• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014 SKRIPSI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI

BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh:

ADAM BAHRUDDIN SYAH

NIM: 11110106

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAMDALAM TRADISI BARATAN DI

DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA

TAHUN 2014

DISUSUN OLEH ADAM BAHRUDDIN SYAH

NIM: 111 10106

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga, pada tangga 1 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji :Mufiq, S.Ag. M.Pd. _________________

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

SukronMa’mun, M. Si

DOSEN IAIN SALATIGA

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar

Hal : NaskahSkripsi Saudara

Kepada

Yth.Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama :Adam Bahruddin Syah

NIM : 11110106

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul :NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

(5)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Adam Bahruddin Syah

Nim : 11110106

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dala skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga,19 Januari 2015

Penulis

(6)

MOTTO

“SATU DETIK YANG KITA LEWATI, TIDAK MUNGKIN KITA DAPAT MENGULANGI

NYA KEMBALI

DAN SATU DETIK YANG AKAN DATANG, BELUM TENTU KITA DAPAT MELALUINYA,

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada yang terhormat:

1. Alm. Bapakku (H. Han Hasan Salim), Semoga tenang dalam tidur panjangnya

dan Ibuku (Hj. Siti Sumiyati), yang memiliki mata bening nan basah penuh

harapan bertangan lemah menengadah lirih berdo’a untuk kesuksesan buah hatinya tanpa balas budi, dan ibuku yang selalu memberikan yang terbaik

buataku, dan selalu ada saat aku rapuh dan sakit. Dan tak pernah mengeluh

selalu tersenyum, serta do’a yang tak pernah padam di setiap sujud disiang dan malam hari.Ibu berdo’a ayah menjaga, seperti itu yang dia berikan padaku. Terima kasih banyak orang orang tuaku.

Warhamhuma Kama Rabbayani Shaghiran.

2. Mbak kutercinta Mbak Eva Suriyah makasih atas masukan dan nasehatnya

yang di berikan padaku.

3. Mas ku tercinta Mas A. Rikza Sulthan, terima kasih atas dukungan dan kasih

sayangnya yang ta pernah henti memperhatikanku.

4. Mas Agus Rahman Salim, yang selalu sabar membibingku dan selalu

perhatian buataku.

5. Mbak Lilik Rahmawati.terimakasih atas dukungan dan kasih sayangnya yang

selalu mengalir buataku.

6. Mbak Titik makasih banget selalu siap menuntunku dan selalu ada saat aku

ada masalah.

7. Saudara-saudara iparku (Mas Jun, Mbak Lilis, Mbak Sari dan Mas Nurul),

terima kasih atas dukungannya.

8. Buat orang yang sepesial buat aku. Makasi banget dan nemeninaku selama ini

dalam keadaan apa pun, dan memberikan semangat yang tiada henti.

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan PAI, khususnya Yusuf faisal, Agus Wacid,

daryanto, mas imam, mas antok kang sukur dan semuanya kalianlah yang

telah memberikan arti persekawanan hidup.

(8)

KATA PENGANTAR

Muhammad SAW dan keluarga beserta pengikutnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAMDALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014.

Di dalam penyusunas sekripsi ini tidak lepas dari masalah dan tantangan

yang menghadang di depannya, tetapi dengan niat dan tekad yang kuat, akhirnya

saya dapat menyelesaikan tugas yang harus saya kerjakan dan akhirnya Allah

memberikan jalan yang bahagi di akhirnya.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan, pengalaman

dan kemampuan tidak mungkin mengabaikan banyak pribadi yang membantu

secara langsung atau tidak, baik dari segimoril mau pun materi. Untuk itu dengan

segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnyakepada:

1. Bapak Drs. Rahmat Hariyadi M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Rasimin,. S. Pdi. M. Pd, selaku Ketua Program Studi PAI

3. Ibu Muna Erawati. M. Si,Selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Bapak Sukron Ma’mun, M. Si. Sebagai pembimbing, beserta keluarga. Penyusun haturkan terimakasih yang tak terhingga atas segala pengarahan

dan bimbingannya.

5. Bapak Suaib Zuber, selaku Kepala Desa Kriyan yang memperkenankan saya

untuk meneliti perayaan baratan di sana.

(9)

informasinya.

7. Ibu dan alm. Bapakku yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dengan

do’a dan kasih sayangnya, terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya. Khususnya alm bapakku semoga Allah menerima semua amal dan ibadahmu.

Terlebih ibuku semoga di berikan kesehatan, panjang umur dan bahagias elalu.

8. Mbak Eva, Mas Arik, Mas Agus, dan Mbak Lilik kalian semua yang selalu

memberi dukungan dan semangat dalam hidupku.

9. MbakTitik, yang telah sabar mendampingiku dalam membuat skripsi, semoga

acita-citamu dapat tercapai.

Besar harapan penulis semoga segala perhatian, arahan dan bantuan yang

telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapat pahala

dari Allah SWT., Amin. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang terkandung

dalam skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

semua pihak yang terkait.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Salatiga, 12 Desember 2014

Penyusun

Adam BahruddinSyah

(10)

ABSTRAK

Bakhruddin Syah, Adam, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Baratan Di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sukron

Ma’mun, M. Si.

Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Dalam Tradisi, Baratan

Penelitian ini merupakan penerapan nilai-nilai agama Islam yang terkandung di dalam tradisi Baratan yang selalu di selengarakan setiap satu tahun sekali di desa Kriyan, focus penelitian yang dikaji adalah: 1.Bagaimana sejarah tradisi Baratan yang di laksanakan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. 2. Bagaimana prosesi tradisi Baratan di masyarakat Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. 3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam tradisi Baratan di masyarakat Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, display data, verifikasi ,serta menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian... 8

E. Definisi Oprasional ... 9

F. Metode Penelitian... 11

1. Pendekatan Penelitian ... 11

2. Tempa tdan Waktu Penelitian... 12

(12)

4. Metode Pengumpulan Data ... 13

5. Teknis Analisis data... 15

6. Sistem Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A.Definisi Nilai ... 19

B.Pengertian Nilai Pendidikan ... 23

C.Jenis Nilai Pendidikan ... 26

1. Pendidikan Keluarga... 26

2. Pendidikan sekolah ... 30

3. Pendidikan Islam di Masyarakat... 34

D.Upacara Adat danTradisi Islam Baratan ... 35

E.Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan agama Islam ... 41

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 42

A. Letak Geografis Desa Kriyan ... 42

1. Taraf Pendidikan dan Mata Pencaharian Warga Desa Kriyan ... 44

B. Sejarah Tradisi Baratan di Desa Kriyan ... 46

C. . Prosesi Tradis iBaratan ... 50

BAB IVPEMBAHASAN ... 56

A. Nilai Aqidah ... 58

B. Nilai Ibadah ... 58

C. Nilai Syukur ... 59

D. Nilai Gotong Royong ... 61

(13)

F. Nilai Musyawarah ... 63

G. Nilai Pengendalian Sosial ... 63

H. Nilai Kearifan Lokal ... 64

BAB VPENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan

2. Hasil Wawancara

3. Surat Keterangan Penelitian

4. Daftar Riwayat Hidup

5. Lembar Konsultasi

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurt Kelompok Umur ... 42

Tabel 3.2Data Pemeluk Agama... 44

Tabel 3.3 Data Jenis Pendidikan ... 45

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan

2. Hasil Wawancara

3. Surat Keterangan Penelitian

4. Daftar Riwayat Hidup

5. Lembar Konsultasi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam sendiri terdiri

atas dua kata, yakni “ pendidikan dan Islam”. Dalam konteks keislaman, definisi pendidikan sering disebut dengan berbagai istilah, yakni al-tarbiyah,

al-ta’lim, al-ta’dib, al-riyadhah (Muhaimin dan Mujib, 1993:97). Setiap istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan

perbedaan konteks kalimatnya dalam penggunaan istilah tersebut. Akan tetapi

dalam keadaan tertentu, semua istilah itu memiliki makna yang sama yakni

pendidikan.

Para ahli pendidikan telah banyak membahas tentang kajian

istilah-istilah tersebut yang pertama, al-tarbiyah yang sering di sebut dalam

khazanah pendidikan Islam. Menurut Muhaimin dan Mujib (1993:130)

al-tarbiya mempunyai arti sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan, yang

di mulai dari tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih

tinggi. Sedangkan al-ta’lim mempunyai arti memperoleh ilmu pengetahuan dan keahlian dalam berfiki, kemudian istilah al-ta’dib juga mempunyai makna pengenalan atau pengakuan yang secara berangsur-angsur. Dan yang

terakhir al-riyadhah mempunyai arti pelatihan atau pengajaran kepada

(17)

Dalam proses pendidikan, tujuan pendidikan merupakan bentuk

nilai-nilai yang ingin diwujudkan kedalam pribadi murid, oleh karena itu rumusan

tujuan pendidikan bersifat komprehensif, mencakup semua aspek dan

terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal. Begitu juga dengan pakar

pendidikan yang lain, memberikan rumusan tentang pendidikan di antaranya

adalah. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai

macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dari

generasi kegenerasi (Choirul, 2006:34).

Dengan demikian upaya yang tepat untuk membentuk kepribadian salah

satunya adalah dengan melalui sarana kebudayaan yaitu dengan cara

melestarikan budaya yang ada. Karena dengan adanya budaya yang

diwariskan oleh nenek moyang kepada kita, masyarakat berharap supaya

tradisi yang ditinggalkan akan memberikan pengaruh yang baik terhadap

masyarakat dan khususnya pada perkembangan masyarakat dan pada

anak-anak. Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk perilaku yang

baik dapat diwujudkan dengan melalui beberapa cara, biasanya dengan

mengunakan kebudayaan dan tradisi yang ada. Biasanya didalamnya

mempunyai manfaat dan pesan yang dapat di ambil hikmahnya sebagai

pendidikan.

Suatu tradisi biasanya dalamnya mengandung unsur serangkaian

kebiasaa dan nilai-nila yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan

pengetahuan. tradisi juga dapat memberikan efek kebiasaan yang baik dan

(18)

Nilai-nilai yang diwariskan biasanya berupa Nilai-nilai-Nilai-nilai yang oleh masyarakat masih

dianggap baik dan relevan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat.

Dalam suatu tradisi selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional dan

biasanya masih di anggap sakral, oleh karena itu upacara tradisional semacam

itu dipandang sebagian masyarakat sebagai usaha untuk mengenang atau

menghormati arwah para leluhur yang sudah mewarisakan sebuah tradisi

kepada nya.

Sebagian masyarakat masih ada yang mempunyai kepercayaan, bahwa

dengan adanya melakukan ritual atau upacara tersebut, para arwah leluhur

dapat memberikan barokah atau keselamatan kepada keluarga dan masarakat

yang ditinggalkan. Seperti pada masyarakat yang lain yang memepercayai hal

seperti itu, dengan begitu mereka merasa tenang dan damai ketika sudah

melaksanakan tradisi tersebut, yang di maksud masyarakat sepeti ini adalah

mereka yang masih mengunakan kepercayaan yang dulu, dan itu pun cuma

sebagian orang saja. Namun pada mayoritas masyarakat yang lainya

lebih-lebih yang sudah faham dan fasih tentang agama seperti pada masyarakat

kriyan mereka tetap menjalankan tradisi Baratan tanpa sedikit mengunakan

ritual-ritual yang seperti itu.

Supaya tujuannya dapat tercapai maka mereka mengadakan suatu

pendekatan, dimana pendekatan itu dilalui dengan berbagai cara, salah

satunya dengan tradisi yang berbentuk perayaan yang biasa di selenggarakan

di masyarakat. Dalam tradisi ini dapat dipakai untuk mengukuhkan kembali

(19)

tradisi ini merupakan salah satu bentuk kegiatan sosial dan sakral yang sangat

diperhatikan oleh masyarakat. Dengan tujuan mengali tradisi atau kebudayaan

daerah yang sudah di wariskan kepada masyarakat, serta bertujuan ikut

mengembangkan kebudayaan nasional. Dengan melaksanakan kebudayan

yang ada nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalamnya secara tidak

langsung dapat memberikan pelajaan dan manfaat bagi masarakat yang

melaksanakanya.

Selain itu tradisi seperti ini berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan

solidaritas, sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial kebudayaan

dan agama. Dalam masyarakat Jawa banyak di jumpai beberapa tradisi yang

masih dilaksanaka dan dilestarikan oleh masyarakat sampai ini, salah satunya

tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang yaitu tradisi Baratan. Tradisi

Baratan digelar masyarakat sebagai wujud rasa sukur atas karunia tuhan

berupa rezeki, kesehatan, keselamatan dan keberkahan yang telah diberikan

Allah SWT kepada mereka.

Pada hakikatnya tradisi Baratan tersebut merupakan kegiatan sosial

yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam usaha bersama untuk

memeriyahkan malam Nisfu Sya’ban sekaligus mengenang wafatnya suami Ratu Kalinyamat yaitu Sultan Handhirin, yang telah di bunuh oleh Arya

Panangsang. Serta memeringati ulang tahun Kota Jepara dan desa-desa yang

lain, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk. Maka tradisi Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai

(20)

melakukan perbuatan yang baik, karena sudah seharusnya manusia

melakukan semua yang telah diperintahnya dan menjauhi apa yang telah

dilarangnya. Setelah bulan ini masyarakat akan kedatangan bulan suci

Ramadhan yang penuh ampunan dan berkah, oleh karena itu masyarakat

sangat antusias dalam melaksanakanya. Di samping tujuan tersebut,

masyarakat juga mempunyai tujuan yang lain yaitu ingin mendapat

keberkahan, keselamatan dan ketentraman dari Allah SWT.

Tradisi Baratan tidak sampai di situ saja, tradisi yang satu ini sangat

berbeda dengan tradisi-tradisi yang lain. Di mana di dalam tradisi ini ada

arak-arakan yang sngat panjang, yang terdiri dari rombongan Ratu

Kalinyamat, Wali Kutub, Dayang, Prajurit dan pengiring yang membawa

impes (lampion) yang sangat meriah sekali. Tradisi Baratan ini kemudian

dikemas menjadi acara tahunan yang di tunggu-tuggu oleh masyarakat sekitar

dan juga masyarakat dari kota-kota yang lain. Sehingga acara ini menarik

perhatian ribuan pasang mata dari masyarakat sekitarnya dan para

pengunjung yang lainnya. Acara ini juga pernah menjadi salah satu peristiwa

yang tercatat dalam buku MURI (Musium Rekor Indonesia) yaitu pawai

membawa lampion dengan peserta terbanyak yang terjadi di Desa Kriyan

Kecamatan Kalinyamat beberapa tahun yang lalu. Selain itu sebelum

masyarakat melaksanakan tradisi atau upacara arak-arakan, biasanya para

warga masyarakat berduyun-duyun datang ke masjid atau musolah-musolah

terdekatuntuk melaksanakan salat maghrib berjamaah. Kemudian dilanjutkan

(21)

ajaran agama Islam. Sering juga kita dengar dari para Ustadz, bahwa dalam

membaca Surat Yasin, tepatnya pada bulan Nisfu Sya’ban kita di suru berdo’a atau meminta ke pada Allah dengan do’a yang berbeda di setiap selesai membaca Surat Yasin selama 3 kali tersebut. Do’a yang pertama meminta di ampuni dosanya, ke dua minta panjang umur (terhindar dari

cobaan dan penyakit), dan do’a yang ketiga meminta di lapangkan rizkinya. Kemudian dilanjutkan dengan acara pengajian dan tahlilan bersama dan juga

mengirim do’a kepada ahli kubur mereka, kemudian acara di lanjutkan dengan acara makan bersama (Bancakan) atau selametan dengan hidangan

yang sangat khas dengan tradisi Baratan yaitu nasi Ambengan (tumpeng) dan

jadah (Puli). Puli sendiri merupakan makanan khas yang biasanya selalu ada

pada perayaan tersebut. Menurut salah satu pendapat dari sesepuh desa

Kriyan, kata puli diambil dari bahasa Arab yaitu dari kata “Afwu lii”, yang berarti 'maafkanlah aku. Nisfu Sya’ban merupakan momentum menghadapi Ramadhan, sehingga hati harus bersih dari segala dosa dan penyakit hati yang

lainnya, selain jajanan Puli juga ada jajanan (Apem) yaitu jajanan sejenis kue

yang berbentuk bulat dan biasanya ada di setiap acara selamatan di

masyarakat. Setelah itu biasanya para masyarakat sekitar sesudah

melaksanakan kegiatan di masjid dan di mushola, mereka lalu datang ke

tempat dimana tradisi Baratan di laksanakan, untuk menyaksikan arak-arakan

dan rombongan Ratu Kalinyamat. Kemudian setelah acara tersebut selesai,

pada malamnya masyarakat mengadakan tirakatan dan dimana tirakatan

(22)

tari dan derama. Ada juga warga yang berkumpul-kumpul dengan saudara,

kerabat dan tetangga, serta pemanjaran lampion di depan rumah-rumah

penduduk.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Maka peneliti mengajukan penelitian

yang berjudul” NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT

KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

B. Fokus asalah

1. Bagaimana sejarah tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat

Kabupaten Jepara?

2. Bagaimanakah prosesi tradisi baratan di Desa Kriyan Kecamatan

Kalinyamat Kabupaten Jepara?

3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam tradisi baratan di

Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan

Kalinyamat Kabupaten Jepara.

2. Untuk mengetahui ritual apa saja yang terdapat dalam tradisi Baratan di

Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara.

3. Untuk Mengetahui nilai-nilai Pendidikan dalam tradisi Baratan di Desa

(23)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan

kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi, serta

dapat berguna pula untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di

dalamnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat berguna sebagai masukan untuk masyarakat, khususnya bagi

orang tua untuk memberikan masukan dan perhatiyannya kepada

anak-anaknya, lebih-lebih di bidang pendidikan yang terdapat di dalam tradisi

baratan.

Sedangkan bagi peneliti sendiri semoga bisa menambah wawasan

dan pengetahuan tentang budaya dan tradisi, dan serta bisa ikut

melestarikan serta menjaga kebudaya dan tradisi yang masi ada.

E. Definisi Oprasional

Untuk menghindari kesalapahaman dan penafsiran dalam

memahami judul di atas, maka penulis ingin menjelaskan pengertian dan

isitilah-istilah yang ada di dalamnya yaitu:

(24)

Nilai adalah sebuah unsur penting dalam kebudayaan, nilai juga

membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh atau

tidak boleh dilakukan (Liliweri, 2002:50). Begitu pula degan pendapat

yang lain yaitu nilai dapat mengacu kepada berbagai hal seperti minat,

kesukaan, pilihan, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan dan daya tarik,

juga hal-hal lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi

sekitarnya (Munandar, 1995:18).

Jadi nilai sendiri adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai

subjek untuk mengukur segala sesuatu yang baik atau yang buruk, juga

sebagai suatu batasan atau ukuran bagi dirinya. Sedangkan menurut lasyo

(1999:9) nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam

segala tingkah laku atau perbuatanya (Setiadi, 2006:123).

2. Pendidikan Islam

Menurut (GBHN, 1973:33). Pendidikan pada hakikatnya merupakan

usaha yang didasari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Kemudian mengenai konsep pendidikan,

pengertian pendidikan bagi kita bertujuan bukan hanya mengisi yang

dididik dengan ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilanya.

tetapi juga mengembangkan aspek moral dan agamanya. Konsep ini

sejalan dengan konsep manusia yang tersusun dari tubuh, akal dan hati

(25)

Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam sendiri

terdiri atas dua kata, yakni “pendidikan” dan “Islam”. Menurut Ahmad

Tafsir (2004:24) bahwa secara sederhana pendidikan Islam adalah

pendidikan yang “berwarna” Islam, maka pendidikan Islam adalah

pendidikan yang berdasar Islam, dengan demikian nilaa-nilai ajaran Islam

itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses pendidikan (Gunawan,

2014:1).

Sedangkan tujun pendidikan Islam menurut langgulung (1986:33)

pendidikan adalah tujuan hidup manusia itu sendiri, sebagaimana yang

tersirat dalam peran dan kedudukannya sebagai manusia. Yang di landasi

sikap ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah

(Gunawan, 2014:10).

3. Tradisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1208). Kata tradisi

bermakna adat yang turun temurun dari nenek moyang, yang masih di

jalankan dalam masyarakat. Selain itu tradisi merupakan gambaran sikap

dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan

dilaksanakan secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Biasanya

sebuah tradisi tetap saja di anggap sebagai cara atau model terbaik selagi

belum ada alternatif lain.

4. Baratan

Tradisi Baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman berasal dari

(26)

“Baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “Baraah” yang berarti keselamatan atau “Barakah” yang berarti keberkahan. Dalam buku

“Legenda Jepara”, tradisi Baratan merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang, menghormati wafatnya Sultan Hadirin dan memperingati hari

jadi dari masing-masing desa. Dengan mengadakan ritual-ritual tertentu,

dengan tujuan mandapatkan barokah dan keselamatan (Priyanto, 2014:39).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif menurut (Denzin

dan Lincoln :1987) yaitu penelitian yang mengunakan latar alamiah,

dengan maksut menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2009:5).

Dari berbagi definisi yang ada, dapat di simpulkan bahwa penelitian

ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, peranan, nilai dan

tindakan secara menyeluruh. Penelitian ini biasanya mengunakan metode

yang biasanya di manfaatkan oleh peneliti lain yaitu dengan metode,

wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat

Kabupaten Jepara, penelitian ini di lakukan karena tradisi Baratan

tersebut mempunyai ke khas an atau keunikan yang tidak di miliki oleh

(27)

nilai-nilai pendidikan dan solidaritas serta kerukunan bagi masyarakat

sekitarnya. Perayaan ini dilakukan secara bersama-sama tanpa melihat

status sosial atau keturunan dan suku manapun, dari situlah peneliti ingin

mengetahui secara mendalam tentang tradisi Baratan yang sudah

dilaksanakan sejak dahulu. Waktu penelitian di mulai sejak tangal 13

Juni sampai dengan tangal 6 Desember 2014.

3. Subjek Penelitia

Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan pegawai instansi

pemerintahan daerah dan masyarakat sebagai pendukung tradisi Baratan.

Di antaranya yaitu perangkat desa, lurah, modin, tokoh masyarakat dan

warga, yang benar-benar paham dan mengetahui sejarah yang aslinya,

sebagai subjek atau narasumber yang telah dipilih, diharapkan dapat

memberikan gambaran atau keadaan yang sebenarnya tentang trdisi

Baratan yang ada di desanya. Karena pihak-pihak yang dipilih

merupakan orang-orang asli dari desa setempat dan harap saya semoga

informasi dan data yang di berikan benar-benar sesuai dengan apa yang

sebenarnya.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, diperlukan beberapa teknik metode

pengumpulan data yaitu pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi,

(28)

peneliti dalam rangka memperoleh informasi guna saling melengkapi,

yang pertama yaitu:

a. Metode Pengamatan

Pengamatan sebagi langkah awal dalam pengumpulan data,

dimana peneliti terjun langsung ke lapangan melihat dan

mengamati sendiri. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian

sebagaiman yang terjadi pada keadaan sebenarnya, peneliti disini

mengamati langsung dari proses sebelum acara sampai

berlangsungnya acara tradisi Baratan selesai. Tugas peneliti disini

mengamati berbagai acara mulai dari bersi-bersi, berkumpul di

moshola dan kemudian menyaksikan arak-arakan Ratu Kalinyamat

dan pawai obor yang sedang berlangsung.

Pengamatan di bagi menjadi dua, yaitu pengamatan terbuka

dan pengamatan tertutup.

a) Pengamatan terbuka yaitu pengamatan di ketahui oleh

subjek, sebaliknya para subjek memberikan kesempatan

pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi.

Dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati

hal yang dilakukan oleh mereka.(Moleong, 2008:176).

b) Pengamatan tertutup yaitu mengadakan pengamatan

tanpa di ketahui subjeknya, biasanya pengamatan yang

(29)

Seperti bioskop, taman lapangan atau tempat yang lain

(Moleong, 2008:176).

b. Metode Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksut

tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

yang memeberikan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan, dengan cara

sistematis. Pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal

atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data

atau informasi yang akurat (Moleong, 2008:186).

Seperti yang di tegaskan oleh Lincoln dan Guba

(1985:266) yaitu, mengkonstruksi mengenai orang,

kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang menjadi

sasaran wawancara adalah perangkat desa, tokoh

masyarakat, warga dan sumber lain yang terpercaya.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu alat penelitian yang

berguna sebagai bukti untuk melengkapi data, karena

merupakan sumber yang akurat. Sumber data yang menjadi

(30)

tradisi Baratan, seperti foto, tulisan wawancara, dan alat

lain sebagai penguat dokumentasi (Moleong, 2008:216).

Selain dengan metode pengamatan wawancara dan

dokumentasi, juga mengunakan observasi yaitu melakukan

penelitian secara langsung dalam pelaksanaan tradisi

Baratan di Desa Keriyan Kecamatan Kalinyamat

Kabupaten Jepara.

5. Teknik Analisis Data

Tujuan utama penelitian ini adalah memahami prilaku masyarakat

dalam konteks tertentu, sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan

pendekatan penelitian kualitatif tersebut. Maka proses dan teknik analisa

data yang ditempuh peneliti cenderung beragam, kualitas konseptual,

kreatifitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisa. Sesuai

dengan sifat peneliti yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, yaitu

penelitian yang natural dan yang sedang terjadi di masyarakat. Tentunya

semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi

ini berupa uraian yang penuh deskripsi yang mengenai subjek yang

diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnya yang

berkaitan. Tentu tidak semua data itu di pindahkan dalam laporan

penelitian, melainkan dianalisis dengan mengunakan prosedur,.menurut

sugiono (2009) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil

(31)

a.Reduksi Data

Pada tahap ini dilakukan dengan meneliti seluru data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan lapangan, wawancara

dan dokumentasi, sehingga peneliti dapat menemukan hal-hal pokok

dan proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

b.Display Data

Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum semua hal-hal

pokok yang telah ditemukan dalam susunan yang sistematis, yaitu data

disusun dengan cara menggolongkannya kedalam pola, tema, unit atau

katagori, sehingga tema utama dapat di ketahui dengan mudah,

kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa

yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah

merupakan proses penyederhanaan dan transformasi timbunan data

mentah, sehingga menjadi kesimpulan-kesimpulan yang singkat, padat

dan bermakna.

c.Verifikasi

Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang

telah diambil dengan data pembanding yang bersumber dari hasil

pengumpulan data dan penunjang lainnya. Penguji ini dimaksudkan

untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan

kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau

mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.

(32)

keterkaitannya dengan temuan-temuan dari peneliti lainnya yang

relevan.

6. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika dlam penulisan sekripsi ini dipakai aturan saling terkait

dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masala, rumusan masalah, tujuan

penelitian, pegunaan penelitian, definisi operasional metode

penelitian subyek, metode pengumpulan data, metode analisis

data serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Definisi nilai 2. Pengertian nilai pendidikan 3. Jenis nilai

pendidikan meliputi: a. Pendidikan keluarga b. Pendidikan

keluarga c. Pendidikan Islam masyaraat. 4. Upacara adat dan

tradisi Baratan 5. Nilai-nilai pendidikan yanga terdapat dalam

pesta Baratan a. Nilai aqidah b, Nilai ibadah c. Nilai Syukur d.

Nilai gotong royong.

BAB III HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi 1. Letak geografi Desa Kriyan. a. Taraf

pendidikan dan mata pencaharian warga Desa Kriyan 2. Sejarah

tradisi Baratan di Desa Kriyan. 3. Prosesi tradisi Baratan.

(33)

Meliputi analisis tentang Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi

Baratan serta Pembahasan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan data dan

saran, diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Nilai

Nilai adalah suatu penetapan atau salah satu kualitas objek yang

menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat (Muhaimin, 1993:109). Nilai

juga bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra,

sedangkan yang dapat di tangkap hanya barang atau tingkah laku yang

mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan

dan konkret, oleh karena itu, masalah nilai bukan soal benar atau salah, tetapi

soal dikehendaki atau tidak, sehingga bersifat objektif. Adapun dalam

masyarakat yang di bahas adalah nilai inti (score value), nilai inti ini diikuti

oleh setiap individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang

itu benar-banar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor

penentu untuk berprilaku (Munandar, 1995:25). Bahkan menurut Williams

sistem nilai itu tidak tersebar sembarangan, tetapi menunjukan serangkaian

hubungan yang bersifat timbal balik, yang menjelaskan adanya tata tertib di

dalam suatu masyarakat.

Menurut Cheng (1955), Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam

arti terdapat hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk

menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat

yang seharusnya dimiliki.

(35)

maupun non verbal. Nilai juga merupakan sebuah unsur penting dalam

kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah

sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan (Alo Liliweri, 2003:

82).

Begitu juga menurut Hierarki, nilai dapat disimpulkan bahwa nilai yang

tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi

manusia. Terdalam dalam arti lebih hakiki dan lebih bersifat kepentingan

dalam bentuk ideal yang dapat dipikirkannya, seperti nilai ibadah dan

kecintaan kita kepada tuhan. Sedangkan nilai yang semakin rendah lebih

bersifat sementara, tergantung pada indrawi manusia dan lebih bersifat

pragmatis untuk memuaskan jasmani manusia, seperti cinta kitakepada

sesame dan pada benda, (Setiadi, 2006:120).

Nilai juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, terdapat

bermacam-macam nilai, antara lain:

1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi

(2009:29).

a. Nilai moral

b. Nilai sosial

c. Nilai undang-undang

d. Nilai agama

Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan, dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan akan

(36)

kebutuhan jati diri. Apabilah kebutuhan dikaitkan dengan tata nilai

agama akan menimbulkan penafsiran yang keliru, apakah untuk

menemukan jati diri sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu

baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang lebih renda tercukupi lebih

dahulu. Misalnya makan cukup, tidak ada yang mengganggu dalam

beragama, dicintai dan di hormati kemudian orang itu baru dapat beriman

dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak

tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak

terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.

Selanjutnya upaya mereduksi nilai dengan kondisi psikologis terjadi

apabila nilai di hubungkan dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Sesuatu yang menyenangkan atau kenikmatan.

b. Identik dengan yang diinginkan.

c. Merupakan sasaran perhatian.

Karena kesenangan, kenikmatan, keinginan dan harapan merupakan

kondisi kejiwaan, maka pereduksian nilai dengan kondisi psikologis ini

hanya menempatkan nilai sebagai pengalaman pribadi semata (Setiadi,

2006:125).

Pembagian nilai-nilai ini dari segi ruang lingkup hidup manusia

sudah memadai dan mencakup hubungan manusia dengan tuhan,

(37)

mencakup nilai ilahiyah (ke-Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah

(kemanusiaan).

Sifat-sifat nilai menurut Sjarkawi (2009: 31) adalah sebagai berikut.

1. Didasarkan atas sifat nilai, nilai dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a)

nilai-nilai subjektif, b) nilai-nilai objektif rasional, c) nilai-nilai

objektif metafisik, nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi

subjek terhadap obyek, hal ini sangat tergantung kepada

masing-masing pengalaman subjek tersebut. Selanjutnya nilai subjektif

rasional (logis), yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari obyek

secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat, seperti nilai

kemerdekaan, setiap orang memiliki hak hak untuk merdeka, nilai

kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan

sebagainya. Sedangkan nilai objektif metafisik yaitu nilai-nilai yang

ternyata mampu menyusun kenyataan objektif, seperti nilai-nilai

agama.

2. Nilai bila dilihat dari sumbernaya terdapat a) nilai illahiyah (ubudiyah

dan muamalah), b) nilai insania, nilai illahiyah adalah nilai yang

bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insania adalah

nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar keriteria yang diciptakan

oleh manusia pula.

3. Dilihat dari segi ruang lingkup dan berlakunya nilai, nilai dapat dibagi

(38)

nilai-nilai itu universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah yang

bersifat universal.

4. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi a) nilai

hakiki, (root values) dan b) nilai instrumental. Nilai-nilai yang hakiki

itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental

dapat bersifat lokal, pasang surut dan temporal.

B. Pengertian Nilai Pendidikan Islam

Manusia adalah makhluk sosial yang dibekali tuhan dengan akal, dimana

akal dapat menjadikan manusia mengetahui segala sesuatu, pendidikan

merupakan proses yang dilakukan oleh sebagian masyarakat,. Pendidikan

juga merupakan jawaban yang dinantikan kehadirannya guna menyelesaikan

seluruh kerusakan yang di akibatkan oleh sistem pendidikan (Setiawan,

2006:23).

Sedangkan menurut Dr. M Fadhli al-Jamali menyatakan pendidikan

adalah sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia

lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang

mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan

dengan akal, perasaan maupun perbuatan (Jalaludin, 2001:73).

Pendidikan Islam juga di artikan sebagai usaha mengubah tingkah laku

individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat, dan

kehidupan dalam alam sekitarnya. melalui proses pendidikan, perubahan itu

(39)

adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar,

sedangkan pengertian pembelajaran PAI harus didasarkan pada pengetahuan

siswa yang belajar dan lebih sering difokuskan kepada suatu materi, ada

kepentingan antara panjangnya materi pelajaran yang tercampur atau tidak

tercampur, dengan spesifikasi apa yang harus dimunculkan.

Pengertian pendidikan Islam secara terminology, sebagaimana

diungkapkan oleh Marimba (1998:4) memberikan definisi pendidikan Islam

sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam.

Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan Islam adalah suatu

proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian

secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani

(Gunawan, 2014:8).

Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada

pengembangan fitrah keberagamaan dan sunber daya insane lainya agar lebih

mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran Islam.

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama

Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman Saleh Abdullah

mengatakan bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat

(40)

a) Tujuan peandidikan jasmani (al-ahdaf al jismiyah). Bahwa proses

pendidikan di tujukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia

sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh. Melalui pelatihan

keterampilan fisik, beliau berpijak pada pendapat Imam al-Nawawi yang

menafsirkan al-qawy sebagai kekuatan iman yang di topang oleh

kekuatan fisik.

b) Tujuan pendidikan rohani dan agama (al-ahdaf al-ruhaniyah wai ahdaf

al-diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka

meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada allah

semata, dan melaksanakan akhlak qur’ani yang di teladani oleh Nabi SAW sebagai perilaku perwujudan keagamaan.

c) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah). Bahwa proses pendidikan

ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk

menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya, dengan menelaah

ayat-ayatnya (baik qauliyah dan kauniyah).

d) Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah). Bahwa proses

pendidikan ditujukan dalam rangka pembentukan kepribadiaan yang

utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat

plural (Gunawan, 2014:10).

Dengan demikian pendidikan Islam yang diungkapkan oleh Ahmad

Tafsir (2004), secara sederhana sering diartikan dengan pendidikan yang

berdasarkan Islam. Dalam pengertian yang lain, dikatakan bahwa pendidikan

(41)

dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmani, sempurna budi pekertinya

(akhlak), teratur pikirannya, halus perasaannya (Gunawan, 2014:19).

Demikian pula sebagai mahluk sosial, manusia juga memerlukan

pendidikan khusus, pendidikan ini di arahkan kepada usaha membimbing dan

pengembangan potensi manusia agar serasi dengan lingkungan sosialnya,

berdasarkan ruang lingkup lingkungan sosial tersebut maka perlu pula

dirumuskan pendidikan yang lebih khusus.

C. Jenis-Jenis Nilai Pendidikan

Dalam GBHN (Ketetapan MPR No.IV/MPR/1978). Berkenaan dengan

pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut:”Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah

dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat dan pemerintah (Daradjat, 2011:34).

1. Pendidikan Keluarga

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka, karena dari mereka anak mula-mula menerima pendidikan,

dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam

kehidupan keluarga.

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal

tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan

(42)

Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan

pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak

(Daradjat, 2011:36).

Pendidikan Islam telah menunjukan pada tataran konseptual bahwa

proses pendidikan dalam keluarga merupakan realisasi tanggung jawab

orang tua terhadap pendidikan anaknya. Di antaranya melalui

aspek-aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam

pendidikan anaknya. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah

pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca al-Qur’an, aspek pendidikan akhlak karimah dan aspek pendidikan Islamiyah.

Pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu

anak-anak dapat memahami posisi dan peranya masing-masing, serta

membantu anak-anak mengenal dan memahami norma-norma agama

Islam. Agar mampu melaksanakannya untuk memperoleh hidayah dari

Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam Surat Asy-Syura’a ayat

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang ter dekat (Q.S. Asy-Syuara’:214).

Demikian pula agam Islam memerintahkan agar para orang tua

berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya, serta

(43)

sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat At- Tahrim ayat 6:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (At- Tahrim Ayat: 6).

Keluarga secara normatif juga termasuk ke dalam kelompok lembaga

pendidikan di luar sekolah, Islam memandang keluarga sebagai salah

satu bentuk lembaga pendidikan karena di dalam keluarga berlangsung

pula proses kependidikan. Anak berperan sebagai peserta didik dan orang

tua sebagai pendidik, hubungan interaksi anak dan orang tua inilah proses

kependidikan Islam berlangsung, perlakuan orang tua terhadap

anak-anaknya ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian maupun

kecerdasan anak (Rahman, 2005:161).

Aspek berikutnya dalam pendidikan Islam pada keluarga adalah

pendidikan aqidah Islam, aqidah adalah inti dari dasar keimanan

seseorang yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Aqidah Islam

berkaitan dengan keyakinan anak sejak masih di dalam rahim, anak

terus-menerus dibimbing agar memahami Allah dan sifat-sifatnya, biasanya

yang pertama ditekankan kepada anak adalah kehidupan yang rukun

(44)

dengan mengajak mereka melaksanakan salat berjamaah, berlatih

melakukan puasa dan berbagi kegiatan yang menciptakan watak dan

kebiasaan anak dengan perbuatan yang baik menurut tuntunan agama.

terutama, ketauhidannya yang bulat dan utuh. Firman Allah dalam Surat

Al-Luqman ayat 13-15:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.

(45)

janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S Luqman ayat 13-15).

2. Pendidikan Sekolah

Menurut Prof. Drikarya merumuskan pendidikan sebagai

proses memanusiakan manusia, yaitu sebuah pengangkatan manusia

ketaraf insan, sehingga dia dapat menjalankan hidupnya sebagai

manusia utuh dan membudayakan diri. Pendidikan juga sebagai

proses homonisasi dan humanisasi, membentuk manusia utuh,

bermoral, berwatak, berkepribadian, berpengetahuan, dan berrohani

(Benni, 2006:63).

Sedangkan menurut undang-undang sisitem pendidikan

nasional UU nomor 20 Tahun 2003, pendidikan dimaksudkan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

menyumbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Dalam pengertian yang begitu ideal tentu sangat membutuhkan

perhatian semua pihak, terutama para guru dan dosen yang memang

(46)

belajar mengajar tetapi masih banyak faktor lainnya yang sangat

menunjang dan bahkan menentukan keberhasilan suatu

pembelajaran, seperti perpustakaan, laboratorium, dan berbagai

fasilitas lainnya. Tetapi faktor guru atau dosen memang tidak bisa di

kesampingkan begitu saja, bahkan dalam jenjang pendidikan tertentu

faktor guru menjadi sangat dominan dan menentukan.

Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit

dia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.

Oang tua sering menyerahkan anaknya ke sekolah, tidak secara

langsung mereka melimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan

anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukan pula bahwa orang

tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarangan

guru atau sekolah, karena tidak sembarang orang dapat menjabat

sebagai guru (Daradjat, 2011:39).

Dengan demikian peran guru yang sangat ideal, tentunya guru

mempunyai tugas yang berat untuk dapat sukses memerankan

dirinya sebagai guru ideal, tugas sebagai seorang guru sesungguhnya

telah banyak dirumuskan oleh beberapa ahli, namun yang jelas tugas

tersebut setidaknya berkaitan dengan bidang profesi, bidang

kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan, tugas guru sebagai profesi

meliputi mendidik, mengajar dan melatih, mendidik berarti

(47)

Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya melatih berarti

mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.

Tugas guru dalam kemanusiaan adalah memposisikan dirinya

sebagai orang tua ke dua, di mana dia harus menarik simpati dan

menjadi idola para peserta didiknya, adapun yang diberikan atau

disampaikan guru kepada peserta didik hendaknya dapat memotivasi

hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang

menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri peserta

didik.

Di negara lain sejak dahulu guru itu sangat di hormati oleh

masyarakat, kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti

pengajar, melainkan juga sebagai pendidik, baik di dalam maupun di

luar sekolah. Guru harus menjadi penyuluh masyarakat, tapi juga

sebagai pemberdaya suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan

oleh unsur manapun. Dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dulu,

semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan

tugasnya, semakin terjamin pula terciptanya kehandalan dan

terbinanya kesiapan seseorang, dengan kata lain potret manusia yang

akan datang bisa terlihat dari potret guru dimasa sekarang. Juga

gerak maju dinamika kihidupan sangat tergantung dari citra guru di

(48)

Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu

pengetahuan (guru atau ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang

pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup, dalam firman

Allah SWT dalam Surat Al-Mujadillah ayat 11:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al- Mujadillah ayat:11).

Melihat tugas dan peran guru yang sedemikian, tentu sangat

diharapkan bahwa seluruh guru akan dapat memerankan dirinya

sebagaimana yang seharusnya yaitu sebagai panutan dan contoh bagi

masyarakat. Sehingga proses pendidikan yang ada akan benar-benar

dapat membentuk sosok ideal yang diinginkan, lebih-lebih guru

pendidikan agama Islam, yang memang disamping mempunyai misi

yang sama pada guru umumnya yakni untuk mencerdaskan bangsa.

Dan juga mempunyai misi lain yang luhur yaitu mempersiapkan

generasi yang pandai, berakhlak mulia, dan taat menjalankan ajaran

agamanya.

(49)

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan,

secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan

individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan negara,

kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita,

peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.

Masyarakat sangat besar pengaruhnya dalam memberi arah

terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau

penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu

saja menghendaki agar setiap anak di didik menjadi anggota yang

taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan

keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan

sekolahnya. Bila anak telah besar di harapkan menjadi anggota yang

baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara

(Daradjat, 2011:44).

Lingkungan masyarakat juga merupakan tempat bargaul

sekaligus menerima pendidikan sosial bagi setiap keluarga yang ada

di dalamnya. Dan agama sebagai sumber sosial normatif dapat

dipahami sebagai substansi nilai yang erat kaitannya dengan aspek

pengalaman dan sejumlah peristiwa sehari-hari, biasanya melibatkan

kepercayaan dan tanggapan pada sesuatu yang berada di luar

jangkauan manusia. Oleh karena itu, secara sosiologis agama

menjadi penting dalam kehidupan manusia bermasyarakat, sehingga

(50)

perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma yang

berlaku dalam masyarakat.

Pembinaan nilai agama dalam masyarakat dapat dilihat dari

akhlak keluarga yang ada di dalamnya, apabila akhlak semua

anggota keluarga telah baik, maka akan baik pula lingkungan

masyarakatnya. Pembinaan lingkungan masyarakat dengan

pendidikan Islam dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai

kegiatan yang bersifat menumbuh kembangkan pemahaman tentang

Islam, misalnya kegiatan pengajian, gotong royong, silaturakhim dan

dialog interaktif sehingga masyarakat memahami ajaran Islam yamg

seutuhnya.

D. Upacara Adat dan Tradisi Islam Baratan

Tradisi baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman, berasal dari kata

Baro’ah atau Bara’atan yang berarti berkah. Menurut beliau juga kata

“baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu“Baraah” yang berarti

keselamatan atau “Barakah” yang berarti keberkahan, jadi tradisi Baratan adalah suatu adat kebiasaan untuk mendapatkan keselamatan dan keberkahan

dari Allah SWT, yang dilakukan secara turun temurun, dan di laksanakan

setiap tahun sekali.

Dalam buku legenda Jepara tradisi Baratan juga merupakan tradisi turun

(51)

menyambut malam Nisfu Sya’ban. Dimana sering kita menyebut pada malam itu adalah malam pergantian buku amal ibadah kita, dan tradisi Baratan juga

merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, yaitu suami Ratu

Kalinyamat yang di bunuh oleh Arya Penangsang, dan kemudian jenazah

Sultan Hadirin. Pada waktu itu diboyong pada malam hari maka butuh sebuah

lampu penerang berupa (obor), yang sekarang dikenal dengan lampion

sebagai simbolis peristiwa tersebut. Jadi setiap tangal 15 Sya’ban masyarakat memperingatinya, dan tujuan tradisi ini juga sekaligus memeringati hari jadi

kota Jepara dan hari jadi masing-masing desa. Dengan mengadakan

selamatan (kenduri) bersama dengan hidangannya yaitu nasi tumpeng

(ambengan) dan dilengkapi dengan jadah puli yang ditaburi parutan kelapa

serta kue apem yang di bawa ke mushola-mushola, masjid dan balai desa..

(Puli) sendiri merupakan makanan khas yang biasanya selalu ada pada

perayaan Baratan tersebut, menurut salah satu pendapat dari sesepuh desa,

kata Puli diambil dari bahasa Arab dari kata “Afwu lii”, yang berarti 'maafkanlah aku'. Serta tidak ketingalan pula pemanjaran (uplik) atau

sekarang sering disebut lampu lampion, yang di pasang di depan

rumah-rumah penduduk. Setelah itu para warga ber duyun-duyun pergi ke tempat

perayaan yang sering disebut dengan tradisi Bratan. Tujuannya yaitu

menyaksikan pawai rombongan Ratu Kalinyamat beserta dayang dan

pengikutnya dan setelah itu biasanya para masyarakat sekitar pada malam nya,

mengadakan tirakatan dan dimana tirakatan tersebut di lakukan dengan

(52)

lain, lalu di lanjutkan berkumpul dengan saudara, kerabat dan tetangga, tradisi

ini dilaksanakan atau dirayakan oleh masyarakat sekitar, dan desa-desa yang

ada di sekelilingnya yang masih antusias untuk melaksanakannya.

Baratan juga suatu bentuk tradisi atau kegiatan perayaan yang di bungkus

dengan gotong royong dan kebersamaan oleh masyarakat desa tanpa melihat

status, setrata dan sosial masyarakat. Diman semua warga memiliki hak dan

kewajiban yang sama, sebagai bentuk wujud sukur atau penghormatan kepada

Tuhan dan kepada alam semesta, dimana alam telah memberikan sumber

kehidupan sudah sepantasnya bila manusia menjaga dan melestarikan alam.

Tradisi Baratan bertepatan dengan bulan Nisfu Sya’ban atau bulan Ruwah, dimana bulan itu adalah bulan yang sangat mulia karena pada malam Nishfu

Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk. Maka tradisi Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi

diri setelah memohon ampun kepada Allah SWT, jadi masyarakat lebih

antusias untuk melaksanakanya. Karena disamping tujuan tersebut,

masyarakat juga mempunyai tujuan yang lain yaitu ingin mendapat

keberkahan, keselamatan dan ketentraman dari Allah SWT.

Setelah itu lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali

seperti yang di lakukan masyarakat Islam pada umumnya, seperti yang sering

kita dengar dari para ustadz, yang sering memberikan tausiyah bahwa dalam

(53)

dosanya, kudua minta panjang umur (terhindar dari cobaan dan penyakit), dan

ketiga meminta di lapangkan rizkinya.

Karena setelah bulan Nisfu Sya’ban kita akan kedatangan bulan suci Ramadhan yang sangat suci dan mulia, sudah sepantasnya jika kita berusaha

memperbaiki sikap dan perilaku kita. Bukan hanya di dalam bulan itu saja

tetapi kita harus menjalankan juga di bulan-bulan lainya, supaya kita selalu

senantiyasa mendekatkan diri kepada allah SWT yang maha pencipta alam

dan seisinya.

Tidak sampai di situ saja, maksud diadakan tradis Baratan yang di

barenggi dengan selamatan pada malam Nisfu Sya’ban adalah suatu penghormatan kepada Allah SWT tuhan Yang Maha Esa. Yang di lakukan

masyarakat desa, tanpa melihat setatus, strata dan sosial. Selanjutnya sebagai

bentuk rasa sukur atas kemurahan berkah, rahmat dan karunia yang tiada tara

yang di berikan oleh Allah SWT kepada manusia. Juga sebagai sarana

perminta maafan masyarakat kepada sang pencipta serta juga sebagai media

permohonan ampun atas kesalahan dan dosa para leluhur pendiri desa dan

leluhur keluarga besar masyarakat di sekitar nya.

Maksud diadakannya tradisi Baratan adalah bukan semata-mata hanya

berupa arak-arakan atau pesta perayaan, namun juga ada maksud dan manfaat

yang lain. Yaitu untuk menumbuh kembangaan rasa cinta dan bangga sebagai

warga, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dimana masyarakat desa

agar mempunyai kemampuan untuk bangkit menuju masa depan yang lebih

(54)

Tujuan yang lain di adakan tradisi Baratan adalah mengalang dan

memperkokoh persatuan warga masyarakat, serta melestarikan adat istiadat

dan budaya Jawa khususnya yang ada di desa Kriyan. Dan juga memberikan

pembelajaran bagi generasi muda agar tidak lupa akan sejarah dan dan

kebudayaan masyarakat. Tradisi Baratan juga sebagai media anjangsana bagi

warga, sekaligus juga sebagai sarana penghormatan bagi para pendiri desa

dan tokoh agama, juga masyarakat yang telah berjasa atas perkembangan dan

pembangunan desa serta penghormatan bagi leluhur desa yang telah

mendahului kita dan mewariskan segala tradisi bagi warga desa, dan semua

itu tidak ada unsur untuk menyekutukan allah dan jauh dari kesan musrik.

Tradisi Baratan pada umumnya menjadi tradisi yang sangat besar dan di

nanti-nanti setiap tahunya oleh masyarakat sekitar dan dari penjuru desa atau

kota-kota yang lain. Karena tradisi ini sangat kental dengan budaya dan

agama di dalamnya, yang dapat memberikan masukan yang sangat berharga

khususnya bagi kita sendiri dan keluarga atau orang terdekat. Hajatan rutinan

ini dilakukan secara kolektif, dengan dana yang di tanggung secara bersama

yaitu dari desa, instansi pemerintah dan para remaja. Kegiatan ini dilakukan

oleh seluruh warga desa, tua mudah, pria dan wanita, dan juga bersama setaf

dan sesepuh desa, kepala desa, camat dan sesepuh atau ustadz, tanpa ada yang

di bedakan.

Secara umum kegiatan tradisi Baratan meliputi beberapa kegiatan, yang

(55)

1. Memeringati bulan Nisfu Sya’ban dan juga menyambut datangnya bilan ramadhan, sedangkan menurut bulan Jawa adalah tanggal 15 ruwah,

yang biasanya di percaya orang Jawa khususnya di daerah kriyan sendiri

sebgai bulan untuk mengirim do’a untuk para leluhur, dan juga di barenggi dengan tradisi Baratan.

2. Memeringati wafatnya Sultan Handhirin yaitu suami dari Ratu

Kalinyamat yang terbunuh karena di bunuh oleh Arya Panangsang, yaitu

musuh dari Ratu Kalinyamat, atau masarakat sering menyebut sebagai

(khaoul) Sultan Handhirin atau mengenang wafatnya.

3. Sebagai hari ulang tahun atau hari jadi Kota Jepara dan desa-desa di di

sekitar desa keriyan.

4. Sebagai ajang untuk silaturahim antar warga, karena pada pesta Baratan

banyak warga yang dari jauh pada berkumpul atau datang kerumah

kerabat atau saudaranya guna mempererat tali silaturahim dan sekaligus

ingin ikut memeriyahkan acara pesta baratan tersebut.

5. Sedangkan yang terakhir sebagai sarana untuk melestarikan budaya

daerah yang sudah turun temurun dari nenek moyang kita, supaya tradisi

tetap ada dengan seiringnya zaman.

E. Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan agama Islam

Selain nilai positif dari tradisi Baratan terdapat juga nilai-nilai yang leluhur yang

masih dilakukan beberapa orang yang tidak sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam,

(56)

1. Beberapa orang masih mengikuti tradisi nenek moyang terdahulu

seperti bertapa memberi sesajian di tempat tertentu, membakar

menyan. Hal tersebut masih menunjukan bahwa sebagian orang

tersebut masih belum yakin sepenuhnya kepada Allah SWT, dzat

maha tunggal, masyarakat masih cenderung mengikuti budaya

leluhur yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Ada juga yang masih mempercayai, meminta pertolongan dan

keselamatan kepada arwah atau leluhur yang sudah meningal.

Menurutnya dengan memberikan sesaji di pohon atau jalan mereka

akan memberikan pertolongan kepadanya dan masyarakat.

3. Sikap pemborosan, yaitu kegiatan tradisi ini membutuhkan dana yang

cukup banyak hanya untuk kegiatan-kegiatan yang mengandung

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Dari bulan Oktober sampai November 2015 Efisiensi Performa Mesin ACM turun sebesar 5,33 % , hal ini disebabkan karena pada bulan November jumlah produksi asbak pada bulan

[r]

"Selaku guru, saya telah berupaya semaksimal mungkin mengimplementasikan pengajaran kepada para peserta didik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang ada, hal

Gambar VI.. 176 Gambar VI.2 menunjukkan salah satu gambar teknik dari pintu kedap kapal berbahan komposit. Tipe tersebut adalah pintu kedap kapal dengan kaca temper. Setelah

penting yaitu beras, tebu, jagung, jeruk, kedele, kopi, rempah-rempah, susu, teh dan tepung terigu untuk SSM serta coklat, sawit, dan kopi untuk NTB. Adapun hasil dari kajian ini

Berkaitan dengan perizinan tempat usaha, di kabupaten Sukoharjo terdapat beberapa regulasi yang dapat dijadikan pedoman, yakni : Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang

Materi-materi baru ini selalu dihafal sebagaimana halnya menghafal pada materi pertama kemudian dirangkaikan dengan mengulang-ulang materi atau kalimat yang telah lewat,

perendaman dalam larutan sulfit maupun dicuci, tidak memberikan pengaruh pada kadar air dari kopra putih yang dihasilkan karena sesudah kelapa dicuci, direndam