• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa sebagai karakter dirinya sendiri dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter merupakan gerakan yang sangat strategis dalam menyiapkan kemajuan bangsa di masa mendatang. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan karakter harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, pendekatan yang tepat, dan dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah diidentifikasi dari berbagai sumber, yaitu : agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Dari sumber-sumber tersebut teridentifikasi 18 nilai karakter, di antaranya : religius, toleransi, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pada prinsipnya, pendidikan karakter tidak disampaikan pada peserta didik dalam suatu pokok bahasan, tetapi terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara berkelanjutan, dari jenjang pendidikan yang paling rendah (PAUD) sampai jenjang paling tinggi sekalipun (perguruan tinggi).

(2)

Pada bulan September 2015, peneliti melakukan kegiatan PPL di SDN 80/I Muara Bulian. Peneliti melakukan observasi di beberapa kelas. Dari beberapa kelas tersebut, peneliti banyak menemukan masalah di kelas III A. Dari hasil observasi, peneliti menemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan karakter siswa di kelas III A, diantaranya : (1) siswa tidak biasa mengemukakan pendapat atau pertanyaan saat diadakan sesi tanya jawab pada proses pembelajaran; (2) siswa tidak mau berbicara di depan kelas ketika dipersilahkan untuk memperkenalkan diri; (3) siswa membentuk beberapa kelompok di kelas dan cenderung tidak mau bermain dengan teman yang bukan kelompoknya; (4) siswa tidak mau bekerja sama saat melaksanakan piket, mereka lebih suka memerintah temannya untuk mengerjakan piket dari pada bekerja sama untuk menyelesaikan tugas piket; (5) siswa sering menyontek tugas dengan temannya; (6) siswa kurang percaya diri; (7) apabila siswa tidak mengerti materi yang dijelaskan guru, siswa lebih memilih tidak mengerjakan tugas daripada bertanya kepada guru mengenai materi tersebut.

Dari hasil observasi di atas, peneliti lebih fokus untuk membenahi karakter bersahabat/komunikatif siswa di kelas tersebut. Peneliti juga melakukan observasi pra siklus untuk menguatkan hasil observasi sebelumnya. Dari hasil observasi pra siklus, karakter bersahabat/komunikatif siswa kelas III A SDN 80/I Muara Bulian hanya mencapai 55,50%.

Setelah dikaji lebih mendalam melalui observasi pada siswa, guru, dan pada proses pembelajaran, peneliti menemukan beberapa penyebab kurangnya karakter bersahabat/komunikatif siswa di kelas III A SDN 80/I Muara bulian, diantaranya:

(3)

1) guru kurang memfasilitasi siswa untuk dapat berpendapat dan bertanya, guru hanya memberi penjelasan singkat saat pembelajaran berlangsung, kemudian siswa mengerjakan soal yang ada di buku LKS. Kalaupun ada kegiatan diskusi, prosesnya kurang hidup karena guru hanya meminta laporan berupa catatan di kertas. Sehingga saat peneliti melakukan pembelajaran aktif yang melibatkan siswa untuk bertanya dan berpendapat, siswa tampak canggung dan tidak terbiasa, akhirnya proses pembelajaran tidak berjalan seperti yang direncanakan sebelumnya; 2) guru kurang memperhatikan kehidupan sosial siswa di kelas, saat diadakan

diskusi guru membiarkan siswa membentuk kelompoknya sendiri, bukan membagi mereka sesuai dengan kemampuan, sehingga siswa terbiasa bergaul secara berkelompok dan memilih-milih teman;

3) siswa malu dan kurang percaya diri berbicara di depan kelas karena siswa yang lain suka mengejek dan kurang menghargai ketika ada teman yang berbicara atau tampil di depan kelas.

Selain penyebab di atas, kurangnya perhatian guru pada pendidikan karakter di kelas juga menjadi salah satu faktor penyebab masalah-masalah yang ditemukan oleh peneliti. Guru hanya mementingkan aspek kognitif siswa, tanpa memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Seharusnya, pendidikan karakter juga dikembangkan dengan cara mengintegrasikannya dalam mata pelajaran. Namun kenyataannya pada proses pembelajaran tidak disinggung mengenai pendidikan karakter, guru justru cenderung menghambat perkembangan karakter siswa dengan membentak dan mengancam siswa di kelas. Proses pembelajaran menjadi sangat pasif dan terkesan menakutkan untuk anak-anak. Masalah-masalah

(4)

yang berkaitan dengan pergaulan siswa di kelas juga terabaikan, seolah tidak ada perhatian dari guru. Padahal guru kelas merupakan orangtua kedua siswa dan bertanggung jawab dengan segala hal yang terjadi pada diri siswa di kelas. Pembentukan karakter siswa juga menjadi tugas penting yang seharusnya dilaksanakan oleh guru kelas dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. Guru harus merubah gaya mengajar pasif, menjadi pembelajaran aktif yang bisa mengembangkan karakter bersahabat/komunikatif siswa. Guru perlu menggunakan metode pengajaran yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran aktif. Salah satu metode pengajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan karakter siswa yang berkaitan dengan bersahabat/komunikatif yaitu metode bermain peran.

Menurut Majid, (2013:200) “bermain peran adalah metode pembelajaran sabagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peritiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang”. Metode ini merupakan gambaran suatu kondisi tertentu di masyarakat. Metode ini menyediakan lingkungan yang aman untuk siswa dalam berimajinasi dan bereksperimen dengan perilaku dan keterampilan baru. Setiap siswa ikut bermain peran, bahkan siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat ikut serta sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga pembelajaran menjadi bersifat holistik karena melibatkan emosi, psikomotor, dan kognisi siswa. Ciri khas bermain peran adalah durasinya yang sangat pendek dan dapat dilaksanakan dengan cara dan latar yang sederhana, dapat menggunakan kalimat atau percakapan pendek, bahkan dapat dilakukan tanpa percakapan. Bermain peran tidak memerlukan skenario yang rumit sehingga mudah dilaksanakan untuk

(5)

siswa kelas III SD, berbeda dengan bermain drama yang membutuhkan waktu cukup lama dan membutuhkan perencanaan yang lebih matang. Dalam bermain peran, guru hanya memberikan skenario singkat, kemudian siswa boleh berimprovisasi dalam perilaku maupun kata-kata.

Menurut Mulyasa (2013:179), “melalui bermain peran para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah”. Melalui peran, siswa berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Dalam hal ini, setiap pemeran dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran-peran lainnya. Sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lain menjadi pengamat. Pengamat memberi tanggapan terhadap peran teman mereka yang berperan sebagai tokoh tertentu. Sehingga dalam proses bermain peran, siswa dapat meningkatkan karakter bersahabat/komunikatif mereka dimulai dari berdiskusi dengan teman sekelompok dalam menentukan peran. Saat berdiskusi dengan teman sekelompok, mereka akan belajar berinteraksi dan bertukar fikiran dengan orang lain, menghargai pendapat , dan bekerja sama dengan orang lain. Pada saat siswa melakukan peran, siswa akan semakin mengolah kemampuan untuk bekerja sama, belajar untuk tampil di depan kelas, menambah kemampuan berkomunikasi, dan belajar merasakan perasaan orang lain melalui peran yang dilakukan. Pembelajaran karakter bersahabat/komunikatif siswa juga berlangsung saat mereka mengomentari siswa yang melakukan peran. Siswa akan belajar berbicara di

(6)

depan umum dengan bahasa bisa dipahami, serta belajar menghargai hasil karya orang lain dan mengkritik orang lain dengan bahasa yang santun. Oleh karena itu, peneliti memilih metode bermain peran untuk mengatasi masalah yang ada di kelas III A SDN 80/I Muara Bulian.

Dari pemaparan masalah dan tindakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Karakter Bersahabat/Komunikatif Melalui Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas III A SDN 80/I Muara Bulian”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.2.1 Bagaimana cara meningkatkan karakter bersahabat/komunikatif melalui

metode bermain peran pada siswa di kelas III A SDN 80/I Muara Bulian ?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui cara meningkatkan karakter bersahabat/komunikatif melalui metode bermain peran pada siswa kelas III A SDN 80/I Muara Bulian.

1.4Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah:

1.4.1 Penelitian ini dilakukan di SD 80/I Muara Bulian.

1.4.2 Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IIIA SDN 80/I Muara Bulian.

1.4.3 Penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran tematik dengan meggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

(7)

1.4.4 Penelitian ini mengamati karakter bersahabat/komunikatif siswa pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Manfaat teoretis

a. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian yang akan datang terutama pengembangan penggunaan metode pembelajaran pembelajaran terhadap karakter siswa di sekolah dasar.

b. Mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dalam pembentukan karakter siswa di sekolah dasar.

1.5.2 Manfaat praktis a. Bagi guru

1) Dapat menjadi masukan bagi guru agar menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran, terutama dalam pembentukan karakter siswa.

2) Dapat memperkaya alternatif pilihan metode pembelajaran untuk pembentukan karakter siswa.

3) Dapat memotivasi guru untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan inovatif.

b. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan karakter bersahabat/komunikatif siswa. 2) Dapat mengubah paradigma proses pembelajaran yang

(8)

c. Bagi sekolah

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk memaksimalkan penggunaan metode pembelajaran yang baik dalam rangka membentuk karakter siswa.

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan perbaikan proses belajar mengajar di sekolah dasar.

1.6 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini yaitu: 1.6.1 Bersahabat/komunikatif

Bersahabat/komunikatif dalam penelitian ini adalah tindakan siswa yang menunjukkan rasa senang berinteraksi dengan orang lain. indikator dari bersahabat/komunikatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekerja sama dengan kelompok di kelas, berbicara dengan teman di kelas, dan berbicara dengan guru. Indikator-indikator tersebut di ukur menggunakan lembar observasi siswa. 1.6.2 Metode bermain peran

Metode Bermain Peran dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang melibatkan interaksi antar siswa untuk mengkreasi suatu peristiwa dengan topik yang sudah ditentukan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

disebut DNA. Sintesis adalah proses pembuatan bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh organisme untuk semua aktivitas sel-selnya, sedangkan respirasi seluler adalah

Peran stakeholder dalam konservasi TNKpS lebih dominan pada peran positif yang berdampak baik terhadap fungsi perlindungan kawasan, pengawetan keanekaragaman hayati dan

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan

Sistem penentuan kombinasi menu makanan ini dibuat dengan mengimplementasikan algoritma PSO, pengguna akan diminta menginputkan data diri seperti nama, tinggi badan, berat

Hasil penelitian Sui dan Chandra (2007) menunjukkan bahwa, buah kelapa yang telah ditunaskan selama 45 hari mengandung lipase pada daging buah, kentos, tunas

Halal merupakan salah satu upaya membesarkan ukuran produksi industri halal. Caranya dengan mewajibkan produk tertentu untuk memiliki sertifikasi halal.

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan stres akademik terhadap kinerja siswa, stres mengakibatkan efek negatif dari stres terhadap kehidupan akademik

a) Memberikan pertimbangan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru dapat memilih metode apa yang paling tepat digunakan.