• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik terhadap semangat kerja (studi kasus pada karyawan restoran Washoku Sato, Cabang M.O.I. Jakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik terhadap semangat kerja (studi kasus pada karyawan restoran Washoku Sato, Cabang M.O.I. Jakarta)."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN PADA LINGKUNGAN KERJA

NON FISIK TERHADAP SEMANGAT KERJA

Studi Kasus pada Karyawan Restoran Washoku Sato, Cabang M.O.I. Jakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Letda Karo Karo

NIM: 122214001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN PADA LINGKUNGAN KERJA

NON FISIK TERHADAP SEMANGAT KERJA

Studi Kasus pada Karyawan Restoran Washoku Sato, Cabang M.O.I. Jakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Letda Karo Karo

NIM: 122214001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”.

(Ibu Kartini)

“Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah

dilaksanakan/diperbuatnya”.

(Ali Bin Abi Thalib)

“Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena

mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka

lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi”.

(Ernest Newman)

Kupersembahkan Skripsi ini pada CINTA yang tak pernah meminta

(8)
(9)
(10)
(11)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….…. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.……….… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS…..…...………... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS.….…....….….. vi

HALAMAN KATA PENGANTAR……….…..… vii

HALAMAN DAFTAR ISI………...…..……… viii

HALAMAN DAFTAR TABEL………. xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR……… xii

ABSTRAK……….…..……… xiii

2. Lingkungan Kerja ... 10

a. Pengertian Lingkungan Kerja………. 10

b. Faktor-faktor Lingkungan Kerja………. 11

c. Lingkungan Kerja Non Fisik……….. 12

3. Semangat Kerja……….. 18

a. Definisi Semangat Kerja………. 18

b. Aspek-aspek Semangat Kerja………. 19

c. Indikasi Turunnya Semangat Kerja……… 20

(12)

ix

B. Penelitian Terdahulu ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 29

D. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Populasi dan Sampel ... 35

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

G. Data ... 36

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 37

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 38

1. Uji Validitas……….. 38

2. Uji Reliabilitas……….. 39

J. Teknik Analisis Data………. 40

1. Statistik Deskriptif……….…… 40

a. Mendeskripsikan Responden………. 40

b. Mendeskripsikan Variabel……….… 40

2. Uji Asumsi Klasik……….… 43

a. Menguji Normalitas……….…….. 43

b. Menguji Heteroskedastisitas……….…. 43

3. Analisis Regresi Linear Sederhana……….……... 44

4. Uji Hipotesis……….…. 44

5. Uji T……….….. 45

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 46

A. Sejarah Singkat Restoran Washoku Sato ... 46

B. Visi dan Misi Restoran Washoku Sato ... 47

C. Jenis Usaha ... 48

D. Struktur Organisasi ... 48

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A.Data ... 51

1. Pengujian Validitas ... 51

2. Pengujian Reliabilitas ... 52

(13)

x

4) Tingkat Pendidikan……… 56

5) Lama Bekerja……… 57

b. Deskripsi Variabel………. 58

1) Persepsi Karyawan……… 59

2) Semangat Kerja Karyawan……… 61

2. Analisis Regresi………....……. 62

a. Uji Asumsi………. 62

1) Normalitas……….………. 62

2) Heteroskedasitas……….……… 63

b. Uji Regresi……….………. 63

1) Koefisien Korelasi dan Determinasi...…. 64

2) Persamaan Regresi………. 64

c. Pengujian Hipotesis………... 65

C. Pembahasan………..………..…66

BAB VI PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran... 68

C. Keterbatasan Penelitian ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian ... 74

LAMPIRAN II Kuesioner Penelitian ... 76

LAMPIRAN III Hasil Olahan Data ... 81

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel V.1 Hasil Uji Validitas Persepsi Karyawan ... 52

Tabel V.2 Hasil Uji Validitas Semangat Kerja………….……….. 52

Tabel V.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 53

Tabel V.4 Data Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel V.5 Data Karyawan Berdasarkan Usia ... 54

Tabel V.6 Data Karyawan Berdasarkan Status ... 55

Tabel V.7 Data Karyawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 56

Tabel V.8 Lama Bekerja ... 57

Tabel V.9 Kategori Skor Jawaban ... 59

Tabel V.10 Deskripsi Persepsi Karyawan ... 60

Tabel V.11 Sebaran Persepsi Karyawan………....……… 60 Tabel V.12 Deskripsi Semangat Kerja Karyawan ... 61

Tabel V.13 Sebaran Semangat Kerja………. 61

Tabel V.14 Hasil Uji Normalitas ... 63

Tabel V.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63

Tabel V.16 Hasil Regresi ... 64

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Kerangka Konseptual……….………….… 29

Gambar 2. Gambar Struktur Organisasi…………..…….……….….. 49

Gambar 3. Histogram Jenis Kelamin………...…….……….…. 54

Gambar 4. Histogram Kelompok Usia……….…...…………..…..………. 55

Gambar 5. Histogram Jenis Kelamin………....……….…. 56

Gambar 6. Histogram Tingkat Pendidikan………….….………...……… 57

Gambar 7. Histogram Lama Bekerja………...……….... 58

Gambar 8. Sebaran Persepsi Karyawan………..……....…. 60

(16)

xiii

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN PADA LINGKUNGAN KERJA

NON FISIK TERHADAP SEMANGAT KERJA

Studi Kasus pada Karyawan Restoran Washoku Sato, Cabang M.O.I. Jakarta

Letda Karo Karo

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi karyawan pada

lingkungan kerja non fisik terhadap semangat kerja karyawan di Restoran

Washoku Sato, Mall of Indonesia lantai GF lobby 7, Jl. Raya Boulevard, Kelapa

Gading, Jakarta Pusat. Dilaksanakan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan

data primer. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan restoran tersebut

berjumlah 36 orang, semuanya terlibat dalam penelitian (sampel jenuh). Teknik

pengumpulan data primer variabel persepsi karyawan pada lingkungan kerja non

fisik dan semangat kerja karyawan dengan angket. Angket yang digunakan telah

dievaluasi validitasnya dengan analisis product moment dan reliabilitas dengan

teknik Cronbach Alpha, semua pertanyaan valid ( r > 0.3) dengan tingkat

reliabilitas yang dapat diterima (alpha cronbach > 0.6).

Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa, Persepsi karyawan pada

lingkungan kerja non fisik berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja

karyawan pada Restoran Washoku Sato, Mall of Indonesia lantai GF lobby 7, Jl.

(17)

xiv

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EMPLYEES’ PERCEPTIONS IN THE

NON-PHYSICAL WORK TOWARD THE ENTHUSIAM OF WORK

The Problem Research Toward The Washoku Soto Restaurant’s Employee at Mall of Indonesia, Jakarta

Letda Karo Karo

University of Sanata Dharma

Yogyakarta

2017

This research aims to know the influence of employees’ perceptions on the

non-physical work environment on the employees’ enthusiam of work at

Washoku Sato Restaurant at Indonesia Mall on 7th GF Lobby floor, at Boulevard, Kelapa Gading street, Central Jakarta. This research was a quantitative study to collect primary data. The population of this research was the entire restaurant’s employees of 36 people. Data were collected using questionnaires. Scales were

assessed their validity is scores using productmoment analysis and their reliability

using Cronbach Alpha.

Results show that employees’ perception on the non-physical work

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu bentuk usaha tanpa manusia tidak mungkin ada dan tidak

dapat dibayangkan. Bagaimanapun sederhana ataupun kompleksnya suatu

bentuk usaha, manusialah yang menjadi intinya. Manusia merupakan sumber daya

yang paling penting dalam menjalankan roda perusahaan baik yang bersekala kecil, sedang

maupun besar dan merupakan aset yang mempunyai fisik dan daya faktor dalam

menggerakkan, mengatur dan memutuskan. Dengan demikian manusia adalah

satu-satunya yang mampu melaksanakan fungsi manajemen berupa perencanaan,

pengorganisasian, menggerakkan dan mengontrol agar perusahaan berjalan

baik. Manusia sebagai penggerak utama perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan merupakan sumber daya yang tidak dapat diganti fungsinya dengan peralatan

lain, betapapun pesatnya perkembangan teknologi namun bila tidak ditunjang

oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka hasilnya tidak akan mungkin

menjadi seperti yang diharapkan.

Manajemen sumber daya manusia mengandung pengertian yang

erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya manusia atau pegawai dalam

perusahaan. Sumber daya manusia dapat juga disebut sebagai personil. Tenaga

(19)

2

dalam mewujudkan eksistensinya, atau potensi yang merupakan aset dan

berfungsi sebagai modal non material dalam organisasi bisnis, yang dapat

diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam

mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 2011). Manusia merupakan salah

satu faktor produksi yang perlu mendapatkan perhatian yang khusus dari

perusahaan, karena manusia sebagai penggerak aktivitas perusahaan, maka

manajemen sumber daya manusia memfokuskan perhatiannya kepada

masalah-masalah kepegawaian.

Melihat pentingnya manusia dalam pencapaian tujuan perusahaan

maka diperlukan adanya penanganan sendiri terhadap sumber daya ini agar

mereka dapat bekerja sesuai dengan apa yang di inginkan oleh pimpinan perusahaan.

Dengan demikian pemeliharaan tenaga kerja mutlak diperlukan baik moral

maupun fisik, dengan adanya lingkungan kerja yang baik, yang dapat

memenuhi kebutuhan karyawan dengan sendirinya karyawan akan menyadari

tanggung jawabnya terhadap perusahaan. Hal ini dapat digunakan sebagai

faktor untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Lingkungan kerja yang

baik dapat berguna untuk mencegah kejenuhan kerja dan kerugian pada

perusahaan, sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung dan memenuhi

kebutuhan karyawan dapat meningkat kegairahan kerja karyawan. Maka dari itu

ada baiknya diketahui pengertian lingkungan kerja, antara lain:

Menurut (Nitisemito dalam Nuraini 2013:97) Lingkungan kerja

(20)

3

dalam menjalankan tugas yang diembankan kepadanya misalnya, dengan

adanya air conditioner (AC), penerangan yang memadai dan sebagainya.

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para

pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas seperti

temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat

kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja. (Isyandi, 2004:134)

Menurut (Simanjuntak, 2003:39) lingkungan kerja dapat diartikan

sebagai keseluruhan alat perkakas yang dihadapi, lingkungan sekitarnya

dimana seorang bekerja, metode kerjanya, sebagai kelompok. Sedangkan

menurut (Mardiana, 2005:78) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana

pegawai melakukan pekerjaanya sehari-hari.

Faktor-faktor yang membentuk lingkungan kerja ada 5 (Siagian,

2006:63) adalah: Bangunan tempat kerja, ruang kerja yang lega, ventilasi

pertukaran udara, tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan, tersedianya

sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan nyaman dan mudah.

Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan

bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua faktor

yaitu faktor lingkungan kerja fisik dan faktor lingkungan kerja non fisik.

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan bentuk fisik yang terdapat di

sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung

maupun tidak langsung, sedangkan lingkungan kerja non fisik adalah semua

(21)

4

dengan atasan maupun sesama rekan kerja ataupun dengan bawahan

(Sedarmayati, 2001 : 21-31). Lingkungan pekerjaan sangat penting dan

berpengaruh dalam peningkatan semangat kerja karyawan, dan akan

memberikan keberhasilan dalam usaha di perusahaan, maka perusahaan perlu

mempertimbangkan lingkungan pekerjaan dari karyawan agar dapat mencapai

tujuan perusahaan itu sendiri. Karena dengan meningkatkan semangat kerja

karyawan, maka pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat

dikurangi, absensi akan dapat diperkecil (Nitisemito, 1982 : 160).

Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, maka dalam

penelitian ini penulis mengambil judul tentang “Pengaruh Persepsi

Karyawan Pada Lingkungan Kerja Non Fisik Terhadap Semangat Kerja

(Studi Kasus pada Restoran Washoku Sato, Mall of Indonesia lantai GF

lobby 7, Jakarta Pusat).”

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah apakah persepsi karyawan di Restoran Washoku Sato, Mall of Indonesia

(22)

5

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik terhadap

semangat kerja di Restoran Washoku Sato, Mall of Indonesia lantai GF lobby 7, Jakarta Pusat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat, sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Bagi pihak manajemen perusahaan, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi atas kondisi lingkungan

kerja non fisik serta kontribusi pengaruhnya terhadap semangat kerja

(23)

6

2. Bagi Universitas

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut dan menambah

referensi kepustakaan Universitas Sanata Dharma dalam bidang Manajemen

Sumber Daya Manusia.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi kajian

tentang pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap semangat kerja

(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar

memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi itu penting dalam studi

Perilaku Organisasi karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka

mengenai apa itu realitas dan bukan mengenai realitas itu sendiri.

Individu mempresepsikan sesuatu benda yang sama secara

berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor yang

ada pada pelaku persepsi (perceiver). Yang termasuk faktor pertama adalah

sikap, keutuhan atau motif, kepentingan atau minat, pengalaman dan

pengharapan individu. Kedua, faktor yang ada pada objek atau target yang

dipresepsikan meliputi hal-hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,

dan kedekatan. Ketiga, faktor konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan

yang meliputi waktu, keadaan/tempat kerja dan keadaan sosial.

Persepsi kita terhadap orang berbeda dari persepsi kita terhadap

(25)

8

manusia memiliki keyakinan, motif atau maksud (Rivai dan Mulyadi, 2011:

236). Persepsi dan penilaian kita terhadap tindakan seseorang akan cukup

banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengandaian yang kita ambil mengenai

internal orang itu.

Berdasarkan Teori Atribusi bila individu-individu mengamati

perilaku maka mereka mencoba menemukan apakah itu disebabkan oleh faktor

internal atau eksternal. Penentuan tersebut sebagian besar bergantung pada tiga

faktor yaitu kekhususan, konsensus, dan konsisten.

Teori atribusi memberi pengertian ke dalam sehingga kita sebab

dan motif perilaku seseorang. Dengan mengetahui orang mengambil keputusan

di antara bermacam-macam perilaku, maka diperoleh gambaran kesimpulan

dinamakan membuat atribusi.

Perilaku yang disebabkan faktor internal adalah perilaku yang

diyakini ada di bawah kendali pribadi individu itu. Sedangkan perilaku yang

disebabkan faktor eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab luar dan

orang tersebut terpaksa berperilaku karena situasinya. Kekhususan merujuk

pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku yang

berlainan dalam situasi yang berlainan. Jika semua orang menghadapi situasi

yang serupa beraksi dengan cara yang sama dapat dikatakan bahwa perilaku

tersebut menunjukan konsensus. Seorang pengamat mencari konsistensi dalam

tindakan seorang, apakah orang itu memberi reaksi dengan cara yang sama dari

(26)

9

Mempersiapkan dan menafsirkan apa yang dilakukan orang lain

merupakan suatu beban, akibat individu sering menggunakan jalan pintas

dalam menilai orang lain. Persepsi selektif terhadap apa yang disaksikan

berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman dan sikap. Hal ini terjadi

karena individu tidak dapat mengasimilasikan semua yang diamati, hal ini

karena :

a. Efek Halo yaitu individu menarik suatu kesan umum mengenai seorang

individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal seperti kecerdasan,

dapatnya bergaul atau penampilan.

b. Efek Kontras individu melakukan evaluasi atas karakteristik seorang yang

dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai

yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang

sama.

c. Proyeksi individu menghubungkan karakteristiknya sendri dengan orang

lain.

d. Berstereotipe yaitu individu menilai seorang berdasarkan kelompok orang

tersebut (Rivai dan Mulyadi, 2011 : 237).

Persepsi jalan pintas tersebut seringkali terjadi kesalahan

(ketidaktepatan) dalam menilai orang-orang lain. Penerapan penilaian jalan

pintas sering terjadi pada wawancara karyawan, pengharapan (expectation)

kinerja, evaluasi kinerja, upaya karyawan, dan kesetiaan karyawan (Rivai dan

(27)

10

2. Lingkungan Kerja

2.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Pengertian lingkungan kerja menurut beberapa ahli, agar dapat

menjadi perbandingan dan acuan bagi penulis, yaitu :

1) Menurut (Nitisemito dalam Nuraini 2013:97), Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas yang diembankan kepadanya misalnya, dengan adanya air conditioner (AC), penerangan yang memadai dan sebagainya.

2) Menurut (Isyandi, 2004:134), Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas seperti temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja.

3) Menurut (Simanjuntak, 2003:39), Lingkungan kerja dapat diartikan sebagai keseluruhan alat perkakas yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seorang bekerja, metode kerjanya, sebagai kelompok.

4) Menurut (Mardiana, 2005:78), Lingkungan kerja adalah dimana pegawai melakukan pekerjaanya sehari-hari.

Menurut (Suwatno dan Priansa, 2011:21), secara umum

lingkungan kerja terdiri dari lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja

(28)

11

a. Lingkungan kerja fisik adalah lingkungan yang berada disekitar pekerja itu

sendiri.

b. Lingkungan kerja non fisik/psikis adalah hal – hal yang menyangkut

dengan hubungan sosial dan keorganisasian.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal

yang harus diperhatikan yaitu, (Siagian, 2006:63):

a. Bangunan tempat kerja.

b. Ruang kerja yang lega.

c. Ventilasi pertukaran udara.

d. Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan.

e. Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan

nyaman dan mudah.

Dari faktor-faktor lingkungan kerja di atas memiliki hubungan

terhadap peningkatan semangat kerja karyawan.

2.3. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi

yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

(29)

12

dengan bawahan (Sedarmayanti, 2011). Lingkungan kerja non fisik ini

tidak kalah pentingnya dengan lingkungan kerja fisik. Semangat kerja

karyawan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kerja non fisik,

misalnya hubungan dengan sesama karyawan dan dengan pemimpinnya.

Apabila hubungan seorang karyawan dengan karyawan lain dan dengan

pimpinan berjalan dengan sangat baik maka akan dapat membuat

karyawan merasa lebih nyaman berada di lingkungan kerjanya. Dengan

begitu semangat kerja karyawan akan meningkat dan kinerja pun juga

akan ikut meningkat.

Menurut Sedarmayanti (2011) terdapat 5 aspek lingkungan kerja

non fisik yang dapat mempengaruhi perilaku karyawan, yaitu:

1. Struktur Kerja, yaitu sejauh mana bahwa pekerjaan yang diberikan

kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik. Di dalam

struktur organisasi yang baik harus dapat menjelaskan hubungan antara

wewenang siapa melapor atau bertanggung jawab kepada siapa, jadi

terdapat suatu pertanggungjawaban apa yang akan di kerjakan. Adapun

fungsi struktur kerja adalah sebagai berikut;

a). Tanggung Jawab.

Setiap anggota dari organisasi harus dapat bertanggung jawab dan

juga apa saja yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap anggota suatu

organisasi tentunya harus dapat bertanggung jawab kepada pimpinannya

(30)

13

pelaksanaan atau implementasi kewenangan tersebut yang perlu

dipertanggungjawabkan. Itulah fungsi struktur organisasi tentang kejelasan

tanggung jawab.

b). Kedudukan.

Yang selanjutnya yaitu kejelasan mengenai kedudukan,disini

artinya anggota atau seseorang yang ada didalam struktur organisasi

sebenarnya dapat mempermudah dalam melakukan koordinasi dan

hubungan, sebab adanya keterkaitan penyelesaian mengenai suatu fungsi

yang telah di percayakan kepada seseorang atau anggota.

c). Mengenai Jalur Hubungan.

Fungsi selanjutnya yaitu sebagai kejelasan jalur hubungan

maksudnya dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab setiap

pegawai didalam sebuah organisasi maka akan dibutuhkan kejelasan

hubungan yang tergambar dalam struktur sehingga dalam jalur

penyelesaian suatu pekerjaan akan semakin lebih efektif dan dapat saling

memberikan keuntungan.

d). Uraian Tugas.

Dan Fungsi lainnya yaitu kejelasan mengenai uraian tugas didalam

struktur organisasi akan sangat membantu pihak atasan atau pimpinan

(31)

14

bawahan akan dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu tugas

atau pekerjaan karena uraian yang jelas. Itulah salah satu fungsi sebagai

kejelasan uraian tugas.

2. Tanggung Jawab Kerja, yaitu sejauh mana pekerja merasakan bahwa

pekerja mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas

tindakan mereka. Kewajiban karyawan terhadap perusahaan adalah

sebagai berikut;

a). Kewajiban Ketaatan

Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah

satu implikasi dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus

mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Tetapi, karyawan tidak

perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia

melakukan sesuatu yang tidak bermoral. Selain itu karyawan tidak wajib

juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar, walaupun dari segi

etika tidak ada keberatan. Kemudian, karyawan juga tidak perlu mematuhi

perintah yang memang demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai

dengan penugasan yang disepakati, ketika ia menjadi karyawan di

perusahaan itu.

b). Kewajiban Konfidensitas

Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan

informasi yang bersifat konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah

(32)

15

kata latin confidere yang berarti mempercayai. Dalam konteks perusahaan

konfidensialitas memegang peranan penting. Karena seseorang bekerja

pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi

rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus

menyimpan rahasia perusahaan karena alasan etika mendasari kewajiban

ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu.

Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan mencuri. Milik tidak

terbatas pada barang fisik saja, tetapi meliputi juga ide, pikiran, atau

temuan seseorang. Dengan kata lain, disamping milik fisik terdapat juga

milik intelektual. Jadi, dasar untuk kewajiban konfidensialitas dari

karyawan adalah intellectual property rights dari perusahaan. Alasan

kedua adalah bahwa membuka rahasia perusahaan bertentangan dengan

etika pasar bebas.

c). Kewajiban Loyalitas

Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status

seseorang sebagai karyawan perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu

perusahaan, karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, karena

sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut merealisasikan

tujuan-tujuan tersebut, dan karena itu pula ia harus menghindari segala sesuatu

yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus menghindari apa

(33)

16

3. Perhatian dan Dukungan Pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan

merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan,

perhatian serta menghargai mereka. Kewajiban perusahaan terhadap

karyawan adalah sebagai berikut;

a). Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi

b). Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja

c). Kewajiban memberi gaji yang adil

4. Kerjasama Antar Kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan ada

kerjasama yang baik diantara kelompok kerja yang ada. Kerjasama (Team

Work) adalah keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain secara

kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Bukan bekerja secara

terpisah atau saling berkompetisi. Kompetensi kerjasama menekankan

peran sebagai anggota kelompok, bukan sebagai pemimpin. Kelompok

disini dalam arti yang luas, yaitu sekelompok individu yang

menyelesaikan suatu tugas atau proses.

Kerjasama dan manfaatnya adalah kerjasama dapat menambah

produktivitas dan meningkatkan moral pengurus. Kerjasama dalam

kelompok ini akan membuahkan hasil yang lebih baik.

5. Kelancaran Komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya

komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja

(34)

17

Komunikasi adalah proses dimana orang yang bekerja dalam

organisasi saling mentransmisikan informasi dan menginterpretasikan

artinya. Yang penting komunikasi dalam organisasi diperolehnya

komunikasi yang efisien dan efektif. Komunikasi yang efektif terjadi bila

artian yang dimaksudkan oleh pengirim berita dan artian yang ditangkap

oleh penerima berita itu sama dan satu. Sedangkan komunikasi yang

efisien terjadi bila biayanya minimum berdasar sumber daya yang

dimanfaatkan.

Komunikasi yang efektif sangat penting bagi manajer, karena

sebagai proses dimana fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan,

fungsi pengorganisasian, fungsi kepemimpinan, fungsi pengendalian dapat

dicapai. Komunikasi biasanya sering terganggu hal ini dikarenakan

masalah sematik/arti kata, tak adanya umpan balik, saluran komunikasi,

gangguan fisik, perbedaan budaya dan status.

Ada pedoman untuk mendapatkan komunikasi secara efektif antara

lain yaitu bahwa seseorang harus mendengarkan secara aktif, usahakan

memberikan umpan balik, lansung pada masalah, mengambarkan

situasi,dan meringkas. Proses komunikasi memungkinkan para manajer

menjalankan tanggung jawabnya dan informasi harus dikomunikasikan

kepada para manajer sebagai dasar pembuatan keputusan dalam

pembuatan fungsi manajer baik secara lisan maupun tulisan.

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemindahan dalam

(35)

18

proses pemindahan gagasan seseorang dari orang lain dalam bentuk

kata-kata tetapi juga dalam bentuk ekspresi wajah intonasi dan sebagainya.

Komunikasi dapat menghubungkan antara bagian yang berbeda atau

disebut rantai pertukaran informasi.

3. Semangat Kerja

3.1. Definisi Semangat Kerja

Setiap organisasi selalu berusaha agar produktivitas kerja

karyawan dapat ditingkatkan. Untuk itu pimpinan perlu mencari cara dan

solusi guna menimbulkan semangat kerja karyawan. Hal itu penting, sebab

semangat kerja mencerminkan kesenangan yang mendalam terhadap

pekerjaan yang dilakukan sehingga pekerjaan lebih cepat dapat

diselesaikan dan hasil yang lebih baik dapat dicapai.

Menurut Denyer (dalam Moekijat, 2003:136), kata semangat itu

mula-mula dipergunakan dalam kalangan militer untuk menunjukkan

keadaan moral pasukan, akan tetapi sekarang mempunyai arti yang lebih

luas dan dapat dirumuskan sebagai sikap bersama para pekerja terhadap

satu sama lain, terhadap atasan, terhadap manajemen, atau pekerjaan.

Menurut Nitisemito (2001:160) semangat kerja adalah melakukan

pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih

cepat dan lebih baik. Sedangkan Hasibuan (2005:94) mengatakan

(36)

19

mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisplin untuk mencapai

prestasi kerja yang maksimal. Sementara Sastrohadiwiryo (2003:282)

mengatakan semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental,

atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang

menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk

bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan.

Dalam pendapat lain Siagian (2003:57) mengartikan bahwa

semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah

dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya di dalam perusahaan.

Menurut beliau, semangat kerja dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan,

ketepatan waktu, target kerja, gairah kerja serta tanggung jawab yang telah

diberikan kepada karyawan tersebut.

3.2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Berikut aspek-aspek semangat kerja menurut Sugiyono dalam

Utomo (2002), untuk menjadi acuan pertimbangan bagi peneliti, yaitu:

1. Disiplin Yang Tinggi

Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja

(37)

20

2. Kualitas Untuk Bertahan

Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak akan mudah

putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam

pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut mempunyai

energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan

baik yang dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.

3. Kekuatan untuk Melawan Frustasi

Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak memiliki

sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.

4. Semangat Berkelompok

Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai

“kami” daripada sebagai “saya”. Mereka akan saling tolong menolong dan

tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.

3.3. Indikasi Turunnya Semangat Kerja

Indikasi turunnya semangat kerja sangat penting untuk diketahui

suatu perusahaan karena dengan pengetahuan tersebut akan dapat

diketahui sebab-sebabnya. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil

(38)

21

Menurut Nitisemito dalam Tohardi (2002) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa faktor yang harus diketahui oleh perusahaan sebagai

indikasi penurunan semangat kerja, yaitu:

1. Turun atau Rendahnya Produktivitas Kerja

Salah satu indikasi turunnya semangat kerja adalah ditunjukkan

dari turunnya produktivitas kerja. Penurunan produktivitas kerja ini dapat

diukur atau diperbandingkan dari waktu ke waktu sebelum di mana

penurunan produktivitas dapat terjadi kemalasan, penundaan pekerjaan dan

sebagainya. Apabila hal ini terjadi maka perusahaan mengalami penurunan

di dalam semangat kerja karyawan.

2. Tingkat Absensi Tinggi

Tingkat absensi tinggi sebenarnya juga merupakan salah satu

indikasi turunnya semangat kerja. Pada umumnya bila semangat kerja

mengalami penurunan dapat dilihat dari kemalasan untuk datang bekerja,

apalagi kompensasi atau upah tidak dipotong ketika mereka tidak masuk

kerja. Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi tersebut merupakan

indikasi turunnya semangat kerja maka harus dilihat tingkat absensi secara

rata-rata.

3. Labour Turnover yang Tinggi

Labour Turnover yang tinggi dalam arti banyaknya karyawan yang

(39)

22

indikasi penurunan tenaga kerja karyawan. Biasanya hal ini terjadi karena

ketidaksenangan mereka terhadap pekerjaan mereka sehingga mereka

berusaha untuk mencari pekerjaan lain yang sesuai.

4. Tingkat Kerusakan yang Tinggi

Indikasi lainnya yang menunjukan turunnya semangat kerja adalah

bilamana tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun

peralatan yang digunakan meningkat. Hal ini disebabkan karena kurangnya

perhatian dalam pekerjaan, sehingga terjadi kecerobohan dalam bekerja dan

sebagainya yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.

5. Kegelisahan di mana-mana

Kegelisahan di mana-mana akan terjadi bila semangat kerja

mengalami penurunan dan kegelisahan-kegelisahan yang timbul itu

terwujud dalam bentuk ketidaktenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal

yang lain.

6. Tuntutan yang Sering Terjadi

Sering terjadi tuntutan juga merupakan salah satu indikasi turunnya

semangat kerja. Tuntutan sebetulnya merupakan perwujudan dari kepuasan

di mana pada tahap rencana tertentu akan menimbulkan keberanian untuk

(40)

23

7. Pemogokan

Tingkat indikasi paling kuat tentang turunnya semangat kerja

adalah terjadinya pemogokan. Pemogokan yang terjadi di dalam suatu

perusahaan akan dapat menimbulkan kelumpuhan bagi perusahaan dengan

segala akibat yang merugikan perusahaan tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menggunakan teori

semangat kerja menurut Sugiyono (2002) yang menyebutkan aspek-aspek

semangat kerja karyawan yang dapat dilihat dari beberapa segi.

3.4. Faktor-faktor Pendorong Semangat Kerja

Berikut faktor-faktor pendorong semangat kerja menurut

Nitisemito dalam Tohardi (2002), untuk menjadi acuan, pertimbangan bagi

peneliti yaitu:

1. Gaji yang Cukup

Setiap perusahaan hendaknya memberikan gaji yang cukup kepada

para karyawan. Pengertian “cukup” ini sangat relatif sifatnya, cukup di sini

adalah jumlah yang mampu dibayar oleh perusahaan tanpa menimbulkan

kerugian perusahaan. Masalah besarnya gaji benar-benar diperhatikan

terutama bagi karyawan yang mempunyai tanggung jawab besar. Yang

dimaksud di sini bukan hanya imbalan yang diberikan perusahaan dalam

bentuk uang saja tetapi dalam bentuk lain, seperti fasilitas perumahan,

(41)

24

2. Memberikan Kebutuhan Rohani

Selain kebutuhan materi dalam hal gaji yang cukup, para karyawan

juga mempunyai kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani ini antara lain, tempat

ibadah, tempat ziarah, dan sebagainya. Perusahaan perlu memperhatikan

kebutuhan rohani para karyawan.

3. Sesekali Perlu Menciptakan Suasana Santai

Suasana kerja yang rutin dapat menimbulkan kejenuhan bagi

karyawan maka untuk menghindari rasa jenuh, perusahaan perlu

menciptakan suasana santai pada waktu tertentu. Misalnya, sesekali

perusahaan mengadakan rekreasi bersama. Dengan demikian mereka akan

semakin akrab dan rasa jenuh akan semakin hilang.

4. Harga Diri Perlu Mendapat Perhatian

Masalah harga diri karyawan perlu mendapatkan perhatian khusus

dari perusahaan. Pihak perusahaan bukan hanya memperhatikan harga diri

saja tetapi juga membangkitkan harga diri karyawan. Seorang pemimpin

hendaknya tidak memarahi karyawan di depan umum, karena akan

menimbulkan perasaan malu, marah dari karyawan tersebut. Tindakan

tersebut dapat menurunkan semangat kerja karyawannya. Seorang karyawan

akan merasa harga dirinya diperhatikan bila pemimpin sesekali mengajak

berunding tentang permasalahan yang muncul dalam perusahan tersebut.

(42)

25

5. Tempatkan Karyawan pada Posisi yang Tepat

Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada

posisi yang tepat. Artinya karyawan karyawan ditempatkan pada posisi yang

tepat dan sesuai dengan bidangnya dan keterampilan masing-masing. Jika

perusahaan salah dalam menempatkan karyawannya maka pekerjaan yang

dilakukan menjadi kurang lancar dan hasilnya tidak maksimal. Tentunya hal

ini sangat merugikan karena pekerjaan akan menjadi terhambat, semangat

kerja menjadi menurun. Jadi masalah penempatan posisi yang tepat

merupakan faktor penting dalam meningkatkan semangat kerja karyawan.

6. Beri Kesempatan untuk Maju

Setiap perusahaan hendaknya memberi kesempatan pada

karyawannya untuk maju. Semangat kerja karyawannya akan timbul jika

mereka mempunyai harapan untuk maju, semangat kerja mereka lama-lama

akan menurun jika sebaliknya. Cara yang bisa digunakan yaitu dengan

memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, dan

sebagainya. Dengan demikian karyawan akan semakin terpacu untuk

meningkatkan semangat dalam bekerja.

7. Perasaan aman Menghadapi Masa Depan Perlu Diperhatikan

Semangat kerja karyawan dapat dipupuk bila mereka mempunyai

perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka, untuk menciptakan

(43)

26

melaksanakan program dana pensiun karyawannya. Dengan demikian

semangat kerja yang ada dalam diri dapat diangkat.

8. Usahakan Para Karyawan mempunyai Loyalitas

Loyalitas karyawan pada perusahaan menimbulkan tanggung

jawab dan semangat kerja yang tinggi. Salah satu cara yang bisa digunakan

untuk menimbulkan perasaan layak karyawan terhadap perusahaan yaitu,

dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memiliki sebagian

saham perusahaan. Dengan demikian, karyawan tidak akan bersikap acuh

tak acuh terhadap kemajuan perusahaan.

9. Sesekali Karyawan Perlu diajak Berunding

Jika karyawan ikut diajak berunding mereka akan merasa

bertanggung jawab. Dengan perasaan tanggung jawab, semangat kerja

mereka akan semakin tinggi dan mereka akan dapat melaksanakan

pekerjaan dengan lebih baik. Tetapi jika karyawan tidak diikutsertakan

dalam perundingan maka karyawan tersebut tidak memiliki tanggung jawab

penuh. Hal ini yang mungkin akan dilakukan perusahaan menjadi sulit

untuk dilaksanakan.

10. Pemberian Insentif Searah

Sistem insentif adalah sistem yang paling efektif sebagai

pendorong semangat kerja karyawan. Tetapi perusahaan perlu hati-hati agar

(44)

27

Misalnya, perusahaan memberikan insentif kepada karyawan yang mampu

menyelesaikan produk melebihi jatah. Tetapi dengan kebijaksanaan ini

ternyata karyawan menjadi kurang hati-hati, mereka hanya mengejar target

sehingga barang yang dihasilkan kurang bermutu, hal ini tentu saja akan

merugikan perusahaan.

11. Fasilitas yang Menyenangkan

Setiap perusahaan hendaknya menyediakan fasilitas yang

menyenangkan bagi karyawannya. Apabila fasilitas tersebut mampu

menambah kesenangan karyawan, semangat kerja juga dapat ditingkatkan.

Fasilitas yang menyenangkan sangat luas, termasuk balai pengobatan,

pendidikan untk anak, kamar mandi yang bersih, dan sebagainya.

Selain itu, Bukhari Zainudin (2001) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut:

1. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama

antara pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan

berhadapan dengan para karyawan.

2. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan

anggota-anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang

(45)

28

3. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang

merupakan tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan

bersama-sama.

4. Adanya tingkat kepuasaan ekonomi dan kepuasaan-kepuasaan

materi lainnya yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan

akan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan terhadap

organisasi.

5. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan

terhadap segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir

pekerjaan dalam perusahaan atau organisasi.

Dalam rangka membangun semangat kerja McGregor dan Maslow

(Luthans, 2006) mengatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak

faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasaan, tetapi

juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti

bagi mereka.

Pemimpin atau manajer perlu mengenal cara-cara tersebut di atas

agar mendapat tanggapan yang positif dari karyawan. Tanggapan positif ini

menunjukan bahwa bawahan-bawahan bekerja demi kemajuan organisasi

(46)

29

B. Penelitian Terdahulu

Kristo Pandapotan Sitanggang (2015), Pengaruh Lingkungan Kerja

Psikis Terhadap Semangat Kerja Karyawan PT. Siemens Indonesia divisi EM

MS (Energy Management of Medium Voltage & System), Jakarta. Dari hasil

penelitian Kristo menujukkan bahwa persepsi karyawan pada lingkungan kerja

non fisik masuk kategori tinggi dalam mempengaruhi semangat kerja

karyawan.

Persamaan penelitian Kristo dengan penelitian sekarang adalah

penggunaan jumlah variabel yaitu, pengaruh lingkungan kerja non fisik dan

semangat kerja. Dan perbedaan nya adalah penulis menambahkan kata persepsi

pada judul, selain itu tempat penelitian, jenis usaha dan waktu serta jumlah

responden yang digunakan juga berbeda dengan penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Semangat Kerja karyawan, yang dipersepsikan :

√ Disiplin yang tinggi √ Kualitas untuk bertahan √ Kekuatan melawan frustasi √ Semangat berkelompok

Persepsi karyawan pada, Lingkungan Non Fisik ;

● Struktur kerja

●Tanggung jawab kerja

● Perhatian & dukungan pemimpin

● Kerjasama antar kelompok

(47)

30

Dari Kerangka konseptual diatas variabel persepsi karyawan pada

lingkungan non fisik merupakan variabel independen (X) dimana indikator

yang akan dinilai struktur kerja, tanggung jawab kerja, perhatian serta

dukungan pemimpin, kerjasama antar kelompok, dan kelancaran

komunikasi. Sedangkan variabel dependen (Y) semangat kerja karyawan

dimana indikator yang dipersepsikan adalah disiplin yang tinggi, kualitas

untuk bertahan, kekuatan melawan frustasi, dan semangat berkelompok.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul (Arikunto, 1998 : 67).

Berdasarkan kerangka pemikiran dan landasan teori yang ada

penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Persepsi karyawan pada

lingkungan kerja non fisik memiliki pengaruh terhadap semangat kerja

(48)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah berupa studi

kasus, yaitu merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena

tertentu (Kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (Program, even, proses,

instuisi, atau kelompok sosial), serta mengumpulkan informasi yang rinci

dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data pada periode

tertentu (Asep Hermawan 2009 : 21). Dengan demikian dapat menggambarkan

permasalahan yang akan diangkat. Dalam study kasus ini hasil penelitian dan

kesimpulan hanya berlaku bagi perusahaan yang akan diteliti.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah karyawan pada Restoran Washoku Sato,

(49)

32

2. Obyek

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah tanggapan karyawan terhadap lingkungan kerja non fisik serta semangat kerja.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada karyawan Restoran Washoku Sato, Mall of Indonesia lantai GF lobby 7, Jl. Raya Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Pusat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2017.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua macam variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat agar dapat mengukur kekuatan hubungannya.

1. Variabel Bebas

(50)

33

penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah Persepsi Karyawan pada Lingkungan Kerja Non Fisik.

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi

yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

maupun hubungan dengan bawahan sesama kerja, ataupun hubungan

dengan bawahan (Sedarmayanti, 2011).

Lingkungan Kerja Non Fisik yang dipersepsikan, meliputi:

a. Struktur kerja, yaitu sejauh mana bahwa pekerjaan yang diberikan

kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik.

b. Tanggung jawab kerja, yaitu sejauh mana pekerja merasakan bahwa

pekerja mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas

tindakan mereka.

c. Perhatian dan dukungan pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan

merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan,

perhatian serta menghargai mereka.

d. Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan ada

kerjasama yang baik diantara kelompok kerja yang ada.

e. Kelancaran komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya

komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja

(51)

34

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam hal penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Semangat Kerja Karyawan.

Semangat kerja menurut Siagian (2003:57) mengartikan bahwa

semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah

dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya di dalam perusahaan.

Menurut beliau, semangat kerja dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan,

ketepatan waktu, target kerja, gairah kerja serta tanggung jawab yang telah

diberikan kepada karyawan tersebut.

Semangat Kerja yang dipersepsikan, meliputi:

a. Disiplin yang tinggi

Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja

giat dan sadar akan peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan.

b. Kualitas untuk bertahan

Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak akan mudah

putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam

pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut mempunyai

energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan

(52)

35

c. Kekuatan untuk melawan frustasi

Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak memiliki

sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.

d. Semangat berkelompok

Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai

“kami” daripada sebagai “saya”. Mereka akan saling tolong menolong dan

tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya

berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk

mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2001 : Bab 3).

Populasi dalam penelitian ini yaitu, segenap karyawan Restoran Washoku

Sato, Mall of Indonesia lantai GF lobby 7, Jl. Raya Boulevard, Kelapa

Gading Jakarta Pusat, sebanyak 38 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2008:62). Dalam penelitian ini saya (peneliti)

(53)

36

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2000:78). Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah keseluruhan populasi yaitu segenap karyawan pada Restoran

Washoku Sato, Mall of Indonesia Jakarta Pusat yang berjumlah 38 orang.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini penulis memilih teknik pengambilan sampel yaitu teknik sampling jenuh. Di mana semua anggota populasi (dalam hal ini segenap karyawan pada Restoran Washoku Sato) digunakan sebagai sampel.

G. Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, jenis data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti, dalam hal ini segenap karyawan di Restoran Washoku Sato.

2. Sumber Data

Sumber Data dalam penelitian ini yaitu, segenap karyawan pada Restoran Washoku Sato, Mall of Indonesia Jakarta Pusat yang diketahui

(54)

37 H. Instrumen Pengumpulan Data

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden. (Sugiyono, 2009)

Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner pada responden

yang dibagi menjadi tiga kelompok kuesioner. Kuesioner pertama berisi data

diri karyawan dari 1-5 pertanyaan, kuesioner kedua berisi tentang persepsi

karyawan pada kerja non fisik yang berisi 1-10 pertanyaan. Kemudian

kuesioner ketiga berisi tentang semangat kerja karyawan yang berisi 1-10

pertanyaan.

Jawaban yang diperoleh kemudian, diberi skor untuk menguji validitas

dan realibilitas angket dengan memakai skala likert sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS) : 4

b. Setuju (S) : 3

c. Tidak Setuju (TS) : 2

(55)

38

I. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji

validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sujarweni dan Endrayanto, 2012 : 177) :

� = N (∑ − ∑ ∑

{�∑ – ∑ �∑ − ∑ }

-keterangan :

rXY : koefisien korelasi r hitung

X : nilai dari tiap butir

Y : nilai total tiap butir

N : jumlah sampel

(56)

39

a) Jika � ℎ� �� ≥ � dengan taraf signifikan 5% dan df = N-2, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

b) Jika � ℎ� �� < � dengan taraf signifikan 5% dan df = N-2, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 41). Dalam menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha sebagai berikut (Sujarweni dan Endrayanto, 2012 :

186):

� ={ } { −∑ }

keterangan :

� : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : jumlah varian butir

(57)

40

Untuk menentukan apakah instrumen tersebut reliable atau tidak digunakan ketentuan jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 dinyatakan tidak reliable.

J. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik analisis deskriptif

dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Mendeskripsikan Responden

Deskripsi responden berisi tentang perhitungan yang

menjadi klasifikasi kuesioner secara umum. Seperti jenis kelamin,

usia, dan lamanya seorang karyawan bekerja. Deskripsi responden

dilakukan dengan pendekatan presentase.

b. Mendeskripsikan Variabel

Untuk mengetahui apakah persepsi karyawan sangat baik

atau sangat buruk pada lingkungan kerja non fisik, maka penulis

akan menggunakan kuesioner kedua tentang persepsi karyawan pada

(58)

41

kerja karyawan apakah sangat tinggi atau sangat rendah, penulis

menggunakan kuesioner ketiga dengan batasan semangat kerja.

Dalam mengkategorikan persepsi karyawan pada

lingkungan kerja non fisik, langkah yang digunakan adalah dengan

menggunakan interval kelas dengan rumus Sturges.

=�����

Keterangan:

� = interval

range = selisih antara batas atas dengan batas

bawah

K = banyaknya kelas

Maka interval kelasnya:

= − = ,7

Dengan interval sebesar 0,75 maka garis skala

persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik

dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Apabila skor variabel 1,00 s/d 1,75 menunjukkan

persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik

(59)

42

b) Apabila skor variabel 1,76 s/d 2,50 menunjukkan

persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik

tidak langsung buruk.

c) Apabila skor variabel 2,51 s/d 3,25 menunjukkan

persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik

tidak langsung baik.

d) Apabila skor variabel 3,26 s/d 4,00 menunjukkan

persepsi karyawan pada lingkungan kerja non fisik

sangat baik.

Sementara itu dengan rentang skala yang sama

sebesar 0,75 maka skor semangat karyawan

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Apabila skor variabel 1,00 s/d 1,75 menunjukkan

semangat kerja karyawan sangat rendah.

b) Apabila skor variabel 1,76 s/d 2,50 menunjukkan

semangat kerja karyawan rendah.

c) Apabila skor variabel 2,51 s/d 3,25 menunjukkan

semangat kerja karyawan tinggi

d) Apabila skor variabel 3,26 s/d 4,00 menunjukkan

(60)

43

2. Uji Asumsi Klasik

a. Menguji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka

uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2011). Menguji normalitas

pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (

K-S). Jika uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menghasilkan nilai Asymptotic

Significance α> 0,05 maka dikatakan bahwa data residual berdistribusi

normal.

b. Menguji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah model yang Homoskedastisitas atau tidak

terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Heteroskedastisitas dapat

diketahui dengan melihat grafik scatterplot, jika tidak ada pola yang

jelas serta titik-titik menyebar di atas maka tidak terjadi

(61)

44

3. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana adalah hubungan secara linear antara

satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai

dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan.

Rumus :

Y’ = a + bX

Keterangan :

Y’ = Variabel dependen (Semangat kerja)

X = Variabel independen (Lingkungan non fisik)

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun

penurunan)

4. Uji Hipotesis

Ho : t ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh lingkungan kerja non fisik

terhadap semangat kerja.

Ha : t > 0 artinya ada pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap

(62)

45

5. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

variabel-variabel independen (X) mempengaruhi variabel-variabel dependennya (Y) yaitu,

seberapa besar lingkungan kerja non fisik mempengaruhi semangat

kerja. Uji t dilakukan dengan membandingkan signifikansi hitung

masing-masing variabel bebas terhadap variabel α = 5%. Apabila

signifikan t lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Demikian pula

sebaliknya jika signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. Bila Ho

ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel

(63)

46

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Restoran Washoku Sato

PT. Indosato Jaya Makmur “Washoku Sato” bergerak dalam

bidang Food & Baverage. Sato Restaurant Systems Co Ltd berdiri sejak tahun

1958 di Osaka dengan jaringan 210 restorannya, merupakan restoran ternama

di Jepang dengan konsep keluarga. Dan saat ini mengoperasikan empat brand

restoran, yakni Washoku-Sato, Sato Sushi Han, Sushi Han, dan Meoto Zenzai

dengan jumlah 208 gerai, yang mempekerjakan 579 pegawai tetap, serta 7,300

pekerja paruh waktu.

Washoku Sato adalah sebuah restoran 27 meter persegi terbuka. Di

Indonesia Washoku Sato mempunyai 2 gerai restaurant yaitu, gerai pertamanya

Washoku Sato yang berada di Central Park dan gerai keduanya berada di MOI

(Mall Of Indonesia). Sementara di luar Jepang, Sato Restaurant Systems telah

membuka gerai di Cina, India, Korea Selatan dan Taiwan. Sedangkan di

kawasan Asia Tenggara, yakni Singapura, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.

Kepiawaiannya mengolah makanan sudah tidak diragukan lagi. Sato

mengutamakan kehigienisan produk dan menggunakan banyak mesin dan

sistem sistematisasi dalam proses mengolah makanan sehingga rasa tetap

(64)

47

Washoku Sato akan menyediakan sekitar 210 menu pilihan termasuk

Ebi Tempura, Tori Suki Nabe, dan Zenzai (sup kacang merah), Nabe Pot (hot

pot). Selain itu, ada juga Sushi Roll, menu khusus yang sengaja ditawarkan

hanya di gerai Indonesia dengan harga terjangkau.

Gerai Washoku Sato di juga menyediakan Drink Bar, yang

menyediakan minuman soda (soft drink) atau jus dan memungkinkan

pengunjung dapat memesan minuman sampai berkali-kali tanpa dikenakan

biaya tambahan.

Bahan dasar menu yang disajikan 98% adalah produk Indonesia. Sato

dilengkapi teras dibagian luar sehingga pelanggan bisa menyantap makanan

sambil menikmati pemandangan luar.Sekarang Washoku SATO terkenal dan

memiliki 197 cabang di Jepang, adalah rantai terbesar dari restoran keluarga

untuk makanan Jepang.

B. Visi dan Misi Restoran Washoku Sato

Visi dan Misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan

tindakan dan disesuaikan dengan apa yang direncanakan untuk mencapai suatu

tujuan. Setiap perusahaan wajib untuk memiliki Visi dan Misi sebagai acuan

dalam menjalankan perusahaan tersebut. Adapun Visi dan Misi Restoran

(65)

48

1. Visi Restoran Washoku Sato

“No.1 Japanese Family Restaurant” Restoran no.1 dari jepang dengan konsep

keluarga.

2. Misi Restoran Washoku Sato

a. Kami mengincar predikat Restoran Jepang dengan jumlah gerai

terbanyak di Indonesia.

b. Mari membuat konsumen puas dan senang.

C. Jenis Usaha

Jenis dan cakupan yang dilakukan oleh perusahaan tempat penulis

melakukan penelitian merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

Food & Baverage.

Pengertian Food and Beverage Menurut Rachman Arief , Abd

(2005:113) menyebutkan bahwa food and beverage department yaitu bagian

yang bertugas mengolah, memproduksi dan menyajikan makanan dan

minuman untuk keperluan tamu hotel, baik dalam kamar, restoran/ coffee –

shop, banquet (resepsi pertemuan), makanan karyawan, dan sebagainya.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu

(66)

49

menjelaskan aktivitas atau fungsinya masing–masing untuk tercapainya suatu

tujuan perusahaan.

Gambar 2. Struktur Organisasi pada Restoran Washoku Sato

Struktur Organisasi Restoran Washoku Sato dengan Jabatan sebagai berikut:

STEPHEN STEPHANUS Pria Floor/Kitchen Store Manajer

(67)

50

ANDIKA SETIAWAN Pria FLOOR Waiter

AZIZA SITI ROSIANAH Wanita FLOOR Kimono Girl

FEBY MUNDARI Wanita FLOOR Kasier / Floor leader FIRDA RAESITA Wanita FLOOR Waitress

KRISNA DARMAWAN Pria FLOOR Kasier LANA ADI SAPUTRA Pria FLOOR Waiter MUDRIKA SYIFA FAUZIAH Wanita FLOOR Waitress MUHAMAD RIYAD ARIWIBOWO Pria FLOOR Waiter

MUHAMAD WALID Pria FLOOR Waiter

MUHAMMAD IRZA YUSUF Pria FLOOR Waiter RACHMAD BAYDILLAH Pria OFFICE Admin

RANGGA ANDIKA Pria FLOOR Waiter

RATINI Wanita FLOOR Waitress

RINDI MUHROMAH Wanita FLOOR Kimono girl YULI SETIANI Wanita FLOOR Waitress

ABDUL MUIZ Pria KITCHEN Cook

AHMAD SYAEFUDIN ASKARI Pria KITCHEN Cook

ANDRI WIHARDI Pria KITCHEN Kitchen Leader

DANNI PRATAMA Pria KITCHEN Cook

DIKI DIAN PRAMONO Pria KITCHEN Cook

EDWIN YONATAN Pria KITCHEN Helper

FEBRIANA RAHMANINGRUM Wanita KITCHEN Cook Helper

MUHAMAD ADLY Pria KITCHEN Cook

HAFIZT FIRMANSAH Pria KITCHEN Cook

LUKMAN ADI GUNA Pria KITCHEN Kitchen Leader LUTFI RAMADHAN Pria KITCHEN Steward

MACHFUDL MUSTOFA Pria KITCHEN Cook

NUR FARID Pria KITCHEN Cook

SALAHUDDIN S Pria KITCHEN Cook

SONI SETIAWAN Pria KITCHEN Steward

SUPRIYONO Pria KITCHEN Helper

SUTRISNO Pria KITCHEN Steward

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konseptual
Gambar 2. Struktur Organisasi pada Restoran Washoku Sato
Tabel V.1. Validitas Instrumen Persepsi Karyawan
Tabel V.3. Hasil Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Event study pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis pengaruh pengumuman deviden yang merupakan variabel independen terhadap cumulative abnormal return ,

Perhatikan sampel secara berurutan dari kiri kekanan, rasakan masing-masing,anda boleh mengulang sesering yang anda perlukan.. Setelah mencicipi semua sampel urutkan sampel dari

kompres hangat sebagai upaya penurunan suhu tubuh pada anak kejang. demam”..

Karena sertifikat kepemilikan tanah dianggap sebagai sebagai salah satu faktor utama lahan maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah

Sesuatu yang hadir dalam diri manusia atau diketahui kehadirannya tanpa perantara apapun atau obyek yang diketahui dalam akal itu yang hadir dalam diri

24) Guru meminta siswa untuk mengerjakan beberapa soal mengenai sifat-sifat bangun persegi, persegipanjang, dan jajargenjang yang diberikan oleh guru dan beberapa

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer pada materi fertilisasi manusia yang sesuai dengan kaidah penelitian dan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persentase siswa yang mengalami kesulitan, mendeskripsikan jenis kesulitan yang dialami siswa, serta mengetahui faktor