• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan peran dan fungsi yang melekat pada masing-masing lembaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan peran dan fungsi yang melekat pada masing-masing lembaga"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Sanitasi Lingkungan

Sistem sanitasi lingkungan pelabuhan terdiri dari sistem pengelolaan manajemen, pengawasan sanitasi dan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit. Perencanaan dan pengembangan sistem sanitaasi lingkungan harus memperhatikan peran dan fungsi yang melekat pada masing-masing lembaga terkait. Pelabuhan secara fisik mempunyai beberapa persyaratan dalam menunjang peran dan fungsinya termasuk persyaratan fasilitas kesehatan lingkungan, melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penyehatan lingkungan pelabuhan, dan struktur pelabuhan secara umum (Retno, 2005).

Pengawasan sanitasi dan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit dilakukan dengan kegiatan pengamanan terhadap upaya pencegahan penyakit menular dengan cara meniadakan atau menekan sekecil mungkin adanyan faktor lingkungan yang menimbulkan pengaruh buruk di daerah pelabuhan dan di kapal sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit.

2.2 Sanitasi Tempat - Tempat Umum Pelabuhan

Sanitasi tempat-tempat umum Pelabuhan membahas diantaranya : 2.2.1 Pengertian Sanitasi

Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di TTU terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah (Adriyani, 2005).

(2)

STTU merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena TTU merupakan tempat menyebarnya segala macam penyakit terutama penyakit-penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian STTU harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2000).

Pengawasan atau pemeriksaan STTU dilakukan untuk mewujudkan lingkungan TTU yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2006).

1. Kegiatan yang dilakukan pada Pengawasan STTU adalah: Kegiatan pemeriksaan yaitu kegiatan melihat dan menyaksikan secara langsung di tempat serta menilai tentang keadaan atau tindakan yang dilakukan serta memberikan petunjuk atau saran-saran perbaikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap faktor lingkungan dan perlengkapan/peralatan dari TTU dari segi persyaratan dan kebersihannya, misalnya : lingkungan pekarangan, bangunan, persediaan air bersih, cara pembuangan sampah dan air kotor, perlengkapan WC dan urinoir, dan sebagainya. Dalam kegiatan ini pemeriksa juga memberikan bimbingan dan petunjuk kepada pemilik/pengelola dan pengguna yang melakukan kegiatan pada TTU, meliputi cara-cara pencegahan penyakit, kebersihan, kebiasaan dan cara kerja yang baik dan lain sebagainya.

2. Kegiatan pengawasan yaitu pengamatan secara terus menerus perkembangan kegiatan di TTU dan tindakan serta usaha tindak lanjut dari hasil

(3)

pemeriksaan. Ruang lingkup kegiatan pengawasan sanitasi TTU dapat digolongkan menjadi:

a) Pendataan TTU yang dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun. Pada kegiatan pendataan dilakukan pencatatan, antara lain: jenis/macam dan jumlah TTU, nama dari setiap jenis TTU, nomor izin usaha, nama pemilik, nama penaggungjawab sanitasi (bila ada), dan jumlah karyawan selain kegiatan pendataan dapat pula dilakukan identifikasi masalah hygiene dan sanitasi TTU yang diperiksa (problem identification). Kegiatan ini dilaksanakan melalui orientasi keadaan sanitasi secara garis besar, untuk mencari permasalahan umum STTU yang dilihat atau diperiksa yang menyangkut masalah umum sanitasi yang ada sehingga tahap ini merupakan survei pendahuluan (preliminary survey). Dalam pelaksanaan observasi dapat dilakukan melalui:

1. Wawancara dengan pimpinan atau dengan petugas TTU.

2. Mengadakan peninjauan lapangan, peninjauan lapangan dimulai dari bagian luar (external area) kemudian pada bagian dalam (internal area). Peninjauan ini dilakukan di seluruh area TTU dan menitik beratkan perhatiannya kepada lokasi umum (public area). Dengan demikian maka urutan kegiatan dalam tahap ini, datang ke lokasi, meninjau dan melihat keadaan umum sanitasi, mengetahui secara garis besar dan secara umum keadaan sanitasi senyatanya, sensus masalah umum yang didapatkan, dicatat untuk dibuat sheet sanitasi

(4)

(formulir), yang akan dipakai dalam melakukan pemeriksaan selanjutnya.

b) Pemeriksaan TTU, dengan tujuan untuk melihat dan menilai keadaan sanitasi, memberikan saran-saran perbaikan, dan menilai perbaikan yang telah diadakan. Dalam tahapan pemeriksaan perlu dilakukan:

a. Persiapan pemeriksaan, dengan melakukan:

1) Mengadakan peninjauan lokasi, kemudian melihat dan mencatat keadaan semua fasilitas sanitasi yang tersedia.

2) Mencari dan menentukan fasilitas yang mempunyai nilai sanitasi (facility of sanitary importance), yaitu fasilitas yang dapat dinilai dari 2 segi, yaitu segi kebersihannya (cleanlines) dan segi persyaratannya (sanitary code).

3) Membuat formulir (sheet) sanitasi untuk pemeriksaan. Penyusunan formulir pemeriksaan, langkahnya adalah sebagai berikut:

(a) Pengumpulan data, tentang item sanitasi yang dipengaruhi oleh besar kecilnya TTU, titik berat kegiatannya, metode kerja yang dilakukan, modernisasi fasilitasnya, sifat dan kebiasaan masyarakat pengguna.

(b) Menyusun formulir pemeriksaan sanitasi, dengan memperhatikan jenis tempat dan usaha yang diperiksa, unit-unit teritorialnya, termasuk juga sub unit-unitnya, jangka waktu dan jumlah pemeriksaannya, adanya kolom untuk penilaian

(5)

Kebersihan (disingkat K) dan kolom Persyaratan (disingkat P), jumlah item yang diperiksa, tanggal pemeriksaan dan Pemeriksa. Dalam pengisian formulir pemeriksaan ini akan didapatkan tanda (-) dan tanda (+), tanda-tanda ini diartikan sebagai berikut :

- (-) Baik untuk K maupun P = berarti tidak ada masalah. - (+) Baik untuk K maupun P = berarti ada masalah, yang

berarti juga hal/fasilitas/keadaan itu perlu diadakan perbaikan.

2.2.2 Persyaratan Sanitasi di Pelabuhan

Persyaratan sanitasi standar yang harus dimiliki oleh sebuah pelabuhan antara lain:

a) Bagian luar

1. Tempat parkir harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air.

2. Tempat sampah tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan kedap air setadalam jumlah yang cukup.

3. Pencahayaan penerangan harus cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada pintu masuk dan keluar tempat parkir.

b) Bagian dalam 1. Ruang tunggu

2. Ruangan harus bersih.

(6)

4. Pencahayaan harus cukup dan tidak menyilaukan mata (minimal 10 fc) sehingga dapat digunakan untuk membaca

5. Penghawaan harus cukup, minimal 10% dari luas lantai. 6. Lantai tidak licin, kedap air, dan mudah dibersihkan.

7. Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumblah yang cukup.

Adapun standar yang digunakan dalam aspek penilaian sanitasi pelabuhan yakni berdasarkan Kepmenkes/RI/NO:264/Menkes/SK/III/2004 Tentang Kriteria Klasifikasi KKP Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

2.2.3 Pembuangan Kotoran Manusia

1. Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe leher angsa).

2. Tersedia peturasan (urinoir) yang baik dan tersedia pasokan air yang mencukupi.

3. Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dengan jamban wanita. Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau.

4. Pembuangan sampah harus tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup. 5. Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada

sampah yang menumpuk.

6. Pembuangan air limbah dan air hujan dialirkan melalui saluran tertutup dan dibuang ke septic tank atau ke saluran air kotor perkotaan.

(7)

7. Tempat cuci tangan harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu, dilengkapi dengan sabun dan kain serbet.

2.3 Sanitasi Lingkungan Pelabuhan

Sanitasi lingkungan pelabuhan merupakan kegiatan menyeluruh dalam perencanaan, pengorganiasasian, pelaksanaan dan pengawasan pada aspek sanitasi lingkungan pelabuhan. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan penyakit menular dengan cara meniadakan atau menekan sekecil mungkin faktor lingkungan yang dapat menimbulkan pengaruh buruk (faktor risiko) di dalam kapal dan wilayah pelabuhan sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit (Anies. 2006).

Lingkungan pelabuhan merupakan tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Untuk dapat melakukan kegiatan sanitasi tempat-tempat umum secara lengkap harus ditinjau melalui tiga aspek pendekatan yaitu aspek teknis yang meliputi persyaratan dan peraturan mengenai tempat umum tersebut dan keterkaitannya dengan fasilitas sanitasi dasar. Aspek sosial diantaranya adalah ekonomi dan sosial budaya dan aspek administrasi dan manajemen diantaranya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Akan tetapi kendala yang dialami sangatlah kompleks sehingga antara teori dan praktek dalam kegiatannya sulit untuk dapat berjalan dan berfungsi secara optimal.

(8)

Pada umumnya di dalam penerapan usaha sanitasi lingkungan pelabuhan dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Dalam pendekatan aspek sosial diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan motivasi. Pendekatan aspek sosial membutuhkan berbagai pertimbangan terhadap berbagai macam faktor dari kehidupan masyarakat, diantaranya faktor-faktor, sebagai berikut:

a. Pengertian

Pengertian karyawan serta masyarakat tentang pentingnya serta manfaat suatu usaha kesehatan masyarakat sangat diperlukan sebab tanpa adanya pengertian ini segala sesuatunya akan berjalan tanpa arah. Pengertian merupakan dasar pokok guna memperoleh kesadaran dan pengetahuan untuk bertindak secara aktif.

b. Pendekatan

Pendekatan yang baik perlu dilakukan terutama terhadap pimpinan maupun karyawan perusahaan tempat-tempah umum atau fasilitas sanitasi, biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa bentuk motivasi. Titik pangkal suksesnya usaha sanitasi lingkungan pelabuhan banyak bergantung dari cara pendekatan ini, ada 2 macam pendekatan terhadap pimpinan dan karyawan yang dapat ditempuh yaitu:

Pendekatan formal yaitu suatu pendekatan terhadap pimpinan secara resmi.

(9)

1. Pendekatan informal yaitu suatu pendekatan terhadap karyawan bawahan dimana pekerja berada dan dilakukan di tempat kerjanya.

2. Selain pendekatan di atas, menurut Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (Depkes,1996). Pendekatan yang biasa digunakan aspek ini adalah pendekatan edukatif yang ditujukan kepada masyarakat umum dan masyarakat pengunjung tempat-tempat umum, khususnya dalam memberikan pengertian dan kesadaran tentang usaha sanitasi lingkungan. Dengan adanya pengertian dari masyarakat pelabuhan bahwa fasilitas yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan dan menyebarkan berbagai penyakit, maka pengunjung/ masyarakat akan berusaha untuk senantiasa memelihara sanitasi lingkungan pelabuhan.

c. Kesadaran

Faktor kesadaran terutama pengelola dan masyarakat pelabuhan dibutuhkan sekali guna pelaksanaan program, tanpa kesadaran maka pelaksanaan program sanitasi lingkungan pelabuhan akan mengalami hambatan dan kesulitan, karena tidak diketahui dan disadari akan pentingnya serta manfaatnya baik bagi institusi/perusahaan maupun bagi pribadi staf/karyawan yang bersangkutan. Faktor kesadaran diperoleh sebagai hasil pendekatan edukatif melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

(10)

d. Partisipasi

Faktor partisipasi dari pengelola dan masyarakat pelabuhan secara total sangat dibutuhkan dalam rangka memelihara, membina dan mengembangkan usaha sanitasi. Partisipasi penuh dari masyarakat pelabuhan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan cara memberikan pengertian serta motivasi tentang pentingnya hygiene dan sanitasi lingkungan pelabuhan dipandang dari segi kesehatan maupun dari segi bisnis operasional.

e. Kerjasama

Upaya kesehatan masyarakat khususnya usaha hygiene dan sanitasi lingkungan pelabuhan dibutuhkan adanya kerjasama dalam tim, tanpa kerja sama yang baik maka usaha ini tidak akan berjalan dengan baik. f. Keuangan

Usaha hygiene dan sanitasi lingkungan pelabuhan terutama yang berhubungan dengan masalah perbaikan dan penyempurnaan tentu membawa konsekuensi biaya, tanpa ditunjang biaya yang memadai maka kegiatan ini tidak akan berjalan semestinya.

Upaya pelaksanaan pengelolaan sanitasi Pelabuhan dilakukan oleh pengelolah dan masyarakat pelabuhan dan selalu dipantau serta dilakukan pengawasan oleh PT. (Persero) Pelindo, KKP dan mayarakat. Dalam penyelenggaraan sanitasi pelabuhan harus dipertimbangkan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) serta unsur pengawasan (Controlling)

(11)

yang baik. Upaya ini diarahkan pada ruang lingkup dalam pengelolaan sarana sanitasi lingkungan pelabuhan diantaranya : Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, kamar mandi/WC dan penyediaan tempat sampah serta sumber pencemaran, dan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit.

Pelabuhan memiliki berbagai kegiatan yang sangat penting. Salah satu hal utama dalam bidang sosial, pelabuhan bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperoleh akses jalur transportasi dari satu pulau ke pulau yang lainnya maupun dari satu negara kenegara yang lain. Dapat dimungkinkan dari kegiatan tersebut, lingkungan pelabuhan akan tercemar dengan mudah baik karena aktifitas manusia maupun karena faktor alam atau dari lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terutama kepada masyarakat yang sering mengakses pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan terjadi permasalahan kesehatan yang cukup serius dimana wilayah pelabuhan yang merupakan titik awal kegiatan sosial lintas pulau dan negara akandapat memperluas penyebaran penyakit dari lingkungan pelabuhan itu, baik dari satu pulau ke pulau, dari satu negara ke negara yang lain maupun dari wilayah pelabuhan ke daerah daratan di pulau tersebut.

2.3.1 Aspek Penilaian Sanitasi Pelabuhan

Adapun hal-hal atau aspek yang merupakan komponen penting dalam suatu penilaian pelabuhan yakni sebagai berikut :

1. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

(12)

telah dimasak. Sumber air bersih berasal dari PDAM. Terdapat tandon khusus untuk persediaan air bersih. Air bersih disalurkan dengan sistem perpipaan dan berjalan dengan baik. Kontinuitas suplai air bersih khusus untuk terminal penumpang dilakukan pada saat-saat ada penumpang, baik pada saat kedatangan atau pemberangkatan. Sehingga secara kuantitas, air bersih ini hanya dikhususkan untuk melayani penumpang saja dan dari segi kontinuitas menjadi kurang memadai, mengingat air bersih cukup lancar dan jumlahnya cukup hanya bila waktu keberangkatan atau kedatangan.

Air jernih yang biasa diminum sudah benar-benar sehat dan juga layak untuk dikonsumsi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No:431/Menkes/SK/IV/2007Tentang Pedoman Teknis PRL Di Pelabuhan terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat konsumsi yakni sebagai berikut :

a. Harus bersih, tidak keruh tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau apapun.

b. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara berkesinambungan.

c. Kualitas air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan.

d. Tersedia tendon air yang menjamin kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi dengan kran yang tidak bocor.

(13)

e. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m f. Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali

Standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak.

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (empat) sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis. 2. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah sisa dari proses usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair, dalam hal ini tidak termasuk air limbah yang mengandung radioaktif. Air limbah berasal dari kamar mandi, tempat cuci tangan dan tempat wudlu dialirkan pada saluran terbuka yang dihubungakan dengan sistem penyaluran air limbah pelabuhan. Sedangkan air limbah yang berasal dari WC disalurkan ke septic tank. Pembuangan air limbah di Indonesia memang pada umumnya disatukan dengan saluran drainase dan

(14)

akhirnya terhubung pada saluran air limbah dan drainase pelabuhan. Alangkah baiknya apabila saluran tersebut dibuat semi tertutup, setidaknya saluran yang berasal dari air kamar mandi, sehingga tidak mengganggu estetika dan menimbulkan bau.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No:431/Menkes /SK/IV/2007 Tentang Pedoman Teknis PRL Di Pelabuhan yang mencakup pembuangan air limbah yakni sebagai berikut:

a. Harus ada saluran pembuangan air limbah yang kedap air, tertutup, dan dapat mengalir dengan lancar.

b. Saluran pembungan air limbah tidak mengotori tanah. c. Tidak mencemari lingkungan.

d. Tidak menimbulkan bau. 3. Kamar mandi/WC

Kamar mandi/WC merupakan sarana yang di gunakan oleh masyarakat untuk membuang tinja/hajat. Kamar mandi/WC terpisah antara laki-laki dan perempuan. Sabun yang disediakan idealnya sabun cair dengan wadah khusus sehingga penularan penyakit, terutama penyakit kulit dapat diminimalkan. Lantai kamar mandi/WC kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kemiringannnya cukup.

Kondisinya cukup bersih dan terawat. Pada bagian luar kamar mandi/WC juga tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi kaca, dilengkapi sabun dan pengering tangan. Jamban/WC tipe jongkok dengan konstruksi leher angsa, dilengkapi air penggelontoran yang cukup, alat

(15)

pembersih berupa sabun tidak tersedia. Tidak terdapat tanda himbauan bahwa pemakai harus mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan kamar mandi/WC.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No:

431/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Teknis PRL Di Pelabuhan

yang mencakup persyaratan kamar mandi/WC yakni sebagai berikut: a. Kamar mandi/WC terpisah antara laki-laki dan perempuan.

b. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yang cukup dan bebas jentik.

c. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air.

d. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.

e. Air limbah dibuang ke septic tank, riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari air tanah dengan jarak 10 m dari sumber air bersih. f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dengan

kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi genangan.

g. Tersedia tempat sampah yang cukup. 4. Tempat Sampah

Tempat sampah adalah sarana pembuangan sampah/limbah yang digunakan dalam pelabuhan. Tempat sampah yang tersedia terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan kedap air, jumlahnya cukup dan

(16)

dibuang setiap 2 (dua) kali sehari. Tempat sampah yang tersedia terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan tapi tidak tertutup. Dari segi kuantitas, jumlah tempat sampah sebaiknya ditambah, sehingga memudahkan pengunjung yang akan membuang sampah.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 431/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Teknis PRL Di Pelabuhan yang meliputi persyaratan tempat sampah yakni sebagai berikut:

a. Setiap bangunan harus tersedia tempat sampah.

b. Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan.

c. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan.

d. Tersedia tempat sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut sampah

e. Tempat sampah tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit.

f. Sampah diangkut minimal selama 2 hari sekali agar sampah tidak menumpuk.

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menimbulkan dampak lingkungan (Soemirat, 1994). Tempat pembuangan sampah dapat sebagai media untuk perkembangan binatang-binatang pembawa penyakit seperti

(17)

lalat, tikus, nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit menular kepada manusia melalui perantara hewan tersebut.

Sampah dapat pula menyebabkan pencemaran pada tanah, bahan-bahan asing baik yang bersifat organik maupun bersifat anorganik, berada di permukaan tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak dan tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia (Doelle, 1993).

Ada beberapa persyaratan tempat sampah menurut Depkes RI, 2005 yakni antara lain :

a. Tempat sampah tidak menimbulkan bau.

b. Tempat sampah tidak menjadi tempat pengendalian vektor penyakit. c. Tempat sampah tidak menimbulkan estetika lingkungan.

2.4 Vektor Dan Binatang Penular Penyakit

Pengelola pelabuhan melakukan perencanaan upaya pengendalian vektor dan binatang penular penyakit dengan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dengan desain konstruksi dan manajemen lingkungan pelabuhan yang kedap vektor atau binatang penular penyakit, dan kebersihan lingkungan. Untuk itu KKP melakukan perencanaan upaya pengendalian melalui pengamatan (survei) dan pemberantasan (fogging, fumigasi, spraying, trapping dan ratguard) terhadap keberadaan vektor di Pelabuhan. Vektor tersebut antara lain nyamuk, tikus atau pijal, lalat dan kecoa.

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).

(18)

Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah diare, demam berdarah, disentri, hepatitis A, kolera, tiphus, cacingan dan malaria.

Lalat yang hinggap disampah dan dipermukaan air limbah atau tikus selokan yang masuk kedalam saluran air limbah dapat membawa sejumlah kuman penyebab penyakit. Bila lalat atau tikus tersebut menyentuh makanan atau minuman maka besar kemungkinan orang yang menelan makanan dan minuman tersebut akan menderita salah satu penyakit seperti yang tersebut diatas seperti penyakit diare.

Tangki septic atau unit pengolahan air limbah terpusat diperlukan guna mengolah air limbah sebelum dibuang kesuatu badan air. Disamping untuk mencegah pencemaran termasuk diantaranya organisme penyebab penyakit, pengolahan air limbah dimaksudkan untuk mengurangi beban pencemaran atau menguraikan pencemar sehingga memenuhi persyaratan standar kualitas ketika dibuang kesuatu badan air penerima.

Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut, zat-zat padat terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme.

(19)

Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang kurang baik seperti:

1. Pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka

2. Dinding dan dasar saluran yang rusak karena kurang terpelihara

Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman-kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian limbah yang terdapat dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak mampu lagi melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah.

Kondisi yang demikian dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh :

1. Timbulnya bau busuk

2. Warna air yang gelap dan pekat

(20)

2.5 Kaitan Sanitasi Pelabuhan dan Eco-Port

Eco-port adalah kajian tentang pelabuhan yang memperhatikan aspek-aspek komponen lingkungan. Konsep eco-port: menyebutkan Pelabuhan merupakan salah satu contoh dimana aktifitas manusia dan permasalahan lingkungan seringkali menimbulkan konflik dan selalu menyertai keberadaannya.

Konsep dasar eco-port atau grenn port adalah kerangka pengelolaan pelabuhan untuk mencapai keseimbangan antara nilai/biaya lingkungan dan manfaat ekonomi, sehingga ada harmonisasi aspek komersial/ekonomi dan lingkungan dalam menunjang pengelolaan yang berkelanjutan.Pengelolaan pelabuhan harus bisa mengakomodasi aspek lingkungan, harus ada harmonisasi dan sinergisitas dengan aspek sanitasi lingkungan dan aspek sumber daya manusia (SDM) dari instansi terkait di wilayah pelabuhan. Semua langkah, kegiatan dan keadaan itu merupakan indikator kondisi lingkungan dari pembangunan berwawasan lingkungan yang dimulai dari tahap perencanaan, perancangan dan pengoperasian seluruh kegiatan.

(21)

2.6 Kerangka Berfikir 2.6.1 Kerangka Teori Sistem Sanitasi Lingkungan Sanitasi Tempat- Tempat Umum Sarana Sanitasi Pelabuhan Air Bersih Pembuangan Air Limbah Kamar mandi/WC Tempat Sampah

(22)

2.6.2 Kerangka Konsep

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen yaitu sarana sanitasi Pelabuhan dan Variabel Independen meliputi sarana air bersih, saluran pembuangan air limbah, kamar mandi/WC dan tempat sampah.

Air Bersih Pembuangan Air Limbah

Kamar Mandi/WC

Tempat Sampah

Kepmenkes/RI/No : 431/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Teknis PRL Di Pelabuhan

Sarana sanitasi pelabuhan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dengan meng-gunakan Mind Map dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui profitabilitas usaha persewaan kapal wisata gazebo di Karimunjawa yang merupakan hasil modifikasi dari kapal ikan tradisional

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak hanya tergantung dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Aktifitas fisik kebanyakan duduk merupakan faktor risiko kejadian hemoroid dengan besar resiko 0,37%, (2) Kurang aktifitas

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

Lusi Fausia, M.Ec yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak

Saya berdoa semoga Anda dan keluarga Anda akan memulai sekarang untuk meren- canakan serta mempersiapkan diri untuk memenuhi syarat bagi berkat-berkat yang Allah curahkan kepada