lipid profile (Total Cholesterol, Triglycerides and HDL). The normality of data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test. Correlation analysis using Spearman's test with Confidence Interval (CI) 95%.

The results showed a significant positive correlation (p<0.05) between BMI and ratio of LDL/HDL (r=0.454, p=0.000). There is a significant positive correlation (p<0.05) between AST and ratio LDL/HDL (r=0.316, p=0.018).

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PRAKATA ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ... ix

2. Keaslian Penelitian ... 5

3. Manfaat Praktis dan Teorotis ... 13

4. Tujuan Umum dan Khusus ... 13

BAB II.PENELAAHAN PUSTAKA ... 15

A. Obesitas ... 15

1. Definisi Obesitas ... 15

2. Etiologi ... 15

(14)

xii

4. Adiposa Berperan di Dalam Pengaturan Keseimbangan Energi ... 16

5. Tipe-Tipe Obesitas ... 17

B. Pengukuran Antropometri ... 19

1. BMI ... 19

2. Skinfold Thickness (Tebal Lipatan Kulit) ... 21

C. Profil Lipid ... 22

D. Rasio LDL Terhadap HDL ... 24

E. Aterosklerosis Pemicu terjadinya PJK ... 25

F. Landasan Teori ... 27

G. Hipotesis ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 29

B. Variabel Penelitian... 29

1. Variabel Bebas ... 30

2. Variabel Tergantung ... 30

3. Variabel Pengacau ... 30

C. Definisi Operasional ... 30

D. Responden ... 31

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

F. Ruang Lingkup ... 33

G. Teknik Sampling... 34

H. Instrumen Penelitian ... 35

I. Tata Cara Penelitian ... 35

1. Observasi awal ... 35

2. Permohonana izin dan kerja sama ... 35

3. Pencarian responden ... 36

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian ... 37

(15)

xiii

6. Pembagian hasil pemeriksaan ... 39

7. Pengolahan data ... 39

8. Analisis data penelitian... 39

J. Kesulitan dalam penelitian ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Karakteristik Responden ... 41

B. Karakteristik Responden Kelompok BMI <23,0 kg/m2 dan BMI ≥23,0 kg/m2 ... 49

C. Kolerasi BMI terhadap kadar LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL ... 52

D. Kolerasi ASTdengan kadar LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL ... 56

E. Kolerasi BMI dengan Lemak Subkutan ... 60

F. Kolerasi Positif bermakna BMI dan AST terhadap rasio LDL/HDL ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 72

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi BMI untuk orang dewasa Asia ... 19

Tabel II. Klasifikasi Kolesterol LDL, HDL, Total, dan Trigliserida (mg/dl) ... 23

Tabel III. Persentase Risiko Terjadinya PJK Dilihat dari Rasio LDL terhadap HDL ... 24

Tabel IV. Rasio LDL/HDL ... 24

Tabel V. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan kolerasi, nilai p, dan arah kolerasi ... 40

Tabel VI. Karakteristik Responden... 41

Tabel VII. Distribusi Frekuensi BMI pada Responden ... 44

Tabel VIII. Distribusi Frekuensi Kadar HDL Responden... 46

Tabel IX. Distribusi Frekuensi Kadar LDL Responden... 47

Tabel X. Distribusi Frekuensi Rasio LDL/HDL Responden... 48

Tabel XI. Perbedaan Rerata Kelompok BMI <23,0 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2 . 50 Tabel XII. Hasil Analisis Kolerasi BMI dengan kadar HDL, LDL, dan Rasio LDL/HDL ... 52

Tabel XIII. Hasil Analisis Kolerasi AST dengan kadar LDL, HDL, dan Rasio LDL/HDL ... 57

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Obesitas tipe pear shape (Gynoid) dan apple shape (Android) ... 18

Gambar 2.Distribusi lemak terdapat di area subkutan dan visceral ... 18

Gambar 3. Skinfold Caliper ... 21

Gambar 4. Pengukuran AST ... 21

Gambar 5. Arteri normal dengan aliran darah normal (atas). Arteri dengan adanya plak menandakan terjadinya aterosklerosis (bawah) ... 26

Gambar 6. Plak pada pembuluh arteri koroner ... 27

Gambar 7. Skema responden ... 32

Gambar 8. Histogram usia responden ... 42

Gambar 9. Histogram tinggi badan responden ... 43

Gambar 10. Histogram berat badan responden ... 43

Gambar 11. Histogram BMI responden ... 44

Gambar 12. Histogram AST responden ... 45

Gambar 13. Histogram kadar HDLresponden ... 46

Gambar 14. Histogram kadar LDLresponden ... 47

Gambar 15. Histogram rasio LDL/HDLresponden ... 48

Gambar 16. Grafik sebar kadar HDL terhadap BMI ... 53

Gambar 17. Grafik sebar kadar LDL terhadap BMI ... 54

Gambar 18. Grafik sebar rasio LDL/HDL terhadap BMI ... 55

Gambar 19. Grafik sebar kadar HDL terhadapAST ... 57

Gambar 20. Grafik sebar kadar LDL terhadap AST ... 58

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Komisi Etik Kedokteran... 72

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 73

Lampiran 3. Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 74

Lampiran 4. Uji Normalitas Karakteristik Responden ... 75

Lampiran 5. Uji Beda Kelompok Obes dan Non-Obes ... 83

Lampiran 6. Uji Kolerasi... 91

Lampiran 7. Uji Beda AST <14, 5 dan ≥14,5 ... 93

Lampiran 8. Informed Consent ... 99

Lampiran 9. Contoh Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parahita ... 100

Lampiran 10. Surat Peminjaman Ruangan ... 101

Lampiran 11. Blangko Pengisian Data Pengukuran Antropometri dan Tekanan Darah ... 103

Lampiran 12. Leaflet ... 104

(19)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak tubuh

yang berlebihan (Mann dan Truswell, 2007). Obesitas disebabkan oleh dua faktor

yaitu adanya peningkatan asupan makanan dan penurunan pengeluaran energi. Untuk

menjaga berat badan yang stabil diperlukan keseimbangan antara energi yang masuk

dan energi yang keluar. Hal yang menjadi masalah adalah bahwa ternyata sangat sulit

bagi seseorang untuk mengatur asupan dan pengeluaran energinya. Asupan makanan

semakin meningkat karena ketersediaan beragam makanan siap saji yang makin

bervariasi, mudah didapat, nikmat dan murah. Di lain sisi aktivitas fisik masyarakat

modern menjadi semakin berkurang dan kemajuan teknologi menyebabkan pada saat

kerja maupun santai orang semakin mengurangi kegiatan fisik (Pusparini, 2007).

Menurut Sugiharto (2007) makanan siap saji mengandung kalori yang tinggi, kadar

lemak, gula, dan garam juga tinggi, tetapi rendah serat. Apabila makanan jenis ini

dikonsumsi secara rutin dan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan

terjadinya obesitas.

Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius

di seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas

(Flegal, Cole, Bellizi, dan Dietz, 2000). Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

(20)

2003-2004 prevalensi obesitas pada pria 32% dan wanita 34% (Ogden, Yanovski, Carrol,

dan Flegal, 2007). Pada tahun 2007-2008, terjadi peningkatan prevalensi obesitas

pada pria 32,2% dan wanita 35,5% (Ogden, Carroll, McDowell, dan Flegal, 2010). Di Inggris, prevalensi obesitas meningkat dari 12% menjadi 24% pada tahun 1993-2002.

Peningkatan prevalensi di Cina dari 1,5% pada tahun 1989 menjadi 12,6% pada tahun

1997 (Ogden et al., 2007). Di Indonesia angka prevalensi obesitas juga menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007, prevalensi obesitas secara nasional mencapai 19,1%. Prevalensi obesitas

di Yogyakarta penduduk dewasa (15 tahun ke atas) pada laki-laki 14,6% dan

perempuan 22,5% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007).

Angka kejadian overweight lebih umum terjadi dibandingkan dengan obesitas. Menurut World Health Organization, 2011 sekitar 1,5 miliar orang dewasa (usia >20 tahun) mengalami overweight, 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta perempuan mengalami obesitas. Di Korea Selatan, 20,5% tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (Mann dan Truswell, 2007).

Penentuan obesitas umum dilakukan berdasarkan Body Mass Index

(BMI)/Indeks Massa Tubuh (IMT) (Soetiarto, Roselinda, dan Suhardi, 2010). BMI

merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengklasifikasikan seseorang kurus,

overweight, atau mengalami obesitas (WHO, 2006). Kriteria overweight untuk orang Asia adalah ≥ 23 (kg/m2) dan obes ≥ 25 (kg/m2). Perbedaan overweight dan obesitas,

(21)

seseorang melebihi BB normal. Obesitas merupakan kondisi di mana lemak tubuh

berada dalam jumlah yang berlebihan (International Association For The Study Of Obesity, 2000). Metode antopometri lain yang dinilai praktis adalah skinfold thickness

(tebal lipatan kulit) yang diukur dengan Skinfold Caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul. Cara ini murah, mudah dilakukan, tidak butuh waktu

lama (Budiman, 2008). Demura dan Sato (2007) melakukan penelitian mengenai

pengukuran suprailiac dan abdominal skinfold thickness (AST) untuk memprediksi kerapatan badan (Body Density) pada orang dewasa Jepang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengukuran tebal lipatan kulit menggunakan skinfold caliper

sangat sederhana dan tidak mahal.

Orang yang memiliki berat badan di atas normal cenderung mengalami

peningkatan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida dibandingkan dengan mereka yang berat badannya normal. Dengan meningkatnya

komponen-komponen tersebut di atas, risiko untuk mengalami Penyakit Jantung

Koroner (PJK) meningkat. Semakin rendah rasio kadar LDL/HDL semakin rendah

tingkat risiko PJK (Soeharto, 2002). PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih

arteri koroner di mana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima)

disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan

akhirnya akan menggangu aliran darah ke jantung sehingga terjadi kerusakan dan

gangguan pada otot jantung (Hariadi dan Ali, 2005). Penelitian Sihadi dan Djaiman

(2006) menunjukkan adanya hubungan antara besarnya risiko tingkat kegemukan

(22)

kali dibandingkan orang normal untuk mempunyai kolesterol borderline dan kolesterol tinggi.

Humayun, Shah, Alam, dan Hussein (2009) melakukan penelitian untuk melihat hubungan BMI dengan dislipidemia. Pada penelitian ini, disimpulkan bahwa

BMI memiliki hubungan linier dengan kolesterol total, LDL, dan trigliserida. Dan

memiliki hubungan terbalik dengan HDL. Dislipidemia merupakan faktor risiko

utama terjadinya penyakit jantung koroner (Anwar, 2004). Lemieux, Pascot, dan

Couillard (2000) juga menyatakan bahwa BMI yang semakin meningkat

berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterol, trigliserida, LDL kolesterol dan

menurunkan kadar HDL kolesterol.

Penelitian serupa telah pernah dilakukan oleh Christasani (2010), penelitian

ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Pengukuran antropometri

triceps skinfold thickness pada penelitian sebelumnya diganti dengan pengukuran

abdominal skinfold thickness (AST). Menurut Demura dan Sato (2007), terjadinya

measurement error paling kecil ketika dilakukan pengukuran pada AST. Kemudian untuk subyek penelitian staf pria diganti dengan staf wanita Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk meneruskan penelitian karena penelitian

yang dilakukan oleh Christasani (2010) hanya melibatkan subyek penelitian pria.

Peneliti ingin melihat apakah terdapat korelasi positif bermakna antara BMIdan AST

(23)

Menurut Vella dan Kravitz (2005), wanita mempunyai persentase lemak

tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Persentase lemak tubuh yang normal

untuk wanita usia 34-55 tahun adalah 25%-32%. Sedangkan untuk pria persentase

lemak tubuh normal pada usia yang sama adalah 10%-18% (National Institute of Health, 2008). Estrogen yang diproduksi wanita selama masa premenopause membuat wanita cenderung terlindung dari penyakit kardiovaskular dibandingkan

pria (American Heart Association, 2011). Hal ini diperkuat dengan hasil review Saltiki dan Alevizaki (2007) yang menjelaskan bahwa wanita pada usia produktif

memiliki risiko rendah terkena penyakit jantung karena adanya pengaruh estrogen.

Pengukuran BMI dan AST memiliki keterkaitan dengan obesitas dan dapat digunakan

sebagai deteksi awal terhadap penyakit kardiovaskular.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi positif bermakna antara BMI dan AST terhadap

rasio kadar LDL/HDL pada staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan dan terkait dengan penelitian ini antara

lain:

(24)

Christasani (2009) melakukan penelitian pada 70 dosen dan karyawan pria di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan

korelasi body mass index (BMI) dan tricepsskinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah memiliki nilai signifikansi (p) berturut-turut

0,000 dan 0,009. Disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang

bermakna antara body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness

terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah.

b. “Indeks Massa Tubuh sebagai Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Orang Dewasa Berusia di atas 35 Tahun”.

Mawi (2003) melakukan penelitian rancangan potong silang pada 80

responden laki-laki dan perempuan berusia 35-85 tahun di kelurahan di

Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol HDL dan trigliserid

laki-laki dengan perempuan (p=0,001 dan p=0,035). Studi ini menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan determinan terjadinya PJK,

risiko terjadinya PJK pada kelompok overweight lebih besar dibandingkan dengan kelompok ideal dan underweight. Pada mereka yang overweight dan obesitas, risiko terjadinya PJK 1,79 kali lebih besar dibandingkan dengan

kelompok underweight dan ideal.

(25)

Bahar, Murtala, Ilyas, Liyadi, Aman, dan Bahar (2011), melakukan

penelitian pada sampel berjumlah 120 orang, sampel laki-laki 53 orang dan

sampel perempuan 67 orang berusia 31-80 tahun. Dipilih dengan metode

consecutive sampling, terdiri dari 97 penderita dislipidemia dan 23 sampel normal sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang

signifikan (p<0,05) antara Ketebalan Intima Media (KIM) arteri karotis dengan kadar HDL dan LDL, sedangkan kolesterol total menunjukkan hasil

yang tidak signifikan (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar HDL semakin tinggi efek perlindungan terhadap

kejadian aterosklerosis, namun semakin tinggi kadar LDL maka semakin

tebal KIM arteri karotis atau semakin besar kemungkinan menderita

aterosklerosis, sedangkan kolesterol total dan trigliserida dianggap tidak

mempunyai peran yang signifikan terhadap timbulnya aterosklerosis.

d. “Studi Validasi Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Terhadap Profil Lipid pada Pasien Rawat Jalan di Poli Jantung RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.

Septina, Purba, dan Hartriyanti (2010), penelitian dilakukan pada 97 orang,

yang terdiri dari 67 orang pria dan 30 orang wanita pada rentang umur 40-79

tahun serta sampel dengan umur >80 tahun. Hasil penelitian IMT

menunjukkan 21 orang (21,6%) tergolong ke dalam kategori non-obes dan

76 orang lainnya (78,4%) tergolong obes. Hasil penelitian untuk rasio

(26)

non-obes dan 79 orang (81,5%) tergolong obes sentral. Disimpulkan bahwa

IMT dan RLPP dapat digunakan untuk mendeteksi hiperkolesterolemia dan

hipertrigliseridemia karena tingkat sensitivitasnya baik, namun tidak dapat

digunakan untuk prediksi normokolesterolemia dan normotrigliserildemia

karena tingkat spesifisitasnya kurang baik.

e. “Prevalence of Obesity in Working Premenopausal and Postmenopausal Women of Jalandhar District, Punjab”.

Khokhar, Kaur, dan Sidhu (2010) melakukan penelitian cross sectional, pada 595 wanita (330 wanita premenopausal dan 265 wanita postmenopausal).

Kategori obesitas dibagi berdasarkan BMI, lingkar pinggang, dan rasio

lingkar pinggang panggul. Prevalensi obesitas lebih banyak terjadi pada

wanita postmenopause dibandingkan dengan wanita premenopause. Prevalensi obesitas dengan pengukuran BMI untuk wanita premenopause

70,30% dan 75,09% untuk wanita postmenopause. Prevalensi obesitas sentral dengan pengukuran lingkar pinggang untuk wanita premenopause

75,15% dan 89,05% untuk wanita postmenopause. Prevalensi obesitas sentral dengan pengukuran rasio lingkar pinggang panggul untuk wanita

premenopause 74,54% dan 87,92% untuk wanita postmenopause.

(27)

Anuurad, Shiwaku, Nogi, Kitaima, Enkhmaa, dan Shimono (2003)

melakukan penelitian pada 479 partisipan pria dan 432 partisipan wanita

pada kelompok usia 18-44 tahun dan 45-60 tahun. Penelitian ini bertujuan

untuk melihat apakah terdapat perbedaan parameter antropometri dan

sindrom metabolik untuk kategori overweight berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi overweight

dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik baik pada pria dan

wanita pada usia di atas 45 tahun. Batasan (cut-off) nilai BMI yang berlaku universal tidak sesuai untuk karakteristik obesitas pada orang Jepang,

kriteria Western Pacific Region of WHO (WPRO) sesuai untuk melihat karakteristik obesitas pada orang Jepang. Rasio LDL/HDL pada wanita

berdasarkan klasifikasi BMI (kurus, normal, overweight, dan obes) antara kelompok usia 18-44 tahun dan 45-60 tahun mempunyai perbedaan yang

signifikan (p<0,05) p=0,013 dan p=0,001.

g. “Relationship of Body Mass Index with Lipid Profile and Blood Pressure in Healthy Female of Lower Socioeconomic Group, in Kaduna Northern Nigeria”.

Abubakar et al. (2009), melakukan penelitian pada 52 wanita sehat berusia 19-32 tahun. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan BMI.

Kategori kurus BMI <19 kg/m2, normal BMI 19-26 kg/m2, dan overweight

BMI >26 kg/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

(28)

bermakna (p>0,05) antara kelompok BMI kurus, normal, dan overweight. Terdapat perbedaan kadar HDL yang bermakna (p<0,05) antara kelompok BMI kurus, normal, dan overweight (p=0,04), kadar trigliserida (p=0,001), tekanan sistolik (p<0,001), dan tekanan diastolik (p=0,01). Tidak terdapat kolerasi yang bermakna antara profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL,

HDL) dan tekanan darah dengan BMI.

h. “Frequency of Dyslipidemia in Obese Versus Non-obese in Relationship to Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR), and Waist Circumference (WC)”.

Shah, Devrajani, dan Bibi (2010) melakukan penelitian pada 200 subyek

penelitian pria dan wanita berusia 20-79 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok

(obes, n=100 dan non obes n=100). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) kadar HDL, LDL, dan trigliserida antara kelompok obes dan non obes. Kadar kolesterol total tidak

berbeda signifikan (p>0,05) antara kelompok obes dan non obes.

i. “The Relation of BMI and Skinfold Thicknesses to Risk Factors Among Young and Middle-Aged Adults: The Bogalusa Heart Study”.

Freedman, Katzmarzyk, Dietz, Srinivasan, dan Berenson (2010) melakukan

penelitian cross sectional (n=3318, pria=1471, wanita 1847) pada kelompok usia 18-44 tahun. Studi longitudinal (n=1593) pada kelompok usia 6-16

tahun dari tahun 1983-2002. Komponen yang diteliti dan sekaligus sebagai

(29)

dan diastolik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk studi cross sectional, BMI dan penjumlahan pengukuran skinfold thicknes/SF sum

(triceps dan subscapular) mempunyai kolerasi positif bermakna dengan faktor risiko PJK r=0,55 (BMI) dan r=0,49 (SF sum), p<0,001. Studi longitudinal juga menunjukkan kolerasi positif bermakna dengan faktor

risiko PJK, r=0,50 (BMI) dan r=0,38 (SF sum).

j. “Correlation of Dyslipidemia with Waist to Height Ratio, Waist Circumference, and Body Mass Index In Iranian Adults”.

Chehrei, Sadrnia, Keshteli, Daneshmand, dan Rezaei (2007) melakukan

penelitian pada 750 subyek penelitian (580 wanita, rerata usia 40,41±15,44

tahun dan 170 pria, rerata usia 43,57±17,88 tahun) tidak mempunyai riwayat

kronik. Terdapat kolerasi positif bermakna antara BMI dan LDL dengan

nilai r=0,111 (p<0,001). Terdapat kolerasi positif bermakna antara BMI dan rasio LDL/HDL dengan nilai r=0,099 (p<0,001). Terdapat kolerasi positif tidak bermakna antara BMI dan HDL dengan nilai r = -0,04 (p>0,05). k. “LDL-C/HDL-C Ratio Predicts Carotid Intima-Media Thickness

Progression Better Than HDL-C or LDL-C Alone”.

Enomoto et al. (2011) melakukan penelitian pada 1920 subyek penelitian (usia di atas 40 tahun) dengan jumlah pria 794 orang dan wanita 1126

(30)

delapan tahun kemudian perubahan IMT mempunyai hubungan terbalik

yang signifikan dengan kadar HDL (p<0,05). Perubahan IMT mempunyai hubungan linier dan signifikan dengan ratio LDL/HDL (p<0,05). Ratio LDL/HDL dibagi dalam bentuk kuartil dan analisis kovarian menunjukkan

peningkatan ratio LDL/HDL menyebabkan kenaikan IMT (p<0,05). Analisis regresi linear menunjukkan rasio LDL/HDL merupakan prediktor kuat

terhadap IMT (β=1,55453, p<0,05).

l. “Anthropometric Measurements as Predictors of Intraabdominal Fat Thickness”.

Roopakala et al. (2009), melakukan penelitian dengan jumlah subyek penelitian 60 orang sehat berusia 25-55 tahun (32 pria dan 28 wanita).

Lemak subkutan dan visceral diukur 1 cm diatas umbilicus menggunakan

ultrasonography. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar pinggang mempunyai kolerasi positif bermakna (p<0,001) dengan lemak subkutan dan

visceral pada pria dan wanita. BMI menunjukkan kolerasi postif bermakna (p<0,001) dengan lemak subkutan saja pada subyek penelitian wanita. m. “Association Of Subcutaneous Fat With Some Antrophometric

Characteristics and Lipid Profile in Vegetarian and Non-Vegetarian Middle Aged Menopausal Women of Central India”.

Koley (2010) melakukan penelitian pada 47 subyek penelitian wanita (usia

40-60 tahun) dan dibagi menjadi kelompok vegetarian (n=30) dan kelompok

(31)

tinggi dan berat badan, BMI, lima pengukuran skinfold thickness (bicep, tricep, subscapular, suprailiac, dan abdominal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kolerasi positif bermakna (p<0,01) antara BMI dengan lemak subkutan dengan nilai r=0,504. Terdapat kolerasi positif

namun tidak bermakna (p>0,05) antara AST dengan lemak subkutan dengan nilai r=0,239.

3. Manfaat Praktis dan Teoritis

a. Manfaat praktis

Mendapat informasi mengenai BMI dalam kaitannya dengan obesitas.

Pengetahuan mengenai pengukuran BMI dan AST terhadap rasio kadar LDL/HDL

dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya PJK.

b. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan untuk

penelitian yang terkait dengan pengukuran BMI dan AST terhadap rasio kadar

LDL/HDL dalam darah.

4. Tujuan Umum dan Khusus

a. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada tidaknya korelasi positf dan

bermakna antara BMI dan AST terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah pada

(32)

b. Tujuan khusus

i. Mencari ada tidaknya kolerasi antara BMI dengan kadar LDL, kadar HDL,

rasio kadar LDL/HDL.

ii. Mencari ada tidaknya kolerasi antara AST dengan kadar LDL, kadar HDL

dan rasio kadar LDL/HDL.

iii. Mencari adakah perbedaan parameter antropometri (BMI dan AST) dan

profil lipid (kadar LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL) kelompok dengan BMI

(33)

15 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obesitas 1. Definisi Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi akumulasi

lemak (adiposit) secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011).

2. Etiologi

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan

keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut disebabkan oleh konsumsi makanan yang

berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya

metabolisme tubuh dan aktivitas fisik. Faktor lingkungan berperan sebagai penyebab

terjadinya obesitas, seperti nutrisional (perilaku makan) dan aktivitas fisik (Mann dan

Truswell, 2007).

3. Jaringan Adiposa

Jaringan adiposa merupakan istilah anatomi jaringan ikat yang terdiri dari sel

adipose. Jaringan adiposa dapat ditemukan di bawah kulit tetapi juga dapat ditemukan

di sekeliling organ. Jaringan adiposa yang terdapat di bawah kulit disebut lemak

(34)

(Gambar 2). Tumpukan jaringan adiposa pada obesitas memiliki peran biologis, tidak

hanya berperan pasif sebagai tempat penyimpanan dan berlangsungnya proses

metabolisme trigliserida tetapi juga berperan sebagai kelenjar endokrin yang

mensekresi berbagai sitokin dan hormon peptida yang turut berperan dalam

pengaturan keseimbangan berat badan dan metabolisme energi. Beberapa substansi

jaringan adiposa seperti adinopektin, leptin, resistin, interleukin-6, Tumor Necrosis Factor (TNF), Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAL-1) (Marfianti, 2006).

4. Adiposa Berperan di Dalam Pengaturan Keseimbangan Energi

Adiposa berperan pada pengaturan proses homeostasis energi, yaitu suatu

proses yang membutuhkan keseimbangan antara asupan energi (asupan makanan) dan

pengeluaran energi (metabolisme dan aktifitas fisik) serta jumlah cadangan energi

dalam tubuh (massa lemak) (Mann dan Truswell, 2007).

Hipotalamus, suatu bagian otak merupakan pusat pengatur utama dari nafsu makan. Terdapat area di otak pada hipotalamus yaitu arcuate nucleus yang mengatur keseimbangan asupan makanan dan penggunaan energi. Arcuate nucleus memiliki dua neuron utama dengan aksi berlawanan. Neuron tipe pertama memproduksi neurotransmitter peptida yaitu neuropeptide Y (NPY) dan agouti related peptide

(35)

menurun, neuron NPY dan AgRP diaktivasi dan neuron POMC diinhibisi sehingga

terjadi menstimulasi selera makan yang akan meyebabkan terjadinya kenaikan berat

badan (Pusparini, 2007).

5. Tipe-Tipe Obesitas

National Institute of Health, 2008, membagi tipe obesitas menjadi dua apple shape (android) dan pear shape (gynoid) (Gambar 1). Lemak disimpan di sekitar pinggul dan bokong, tipe gynoid cenderung dimiliki oleh wanita. Risiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil. Bentuk tubuh apel (apple shape) biasanya terdapat pada pria, di mana lemak tertumpuk di sekitar perut. Risiko kesehatan pada

tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke pembuluh darah dibandingkan dengan

sel-sel lemak di tempat lain.

Nurtantio dan Wangko (2007) terdapat dua tipe obesitas, yaitu tipe sentral

dan perifer. Pada obesitas sentral terjadi penimbunan lemak dalam tubuh yang

melebihi nilai normal di daerah abdomen, sedangkan pada obesitas perifer

penimbunan lemak yang melebihi nilai normal di daerah gluteo-femoral. Risiko

penyakit jantung sangat berhubungan dengan obesitas sentral/android/visceral/upper body obesity dibandingkan dengan obesitas perifer/ginoid/subkutan/lower body obesity. Studi prospektif Honolulu Heart Study mendapatkan bahwa risiko PJK didapatkan lebih tinggi pada kelompok obesitas sentral dibandingkan dengan non

(36)

Menurut Ibrahim (2010), hampir 80% lemak tubuh terdapat di area subkutan, dan

wanita mempunyai persentase lemak subkutan lebih besar dibandingkan pria. Lemak

subkutan pada wanita terdapat di daerah payudara, bokong dan paha. Lemak visceral

pada pria sebesar 10-20% dari total lemak tubuh, sedangkan wanita hanya 5-8%.

Gambar 1. Obesitas tipe pearshape (Gynoid) dan apple shape (Android) (Roche, 2007)

(37)

B. Pengukuran Antropometri

Istilah antropometri berasal dari anthropos dan metros. Anthropos yang

artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri berarti pengukuran pada

berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Parameter antropometri, antara lain: berat badan, tinggi badan, BMI,

lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di

bawah kulit (Fajar, Bakri, dan Supariasa, 2002).

1. BMI

Pengukuran tinggi dan berat badan sangat sederhana dan umum dilakukan.

Pengukuran tinggi dan berat badan dapat digunakan untuk menghitung BMI. Body Mass Index/Indeks Massa Tubuh dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter persegi (kg/m2) (WHO, 2011).

Tabel I. Klasifikasi BMI menurut WHO (Western Pacific Region)/International Obesity Taskforce (IOTF)/ International Association For The Study Of Obesity

(IASO) (2000) untuk orang dewasa Asia

Klasifikasi BMI (kg/m2) Risiko penyakit penyerta

Kurus <18,5 Rendah (tetapi risiko masalah

klinis meningkat)

Normal 18,5-22,9 Rata-rata

Overweight ≥ 23,0 Meningkat

Pre-obesitas 23,0-24,9

Obesitas ≥ 25,0

Kelas I 25,0-29,9 Sedang

(38)

Orang Asia mempunyai cut-off overweight (≥23,0 kg/m2) dan obesitas (≥25,0 kg/m2) lebih rendah jika dibandingkan dengan kriteria WHO. Penggunaan

cut-off untuk wilayah asia-pasifik telah melalui studi validasi (IASO, 2000). Anuurad, Shiwaku, Nogi, Kitaima, Enkhmaa, dan Shimono (2003) melakukan penelitian pada

479 partisipan pria dan 432 partisipan wanita pada kelompok usia 18-44 tahun dan

45-60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi overweight menggunakan

cut-off untuk orang di wilayah Asia-Pasifik dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik baik pada pria dan wanita pada usia di atas 45 tahun. Batasan ( cut-off) nilai BMI yang berlaku universal tidak sesuai untuk karakteristik obesitas pada orang Jepang, kriteria Western Pacific Region of WHO (WPRO) sesuai untuk melihat karakteristik obesitas pada orang Jepang.

Deurenberg, Deurenberg-Yap, dan Guricci (2002) melakukan penelitian

untuk mempelajari hubungan BMI dan persentase lemak tubuh (body fat per cent/BF%) pada populasi yang berbeda di Asia. Disimpulkan bahwa semua populasi orang Asia yang di teliti mempunyai BF% lebih tinggi dengan BMI rendah

dibandingkan dengan orang Kaukasia. Pada umumnya, orang Asia mempunyai BF%

3-5% lebih tinggi dibandingkan dengan orang Kaukasia, meskipun mempunyai BMI

yang sama. Orang Asia mempunyai BMI 3-4 unit lebih rendah dibandingkan dengan

(39)

2. Skinfold Thickness (Tebal Lipatan Kulit)

Skinfold caliper (Gambar 3) mempunyai standard atau jangkauan jepitan

(20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm. Jenis alat yang sering digunakan adalah

Harpenden Caliper. Mengukur lipatan kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak sub-kutan. Dalam survei disarankan bahwa total lemak dalam tubuh dapat

diukur dari pengukuran beberapa tempat seperti pada trisep, bisep dan subskaspular

serta suprailiaka (Fajar, Bakri, dan Supariasa, 2002). Abdominal skinfold, cubitan dilakukan dengan arah vertikal, kurang lebih 5 cm lateral umbilikus (setinggi

umbilikus) (Gambar 4) (Sudibjo, 2001).

Gambar 3. Skinfold Caliper (Assist, 2011)

Gambar 4. Pengukuran AST (Topendsports, 2011)

(40)

C. Profil Lipid

Lemak disimpan di jaringan adiposa, kombinasi lipid dan protein

(lipoprotein) adalah konstituen sel yang penting yang terdapat baik di membran sel

maupun di mitokondria, dan juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid dalam darah

(Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Jadi lipoprotein dapat dianggap seperti

“pembawa” (carrier) lemak dan kolesterol dalam darah (Soeharto, 2002).

Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol

(14%), dan ester kolesteril (36%), serta sedikit asam lemak bebas (FFA) (4%). Empat

kelompok utama lipoprotein, yaitu :

1. Kilomikron, yang berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di

usus.

2. Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL, atau pra-β-lipoprotein) yang berasal dari hati untuk ekspor triasilgliserol.

3. Lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein, LDL, atau β-lipoprotein) yang menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme VLDL.

4. Lipoprotein berdensitas tinggi (high density lipoprotein, HDL, atau α-lipoprotein) yang berperan dalam transpor kolesterol dan pada metabolisme

VLDL dan kilomikron (Murray dkk., 2009).

Triasilgliserol adalah lipid utama pada kilomikron dan VLDL, sedangkan

kolesterol dan fosfolipid masing-masing adalah lipid utama pada LDL dan HDL

(Murray dkk., 2009). LDL yang mengangkut paling banyak kolesterol di dalam

(41)

mengendapnya kolesterol dalam arteri. HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dan

sering disebut sebagai kolesterol baik, karena dapat membuang kelebihan kolesterol

di pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang (Soeharto, 2002).

Terdapat kolerasi postif antara insiden aterosklerosis koroner dan kadar kolesterol

LDL plasma. Kadar HDL berbanding terbalik dengan insiden aterosklerosis koroner

(Murray dkk., 2009).

National Heart Lung and Blood Institute (2002a) dalam The National Cholesterol Education Programme, Adult Treatment Panel III menetapkan klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida yang merupakan pedoman untuk

interpretasi klinik hasil tes lipid darah sebagai berikut (Tabel II) :

Tabel II. Klasifikasi Kolesterol LDL, HDL, Total, dan Trigliserida (mg/dl) (NCEP ATP III, 2002)

Kolesterol Total <200 Diinginkan

200-239 Garis batas level kolesterol total tinggi ≥ 240 Tinggi

LDL <100 Optimal

100-129 Mendekati Optimal

130-159 Garis batas level kolesterol-LDL tinggi 160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

HDL <40 Rendah

≥60 Tinggi

Trigliserida <150 Normal

150-199 Garis batas level trigliserida tinggi 200-499 Tinggi

(42)

D. Rasio LDL Terhadap HDL

Indikator lain mengenai risiko PJK ialah dengan melihat rasio LDL terhadap

HDL. Klasifikasi yang dipakai adalah risiko di bawah 25% dianggap risiko rendah,

25-50% menengah, dan 50-75% tinggi, sedangkan di atas 90% dianggap sangat tinggi

(Tabel III) (Soeharto, 2002).

Tabel III. Persentase Risiko Terjadinya PJK Dilihat dari Rasio LDL terhadap HDL W.P Castelli (cit., Soeharto, 2002)

% Risiko LDL/HDL

NCEP ATP III (2002b) menetapkan rasio LDL/HDL sebagai prediktor PJK

seperti yang tertera pada tabel IV.

Tabel IV. Rasio LDL/HDL (NCEP ATP III, 2002)

Risiko Rasio LDL/HDL

Sangat Rendah (1/2 rata-rata) 1,5

Risiko rata-rata 3,2

Risiko Sedang (2x rata-rata) 5,0

(43)

E. Aterosklerosis Pemicu Terjadinya PJK

Aterosklerosis merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penebalan

fibrosa pada dinding arteri yang berkaitan dengan plak-plak kaya lipid, plak ini rentan

mengalami ulserasi dan pecah sehingga dapat memicu pembentukan trombus yang

menghambat aliran darah (Mc Phee dan Ganong, 2006). Aterosklerosis terjadi akibat

disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Aterosklerosis mengaktifkan reaksi

inflamasi dan menghasilkan radikal bebas. Aterosklerosis menyebabkan penurunan

diameter arteri dan peningkatan kekakuan. Area aterosklerotik pada arteri disebut

plak. Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri yang ditandai

dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di

seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika media

(lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan

arteri serebral (Corwin, 2008).

Kadar kolesterol dan trigliserida dalam sirkulasi yang tinggi dapat

menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Kolesterol dan trigliserida yang dibawa di

dalam darah terbungkus dalam protein pengangkut lemak yang disebut lipoprotein.

HDL membawa lemak keluar sel untuk diuraikan, dan dikenal bersifat protektif

melawan aterosklerosis. LDL dan VLDL membawa lemak masuk ke dalam tubuh,

termasuk sel endotel arteri. Pada aterosklerosis diawali dengan proses oksidasi LDL

pada lapisan subendotel arteri yang menyebabkan berbagai reaksi inflamasi, yang

akhirnya menarik monosit dan neutrofil ke area lesi. Sel-sel darah putih ini melekat

(44)

banyak sel darah putih ke area tersebut dan selanjutnya merangsang oksidasi LDL.

Pada akhirnya, monosit bergerak masuk ke dinding arteri, yang merupakan tempat

pematangan menjadi makrofag dan mengubah LDL menjadi sel buih. LDL

teroksidasi bersifat sitotoksik untuk sel pembuluh darah, yang selanjutnya

merangsang respons inflamasi. Semakin tinggi kadar LDL dalam sirkulasi, semakin

sering terjadi kerusakan (Corwin, 2008).

Gambar 5. Arteri normal dengan aliran darah normal (atas). Arteri dengan adanya plak (bawah) menandakan terjadinya aterosklerosis (National Heart Lung and Blood

Institute, 2011)

PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih arteri koroner di mana terdapat

(45)

akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan menggangu aliran darah

ke jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung (Hariadi dan

Ali, 2005). Adanya plak pada pembuluh darah mengurangi aliran darah ke jantung,

sehingga dapat menimbulkan terjadinya angina atau serangan jantung (Gambar 5 dan 6) (NHLBI, 2011).

Gambar 6. Plak pada pembuluh arteri koroner (A.D.A.M, 2011)

F. Landasan Teori

Obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang kaya kolesterol dan

melebihi kebutuhan. Apabila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama dan tidak

diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, kelebihan

energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah

(46)

semakin banyak dapat menyebabkan perubahan anatomis. Pada wanita, penumpukan

jaringan lemak biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggul, dan perut.

Metode antropometri dapat digunakan untuk skrining terjadinya obesitas yaitu

antara lain dengan BMI dan AST. Nilai BMI diperoleh dengan melakukan

pengukuran berat dan tinggi badan dan dihitung menggunakan rumus BMI. AST

diperoleh dengan melakukan pengukuran tebal lipatan kulit di bagian abdomen

menggunakan skinfold caliper.

Pada seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki peningkatan

kadar LDL yang disertai dengan penurunan kadar HDL. Semakin tinggi kadar HDL

semakin rendah tingkat risiko PJK. Semakin tinggi tingkat LDL semakin tinggi

tingkat risiko PJK. Secara umum, dikatakan makin rendah rasio LDL/HDL makin

rendah tingkat risiko PJK dan sebaliknya (Soeharto, 2002). Hasil penelitian

Christasani (2010) disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna antara

body mass index (BMI) dan tricepsskinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah pada staf pria Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pengukuran BMI dan AST diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi dini

terjadinya PJK sehingga dapat melakukan pencegahan lebih awal.

G. Hipotesis

Terdapat korelasi positif bermakna antara BMI dan AST terhadap rasio

(47)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan rancangan secara cross-sectional. Penelitian observasional merupakan penelitian dilaksanakan dengan pengamatan saja tanpa melakukan intervensi.

Penelitian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel. Dalam

penelitian cross-sectional observasi atau pengukuran variabel pada satu saat (Sastroasmoro, 2008).

Analisis korelasi dilakukan antara faktor risiko dan faktor efek. Yang

dimaksud faktor risiko adalah suatu fenomena yang menyebabkan terjadinya efek.

Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini menganalisis korelasi antara Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness (AST) sebagai faktor risiko terhadap rasio LDL/HDL sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik untuk mengetahui

korelasi antara faktor efek dengan faktor risiko.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

(48)

2. Variabel tergantung

Rasio kadar LDL/HDL

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : usia dan patologi

b. Variabel pengacau tak terkendali : gaya hidup

C. Definisi Operasional

1. Responden adalah staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

berusia 30-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan

hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi usia dari

responden. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran tinggi badan,

berat badan, BMI, dan AST. Hasil pemeriksaan laboratorium kadar LDL,

HDL, dan rasio LDL/HDL.

3. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang terjadi karena adanya

gangguan pada jantung (kardio) dan pembuluh darah (vaskular). Salah satu

bentuk penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner.

4. BMI sebuah ukuran berat badan dalam kg terhadap tinggi badan dalam m2

yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam

(49)

badan responden menggunakan meteran tinggi badan. Untuk mendapatkan

nilai Body Mass Index, hasil penimbangan berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2).

5. Pengukuran AST dilakukan dengan cara menjepit lemak subkutan dibagian

perut secara vertikal dengan jarak 5 cm dari pusar dengan menggunakan

skinfold caliper.

6. Rasio kadar LDL/HDL adalah hasil bagi kadar LDL indirek dengan kadar

HDL hasil pemeriksaan laboratorium darah menggunakan formula

Friedewald Perhitungan LDL indirek menggunakan formula Friedewald: LDL indirek = Kolesterol Total – HDL – Trigliserida/5

D. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah staf wanita kampus I, II, dan III

Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi serta bersedia untuk menjadi responden. Kriteri inklusi dalam penelitian ini

adalah staf wanita kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma rentang usia 30-50

(50)

darah, mengkonsumsi obat kontrasepsi, merokok, menderita penyakit hati akut

maupun kronis.

Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali. Pengambilan data pertama

dilaksanakan di Kampus Mrican dengan jumlah responden yang hadir adalah 42

responden dari 48 responden yang bersedia bekerjasama dan terdaftar dalam

penelitian. Pengambilan data kedua dilaksanakan di Kampus Paingan dengan jumlah

responden yang hadir adalah 17 responden dari 22 responden yang bersedia

bekerjasama dan terdaftar dalam penelitian. Dari 59 responden, yang data

pemeriksaannya dipakai sebagai data penelitian ini adalah 56 responden. Tiga data

dieksklusikan karena responden menderita DM, perokok, dan kadar trigliserida >400

mg/dL. Skema responden dapat dilihat pada gambar 7.

(51)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data pertama dilaksanakan di Kampus I Mrican Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta di ruang Koendjono dengan responden staf wanita

Kampus I dan II pada tanggal 10 Agustus 2011. Pengambilan data kedua

dilaksanakan di Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma di ruang Drost

dengan responden staf wanita Kampus III pada tanggal 12 Agustus 2011.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Kolerasi

Parameter Antropometri terhadap Profil Lipid, hs-CRP, Glukosa Darah dan Tekanan

Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Staf Wanita Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan

jumlah anggota 11 orang dengan kajian yang berbeda.

Kajian penelitian ini meliputi:

1. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Kadar

Trigliserida dalam Darah.

2. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Rasio Kadar

Kolesterol Total/HDL dalam Darah.

3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Rasio Kadar

LDL/HDL dalam Darah.

4. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Kadar hs-CRP

(52)

5. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Kadar

Kolesterol dalam Darah.

6. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.

7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.

8. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.

9. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.

10. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Glukosa dalam Darah.

11. Korelasi Pengukuran Body Mass Index, Abdominal Skinfold Thickness,

Lingkar Pinggang, dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Tekanan

Darah.

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah secara

non-random sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis purposive sampling. Pada purposive sampling, peneliti memilih subyek penelitian berdasarkan pada pertimbangan subyektifnya (Sastroasmoro, 2008). Sampel minimal adalah 30

(53)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini timbangan berat badan merek

Tanita®, alat pengukur tinggi badan Stature®, skinfold caliper dengan merek pi zhi

hou du ji®. Timbangan berat badan merek Tanita® dan alat pengukur tinggi badan

Stature®. Skinfold caliper pi zhi hou du ji® untuk mengukur tebal lipat kulit pada bagian abdominal. Pemeriksaan darah dilakukan oleh laboratorium Parahita®.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah staf

wanita Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun

serta tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan responden pada saat

pengukuran parameter. Hal ini dilakukan dengan cara meminta data staf wanita

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di bagian Biro Pelayanan Umum Kampus I

Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permintaan kesediaan subyek

penelitian untuk berpartisipasi di dalam penelitian menggunakan komunikasi

langsung dan dengan pemberian leaflet yang berjudul “Obesitas dan Metode

Antropometri”.

2. Permohonan izin dan kerja sama

Permohonan izin pertama diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran

dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk memenuhi etika

(54)

kedua ditujukan kepada Rektorat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk

memperoleh izin melaksanakan penelitian, Permohonan kerja sama diajukan ke

respondendan Laboratorium Parahita sebagai laboratorium yang mengambil data dan

mengukur darah responden. Responden yang bersedia ikut terlibat dalam penelitian

ini, kemudian mengisi informed consent.

3. Pencarian responden

Pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan surat izin penelitian

dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Surat izin penelitian diberikan

kepada Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kepala Urusan Rumah

Tangga Paingan, Kepala BAPSI, Para Dekan Fakultas Kampus I, II, dan III

Universitas Sanata Dharma untuk meminta izin melibatkan dosen dan karyawan di

dalam penelitian ini.

Pencarian responden yang masuk sebagai sampel dari populasi dilaksanakan

secara berpasangan (sebanyak 2 orang) dengan menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian serta pentingnya penelitian yang dilakukan kepada calon responden.

Penjelasan yang lebih mendalam mengenai penelitian melalui pemberian leaflet

kepada calon responden. Isi leaflet berupa penjelasan mengenai obesitas, tipe obesitas, risiko obesitas, dan pengukuran antropometri dan standar beberapa nilai

antropometri (BMI), skinfold thickness, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul).

Calon responden yang bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian

(55)

dalam penelitian ini secara sukarela. Responden yang bersedia untuk berpartisipasi

dalam penelitian akan mencantumkan nama, usia, dan alamat pada informed consent

serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti.

Informed consent yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada.

Responden akan dihubungi satu hari sebelum pengukuran parameter untuk

memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran parameter

dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengukuran parameter

yaitu berpuasa selama 8-10 jam via short message system (sms) dan via telepon jika responden tidak membalas sms dari peneliti. Responden yang belum hadir pada saat

pengukuran parameter akan dikonfirmasi untuk kehadirannya melalui via telepon.

Responden dapat membatalkan kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian tanpa

harus memberikan kejelasan mengenai pembatalan ikut serta dalam penelitian seperti

yang tercantum dalam informed consent.

4. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian

Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat digunakan untuk

mengukur hal yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan

menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) instrumen

(56)

Pengujian reliabilitas instrumen timbangan berat badan, meteran tinggi badan dan

skinfold caliper dilakukan dengan menghitung hasil pengukuran dari masing-masing instrumen sebanyak 5 kali. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah

divalidasi berupa timbangan berat badan merek Tanita® dengan nilai CV hasil validasi adalah 0,19%. Alat pengukur tinggi badan Stature® dengan nilai CV hasil validasi adalah 0,06%. Skinfold caliper pi zhi hou du ji® dengan nilai CV hasil validasi adalah 1,56 %. Hasil validasi alat secara keseluruhan memenuhi syarat

validitas yang kurang dari 5%, dengan perhitungan validasi terlampir dalam lampiran.

Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar profil lipid bermerek

Aechitect c SystemTM dan Aeroset System.

5. Pengukuran parameter

Parameter yang diukur oleh peneliti adalah berat badan dan tinggi badan

(untuk menghitungBMI), AST. Pengambilan darah pada responden untuk memeriksa

kadar LDL dan HDL dilakukan oleh tenaga ahli dari laboratorium Parahita®.

Pengukuran antropometeri dilakukan oleh tim peneliti. Penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dilakukan dalam posisi tegak. Responden diminta untuk

melepaskan sandal atau sepatu pada saat penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan. Pengukuran AST dilakukan dengan menjepit lipatan kulit abdominal

(57)

6. Pembagian hasil pemeriksaan

Peneliti secara langsung membagikan hasil pemeriksaan kepada setiap

responden. Hasil pemeriksaan laboratorium dimasukkan ke dalam amplop dan

peneliti membantu menjelaskan data hasil pemeriksaan laboratorium.

7. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun

data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan

interpretasi.

8. Analisis data penelitian

Data yang diperoleh diolah secara statistik. Langkah awal adalah dilakukan

uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk melihat distribusi normal suatu data.

Suatu data dikatakan normal bila nilai p lebih besar dari 0,05. Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila data tidak terdistribusi normal. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi

p<0.05 (Dahlan, 2011).

Data juga diolah untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara

kelompok BMI <23 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2.. Jika data terdiatribusi normal

(58)

Tabel V. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan kolerasi, nilai p, dan arah kolerasi (Dahlan, 2011)

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan Kolerasi

2. Nilai p p<0,05 Terdapat kolerasi yang bermakna

antara dua variabel yang diuji

p>0,05 Tidak terdapat kolerasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3. Arah Kolerasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.

- (negatif) Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

J. Kesulitan dalam Penelitian

Beberapa kesulitan yang di alami selama penelitian antara lain banyak staf

yang tidak bersedia dan menolak berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden yang

(59)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden merupakan staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

dengan jumlah 56 orang. Karakteristik responden meliputi usia, tinggi badan, berat

badan, BMI, AST, LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL. Menurut Dahlan (2011), statistik

deskriptif merupakan dasar bagi statistik analitis (uji hipotesis). Statistik deskriptif

digunakan untuk mengetahui karakterisitk data yang dimiliki salah satunya distribusi

data mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas data dengan besar sampel (n>50). Data terdistribusi normal

apabila nilai p>0,05. Karakteristik responden disajikan pada tabel VI. Tabel VI. Karakteristik Responden

No. Karakteristik (n = 56) p

Responden yang diteliti berusia 30-50 tahun dengan rerata usia responden 40

Gambar

Gambar 1. Obesitas tipe pear shape (Gynoid) dan apple shape (Android) (Roche, 2007)
Tabel I. Klasifikasi BMI menurut WHO (Western Pacific Region)/International
Gambar 3. Skinfold Caliper (Assist, 2011)
Tabel II. Klasifikasi Kolesterol LDL, HDL, Total, dan Trigliserida (mg/dl)
+7

Referensi

Dokumen terkait

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIDOARJO Jumlah  rumah tangga usaha  pertanian di Kabupaten Sidoarjo  Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah  tangga   

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data curah hujan yang diperlukan kemudian mencari hujan maksimum setiap tahunnya, melakukan analisis

Salah satu upaya yang dilakukan selama ini dalam meminimalkan gangguan lalu lintas kendaraan dan mengurangi tingkat resiko kecelakaan bagi pejalan kaki di daerah perkotaan

Mahasiswa yang tidak melakukan proses pembayaran kuliah/registrasi Semester Genap 2014/2015 sampai dengan tanggal 2 Maret 2015 dan tidak melakukan cuti akademik sampai

Menghirup semprotan (Asam laktat 85%) dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan gejala seperti batuk, tersedak, napas pendek, pusing serta

Skripsi yang berjudul &#34;Analisis Penilaian Kewajaran Harga Saham (Studi Pada Sektor Industri Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

MODUL, SUB MODUL, REPORT BMS Transaksi Estimasi Biaya Work Order Penjualan Retur Penjualan Pembelian Retur Pembelian Order Sheet Hutang Piutang Hutang Pembayaran Hutang

besar terjadinya penyalahgunaan anggaran terdapat pada Pemberian Belanja Hibah Kabupaten Siak Tidak Sesuai Ketentuan dan Membebani Keuangan Daerah sebesar Rp: