NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
ADAM BAHRUDDIN SYAH
NIM: 11110106
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAMDALAM TRADISI BARATAN DI
DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2014
DISUSUN OLEH ADAM BAHRUDDIN SYAH
NIM: 111 10106
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tangga 1 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :Mufiq, S.Ag. M.Pd. _________________
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
SukronMa’mun, M. Si
DOSEN IAIN SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar
Hal : NaskahSkripsi Saudara
Kepada
Yth.Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama :Adam Bahruddin Syah
NIM : 11110106
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul :NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Adam Bahruddin Syah
Nim : 11110106
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dala skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga,19 Januari 2015
Penulis
MOTTO
“SATU DETIK YANG KITA LEWATI, TIDAK MUNGKIN KITA DAPAT MENGULANGI
NYA KEMBALI
DAN SATU DETIK YANG AKAN DATANG, BELUM TENTU KITA DAPAT MELALUINYA,
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada yang terhormat:
1. Alm. Bapakku (H. Han Hasan Salim), Semoga tenang dalam tidur panjangnya
dan Ibuku (Hj. Siti Sumiyati), yang memiliki mata bening nan basah penuh
harapan bertangan lemah menengadah lirih berdo’a untuk kesuksesan buah hatinya tanpa balas budi, dan ibuku yang selalu memberikan yang terbaik
buataku, dan selalu ada saat aku rapuh dan sakit. Dan tak pernah mengeluh
selalu tersenyum, serta do’a yang tak pernah padam di setiap sujud disiang dan malam hari.Ibu berdo’a ayah menjaga, seperti itu yang dia berikan padaku. Terima kasih banyak orang orang tuaku.
Warhamhuma Kama Rabbayani Shaghiran.
2. Mbak kutercinta Mbak Eva Suriyah makasih atas masukan dan nasehatnya
yang di berikan padaku.
3. Mas ku tercinta Mas A. Rikza Sulthan, terima kasih atas dukungan dan kasih
sayangnya yang ta pernah henti memperhatikanku.
4. Mas Agus Rahman Salim, yang selalu sabar membibingku dan selalu
perhatian buataku.
5. Mbak Lilik Rahmawati.terimakasih atas dukungan dan kasih sayangnya yang
selalu mengalir buataku.
6. Mbak Titik makasih banget selalu siap menuntunku dan selalu ada saat aku
ada masalah.
7. Saudara-saudara iparku (Mas Jun, Mbak Lilis, Mbak Sari dan Mas Nurul),
terima kasih atas dukungannya.
8. Buat orang yang sepesial buat aku. Makasi banget dan nemeninaku selama ini
dalam keadaan apa pun, dan memberikan semangat yang tiada henti.
9. Sahabat-sahabatku seperjuangan PAI, khususnya Yusuf faisal, Agus Wacid,
daryanto, mas imam, mas antok kang sukur dan semuanya kalianlah yang
telah memberikan arti persekawanan hidup.
KATA PENGANTAR
Muhammad SAW dan keluarga beserta pengikutnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAMDALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014.
Di dalam penyusunas sekripsi ini tidak lepas dari masalah dan tantangan
yang menghadang di depannya, tetapi dengan niat dan tekad yang kuat, akhirnya
saya dapat menyelesaikan tugas yang harus saya kerjakan dan akhirnya Allah
memberikan jalan yang bahagi di akhirnya.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan tidak mungkin mengabaikan banyak pribadi yang membantu
secara langsung atau tidak, baik dari segimoril mau pun materi. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnyakepada:
1. Bapak Drs. Rahmat Hariyadi M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Rasimin,. S. Pdi. M. Pd, selaku Ketua Program Studi PAI
3. Ibu Muna Erawati. M. Si,Selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Bapak Sukron Ma’mun, M. Si. Sebagai pembimbing, beserta keluarga. Penyusun haturkan terimakasih yang tak terhingga atas segala pengarahan
dan bimbingannya.
5. Bapak Suaib Zuber, selaku Kepala Desa Kriyan yang memperkenankan saya
untuk meneliti perayaan baratan di sana.
informasinya.
7. Ibu dan alm. Bapakku yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dengan
do’a dan kasih sayangnya, terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya. Khususnya alm bapakku semoga Allah menerima semua amal dan ibadahmu.
Terlebih ibuku semoga di berikan kesehatan, panjang umur dan bahagias elalu.
8. Mbak Eva, Mas Arik, Mas Agus, dan Mbak Lilik kalian semua yang selalu
memberi dukungan dan semangat dalam hidupku.
9. MbakTitik, yang telah sabar mendampingiku dalam membuat skripsi, semoga
acita-citamu dapat tercapai.
Besar harapan penulis semoga segala perhatian, arahan dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapat pahala
dari Allah SWT., Amin. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang terkandung
dalam skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua pihak yang terkait.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Salatiga, 12 Desember 2014
Penyusun
Adam BahruddinSyah
ABSTRAK
Bakhruddin Syah, Adam, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Baratan Di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sukron
Ma’mun, M. Si.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Dalam Tradisi, Baratan
Penelitian ini merupakan penerapan nilai-nilai agama Islam yang terkandung di dalam tradisi Baratan yang selalu di selengarakan setiap satu tahun sekali di desa Kriyan, focus penelitian yang dikaji adalah: 1.Bagaimana sejarah tradisi Baratan yang di laksanakan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. 2. Bagaimana prosesi tradisi Baratan di masyarakat Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. 3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam tradisi Baratan di masyarakat Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, display data, verifikasi ,serta menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LOGO ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Kegunaan Penelitian... 8
E. Definisi Oprasional ... 9
F. Metode Penelitian... 11
1. Pendekatan Penelitian ... 11
2. Tempa tdan Waktu Penelitian... 12
4. Metode Pengumpulan Data ... 13
5. Teknis Analisis data... 15
6. Sistem Penulisan ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19
A.Definisi Nilai ... 19
B.Pengertian Nilai Pendidikan ... 23
C.Jenis Nilai Pendidikan ... 26
1. Pendidikan Keluarga... 26
2. Pendidikan sekolah ... 30
3. Pendidikan Islam di Masyarakat... 34
D.Upacara Adat danTradisi Islam Baratan ... 35
E.Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan agama Islam ... 41
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 42
A. Letak Geografis Desa Kriyan ... 42
1. Taraf Pendidikan dan Mata Pencaharian Warga Desa Kriyan ... 44
B. Sejarah Tradisi Baratan di Desa Kriyan ... 46
C. . Prosesi Tradis iBaratan ... 50
BAB IVPEMBAHASAN ... 56
A. Nilai Aqidah ... 58
B. Nilai Ibadah ... 58
C. Nilai Syukur ... 59
D. Nilai Gotong Royong ... 61
F. Nilai Musyawarah ... 63
G. Nilai Pengendalian Sosial ... 63
H. Nilai Kearifan Lokal ... 64
BAB VPENUTUP ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan
2. Hasil Wawancara
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Daftar Riwayat Hidup
5. Lembar Konsultasi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurt Kelompok Umur ... 42
Tabel 3.2Data Pemeluk Agama... 44
Tabel 3.3 Data Jenis Pendidikan ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan
2. Hasil Wawancara
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Daftar Riwayat Hidup
5. Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam sendiri terdiri
atas dua kata, yakni “ pendidikan dan Islam”. Dalam konteks keislaman, definisi pendidikan sering disebut dengan berbagai istilah, yakni al-tarbiyah,
al-ta’lim, al-ta’dib, al-riyadhah (Muhaimin dan Mujib, 1993:97). Setiap istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan
perbedaan konteks kalimatnya dalam penggunaan istilah tersebut. Akan tetapi
dalam keadaan tertentu, semua istilah itu memiliki makna yang sama yakni
pendidikan.
Para ahli pendidikan telah banyak membahas tentang kajian
istilah-istilah tersebut yang pertama, al-tarbiyah yang sering di sebut dalam
khazanah pendidikan Islam. Menurut Muhaimin dan Mujib (1993:130)
al-tarbiya mempunyai arti sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan, yang
di mulai dari tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih
tinggi. Sedangkan al-ta’lim mempunyai arti memperoleh ilmu pengetahuan dan keahlian dalam berfiki, kemudian istilah al-ta’dib juga mempunyai makna pengenalan atau pengakuan yang secara berangsur-angsur. Dan yang
terakhir al-riyadhah mempunyai arti pelatihan atau pengajaran kepada
Dalam proses pendidikan, tujuan pendidikan merupakan bentuk
nilai-nilai yang ingin diwujudkan kedalam pribadi murid, oleh karena itu rumusan
tujuan pendidikan bersifat komprehensif, mencakup semua aspek dan
terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal. Begitu juga dengan pakar
pendidikan yang lain, memberikan rumusan tentang pendidikan di antaranya
adalah. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai
macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dari
generasi kegenerasi (Choirul, 2006:34).
Dengan demikian upaya yang tepat untuk membentuk kepribadian salah
satunya adalah dengan melalui sarana kebudayaan yaitu dengan cara
melestarikan budaya yang ada. Karena dengan adanya budaya yang
diwariskan oleh nenek moyang kepada kita, masyarakat berharap supaya
tradisi yang ditinggalkan akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
masyarakat dan khususnya pada perkembangan masyarakat dan pada
anak-anak. Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk perilaku yang
baik dapat diwujudkan dengan melalui beberapa cara, biasanya dengan
mengunakan kebudayaan dan tradisi yang ada. Biasanya didalamnya
mempunyai manfaat dan pesan yang dapat di ambil hikmahnya sebagai
pendidikan.
Suatu tradisi biasanya dalamnya mengandung unsur serangkaian
kebiasaa dan nilai-nila yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan
pengetahuan. tradisi juga dapat memberikan efek kebiasaan yang baik dan
Nilai-nilai yang diwariskan biasanya berupa Nilai-nilai-Nilai-nilai yang oleh masyarakat masih
dianggap baik dan relevan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat.
Dalam suatu tradisi selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional dan
biasanya masih di anggap sakral, oleh karena itu upacara tradisional semacam
itu dipandang sebagian masyarakat sebagai usaha untuk mengenang atau
menghormati arwah para leluhur yang sudah mewarisakan sebuah tradisi
kepada nya.
Sebagian masyarakat masih ada yang mempunyai kepercayaan, bahwa
dengan adanya melakukan ritual atau upacara tersebut, para arwah leluhur
dapat memberikan barokah atau keselamatan kepada keluarga dan masarakat
yang ditinggalkan. Seperti pada masyarakat yang lain yang memepercayai hal
seperti itu, dengan begitu mereka merasa tenang dan damai ketika sudah
melaksanakan tradisi tersebut, yang di maksud masyarakat sepeti ini adalah
mereka yang masih mengunakan kepercayaan yang dulu, dan itu pun cuma
sebagian orang saja. Namun pada mayoritas masyarakat yang lainya
lebih-lebih yang sudah faham dan fasih tentang agama seperti pada masyarakat
kriyan mereka tetap menjalankan tradisi Baratan tanpa sedikit mengunakan
ritual-ritual yang seperti itu.
Supaya tujuannya dapat tercapai maka mereka mengadakan suatu
pendekatan, dimana pendekatan itu dilalui dengan berbagai cara, salah
satunya dengan tradisi yang berbentuk perayaan yang biasa di selenggarakan
di masyarakat. Dalam tradisi ini dapat dipakai untuk mengukuhkan kembali
tradisi ini merupakan salah satu bentuk kegiatan sosial dan sakral yang sangat
diperhatikan oleh masyarakat. Dengan tujuan mengali tradisi atau kebudayaan
daerah yang sudah di wariskan kepada masyarakat, serta bertujuan ikut
mengembangkan kebudayaan nasional. Dengan melaksanakan kebudayan
yang ada nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalamnya secara tidak
langsung dapat memberikan pelajaan dan manfaat bagi masarakat yang
melaksanakanya.
Selain itu tradisi seperti ini berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan
solidaritas, sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial kebudayaan
dan agama. Dalam masyarakat Jawa banyak di jumpai beberapa tradisi yang
masih dilaksanaka dan dilestarikan oleh masyarakat sampai ini, salah satunya
tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang yaitu tradisi Baratan. Tradisi
Baratan digelar masyarakat sebagai wujud rasa sukur atas karunia tuhan
berupa rezeki, kesehatan, keselamatan dan keberkahan yang telah diberikan
Allah SWT kepada mereka.
Pada hakikatnya tradisi Baratan tersebut merupakan kegiatan sosial
yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam usaha bersama untuk
memeriyahkan malam Nisfu Sya’ban sekaligus mengenang wafatnya suami Ratu Kalinyamat yaitu Sultan Handhirin, yang telah di bunuh oleh Arya
Panangsang. Serta memeringati ulang tahun Kota Jepara dan desa-desa yang
lain, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk. Maka tradisi Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai
melakukan perbuatan yang baik, karena sudah seharusnya manusia
melakukan semua yang telah diperintahnya dan menjauhi apa yang telah
dilarangnya. Setelah bulan ini masyarakat akan kedatangan bulan suci
Ramadhan yang penuh ampunan dan berkah, oleh karena itu masyarakat
sangat antusias dalam melaksanakanya. Di samping tujuan tersebut,
masyarakat juga mempunyai tujuan yang lain yaitu ingin mendapat
keberkahan, keselamatan dan ketentraman dari Allah SWT.
Tradisi Baratan tidak sampai di situ saja, tradisi yang satu ini sangat
berbeda dengan tradisi-tradisi yang lain. Di mana di dalam tradisi ini ada
arak-arakan yang sngat panjang, yang terdiri dari rombongan Ratu
Kalinyamat, Wali Kutub, Dayang, Prajurit dan pengiring yang membawa
impes (lampion) yang sangat meriah sekali. Tradisi Baratan ini kemudian
dikemas menjadi acara tahunan yang di tunggu-tuggu oleh masyarakat sekitar
dan juga masyarakat dari kota-kota yang lain. Sehingga acara ini menarik
perhatian ribuan pasang mata dari masyarakat sekitarnya dan para
pengunjung yang lainnya. Acara ini juga pernah menjadi salah satu peristiwa
yang tercatat dalam buku MURI (Musium Rekor Indonesia) yaitu pawai
membawa lampion dengan peserta terbanyak yang terjadi di Desa Kriyan
Kecamatan Kalinyamat beberapa tahun yang lalu. Selain itu sebelum
masyarakat melaksanakan tradisi atau upacara arak-arakan, biasanya para
warga masyarakat berduyun-duyun datang ke masjid atau musolah-musolah
terdekatuntuk melaksanakan salat maghrib berjamaah. Kemudian dilanjutkan
ajaran agama Islam. Sering juga kita dengar dari para Ustadz, bahwa dalam
membaca Surat Yasin, tepatnya pada bulan Nisfu Sya’ban kita di suru berdo’a atau meminta ke pada Allah dengan do’a yang berbeda di setiap selesai membaca Surat Yasin selama 3 kali tersebut. Do’a yang pertama meminta di ampuni dosanya, ke dua minta panjang umur (terhindar dari
cobaan dan penyakit), dan do’a yang ketiga meminta di lapangkan rizkinya. Kemudian dilanjutkan dengan acara pengajian dan tahlilan bersama dan juga
mengirim do’a kepada ahli kubur mereka, kemudian acara di lanjutkan dengan acara makan bersama (Bancakan) atau selametan dengan hidangan
yang sangat khas dengan tradisi Baratan yaitu nasi Ambengan (tumpeng) dan
jadah (Puli). Puli sendiri merupakan makanan khas yang biasanya selalu ada
pada perayaan tersebut. Menurut salah satu pendapat dari sesepuh desa
Kriyan, kata puli diambil dari bahasa Arab yaitu dari kata “Afwu lii”, yang berarti 'maafkanlah aku. Nisfu Sya’ban merupakan momentum menghadapi Ramadhan, sehingga hati harus bersih dari segala dosa dan penyakit hati yang
lainnya, selain jajanan Puli juga ada jajanan (Apem) yaitu jajanan sejenis kue
yang berbentuk bulat dan biasanya ada di setiap acara selamatan di
masyarakat. Setelah itu biasanya para masyarakat sekitar sesudah
melaksanakan kegiatan di masjid dan di mushola, mereka lalu datang ke
tempat dimana tradisi Baratan di laksanakan, untuk menyaksikan arak-arakan
dan rombongan Ratu Kalinyamat. Kemudian setelah acara tersebut selesai,
pada malamnya masyarakat mengadakan tirakatan dan dimana tirakatan
tari dan derama. Ada juga warga yang berkumpul-kumpul dengan saudara,
kerabat dan tetangga, serta pemanjaran lampion di depan rumah-rumah
penduduk.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Maka peneliti mengajukan penelitian
yang berjudul” NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BARATAN DI DESA KRIYAN KECAMATAN KALINYAMAT
KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014
B. Fokus asalah
1. Bagaimana sejarah tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara?
2. Bagaimanakah prosesi tradisi baratan di Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara?
3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam tradisi baratan di
Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah tradisi Baratan di Desa Kriyan Kecamatan
Kalinyamat Kabupaten Jepara.
2. Untuk mengetahui ritual apa saja yang terdapat dalam tradisi Baratan di
Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara.
3. Untuk Mengetahui nilai-nilai Pendidikan dalam tradisi Baratan di Desa
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi, serta
dapat berguna pula untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di
dalamnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat berguna sebagai masukan untuk masyarakat, khususnya bagi
orang tua untuk memberikan masukan dan perhatiyannya kepada
anak-anaknya, lebih-lebih di bidang pendidikan yang terdapat di dalam tradisi
baratan.
Sedangkan bagi peneliti sendiri semoga bisa menambah wawasan
dan pengetahuan tentang budaya dan tradisi, dan serta bisa ikut
melestarikan serta menjaga kebudaya dan tradisi yang masi ada.
E. Definisi Oprasional
Untuk menghindari kesalapahaman dan penafsiran dalam
memahami judul di atas, maka penulis ingin menjelaskan pengertian dan
isitilah-istilah yang ada di dalamnya yaitu:
Nilai adalah sebuah unsur penting dalam kebudayaan, nilai juga
membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh atau
tidak boleh dilakukan (Liliweri, 2002:50). Begitu pula degan pendapat
yang lain yaitu nilai dapat mengacu kepada berbagai hal seperti minat,
kesukaan, pilihan, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan dan daya tarik,
juga hal-hal lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi
sekitarnya (Munandar, 1995:18).
Jadi nilai sendiri adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai
subjek untuk mengukur segala sesuatu yang baik atau yang buruk, juga
sebagai suatu batasan atau ukuran bagi dirinya. Sedangkan menurut lasyo
(1999:9) nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam
segala tingkah laku atau perbuatanya (Setiadi, 2006:123).
2. Pendidikan Islam
Menurut (GBHN, 1973:33). Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha yang didasari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Kemudian mengenai konsep pendidikan,
pengertian pendidikan bagi kita bertujuan bukan hanya mengisi yang
dididik dengan ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilanya.
tetapi juga mengembangkan aspek moral dan agamanya. Konsep ini
sejalan dengan konsep manusia yang tersusun dari tubuh, akal dan hati
Dilihat dari sudut etimologis, istilah pendidikan Islam sendiri
terdiri atas dua kata, yakni “pendidikan” dan “Islam”. Menurut Ahmad
Tafsir (2004:24) bahwa secara sederhana pendidikan Islam adalah
pendidikan yang “berwarna” Islam, maka pendidikan Islam adalah
pendidikan yang berdasar Islam, dengan demikian nilaa-nilai ajaran Islam
itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses pendidikan (Gunawan,
2014:1).
Sedangkan tujun pendidikan Islam menurut langgulung (1986:33)
pendidikan adalah tujuan hidup manusia itu sendiri, sebagaimana yang
tersirat dalam peran dan kedudukannya sebagai manusia. Yang di landasi
sikap ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah
(Gunawan, 2014:10).
3. Tradisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1208). Kata tradisi
bermakna adat yang turun temurun dari nenek moyang, yang masih di
jalankan dalam masyarakat. Selain itu tradisi merupakan gambaran sikap
dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan
dilaksanakan secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Biasanya
sebuah tradisi tetap saja di anggap sebagai cara atau model terbaik selagi
belum ada alternatif lain.
4. Baratan
Tradisi Baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman berasal dari
“Baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “Baraah” yang berarti keselamatan atau “Barakah” yang berarti keberkahan. Dalam buku
“Legenda Jepara”, tradisi Baratan merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang, menghormati wafatnya Sultan Hadirin dan memperingati hari
jadi dari masing-masing desa. Dengan mengadakan ritual-ritual tertentu,
dengan tujuan mandapatkan barokah dan keselamatan (Priyanto, 2014:39).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif menurut (Denzin
dan Lincoln :1987) yaitu penelitian yang mengunakan latar alamiah,
dengan maksut menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2009:5).
Dari berbagi definisi yang ada, dapat di simpulkan bahwa penelitian
ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, peranan, nilai dan
tindakan secara menyeluruh. Penelitian ini biasanya mengunakan metode
yang biasanya di manfaatkan oleh peneliti lain yaitu dengan metode,
wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara, penelitian ini di lakukan karena tradisi Baratan
tersebut mempunyai ke khas an atau keunikan yang tidak di miliki oleh
nilai-nilai pendidikan dan solidaritas serta kerukunan bagi masyarakat
sekitarnya. Perayaan ini dilakukan secara bersama-sama tanpa melihat
status sosial atau keturunan dan suku manapun, dari situlah peneliti ingin
mengetahui secara mendalam tentang tradisi Baratan yang sudah
dilaksanakan sejak dahulu. Waktu penelitian di mulai sejak tangal 13
Juni sampai dengan tangal 6 Desember 2014.
3. Subjek Penelitia
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan pegawai instansi
pemerintahan daerah dan masyarakat sebagai pendukung tradisi Baratan.
Di antaranya yaitu perangkat desa, lurah, modin, tokoh masyarakat dan
warga, yang benar-benar paham dan mengetahui sejarah yang aslinya,
sebagai subjek atau narasumber yang telah dipilih, diharapkan dapat
memberikan gambaran atau keadaan yang sebenarnya tentang trdisi
Baratan yang ada di desanya. Karena pihak-pihak yang dipilih
merupakan orang-orang asli dari desa setempat dan harap saya semoga
informasi dan data yang di berikan benar-benar sesuai dengan apa yang
sebenarnya.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, diperlukan beberapa teknik metode
pengumpulan data yaitu pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi,
peneliti dalam rangka memperoleh informasi guna saling melengkapi,
yang pertama yaitu:
a. Metode Pengamatan
Pengamatan sebagi langkah awal dalam pengumpulan data,
dimana peneliti terjun langsung ke lapangan melihat dan
mengamati sendiri. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaiman yang terjadi pada keadaan sebenarnya, peneliti disini
mengamati langsung dari proses sebelum acara sampai
berlangsungnya acara tradisi Baratan selesai. Tugas peneliti disini
mengamati berbagai acara mulai dari bersi-bersi, berkumpul di
moshola dan kemudian menyaksikan arak-arakan Ratu Kalinyamat
dan pawai obor yang sedang berlangsung.
Pengamatan di bagi menjadi dua, yaitu pengamatan terbuka
dan pengamatan tertutup.
a) Pengamatan terbuka yaitu pengamatan di ketahui oleh
subjek, sebaliknya para subjek memberikan kesempatan
pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi.
Dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati
hal yang dilakukan oleh mereka.(Moleong, 2008:176).
b) Pengamatan tertutup yaitu mengadakan pengamatan
tanpa di ketahui subjeknya, biasanya pengamatan yang
Seperti bioskop, taman lapangan atau tempat yang lain
(Moleong, 2008:176).
b. Metode Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksut
tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang memeberikan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan, dengan cara
sistematis. Pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal
atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data
atau informasi yang akurat (Moleong, 2008:186).
Seperti yang di tegaskan oleh Lincoln dan Guba
(1985:266) yaitu, mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang menjadi
sasaran wawancara adalah perangkat desa, tokoh
masyarakat, warga dan sumber lain yang terpercaya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu alat penelitian yang
berguna sebagai bukti untuk melengkapi data, karena
merupakan sumber yang akurat. Sumber data yang menjadi
tradisi Baratan, seperti foto, tulisan wawancara, dan alat
lain sebagai penguat dokumentasi (Moleong, 2008:216).
Selain dengan metode pengamatan wawancara dan
dokumentasi, juga mengunakan observasi yaitu melakukan
penelitian secara langsung dalam pelaksanaan tradisi
Baratan di Desa Keriyan Kecamatan Kalinyamat
Kabupaten Jepara.
5. Teknik Analisis Data
Tujuan utama penelitian ini adalah memahami prilaku masyarakat
dalam konteks tertentu, sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan
pendekatan penelitian kualitatif tersebut. Maka proses dan teknik analisa
data yang ditempuh peneliti cenderung beragam, kualitas konseptual,
kreatifitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisa. Sesuai
dengan sifat peneliti yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, yaitu
penelitian yang natural dan yang sedang terjadi di masyarakat. Tentunya
semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi
ini berupa uraian yang penuh deskripsi yang mengenai subjek yang
diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnya yang
berkaitan. Tentu tidak semua data itu di pindahkan dalam laporan
penelitian, melainkan dianalisis dengan mengunakan prosedur,.menurut
sugiono (2009) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil
a.Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan dengan meneliti seluru data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan lapangan, wawancara
dan dokumentasi, sehingga peneliti dapat menemukan hal-hal pokok
dan proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.
b.Display Data
Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum semua hal-hal
pokok yang telah ditemukan dalam susunan yang sistematis, yaitu data
disusun dengan cara menggolongkannya kedalam pola, tema, unit atau
katagori, sehingga tema utama dapat di ketahui dengan mudah,
kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa
yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah
merupakan proses penyederhanaan dan transformasi timbunan data
mentah, sehingga menjadi kesimpulan-kesimpulan yang singkat, padat
dan bermakna.
c.Verifikasi
Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang
telah diambil dengan data pembanding yang bersumber dari hasil
pengumpulan data dan penunjang lainnya. Penguji ini dimaksudkan
untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan
kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
keterkaitannya dengan temuan-temuan dari peneliti lainnya yang
relevan.
6. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika dlam penulisan sekripsi ini dipakai aturan saling terkait
dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masala, rumusan masalah, tujuan
penelitian, pegunaan penelitian, definisi operasional metode
penelitian subyek, metode pengumpulan data, metode analisis
data serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi nilai 2. Pengertian nilai pendidikan 3. Jenis nilai
pendidikan meliputi: a. Pendidikan keluarga b. Pendidikan
keluarga c. Pendidikan Islam masyaraat. 4. Upacara adat dan
tradisi Baratan 5. Nilai-nilai pendidikan yanga terdapat dalam
pesta Baratan a. Nilai aqidah b, Nilai ibadah c. Nilai Syukur d.
Nilai gotong royong.
BAB III HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi 1. Letak geografi Desa Kriyan. a. Taraf
pendidikan dan mata pencaharian warga Desa Kriyan 2. Sejarah
tradisi Baratan di Desa Kriyan. 3. Prosesi tradisi Baratan.
Meliputi analisis tentang Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi
Baratan serta Pembahasan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan data dan
saran, diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Nilai
Nilai adalah suatu penetapan atau salah satu kualitas objek yang
menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat (Muhaimin, 1993:109). Nilai
juga bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra,
sedangkan yang dapat di tangkap hanya barang atau tingkah laku yang
mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan
dan konkret, oleh karena itu, masalah nilai bukan soal benar atau salah, tetapi
soal dikehendaki atau tidak, sehingga bersifat objektif. Adapun dalam
masyarakat yang di bahas adalah nilai inti (score value), nilai inti ini diikuti
oleh setiap individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang
itu benar-banar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor
penentu untuk berprilaku (Munandar, 1995:25). Bahkan menurut Williams
sistem nilai itu tidak tersebar sembarangan, tetapi menunjukan serangkaian
hubungan yang bersifat timbal balik, yang menjelaskan adanya tata tertib di
dalam suatu masyarakat.
Menurut Cheng (1955), Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam
arti terdapat hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk
menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat
yang seharusnya dimiliki.
maupun non verbal. Nilai juga merupakan sebuah unsur penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah
sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan (Alo Liliweri, 2003:
82).
Begitu juga menurut Hierarki, nilai dapat disimpulkan bahwa nilai yang
tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi
manusia. Terdalam dalam arti lebih hakiki dan lebih bersifat kepentingan
dalam bentuk ideal yang dapat dipikirkannya, seperti nilai ibadah dan
kecintaan kita kepada tuhan. Sedangkan nilai yang semakin rendah lebih
bersifat sementara, tergantung pada indrawi manusia dan lebih bersifat
pragmatis untuk memuaskan jasmani manusia, seperti cinta kitakepada
sesame dan pada benda, (Setiadi, 2006:120).
Nilai juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, terdapat
bermacam-macam nilai, antara lain:
1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi
(2009:29).
a. Nilai moral
b. Nilai sosial
c. Nilai undang-undang
d. Nilai agama
Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan, dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan akan
kebutuhan jati diri. Apabilah kebutuhan dikaitkan dengan tata nilai
agama akan menimbulkan penafsiran yang keliru, apakah untuk
menemukan jati diri sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu
baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang lebih renda tercukupi lebih
dahulu. Misalnya makan cukup, tidak ada yang mengganggu dalam
beragama, dicintai dan di hormati kemudian orang itu baru dapat beriman
dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak
tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak
terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.
Selanjutnya upaya mereduksi nilai dengan kondisi psikologis terjadi
apabila nilai di hubungkan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Sesuatu yang menyenangkan atau kenikmatan.
b. Identik dengan yang diinginkan.
c. Merupakan sasaran perhatian.
Karena kesenangan, kenikmatan, keinginan dan harapan merupakan
kondisi kejiwaan, maka pereduksian nilai dengan kondisi psikologis ini
hanya menempatkan nilai sebagai pengalaman pribadi semata (Setiadi,
2006:125).
Pembagian nilai-nilai ini dari segi ruang lingkup hidup manusia
sudah memadai dan mencakup hubungan manusia dengan tuhan,
mencakup nilai ilahiyah (ke-Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah
(kemanusiaan).
Sifat-sifat nilai menurut Sjarkawi (2009: 31) adalah sebagai berikut.
1. Didasarkan atas sifat nilai, nilai dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a)
nilai-nilai subjektif, b) nilai-nilai objektif rasional, c) nilai-nilai
objektif metafisik, nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi
subjek terhadap obyek, hal ini sangat tergantung kepada
masing-masing pengalaman subjek tersebut. Selanjutnya nilai subjektif
rasional (logis), yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari obyek
secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat, seperti nilai
kemerdekaan, setiap orang memiliki hak hak untuk merdeka, nilai
kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan
sebagainya. Sedangkan nilai objektif metafisik yaitu nilai-nilai yang
ternyata mampu menyusun kenyataan objektif, seperti nilai-nilai
agama.
2. Nilai bila dilihat dari sumbernaya terdapat a) nilai illahiyah (ubudiyah
dan muamalah), b) nilai insania, nilai illahiyah adalah nilai yang
bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insania adalah
nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar keriteria yang diciptakan
oleh manusia pula.
3. Dilihat dari segi ruang lingkup dan berlakunya nilai, nilai dapat dibagi
nilai-nilai itu universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah yang
bersifat universal.
4. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi a) nilai
hakiki, (root values) dan b) nilai instrumental. Nilai-nilai yang hakiki
itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental
dapat bersifat lokal, pasang surut dan temporal.
B. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
Manusia adalah makhluk sosial yang dibekali tuhan dengan akal, dimana
akal dapat menjadikan manusia mengetahui segala sesuatu, pendidikan
merupakan proses yang dilakukan oleh sebagian masyarakat,. Pendidikan
juga merupakan jawaban yang dinantikan kehadirannya guna menyelesaikan
seluruh kerusakan yang di akibatkan oleh sistem pendidikan (Setiawan,
2006:23).
Sedangkan menurut Dr. M Fadhli al-Jamali menyatakan pendidikan
adalah sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia
lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan akal, perasaan maupun perbuatan (Jalaludin, 2001:73).
Pendidikan Islam juga di artikan sebagai usaha mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat, dan
kehidupan dalam alam sekitarnya. melalui proses pendidikan, perubahan itu
adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar,
sedangkan pengertian pembelajaran PAI harus didasarkan pada pengetahuan
siswa yang belajar dan lebih sering difokuskan kepada suatu materi, ada
kepentingan antara panjangnya materi pelajaran yang tercampur atau tidak
tercampur, dengan spesifikasi apa yang harus dimunculkan.
Pengertian pendidikan Islam secara terminology, sebagaimana
diungkapkan oleh Marimba (1998:4) memberikan definisi pendidikan Islam
sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam.
Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan Islam adalah suatu
proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian
secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani
(Gunawan, 2014:8).
Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada
pengembangan fitrah keberagamaan dan sunber daya insane lainya agar lebih
mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
mengatakan bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat
a) Tujuan peandidikan jasmani (al-ahdaf al jismiyah). Bahwa proses
pendidikan di tujukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia
sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh. Melalui pelatihan
keterampilan fisik, beliau berpijak pada pendapat Imam al-Nawawi yang
menafsirkan al-qawy sebagai kekuatan iman yang di topang oleh
kekuatan fisik.
b) Tujuan pendidikan rohani dan agama (al-ahdaf al-ruhaniyah wai ahdaf
al-diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka
meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada allah
semata, dan melaksanakan akhlak qur’ani yang di teladani oleh Nabi SAW sebagai perilaku perwujudan keagamaan.
c) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah). Bahwa proses pendidikan
ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk
menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya, dengan menelaah
ayat-ayatnya (baik qauliyah dan kauniyah).
d) Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah). Bahwa proses
pendidikan ditujukan dalam rangka pembentukan kepribadiaan yang
utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat
plural (Gunawan, 2014:10).
Dengan demikian pendidikan Islam yang diungkapkan oleh Ahmad
Tafsir (2004), secara sederhana sering diartikan dengan pendidikan yang
berdasarkan Islam. Dalam pengertian yang lain, dikatakan bahwa pendidikan
dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmani, sempurna budi pekertinya
(akhlak), teratur pikirannya, halus perasaannya (Gunawan, 2014:19).
Demikian pula sebagai mahluk sosial, manusia juga memerlukan
pendidikan khusus, pendidikan ini di arahkan kepada usaha membimbing dan
pengembangan potensi manusia agar serasi dengan lingkungan sosialnya,
berdasarkan ruang lingkup lingkungan sosial tersebut maka perlu pula
dirumuskan pendidikan yang lebih khusus.
C. Jenis-Jenis Nilai Pendidikan
Dalam GBHN (Ketetapan MPR No.IV/MPR/1978). Berkenaan dengan
pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut:”Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah
dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah (Daradjat, 2011:34).
1. Pendidikan Keluarga
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari mereka anak mula-mula menerima pendidikan,
dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal
tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak
(Daradjat, 2011:36).
Pendidikan Islam telah menunjukan pada tataran konseptual bahwa
proses pendidikan dalam keluarga merupakan realisasi tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anaknya. Di antaranya melalui
aspek-aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam
pendidikan anaknya. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah
pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca al-Qur’an, aspek pendidikan akhlak karimah dan aspek pendidikan Islamiyah.
Pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu
anak-anak dapat memahami posisi dan peranya masing-masing, serta
membantu anak-anak mengenal dan memahami norma-norma agama
Islam. Agar mampu melaksanakannya untuk memperoleh hidayah dari
Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam Surat Asy-Syura’a ayat
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang ter dekat (Q.S. Asy-Syuara’:214).
Demikian pula agam Islam memerintahkan agar para orang tua
berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya, serta
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat At- Tahrim ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (At- Tahrim Ayat: 6).
Keluarga secara normatif juga termasuk ke dalam kelompok lembaga
pendidikan di luar sekolah, Islam memandang keluarga sebagai salah
satu bentuk lembaga pendidikan karena di dalam keluarga berlangsung
pula proses kependidikan. Anak berperan sebagai peserta didik dan orang
tua sebagai pendidik, hubungan interaksi anak dan orang tua inilah proses
kependidikan Islam berlangsung, perlakuan orang tua terhadap
anak-anaknya ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian maupun
kecerdasan anak (Rahman, 2005:161).
Aspek berikutnya dalam pendidikan Islam pada keluarga adalah
pendidikan aqidah Islam, aqidah adalah inti dari dasar keimanan
seseorang yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Aqidah Islam
berkaitan dengan keyakinan anak sejak masih di dalam rahim, anak
terus-menerus dibimbing agar memahami Allah dan sifat-sifatnya, biasanya
yang pertama ditekankan kepada anak adalah kehidupan yang rukun
dengan mengajak mereka melaksanakan salat berjamaah, berlatih
melakukan puasa dan berbagi kegiatan yang menciptakan watak dan
kebiasaan anak dengan perbuatan yang baik menurut tuntunan agama.
terutama, ketauhidannya yang bulat dan utuh. Firman Allah dalam Surat
Al-Luqman ayat 13-15:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S Luqman ayat 13-15).
2. Pendidikan Sekolah
Menurut Prof. Drikarya merumuskan pendidikan sebagai
proses memanusiakan manusia, yaitu sebuah pengangkatan manusia
ketaraf insan, sehingga dia dapat menjalankan hidupnya sebagai
manusia utuh dan membudayakan diri. Pendidikan juga sebagai
proses homonisasi dan humanisasi, membentuk manusia utuh,
bermoral, berwatak, berkepribadian, berpengetahuan, dan berrohani
(Benni, 2006:63).
Sedangkan menurut undang-undang sisitem pendidikan
nasional UU nomor 20 Tahun 2003, pendidikan dimaksudkan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
menyumbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Dalam pengertian yang begitu ideal tentu sangat membutuhkan
perhatian semua pihak, terutama para guru dan dosen yang memang
belajar mengajar tetapi masih banyak faktor lainnya yang sangat
menunjang dan bahkan menentukan keberhasilan suatu
pembelajaran, seperti perpustakaan, laboratorium, dan berbagai
fasilitas lainnya. Tetapi faktor guru atau dosen memang tidak bisa di
kesampingkan begitu saja, bahkan dalam jenjang pendidikan tertentu
faktor guru menjadi sangat dominan dan menentukan.
Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit
dia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.
Oang tua sering menyerahkan anaknya ke sekolah, tidak secara
langsung mereka melimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukan pula bahwa orang
tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarangan
guru atau sekolah, karena tidak sembarang orang dapat menjabat
sebagai guru (Daradjat, 2011:39).
Dengan demikian peran guru yang sangat ideal, tentunya guru
mempunyai tugas yang berat untuk dapat sukses memerankan
dirinya sebagai guru ideal, tugas sebagai seorang guru sesungguhnya
telah banyak dirumuskan oleh beberapa ahli, namun yang jelas tugas
tersebut setidaknya berkaitan dengan bidang profesi, bidang
kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan, tugas guru sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih, mendidik berarti
Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.
Tugas guru dalam kemanusiaan adalah memposisikan dirinya
sebagai orang tua ke dua, di mana dia harus menarik simpati dan
menjadi idola para peserta didiknya, adapun yang diberikan atau
disampaikan guru kepada peserta didik hendaknya dapat memotivasi
hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang
menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri peserta
didik.
Di negara lain sejak dahulu guru itu sangat di hormati oleh
masyarakat, kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti
pengajar, melainkan juga sebagai pendidik, baik di dalam maupun di
luar sekolah. Guru harus menjadi penyuluh masyarakat, tapi juga
sebagai pemberdaya suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan
oleh unsur manapun. Dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dulu,
semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan
tugasnya, semakin terjamin pula terciptanya kehandalan dan
terbinanya kesiapan seseorang, dengan kata lain potret manusia yang
akan datang bisa terlihat dari potret guru dimasa sekarang. Juga
gerak maju dinamika kihidupan sangat tergantung dari citra guru di
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru atau ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang
pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup, dalam firman
Allah SWT dalam Surat Al-Mujadillah ayat 11:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al- Mujadillah ayat:11).
Melihat tugas dan peran guru yang sedemikian, tentu sangat
diharapkan bahwa seluruh guru akan dapat memerankan dirinya
sebagaimana yang seharusnya yaitu sebagai panutan dan contoh bagi
masyarakat. Sehingga proses pendidikan yang ada akan benar-benar
dapat membentuk sosok ideal yang diinginkan, lebih-lebih guru
pendidikan agama Islam, yang memang disamping mempunyai misi
yang sama pada guru umumnya yakni untuk mencerdaskan bangsa.
Dan juga mempunyai misi lain yang luhur yaitu mempersiapkan
generasi yang pandai, berakhlak mulia, dan taat menjalankan ajaran
agamanya.
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan,
secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan
individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan negara,
kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita,
peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Masyarakat sangat besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau
penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu
saja menghendaki agar setiap anak di didik menjadi anggota yang
taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan
keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan
sekolahnya. Bila anak telah besar di harapkan menjadi anggota yang
baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara
(Daradjat, 2011:44).
Lingkungan masyarakat juga merupakan tempat bargaul
sekaligus menerima pendidikan sosial bagi setiap keluarga yang ada
di dalamnya. Dan agama sebagai sumber sosial normatif dapat
dipahami sebagai substansi nilai yang erat kaitannya dengan aspek
pengalaman dan sejumlah peristiwa sehari-hari, biasanya melibatkan
kepercayaan dan tanggapan pada sesuatu yang berada di luar
jangkauan manusia. Oleh karena itu, secara sosiologis agama
menjadi penting dalam kehidupan manusia bermasyarakat, sehingga
perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Pembinaan nilai agama dalam masyarakat dapat dilihat dari
akhlak keluarga yang ada di dalamnya, apabila akhlak semua
anggota keluarga telah baik, maka akan baik pula lingkungan
masyarakatnya. Pembinaan lingkungan masyarakat dengan
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai
kegiatan yang bersifat menumbuh kembangkan pemahaman tentang
Islam, misalnya kegiatan pengajian, gotong royong, silaturakhim dan
dialog interaktif sehingga masyarakat memahami ajaran Islam yamg
seutuhnya.
D. Upacara Adat dan Tradisi Islam Baratan
Tradisi baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman, berasal dari kata
Baro’ah atau Bara’atan yang berarti berkah. Menurut beliau juga kata
“baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu“Baraah” yang berarti
keselamatan atau “Barakah” yang berarti keberkahan, jadi tradisi Baratan adalah suatu adat kebiasaan untuk mendapatkan keselamatan dan keberkahan
dari Allah SWT, yang dilakukan secara turun temurun, dan di laksanakan
setiap tahun sekali.
Dalam buku legenda Jepara tradisi Baratan juga merupakan tradisi turun
menyambut malam Nisfu Sya’ban. Dimana sering kita menyebut pada malam itu adalah malam pergantian buku amal ibadah kita, dan tradisi Baratan juga
merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, yaitu suami Ratu
Kalinyamat yang di bunuh oleh Arya Penangsang, dan kemudian jenazah
Sultan Hadirin. Pada waktu itu diboyong pada malam hari maka butuh sebuah
lampu penerang berupa (obor), yang sekarang dikenal dengan lampion
sebagai simbolis peristiwa tersebut. Jadi setiap tangal 15 Sya’ban masyarakat memperingatinya, dan tujuan tradisi ini juga sekaligus memeringati hari jadi
kota Jepara dan hari jadi masing-masing desa. Dengan mengadakan
selamatan (kenduri) bersama dengan hidangannya yaitu nasi tumpeng
(ambengan) dan dilengkapi dengan jadah puli yang ditaburi parutan kelapa
serta kue apem yang di bawa ke mushola-mushola, masjid dan balai desa..
(Puli) sendiri merupakan makanan khas yang biasanya selalu ada pada
perayaan Baratan tersebut, menurut salah satu pendapat dari sesepuh desa,
kata Puli diambil dari bahasa Arab dari kata “Afwu lii”, yang berarti 'maafkanlah aku'. Serta tidak ketingalan pula pemanjaran (uplik) atau
sekarang sering disebut lampu lampion, yang di pasang di depan
rumah-rumah penduduk. Setelah itu para warga ber duyun-duyun pergi ke tempat
perayaan yang sering disebut dengan tradisi Bratan. Tujuannya yaitu
menyaksikan pawai rombongan Ratu Kalinyamat beserta dayang dan
pengikutnya dan setelah itu biasanya para masyarakat sekitar pada malam nya,
mengadakan tirakatan dan dimana tirakatan tersebut di lakukan dengan
lain, lalu di lanjutkan berkumpul dengan saudara, kerabat dan tetangga, tradisi
ini dilaksanakan atau dirayakan oleh masyarakat sekitar, dan desa-desa yang
ada di sekelilingnya yang masih antusias untuk melaksanakannya.
Baratan juga suatu bentuk tradisi atau kegiatan perayaan yang di bungkus
dengan gotong royong dan kebersamaan oleh masyarakat desa tanpa melihat
status, setrata dan sosial masyarakat. Diman semua warga memiliki hak dan
kewajiban yang sama, sebagai bentuk wujud sukur atau penghormatan kepada
Tuhan dan kepada alam semesta, dimana alam telah memberikan sumber
kehidupan sudah sepantasnya bila manusia menjaga dan melestarikan alam.
Tradisi Baratan bertepatan dengan bulan Nisfu Sya’ban atau bulan Ruwah, dimana bulan itu adalah bulan yang sangat mulia karena pada malam Nishfu
Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk. Maka tradisi Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi
diri setelah memohon ampun kepada Allah SWT, jadi masyarakat lebih
antusias untuk melaksanakanya. Karena disamping tujuan tersebut,
masyarakat juga mempunyai tujuan yang lain yaitu ingin mendapat
keberkahan, keselamatan dan ketentraman dari Allah SWT.
Setelah itu lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali
seperti yang di lakukan masyarakat Islam pada umumnya, seperti yang sering
kita dengar dari para ustadz, yang sering memberikan tausiyah bahwa dalam
dosanya, kudua minta panjang umur (terhindar dari cobaan dan penyakit), dan
ketiga meminta di lapangkan rizkinya.
Karena setelah bulan Nisfu Sya’ban kita akan kedatangan bulan suci Ramadhan yang sangat suci dan mulia, sudah sepantasnya jika kita berusaha
memperbaiki sikap dan perilaku kita. Bukan hanya di dalam bulan itu saja
tetapi kita harus menjalankan juga di bulan-bulan lainya, supaya kita selalu
senantiyasa mendekatkan diri kepada allah SWT yang maha pencipta alam
dan seisinya.
Tidak sampai di situ saja, maksud diadakan tradis Baratan yang di
barenggi dengan selamatan pada malam Nisfu Sya’ban adalah suatu penghormatan kepada Allah SWT tuhan Yang Maha Esa. Yang di lakukan
masyarakat desa, tanpa melihat setatus, strata dan sosial. Selanjutnya sebagai
bentuk rasa sukur atas kemurahan berkah, rahmat dan karunia yang tiada tara
yang di berikan oleh Allah SWT kepada manusia. Juga sebagai sarana
perminta maafan masyarakat kepada sang pencipta serta juga sebagai media
permohonan ampun atas kesalahan dan dosa para leluhur pendiri desa dan
leluhur keluarga besar masyarakat di sekitar nya.
Maksud diadakannya tradisi Baratan adalah bukan semata-mata hanya
berupa arak-arakan atau pesta perayaan, namun juga ada maksud dan manfaat
yang lain. Yaitu untuk menumbuh kembangaan rasa cinta dan bangga sebagai
warga, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dimana masyarakat desa
agar mempunyai kemampuan untuk bangkit menuju masa depan yang lebih
Tujuan yang lain di adakan tradisi Baratan adalah mengalang dan
memperkokoh persatuan warga masyarakat, serta melestarikan adat istiadat
dan budaya Jawa khususnya yang ada di desa Kriyan. Dan juga memberikan
pembelajaran bagi generasi muda agar tidak lupa akan sejarah dan dan
kebudayaan masyarakat. Tradisi Baratan juga sebagai media anjangsana bagi
warga, sekaligus juga sebagai sarana penghormatan bagi para pendiri desa
dan tokoh agama, juga masyarakat yang telah berjasa atas perkembangan dan
pembangunan desa serta penghormatan bagi leluhur desa yang telah
mendahului kita dan mewariskan segala tradisi bagi warga desa, dan semua
itu tidak ada unsur untuk menyekutukan allah dan jauh dari kesan musrik.
Tradisi Baratan pada umumnya menjadi tradisi yang sangat besar dan di
nanti-nanti setiap tahunya oleh masyarakat sekitar dan dari penjuru desa atau
kota-kota yang lain. Karena tradisi ini sangat kental dengan budaya dan
agama di dalamnya, yang dapat memberikan masukan yang sangat berharga
khususnya bagi kita sendiri dan keluarga atau orang terdekat. Hajatan rutinan
ini dilakukan secara kolektif, dengan dana yang di tanggung secara bersama
yaitu dari desa, instansi pemerintah dan para remaja. Kegiatan ini dilakukan
oleh seluruh warga desa, tua mudah, pria dan wanita, dan juga bersama setaf
dan sesepuh desa, kepala desa, camat dan sesepuh atau ustadz, tanpa ada yang
di bedakan.
Secara umum kegiatan tradisi Baratan meliputi beberapa kegiatan, yang
1. Memeringati bulan Nisfu Sya’ban dan juga menyambut datangnya bilan ramadhan, sedangkan menurut bulan Jawa adalah tanggal 15 ruwah,
yang biasanya di percaya orang Jawa khususnya di daerah kriyan sendiri
sebgai bulan untuk mengirim do’a untuk para leluhur, dan juga di barenggi dengan tradisi Baratan.
2. Memeringati wafatnya Sultan Handhirin yaitu suami dari Ratu
Kalinyamat yang terbunuh karena di bunuh oleh Arya Panangsang, yaitu
musuh dari Ratu Kalinyamat, atau masarakat sering menyebut sebagai
(khaoul) Sultan Handhirin atau mengenang wafatnya.
3. Sebagai hari ulang tahun atau hari jadi Kota Jepara dan desa-desa di di
sekitar desa keriyan.
4. Sebagai ajang untuk silaturahim antar warga, karena pada pesta Baratan
banyak warga yang dari jauh pada berkumpul atau datang kerumah
kerabat atau saudaranya guna mempererat tali silaturahim dan sekaligus
ingin ikut memeriyahkan acara pesta baratan tersebut.
5. Sedangkan yang terakhir sebagai sarana untuk melestarikan budaya
daerah yang sudah turun temurun dari nenek moyang kita, supaya tradisi
tetap ada dengan seiringnya zaman.
E. Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan agama Islam
Selain nilai positif dari tradisi Baratan terdapat juga nilai-nilai yang leluhur yang
masih dilakukan beberapa orang yang tidak sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam,
1. Beberapa orang masih mengikuti tradisi nenek moyang terdahulu
seperti bertapa memberi sesajian di tempat tertentu, membakar
menyan. Hal tersebut masih menunjukan bahwa sebagian orang
tersebut masih belum yakin sepenuhnya kepada Allah SWT, dzat
maha tunggal, masyarakat masih cenderung mengikuti budaya
leluhur yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Ada juga yang masih mempercayai, meminta pertolongan dan
keselamatan kepada arwah atau leluhur yang sudah meningal.
Menurutnya dengan memberikan sesaji di pohon atau jalan mereka
akan memberikan pertolongan kepadanya dan masyarakat.
3. Sikap pemborosan, yaitu kegiatan tradisi ini membutuhkan dana yang
cukup banyak hanya untuk kegiatan-kegiatan yang mengandung