• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

Oleh : Sri Lestari Utami, PBT Madya pada Direktorat Perbenihan Hortikultura Bawang merah varietas Lembah Palu, sudah didaftarkan ke Menteri Pertanian dengan Nomor : 1843/Kpts/SR.120/4/2001, yang berasal dari Lembah Palu, Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala, provinsi Sulawesi Tengah. Deskripsi varietas Lembah Palu adalah sebagai berikut :

Tinggi tanaman 36 – 37 cm, bentuk penampang daun silindris berlubang, panjang daun 25 – 30 cm, diameter daun 0,5 – 0,6 cm, warna daun hijau, jumlah daun per rumpun 50 – 55 helai, bentuk umbi pipih agak bulat, ukuran umbi panjang 2,5 - 3,4 cm, diameter 2,2 – 2,7 cm, warna umbi merah pucat, berat per umbi 3,9 -5,7 gram, jumlah umbi perumpun 9 – 12 umbi,

berat umbi perumpun 35,1 – 68,4 gram, jumlah anakan 9 – 12 anakan, susut bobot umbi (basah – kering simpan) 20 – 22 %, daya simpan umbi pada suhu 27 - 30° C selama 3 – 4 bulan setelah panen, hasil umbi 9,7 ton/ha, populasi perhektar 160.000 tanaman, kebutuhan benih per hektar 700 – 975 kg, beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan ketinggian 0 – 400 m dpl.

Salah satu keistimewaan varietas Lembah Palu dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat bawang goreng yang renyah, dan dijual sebagai salah satu oleh-oleh khas Sulawesi Tengah

(2)

1. Kondisi Umum Bawang Merah Kota Palu

Bawang merah varietas Lembah Palu dapat membawa berkah tersendiri buat Penangkar benih, Petani, Masyarakat, dan home industri bawang goreng khususnya di Kota Palu. Berdasarkan data luas panen bawang merah Kota Palu seluas 305 ha dengan produksi 1.640 ton, maka pencapaian produktivitas bawang merah adalah 5,37 ton/ha. Dari luas panen 305 ha, dibutuhkan benih bawang merah sebanyak 305 ha x 900 kg adalah 275 ton.

Adapun potensi produktivitas bawang merah Lembah Palu sebesar 9,7 ton/ha, rendahnya produktivitas bawang merah di Kota Palu disebabkan karena petani belum sepenuhnya menggunakan benih bawang merah bermutu dan menerapkan Good Agriculture Practices/ Standar Operasional Prosedur dengan baik dan benar. Perbandingan harga bawang merah varietas Lembah Palu minimal Rp. 25.000,-/kg termahal sampai Rp. 50.000,-/kg, sedang untuk varietas Biru Lancor sebesar Rp. 10.000,-/ kg. Sedangkan harga benih bawang merah bermutu adalah 2 kali harga bawang merah konsumsi, adalah Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,-/ kg, hal tersebut disebabkan selama penyimpanan benih di gudang penyusutan mencapai 50 % selama 2 – 3 bulan

2. Peredaran perekonomian bawang merah Lembah Palu, tidak menggunakan benih bersertifikat

Apabila dilihat dari peredaran perekonomian agribisnis bawang merah seluas 305 ha, produksi 1.640.000 kg, dengan produktivitas 5,37 ton/ha, adalah sebagai berikut :

a. Biaya agribisnis bawang merah perhektarnya sekitar Rp. 100.000.000,-, dengan luasan 305 ha, maka peredaran uang untuk agribisnis bawang merah sebesar Rp. 30.500.000.000,-

b. Produksi bawang merah sebesar 1.640.000 kg dengan harga bawang merah minimal sebesar Rp. 25.000,-/kg, maka hasilnya sebesar Rp. 41.000.000.000, c. Keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 41.000.000.000,- - Rp. 30.500.000.000,- = Rp. 10.500.000.000,- dari luasan 305 ha, sehingga keuntungan agribisnis bawang merah perhektarnya sebesar Rp. 34.426.230,- 3. Peredaran perekonomian produksi bawang merah Lembah Palu, menggunakan

benih bersertifikat

Berdasarkan informasi dari Kepala BPSBTPH provinsi Sulawesi Tengah, ketersediaan benih bawang merah bermutu varietas Lembah Palu di Kota Palu

(3)

sekitar 100 ton pada tahun 2015. Maka pemenuhan ketersediaan benih bawang merah bermutu mencapai 36,36 % (100 ton : 275 ton), selebihnya petani menggunakan benih dari hasil bawang merah konsumsi diseleksi yang akan digunakan untuk benih pertanaman selanjutnya sebesar 63,64 %. Sehingga terbukti, bahwa dengan menggunakan benih tidak bermutu produktivitasnya rendah, yaitu 5,37 ton/ha dari luasan 195 ha dengan kebutuhan benih 176 ton. Disisi lain dari luasan agribisnis bawang merah 110 ha dengan menggunakan benih bawang merah bermutu sebesar 99 ton yang diaplikasikan dengan penerapan standar operasional prosedur budidaya bawang merah dapat meningkatkan prodiktivitas tinggi mencapai 9,7 ton. Maka terdapat selisih produktivitas bawang merah dengan menggunakan benih bermutu sebanyak 9,7 ton/ha – 5,37 ton/ ha, yaitu 4,33 ton/ha.

Apabila dilihat dari peredaran perekonomian agribisnis bawang merah seluas 305 ha dengan menggunakan benih bawang merah bermutu, dengan produktivitas potensi sebesar 9,7 ton/ha, produksi 2.958.500 kg, adalah sebagai berikut :

a. Biaya agribisnis bawang merah perhektarnya sekitar Rp. 120.000.000,-, dengan luasan 305 ha, maka peredaran uang untuk agribisnis bawang merah sebesar Rp. 36.600.000.000,-

b. Produksi bawang merah sebesar 2.958.500 kg dengan harga bawang merah minimal sebesar Rp. 25.000,-/kg, maka hasilnya sebesar Rp. 73.962.500.000,-

c. Keuntungan yang diperoleh dari agribisnis bawang merah adalah Rp. 73.962.500.000,- - Rp. 36.600.000.000,- = Rp. 37.362.500.000,- dari luasan 305 ha, sehingga keuntungan agribisnis bawang merah perhektarnya sebesar Rp. 122.500.000,-.

d. Terbukti, bahwa selisih total keuntungan beragribisnis bawang merah dengan menggunakan benih bawang merah bermutu yang diaplikasian SOP budidaya bawang merah Rp. 37.362.500.000,-, sedangkan dengan menggunakan benih tidak bermutu diperoleh keuntungan sebesar Rp. 10.500.000.000,- dari luasan 305 ha, yaitu Rp. 26.862.500.000,-

e. Selisih keuntungan perhektarnya sebesar Rp. 122.500.000,- dari total pendapatan bawang merah Rp. 37.362.500.000,-, bila dibandingkan dengan menggunakan benih tidak bermutu sebesar Rp. 34.426.229,- perhektarnya

(4)

dari total Rp. 10.500.000.000,- dari luasan budidaya 305 ha. Sehingga selisih keuntungan antara penggunaan benih bermutu dengan tidak bermutu, adalah : Rp. 122.500.000,- - Rp. 34.426.230,- = Rp. 88.073.770,-

4. Peredaran Perekonomian hasil bawang merah Lembah Palu goreng

Lain lagi untuk peredaran ekonomi hasil penjualan bawang merah goreng Kota Palu setiap tahunnya dari hasil budidaya bawang merah dengan menggunakan benih tidak bermutu, bila dibandingkan dengan benih bermutu, adalah dari 273.333 kg x Rp. 125.000,-/ kg = Rp. 34.166.625.000,- sampai 493.083 kg x Rp. 125.000,-/ kg = Rp. 61.635.373.000,-. Terdapat selisih keuntungan dari bahan baku benih bawang merah yang menggunakan benih bersertifikat dengan benih tidak bersertifikat, yaitu : Rp. 61.635.373.000,- - Rp. 34.166.625.000,-, yaitu sebesar Rp. 27.468.748.000

5. Total Peredaran perekonomian bawang merah dari beragribisnis dan hasil penjualan bawang goreng

Total peredaran perekonomian beragribisnis bawang merah varietas Lembah Palu, dan penjualan bawang merah goreng setiap tahunnya di Kota Palu sebesar Rp. 108.129.125.000,- (Rp. 73.962.500.000,- + Rp. 34.166.625.000,-) sampai Rp 135.597.873.000,- (Rp. 73.962.500.000,- + Rp. 61.635.373.000,-)

Staf Direktorat Perbenihan Hortikultura bersama-sama dengan Diperta Kota Palu, Staf BPSBTPH yang bertugas di Kota Palu,dan PPL melakukan pembinaan ke KT Fatasusu yang selalu menggunakan benih bawang merah bersertifikat, dan pemasok bahan baku bawang merah ke home industri bawang merah goreng, dan selalu mendampingi Kelompok Tani lainnya yang beragribisnis bawang merah supaya menerapkan SOP budidaya bawang merah yang baik dan benar dan hasil produknya baik serta meningkatkan produktivitasnya. Foto hasil kunjungan Ke KT Fatasusu, dapat dilihat pada gambar di bawah ini

(5)

KT. Fatasusu, Tatanga mendapat pembinaan dari Direktorat Perbenihan Hortikultura Jakarta, Anak kelas 1 SD membantu Bapaknya memotong daun dari umbinya

6. Kesimpulan dan Saran

Kegiatan agribisnis bawang merah varietas Lembah Palu dan bawang merah goreng di Kota Palu, provinsi Sulawesi Tengah, telah terbukti dapat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan perekonomian rakyat, sehingga kedepan dapat berjalan secara berkelanjutan dan lancar dengan menggunakan benih bersertifikat, meningkatkan produktivitas dan mutu produk.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bawang merah Lembah Palu dalam meningkatkan produktivitas, mutu produk, dan peningkatan kesejahteraan petani home industri bawang merah goreng Kota Palu. Untuk itu, Direktorat Jenderal Hortikultura bersama-sama dengan Diperta provinsi Sulawesi Tengah/Diperta Kota Palu/BPSBTPH provinsi Sulawesi Tengah/ BBTP provinsi Sulawesi Tengah/ Balai Benih/ Kelompok Tani/Petani dengan membuat program yang didukung dana untuk melakukan kegiatan sesuai tugas pokok masing-masing Institusi, yaitu :

a. Sosialisasi “Demonstrasi Penggunaan Benih Bawang Merah Varietas Unggul Lembah Palu” yang diaplikasikan dengan SOP budidaya bawang merah di lahan Kelompok Tani/ Petani. Selanjutnya pada saat pertumbuhan tanaman

(6)

bawang merah baik, mengundang steakholder terkait, untuk menilai hasil pertumbuhan bawang merah, dengan harapan Kelompok Tani/ Petani yang belum menggunakan benih bermutu varietas unggul, termotivasi mau menggunakan benih bermutu dari varietas unggul

b. Kelompok Tani/ Petani yang beragribisnis bawang merah di Kota Palu perlu ada pendampingan dari petugas Diperta provinsi Sulawesi Tengah/Diperta provinsi Kota Palu/ BPSBTPH provinsi Sulawesi Tengah/ Balai Benih Hortikultura/ BPTP provinsi Sulawesi Tengah/Penyuluh Pertanian/ Kelompok Tani maju sesuai dengan wilayah kerjanya. Dengan harapan Kelompok Tani/ Petani mau aplikasikan SOP budidaya teknologi bawang merah yang baik dan benar, sehingga dapat meningkatkan produktivitas bawang merah dan mutu produknya. Selain itu, 10 – 20 % dari total hasil produksi bawang merah ukuran benih yang sehat disisihkan yang akan disimpan di gudang dan benih tersebut akan digunakan pada pertanaman selanjutnya. Maka BPSBTPH provinsi Sulawesi Tengah aktif dalam pengawasan mulai dari pertanaman bawang merah sampai penyimpanan di gudang, sehinga menghasilkan benih bawang merah bersertifikat

c. Meningkatkan jumlah Kelompok Tani/ Petani menerapkan SOP budidaya teknologi bawang merah dengan baik dan benar

d. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membantu gudang bawang merah bersertifikat kepada Kelompok Tani/ Petani, apabila produksi melimpah, produknya dapat disimpan di gudang

e. Menggunakan benih bawang merah bermutu. dapat meningkatkan keuntungan dari Rp. 34.426.229,- menjadi Rp. 122.500.000,- perhektarnya f. Peredaran uang dalam agribisnis budidaya bawang merah dan bawang

goreng setiap tahunnya sebesar Rp. 108.129.125.000,- sampai Rp 135.597.873.000,-

Apabila semua point diatas dapat diterapkan dengan baik maka peredaran uang setiap tahunnya lebih besar, dan dapat menyerap tenaga kerja, serta kesejahteraan Kelompok Tani/ Petani/home industri bawang merah akan terus meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu mengenai citra pengembang, Gatignon dan Robertson (1986) menyatakan bahwa citra perusahan membantu konsumen memperoleh pemahaman yang lebih baik

permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan ketersediaan APD terhadap penggunaan APD pada petani

Putra Bengawan memiliki staf khusus penenganan keluhan pelanggan menggunakan bahan yang nyaman, desain dan motif batik yang lebih bagus Puspa Kencana memberikan potongan

Keterangan para Ahli Kitab yang digunakan sebagai tafsiral-Qur‟an adalah terutama yang berkaitan dengan qasas (kisah-kisah) para nabi dan umat pada masa lampau. Cuma

Sehingga dari posisi keempat merek yang dibandingkan, serta kelemahan atribut tersebut dapat dijadikan saran perbaikan strategi pemasaran dengan memperbaiki

Di samping itu, brand loyalty memberikan kontribusi sebesar 0,71 dalam pembentukan variabel laten brand equity Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekuitas Merek Jasa

Kewujudan pusat pengajian tinggi juga diharapkan menjana pelaburan dalam komuniti. Dengan kata lain, pelaburan dalam pendidikan akan menghasilkkan modal insan. Ini

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk