• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis - PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN METOD INQUIRY DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII DI MTs MAARIF NU I PURWOKERTO BARAT - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis - PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN METOD INQUIRY DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII DI MTs MAARIF NU I PURWOKERTO BARAT - repository perpustakaan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Menulis

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena melibatkan unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi tulisan. Unsur-unsur tersebut akan menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Agar komunikasi lewat lambang tulis berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan, penulis harus mampu menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur dan lengkap.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 1497), pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan ide si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud penulis dapat diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan idenya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.

(2)

penulis sebagai penyampai pesaan (penulis), pesan atau isi tulissan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan ( Suparno dan Yunus, 2007: 1.3 ).

Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Pada hakikatnya penulis juga memiliki kekurangan karena ia tidak dapat memperoleh masukan langsung dari pembaca dan terkadang tidak memperoleh masukan sama sekali, Hermer (dalam Aziez, 2015: 174).

Johnson (dalam Sigit, 2013: 1-2) menyatakan bahwa “writing is having ideas, organizing ideas, and communicating ideas” (menulis adalah menemukan ide, mengorganisasi ide dan mengkomunikasikan ide). Menulis juga diartikan sebagai sebuah kegiatan menemukan ide, mengorganisasikan juga mengkomunikasikan ide tersebut sehingga dapat dinikmati oleh oraang lain. Komunikasi ide itu tentu saja bukan secara lisan, tetapi dengan rangkaian kata-kata sehingga membentuk sebuah tulisan (Sigit, 2013: 2).

(3)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dan untuk menyampaikan pesan (komunikasi) melalui bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu: penulis, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

2. Tujuan Menulis

Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk tulisan. Setiap jenis tulisan tentunya memiliki tujuan. Tujuan-tujuan tersebut tentunya sangat beraneka ragam. Tarigan (2008: 24) menyatakan bahwa tujuan menulis adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Tarigan (2008: 24) membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya yang belum berpengalaman sebagai berikut:

1) Memberitahukan atau mengajar (wacana informatif)

(4)

2) Meyakinkan atau mendesak(wacana persuasif)

Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya danmengharapkanpembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.

3) Menghibur atau menyenangkan(estetik)

Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

4) Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (wacana ekspresif)

Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.

(5)

a. Assigment Purpose (Tujuan Penugasan)

Yaitu menulis yang dilakukan untuk tujuan menyelesaikan tugas bukan atas kemauan sendiri(misalnya paraa siswa yang diberi tugas merangkum buku atau sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

b. Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)

Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin mendorong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya. Ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karya seseorang.

c. Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan oleh seorang penulis.Dengan membaca tulisan tersebut diharapkan pembaca dapat meyakini dan mempercayai kebenarannya (misalnya menulis poster tentang bahaya narkoba).

d. Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan)

Tujuan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. Informasi yang dituliskan dapat memberikan keterangan/penerangan yang jelas kepada pembaca sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang informasi yang dimaksud.

e. Self-expressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

(6)

latar belakang penulis.

f. Creative Purpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri, tetapi “keinginan kreatif’’ disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian misalnya novel dan cerpen.

g. Problem solving purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca (misalnya adalah menulis skripsi, tesis, dan karya ilmiah).

Depdikbud (dalam Sukirno, 2013: 4-5) menyatakan bahwa tujuan kegiatan menulis kreatif yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal atau imajinasi pembacanya, dan menarik suatu maknaa baru diluar apa yang diungkapkan secara tersurat.Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran menulis kreatif adalah agar (1) siswa dapat berkomunikasi dengan diri sendiri dan atau orang lain, (2) siswa dapat mendokumentasikan hal-hal penting atau mengesankan yang diperoleh, (3) siswa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan (4) menyalurkan bakat minat melalui tulisan.

(7)

memberitahukan, menghibur dan mengekspresikan emosi.

Semi (2007: 14-22) mengatakan bahwa setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai niat atau maksud dalam hati atau pikiran apa yaang hendak dicapainya dengan menulis itu. Niat atau maksud itulah yang dinamakan tujuan menulis. Secara umum, tujuan orang menulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk Menceritakan Sesuatu

Setiap orang memiliki pengalaman hidup, pemikiran, perasaan, imajinasi, dan intuisi yang sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan dengan maksud agar pembaca ikut merasakan pengalaman atau pengetahuan yang dialami penulis.

2. Untuk Memberikan Petunjuk atau Pengarahan

Dalam kehidupan sehari-hari , banyak dijumpai tulisan yang tujuannya memberi petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang baik, petunjuk cara membuat kue, dan lain-lain.

3. Untuk Menjelaskan Sesuatu

Setiap orang dapat menulis tulisan yang tujuannya menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan pembaca menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topik yang disampaikan menjadi lebih baik.

4. Untuk Meyakinkan

(8)

dilakukannya merupakan sesuatu yang benar. 5. Untuk Merangkum

Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Merangkum tidak hanya dilakukan pada saat membaca, tetapi juga pada saat mendengarkan sesuatu misalnya ceramah atau menulis pengalaman penting yang dialami pada hari itu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki tujuan untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, memberikan hiburan, dan sebagainya. Menulis juga dapat memberi arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan suaatu kejadian/ peristiwa, memberikan informasi tentang sesuatu disuatu tempat pada suatu waktu, meringkas atau membuat rangkuman.

3. Fungsi Menulis

(9)

gagasan-gagasan, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat, khususnya dalam dunia pendidikan. Menulis dapat menghasilkan ide-ide baru yang kreatif, menulis dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan pemecahan masalah. Dengan menulis, seseorang dapat menyerap dan memproses informasi lebih banyak sehingga wawasan dan pengetahuannya akan bertambah. Selain itu kegiatan menulis dapat menjadi pengalaman yang produktif dan berharga.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis

Graves (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 1.4) menyatakan bahwa seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Sedangkan berdasarkan pengamatan di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhikemampuan menulis seseorang, diantaranya adalah (a) takut untuk memulai, (b) tidak tahu kapan harus memulai, (c) pengorganisasian, dan (d) bahasa. Faktor-faktoritulah yang dapat menyebabkan setiap orang memiliki kemampuan menulis yang berbeda.

(10)

Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. 5. Syarat-syarat Menulis

Keterampilan dasar dalam menulis, diperlukan pemahaman tentang hakikat kegiatan menulis yang harus dipunyai dan harus dilalui sebelum dan selama menulis. Tulisan yang baik adalah tulisan yang berisi gagasan atau topik yang mampu menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca. Menurut Semi, (2007:42), syarat untuk menghasilkan tulisan yang baik dalam menulis sebaiknya menguasai tiga keterampilan dasar, yaitu:

1) Keterampilan Berbahasa

Menulis merupakan suatu kegiatan memindahkan bahasa lisan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan lambang-lambang grafem. Oleh sebab itu, tidak mungkin orang akan lancar menulis apabila tidak memiliki keterampilan berbahasa tulis. Keterampilan berbahasa tulis, pada dasarnya sama dengan keterampilan dengan berbahasa lisan karena sama-sama berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa. Keterampilan menggunakan bahasa tulis yang dimaksud adalah pemakaian semua unsur bahasa, yaitu: ejaan, kata, ungkapan, kalimat, dan pengembangan paragraf. Semua unsur bahasa ini hendaknya digunakan dengan tepat dan efektif, yang selalu disesuaikan dengan tujuan, isi dan latar belakang pembaca. 2) Keterampilan Penyajian

(11)

umumnya penyajian tulisan dapat dibagi dua, yaitu cara deduktif dan cara induktif. Cara deduktif artinya penyajian yang dimulai dari penyampaian gagasan pokok kemudian ulasan dan penjelasan. Sebaliknya, penyajian secara induktif merupakan penyajian yang dimulai dari uraian atau penjelasan kemudian disampaiakan dengan cara yang baik. Cara penyajian tulisan sangat penting dikuasai. Setiap jenis tulisan harus disampaikan dengan cara yang tepat menurut aturan yang berlaku umum.

3) Keterampilan Perwajahan

Keterampilan perwajahan adalah keterampilan menata bentuk fisik sebuah tulisan sehingga sebuah tulisan tersebut elihatan rapih dan indah dipandang mata. Dalam keterampilan perwajahan yang harus diketahui ialah, (1) penataan tifografi, seperti pemakaian huruf yang ukurannya lebih besar, huruf miring, kalimat yang digarisbawahi, dan menata tata muka kulit depan; (2) bagaimana memilih format, ukuran, dan jenis kertas yang tepat. Kedua hal tersebut sangatlah penting. Dalam menentukan bentuk fisik tulisan yang baik dapat dilakukan dengan cara melihat atau berpedoman kepada karya tulis seseorang. 6. Tahapan-tahapan Menulis

(12)

menulis menurut Semi (2007: 46) terbagi menjadi tiga, yaitu a) tahap pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan. Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 11) tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b) berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengenai tahap-tahap dalam menulis yaitu:

1) Tahap Pratulis

Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.

2) Tahap Pembuatan

Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan dari pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan. 3) Tahap Revisi

(13)

4). Tahap Penyuntingan

Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan membaca draf. Tulisan pada draf kasar masih memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan pada draf kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan.

4) Tahap Publikasi

Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan berbagai pembaca. B.Teks Berita

1. Hakikat Teks Berita

Keberadaan berita menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan laporan terkini telah menjadi sesuatu yang amat penting bagi masyarakat, bukan hanya masyarakat kalangan atas, tetapi juga masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dengan kemajuan teknologi memudahkan masyarakat untuk mengakses berita seperti di televisi, radio, majalah, koran, internet, dan lain-lain. Kemajuan dunia jurnalis juga menuntut kita untuk terampil menulis berita dan memahami apa itu berita.

(14)

11) menyatakan bahwa berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan dimedia massa. Menurut Kosasih dan Restuti (2009: 89) berita adalah peristiwa yang mengandung hal yang menarik, luar biasa, dan terkini (baru). Memang tidak semua peristiwa layak dan perlu diberitakan. Akan tetapi, peristiwa yaang layak diberitakan itu adalah peristiwa yang penting dan menarik.

Menulis berita merupakan hal yang sulit dilakukan bagi sebagian orang. Dalam menulis berita seseorang harus mengerti apa yang disebut berita. Kriteria atau nilai-nilai apa saja yang layak ditulis dalam berita juga harus diperhatikan dalam penulisan berita. Selain itu, penulisan berita juga harus memperhatikan unsur-unsur yang harus ada dalam berita serta teknik penulisan berita.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2012: 179) berita diartikan sebagai laporan tercepat mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang banyak. Rolnicki, dkk (2008: 2-3) menyebutkan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai “hard news” atau “soft news”. Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa karena biasanya berisi berita yang “terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi. Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya menghibur, walau kadang juga memberi informsi penting.

(15)

benar, menarik, penting bagi sebagian besar khalayak dan patut untuk dipublikasikan melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media internet.

2. Jenis-jenis Berita

Berdasarkan masalah yang dicakup berita dibagi menjadi beberapa jenis. Masalah di sini biasanya merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan manusia, yaitu: aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tetapi, seiring dengan perkembangan masyarakat, keempat aspek ini terasa tidak memadai lagi dan perlu dipecah lagi menjadi berbagai aspek.Berdasarkan lingkup pemberitaan biasanya berita dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional.

Sebuah berita disebut berlingkup lokal apabila peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional apabila pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dirasakan di negara lain, sedangkan sebuah berita disebut berlingkup internasional jika melibatkan banyak negara di dunia.

(16)

membuka surat kabar atau majalah pada halaman berita politik. Pembaca tidak perlu membuka satu per satu berita dari halaman awal sampai akhir untuk mencari berita yang dibutuhkan.

Pembagian jenis berita yang bermacam–macam ini disebabkan oleh segmentasi berita sesuai dengan perkembangan masyarakat. Seiring perkembangannya, kini muncul banyak media dengan segmen baru seperti media khusus anak, wanita, olahraga dan lain sebagainya. Beragamnya jenis berita pada dasarnya mempunya tujuan yang sama yaitu memberikan informasi kepada pembaca atau masyarakat.Namun demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jenisnya berita terbagi menjadi berita politik, berita ekonomi, berita kriminal, berita olahraga, berita seni, berita hiburan, berita keluarga, berita pendidikan, dan berita pemerintahan.

3. Sifat Berita

Untuk melihat macam berita, ditentukan oleh materi, kejadian, sifat peristiwa dan cara penulisannya.Peristiwa tentang kecelakaan kereta api yang menewaskan puluhan orang tentu tidak mungkin hanya ditulis sepanjang dua alinea. Begitu juga sebaliknya, sebuah peresmian kantor instansi oleh istri bupati tidak perlu ditulis panjang sampai satu layar komputer.

Berdasarkan isi materinya (contens), secara umum sifat berita dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Berita Berat (hard news)

(17)

2) Berita Sedang (middle range news)

Yaitu berita yang tidak keras dan juga tidak ringan. Berita sedang dapat memberikan dampak psikologis yang tidak sama antara pembaca yang satu dengan pembaca lainnya. Biasanya yang terkait dengan berita tersebut dapat memberikan dampak psikologis yang lebih dalam dibandingkan dengan pembaca yang tidak ada sangkut pautnya.

3) Berita Ringan (soft news)

Yaitu berita yang materi beritanya bernuansa ringan. Berita ringan bersifat menghibur dan ada unsur humornya, Sudarman (2008; 88).

4. Nilai Berita

Sebelum menulis berita, yang penting untuk diketahui oleh penulis adalah nila-nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah berita. Ketika seorang penulis menulis sebuah berita, maka penulis harus menyampaikan berita tersebut secara cepat kepada pembacanya. Di sini nilai kedekatan wilayah menjadi sangat penting. Bagaimanapun bila terjadi suatu peristiwa di suatu daerah kemudian ditulis oleh penulis, maka masyarakat sekitar wilayah tempat peristiwa itu terjadi sangat berkepentingan terhadap berita tersebut.

(18)

Secara garis besar Septiawan (2005: 18-20) serta Rolnicki, dkk (2008: 8-14) menyebutkan ada sepuluh elemen yang ada dalam berita yaitu (1) kesegeraan (immediacy) atau ketepatan waktu (timeliness) adalah elemen paling essensial dari kebanyakan berita, (2) kedekatan atau kemiripan bukan hanya berarti kedekatan geografis tetapi juga kdekatan minat, dan terkadang disebut dampak (impact), (3) konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas dengan arti penting dan dengan efek berita pada pembaca, (4) kemenonjolan (prominence) sebagai satu unsur berita, mencakup orang, tempat, sesuatu dan situasi yang dikenal publik karena kemakmurannya, posisi sosialnya, prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positiv atau negatif, (5) drama bisa menambah vitalitas dan warna berita karena berisi misteri, ketegangan, komedi, kejadian aneh dan ganjil, (6) keganjilaan atau keanehan hampir selalu membuat fakta menjadi menarik, (7) konflik adaalah elemen berita yang paling sering muncul di media massa, (8) seks sebagai bagian intregral dari kehidupan manusia, memiliki nilai berita dan seks dapat diberitakan secara dewasa, informative dan nonsensasional, (9) emosi dan naluri atau (insting) adalah berita yang paling banyak dibaca di media cetak, (10) kemajuan (progress) berkaitan dengan perubahan signifikan untuk kemajuan kebaikan umat manusia.

Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Sumadiria (dalam Sudarman 2008:80-88). Ia menjabarkan 11 unsur-unsur berita sebagai nilai berita (news value), yaitu:

1) Keluarbiasaan (unusualness)

(19)

luar biasa. Menurut Haris Sumadiria, nilai berita luar biasa itu paling tidak dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, dan dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut (baik dalam bentuk jiwa maupun harta) serta menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas masyarakat;

2) Kebaruan (newsness)

Berita adalah sesuatu yang terbaru. Presiden yang baru dilantik, walikota yang baru diangkat, artis yang baru melahirkan, pejabat yang baru masuk penjara, semua itu merupakan berita;

3) Akibat (impact)

Berita adalah sesuatu yang memiliki akibat atau dampak. Suatu peristiwa atau hal tidak jarang menimbulkan dampak, terutama dampak dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berdampak pada kenaikan harga sembako, dll.

4) Aktual (actual)

Berita adalah apa yang terjadi hari ini. Semakin aktual berita itu semakin tinggi pula nilai beritanya.

5) Kedekatan (proximity)

Adalah berkaitan dengan jauh dekatnya peristiwa itu dengan kehidupan masyarakat atau khalayak. Secara umum kedekatan terbagi dua, yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Semakin dekat berita itu dengan khalayak, semakin menarik untuk dibaca.

(20)

Merupakan hal penting yang sering dibutuhkan oleh masyarakat. Informasi merupakan segala sesuatu yang dapat menghilangkan ketidakpastian.

7) Konflik (conflict)

Berita adalah konflik (news is conflict) segala sesuatu yang mengandung konflik merupakan sumber berita yang tidak pernah kering. Misalnya, keberadaan PT Freeport akan menjadi berita yang menarik selagi masih terdapat konflik dengan masyarakat Papua.

8) Orang penting (public figure)

Berita berkaitan dengan orang penting, seperti: pejabat, artis, orang-orang terkenal, selebriti. Misalnya Ratu Elizabeth melakukan kunjungan kenegaraan, untuk menuliskan berita tersebut membutuhkan izin dari yang bersangkutan.

9) Ketertarikan manusiawi (human interest)

Suatu peristiwa kadang dapat menimbulkan efek emosi yang berarti pada diri khalayak. Berita yang demikian merupakan berita yang dapat memiliki nilai

human interest.

10) Kejutan (surprising)

Sesuatu yang mengejutkan merupakan suatu berita (news is surprising).

(21)

11) Seks(sex)

Dalam dunia jurnalistik, seks juga berarti berita (news is sex). Berita yang berkaitan dengan seks misalnya perselingkuhan public figure, tindakan asusila, pelecehan dan sebagainya.

Berbagai elemen berita tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi mata masyarakat untuk dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Beberapa elemen yang mendasari nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa pelaporan berita dan penulisan yang tidak sama. Masing-masing elemen memiliki tempat khusus yang dibahas secara khusus melalui batasan-batasan yang mesti dipenuhi.

5. Konsep Berita

Ada 8 unsur penting yang dapat dijadikan konsep berita menurut Moot (dalam Sudarman, 2008: 76) yaitu:

1) Berita sebagai laporan tercepat (nems as timely report)

Konsep dasar berita, menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely). Sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan menjadi sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang tidak dapat ditulis dengan cepat, dapat diakalinya dengan memberikan laporan yang lebih mendalam (in deept report) sehingga lebih baru.

2) Berita sebagai rekaman (news as record)

(22)

3) Berita sebagai fakta objektif (news as objektive fact)

Disebut sebagai fakta objektif karena merupakan suatu fakta dan objektif. Laporan berita harus mengungkapkapkan fakta apa adanya dan harus objektif tidak berat sebelah. Media massa bersifat publik (umum), jadi harus memenuhi ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jurnalistik didalamnya. 4) Berita sebagai interpretasi

Dalam suatu kehidupan yaang kompleks seperti menyangkut bidang politik, ekonomi atau ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Pembaca perlu diberi penjelasan tentang latar belakang, sebab akibat, situasi dan hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa sesuatu itu terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan atau penulis.

5) Berita sebagai sensasi (news as sensation)

Di sini terdapat unsur subjektif, yaitu berita dapat mengejutkan (shock), dan mnggetarkan atau mengharukan (thirills) bagi pembacanya. Terdapat pemberitaan yang serius mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang korupsi pejabat.

6) Berita sebagai minat insani (news as human interest)

Dalam hal ini, menariknya bukan karena pentingnya berita yang dilaporkan, tetapi karenaa sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia), menimbulkan perasaan terharu prihatin, senang dan lain sebagainya.

7) Berita sebagai ramalan (news as prediction)

(23)

informasi mengenai kejadian terkini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan.

8) Berita sebagai gambar (news as picture)

Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat disampaikan dalam bentuk gambar. Ilustrasi gambar dalam media massadapat menghibur, biasanya lebih lugas, jujur dan apa adanya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa delapan konsep utama berita yang tersebut di atas harus dikuasai oleh seorang penulis dalam mencari, menyusun, dan menyiarkan berita.

6. Teknik Penulisan Berita

Teknik menulis berita pada umumnya mengikuti bentuk piramida terbalik. Bagian awal merupakan ruang penulis untuk ringkasan isi berita yang lazimnya tidak lebih dari 35 kata. Pada bagian ringkasan pesannya mesti memiliki kelengkapan informasi yang mencakup unsur-unsur pemberitaan 5 W + 1 H, yakni: what (peristiwa apa yang diberitakan), who (siapa saja yang terlibat dengan peristiwa), when (waktu peristiwanya, kapan saajaa terjadinya), where (tempat peristiwa berlangsung, di mana saja kejadiannya), why (mengapa peristiwa itu terjadi, faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa terjadi), dan how (bagaimana peristiwa terjadi). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan berupa pengembangan detil-detil, fakta-fakta dan hal-hal lain (Septiawan Santana K, 2005: 22-23).

(24)

cerita dari orang lain. Eksposisi yaitu teknik penulisan berita yaang disertai dengan kiasan-kiasan tertentu dari penulisannya.

Dijelaskan pula oleh Sudarman (2008: 92) bahwa unsur-unsur penulisan dengan 5W+1H, yaitu:

1) What, berarti peristiwa apa yang terjadi dan dilaporkan kepada khalayak. 2) Who, berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa itu. Siapa berarti

mengacu kepada seseorang (manusia) yang dijaadikan berita.

3) When, berarti kapan peristiwa itu terjadi. Ini berkitan dengan waktu peristiwa terjadi.

4) Where, berarti di mana peristiwa itu terjadi. Ini berkaitan dengan tempat kejadian peristiwa itu terjadi.

5) Why, berarti mengapa peristiwa itu terjadi. Ini berkaitan dengan alasan atau mencari penyebabnya mengapa peristiwa itu terjadi.

6) How, berarti bagaimana jalannya peristiwa itu terjadi.

(25)

Gambar 2.1Piramida Terbalik

Berdasarkan gambar di atas, menurut Sudarman (2008: 90) anatomi berita terdiri atas, judul berita (head line), merupakan identitas berita, titi mangsa (date line), berkaitan dengan kapan berita itu dibuat, pembuka berita (lead), yaitu kalimat pembuka pada paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan, perangkai (bridge), adalah kata-kata penghubung antar teras berita dengan tubuh berita, tubuh (body), yaitu kalimat-kalimat, paragraf-paragraf yang merupakan kelanjutan dari teras berita, dan kaki berita (leg), yaitu bagian akhir dari penulisan berita.

Metode penulisan sebuah berita menurut Kosasih dan Restuti (2009: 9) dengan menggunakan piramida terbalik digambarkan dalam gambar 2.2 berikut.

Judul Berita

Kaki Tubuh Perangkai

Teras

(26)

Gambar 2.2 Piramida Terbalik

Dalam gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa unsur adiksimba diletakkan pada bagian awal yang biasa disebut lead atau kepala berita. Nilai yang paling penting terletak pada lead. Dari segi kepentingan berita semakin ke bawah semakin berkurang. Karena itu, jika seseorang tidak cukup waktu untuk membaca keseluruhan berita, dengan hanya membaca lead, dia telah cukup mendapatkan peristiwa penting.

C.Hakikat Pendekatan, Model, Metode, Teknik, dan Strategi Pembelajaran 1. Pendekatan

Pendekatan, metode, dan teknik memiliki kaitan yang erat dan saling berkaitan. Ketiga istilah itu mempunyai hubungan berjenjang atau hierarkis, yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Pendekatan berada pada tingkat yang tertinggi, yang kemudian diturunkan atau dijabarkan dalam bentuk metode. Selanjutnya,

Kepala Berita ( Lead)

Badan Berita

(27)

metode dituangkan atau diwujudkan dalam sebuah teknik. Teknik inilah yang merupakan ujung tombak pengajaran karena berada pada tahap operasional atau tahap pelaksanaan pengajaran, Iskandarwassid dan Sunendar (2015: 40).

Sanjaya (2014: 127) mengartikan pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati (KBBI, 2012: 306).

Dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, banyak ahli yang menggunakan ketiga istilah itu dalam istilah yang berbeda, sering dicampurdukkan pengertian dan penggunaanya, tetapi tidak sedikit orang yang menyamakan pengertian ketiga istilah itu.

2. Model Pembelajaran

(28)

Tuntutan perubahan paradigma pembelajaran dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan zaman merupakan hal yang harus disikapi oleh para pendidik. Perkembangan globalisasi tentunya juga akan menyebabkan perubahan atau perkembangan kurikulum yang berlaku pada dunia pendidikan. Tuntutan dan kebutuhan zaman menjadi hal yang mendasari pengembangan konsep kurikulum pendidikan. Adapun konsep kurikulum pendidikan akan berdampak pada konsep pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Agar kegiatan dalam proses pembelajaran dapat terselenggara dengan efektif dan efisien maka para pendidik harus mengetahui hakikat model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 923) diartikan sebagaipola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Hamdani (2011: 147) menyebutkan bahwa model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Sagala (2010: 62) istilah model dapat dipahami sebagai sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.

(29)

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-peraangkat pembe;ajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Fathurrohman (2015: 31) menyebutkan bahwa model pembelajaran dalam perkembangannya berkembang menjadi banyak. Terdapat model pembelajaran yang kurang baik dipakai dan diterapkan, namun ada model pembelajaran yang baik untuk diterapkan. Ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut.

1. Adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.

2. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran.

3. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan motivator kegiatan belajar peserta didik.

4. Penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikaan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

3. Metode Pembelajaran

(30)

mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa banyak belajar proses, bukan hanyabelajar produk.

Menurut Sanjaya (2014: 1470 metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dalam KBBI (2012: 910) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Departemen Agama R.I (2002: 88) disebutkan bahwa metode adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yag dirancang oleh guru harus diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu dan lebih banyak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Peranan guru berubah, dari penyaji materi pembelajaran menjadi pemberi pengaruh dan pemberi kemudahan untuk terjadinya proses belajar siswa.

4. Teknik Pembelajaran

(31)

efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan jika para pengajar mampu memahami dan menentukan strategi pembelajaran dengan baik. Untuk menguasai strategi itu, seorang pengajar harus menguasai teknik-teknuk penyajian mengajar.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengajar, di antaranya adalah pemahaman dan pengusaan teknik penyajian mengajar. Teknik yang digunakan pengajar untuk menyampaikan informasi tentu akan berbeda dengan teknik penyajian yang digunakan untuk mengajarkan keterampilan dan sikap. Seorang pengajar harus mengetahui dan memahami teknik-teknik penyajian dan sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian agar mampu dan terampil menggunakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 2012:1422) Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan atau menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode. Oleh karena itu, teknik harus selaras dan serasi dengan pendekatan (Iskandarwassid dan Sunendar, 2015: 66). Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, 2014: 126).

(32)

bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.

5. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran , pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:1340) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksaanaan tertentu dalam perang dan damai. Yang dapat dianggaap berkaiatan langsung dengan pengertian strategi dalam pengajaran bahasa ialah bahwa strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.dalam konteks pengajaaran, Gagne (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2015: 3) mengaartikaan strategi sebagai kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan maasalah, dan mengambil keputusan.

(33)

pengajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Strategi sering dihubungkan dengan prestasi bahasa dan kecakapan dalam menggunakan bahasa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapaat disimpulkan bahwa strategi merupakan taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses belajar bahasa, sehingga peserta didik dapat lebih leluasa dalam berpikir dan dapat mengembangkan keamampuan kognitifnya secara lebih mendalam dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

D.Metode Pembelajaran

1. Metode PembelajaranInquiry

Inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah. Dengan demikian siswa akan memperoleh sebuah pemahaman yang akan melekat dan menetap lama dipikirannya.

Inkuiriadalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah dan Sujana, 2010:77). Oleh karena itu, proses pembelajaran yang menggunakan metode Inkuiri menuntut keterlibatan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis terhadap sebuah fenomena sehingga dapat menemukan apa yang diinginkan.

(34)

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu (1) keterlibatan siswa secara maksiumal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses Inquiry.

Sanjaya (2014: 1960 menyebutkan bahwa Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa

inquiryke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok (Kourilsky, 1987: 68 dalam Hamalik, 2007: 220).

(35)

2. Ciri-ciri Metode Pembelajaran Inquiry

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran Inquiry

menurut Sanjaya (2014: 196-197) yaitu:

1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang ditanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses anya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan tekhnik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri

(36)

akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Melalui pembelajaran inkuiri diharapkan siswa dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilannya, berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu siswa, sebab strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

3. Langkah-langkah Metode PembelajaranInquiry

Secara umum Sanjaya (2014: 201-205) mengemukakan bahwa proses pembelajaran dengan mengguanakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan

(37)

pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakuakn oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b. Merumuskan Masalah

(38)

1) Masalah hendaknya dirumusakn sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa. 2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki yang

jawabannya pasti. Artinya guru dapat mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.

3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakalaia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.

(39)

individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat berpengaruh oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

d. Mengumpulkan Data

(40)

pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga meraka terangsang untuk berpikir.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atau jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

(41)

tidak focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Menurut Hanafiah dan Sujana (2010: 78) langkah-langkah metode Inquiry Learningdi antaranya:

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari c. Seleksi bagan materi yang akan dipelajari

d. Menentukan peran yang harus dilakukan masing-masing siswa

e. Melakukan penjajagan terhaadap kemampuan awal siswa terkait materi yang akan diberikan

f. Mempersiapkan kelas

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan penganalisisan data yang ditemukan dalam rangka menemukan hal baru dalam pembelajaran.

h. Melakukan tindakan penguatan.

(42)

4. Langkah Pembelajaran Menulis Teks Beritadengan Metode Inquiry

Ada beberapa langkah yang harus dilalui oleh guru dalam kegiatan pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode Inquiry seperti yang tertuang dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Langkah Metode Inquiry dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita

Tahap Tingkah Laku Guru

Observasi untuk menemukan masalah

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah

Merumuskan masalah Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejaadian dan fenomena yang disajikan

Mengajukan hipotesis Guru membimbing siswa untuk menyampaikan pendapat terhadap maasalah yang telah dirumuskan

Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau

cara lain)

Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur penulisan berita

Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain)

Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi

Melakukan pengamatan dan pengumpulan data

Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data agar apa yang dituliskan dapat sesuai dengan observasinya

Analisa data Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep

Penarikan kesimpulan dan penemuan

(43)

Kegiatan belajar mengajar pada penerapan metode Inquiry ini diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal tersebut dapat dilakukan denganmenyajikan presentaasi verbal atau pengalaman nyata, atau dapat dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal-hal yang berbeda (sudut pandang, cara penerimaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh reaksi yang berbeda-beda, guru mengarahkan untuk merumuskan dan menyusun masalah.

Reaksi yang muncul sangat tergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Selanjutnya siswa diarahkan pada usaha agar mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja, dan melaporkan hasil penemuannya.

E.Metode Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Metode PembelajaranProblem Based Learning

(44)

Pembelajaran berbasis masalahadalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentic) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilaan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada raasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan, Kemendikbud (dalam Sutama, 2016: 27).

Bern dan Ericson (dalam Komalasari, 2011: 59) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mmengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan. Menurut Tan (dalam Rusman, 2014: 232) pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai maacam kecerdasan yaang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Harrison (2007: 1) menyatakan bahwa “Problem-Based Learning is a curriculum development and instructional method that places the student is an

(45)

terstruktur dalam dunia nyata. Dengan demikian Pembelajaran Berbasis Masalah dapat didefinisikan sebagai metode yang menempatkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang tidak terstruktur dalam dunia nyata sebagai kegiatan belajar mereka.

Pengertian Problem Based Learning menurut Bound dan Felleti “Problem based learning is an approach to structuring the curriculum which involves

confronting students with problems from practice which provide a stimulus for

learning” Bound dan Felleti (dalam Sigit, 2003: 15). Artinya bahwa metode

problem based learningmerupakan pendekatan di mana dalam proses pembelajaran dengan berdasarkan kurikulumnya, siswa dihadapkan kepada permasalahan sebagai langkah untuk memberikan rangsangan agar terjadi kegiatan belajar.

Sejalan dengan pendapat tersebut Hmelo Silver (2004: 235) mendefinisikan

Problem Based Learning as an instructional method in which students learn

through facilitated problem solving. Inti dari pengertian metode Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menuntut adanya kreativitas siswa secara penuh dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa secara mandiri dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki.

(46)

pandangan terkait dengan Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu:(a) penyebutan Pembelajaran Berbasis Masalahsebagai metode pembelajaran, (b) permasalahan otentik dalam dunia nyata yang menjadi sarana untuk belajar, dan (c) peranan siswa yang aktif sebagai pencari solusi permasalahan terebut.

Dari beberapa pendapat tentang metode Pembelajaran Berbasis Masalahdi atas, dapat disimpulkan bahwa metode Pembelajaran Berbasis Masalahmerupakan metode pembelajaran yang berorientasikan pada peran aktif siswa dengan cara menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan dari Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa mampu menyelesaikan masalah yang ada secara aktif dan kemudian menarik kesimpulan dengan menentukan sendiri langkah apa yang harus dilakukan. Peran aktif siswa dalam metode Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan secara menyeluruh dalam setiap sesi pembelajaran.

2. Ciri-ciri Metode Pembelajaran Problem Based Learning

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah meangoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah.

Savoi dan Hughes (dalam Wena, 2009: 94) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan

(47)

3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu

4) Memberikan tanggungjawab yang besar dalam membentuk dan menjalankansecara langsung proses belajar mereka sendiri

5) Menggunakan kelompok kecil

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja

Bound dan Felleti (1997: 16) menyatakan bahwa ”the basic principle supporting the concept of problem based learning is learning initiated by a posed

problem, query, or puzzle that the learner want to solve”. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa metode problem based learningmemiliki karakteristikpokok adanya permasalahan yang mendasari proses pembelajaran. Permasalahan tersebut tidak menjadi dasar dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode yang lainnya.

(48)

Rusman (2014: 232) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda;

4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8) Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sistesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

(49)

dikendalikan oleh siswa, dan (4) refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa.

Dalam implementasi pembelajaran menggunakan Problem Based Learning, hal yang mendasar adalah bahwa siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang harus dapat diselesaikan secara kongkret agar mereka belajar bagaimana cara menyelesaikan suatu permasalahan (problem solving). Oleh karena itu, dalam Problem Based Learning seorang guru harus mampu memberikan gambaran permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara jelas agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran Problem Based Learning dapat tercapai secara optimal.

3. Langkah –langkah MetodeProblem Based Learning

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan masalah oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian persyaratan awal yang harus ada dalam Pembelajaran Berbasis Masalah adalah masalah itu sendiri. Selanjutnya guru bisa memberikan berbagai macam perlakuan terhadap masalah tersebut agar siswa bisa belajar dari masalah yang ada.

Langkah-langkah operasional dalam proses Pembelajaran berbasis Masalah menurut Sutama (2016: 27-28) yaitu: (1) mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3) membimbing observasi secara individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(50)

pembelajaran (belajar tentang masalah),(d)merencanakan kegiatan (apa yang akan dilakukan), dan (e) mengevaluasi produk (apakah masalahnya terpecahkan?).

Lima tahapan dasar dalam Pembelajaran Berbasis Masalah itu bisa dijelaskan sebagai berikut:

a. Pemaparan Ide

Pemaparan ide adalah fase curah pendapat, pembuatan kelompok dan pengumpulan seluruh ide terhadap permasalahan yang akan dicari solusinya. Kegiatan curah pendapat ini akan membuat siswa memunculkan berbagai ide yang akan menjadi bekal awal sebelum menulis.

b. Mengeksplorasi Fakta

Mengeksplorasi fakta adalah tahap identifikasiterhadap permasalahan tersebut dan berusaha untuk mencari tahu tentang kompleksitas isu dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Siswa mencoba menggali pemahamannya terhadap permasalahan yang ada dengan bekal seperangkat pengetahuan yang telah dimilikinya.

c. Isu Pembelajaran

(51)

d. Merencanakan Kegiatan

Merencanakan kegiatan adalah tahapan yang ditandai dengan siswa berusaha mengembangkan rencana berdasarkan pada fakta, isu pembelajaran dan kesimpulan. Perencanaan kegiatan dikembangkan oleh siswa dengan tujuan agar mereka dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Oleh karena itu, siswa melakukan pengembangan terhadap rencana yang telah ada untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

e. Mengevaluasi Produk dan Proses

Mengevaluasi produk dan proses adalah tahapan yang ditandai dengan produk dan proses pembelajaran dievaluasi. Semua hasil produk yang diciptakan oleh siswa dan proses pembelajaran dievaluasi untuk mendapatkan kejelasan sampai di mana kemampuan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

4. Langkah Pembelajaran Menulis Teks Berita Menggunakan Metode Problem Based Learning

(52)

Tabel 2.2

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3 Mmembimbng pengalaman

individual/kelompok

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5 Menganalisis daan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(53)

F. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terkait dengan penggunaan metode Inquiry dan Problem Based Learningsudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Eddy Hartawan dengan judul “Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi Di SMA Negeri Sukasada”. Penelitian ini membahas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pembelajaran menulis teks eksposisi menggunakan metode inkuiri.Jenis penelitian yang dilakukan oleh Agus Eddy Hartawan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Tentu penelitian ini memiliki rancangan yang berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan karena peneliti melakukan penelitian eksperimen semu.

Penelitian terkait penerapan metode Problem Based Learningpernah dilakukan oleh Wayan Somodana dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot’. Penelitian tersebut merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjabarkan tentang perencanaan, penerapan, dan hambatan pembelajaran menulis teks anekdot. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti baik secara metode eksperimen maupun obyek kemampuan menulis.

(54)

heuristik berjalan dengan tiga tahapan secara baik. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah metode yang dilakukan peneliti menggunakan metode

Inquiry dan metode Problem BasedLlearning.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Redjeki Mulianingsih (2013) “Efektivitas Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita” (Studi Eksperimen terhadap Pemahaman dan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kembaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode inkuiri efektif terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang penulisan teks berita, terbukti dari hasil uji-t diperoleh t hitung (4,848) lebih besar daripada t tabel (1,670), maka Ho (1) ditolak dan Ha (1) diterima; (2) metode inkuiri efektif terhadap peningkatan kemampuan menulis teks berita, terbukti dari hasil uji-t diperoleh t hitung (2,510) lebih besar daripada t tabel (1,670), maka Ho (2) ditolak dan Ha(2) diterima; dan (3) metode inkuiri efektif terhadap peningkatan kemampuan menulis teks berita, terbukti diperoleh t hitung (2,331) lebih besar daripada t tabel (1,760) maka Ho (3) ditolak dan Ha (3) diterima. Dengan demikian, penggunaan metode inkuiri terbukti dapat meningkatkan hasil belajar pemahaman dan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kembaran.

G.Kerangka Pikir

Kemampuan menulis teks berita merupakan salah satu keterampilan berbahasa pada aspek menulis. Kempuan menulis teks berita melibatkan berbagai aspek kemampuan dan pemahaman antara lain kemampuan mengembangkan ide dan pemahaman terhadap kaidah penulisan yang benar.

(55)

Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh guru untuk mengelola pembelajaran seperti yang diinginkan. Penerapan metode Inquirydan

Problem Based Learning dalam pembelajaran menulis teks berita dilakukan kepada siswa MTs kelas VIII.

Penggunaan kedua metode tersebut pada pembelajaran kemampuan menulis teks berita diawali dengan pretest pada kedua kelas eksperiment. Dilanjutkan dengan proses pembelajaran dengan menggunakan kedua metode tersebut. Kedua metode tersebut digunakan untukmengetahui manakah yang lebih efektif dari kedua metode tersebut dalam pembelajaran kemampuan membaca pamahaman.

Alur berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Penerapan Metode Inkuiri dalam Menulis Teks Berita

Penerapan Metode PBL dalam Menulis Teks Berita

POSTEST Menulis Teks Berita POSTEST Menulis Teks Berita

PRETEST Kelompok Inkuiri PRETEST Kelompok PBL

(56)

H.Hipotesis

1. Diduga terdapat pengaruh metode Inkuiry terhadap kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat.

2. Diduga terdapat pengaruh metode Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat.

Gambar

Gambar 2.1Piramida Terbalik
Gambar 2.2 Piramida Terbalik
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Orientasi, yaitu mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. 2) Merumuskan masalah, yaitu langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung

Selain itu, diharapkan Kepala Sekolah dapat membantu siswa mengembangkan potensinya secara prima, salah satu persoalan penting yang harus dipikirkan adalah