• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Taksonomi Dan Kandungan Dari beberapa jenis Stachytarpheta Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penelitian Taksonomi Dan Kandungan Dari beberapa jenis Stachytarpheta Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PEKgKXTTAK TAITSfiTKWT tiatj KAHDUHGAZl DABX EBBBRAPA JEHI& STAGHYTARPHBTA

D I B I I A T U N T U K lifRMTgHIIHT

TUQA3,

A Z H XE

MKKCA~PAT G E LA R . SA B JA N A . 2 A H M A SI

U N X V BE SX T A 3 A TO T.im flflA

t 9 8 4

a 1 e h.

E r v s n s w u a . K U SM A N IN G A IX am e m r aM n w n

057at020t

1 ah pembimb£ng s.

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan selesainya tugas menyusun skripsi ini kami tidak lupa mengucap syukur kepada Tuhan Tang Maha Esa , yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNYA kepada kami.

Akhir-akhir ini penggunaan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat di Indonesia dalam bidang kesehatan, khusus -nya dalam bidang pengobatan dirasakan semakin meningkat* Juga banyaknya mass media yang memuat berita tentang kan­ dungan bahan berkhasiat dari berbagai tumbuh-tumbuhan yang dapat raenyembuhkan penyakit maupun tentang penggu -naan tumbuh—tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan ada­ nya penelitian-penelitian pendahuluan yang telah dilaku­ kan sebelumnya, merupakan perangsang kami dalam menyele-saikan tugas menyusun skripsi untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,

(3)

Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak , terutama kepada kedua pembimbing kami dan para dosen dari bagian Farmakognosi lainnya, atas bantuannya baik berupa moril maupun materiil sehingga kami dapat menyelesaikan tugas menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih

juga kami sampaikan kepada Pimpinan Kebun Raya Purwodadi beserta stafnya atas segala bantuan dan informasi yang te­ lah diberikan dalam penelitian ini.

(4)

D A ET A R I S X

DAE2AR ISX

... ... .

iv

DAF'EAR TABJ1T.

...

vi

DAE'CAR GAMBAR.

...

vii

PENDAHULUAN

... * * ...

1

BAB. ;

I. TINJAUAN PUSJEAKA *... ... ... ... 4

1. Tinjigtuan tentang taksonomi Stacrhytarpheta ...

4

1*1*. Klaaifikasi

4

1*2. Habitus dan Morfologi ... ...

6

1*2. Anatomi - Histologi —

... ... 8

2. Tinjauan tentang kandungan ... -

9

3* Manfaat Stachjrtarpheta sebagai obat tradisi­

onal ... *... .

12

XX* BAHAN DAN ME20DA PENBLIMAN **... .

16

1.* Bahan dan raeto&a penelitian taksonomi ...

16

1.1'.. Bahan penelitian taksonomi .*..*...

16

to.2.- Cara penelitian taksonomi -... .

16

1*2*1» Pengamatan makrosfcopik ...

16

1.2.2* Pengamatan mikroskopik ...

16

2* Bahan dan metoda penelitian kandungan *....

17

2*1* Bahan penelitian

.kandungan ...

17

2*2. Cara penelitian kandungan

...

18

2*2*1. Reaksi warna dan pengendapan ..*

18

2.2.2. Pemeriksaan dengan kromatografi

lapisan tipis. •.»•».*•.•*•••*••.•

19

2.2.3- Pemeriksaan dengan kromatografi

kertas ... ...

19

H a l a m a n .

K A I A P E N G A N T A R . . . ... . . . * ... i i

(5)

H a l a m a n

B£B> ::

III. PELAKSAETAAN. HAN HASIL PEUHLXTIAN ... ... 20

1. Penelitian taksonomi ... ... 20

1.2.1. Irisan melintang akar tunggang.. 39

1.2.2. Irisan melintang batang ... * 42

1.2.3* Irisan melintang daun melalui i-bu tulang- daun ... ... 49

1.2.4. Irisan melintang daun tidak me -lalui ibu tulang daun ... 54

1.2.5. Sayatan membujur epidermis atas daun .... ... ... ... 59

1.2.6. Sayatan membujiur epidermis bawah daun •••••••..»•... . 60

2.. Penelitian kandungan 66 2.1. Pembuatan ekstrak ... . 66

2.2. Pelaksanaan kromatografi lapisan tipis.. 66

2.3* Pelaksanaan kromatografi kertas ... 67

2.4. Penunjukan adanya alkaloid 68 2.5. Penunjukan adanya flavonoid ... 71

2.6.. Penunjukan adanya glikosida antrakinon. 75 2.7.. Penunjukan adanya glikosida jantung .. 77

' 2.8,. Penunjukan adanya glikosida sianhidrin. 80 2.9. Penunjukan adanya saponin ... 80

2.10.Penunjukan.adanya tanin dan senyawa po— li-fenol ... ...*... 83

2.11 .'Penunj/ukan adanya minyak atsiri ... 85

2.12:. Penunjukan adanya iridoid ... 87

IT. PEMBICAfiAAH ... .... ... 105

7. KBSIMPULAN ... ... ... 122

VI* SARAN—SAKAN ... ... _... ... .

124

RIHGKASAH ... ... ... 125

(6)

D A P T A R T A B E L

Tabel :

I. Hasil pengamatan makroskopik. pada S.

iamaicen-slfl;, 3:- Indica dan S. mutabilis. *... 92 II. Hasil p^igamatan mikroskopik pada irisan me—

lintang akar turrggang S.. .iiamai&ensis. S.. indi—

ca dan S. mutabilis ... ...•.. 95 III* Hasil pengamatan mikroskopik pada irisan

me?-lintang batang S. jamaicensia. S;. indica dan

S>. mutabilis ... ... 96 IV.. Hasil pengamatan mikroskopik pada irisan

me?-lintang daun melalui ibu tulang daun S.

jamai-censis. S. indica dan S.. mutabilis ... 98 V. Hasil pengamatan mikroskopik pada irisan me­

lintang daun tidak melalui ibu tulang daun S.

.iamaicensis:. S:» indica dan S., mutabilis. .... 99 VI. Hasil pengamatan mikroskopik pada sayatan

membujur epidermis atas dan bawah daun S. .fa

-maicensla;. S. indica dan S. mutabilis ... 100 VII. Hasil penunjukan golongan kandungan dalam daun

S. .iamaicensis:. S. indica dan S.. mutabilis de­

ngan reaksi warna dan pengendapan ... 101 VIII. Hasil pemeriksaan dengan kromatografi lapisan

tipis terhadap golongan kandungan dalam daun

Si. .iamaicensis;. S. indica dan S. mutabilis .. 10'j

IX. Hasil pemeriksaan dengan kromatografi kertas terhadap golongan kandungan flavonoid dan iri­ doid dalam daun S. .iamaicensis, S. indica dan

S:. mutabilis ... ... 104

H a l a m a n

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar :

1. Habitus dari S, .iamaicensis ... 21

2* Habitus dari S. indica ... ... 22

3. Habitus dari S. mutabilis ... ...23

4. Daun S. .iamaicensis ... ...28

5. Daun S. indica ... ...29

6

. Daun S. mutabilis ... ...30

7. Perbungaan S. .iamaicensis ... ...'36

8

. Perbungaan S . indica ... ... ...31

9. Perbungaan S. mutabilis ... ,...3^

10. Irisan melintang akar tunggang S» indica ... ...41

11 . Irisan melintang batang S. .iamaicensis ... ...46

12. Irisan melintang batang S. indica ... ...47

13. Irisan melintang batang S. mutabilis ... ...48

14. Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun S. .iamaicensis ... ...51

15. Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun S . indica ... 52

16. Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun S. mutabilis ... ... 53 17. Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun S. .iamaicensis ... ...56

18. Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun S. indica ... ... 57

19. Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun 3. mutabilis ... ... 58

20. Sayatan membujur epidermis atas daun S . .1 amai -c ensis ...63

21. Sayatan membujur epidermis bawah daun S. indica . 64 22. Sayatan membujur epidermis atas daun S. mutabi -lis ... ... 65

(8)

Halaman Gambar :

23a. Kromatogram lapisan tipis golongan kandungan flavonoid dari daun 3. .iamaicensis, S. indica

dan S. mutabilis ... 74 23b. Kromatogram kertas golongan kandungan flavono­

id dari daun S. .iamaicensis. S. indica. dan

o. mutabilis ...

74

24 . Kromatogram lapisan tipis golongan kandungan minyak atsiri dari daun 5» .iamaicensis, S. in­

dica dan S. mutabilis ...

86

2 5a. Kromatogram kertas golongan kandungan iridoid dari daun S. .iamaicensis, S. Indica dan S. mu­

tabilis dengan pereaksi SbGl^ - kloroform .... 90 25b. Kromatogram kertas golongan kandungan iridoid

dari daun S. .iamaicensis, 3. indica dan 3. mu­

tabilis dengan pereaksi anis - aldehid ... 90 25c. Kromatogram kertas golongan kandungan iridoid

dari daun S. iamaicensis, S. indica dan 3.

mu-tabilis dengan pereaksi Trim - Hill ... 91

(9)

PENDAHULUAN

Penggunaan obat. tradisional atau yang lebih. dike­ nal dengan istilah "jjamu" oleh masyarakat Indonesia dalam

bidang kesehatan, khusuanya dalam bidang pengobatan pada saat ini semakin meluas* Dengan aemakin banyaknya perusa-haan jjamu serta berkembangnya pabrik-pabrik jamu di nega­ ra kita, maka usaha-usaha untuk mempelajari taksonomi dan kandungan suatu tumbuhan obat perlu ditingkatkan. Hal ini karena tumbuh-tumbuhan merupakan bahan atau bagian yang utama dari obat tradisional.

Tumbuh-tumbuhan dari takson yang sama mempunyai hu-bungan. kekerabatan yang sangat erat, terutama pada takson tingkat suku, marga dan jenis. Hubungan kekerabatan yang sangat erat memungkinkan adanya persamaan kandungan.

Penelitian taksonomi disini meliputi klasifikasi , tata nama, ciri-ciri mor£ologi dan anatomi tumbuh—tumbuh­ an. Sedang penelitian kandungan dimaksudkan untuk mempe -laj'ari golongan kandungan yang dikaitkan dengan taksonomi tumbuh-tumbuhan yang bersangkutan.

(10)

2

kat. kita yaitu sebagai obat batuk, obat sakit tenggorokan dan beberapa penyalcit lainnya, Akan tetapi belum banyak penelitian yang dilakukan terhadap tumbuh-tumbuhan terse­ but, baik mengenai taksonominya, kandungannya maupun kha-siatnya. Tumbuh-tumbuhan ini dikenal dengan nama pecut kuda (Indonesia) atau jarong (Sunda , Jawa).

Tumbuh-tumbuhan ini di Indonesia terdiri dari em­ pat jienls (1,29), yang dapat dibedakan dari daun dan war­ na bunganya yaitu ;

1. Stachytarpheta .Iamaicensis (L) Vahl. 2. Stachytarpheta indica (L) Vahl.

3. Stachytarpheta mutabilis- (Jacq.) Vahl,

4* Stachytarpheta cayennensis (L.C.Rich) Vahl,

Dari keempat jenis tersebut yang paling banyak dijumpai a-dalah yang berbunga ungu kebiruan, yaitu S. .iamaicensis . Tumbuh-tumbuhan. ini umumnya terdapat di tepi—tepi jalan , tepitepi sawah dan tepi—tepi sungadl sebagai semak belu -kar atau ditanam di rumah—rumah sebagai tanaman hias ka— rena bentuk perbungaan dan w a m a n y a yang menarik.

(11)

di Indonesia perlu dilakukan dan pada masa-masa yang akan datang diharapkan adanya penelitian tentang khasiatnya.

Pada penelitian ini, j.enis-j^enis yang diteliti a-dalah S. .famaicensis, S» indica dan S. mutabilis. Sedang S. cayennensis tidak diteliti karena kesulitan untuk men-dapatkan aampel yang memadai disamping populasinya di In­ donesia yang hampir punah.

Metoda yang digunakan untuk mempelajari taksonomi adalah pengamatan makroskopik yaitu dengan cara mempela -jiari habitus dan morfologi tumbuhan segar, serta pengama­ tan mikroakopik (anatomi - histologi) tumbuhan tersebut yang dibandingkan dengan uraian yang terdapat dalam pus -taka* Kemudian dipelaj'ari adanya golongan kandungan, yang dimaksudkan untuk mempelajari kaitannya dengan segi-segi taksonomi tumbuh-tumbuhan yang bersangkutan.

Seeara singkat tujuan penelitian ini adalah :

1 - Mempelajari takaonomi S. iamaicensis, S. indica dan S.. mutabilis. yang meliputi klasifikasi, ciri-ciri morfologi dan anatomi tumbuh-tumbuhan tersebut,*

2

. Mempelaj'ari golongan kandungan yang terdapat pada

S» iamaicenais. S. indica dan S. mutabilis.

(12)

kefarma-IL. I [C.

• ►... t’O.'TAKAAN j AflKLANGGA" I £ a a A £ A, Y A

BAB X

TINJAUAJJ PUaiAKA.

1-* Tijniauan tentang taksonomi Stachytarpheta.

1

1

» Klasifikasi,

Tumbuh—tumbuhan marga Stachytar-pheta termasuk: tum­ buh-tumbuhan dari suku Verbenaceae (1,3,16,17,21 , 2 9 h

Suku Verbenaceae merupakan suku yang besar, kurang lebih terdiri dari

100

marga dan

3000

jenis (

1

.

6

, 31), dan beberapa diantaranya sudah dikenal seba -gai tumbuhan obat misalnya r marga Lantana (tembe— lekan, Jawa), Clerodendron (keji beling, Jawa),dan Vitex flegundi, Indonesia, Jawa, Sunda).

Klasifikasi secara terperinci dari. Stachv t aroheta adalah sebagai berikut (

30

) t

Divisi r. Sjrermatophyta, (Anthophyta),

Anak divisi : Angiospexmae (.Magnoliophytina), Kelas ; Dicotyledoneae (Magnoliatae),

Anak kelas : Sympetalae tetracyclicae(Asteridae), Induk bangsa : Lamianae,

(13)

Marga r. Stachytarpheta. Jenis :

1

. S* jamaiceaasis (L) Vahl. 2* indica (L) Vahl.

3. S-» mutabilis (Jacq) Vahl.

4. Si. cayennensia. (L.C.Rich) Vahl.

Menurut ENGLER dan DIELS (17), suku Varbenaceae teimasuk anak dari bangsa Tubiflorae yaitu : Ver— beni neae.

Suku Verbenaceae dibagi-bagi lagi menjadi bebera­ pa anak suku dan puak (11,15)* Marga S tachyt anrhe— ta disini termasuk anak suku Verbenoideae, puak

(14)

di-6

chotoma Vahl. (15,21-). 1*2* Habitus dan Morfologi.

Tumbuh-tumbuhan dari suku Verbenaceae kebanyakan terdapat di daerah tropik dan subtropik* Umumnya berupa terna, perdu, jarang yang merupakan pohon dan beberapa merupakan tumbuhan menjalar. Batang -nya keba-nyakan segi empat* Daun tunggal atau majemuk, tanpa daun penumpu, dengan duduk daun berha -dapan atau dalam satu lingkaran (vertisilata)* Bu-Sganya merupakan bunga maj emuk yang tersusun dalam suatu. bulir, malai, bongkol atau korimbua* Bentuk umum bunga kebanyakan zigomorf, mempunyai lima he-lai tajiuk yang bergabung, berbibir dua, kelopak berjumlah lima dan gabung*- Benang

3

ari empat atau lima buah dan putiknya dua buah yang mempunyai ba-kal buah dengan kedudukan menumpang.. Buahnya bisa .berupa buah batu, nuks,. baka dan j arang yang ber —

bentuk kapsul (.1,11,16,17,25,29,31,35)*

(15)

Tumbuh— tumbuhan ini berupa rumput—rumputan yang te­ gak atau perdu yang rendah, dengan tinggi mencapai 0,5 sampai 3 m. (1,4,8,13,29).

(16)

Dalam satu. bulir bunga mekar dari pangkal ke ujung secara beruntun (rasemosa), beberapa bunga mekar secara bersamaan dan akan rontok setelah mekar se-hari, umumnya mekar pada pagi hari dan gugur pada

sore, hari (V,3*4,8,1.3*29).

Buahnya berupa buah kotak (kapsul), mempunyai pa — ruh, pada waktu masak pecah menjadi dua kendaga(ru-ang) dan berbiji dua* Buah terbungkus oleh kelopak yang agak menggembung, bentuknya bulat, panjang de­ ngan panjang meneapai 3,5 sampai 6,5 cm. (1,4,29). Tumbuh-tumbuhan marga Stachytarpheta dapat disebar luaskan dengan bij'inya dan dapat juga dengan cara mencangkuk atau setek (

3

).

1.3. Anatomi — Histologi.

Daun S » sanguinea Mart , mempunyai rambut, penutup yang bengkok dan tanpa keienjar. Permukaan daun dan .tangkai daun tumbuh-tumbuhan marga Stachytarpheta

mempunyai sisik keienjar (

2 1

).

(17)

Pada mesofil daun, jaringan tiang (palisade) ada yang terdiri dari satu lapis sel dan ada yang ter­ diri dari beberapa lapis sel. Ikatan pembuluhnya baik yang besar maupun yang kecil ada yang dikeli-lingi oleh sklerenkim dan pada beberapa jenis ti­ dak dijumpai adanya sklerenkim pada ikatan pembu­ luhnya. Pada S. lychnitis Mart, dijumpai adanya kristal bentuk prisma yang besar dan kecil (

2 1

). Irisan melintang batang yang masih muda dari tum­ buh-tumbuhan suku Verbenaceae umumnya berbentuk segi empat atau poligonal. Kadang-kadang dijumpai adanya gabus pada lapisan paling luar (

2 1

).

Tin.jauan tentang kandungan.

Kandungan tumbuh-tumbuhan dari suku Verbenaceae yang sudah diketahui antara lain : minyak atsiri, saponin, tanin, kinon, iridoid, alkaloid, flavonoid dan bahan mineral seperti SiO^ dan CaCO^ , serta bahan-bahan lainnya seperti amin dan asam amino (

1

.

1

).

Dari sebuah penelitian yang dilakukan terhadap tana -man obat. yang terdapat di Karibia dan Amerika Latin , ditemukan bahwa S. .iamaicensis Vahl. mengandung gli­ kosida stachytarphine dan suatu alkaloid (

23

).

GRESHQEF menemukan suatu glukosida didalam S. indica-Vahl. (13).

(18)

jamaicen-si (L) Vahl* mengandung banyak sekali asam kat'eat a-tau asam klorogenat (4*1-1)»

DUHAKD e.t. al. (tahun 1.962) mengemukakan bahwa daun S, .Iamaicensis. Vahl. yang tumbuh di India mengandung asam ff-amino. butirat dan dopamin (

4

,

11

).

E.H.S. FONG et al. (tahun 1972) menemukan adanya alka­ loid tersier dan kuartemer dalam bentuk basanya pada marga Stachytarpheta dan beberapa marga dari suku Ver-benaceae (

11

).

Pada daun S.. .iamaicensis yang terdapat di Madagaskar ditemukan adanya kolin,. suatu iridoid, asam-asam feno-lat, suatu asam klorogenat, tanin katekin, flavonoid dari senyawa golongan flavon terutama glikoronida dari

6

iiidroksi luteolol dan luteolol serta suatu glikuro -nida dari apigenol sebagai komponen yang lebih kecil

(. 4 ).

(19)

J. GrAHNIilR mengemukakan bahwa 3. cayennensis(Rich)Vahl. dan S. mutabilis Vahl* mengandung suatu iridoid yang disebut ipolamiid, yang struktumya ditetapkan dengan menggunakan spektrum H M . Ipolamiid juga berhasil dii-solasi dari S. indica Vahl* yang berasal dari Thailand. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa marga Stachytarpheta tidak mengandung verbenalosid tetapi me -ngandung ipolamiid (8)*

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh P. KOOHvIAN ter -hadap adanya glikosida iridoid pada suku Verbenaceae , disebutkan bahwa pada bagian—bagian vegetatif dan biji dari beberapa jenis Stachytarpheta mengandung glikosi­ da iridoid yang disebut. ipolamiid (15).

r

*. , . u. a n

Ua,.V,;.u:. a i i o a n gC

v A B A Y A

(20)

12

o 9 ° . C H 3

c h 5 o 9 l u k

Rumus struktur verbenalosid

3. Manfaat Stachytarpheta sebagai obat tradisional.

Beberapa buku dan sumber berita lain menyebutkan bahwa tumbuh—tumbuhan Stachytarpheta bermanfaat' sebagai obat tradisional (4,8,13,2.3,27,3:3).

S» .iamaicensis (L) Vahl. dengan nama daerah biron, ka-■romenal, sekar laru, jarong, ngadi renggo (Jawa) dan

jarong (Sunda) adalah jenis yang paling banyak dikenal oleh masyarakat pada saat ini sebagai obat tradisional 03>29). Jenis inilah yang pada umuronya disebut dengan ,!pecut kuda".

(21)

galaktagogum, anti piretikum, obat cacing dan dapat me-nyembuhkan diare, gangguan hati serta untuk pengobatan penyakit. raja singa dan kencing nanah Selain itu de -koknya atau air perasannya juga dapat digunakan untuk obat luar pada luka, bisul, erisipelas, biang keringat, eksim dan penyakit kulit. lainnya.. Daunnya yang dike -ringkan di Eropa dikenal sebagai "teh Brasilia" dan juga digunakan untuk memalsukan teh (23).

Tumbuhan ini juga sudah terkenal sebagai obat di ba -nyak negara, yaitu untuk tonikum, anti rematik dan o-bat demanu Akaraya digunakan sebagai oo-bat cacing, erne-nagogum dan abortivum. Di negara India digunakan seba­ gai obat luar, anti inflamatori pada borok dan juga untuk pengobatan disentri, sedang di negara Nigeria di­ gunakan sebagai obat cacing dan juga obat disentri . Bahkan di daerah Amerika tropik tumbuhan ini dipakai sebagai anti kangker (

4

).

Tumbuhan ini juga tumbuh secara meluas di Taiwan, se -bagai obat tradisional umumnya digunakan untuk menyem-buhkan penyakit hati dan rematik (27)#

Di negara kita sendiri pada saat ini dikenal sebagai obat sakit tenggorokan seperti radang tenggorokan atau dalam bahasa Jawa sering disebut "pancingen1* dan dif -teri (33).

(22)

obat batuk yang disertai dengan suara parau, dengan ca-ra merebus. bebeca-rapa helai atau segenggam daun pecut ku-da dengan dua gelas air ku-dan ditambah gula batu sebesar kurang lebih. setengah ibu Jari, kemudian air rebusannya diminum tiga kali unt.uk satu hari.

S. indica (I») Vahl..,. S.. mutabilis (Jacq.) Vahl. dan S.ca­ yennensis (L.C.Rich) Vahl. juga digunakan sebagai obat tradisional baik di. Indonesia maupun di luar negari te-tapi kurang dikenal dibanding S.. .iamaicensis.

Menurut catatan SCHEFF&R, S. indica yang mempunyai nama daerah. ngadi rengga, jarong, gajihan (Jawa), jarong le-laki, jiarong (Sunda) dan rum jarum (Madura) akarnya di-pakai untuk mengobati penyakit kencing nanah, sedangkan seduan daunnya yang dicampur dengan adas pulasari digu­ nakan untuk pengobatan berak yang bercampur darah dan mungkin jiuga berkhasiat terhadap keringat. Kegunaan la­ in sebagai obat tradisional ada kemungkinan sama dengan 3. iamaicensis

(23)

SCHEFFER, daun ki meurit. beureum ini juga dapat dipa -kai untuk mengobati luka yang bengkak dan bernanahrya-itu dengan eara digerus dengan kapur (13).

Jenis; lain yang terdapat di Indonesia adalah. S» cayen-nensis akan tetapi pada saat ini sudah hampir tidak

dikenal lagi karena populasinya yang hampir punah dan kegunaannya sebagai obat, tradisional juga hampir tidak diketahui, kecuali. suku Indian Oyampis. di Amerika yang menggunakannya sebagai obat sakit perut dalam bentuk

(24)

BAHAN HART METQUA PENELITIAN

t •« Bahan. dan metoda •penelitian. taksonomi > t. 1,. Bahan penelitian taksonomi*.

Bahan yang digunakan untuk penelitian taksonomi a— dalah seluruh tumbuhan segar yang sedang berbunga dari S„ .iamaicensis (L) Vahl., S. indica (L) Vahl. dan S.. mutabilis (Jacq) Vahl. yang tumbuh di Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur.

t»2* Cara penelitian taksonomi.

Penelitian taksonomi dilakukan dengan cara : 1.2*1... Pengamatan makroskopik.

Pengamatan makroskopik dilakukan dengan cara mempelajari habitus dan morfologi tumbuhan sag­

gar yang meliputi bagian-bagian luar dari tum­ buhan yaitu : alat—alat hara, alat-alat pern-biakan dan alat-alat tambahan.

1*2.2. Pengamatan mikroskopik.

Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan mem­ pelajari anatomi — histologi tumbuhan segar. Sediaan mikroskopik yang diamati adalah :

(25)

irisan melintang akar, irisan melintang ba­ tang, irisan melintang daun melalui ibu tu-lang daun, irisan melintang daun tidak mela­ lui ibu tulang, daun, sayatan membujur epi dermis atas daun dan sayatan membujur epi -dermis bawah daun.

Pengamatan makroskopik dan mikroskopik tersebut diban-dingkan dengan uraian yang terdapat dalam pustaka. 2- Bahan dan metoda penelitian kandungan.

2.1. Bahan penelitian kandungan.

Bahan yang digunakan untuk penelitian kandungan a-dalah daun dari ketiga jenis Stachytarpheta terse­ but dimuka yang diambil di Surabaya, Kebun Raya Purwodadi dan sekitarnya (Jawa Timur) pada bulan Februari-Maret 1983- Xdentifikasi (. de.terminasi ) dilakukan dengan kunci determinasi (Backer , Van Steenis) dam demean membandingkan terhadap c.ontoh yang diambil dari Kebun Haya Purwodadi. Daun diam­ bil dari tumbuh—tumbuhan yang sedang berbunga. Pe-ngambilan daun dilakukan secara acak yaitu dari daun yang, muda sampai daun yang tua dari beberapa pohon pada tiap jenisnya* Pengeringan bahan dila -kukan dengan cara diangin-anginkan di udara terbu-ka yang terlindung dari sinar matahari langsung ,

*

(26)

lean almari pengering yang suhunya diatur tidak le­ bih dari 40° C. Setelah itu dilakukan penyerbukan dengan cara diturabuk dan diayak dengan ayakan 4/18 ( 20 ).

2.2. Cara penelitian kandungan.

Penelitian kandungan dilakukan dengan menyari ser­ buk bahan menggunakan etanol 80$. Penyarian bahan dilakukan dengan cara refluks. Selanjutnya dilaku­ kan penelitian kandungan misalnya dengan reaksi warna, pengendapan dan kromatografi (24,26).

2.2.1* Reaksi warna dan pengendapan.

(27)

pereaksi-pereak-si Gelatin - gar am gelatin dan Besi(UI)klo-rida (7,24,26)* Sedangkan adanya iridoid di-tunjukkan dengan pereaksi Tjrim-Hill (1.0,14)* 2.2.2. Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan ti

Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan ti -pis dilakukan terhadap golongan kandungan alkaloid (24,26), flavonoid (10,19,24,26,28), glikosida antrakinon (24,26), glikosida jan­

tung (24,26), saponin (1.9,24,26) dan minyak atsiri (20,24).

2.2.3. Pemeriksaan dengan kromatografi kertas. Pemeriksaan dengan kromatografi kertas dila­

(28)

B A B I I I

PISLAffSAKAAN M U HASIL EEJSEILI'EIAN

1.. Penelitian taksonomi.

1.1o Pengamatan makroskopik (tabel 1 1.

Pengamatan makroskopik dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri mor£ologi tumbuhan S. Iamaicensis.( 1 ) . Vahl., S. indica (1) Vahl. dan S. mutabilis (Jacq.) Vahl. Pengamatan makroskopik ini meliputi : habi­ tus,. alat-alat hara,. alat-alat pembiakan dan alat alat tambahan. Alat-alat hara yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan Stachytarpheta tersebut adalah ; akar, batang, daun dan kuncup, sedang alat - alat pembiakannya terdiri dari : bunga, buah- dan biji. Tumbuh-tumbuhan tersebut tidak memiliki alat-alat tambahan.

Data yang didapatkan dari hasil pengamatan makros­ kopik adalah sebagai berikut :

1 „1.1. Habitus.

(29)
(30)

Gambar 2 : Habitus dari o» indica.

Perdu, rebah, tinggi 0,5 - 1 m. Cabang, ranting tumbuh berhadapan. Daun tunggal berhadapan.

(31)

G-ambar 3 : Habitus dari S. mutabilis. Perdu, tegak, tinggi 2,5-3 m.

(32)

24

S.'« .famaicensis merupakan perdu tegak yang tingginya mencapai 2 m. (gambar 1), S . indi­ ca adalah. yang terendah diantara ketiga je­ nis tersebut, merupakan perdu yang rebah se-hingga hampir menyerupai rumput-rumputan a-tau terna dan tingginya hanya mencapai 1 m.

(gambar 2). Sedang yang tertinggi adalah S. mutabilis, berupa perdu tegak dengan ting­ gi yang dapat mencapai 3 nw (gambar 3).

1.1.2. Akar.

Akar dari ketiga jenis tumbuh-tumbuhan ter— sebut. merupakan akar tunggang yang bercabang. Batang akar sangat panjang dengan akar ca -bang yang aukup panjang*

1.1.3. Batang,

(33)

kasap-dan ‘berwarna hijau atau hijau kecoklatan pa­ da bagian yang sudah tua. Arah tumbuhnya te-gak sedang cabang dan ranting condong keatas. Cabang atau ranting selalu tumbuh berpasang— an dalam. kedudukan berhadapan.

S. indica. penampang batangnya Juga mertgala-mi perubahan bentuk seperti S. .iamaicensis , tetapi tumbuhan ini mempunyai batang yang lebih lunak sehingga tidak dapat berdiri te-gak atau rebah ke tanah. Batangnya yang ma-sih muda berwarna hijau dan yang sudah; tua berwarna kecoklatan. Permukaannya licin dan lunak. Batangnya juga tumbuh tegak sedang ca­ bang dan ranting condong keatas* Karena ba­

tangnya yang lunak dan selalu rebah. ke tanah, maka tumbuhan ini tampak seperti tumbuhan menjalar yang menyebar di atas tanah*

(34)

ini adalah yang paling kaku, sangat keras dan mempunyai permukaan yang kasap berrambut.Arah tumbuh batang tegak sedang cabang dan ranting c.ondong keatas.

1•1.4. Daun.

Merupakan daun tunggal yang tidak lengkap ka­ rena hanya terdiri dari tangkai daun dan he­ lai daun* Tangkai daunnya amat pendek, mempu­ nyai tulang daun menyirip dan letak daun pada tiap buku dari batang berhadapan. Perbedaan ketiga jenis Stachytarpheta tersebut terletak pada helai daunnya, yaitu : S. .iamaicensis: mempunyai bangun umum berbentuk bulat telur dengan panjang 3 - 13,5 cm. sedang l e b a m y a 2,5 - 7,5 cm. Tepi daun bergerigi-beringgit , dengan ujung meruncing pendek dan pangkal me*-runcing. Mempunyai permukaan yang berkerut dan agak mengkilap. Tulang—tulang cabang dan urat urat daun tampak menonjol ke. permukaan teru -tama pada permukaan sebelah bawah*. Permukaan sebelah atas berwarna hijau tua sedang sebe­ lah bawahnya berwarna hijau pucat. Daging da­ un agak tebal sehingga daun tampak lebih kaku

(gambar 4).

(35)

jo-rong sampai bulat-panjang. Panjang helai da­ un antara 3 - 1 4 cm. sedang l e b a m y a 2 — 6,5 cm. Tepinya kebanyakan beringgit meskipun ka-dang-kadang agak bergerigi. Ujung helai turn-pul-membulat sedang pangkalnya meruncing.Da-ging daun tipis, sangat lunak sehingga tepi helai kadang-kadang menggulung ke atas dan berwarna hijau • Tulang-tulang cabang tampak lebih halus dan tidak begitu menonjol, urat-urat daun sangat halus dan hampir tidak tam­ pak di permukaan sehingga helai daun mempu -nyai permukaan yang lebih halus, agak rata atau sedikit berkerut, licin dan agak meng -kilap (gambar 5)»

(36)

-Pt .^1,1 \K. \AN

"UNIV. is:. AS AIRLANGGA* V L,' A B A V A

Berbentuk bulat telur*

P : 3-13,5 cm. , 1 : 2,5-7,5 cm. Permukaan berkerut, agak mengkilap Ujung meruncing pendek.

(37)

Berbentuk jorong-bulat panjang. p : 3— 13*5 cm. , 1 : 2-6,5 cm. Permukaan agak rata, licin. Ujung tumpul-membulat.

(38)

30

G-ambar 6 : Daun S. mutabilis.

Berbentuk bulat telur.

p : 3-20 era. , 1 : 2,5-12 cm. Permukaan berkerut, berrambut halus.

Ujung tumpul-agak runcing. Tepi beringgit.

(39)

tersebut tertutup oleh rambut yang halus. Daging daun agak tebal dan berwarna hijau te -rang atau kadang-kadang hijau kotor pada per­ mukaan sebelah atas sedang sebelah bawahnya berwarna hijau pucat (gambar 6).

S.- indica mempunyai tangkai daun yang lebih panjang dan lebih lunak jika dibandingkan de-ngara kedua jenis lainnya. Tangkai daun S.. mu­ tabilis permukaannya tertutup oleh rambut yang halus.

Ibu tulang daun dari daun S. indica sering berwarna ungu. Warna ungu ini terdapat pada permukaan sebelah atas, dari pangkal ibu tu­ lang daun sampai pertengahan* Hal ini dijum -pai terutama pada tumbuhan yang sedang berbu­ nga dan hanya pada daun yang terdapat diseki-tar ujung tanaman yaitu daun-daun yang dekat dengan bunga.

Warna ungu ini juga sering dijumpai pada pang­ kal tangkai daun dan ketiak daun dalam keada-an ykeada-ang sama.

1.1*5. Kuncup,

(40)

bisa terdapat. pada ujung batang, ujung cabang atau ujung ranting yang akan tumbuh menjadi daun-daun dan cabang-cabang atau menjadi bu­ nga, sedang kuncup yang terdapat pada kedua belah: ketiak daun dari dua helai daun yang du-duk berhadapan akan tumbuh menjadi daun— daun dan cabang-cabang saja. Selain itu bisa juga terdapat pada bekas cabang, ranting atau daun yang telah gugur.

1

.

1

.

6

. Bunga.

(41)
(42)

ber-34

bentuk bulat dan tangkai putik yang sangat panjang. Tangkai putik ini membuat buah yang terbentuk tampak berparuh. Bakal buahnya ber-kedudukan menumpang, terdiri dari dua daun buah dan dua ruangan.

Adapun perbedaannya adalah. sebagai berikut s S. rfamaicensis. panjang bulirnya dapat men -capai 15 - 50 cm. Tajuk bunga berwarna ungu tua agak kebiru-biruan, panjang tabung tajuk mencapai 1. cm. dart bibir tajuk mempunyai le­ bar kurang lebih 1. cm. Tabung taj;uk berwarna ungu pucat hampir putih, bagian luarnya li­ cin dan bagian dalamnya berrambut. Terdapat warna putih yang melingkar pada bagian tera­ tas. tabung sebelah dalam dan pangkal bibir (gambar 7).

S. indica* secara umum sama dengan S. .iamai­ censis hanya warna tajuknya yang berbeda ya-itu bibir tajuknya berwarna ungu pucat atau ungu muda keputihan (gambar 8).

(43)

berwarna merah muda menyolok dengan lingkaran berwarna ungu merah di tengah-tengah antara bagian teratas tabung sebelah dalam dan pang­ kal bibir. Tabling tajuk berwarna merah ungu keputihan disebelah luarnya dam sebelah dalam nya berwarna putih. Panjang tabung tajuk ini mencapai 2 cm. sedang lebar bibirnya antara

1,5 - 2 cm. Semua hagian dari bunga termasuk tangkai bulirnya tertutup oleh rambut yang ha­ lus berwarna putih (gambar 9).

1.1.7. Buah dan bi.ii.

(44)

Gambar 7 : Perbungaan S., .iamaicensis.

Bulir, p : 15 — 50 cm. Terletak di ujung batang , cabang atau ranting,

■Tajuk berwarna ungu tua ~ kebiruan.

Bunga bentuk bibir (zigomorf),

(45)

b O l< A B A Y A

Bulir, p : 15 - 50 cm.

Terletak di ujung batang, cabang atau ranting.

(46)

Gambar 9 : Perbungaan S. mutabilis.

Bulir, p : 30 -90 cm.

Terletak di ujung batang, cabang atau ranting.

Bunga bentuk bibir (zigomorf) , mudah gugur.

(47)

1.2. Pengamatan mikroskopik.

Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk mengetahui ciriciri anatomi histologi ketiga jenis Stachy -tarpheta tersebut di muka. Pengamatan ini mengguna­ kan pembesaran 100 dan 400 kali, meliputi :

1*2.1. Irisan melintang akar tunggang (tabel II).

Dibuat irisan melintang akar tunggang dari 5. .ja-maicensis, S. indica dan 3. mutabilis(gambar 10). 1.2.1.1. Media air.

Sediaan-sediaan tersebut langsung dilihat dalam media air dengan mikroskop.

Hasil pengamatan atas sediaansediaan ter -sebut didapatkan data sebagai berikut : Periderm, yang merupakan jaringan terluar terdiri dari :

- gabus, terdiri dari berlapis-lapis sel. Bentuk sel poligonal, berdinding tipis , tidak mempunyai ruang antar sel atau ka -dang ada tetapi sempit dan sel tampak ko-song.

(48)

- jTeloderm, terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk seperti sel-sel gabus teta-pi berukuran lebih kecil. Terdapat dibawah kambium gabus.

Floem, merupakan floem sekunder. Terdapat di sebelah luar xilem.

Kambium, terdiri dari satu atau dua lapis sel yang berbentuk empat persegi panjang, ber dinding sangat tipis sehingga pada pengama -tan kadang-kadang tidak jelas. Sel - selnya rapat sehingga hampir tidak ada ruang antar sel.

Xilem, terdiri dari xilem primer disebelah dalam dan xilem sekunder disebelah luar me -ngelilingi xilem primer. Sel-sel trakea ber­ bentuk poligonal-bulat, berdinding tebal dan besar, sedang trakeida terlihat lebih kecil. 1.2.1.2. Pewarnaan floroglusin-HCl pekat.

Masingmasing sediaan tersebut kemudian di -beri beberapa tetes larutan 1 °/o floroglusin

(49)

Gambar 10 : Irisan melintang akar tungg S. indica.

Keterangan gambar : G- : gabus.

(50)

42

1*2,2. Irisan melintang

batang-Dibuat irisan melintang batang S. iamaicensis , S. indica dan S. mutabilis ( gambar 11,12,13 ; tabel III).

1.2.2.1. Media air.

Sediaan-sediaan tersebut langsung dilihat da­ lam media air dengan raikroskop.

Hasil pengamatan atas sediaansediaan ter -sebut didapatkan data sebagai berikut : Epidermis, berupa selapis sel yang berben -t.uk bulat atau bulat panjang agak persegi . Sel-sel ini berdinding tipis, rapat sehingga tidak ada ruang antar sel. Pada epidermis i-ni terdapat tonjolan kearah luar yang berupa rambut keienjar, rambut tanpa keienjar, si -sik keienjar dan papil.

— pada S. .iamaicensis. tonjolan epidermis ti­ dak begitu banyak. Rambut kelenjarnya ter­ diri dari satu sel kepala keienjar dan sa­ tu atau dua sel tangkai, sedang rambut tan­ pa keienjar terdiri dari satu sampai tiga sel. Rambutrambut ini pendek dan kadang -kadang bengkok.

(51)

tanpa kelenjar yang agak panjang, runcing dan terdiri dari satu atau dua sel, Sisik kelenjar sangat jarang dan rambut kelenjar hampir tidak ada.

pada S* mutabilis, tonjolan epidermis ba -nyak sekali bahkan hampir setiap sel epi — dermis tertutup oleh tonjolan tersebut . Rambut kelenjar terdiri dari satu atau dua sel kepala kelenjar dan satu atau dua sel tangkai yang agak panjang. Rambut tanpa ke-lenjarnya sangat panjang, runcing dan ter­ diri dari dua sampai enam sel. Papil sang­ at banyak dan kadang-kadang berlapis-lapis. Sisik kelenjar juga sangat banyak.

Kolenkim, terdiri dari beberapa lapis sel. Terdapat dibawah epidermis. Bentuk sel poli-gonal-bulat dengan dinding mengalami peneba­ lan tipe lempeng atau lakuner.. Ruang antar sel tidak ada atau kecil sekali. Kadangka dang berisi butir klorofil dan kristal kal -sium oksalat bentuk pasir atau prisma.

(52)

ben-44

tuk pasir atau prisma*

Sklerenkim, terdapat pada lapisan terdalam korteks, tersebar di antara sel-sel parenkim korteks dan flaem. Kadang-kadang juga berisi kristal kalsium oksalat bentuk pasir. Sel -selnya berbentuk poligonal-bulat dan berdin­ ding sangat tebal.

Floem, terletak di sebelah luar xilem.

Kambium, terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk empat. persegi panjang, berdinding tipis dan tidak ada ruang antar sel. Pada pe­ ngamatan ini kambium terlihat transparan. Xilem, terlihat sel-sel trakea yang besar , berbentuk poligonal-bulat dan poligonalpanjang, berdinding sangat tebal,. sedang sel -sel trakeida tampak lebih kecil.

Empulur, terdiri dari sel-sel parenkim yang sangat besar, berbentuk poligonalbulat de -ngan dinding tipis dan berisi kristal kalsi­ um oksalat dalam j,umlah yang cukup banyak . Pada sel-sel yang berdekatan dengan sel-sel xilem kadang-kadang berisi butir klorofil. Tipe berkas pengangkutan pada batang adalah kolateral terbuka.

(53)

batang ketiga jenis Stachytarpheta disini memiliki bentuk yang bermacammacam dan terda -pat secara luas pada hampir semua jaringan tetapi terutama pada sel-sel parenkim. Pada S. .iamaicensis kebanyakan berbentuk kubus a -tau prisma dan bentuk pasir* Juralahnya tidak begitu banyak dan memiliki ukuran yang sangat kecil. S. indica memiliki kristal yang umum-nya berbentuk batang atau jarum pendek, pris­ ma dan pasir. Jumlah juga tidak begitu banyak tetapi memiliki ukuran yang lebih besar. Se­ dangkan pada S. mutabilis kebanyakan jarum a-tau batang yang panjang dan prisma. Jumlahnya paling banyak diantara ketiga jenis tumbuhan tersebut dan juga berukuran paling besar. Pada batang yang tua kadang-kadang dijumpai adanya periderm di bawah epidermis.

1.2*2.2. Pewarnaan ffloroglusin—HC1 pekat.

Masing-masing sediaan tersebut diberi bebera— pa tetes larutan*50# kloral hidrat dalam air, kemudian dipanaskan. Setelah dingin diberi beberapa tetes larutan Vft floroglusin dalam

(54)

-Gambar 11 : Irisan melintang batang S. .iamaicensis.

Keterangan gambar :

Rtk : rambut tanpa keienjar. P : papil.

Ep ; epidermis. Kol : kolenkira.

Par : parenkim korteks. Ski : sklerenkim.

(55)

Gambar 12 : Irisan'melintang batang S. indica.

Keterangan gambar : P : papil.

Ep : epidermis. Kol : kolenkim.

Par : parenkim korteks. Ski : sklerenkim.

(56)

48

#

S i ? S ^ V p ?

B P

@&c

Gambar 13 : Irisan melintang batang S. mutabilis.

Keterangan gambar :

Rtk : rambut tanpa keienjar. Rk : rambut keienjar.

P : papil.

Sk : sisik keienjar. Ep : epidermis.

Kol : kolenkim.

Par : parenkim korteks. Ski : sklerenkim.

(57)

warna merah*

1.2.3, Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun. Dibuat irisan melintang daun yang tegak lurus ma-lalui ibu tulang daun dari S. .tamaicensis. S. in­ dica dan S. mutabilis. (gambar 14,15,16; tabel IV K

1.2.3.1. Media air*.

Sediaan—sediaan tersebut langsung diamati da­ lam media air dengan mikroskop. Hasil penga -matan atas sediaan-sediaan ini didapatkan da­ ta dari jaringan yang tampak dari permukaan atas sampai permukaan bawah daun adalah seba­ gai berikut r

(58)

50

runcing panjang terdiri dari satu sampai em pat sel. Selain itu juga dijumpai adanya si -sik keienjar dan papil*

Kolenkim, merupakan beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal-bulat. Dinding sel mengalami penebalan tipe lakuner dan lempeng. Ru -ang antar sel kecil atau tidak ada. Terdapat

pada kedua belah permukaan, yaitu di bawah e-pidermis atas dan di atas ee-pidermis bawah. Pada kedua j.aringan tersebut diataa kadang -kadang selnya berisi butir klorofil*

Parenkim, s.el-selnya berbentuk poligonal-bu — lat, besar, berdinding tipis dan mempunyai ruang antar sel yang agak lebar* Berisi butir klorofil dan kadang-kadang kristal kalsium oksalat bentuk pasir dan prisma* Kristal ini terutama banyak dijumpai pada daun S. mutabi­ lis.

Berkas pengangkutan, bertipe kolateral terbu-ka. Xilem terdapat di bagian atas dan floem di bagian bawah*

Epidermis bawah, terdiri. dari selapis sel se­ perti epidermis ataa. Papil dan sisik kelen

(59)

G-ambar 14 : Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun S» .iamaicensis.

Keterangan gambar :

Rtk : rambut tanpa kelenjar. Sk : sisik kelenjar.

P : papil.

ea : epidermis atas. * eb t. epidermis bawah.

Kol : kolenkim. Par : parenkim.

(60)

Gambar 15 : Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun S, indica.

Keterangan gambar : P : papil.

ea : epidermis atas. eb : epidermis bawah. Kol : kolenkim.

Par : parenkim.

(61)

Gambar 16 : Irisan melintang daun melalui ibu tulang daun

S. mutabilis.

Keterangan gambar : P : papil.

Rtk t rambut tanpa keienjar.

ea : epidermis atas. eb : epidermis bawah. Kol : kolenkim.

Par : parenkim.

(62)

54

1.2.3.2* Pewarnaan floroglusin-HCl pekat.,

Masingmasing sediaan tersebut diberi bebe -rapa tetes larutan 50% kloral hidrat dalam air, kemudian dipanaskan. Setelah dingin di­ beri beberapa tetes larutan 1# floroglusin dalam alkohol dan beberapa tetes HC1 pekat. Hasil pengamatan didapatkan bahwa dinding

sel dari selsel xilem pada berkas pengang -kutan berwarna merah.

1..2.4. Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun.

Dibuat irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun dari S. iamaicensist S.. indica dan S. mutabilis. (gambar 17,18,19 ; tabel V).

1.2.4.1. Media air.

Sediaan-sediaan tersebut langsung dilihat dalam media air dengan mikroskop.

Hasil pengamatan atas sediaansediaan ter -sebut didapatkan data dari jaringan yang tampak dari permukaan atas sampai permukaan bawah daun adalah sebagai berikut :

(63)

yang berupa sisik kelenjiar, rambut tanpa ke -lenjar bersel satu yang berbentuk kerucut dan terutama papil, Pada S:. indica epidermis atas-nya haatas-nya memiliki tonjolan yang berupa papil dan kadang-kadang sisik keienjar. Sedang pada S. mutabilis. tonjolan yang paling banyak di­ jumpai pada epidermis atas ini adalah papil , tetapi terdapat juga sisik keienjar dan ram -but tanpa keienjar yang panjang, runcing,ber­ sel satu sampai empat.

Jaringan tiang, terdiri dari selapis sel. Me­ rupakan sel-sel parenkim yang berbentuk poli­ gonal -pan jang kebawah, dinding tipis dan mem-punyai ruang antar sel yang sempit. Berisi butir-butir klorofil.

Jaringan bunga karang,' merupakan selsel pa renkim yang berbentuk poligonalbulat, ber -dinding tipis dan mempunyai ruang antar sel yang besar. Berisi butir-butir klorofil. Pada jaringan ini terdapat berkas pembuluh dari u-rat daun atau tulang cabang.

Epidermis bawah, berupa selapis sel seperti epidermis atas. Tonjolan epidermis lebih se -dikit dari epidermis atas,

(64)

56

Gambar 17 : Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun 3» .iamaicensis.

Keterangan gambar :

Rtk •« rambut tanpa kelenjar. P 2 papil.

Sksisik kelenjar.

ea I epidermis atas. eb epidermis bawah.

jaringan tiange

jbk

jaringan bunga karang.

(65)

Gambar 18 : Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun S, indica.

Keterangan gambar ; P' : papil.

Sk : sisik keienjar. ea : epidermis atas. eb : epidermis bawah. jt : jaringan tiang.

(66)

Gambar 19 : Irisan melintang daun tidak melalui ibu tulang daun S. mutabilis.

Keterangan gambar :

Rtk : rambut tanpa keienjar. Sk : sisik keienjar.

P : papil,

ea : epidermis atas* eb : epidermis bawah. j:t : jaringan tiang.

(67)

dari permukaan atas. sampai permukaan bawah), maka daun ketiga jenis Stachytarpheta terse-but mempunyai tipe dor siventral.

1.2.4.2. Pewarnaan floroglusin-HCl pekat.

Masingmasing sediaan tersebut diberi bebe -rapa tetes larutan 50# kloral hidrat dalam air, kemudian dipanaskan. Setelah dingin di­ beri beberapa tetes larutan 1 # floroglusin dalam alkohol dan beberapa tetes HC1 pekat* Hasil pengamatan didapatkan bahwa hanya ba -gian xilem pada berkas pembuluh dari tulang cabang atau urat daun yang berwarna merah. 1-2.5. Sayatan membu.iur epidermis atas daun.

Libuat sayatan membujur epidermis atas daun dari S0 iamaicensis, S» indica dan S. mutabilis. Masing-masing sediaan tersebut diberi beberapa tetes larutan 50# kloral hidrat dalam air, kemu­ dian dipanaskan. Setelah dingin diberi beberapa tetes air dan diamati dengan mikroskop.

Hasil pengamatan atas sediaan S. namaicensis di­ dapatkan :

- sel-sel epidermis atas yang bentuknya tidak teratur, berdinding tipis dam berlekuk-lekuk. - stomata tipe diasitik.

(68)

60

- sisik keienjar.

- rambut tanpa keienjar yang pendek berbentuk kerucut dan bersel satu.

Hasil pengamatan atas sediaan 3, indica didapat­ kan :

- sel-sel epidermis atas yang bentuknya tidak teratur, berdinding tipis dan berlekuk-lekuk, - stomata tipe diasitik.

- papil.

- sisik keienjar.

Hasil pengamatan atas sediaan S. mutabilis dida­ patkan :

- sel-sel epidermis atas yang bentuknya tidak teratur, berdinding tipis dan berlekuk-lekuk. - stomata tipe diasitik.

- papil.

. - sisik keienjar.

- rambut tanpa keienjar yang panjang, runcing , bersel satu atau lebih.

1.2,6. Sayatan membu.jur epidermis bawah daun.

Dibuat sayatan membujur epidermis bawah daun dari S. j'amaicensis. S, indica dan S. mutabilis.

(69)

tetes air dan diamati dengan mikroskop.

Hasil pengamatan atas sediaan S. iamaicensis di­ dapatkan :

- sel-sel epidermis bawab yang bentuknya tidak. teratur dengan dinding tipis dan berlekukle -kuk.

- stomata tipe diasitik. - papil.

- sisik keienjar.

- kadang-kadang dijumpai rambut tanpa keienjar berbentuk kerucut pendek dan bersel satu. Hasil pengamatan atas sediaan S. indica didapat­ kan :

- sel-sel epidermis bawah yang bentuknya tidak teratur, berdinding tipis dan berlekuk-lekuk. - stomata tipe diasitik.

- papil.

- kadang- kadang terdapat sisik keienjar.

Hasil pengamatan atas sediaan S» mutabilis dida­ patkan :

- sel-sel epidermis bawah yang bentuknya tidak teratur, berdinding tipis dan berlekuk-lekuk. - stomata tipe diasitik*

- papil.

(70)

62

- rambut tanpa kelenjar yang panjang, runcing , bersel satu atau lebih.

(71)

^

5

-* < £

*.N

*

■ 0

*

Y

/»<

■*v- * s *

/•*

*

. #

k

Gambar- 20 : Sayatan membujur epidermis atas daun S. .iamaicensis.

Keterangan gambar : se sel-sel epidermis, st ; stomata tipe diasitik. p : papil.

(72)

64

Gambar 21 : Sayatan raembujur epidermis bawah daun S. indica.

Keterangan gambar : se t sel-sel epidermis, st : stomata tipe diasitik.

(73)

Gambar 22 : Sayatan membujur epidermis atas daun S. mutabilis.

Keterangan gambar : se : sel-sel epidermis, st : stomata tipe diasitik.

sk : sisik kelenjar tipe labiatae. p : papil.

(74)

66

2. Penelitian kandungan. 2*1. Pembuatan ekstrak.

Dibuat tiga macam ekstrak, yaitu :

2.1.1* Ekstrak daun S. .iamaicensis yang selanjut-nya disebut ekstrak S..

J

2.1*2. Ekstrak daun S. indica disebut ekstrak S^. 2.1.3* Ekstrak daun 5. mutabilis disebut ekstrak

m

Masing-masing serbuk daun ditimbang sebanyak 100 gram, dimasukkan kedalam labu alas bulat dan di -tambah 300 ml. etanol 80#. Setelah dicampur mera-ta, dididihkan dengan pendingin balik di dalam pe-nangas air selama satu jam. Campuran yang masih dalam keadaan panas diaaring melalui corong Buch­ ner dengan kertas saring ke dalam labu hisap,dan labu alas bulat serta ampas dicuci dengan etanol .80#.

Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan tekanan rendah hingga volume cairan kira - kira tinggal 20 ml. (24#26)‘.

2.2. Pelaksanaan kromatografi lapiaan tipis.

(75)

G. Type 60 E. Merck) dan ditambah 30 ml. air su -ling sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai ra­ ta. Campuran tersebut dituang pada lempeng kaoa yang disusun berjajar sebanyak lima buah (pada su­ atu tempat dari alat pembuat lapisan tipis ) dan telah dibersihkan dari leraak (dengan menggunakan aseton atau alkohol) kemudian diratakan dengan a -lat pembuat lapisan tipis (tebal lapisan 0,25 mm) dan diaktifkan (32)*

Penjenuhan bejana kromatografi ; dinding tegak be­ jana sebelah dalam dilapisi kertas saring, kemudi­ an fasa gerak dituang ke dalamnya dan bejana ditu-tup dengan rapat* Bejana kromatografi telah jenuh bila semua kertas saring telah terbasahi oleh fasa gerak. Biasanya untuk penjenuhan ini diperlukan waktu antara 1 5 - 3 0 menit.

Aplikasi bahan yang akan dikromatografikan pada la­ pisan tipis berupa titik dan dilakukan dengan meng­ gunakan mikrokapiler* Eluasi dilakukan dengan arah keatas (eluasi naik). (32).

2.3* Pelaksanaan kromatografi kertas.

(76)

68

Penjenuhan bejana kromatografi dilakukan selama kurang lebih 24 jam. Dasar bejana diisi air su -ling yang dicampur dengan fasa gerak dan tempat sandaran kertas diisi fasa gerak, kemudian bejana ditutup dengan rapat (2,18).

2.4. Penunjukan adanya alkaloid.

2,4.1. Reaksi pengendapan sebagai u.ii pendahuluan. Masing-masing sejuinlah 4 ml. ekstrak S. , S.

J J-dan Sm dipanaskan di atas penangas air sampai kental seperti sirup. Setelah dingin ditambah 10 ml. HC1 2N, diaduk kemudian dipanaskan la­ gi di atas penangas air selama 3 - 5 menit. Setelah dingin ditambah’ 0,5 g. NaCl, diaduk rata kemudian disaring. Filtratnya adalah A..,

J A i dan Affi. Sebagian dari masingmasing fil -trat tersebut digunakan untuk uji pendahuluan adanya alkaloid dengan pereaksi-pereaksi Ma­ yer, Wagner, Bouchardat dan Dragendorff. Jika terjadi endapan putih dengan pereaksi Mayer atau endapan coklat dengan pereaksi- pereaksi Wagner dan Bouchardat serta endapan jingga de­ ngan pereaksi Dragendorff menunjukkan adanya alkaloid.

(77)

yang setelah beberapa lama baru timbul enda -pan abu-abu kehitaman dengan pereaksi Mayer , sedang dengan pereaksipereaksi Wagner, Bou -chardat dan Dragendorff terjadi kelteruhan pe-kat yang setelah beberapa lama baru timbal endapan coklat-hitam. (tabel VII).

2.4*2. Penentuan adanva alkaloid primer.sekunder dan tersier.

Sisa masing-masing filtrat pada 2*4.1. ditam-bah NH^OH 28# secukupnya sampai alkalis, ke

-mudian dikocok dengan 10 ml. kloroform dalam corong pisah. Fasa air/alkalis dan fasa klo -roform dipisahkan. Fasa air/alkalis digunakan untuk penentuan berikutnya.

Fasa kloroform ditambah 0,5 g* Wa^SO^ elcsikatus, didiamkan beberapa saat kemudian disa -ring. Kloroform diuapkan sampai kering dan sisa dilarutkan dalam metanol untuk pemerik -saan dengan kromatografi lapisan tipis dan reaksi pengend.apan»

2.4.2.1. Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis.

Bahan : elcstrak kloroform/metanol.

Fasa diam ; Kieselgel G. Type 60 E. Merck. Fasa gerak : etil asetat : metanol : air

(78)

70

Penampak bercak : pereaksi Dragendorff -asam tartrat.

Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis terayata memberikan hasil yang ne-gatif karena tidak didapatkan sebuali ber cakpun (tabel VIII). Ssdangkan jika ada alkaloid akan didapatkan bercak berwarna merah-jingga atau jingga-coklat.

2.4.2,2. Reaksi pengenda-pan..

Masing-masing larutan metanol pada 2.4.2,. sisa unt.uk kromatografi lapisan tipis di-uapkan sampai kering, kemudian ditambah. 5 ml* HC1 2N., dipanaskan selama 3-5 me-nit di atas penangas air sambil diaduk. S-etelah dingin disaring, filtrat untuk penentuan adanya alkaloid primer, sekun-der dan tersier dengan pereaksi-pereaksi Mayer, Wagner, Bouchardat dan Dragen -dorff.

Hasil penentuan dengan reaksi pengenda -pan adalah negatif karena tidak terjadi kekexuhan atau endapan (larutan tetap jemih). (tabel VTI).

(79)

tidak menunjukkan adanya alkaloid primer, se-kunder dan tersier daJLam daun ketiga jenis Stachytarpheta tersebut. (tabel VII , VIII), 2.4.3. Penentuan adanya alkaloid kuarterner dan ami­

no oksida.

Fasa air/alkalis pada 2.4*2.. dinetralkan de -ngan HC1 21T dan dilakukan reaksi pengendapan dengan pereaksi—pereaksi Mayer, Wagner, Bou -chardat dan Dragendorff,

Hasil penentuan ini adalah negatif karena ti­ dak didapatkan kekeruhan atau endapan*

(tabel VII).

2.5. Penunjukan adanya flavonoid.

Masing-masing sejumlah 2 ml. ekstrak S.^ , 3^ dan Sm dipanaskan di atas penangas air sampai keringr Setelah dingin ditambah 5 ml. heksana,diaduk-aduk sebentar kemudian larutan heksana dibuang. Peker-jaan ini dilakukan berulang-ulang sampai larutan heksana tidak berwarna. Sisa dilarutkan dalam 10 ml. etanol 80#, disaring dan filtratnya : F^. r F^

(80)

72

2.5-1. Reaksi warna.

2.5.1.1'. U.ii Bate-Smith dan Metcalf*

Sebagian dari filtrat F^ , dan F^ ma-sing-masing ditambah 0,5 nil* HG1 pekat dan diamati perubahan warna yang terjadi. Ke^ mudian dipanaskan di atas penangas air se-larna 15 menit dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi selama satu jam. Bila terjadi warna merah terang atau violet menunjukkan adanya golongan kandungan fla -vonoid (leukoantosianin).

Hasil pemeriksaan disini sukar diamati ka-rena larutan berwarna coklat.-me.rah.

(tabel VII). 2 • 5.1.2. U.ii Wilaltatter.

Sebagian dari filtrat F^., F^ dan Fm pada 2.5. masing-masing ditambah 0,5 ml. HC1 pekat dan sedikit serbuk atau potongan lo-gam Mg, diamati perubahan warna yang ter-jadi selama 10 menit. Bila terter-jadi warna mulai jingga sampai merah tua atau hijau-biru menunjukkan adanya flavonoid.

Adapun hasil pemeriksaan sukar diamati ka-rena larutan berwarna coklat.

(81)

2.5.2. Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis. Bahan : ekstrak etanol 80# (filtrat F. , F.

J dan Fffi pada 2.5.).

Fasa diam : Kieselgel G. Type 60 E. Merck. Fasa gerak : etil ase.tat : metil etil keton :

asam formiat t air (5 : 3 : 1 : 1)

Penampak bercak t uap amoniak atau pereaksi

sitrat-borat.

Untuk penampakan bercak dengan pereaksi sitratborat, setelah penyemprotan dilakukan pemana -san pada suhu 100° G. selama 3 - 5 menit. Ha­ sil pemeriksaan positif bila didapatkan bercak berwarna kuning yang jelas, coklat lemah, ku -ning-hijau, merah-jingga atau biru agak hijau. Adapun hasil pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis terhadap golongan kandungan fla-vonoid dari daun ketiga jenis Stachvtarpheta tersebut didapatkan bercak berwarna kuning mu-da. (tabel VIII ; gambar 23 a).

Harga Kf :

S. .jamaicensis 0,71

3. indica 0,71

S. mutabilis 0,70

(82)
(83)

dan Fm pada 2.5.). Fasa diam : Whatman No. 1.

Fasa gerak ? n-butanol : asam asetat ; air

Penampak bercak : pereaksi sitrat-borat.

Setelah penyemprotan dilakukan pemanasan pada suhu tidak lebih dari 80° G. selama 2-3 menit. Hasil pemeriksaan dengan kromatografi kertas terhadap golongan kandungan flavonoid dari daun ketiga jenis Stachytarpheta tersebut dida -patkan bercak berwarna kuning muda yang jelas.

(tabel IX ; garabar 23 b).

2.6. Penun.iukan adanya glikosida antrakinon. 2.6.1. U.ii Borntrager..

dan Sm diuapkan di.atas penangas air sampai kering. Setelah dingin ditambah 10 ml. air

suling, diaduk rata dan disaring. Filtrat yang didapat kemudian dikocok dengan 5 ml. benzena (dua kali) dalam corong pisah, fasa benzena dipisahkan dan ditampung. Fasa ben

-Harga : S-. jamaicensis

S. indica S. mutabilis

0 , 4 6

(84)

76

zena yang didapat tersebut dibagi menjadi dua: bagian I sebagai blangko,

bagian II ditambah 5 ml. NH^OH. dan dikocok. Bila ada antrakinon maka lapisan NH^OH akan berwarna merah..

Terayata hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya antrakinon karena lapisan NH^OH tidak berwarna. (tabel VII).

2.6.2. U.ii modifikasi Borntrager.

Masing-masing sejumlah 1 ml. ekstrak 3- , S. J

dan 3m diuapkan di atas penangas air sampai ke­ ring. Setelah dingin ditambah. 10 ml. KOH 0,5N dan 1 ml. H^O^ encer. Dipanaskan di atas pe -nangas air selama 10 menit kemudian disaring. Filtrat yang didapat ditambah asam asetat gla-sial sampai reaksi asam kemudian diekstraksi dengan 5 ml. benzena (dua kali). Fasa benzena dipisah dan ditampung, kemudian dibagi menja­ di dua :

bagian I sebagai blangko,

bagian II ditambah 5 ml. NH^OH dan dikocok. Bila terdapat antrakinon maka lapisan

akan berwarna merah.

(85)

ke-tiga jenis Stachytarpheta tersebut karena la­ pisan NH^OH hanya berwarna putih kekuningan .

(tabel VII),

2*6*3. Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis. Bahan : ekstrak dan pada 2.1.

Fasa diam : Kieselgel G. Type 60 iS. Merck di-impregnasi dengan NaOH 0,1N.

Fasa gerak : benzena : etil asetat : asam a -setat (75 : 24 : 1).

Penampak bercak : larutan 10$£ KDH dalara meta-nol.

Bila didapatkan bercak berwarna merah oienun -jukkan adanya antrakinon.

Adapun hasil pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis terhadap golongan kandungan gli-kosida antrakinon dari daun ketiga jenls ota-ch.vtarpheta tersebut adalah negatif karena ti­ dak didapatkan sebuah bercakpun. (tabel VIII'). 2.7. Penun.jiukan adanya glikosida .jantung,

2.7.1. Reaksi warna.

2*7.1.1. U.ji Keller-Kiliani.

Gambar

Tabel :I. Hasil pengamatan makroskopik. pada S. iamaicen-slfl;, 3:- Indica dan S. mutabilis
Gambar :1. Habitus dari S, .iamaicensis
Gambar :23a. Kromatogram lapisan tipis golongan kandungan flavonoid dari daun 3. .iamaicensis, S
Gambar 2 : Habitus dari o» indica.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Subang adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

Di bidang mikrobiologi air, beberapa jasad tertentu khususnya bakteri dan mikroalga, kehadirannya dapat digunakan jasad parameter/indikator alami terhadap kehadiran

Importir meminta kepada bank devisanya (Opening Bank) untuk membuka sebuah Letter of Credit (L/C) sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi hutangnya kepada eksportir,

SKL : Mengimplementasikan Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari. INDIKATOR : Siswa dapat memilih asmaul husna yang sesuai dengan ilustrasi. NO.SOAL :

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini jika dikaitkan dengan teori perlindungan hukum, maka akan menjawab rumusan permasalahan kedua yaitu mengenai perlindungan hukum

Plastik teknik lebih mahal harganya dan volumenya lebih rendah, tetapi memiliki sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik dan juga dapat bersaing dengan logam,

Penelitian ini memfokuskan pada analisis cluster untuk mengelompokan saham-saham perusahaan manufaktur di BEJ berdasarkan nisbah profitabilitasnya di masa krisis. Penelitian

Setelah Anda mengisi semua bidang, akun awal dengan saldo nol akan dibuka untuk Anda di server broker.. Meskipun Anda tidak dapat berdagang di akun ini, Anda dapat memantau