• Tidak ada hasil yang ditemukan

Liana Putri Medirisa*), Drs Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes**), Umi Aniroh, S.Kep., Ns., M.Kes ***)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Liana Putri Medirisa*), Drs Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes**), Umi Aniroh, S.Kep., Ns., M.Kes ***)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI

Liana Putri Medirisa*), Drs Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes**), Umi Aniroh, S.Kep., Ns., M.Kes ***)

*)Alumnus Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Menurut WHO, 5-25 % anak usia prasekolah gangguan perkembangan motorik halus. Perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh stimulus. Kenyataan dilapangan, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ditemukan kurang berkembangnya motorik halus anak disebabkan karena guru selalu memberikan kegiatan pembelajaran yang kurang berfariasi sehingga anak bosan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulus permainan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Krasak

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pra Experiment Design dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Teknik sampel menggunakan purposive Sampling sejumlah 15 responden dan penilaian menggunakan lembar denver II. Analisa statistik menggunakan wilcoxon.

Hasil penelitian diperoleh perkembangan motorik halus dari 15 responden sebelum diberikan stimulus permaian puzzle memiliki perkembangan motorik halus peringatan dan normal yaitu 7 responden (46,7%) dan perkembangan lebih 1 responden (6,6%), setelah diberikan stimulus permaianan puzzle perkembangan motorik halus normal yaitu 10 responden (66,7%) dan perekembangan lebih 5 responden (33,3%). Ada pengaruh bermakna pemberian stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun diperoleh p-value 0,001.

Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada guru dan orang tua agar dapat mengembangkan media pembelajaran motorik halus dengan permainan alat edukatif yang berfariasi untuk meningkatkan kemamapuan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

(2)

ABSTRACT

According to WHO, 5-25% of preschool children fine motor development disorders. The child's development is influenced by the stimulus. The reality in the field, in implementing learning activities found lacking fine motor development of children is because the teacher always gives a less varied learning activities so that children get bored. The aim of the research was to determine the effect of giving the stimulus through puzzle game for fine motor development of 4-6 years old children in Aisyiyah Kindergarten at Krasak.

This study used research methods Pre Experiment Design with one group pretest posttest design. The samples were 15 respondents determined by using Purposive Sampling techniques and observation was made using Denver II sheet. Statistical analysis used Wilcoxone test.

The research results obtained by the development of fine motor skills from 15 respondents before being given stimulus permaian puzzle has fine motor development and the normal warning that 7 respondents (46.7%) and more developmen that 1 respondent (6,6%), after a given stimulus puzzle games or normal fine motor development of 10 respondents (66.7%) and more development that 5 respondents (33,3%). There is a significant effect of giving the stimulus through puzzle game for fine motor development in 4-6 years old children by obtaining p-value 0,001.

The results provide information to teachers and parents in order to develop fine motor learning media with educational games berfariasi tool for improving fine motor development kemamapuan preschoolers.

.

Keywords : Stimulus Puzzle, Fine Motor Development

PENDAHULUAN

Menurut WHO, 5-25 % dari anak-anak usia prasekolah menderita gangguan perkembangan motorik halus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010) Gangguan motorik pada usia prasekolah diperkirakan dari 5-3% dan sebanyak 60% dari kasus yang di temukan terjadi secara spontan pada umur di bawah 5 tahun..

Dari penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2004), menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dengan angka prevalensi yaitu 3-11%. Menurut Maryunani (2010), anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Perkembangan fisik motorik anak, baik motorik kasar maupun motorik

halus dapat dikembangkan dengan bermain.

Menurut Yustisia (2013), permainan Puzzle merupakan suatu permainan yang kompleks. Puzzle adalah permainan menyusun gambar yang sebelumnya diacak terlebih dahulu sehingga membentuk suatu bentuk yang utuh.

Ketika wawancara dengan guru di TK dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ditemukan kurang berkembangnya motorik halus anak disebabkan karena guru selalu memberikan kegiatan pembelajaran yang kurang berfariasi sehingga anak bosan. Hal ini terlihat dalam kegiatan sehari-hari yang diberikan guru dan begitu juga dengan media dan alat yang digunakan kurang bervariasi serta stimulus yang diberikan guru kurang optimal sehingga perkembangan motorik halus yang di harapkan belum tercapai secara maksimal.

Hasil wawancara pada tanggal 28 Maret 2015 diperoleh informasi bahwa

(3)

para guru masih terfokus pada kegiatan mewarnai gambar. Guru kurang aktif dalam memberikan stimulus permainan kepada anak terutama dengan alat edukatif yang dapat merangsang motorik halus anak. Hal tersebut berdampak pada perkembangan motorik halus anak usia dini yang dinilai menggunakan Denver II terhadap 10 orang anak di TK Aisyiyah Krasak didapatkan hasil bahwa 1 (10%) anak mengalami keterlambatan, 4 (40%) anak mengalami peringatan, 4 (40%) anak mempunyai perkembangan motorik halus yang normal dan 1 (10%) anak memiliki perkembangan yang lebih.

Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh Pemberian Stimulus Permainan Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Krasak.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh pemberian stimulus permainan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Krasak. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini yaitu 1) Mengetahui perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun sebelum diberikan stimulus permaian puzzle di Taman Kanak-kanak Aiyiyah Krasak; 2) Mengetahui perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun setelah diberikan stimulus permaianan puzzle di Taman Kanak-kanak Krasak; 3) Mengetahui pengaruh stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanan Aisyiyah Krasak.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan pengetahuan kepada guru dalam upaya penerapan penggunaan alat permaianan edukatif puzzle dalam perkembangan motorik halus

anak, mengembangkan media

pembelajaran motorik halus dengan

permaian alat edukatif puzzle untuk meningkatkan kemampuan perkembangan motorik halus anak prasekolah, meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun dengan pemberian stimulus permainan puzzle, masukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang permainan edukatif yang lain yang akan membantu perkembangan motorik halus anak usia prasekolah, memperoleh pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan kemampuan perkembangan motorik halus dengan alat permaian edukatif puzzle dan juga memperoleh pengetahuan tentang metodologi penelitian, sumber untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penelitian selanjutnya dan sebagai sumber wacana kepustakaan di STIKES Ngudi Waluyo.

BAHAN DAN CARA Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen Desain penelitian adalah Pra Experiment Design dengan rancangan One Group Pretest Posttest.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah Krasak dan waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Juni-8 Agustus 2015.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Taman Kanak kanak Aisyiyah Krasak yaitu sebanyak 17 anak. Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu sebanyak 15 sampel.

Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer Instrumen

(4)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar Denver II.

Analisa Data

Analisa Univariat

Distribusi Frekuensi relatif untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik halus anak sebelum dan setelah diberi stimulasi permaianan puzzle

Analisa Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat Wilcoxon, karena skala pengukuran variabel penilitian ini adalah skala ordinal dan distribusi data tidak normal. Uji normalitas pada penelitian ini memggunakan Uji Shapiro Wilk karena sampel pada penelitian ini ≤ 50.

HASIL PENELITIAN Analisa Univariat

Tabel 1

Distribusi perkembangan motorik halus sebelum diberikan stimulus

permaian puzzle Perkembangan

motorik halus Frekuensi

Persentase (%) Peringatan 7 46.7 Normal 7 46.7 Lebih 1 6.6 Total 15 100.0 Tabel 2

Distribusi perkembangan motorik halus setelah diberikan stimulus

permaianan puzzle Perkembangan

motorik halus F Persentase (%)

Normal 10 66.7

Lebih 5 33.3

Total 15 100.0

Analisa Bivariat

Tabel 3

Hasil Analisis pengaruh stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus

Data N post < pre post > pre Pre= post p-value Pre 15 0 11 4 0,001 Post 15 PEMBAHASAN Analisa Univariat

Perkembangan motorik halus tahun sebelum diberikan stimulus permaian

puzzle

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar anak normal yaitu 7 responden (46,7%) dan 1 responden (6,6%) memiliki perkembangan lebih. Berdasarkan penilian per item menunjukan bahwa responden yang memiliki perkembangan normal (46,7%) dan perkembangan lebih (6,6%) sudah dapat melakukan tindakan motorik halus sesuai umurnya seperti mencontoh +, memilih garis yang lebih panjang, mencontoh persegi yang ditunjukan, mengambar 6 orang bagian dan mencontoh persegi sebanyak 3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak telah dapat melakukan tugas perkembangan dengan baik.

Septiari (2011), juga mendukung bahwa anak prasekolah (4-6 tahun) seharusnya sudah dapat menggambar sesuatu tang diketahui bukan yang dilihat, mulai menulis dan mampu mengontrol gerakan tangannya, membentuk lilin, menyelesaikan puzzle 15-20 keping, melipat, mewarnai lebih rapi tidak keluar garis, meniru tulisan.

Sebelum diberikan stimulus dengan permainan puzzle didapatkan 7 responden memiliki perkembangan peringatan. Berdasarkan penilian per item motorik halus anak yang dinilai menggunakan Denver II menunjukan bahwa rata-rata umur 4-6 tahun sebagian besar anak gagal pada memilih garis yang lebih panjang, kurang sempurna dalam menggambar 6 orang bagian, dan mencontoh persegi sebanyak 3 kali yaitu anak hanya dapat menggambar kepala dan mata saja. Hal ini dapat dikarenakan responden yang kurang diberikan stimulus yang bervariasi untuk perkembangan motorik halus anak ketika di sekolah sehingga anak merasa bosan dengan media pembelajaran yang diberikan oleh guru dan kurang memperhatikan guru jika sedang diberi

(5)

pelajaran kerana asik bermaian dengan mainannya sendiri dan tidak dapat diam sehingga sering membuat kelas menjadi gaduh.

Fadillah (2012), juga mendukung dengan teori bahwa karakteristik anak usia prasekolah yaitu egosentris (anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentinganya sendiri), aktif dan energik (anak lazim senang melakukan berbagai aktivitas). Sesuai dengan teori bahwa perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh stimulasi (Hidayat, 2008).

Hal tersebut didukung oleh penelitian Saputro (2004), menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dengan angka prevalensi yaitu 3-11%.

Perkembangan motorik halus setelah diberikan stimulus permaianan puzzle

Hasil penelitian sebagian besar memiliki perkembangan normal yaitu 10 responden (66,7%) dan sisanya 5 responden (33,3%) memiliki perkembangan yang lebih. Berdasarkan penilaian per item motorik halus anak yang dinilai menggunakan Denver II menunjukkan bahwa anak sudah dapat melakukan tindakan motorik halus sesuai umurnya seperti mencontoh +, memilih garis yang lebih panjang, mencontoh persegi yang ditunjukan, mengambar 6 orang bagian dan mencontoh persegi sebanyak 3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan perkembangan motorik halus sehingga permainan puzzle dapat meningkatkan perkembangan motorik halus, dimana permainan puzzle merupakan salah satu bentuk stimulus dan ketika diberi stimulus permainan puzzle anak tersebut memperhatikan sehingga terjadi peningkatan perkembangan motorik halus. Permaianan puzzle yang digunakan memiliki pola yang berbeda untuk setiap anaknya dalam sehari sehingga anak tidak

bosan dalam memainkan permainan puzzle yang diberikan.

Fadilah (2012), juga mendukung dengan teori bahwa karakteristik bahwa karakteristik anak usia prasekolah yaitu rasa ingin tahu kuat terhadap banyak hal (anak cenderung memperhatikan dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat den didengarnya terutama terhadap hal-hal baru), eksploratif dan berjiwa petualang (anak terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat dan sengan mencoba), senang dan kaya dengan fantasi (anak senag dengan hal-hal yang imajinatif).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang diungkapakan Maryunani (2010), bahwa anak yang banyak mendapat stimulasi secara terus menerus akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Perkembangan motorik halus dapat dikembangkan dengan bermain yang melatih koordinasi otot-otot tangan dalam beraktivitas seperti bermain puzzle.

Berdasarkan teori behavioristik Budiningsih (2008) belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Artinya bahwa belajar merupakan perubahan kemampuan anak dalam bertingkah laku dengan adanya interaksi rangsangan dan respon. Kaitannya antara penelitian ini dengan teori behavioristik yang mengedepankan stimulus dan respon adalah bahwa kegiatan permaianan puzzle merupakan stimulasi dan respon yang muncul yaitu keterampilan motorik halus anak TK Aisyiyah Krasak menjadi meningkat.

Analisis Bivariat

Pengaruh stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 11 responden dengan perkembangan positif dimana hasil sesudah lebih baik dari sebelum diberikan stimulus permaianan puzzle. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon dengan α = 0,05, diperoleh nilai p-value

(6)

0,001 dimana 0,001<0,05, hal ini berarti ada pengaruh stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun dimana dengan stimulus permaianan puzzle perkembangan motorik halus anak menjadi lebih baik.

Peningkatan perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah dikarenakan pemberian stimulus yang diberikan secara sering dan teratur akan diterima oleh panca indra dan selanjutnya akan disampaikan ke otak. Otak maupun panca indra anak yang belum mencapai tingkat baru. Hal ini akan memicu otak untuk belajar, menganalisa, memahami, dan memberikan rspon yang tepat terhadap pemberian stimulus tersebut.

Teori Andriana (2011), juga mendukung bahwa pemberian stimulus sebaikanya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan anak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemuadian hari, bila dikembangankan terus menerus, anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan permaianan puzzle dapat merangsang perkembangan motorik halus anak dimana tindakan puzzle dapat melatih kerja jari-jemari anak yang dikordinasikan dengan kerja otak dalam menyusun kepingan-kepingan, sehingga anak menjadi terlatih dan secara tidak langsung hal ini meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Puzzle dapat meningkatkan ketrampilan motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan dengan otot-otot kecil anak, terutama tangan dan jari-jari tangan. Melalui aktivitas bermain puzzle, tanpa disadari anak akan belajar secara aktif untuk menggunakan jari-jari tangannya untuk menyusun gambar yang tepat (Yustisia, 2013).

Peningkatan perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan stimulus dikarenakan stimulus yang diberikan secara sering dan teratur akan diterima oleh panca indra dan selanjutnya akan disampaikan ke otak. Otak maupun panca indra anak yang belum mencapai tingkat perkembaangan yang optimal, pemberian stimulus tersebut merupakan pelajaran yang baru. Hal ini akan memicu otak untuk belajar, menganalisa, memahami, dan memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan perkembangan motorik halus anak sebagian besar meningkat pada penilaian item memilih garis yang lebih panjang yaitu 7 responden, item tersebut dapat meningkat setelah diberikan stimulus permainan puzzle karena pada dasarkan permainan ini meningkatkan kemampuan visual dan logika anak untuk dalam menyusun dan membedakan komposisi gambar, seperti halnya kemampuan membedakan garis yang lebih panjang dan pendek. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan salah satu manfaat permainan puzzle adalah meningkatkan kemampuan visual spasial anak dengan menyusun puzzle, anak akan belajar tentang bentuk, garis, warna, dan sebagainya. Anak akan merangkai potongan-potongan gambar pada puzzle agar bisa membentuk gambar yang tepat. Selain itu, ketika memasangkan potongan-potongan puzzle (Yustisia, 2013) Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 responden meningkat pada item perkembangan mencontoh gambar segiempat hal ini dikarenakan dengan permainan puzzle anak akan lebih aktif menggunakan jari-jemari sehingga anak juga akan lebih terampil dalam mencontoh gambar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada dasarnya permainan anak yang aktif menggunakan jari-jemari anak meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 4 responden yang memiliki nilai perkemabangan motorik halus sama sebelum dan sesudah

(7)

diberikan stimulus dengan menggunakan permainan puzzle. Item perkembangan yang tidak meningkat pada penelitian ini adalah 2 responden pada mencontoh gambar segiempat dan 1 responden pada menggambar 6 orang bagian, hal ini dikarenakan responden yang tidak serius dalam mengikuti stimulus permainan puzzle dan responden tidak fokus terhadap permainan puzzle yang dimainkan sehingga mengakibatkan tidak terjadi peningkatan item perkembangan motorik halus. Hal ini sesuai dengan teori faktor lain yang mempengaruhi perkembangan anak seperti yang diungkapkan Hidayat (2008), pola perkembangan setiap anak sama akan tetapi kecepatan perkembangan anak satu dengan yang lain berbeda-beda sehingga menyebabkan tidak semua anak perkembangan motorik halusnya meningkat.

Penelitian juga menunjukkan bahwa sisanya 1 responden dalam pre test semua item perkembangan motorik halus telah dapat dilakukan, hasil post test juga menunjukkan semua item perkembangan motorik halus telah dapat dilakukan sehingga memiliki nilai sempurna dalam kategori lebih yaitu semua item perkembangan motorik halus telah dapat dilakukan hal ini menunjukan bahwa responden.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapakan Maryunani (2010), bahwa anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Perkembangan motorik halus dapat dikembangkan dengan bermain yang melatih koordinasi otot-otot tangan dalam beraktivitas seperti bermain puzzle.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Perkembangan motorik halus sebelum diberikan stimulus permaian puzzle memiliki perkembangan motorik halus peringatan dan normal yaitu masing-masing 7 responden (46,7%) dan 1 responden (6,6%) memiliki perkembangan motorik halus lebih. 2. Perkembangan motorik halus setelah

diberikan stimulus permaianan puzzle memiliki perkembangan motorik halus normal yaitu 10 responden (66,7%) dan 5 responden (33,3%) memiliki perkembangan motorik halus dalam kategori lebih.

3. Ada pengaruh stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus diperoleh p-value 0,001.

Saran

1. Bagi Taman Kanak-Kanak atau Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat

mengembangkan media pembelajaran motorik halus dengan permainan alat edukatif seperti puzzle, lego, plastisin untuk meningkatkan kemamapuan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

2. Bagi Orang Tua

Diharapkan dapat meningkatkan perkambangan motorik halus anak dengan pemberian stimulus alat permaianan edukatif seperti puzzle, plastisin, lego di rumah. Sehingga anak tidak hanya mendapat stimulasi di sekola saja tetapi juga dirumah sehingga perkembangan motorik halus anak lebih optimal.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya yang ingin meneliti pengaruh pemberian stimulus permaianan edukatif terhadap perkembangan

(8)

motorik halus yang lain seperti lego, plastisin pada anak usia pra sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Adriana. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pda Anak. Jakarta: Salemba Medika

Ariyani. (2008). Hubungan Penertahuan Ibu Tentang Perkembangan Anak Dengan Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Bustahnul Athfal 7 Semarang. Dalam http://www.e-jurnal.com/ di akses tanggal 26 Maret 2015

Aroyo, R. (2013). Pengaruh Media Pembelajaran Puzzle Terhadap Peningkatan Kemampuan Calistung Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Fungsional Tingkat Dasar di UPTD SKB Kabupaten Trenggalek. Dalam http://www.e-jurnal.com/ di akses 20 April 2015 Fadilah, M. (2012). Desain Pembelajaran

PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Hidayat, A. (2007). Riset Keperawtan dan Teknik Penulisan Ilmiah, edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika

--- (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika: Jakarta

Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita. Nuha Medika: Yogyakarta Marmi dan Kukuh Raharjo. (2012).

Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Nanny, V. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

--- (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika Saputro. (2004). Pemberian Stimulus

Terhadap Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun. Dalam http://www.e-jurnal.com/ di akses tanggal 26 Maret 2015

Septiari, B. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Nuha Medika: Yogyakarta

Setiawan dan Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DII, DIV, S1, S2. Yogyakarta : Nuha Medika

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta

--- (2015). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. EGC: Jakarta

Supatun. (2013). Penerapan Aktifitas Melipat Untuk Mneingkatkan Ketrampilan Motorik Hlaus Anak Kelompok A di Tk Mustika Rini Surabaya. Dalam http://www.e-jurnal.com/ di akses tanggal 26 Maret 2015

Sulistiyawati, A. (2014). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan pergaulan yang dilakukann- ya tak berhenti di dalam negeri tetapi juga di luar negeri, karena itu sebenarnya ko- munikasi dalang yang dilakukannya tak terbatas. Kapan saja

Bank Mandiri Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang digunakan sebanyak 100 Karyawan Marketing BMT dan Bank Syari’ah Mandiri Cabang Semarang. Dengan pengujian hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pertama, tingkat kecerdasan emosi dalam pembelajaran bahasa Arab di MTs N Bantul Kota. Kedua, mengetahui aspek- aspek

dan prasarana Aparatur Jumlah Sarana dan Prasarana yang terpelihara 1 Mobil 5 Spd Motor 1 Mobil 5 Spd Motor 100% 4. Penyusunan Laporan Capaian kinerja dan ikhtisar

Gambar 1 mengilustrasikan daerah hubungan pelat-kolom pada struktur flat slab yang mengalami fenomena punching shear di mana deformasi lateral yang terjadi pada struktur

Gambaran mengenai sesar Grendulu, sesar yang terlihat di permukaan dan melewati daerah penelitian (Pacitan, Arjosari dan Tegalombo) sampai di lapisan batuan dasar

Hal ini berarti besaran pengaruh dari variabel kepuasan kerja internal dan eksternal secara bersamaan terhadap komitmen organisasi karyawan BPJS Ketenagakerjaan

melalui kerja sama , siswa dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan berkaitan dengan penggunaan konsep irisan dari himpunan.. Pengertian irisan