Rezim Pertumbuhan Kota: Studi Pembangunan di Kecamatan
Gununganyar
M.Ichwan Harya Wresniwira
* AbstrakPembangunan yang terjadi di Kecamatan Gununganyar sangat pesat dikarenakan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal. Pembangunan yang berada di Gununganyar saat ini telah beralih fungsi, yang semula berupa lahan persawahan, tambak dan lahan kosong, kini berubah menjadi kawasan tempat tinggal (pembangunan perumahan dan apartemen). Penelitian ini membahas tentang kolaborasi pembangunan yang dilakukan pemerintah kota dan investor (pihak swasta). Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui
in-depth interview dengan narasumber Dinas Pemerintahan Kota Surabaya, pihak pengembang serta
masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori urban rezim yang dikembangkan oleh Clarance Stone. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pemeritah berkolaborasi dengan aktor ekonomi (investor) untuk mengembangkan pembangunan yang berada di kawasan Gununganyar. Kolaborasi antara kedua aktor tersebut berupa; pemberian akses untuk jalan dan pembangunan fasilitas–fasilitas pendukung lainnya. Kolaborasi dari pembangunan yang dilakukan aktor ekonomi dan aktor politik menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Keuntugan bagi aktor politik yakni pendapatan sektor pajak bertambah dan bagi aktor ekonomi yakni keuntungan dari membangun wilayah tersebut.
Kata Kunci : Pertumbuhan kota, Gununganyar, Kolaborasi, Aktor politik
Abstract
The urban growth of Gununganyar area, has been rapidly increased, triggered by communities’ demand towards residence. The urban growth of Gununganyar area has shifted in term of area function, which initially allocated to rich fields, fishponds, and open area; however, currently it has been allocated to residence (establishment of housing and apartment). This research discussed about the collaboration between Surabaya City Government and investors (private sectors), during the development process. This research classified as descriptive-qualitative, especially with in-depth interview technique. The in-depth interviews were conducted with some interviewees, coming from several Surabaya Government Agencies, investors, and residents.This research used urban regime theory which has developed earlier by Clarance Stone.This research showed that political actor (Government) was collaborated with economical actor (investors), in purpose to develop the urban growth of Gununganyar area. The collaboration between these two actors then resulted on mutual beneficial for both sides. The beneficial gained by political actor was income from tax sector, while, for economical actor, the beneficial was the development advantage of that specified area.
Keywords: Urban Growth, Gununganyar, Collaboration, Political Actor.
*Mahasiswa Program Sarjana Departemen Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
PENDAHULUAN
Wilayah perkotaan terus melakukan perkembangan dan pembangunan di
beberapa sektor, seperti; pembangunan infrakstruktur, sarana pendidikan, perumahan
hingga industri. Pembangunan gencar dilakukan salah satunya disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di kota tersebut. Adapun, perkembangan dan
pembangunan terjadi secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, tak terkecuali Kota
Surabaya. Surabaya menjadi pusat bisnis, industri, perdagangan dan pendidikan di
wilayah Indonesia Bagian Timur karena letaknya yang strategis, luas wilayah yang
tergolong besar, yakni sekitar 333,063 km², dan jumlah penduduknya yang padat, yakni
sekitar 2.909.257 jiwa. Letaknya yang strategis, Luas wilayah yang tergolong besar,
serta jumlah penduduk yang padat menjadikan Kota Surabaya sebagai kota besar
modern dengan mobilitas penduduk yang tinggi.
Sebagai Kota Besar, pembangunan Kota Surabaya menjadi salah satu fokus
utama dari pemerintah kota. Perkembangan pembangunan Kota Surabaya dilakukan
dengan tujuan memenuhi kebutuhan penduduk yang kian meningkat, adapun
kebutuhan tersebut terkait pembangunan tempat tinggal, gedung perkantoran, dan
sarana pendidikan. Pembangunan tersebut dilakukan secara merata di seluruh wilayah
Kota Surabaya. Penelitian ini akan berfokus pada perkembangan pembangunan di
wilayah Kota Surabaya bagian Timur, khususnya kecamatan Gununganyar.
Pembangunan Kota Surabaya, pada kecamatan Gununganyar dilakukan
Pemerintah kota dengan bantuan para investor. Hal ini dikarenakan investor atau pihak
Pemerintah Kota dan Investor atau Pihak Swasta harus bekerjasama. Pada kecamatan
Gununganyar. perkembangan pembangunan tergolong pesat karena maraknya investor
yang datang. Akses yang mudah, lokasi yang cukup strategis, pembangunan
infrastruktur, serta harga tanah yang cederung murah merupakan pertimbangan utama
investor untuk menanamkan modal di wilayah ini.
Akses menuju wilayah Gununganyar tergolong mudah, dikarenakan tersedianya
jalan penguhubung seperti MERR (Middle East Ring Road) dan OERR (Outer East Ring
Road) serta jalan tol yang melewati daerah tersebut. Jarak yang dekat dengan beberapa
lokasi sentral, seperti Bandara, Tol, serta pusat industri, telah menjadikan kawasan
Gununganyar sebagai salah satu kawasan yang strategis. Pembangunan infrastruktur
pun terus dilakukan, terbukti dengan adanya proyek pembangunan jalan MERR dan
OERR, dengan fungsi utama untuk mengurangi kepadatan jalan.
Kemudahan-kemudahan inilah yang mendasari maraknya pembangunan, khususnya hunian
(perumahan dan apartemen) oleh investor.
Namun, dalam praktek pembangunan wilayah Gununganyar, beberapa kendala
dari penduduk asli kerap muncul. Kendala tersebut bersumber dari ketakutan
penduduk asli terkait pembangunan yang dilakukan investor. Pembangunan tersebut
dirasa berpotensi untuk menggusur lahan hunian milik penduduk asli, terlebih
kehadiran pendatang pada kawasan tersebut, yang nantinya dikhawatirkan mampu
menyisihkan penduduk asli. Sehingga, pembangunan hunian yang dilakukan oleh
Ada beberapa kajian terdahulu yang membahas fenomena serupa seperti
penelitian ini. Pertama, Rezim pertumbuhan kota Surabaya Studi Pembangunan hotel di
Surabaya penelitian ini membahas mengenai pembangunan hotel yang semakin pesat
di Surabaya (Prasetya,2015). Hasil peneletian menunjukan bahwa Pertumbuhan kota
yang menjadi aktor adalah pihak pemerintah dan pihak swasta dimana kedua kelompok
tersebut melakukan interaksi yang memunculkan kesepakan antara pemerintah dan
pengusaha dalam pengembangan Kota. Pemerintah memperoleh keuntungan dari hasil
pajak yang disetorkan. Kedua, yaitu tentang kebijakan pemerintah kota Surabaya
tentang penguasaan lahan oleh pengembang Surabaya barat (Widyani, 2016). Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pemerintah kota bekerja sama kepada pihak swasta
untuk tukar guling dalam pengelolaan lahan yang berada di Surabaya barat, kekuasaan
yang dimiliki dapat mempengaruhi kebijakan dalam pembangunan.
Dari kasus sebelumnya mengenai pertumbuhan kota menjadikan penulis
mencoba untuk mengembangkan penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini
mengenai Rezim Pertumbuhan kota: Studi pembangunan kota Surabaya Timur
(Gununganyar) guna mengembangkan kajian penelitian tentang Rezim Pertumbuhan
Kota, penelitian ini yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian terdahulu karena,
fokus penelitian ini adalah mengenai kolaborasi yang dilakukan pihak swasta dan
pemerintah dalam pembangunan yang ada diwilayah Gununganyar.
Hasil dari penelitian yang penulis lakukan menjelaskan mengenai kolaborasi yang
dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dan Swasta dalam pembangunan yang
kota Surabaya memberikan akses kepada pihak swasta untuk mengembangkan wilayah
gununganyar yang dibangun oleh pihak swasta seperti pembangunan jalan MERR
(Middle East Ring Road) dan Jalan OERR (Out East Ring Roang). Kolaborasi dapat terjadi
karena adanya aktor Intermediary, aktor tersebut menjembatani proses pembangunan
yang ada di gununganyar. Aktor Intermediary mempunyai akses untuk ke
Pemerintahan dan akses ke Swasta , Dengan adanya aktor Intermediary dalam proses
kolaborasi pemerintah Kota dan Swasta dapat berjalan. Sehingga peneletian yang
penulis bahas kali ini dapat melengkapi penelitian-penelitian terdahulu dan mampu
memperkaya focus kajian mengenai Pertumbuhan Kota.
Kolaborasi aktor ekonomi dan aktor ekonomi
Pembangunan di wilayah gununganyar yang semakin pesat dan berubahnya
fungsi lahan yang awalnya berupa lahan kosong, persawahan dan tambak kini berubah
menjadi kawasan perumahan, perdagangan dan apartemen menjadikan penulis tertarik
untuk mencari tahu yang menyebabkan pembangunan yang berada di gununganyar
menjadi pesat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan Teori
Urban Rezim. Teori urban rezim memberikan pemahaman bagaimana peran aktor
politik yang terlibat dan bagaimana kolaborasi yang terjadi antara aktor pemerintah
dan swasta dalam perkembangan suatu wilayah. Menurut Stone bahkan menyatakan
bahwa efektivitas dari pemerintah lokal bergantung pada kerjasama dari aktor non
pemerintah (aktor swasta maupun masyarakat) dan kombinasi antara pemerintah dan
Dalam pembangunan Kota, Pemerintah Kota Surabaya tidak bisa melakukannya
pembangunan sendirian, sehingga butuh keterlibatan pihak swasta dalam proses
pelaksanannya. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan pemerintah Kota Surabaya
dalam beberapa hal, terutama dalam hal anggaran. Adapun, keterbatasan pemerintah
dalam hal anggaran dikarenakan anggaran pemerintah tidak dapat terfokus hanya pada
suatu pembangunan saja, melainkan ada banyak kepentingan lain dari berbagai sektor
yang harus dipertimbangkan dalam anggaran pemerintah. Secara terperinci, APBD
pemerintah Kota Surabaya untuk pembangunan dibatasi hanya 30 persen dari jumlah
anggaran setiap Kota. Hal ini dikarenakan pemerintah Kota Surabaya juga harus berbagi
anggaran untuk sektor lainnya,
Dalam mengembangkan kawasan Gununganyar, pemerintah bekerjasama
dengan pihak swasata sesuai dengan pernyataan Stone bahwa pemerintah dan swasta
berkolaborasi dalam pembangunan kota. Dalam menyetujui kerjasama yang ditawarkan
pemerintah Kota Surabaya, pihak swasta memiliki beberapa pertimbangan penting.
Adapun, salah satu pertimbangan utama ialah Gununganyar dinilai masih memiliki
lahan dengan potensi pengembangan lanjutan, sehingga hal ini mampu menguntungkan
bagi pihak swasta. Pertimbangan lain, secara geografis, wilayah gununganyar
dipandang strategis karena jarak ke beberapa tempat pokok seperti: bandara, jalan tol
yang menghubungkan dengan berbagai tempat, serta berbatasan langsung dengan
Kabupaten Sidoarjo yang relatif dekat dan mudah diakses dari Gununganyar. Potensi
pengembangan lanjutan serta lokasi yang strategis dari kawasan Gununganyar inilah
yang kemudian menjadi pertimbangan utama sehingga menarik investor untuk
kawasan Gununganyar. Sebagai balasan, Pemerintah Kota Surabaya terus
mengembangkan kawasan Gununganyar dengan membangun
infrastruktur-infrastruktur penunjang dalam kawasan tersebut, seperti: jalan MERR dan OERR.
Pembangunan-pembangunan infrastruktur diharapkan mampu memfasilitasi
kepentingan pihak swasta yang telah menyetujui kerjasama, sekaligus menarik
pihak-pihak swasta lain untuk mempertimbangkan pembangunan baru dan lanjutan di
kawasan Gununganyar.
Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dalam hal pembangunan kawasan
Gununganyar salah satunya ialah kerjasama dalam pembebasan lahan yang kemudian
diperuntukkan pembangunan jalan MERR dan OERR. Dalam hal ini pihak swasta
memberikan lahan yang dipunyai kepada pemerintah Kota Surabaya, dengan tujuan
utama agar akses yang dibuat pemerintah dapat terhubung dengan akses wilayah yang
dikembangkan oleh pihak Swasta. Adapun, dalam prakteknya pihak swasta tidak
merasa keberatan untuk memberikan area wilayahnya yang diperuntukkan sebagai
jalan untuk kemudian dibangun pemerintah Kota Surabaya. Kerjasama antara
pemerintah Kota Surabaya dan pihak swasta ini sejalan dengan teori sebagaimana
dijelaskan oleh Stone. Dalam teori stone dijelaskan bahwa investor dan pemerintah
berkolaborasi dalam pertumbuhan Kota dan membuat suatu konsesus untuk membagi
hasi keuntungan dari pertumbuhan Kota. Yang terpenting dalam pembangunan Kota
bukanlah siapa yang mengatur, tetapi bagaimana kolaborasi yang efektif antara
pemerintah dan swasta dalam membangun dan mengelola perkotaan.
Pemerintah dan Swasta tidak hanya berkolaborasi dalam pembebasan lahan
jalan yang ada di jalan Kyaitasari untuk menuju Gununganyar, dimana jalan tersebut
tergolong kecil dengan luas hanya sekitar 6 meter dan berbatasan langsung dengan
sungai pada sisi jalan, sehingga pemerintah membutuhkan pelebaran jalan. Dalam hal
ini pemerintah bekerja sama dengan swasta untuk join infrastruktur, dengan peran
pemerintah sebagai pelaksana pembangunan sedangkan swasta sebagai peneyedia
infrastruktur seperti box clover dan penunjang lainnya.
Kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta terjalin karena adanya
aktor intermediary yang menjadikan kolaborasi di wilayah Gununganyar dapat
berjalan, karena dengan adanya aktor intermediary ketika pemerintah membutuhkan
lahan untuk membuat akses jalan di wilayah gununganyar, pemerintah hanya
memerlukan aktor intermediary dalam mencari lahan yang direncanakan karena aktor
intermediary mempunyai akses ke masyarakat dalam mencari lahan sehingga
pemerintah kota tidak kerepotan dalam mencari dan membebaskan lahan yang dimiliki
masyarakat.
Pemerintah
Aktor
Intermediary
Aktor intermediary berperan besar dalam kemajuan wilayah gununganyar dan
loyal terhadap masyarakat Gununganyar sehingga aktor intermediary sangat mudah
berperan dalam mencari lahan yang dibutuhukan oleh pemerintah. Begitu juga dengan
swasta, aktor intermediary memberikan akses kepada swasta dengan menawarkan
lahan yang berada di sekitar akses jalan yang dibangun oleh pemerintah kota Surabaya
seperti jalan MERR (Midle East Ring Road) dan OERR (Out East Ring Road). Pihak swasta
pun sangat tertarik apa yang ditawarkan oleh aktor intermediary karena lahan yang
ditawarkan sangat strategis dan menguntungkan. Aktor Intermediary menjadi
penghubung kolaborasi antara pemerintah Kota Surabaya dan swasta karena aktor
intermediary mempunyai akses untuk ke pemerintah kota sehingga mengetahui
wilayah yang akan dibangun akses jalan oleh pemerintah kota, disekitar akses jalan
yang dibangun pemerintah kota, aktor intermediary tersebut kemudian menawarkan
lahan disekitar jalan tersebut ke pihak swasta untuk dijadikan lahan yang berpotensial
untuk dikembangkan menjadi apartemen, kawasan perdagangan dan apartemen
Pihak yang diuntungkan dan dirugikan dalam pembangunan
Pembangunan di Gununganyar yang dilakukan oleh pihak swasta yang
berkolaborasi dengan pemerintah membuat keuntungan bagi pihak swasta, pemerintah
dan masyarakat. Dimana pihak swasta sangat diuntungkan dari hasil penjualan yang
dibangun, pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta yang berada di wilayah
merupakan wilayah yang sangat strategis dekat dengan jalan tol, bandara udara dan
berbatasan langsung dengan kota Sidoarjo, sehingga banyak masyarakat umum yang
membutuhkan tempat tinggal lebih memilih untuk membeli atau berinvestasi di
Wilayah Gununganyar.
Pemerintah juga diuntungkan karena perkembangan kota semakin maju karena
keberhasilan sebuah kota diliat dari pembangunan kota. Disisi lain pemerintah kota
juga diuntunggkan dalam Pemerataan perekonomian yang awalnya hanya terfokus
diwilayah pusat kini wilayah timur perekonomiannya juga dapat berjalan dengan baik
dan pendapatan daerah Kota Surabaya meningkat karena diambil dari hasil pajak yang
didapat dari pembangunan di wilayah gununganyar.
Sedangkan keuntungan bagi masyarakat yaitu tersediaanya lapangan
pekerjaan. Adanya pembangunan ini juga memunculkan dampak yang merugikan bagi
masyarakat. Salah satunya dampak bagi lingkungan,seperti banjir, berisik, debu dan
rumah warga rusak. Selain itu, dampak pembangunan yang ditimbulkan bagi
masyarakat yang memiliki tanah dirugikan karena tidak mengetahui perkembangan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Karena belum
mengetahui perkembangan kota, masyarakat menjual tanah mereka dengan harga yang
murah. Disisi lain masyarakat dengan tingkat perekonomian yang rendah tidak mampu
lagi membayar pajak tanah dan akhirnya menjual tanah mereka dengan harga murah
pada makelar tanah. Hal ini menyebabkan berkembangnya praktik makelar tanah yang
sangat merugikan bagi masyarakat.
Dalam pembangunanya pemerintah berkolaborasi dengan Swasta untuk
mengembangkan wilayah Gununganyar. Pemerintah juga memberikan akses kepada
pihak swasta untuk mengembangkan wilayah tersebut dengan membuka akses jalan
untuk menuju suatu wilayah, dan membuat fasilitas–fasilitas umum untuk kemajuan
suatu wilayah. Dalam praktiknya kolaborasi antar pemerintah dengan pihak swasta
tidak dapat berjalan tanpa adanya aktor yang menjadi perantara. Kolaborasi terjadi
diwilayah gununganyar karena adanya Aktor Intermediary yang berperan dalam
menghubungkan kepentingan pemerintah Kota dan Swasta. Aktor-aktor baik dari pihak
pemerintah, swasta dan aktor intermediary membentuk sebuah regime perkotaan yang
menentukan pembangunan sebuah kota. Wujud dari kolaborasi pembangunan di
gununganyar salah satunya pembangunan jalan MERR dan OERR membuat
pembangunan di wilayah Gununganyar semakin tinggi, Swasta tertarik untuk
membangun dan berinvestasi di Gununganyar karena akses jalan mudah, Dalam
pembangunan ini pemerintah bertugas untuk membangun fisik dan pembebasan lahan,
sedangkan pihak swasta membantu dari segi infrastruktur penunjang. harga tanah
lebih terjangkau dan adanya fasilitas penunjang yang dibuat pemerintah.
Seringkali pembangunan kota juga mengabaikan kepentingan masyarakat,
dimana masyarakat Gununganyar semakin terpinggirkan karena adanya pembangunan
yang ada menyebabkan beban pajak semakin tinggi, Lingkungan yang tidak lagi
bersahabat dengan manusia, seperti timbulnya banjir karena peralihan fungsi lahan
yang semula lahan persawahan, tambak dan tanah kosong menjadi apartemen,
perumahan dan kawasan perdagangan. Masyarakat pun tergiur dengan yang
harga dua kali lipat. Yang kemudian tanah tersebut dijual kembali dengan harga lebih
dari sepuluh kali lipat untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan, perdagangan
dan apartemen yang dilakukan oleh pihak swasta. Kontribusi dari penelitian ini bagi
kajian ekonomi politik mengenai rezim pertumbuhan kota bahwa teori urban rezim
mampu menjelaskan tentang kolaborasi, tetapi dalam peneletian ini menjelaskan bahwa
kolaborasi tidak dapat berjalan begitu saja namun membutuhkan peran aktor
intermediary untuk menghubungkan antara pemerintah dan pihak swasta.
Daftar Pustaka
David Judge, Gerry Stoker, dan Harold Wolmand, 1995. Theories Of Urban Politics,
London: Sage Publication
Dony Prasetya Emmanuel (2015) Rezim Pertumbuhan Kota Surabaya Studi tentang
pembangunan dan Revitalisasi Hotel Di Surabaya. Jurnal Politik Muda
Harrison, Lisa, 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Mickey, Lauria, 1997. Reconstrucing Urban Regime Theory. New Delhi: Sage Publications.
Widyani, Ruri 2016. Kebijakan pemerintah kota Surabaya tentang penguasaan lahan