• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. n masyarakat global, regional, dan nasional untuk kembali ke alam (back to nature), maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. n masyarakat global, regional, dan nasional untuk kembali ke alam (back to nature), maka"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata dapat menjadi kegiatan ekonomi alternatif yang diharapkan dapat menjaga kelestarian ekosistem yang mana kemungkinannya akan menjadi rusak apabila dimanfaatkan untuk pertambangan dan industri. Namun demikian, pariwisata juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan alam sebagai akibat dari perencanaan dan pengelolaan kegiatan pariwisata yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, yaitu: polusi udara dari emisi kendaraan pariwisata, kemacetan lalu-lintas, abrasi air laut dan gangguan terhadap ekosistem (seperti rusaknya terumbu karang, dan hilangnya habitat satwa), serta berkurangnya keindahan alam akibat pembangunan fasilitas pariwisata pada lokasi yang tidak tepat.

Laporan yang dikeluarkan World Tourism Organization (WTO) dalam Arida (2009), mengungkapkan adanya beberapa kecendrungan dan perkembangan baru dalam dunia kepariwisataan yang mulai muncul pada tahun 1990-an. Dengan adanya kecendrunga n masyarakat global, regional, dan nasional untuk kembali ke alam (back to nature), maka minat masyarakat untuk berwisata ke tempat-tempat yang masih alami semakin besar. Minat tersebut merupakan faktor pendorong bagi dikembangkannya pariwisata yang berorientasi pada lingkungan alam atau yang dikenal sebagai ekoturisme atau wisata ekologi. Kenyataan tersebut merupakan antitesis dari kegiatan pariwisata yang berkembang selama ini, yang lebih bercorak pariwisata massal (mass tourism). Melalui beberapa

(2)

penelitian, para praktisi pariwisata menegaskan bahwa motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi telah berubah drastis dan sekarang wisatawan lebih tertarik kepada suatu hal yang terspesifik, aktivitas kegemaran yang ia sukai dan yang paling penting yaitu adanya kualitas dari pengalamannya terkait produk dan servis pariwisata (Arida, 2009).

Pariwisata massal memberikan ruang yang besar bagi masuknya modal yang intensif kedalam suatu daerah wisata dan cendrung melemahkan partisipasi masyarakat lokal. Sementara ecotourism mempunyai arti dan komitmen yang jelas terhadap kelestarian alam dan pengembangan masyarakat, disamping aspek ekonomi. Ekowisata mengandung perspektif dan dimensi yang baik, serta merupakan wajah masa depan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Arida, 2009). Keberlanjutan pariwisata tentunya dapat dilakukan dengan meminimalisir dampak yang terjadi akibat adanya pariwisata itu sendiri. Namun, mewujudkan pariwisata berkelanjutan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Semua pihak harus benar-benar terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang dimaksudkan dalam hal ini adalah stakeholder pariwisata, yang terdiri dari pihak pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat lokal, wisatawan dan lingkungan.

Pariwisata massal lebih menekankan pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi. Semakin banyak wisatawan yang datang maka dikatakan semakin baik pula perkembangan pariwisatanya. Keuntungan yang diperoleh pun semakin besar bagi pemerintah dan investor. Sarana dan prasarana yang dibangun sebanyak-banyaknya dan semewah-mewahnya demi tercapainya kepuasan wisatawan. Namun ditengah keasyikan tersebut, banyak hal yang diabaikan. Masyarakat lokal sebagai tuan rumah sering diabaikan partisipasinya, sumber daya alam dieksploitasi besar-besaran dan terjadi alih fungsi lahan

(3)

untuk membangun fasilitas pariwisata. Terjadi pencemaran lingkungan dimana-mana dan keaslian serta kesakralan budaya sering dikomersialisasikan demi kepuasan wisatawan.

Melihat dampak negatif tersebut diatas harus ada suatu solusi yang baru dan tepat agar sekurang-kurangnya dampak buruk tersebut dapat dikurangi dan terjadi pemulihan kembali. Solusi itulah yang saat ini dikenal dengan pariwisata alternatif (alternative tourism). Pariwisata alternatif adalah pariwisata yang lebih menekankan kepada melestarikan sumber daya dan meningkatkan kualitas ekonomi. Pariwisata alternatif ini tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologi dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya. Pariwisata alternatif juga muncul guna meminimalisir dampak negatif dari perkembangan pariwisata massal.

Pariwisata alternatif didesain dengan skala kecil sebagai sebuah kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada wisatawan dimana segala aktivitasnya harus melibatkan masyarakat lokal. Bisa dikatakan pariwisata alternatif lebih menekankan pada kualitas bukan jumlah seperti yang dikatakan dalam pariwisata massal. Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi belum tentu membawa dampak positif malah sebaliknya terjadi kerusakan lingkungan dan pihak tertentu saja yang bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Pariwisata alternatif ini lebih menekankan pada kualitas kegiatan pariwisata dan kearifan lokal yang bisa ditawarkan kepada wisatawan sehingga keterlibatan masyarakat lokal disini sangat dibutuhkan sebagai pemilik aset pariwisata itu sendiri. Wisatawan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat lokal dan mendapatkan pengalaman baru yang tentu saja masyarakat lokal juga menerima keuntungan secara langsung baik dari

(4)

aspek ekonomi dan tetap terjaganya sumber daya yang bersifat terbatas tersebut. Selain peningkatan pendapatan yang diterima oleh masyarakat lokal, masyarakat tidak perlu cemas terjadi perusakan sumber daya karena masyarakat sendiri yang mengelola daerahnya dan menyajikan atraksi wisata kepada wisatawan. Masyarakat tidak perlu membangun fasilitas dan akomodasi yang mewah kepada wisatawan tetapi unsur budaya dan unsur alamnya yang harus lebih ditonjolkan. Makanan dan souvenir khas daerah juga menjadi hal penting yang harus disuguhkan kepada wisatawan.

Salah satu kegiatan pariwisata berbasis alernatif adalah ekowisata yaitu suatu kegiatan perjalanan mengunjungi suatu tempat yang masih alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan menjamin kesejahteraan masyarakat lokal. Disini wisatawan dapat mempelajari sosial budaya asli masyarakat yang dikunjungi seperti belajar menari, bahasa, memasak makanan lokal, menikmati keindahan alam pedesaan, dan lain-lain. Dari kegiatan ini keaslian budaya lokal tetap dipertahankan dan wisatawan serta masyarakat lokal sama-sama mendapat nilai positif. Ekowisata merupakan wisata berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal (dalam hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha). Secara ekologis kegiatan ekowisata memiliki karakter ramah terhadap lingkungan, secara ekonomis menguntungkan bagi masyarakat (Fennel, dalam Arida : 2009). Selain itu keberadaan dan partisipasi masyarakat lokal di sebuah destinasi wisata menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dan keberlanjutan destinasi wisata tersebut. Keberlanjutan pengembangan pariwisata sangat bergantung pada besarnya kontrol masyarakat lokal terhadap daerahnya. Ini menjadi

(5)

penting mengingat masyarakat lebih mengetahui dan mengenal kondisi daerahnya dibandingkan dengan orang lain di luar komunitasnya.

Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari pariwisata massal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari pariwisata massal adalah karakterisitik produk dan pasar. Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata (Janianton Damanik dan Helmut Weber, 2006). Jika karakteristik pariwisata masal lebih cendrung kepada pergerakan jumlah wisatawan dalam jumlah besar, ekowisata lebih menekankan pada kualitas wisatawan yang berkunjung (quality tourist) bukan kuantitasnya.

Menurut Janianton Damanik dan Helmut Weber (2006), ada beberapa karakteristik ekowisata yang membedakannya dengan wisata massal. Pertama yaitu aktivitas wisata yang berkaitan dengan konservasi lingkungan. Kedua, penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan atraksi untuk menarik wisatawan tetapi menawarkan peluang bagi wisatawan untuk lebih menghargai lingkungan sehingga wisatawan dan masyarakat lokal saling menikmati dan dan melestarikan lingkungan yang unik tersebut. Ketiga, kegiatan wisata berbasis alam dan budaya karena bagi wisatawan atraksi alam dan budaya yang masih asli memiliki nilai tertinggi dalam kepuasan berwisata. Keempat, masyarakat lokal berpartisipasi aktif dalam pengelolaan atraksi wisata sehingga dapat merasakan keuntungan secara langsung demi peningkatan kesejahtraan hidup masyarakat lokal.

Ekowisata merupakan salah satu jenis pariwisata alternatif yang sedang gencar dikembangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Seperti telah disinggung sebelumnya, konsep ekowisata secara umum yaitu suatu kegiatan perjalanan mengunjungi suatu tempat

(6)

yang masih alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan menjamin kesejahteraan masyarakat lokal. Disini wisatawan dapat mempelajari sosial budaya asli masyarakat yang dikunjungi seperti belajar menari, bahasa, memasak makanan lokal, menikmati keindahan alam pedesaan, dan lain-lain. Dari kegiatan ini keaslian budaya lokal tetap dipertahankan dan wisatawan serta masyarakat lokal sama-sama mendapat nilai positif.

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki begitu banyak keanekaragaman budaya dan alam yang sangat mendukung untuk dikembangkan sebagai sebuah destinasi wisata berbasis ekowisata. Bahkan, dua dari tujuh keajaiban dunia berada di provinsi NTT yaitu Komodo dan Danau Tiga Warna, Kelimutu. Fenomena ini tentu saja menguntungkan karena NTT sudah dikenal secara nasional maupun internasional. Selain Komodo dan Danau Tiga Warna, masih begitu banyak daya tarik lainnya, diantaranya adalah kubur megalitik yang terletak di Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Barat, Tradisi penangkapan ikan paus di Kabupaten Lembata, Rumah Adat Tradisional Wae Rebo di Kabupaten Manggarai dan Kampung Tradisional Bena yang merupakan salah satu dari banyaknya kampung tradisional serta peninggalan sejarah seperti kubur megalitik yang ada di Kabupaten Ngada.

Namun, yang seringkali menjadi persoalan utama mengapa wisatawan terbilang masih minim untuk berkunjung adalah terkait aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksud disini adalah masih sangat terbatasnya frekuensi penerbangan menuju provinsi NTT. Selain terbatasnya frekuensi penerbangan, faktor penting lainnya adalah infrastruktur jalan antardaerah. Selain jarak yang ditempuh terbilang jauh dari satu daerah menuju daerah lainnya, jalan yang rusak dan berbatu-batu menjadi salah satu kendala dan poin yang harus dibenahi agar pariwisata NTT dapat berkembang dengan baik. Kendala ini menyebabkan

(7)

wisatawan kesulitan untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Sebagian besar wisatawan, hanya mempunyai satu DTW saja misalnya hanya berkunjung ke Taman Nasional Komodo atau Danau Kelimutu. Sangat jarang ditemukan wisatawan mengunjungi beberapa DTW sekaligus dalam sekali perjalanan yang disebabkan oleh keterbatasan aksesibilitas tadi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Ngada dalam 5 (lima) tahun terakhir yang tidak stabil setiap tahunnya.

(8)

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Ngada Tahun 2010-2014 Tahun Wisman (Org) Wisnus (Org) Total 2010 4.342 29.397 33.739 2011 2.478 26.419 28.897 2012 5.064 46.974 52.038 2013 7.463 39.539 47.002 2014 10.211 35.342 46.553

Sumber : Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngada, 2015

Berdasarkan tabel kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ngada dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2012 saja mengalami peningkatan kunjungan dengan total kunjungan wisatawan sebanyak 52.038 orang.

Persaingan yang ketat antara daerah mengharuskan pariwisata di Kabupaten Ngada perlu membuat inovasi dengan menyuguhkan berbagai atraksi wisata baik alam maupun budaya melalui berbagai promosi dan kreasi. Melihat potensi daya tarik wisata yang masih sangat alami maka konsep kegiatan yang cocok adalah ekowisata, dimana dalam pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata dapat melestarikan kekayaan alam dan budaya untuk tetap berkelanjutan, selain itu dengan konsep ekowisata dapat memberdayakan masyarakat lokal semaksimal mungkin, karena seluruh aset produksi yang

(9)

digunakan merupakan milik masyarakat lokal (Suryawan,2014). Sehingga dengan demikian menerapkan konsep ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ngada.

Kabupaten Ngada sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beragam potensi alam dan budaya yang menarik sehingga menjadi salah satu destinasi pariwisata terbaik di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Potensi alam dan budaya yang dimiliki di Kabupaten Ngada antara lain Taman Laut Tujuh Belas Pulau Riung, Permandian Air panas Mengeruda, Ekowisata Lekolodo, Pantai Enagera, Kampung Tradisional Bena dan Wogo, Tinju adat Sagi dan Etu, Tenun Ikat, Danau Wawomudha. Mengingat besarnya potensi pariwisata Kabupaten Ngada maka sektor pariwisata telah ditetapkan sebagai leading sector yang baru setelah sektor pertanian dan agroindustri.

Dalam rencana strategi (renstra) tahun 2011-2016 Pemerintah Kabupaten Ngada dalam hal ini yaitu Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika (P2KI) menetapkan Visi dan Misi dimana dalam Visi tersebut adalah Terwujudnya Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Yang Handal Berbasis Budaya, Maju, Unggul, Mandiri dan Sejahtera. Misi dalam bidang pariwisata adalah sebagai berikut: “Membangun Pariwisata sebagai daerah tujuan wisata unggulan berwawasan lingkungan yang bertumpu pada pengembangan sumber daya alam, keunikan budaya lokal berbasis masyarakat dengan mempeluas jaringan pemasaran pariwisata secara integral dan komprehensif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat”.

Tujuan pelaksanaan misi bidang pariwisata adalah terpeliharanya aset-aset alam dan budaya lokal, tersedianya produk pariwisata yang menarik minat kunjungan wisatawan, terciptanya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata,

(10)

terwujudnya jaringan pemasaran yang integral dan komperhensif, terwujudnya kemitraan dalam pengembangan pariwisata, tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan kebudayaan dan pariwisata, dan meningkatnya pendapat masyarakat dan PAD. Untuk sasaran yang akan dicapai yaitu meningkatnya pemeliharaan aset-aset alam dan budaya lokal sebagai produk wisata, meningkatnya jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan, meningkatnya jaringan promosi dan kemitraan, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian alam budaya, meningkatnya lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata. Adapun strategi dan arah kebijakan dalam bidang pariwisata yaitu strategi yang diperlukan untuk meminimalkan sejumlah risiko kegagalan pencapaian visi dan misi, maka strategi pembangunan daerah bidang pariwisata adalah: “Peningkatan sistem jaringan pelayanan transportasi baik darat, laut maupun udara yang handal dalam rangka mendukung pengembangan perluasan dan investasi pariwisata”. Sedangkan rumusan arah kebijakan pembangunan daerah bidang pariwisata adalah sebagai berikut: “Pemantapan pengembangan kawasan dan sistem promosi kepariwisataan sehingga mampu mendorong peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat (Sumber: Dinas P2KI. Rencana Strategis Kabupaten Ngada Tahun 2011-2016. Kabupaten Ngada, 2015).

Pariwisata sangat tanggap terhadap berbagai trend dan perkembangan baru. Hal ini dapat diindikasi dari adanya perubahan orientasi wisatawan yang semulanya sekedar tertarik pada wisata konvensional seperti tertarik pada sea, sand dan sun bergeser kepada kebudayaan dan kehidupan masyarakat ataupun wisata minat khusus lainnya yang lebih variatif dan impresif. Ketertarikan itu mampu meningkatkan lamanya kunjungan

(11)

wisatawan, jika terdapat kebudayaan atau kehidupan masyarakat yang dapat mereka apresiasikan kepada wisatawan.

Oleh karena itu partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam pengembangan ekowisata. Artinya, sebelum ekowisata dikembangkan harus ada upaya sadar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal agar dapat berpartisipasi aktif dalam program. Dengan partisipasi masyarakat yang baik, dapat menjadi jaminan kesuksesan ekowisata yang dapat dikembangkan. Dengan itu masyarakat sebagai pemilik SD (sumber daya) pariwisata dapat menyadari hak dan kewajiban mereka untuk menjaga keberlanjutan suatu DTW lewat kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata selain memberi manfaat bagi masyarakat lokal juga harus memberi kontribusi langsung bagi kegiatan konservasi lingkungan. Hal ini penting dilakukan, agar dalam mengembangkan usahanya, masyarakat lokal memiliki rambu-rambu konservasi yang harus dijaga, dan dalam hubungan dengan stakeholders lain juga dapat saling bekerjasama untuk melaksanakan kegiatan ekowisata.

Melihat fenomena-fenomena tersebut, maka penelitian ini penting untuk mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata yang dilakukan di kampung tradisional Bena. Selain itu, penelitian ini penting untuk dilakukan karena tidak semua destinasi wisata melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaannya, serta lewat penelitian ini masyarakat Bena sendiri dapat mempertahankan kelestarian alam beserta lingkungannya dan budaya mereka selain sebagai contoh atau teladan bagi desa yang lain, juga sebagai salah satu sumber pendapatan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal Kampung Tradisional Bena.

(12)

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Praktik Ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

2. Bagaimana Interaksi Masyarakat dengan Wisatawan dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

3. Bagaimana Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari penelitiian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi praktik ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Untuk mengetahui interaksi masyarakat dengan wisatawan dalam praktik ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

3. Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

(13)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian, yaitu : 1. Manfaat Akademis

Berdasarkan penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dalam bidang pariwisata yaitu dalam memahami ekowisata sebagai bentuk partisipasi masyarakat di sebuah destinasi wisata dan dapat dijadikan pijakan untuk penelitian sejenis yang lebih mendalam lagi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran bagi pihak-pihak pengelola pariwisata bahwa peran masyarakat lokal sangat penting dalam menjaga keberlanjutan daerahnya serta dapat menjadi suatu gagasan yang dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Ngada dalam hal pengambilan kebijakan tentang partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata kampung tradisional Bena sebagai warisan budaya luhur Kabupaten Ngada khususnya.

(14)

Dalam penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada“ ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

Dalam bab ini akan diuraikan telaah hasil penelitian sebelumnya, dan deskripsi konsep yang terdiri dari konsep ekowisata, konsep partisipasi, konsep interaksi, konsep masyarakat dan tipologi partisipasi masyarakat.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan, dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum lokasi penelitian serta hasil dan pembahasan terhadap masalah yang diteliti yaitu terkait Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

(15)

Bagian ini merupakan bab penutup yang terdiri atas simpulan yang diperoleh dari hasil dan pembahasan tentang permasalahan yang diteliti dan saran yang diberikan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan praktik ekowisata di kampung tradisional Bena dan tindak lanjut penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Alat Analisis : Regresi Linier Berganda Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Variabel Independen : Produk, Harga, Promosi, Tempat, Partisipan, Proses, Bukti Fisik Variabel

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SDN Pasayangan Selatan Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar pada mata pelajaran matematika penggunaan pecahan dalam

Rendahnya tingkat pemahaman siswa dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika menjadi suatu alasan perlunya pembaruan dalam strategi pembelajaran dan

Rencana Kerja Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat sebagai bahan dalam penyusunan usulan rencana kegiatan fasilitas pembangunan yang bersumber dari anggaran APBD Tahun 2019

1) Menghitung rata-rata tingkat pengembalian (average return) harian dan bulanan portofolio selama periode 22 November 2004 hingga 31 Mei 2007. 2) Menghitung return dan

Para manula juga masih tetap menikmati makanannya dan tidak merasa malu jika ada gigi anterior yang hilang karena hal tersebut menurut mereka sudah sewajarnya

Dengan mempertimbangkan perkembangan IPTV di beberapa negara yang diteliti pada tesis ini bahwa belum ada regulasi yang spesifik tentang penyelenggaraan layanan IPTV

Di dalam projek ini, satu aplikasi carian web berasaskan semantik web atau ontologi dibangunkan dengan mengintegrasikan alatan-alatan yang menyokong SHOE seperti Expose, Parka