• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Biologi - PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS KELAS X SMA MUHAMMDIYAH 2 PALEMBANG -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Biologi - PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS KELAS X SMA MUHAMMDIYAH 2 PALEMBANG -"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Biologi

Menurut Arnawa, dkk (2015:1-11) Pembelajaran menekankan pada

kegiatan belajar mengajar serta mengembangkan konsep dan keterampilan proses

peserta didik dengan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan bahan kajian

yang diajarkan. Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif siswa, karena

biologi merupakan proses ilmiah yang didasari dengan cara berfikir logis

berdasarkan fakta-fakta yang mendukung. Pada pembelajaran biologi terdapat

komponen yang harus dimiliki oleh pserta didik yaitu dapat memahami proses

ilmiah sebagai hasil dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

Menurut Azhari (2015:13-21) IPA merupakan cabang ilmu yang terkait

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, melalui proses penemuan.

Sehingga seharusnya pembelajaran IPA dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga

para siswa dapat memiliki pengalaman bagaimana menemu- kan suatu konsep yang

berkaitan dengan kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata tentu terdapat berbagai

persoalan. Pembelajaran IPA hendaknya mengenal persoalan peserta didik dengan

persoalan yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Bila peserta didik sudah terbiasa

memecahkan persoalan kehidupan nyata maka dia akan tebiasa mengembangkan

kemampuan berpikir mereka.

Menurut Darmawati, dkk (2012:1-12) Sains atau IPA adalah usaha

(2)

sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan. Melalui pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajarn IPA yaitu menguasai serta memahami berbagai macam gejala

alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

biologi adalah pembelajaran yang menekankan pemahaman peserta didik serta

mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu berperan

aktif dalam setiap proses pembelajaran. Selain itu dalam proses pembelajaran

biologi peserta didik selalu dilibatkan secara langsung terhadap aktivitas ilmiah

sehingga dapat menghasilkan produksi sains berupa fakta dan teori.

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang

dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan

pengalaman baru ke arah yang lebih baik (Hamzah,2015:138-139). Sejalan dengan

Askar (2016:1-10) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah

perilakunya akibat suatu pengalaman. Suatu kegiatan dapat dikatakan belajar

apabila memiliki tiga ciri-ciri, yaitu: a) belajar adalah perubahan tingkah laku; b)

(3)

c) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang

cukup lama. Menurut Putranjaya, dkk (2013:1-7) berpendapat bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memproleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting

didalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

proses aktifitas siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman

dan hasil interaksi dengan lingkungan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamzah (2015:138-139) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Dengan demikian hasil belajar menunjukan perubahan dari sebelum

menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar menunjukan perubahan yang berupa penambahan, peningkatan dan

penyempurnaan perilaku. Menurut Juniarti, dkk (2014:1-9) hasil belajar

merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu berinteraksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Putranjaya, dkk (2013:1-7) hasil belajar merupakan indikator

(4)

sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian

hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, sedangkan

belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu

yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil

belajar, selain hasil belajar kognitif yang diperoleh peserta didik. Hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah melalui kegiatan belajar. Hasil

belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pendidikan. Menurut

Haryanti, dkk (2016:1-11) tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta

didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni: ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotor.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran.

Peningkatan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan

keberhasilan guru dalam menyampaikan informasi dan peran siswa.

Menurut Hamzah (2015:140-141) tujuan pembelajaran biasanya diarahkan

pada salah satu kawasan dari taksonomi Benyamin S Bloom 1956 yang meliputi

ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun indikator dari hasil belajar

(5)

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran yang

berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai

ketingkat yang lebih tinggi yaitu evaluasi. Ranah kognitif ini terdiri dari 6

tingkatan yang secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan)

sampai ke yang paling tinggi 9 (evaluasi) yaitu sebagai berikut:

1) Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

Tingkat pengetahuan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

menghapal, mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah

diterimanya.

2) Tingkat Pemahaman (Comprehension)

Tingkat pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan

caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Seorang peserta

didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atu

memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya

sendiri.

3) Tingkat Penerapan (Application)

Tingkat penerapan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul

(6)

4) Tingkat Analisis (Analysis)

Tingkat analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu

memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor yang satu dengan

faktor-faktor lainnya.

5) Tingkat Sintesis (Synthesis)

Tingkat sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada

sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6) Tingkat Evaluasi (Evaluation)

Tingkat evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat

perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang

dimilikinya.

b. Ranah Afektif (Sikap dan Perilaku)

Ranah afektif yaitu berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, apresiasi

(penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima

yaitu dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:

1) Kemauan Menerima

Kemamuan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu

gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar

(7)

2) Kemauan Menanggapi

Kemampuan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada

partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur,

menaati peraturan, megikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium

atau menolong orang lain.

3) Berkeyakinan

Berkeyakinan yang dimaksud adalah berkenaan dengan kemauan menrima

sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap

sesuatu, apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan

(komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.

4) Mengorganisasi

Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem

nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi.

Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab,

bertanggung jawab terhadap hal yang lebih dilakukan, memahami dan menerima

kelebihan dan kekurangan diri sendiri atau menyadari peranan perencanaan dalam

memecahkan suatu permasalahan.

5) Tingkat Karakteristik/Pembentukan Pola

Adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,

yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Pada taraf ini individu

yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan

(8)

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik

manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Menurut Daryanto

(2012), walaupun ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun

masih dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan

motorik, menipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular. Maka kata-kata

kerja operasional yang dapat dipakai adalah:

1) Keterampilan motorik

Memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),

menggerakan, menampilkan, melompat sebagainya.

2) Manipulasi benda-benda

Menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan

sebagainya.

3) Koordinasi neurimuscular, menghubungkan, mengamati, memotong

Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki

oleh peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang

diperoleh setelah menerima atau melakukan pembelajaran. Selain itu hasil belajar

ini dapat dijadikan sebagai indikator ketuntasan suatu proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Juniarti, dkk (2014:1-11) adapun faktor-faktor yang

(9)

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri yang meliputi dua faktor yaitu

faktor fisiologis (jasmani) dan faktor psikologis (rohani).

1) Faktor fisiologis

Meliputi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar

jasmaninya dan kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam

proses belajar sehingga hasil belajarnya dapat optimal.

2) Faktor psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas dalam pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor

rohaniah siswa yang di pandang umumnya adalah sebagai berikut: tingkat

kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan

motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal

Eksternal juga terdiri atas dua faktor yang meliputi faktor lingkungan sosial

dan faktor lingkungan non sosial.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, masyarakat,

tetangga dan lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah

(10)

keadaan cuaca dan waktu yang digunakan belajar siswa. Faktor-faktor yang diatas

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

C. Pendekatan Saintifk

1. Pengertian Pendekatan Saintifk

Menurut (Daryanto,2017) Pendekatan saintifik adalah pendekatan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mendapatkan pengalaman belajar melalui mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Menurut Marjan

(2014:1-11) mengatakan bahwa pembelajaran Pendekatan saintifik merupakan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah, dimana siswa berperan

secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep

dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah

mengarahkan proses belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi

terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan siswa. Menurut Arnawa, dkk

(2015:1-12) pendekatan saintifik ialah pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah, apa yang dipelajari dan

diperoleh siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga mereka

mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.

Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat aktif mengkontruk

konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan

(11)

menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum

atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk

memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami

berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal

dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh

karen itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui

observasi dan bukan hanya diberi tahu.

2. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

ilmiah. Menurut Ariyanti, dkk (2013:1-12) mengungkapkan bahwa penerapan

pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam

mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa

informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi

searah dari guru.

Menurut (Daryanto,2017) Tujuan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: (1) Untuk meningkatkan

kemampuan khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik (2) Untuk

membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan sesuatu masalah

secara sistematik (3) Untuk menciptakan kondisi pembelajaran agar peserta didik

merasa bahwa itu merupakan suatu kebutuhan (4) Memperoleh hasil belajar yang

(12)

khususnya dalam menulis artikel ilmiah (5) Untuk mengembangkan karakter

peserta didik.

Menurut Rhosalia, dkk (2017:1-12) adapun karakteristik pendekatan

Saintifik adalah sebagai berikut:

1) Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran

yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem

(13)

3. Komponen-Komponen Pendekatan Saintifik

Adapun komponen-komponen pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut:

a. Mengamati

Menurut Rhosalia (2017:1-12) pengamatan adalah menggunakan satu atau

lebih indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau, pengecap,

dan peraba atau perasa. Misalnya melihat sebuah papan tulis, mendengar bel

berdering, membau asap, mengecap rasa jeruk, meraba kain yang halus semua itu

merupakan contoh kegiatan pengamatan. Informasi yang dikumpulkan dari

pengamatan disebut bukti atau data.

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.

Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara

nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaan. Seperti

yang diungkapkan oleh Daryanto (2014: 60) bahwa metode mengamati sangat

bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode mengamati

peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis

dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah seperti berikut ini:

1) Menentukan obyek apa yang akan diamati (2) Membuat pedoman pengamatan

sesuai dengan lingkup obyek yang akan diamati (3) menentukan secara jelas

data-data apa yang perlu diamati, baik primer maupun sekunder (4) Menetukan dimana

(14)

pengamatan akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan

lancar (6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan,

seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan

alat-alat tulis lainnya.

b. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada

peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau

dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil

pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan

fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang

bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan

terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari

sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber

yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Pada saat guru bertanya, pada saat pula dia membimbing atau memandu

siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya, ketika

itu pula dia mendorong siswanya itu menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Adapun kriteria pertanyaan yang baik menurut Rhosalia, dkk (2017:1-12)

antaralain: (1) Singkat dan jelas (2) Menginspirasi jawaban (3) Memilili fokus (4)

Bersifat probing atau divergen (5) Bersifat validatif atau penguatan (6) Memberi

kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang (7) Merangsang peningkatan

(15)

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya.

Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca

buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,

atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah

informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas

wawancara dengan narasumber dan sebagainya.

d. Mengasosiasikan

Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah

memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah

keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai

kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan

satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan

informasi tersebut.

e. Mengomunikasikan

Kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

(16)

dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik

tersebut. Kegiatan mengomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainnya. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi

tertentu, sangat mungkin pendekatan Saintifik ini tidak selalu tepat diaplikasikan

secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus

tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau

sifat-sifat nonilmiah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

komponen-komponen dalam pendekatan saintifik adalah 5M yaitu, mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Tahapan-tahapan pendekatan

saintifik memiliki tujuan agar peserta didik dapat berpartisipasi dan terlibat aktif

(17)

Tabel 2.1 Komponen-Komponen Pendekatan Saintifik

Langkah Pembelajaran

Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar

Mengamati (Observing)

Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

Perhatian pada waktu mengamati objek/membaca suatu tulisan, mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakkan untuk mengamati.

Menanya (Questioning)

Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik). Mengumpulkan informasi/ mencoba (Experimenting) Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasi, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku tekas, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan momodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk

mengumpilkan data.

Menalar/Mengasosi asi (Associating)

Mengelola informasi yang sudah dikumpulkan,

menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan

fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

Mengembangkan interpretasi, argumentasi, dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta fakta/konsep/teori/pendapat/; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan dari konsep/teori/ pendapat/ yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

Mengomunikasikan (Communicating)

Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tullisan, grafis, media elektronik, multimedia, dan lain-lain.

(18)

4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik

Menurut (Rhosalia,2017) berdasarkan telaah kajian teori di atas, maka

penulis menyimpulkan bahwa pendekatan Saintifik memiliki beberapa kelebihan

dan juga kekurangan yaitu sebagai berikut.

a. Kelebihan

1) Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa

aktif dalam pembelajaran.

2) Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru

untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.

3) Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif

dengan berbagai sumber belajar

4) Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam

mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

5) Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial

dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa.

6) Selain itu juga dapat mengembangkan karakter siswa.

b. Kekurangan

1) Membutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan

belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik.

2) Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak yang

beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu

(19)

D. Media Tiga Dimensi

1. Pengertian Media Tiga Dimensi

Asyhar (2010:34) menyatakan media tiga dimensi memiliki arti sebuah

media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai

dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal, kebanyakan merupakan objek

sesungguhnya (real object).

Menurut Priantari (2016:93-97) media pembelajaran tiga dimensi adalah

media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai

dimensi panjang, lebar, dan tinggi/tebal. Media tiga dimensi juga dapat diartikan

sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensi.

Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati,

dan dapat berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan

difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawah langsung ke kelas, atau

siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu

berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin

dihadapkan langsung ketempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya

dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.

2. Karakteristik Media Tiga Dimensi

Karakteristik media pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan

membangkitkan rangsangan indra penglihatan, pendengaran, perabaan percakapan,

maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan tingkat hirarki belajar. Secara umum

(20)

1) Pesan yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara serentak.

2) Penyajiannya berada dalam kontrol guru.

3) Cara penyimpanannya mudah (praktis).

4) Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera.

5) Sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu.

6) Sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual.

7) Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu.

3. Kelebihan dan Kekuragan Media Tiga Dimensi

Menurut Priantari, dkk (2016:93-97) adapun kelebihan dan kekurangan

media tiga dimensi adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan media tiga dimensi yaitu:

1) Memberikan pengalaman secara langsung

2) Dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya

3) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas

4) Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas

b. Kelemahan media tiga dimensi yaitu:

1) Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah

2) Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit

3) Untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen Semu (Quasi

Eksperimen) dengan desain penelitian The Non Equivalent Control Group

Design. Design penelitian ini, digunakan satu kelompok eksperimen dan

kelompok pembanding (kontrol) kemudian diawali dengan sebuah tes awal

(pretest) yang diberikan kepada kedua kelompok, selanjutnya diberikan

perlakuan, kemudian diakhiri dengan sebuah tes akhir (postest) yang diberikan

kepada masing-masing kelompok. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai

berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Subjek Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Kelas X MIPA 1 O1 X O2

Kelas X MIPA 2 O3 - O4

Sumber Yusuf (2016)

Keterangan:

X MIPA 1 : Subjek penelitian kelas X MIPA 1 (Kelas Eksperimen)

X MIPA 2 : Subjek penelitian kelas X MIPA 2 (Kelas Kontrol)

O1 : Pemberian tes awal pada kelas eksperimen

O2 : Pemberian tes akhir pada kelas eksperimen

O3 : Pemberian tes awal pada kelas pada kelas kontrol

O4 : Pemberian tes akhir pada kelas kontrol

X : Kelas eksperimen yang diberi perlakuan (Pendekatan

(22)

- : Kelas kontrol dengan menggunakan discovery learning

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA di

SMA Muhammadiyah 2 Palembang yang berjumlah 96 peserta didik dari 3

kelas. Rincian jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2

berikut ini:

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Siswa Kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan MIPA 3 SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

No Kelas Jumlah Siswa

1 X MIPA 1 32

2 X MIPA 2 32

3 X MIPA 3 32

Jumlah 96

(Sumber Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Palembang)

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive

Sampling. Tujuannya ialah untuk memperoleh dua sampel yang memiliki

ciri-ciri tertentu. Dalam penelitian ini dipilih dua kelas sebagai kelas sampel yaitu

kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen, kelas ini diberi dengan pendekatan

saintifik berbantuan media tiga dimensi dan kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol

yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran discovery

learning.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian dipergunakan instrumen sebagai alat untuk

mengetahui hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

(23)

sebanyak 25 soal pilihan gannda dengan 5 pilihan yakni: A, B,C,D, dan E yang

mencakup pokok bahasan virus. Nilai tes awal dan tes akhir digunakkan untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar

siswa kelas X pada materi virus di SMA Muhammadiyah 2 Palembang. Adapun

alat yang digunakan untuk instrumen dalam penelitian ini adalah:

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KD 3.3 menerapkan pemahaman

tentang virus berkaitan ciri-ciri , reflikasi, dan peran virus dalam kehidupan.

b) Silabus yang digunakkan silabus kelas X pada semester ganjil.

c) LKS (Lembar Kerja Siswa)

d) Lembar soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda pada tes awal dan tes

akhir.

D. Pengumpulan Data

1. Lembar Wawancara

Pengumpulan data pada tahap ini adalah wawancara kepada guru

biologi yang terdiri dari 14 pertanyaan, dan kepada peserta didik kelas X yang

terdiri dari 14 pertanyaan di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

2. Lembar Angket

Mengumpulkan data dengan cara menganalisis jawaban dari

pertanyaan pada lembar angket yang terdiri dari 13 pertanyaan yang diberikan

pada guru sedangkan pada siswa sebanyak 12 pertanyaan sehingga dieroleh data

yang rill.

(24)

3. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini yaitu pengambilan gambar dan nilai

siswa untuk hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Instrumen

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

validitas, uji reliabilitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

a. Uji Validitas

Uji validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan suatu instrumen. Menurut Yusuf (2016) validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk memperoleh instrumen yang valid maka peneliti harus hati-hati dalam

penyususunan. Menentukan nilai valids suatu tes dapat menggunakan program

SPSS versi 17.0. Selanjutnya koefisien korelasi dapat diinterpretasikan kedalam

klasifikasi koefisisen validitas berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal

Interval Nilai r Interpretasi

0,80-1,00 Sangat Baik

0,60-0,80 Baik

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Kurang

0,00-0,20 Sangat Kurang

(Sumber: Arikunto,2006)

b. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006:178) reliabilitas menunjukkan bahwa suatu

(25)

karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas digunakan untuk menentukan

derajat konsisten diantara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama.

Menentukan nilai reliabilitas suatu tes dapat menggunakan program SPSS versi

22.0. Selanjutnya koefisien korelasi dapat diinterpretasikan kedalam klasifikasi

koefisien reliabilitas berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal

Interval Nilai r Interpretasi

0,80-1,00 Sangat Baik

0,60-0,80 Baik

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Kurang

0,00-0,20 Sangat Kurang

(Sumber: Arikunto,2006)

c. Taraf Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah mengkaji soal-soal mana yang termasuk

rendah, sedang dan sukar. Suatu butir item soal dapat dinyatakan dengan rumus

sebagai berikut:

P= B JS

Keterangan:

P: Indeks Kesukaran

B: Jumlah peserta didik yang menjawab benar

JS: Jumlah seluruh peseta didik yang melakukan tes besaran tingkat kesukaran

soal berkisar antara 0,00 sampai 1,00 yang dapat diklasifikasikan di dalam

tiga kategori sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori Soal

0,71-1,00 Mudah

0,31-0,70 Sedang

(26)

(Sumber:Kunandar, 2015-240)

d. Daya Pembeda

Uji daya beda merupakan tingkat kemampuan instrumen untuk

membedakan peserta didik yang kemampuan tinggi dengan peserta didik yang

kemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda tiap time instrumen

penelitian adalah sebagai berikut:

D= BA - BB = PA - PB

JA JB

Keterangan:

J : Jumlah peserta tes

JA :Banyak peserta tes kelompok atas

JB : Banyak peserta tes kelompok bawah

BA : Banyak peserta didik kelompok atas yang menjawab benar

BB : Banyak peserta didik kelompok bawah yang menjawab benar

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda

DP 0,00-0,020 Buruk

DP 0,21-0,40 Cukup

DP 0,41-0,70 Baik

DP 0,71-1,00 Sangat Baik

(Sumber:Kunandar, 2015-240)

e. Uji Normalitas

Menurut Yusuf (2016) uji normalitas digunakan untuk mengukur

(27)

data uji Normalitas menggunakan program SPSS versi 22.0. Rumusan hipotesis

untuk uji normalitas penelitian ini adalah:

Ha= Populasi yang didistribusikan tidak normal

Ho= Populasi yang didistribusi normal

Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam perhitungan ini adalah:

Nilai signifikan > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.

Nilai signifikan < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.

f. Uji Homogenitas

Menurut Yusuf (2016) uji homogenitas dilakukan untuk menguji

apakah data yang diperoleh homogen atau heterogen. Untuk menganalisis data

uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 17.0. Pengambilan

keputusan dengan taraf signifikan 5% (a=0,05):

Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima.

Jika nilai sig > 0,05 maka Ho ditolak.

2. Uji data tidak berpasangan (Independen Sample T Test)

Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji t dan tidak berpasangan

(Independent Sample t-test) untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik

terhadap hasil belajar peserta didik pada tes akhir dikelas eksperimen dan kelas

kontrol. Untuk menganalisis data uji hipotesis menggunakan bantuan SPSS versi

(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Deskripsi Data

1. Uji Prasyarat Instrumen Soal

a. Uji Validitas Soal

Uji validitas diperoleh instrumen yang valid, artinya instrumen tepat untuk

mengukur soal yang akan diujikan. Pada penelitian ini digunakan tes tertulis pilihan

ganda berupa 50 soal. Materi yang digunakan adalah Virus. Adapun hasil uji validitas

dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berkut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas

Jumlah Siswa Jumlah Soal Jumlah Soal Valid Jumlah Soal Tidak

Valid

25 50 25 25

Berdasarkan hasil uji validasi yang telah dilakukan pada 25 orang siswa bahwa

soal yang divalidasi berjumlah 50 soal pilihan ganda. Dari validasi yang telah

dilakukan didapat hasil bahwa dari 50 soal yang divalidasi hanya 25 soal saja yang

valid sedangkan 25 soal tidak valid. Untuk itu soal yang tidak valid dihapus dari daftar

soal yang akan digunakan untuk penelitian. Dari 25 soal yang dinyatakan valid

selanjutnya dipilih sebanyak 25 soal untuk digunakan sebagai soal tes awal dan tes

akhir dalam penelitian ini. Instrumen soal dikatakan valid jika hasil perhitungan r hitung

(29)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur

yang memiliki konsistensi bila pengukuran tersebut dilakukan secara berulang. Uji

reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, untuk menguji reliabilitas item soal

menggunakan scale reliabilitas program SPSS 17.0. Hasil reliabilitas item soal dapat

dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal

Jumlah Siswa

Jumlah Soal Jumlah Soal

Reliabel

Jumlah Soal tidak Reliabel

Cronbach’s

Alpha

Kategori

25 50 25 25 0,723 Baik

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji reliablitas

tes kognitif terhadap 25 siswa dengan jumlah 50 soal diperoleh 25 soal yang reliabel,

sedangkan Cronbach’s Alpha 0,723, artinya soal-soal yang telah valid dapat dikatakan

reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian dan termasuk

dalam kategori baik.

c. Uji Kesukaran Soal

Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi

kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal yang termasuk dalam kategori mudah,

sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau

kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan

(30)

menggunakan SPSS 17.0, untuk menentukan kategori uji kesukaran soal dapat dilihat

pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kategori Tingkat Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Kategori Soal

0,71-1,00 Mudah

0,31-0,70 Sedang

0,00-0,30 Sukar

(Sumber:Kunandar, 2015-240)

Setelah tingkat kesukaran soal diuji menggunakan program SPSS 17.0 dan telah

ditentukan berdasarkan kategori, kemudian ringkasan hasil analisis kesukaran soal

disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

Jenis Soal Jumlah Soal Kategori Uji Tingkat Kesukaran Soal

Mudah Sedang Sukar

Pilihan Ganda 25 √ √ -

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran soal pada Tabel 4.4 bahwa dari 25 butir

soal pilihan ganda, hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal melalui program SPSS

17.0 diketahui bahwa 25 soal berkategori mudah dan sedang.

d. Uji Daya Beda

Analisis uji daya beda butir soal dilakukan untuk membedakan tinggi

rendahnya kemampuan siswa. Uji daya pembeda butir soal menggunakan SPSS 17.0,

(31)

Tabel 4.5 Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda

DP 0,00-0,020 Buruk

DP 0,21-0,40 Cukup

DP 0,41-0,70 Baik

DP 0,71-1,00 Sangat Baik

(Sumber: Arikunto,2006)

Setelah daya pembeda butir soal diuji melalui program SPSS 17.0 dan telah

ditentukan berdasarkan kategori, kemudian ringkasan hasil analisis daya pembeda butir

soal disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal

Jenis Soal Jumlah Soal Kategori Uji Daya Pembeda Butir Soal

Buruk Cukup Baik Sangat Baik

Pilihan Ganda

25 - - 25 -

Berdasarkan hasil uji daya pembeda butir soal pada Tabel 4.6 dapat dilihat

bahwa dari 25 butir soal pilihan ganda, hasil perhitungan daya pembeda butir soal

menggunakan SPSS 17.0 diketahui bahwa 25 soal berkategori baik.

e. Uji Normalitas

1) Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Eksperimen (Saintifik)

Data uji normalitas hasil belajar siswa pada tes awal kelas eksperimen dapat

(32)

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Eksperimen

(Saintifik)

Tes Awal Tes Akhir

N 32 32

Kolmogrov-Smirnov Z 0,748 0,694

Asymp. Sig (2-tailed) 0,630 0,721

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa data perhitungan yang telah

dilakukan, diperoleh nilai signifikan pada tes awal sebesar 0,630 >0,05 dan tes akhir

sebesar 0,721>0,05. Suatu data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih

besar atau sama dengan taraf signifikansi (0,05). Hasil data yang diperoleh pada Tabel

4.7 dapat disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen

terdistribusi normal.

2) Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Kontrol (Discovery

Learning)

Data uji normalitas hasil belajar siswa pada tes awal kelas kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Kontrol

Tes Awal Tes Akhir

N 32 32

Kolmogrov-Smirnov Z 0,729 0,631

Asymp. Sig (2-tailed) 0,663 0,820

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa data perhitungan yang telah

dilakukan, diperoleh nilai signifikan pada tes awal sebesar 0,663>0,05 dan tes akhir

sebesar 0,820>0,05. Suatu data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikan lebih

(33)

4.8 dapat disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir pada kelas kontrol terdistribusi

normal.

f. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh pada

hasil belajar peserta didik yaitu nilai tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

termasuk homogen atau heterogen. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan

program SPSS versi 17.0. Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.9

sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0,631 1 64 0,430

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil uji homogenitas data tes awal

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,430.

Suatu data dikatakn homogen apabila nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan

taraf signifikansi 5% atau 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok

data adalah sama (homogen). Pada data perhitungan hasil uji homogenitas diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,430>0,05, artinya data tes awal untuk kelas eksperimen dan

(34)

2. Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Saintifik) dan

Kelas Kontrol (Discovery Learning)

1) Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Eksperimen

Data tes distribusi frekuensi tes awal pada kelas eksperimen (Saintifik) dapat

dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Eksperimen

Nilai Frekuensi Presentase Presentase

Komulatif

17 1 3.0 3.0

25 1 3.0 6.1

30 2 6.1 12.1

33 3 9.1 21.2

35 1 3.0 24.2

37 2 6.1 30.3

40 2 6.1 36.4

42 3 9.1 45.5

43 3 9.1 54.5

45 1 3.0 57.6

47 6 18.2 75.8

48 1 3.0 81.8

50 4 12.1 93.9

53 1 3.0 97.0

58 1 3.0 100.0

Total 32 100.0

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0)

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan

nilai terendah yaitu 17 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 25 sebanyak 1

orang, siswa yang mendapat nilai 30 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 33

sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 35 sebanyak 1 orang, siswa yang

mendapat nilai 37 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 2 orang,

siswa yang mendapat nilai 42 sebanyak 3 orang, ssiwa yang mendapat nilai 43

(35)

mendapat nilai 47 sebanyak 6 orang, siswa yang mendapat nilai 48 sebanyak 1 orang,

siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 53

sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 58 sebanyak 1 orang.

Tabel 4.10 diatas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti pada gambar

dibawah ini:

Gambar 4.1 Histogram Nilai Tes Awal Eksperimen (Saintifik) (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0)

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas, data yang didapat pada saat tes awal yang telah

dilakukan dan selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0

sehingga dapat dilihat bahwa nilai tes awal pada siswa kelas X IPA 1 bahwa nilai yang

tertinggi sebesar 58 sebanyak 1 orang siswa sedangkan nilai terendah yaitu sebesar 17

sebanyak 1 orang siswa.

(36)

2) Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelas Eksperimen

Data tes distribusi frekuensi tes akhir pada kelas eksperimen (Saintifik) dapat

dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini:

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelas Eksperimen

Nilai Frekuensi Presentase Presentase

Komulatif

43 1 3.0 3.0

47 1 3.0 6.1

50 1 3.0 9.1

53 1 3.0 12.1

57 2 6.1 18.2

60 2 6.1 24.2

62 2 6.1 30.3

63 3 9.1 39.4

65 1 3.0 42.4

67 1 3.0 45.5

68 1 3.0 48.5

70 2 6.1 54.5

72 4 12.1 66.7

75 77 78 80 3 1 1 5 9.1 3.0 3.0 15.2 75.8 81.8 84.8 100.0

Total 32 100.0

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan

nilai terendah yaitu 43 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 47 sebanyak 1

orang, siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 53

sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 57 sebanyak 2 orang, siswa yang

mendapat nilai 60 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 62 sebanyak 2 orang,

siswa yang mendapat nilai 63 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 65

sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 67 sebanyak 1 orang, siswa yang

(37)

siswa yang mendapat nilai 72 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 75

sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 77 sebanyak 1 orang, siswa yang

mendapat nilai 78 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 orang.

Tabel 4.11 diatas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti pada gambar

dibawah ini:

Gambar 4.2 Histogram Nilai Tes Akhir Eksperimen (Saintifik) (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas, data yang didapat pada saat tes akhir yang telah

dilakukan dan selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0

sehingga dapat dilihat nilai tes akhir pada siswa kelas X IPA 1 bahwa nilai yang

tertinggi sebesar 80 sebanyak 5 orang siswa sedangkan nilai terendah yaitu 43 sebanyak

(38)

3) Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Kontrol

Data tes distribusi frekuensi tes awal pada kelas Kontrol dapat dilihat pada

Tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Kontrol

Nilai Frekuensi Presentase Presentase

Komulatif

12 1 3.0 3.0

18 1 3.0 9.1

20 1 3.0 12.1

22 3 9.1 21.2

23 4 12.1 33.3

27 2 6.1 39.4

28 4 12.1 51.5

30 7 21.2 72.7

32 1 3.0 75.8

33 1 3.0 78.8

35 2 6.1 84.8

37 1 3.0 87.9

38 40 42 45 1 1 1 1 3.0 3.0 3.0 3.0 90.0 93.9 97.0 100.0

Total 32 100.0

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan

nilai terendah yaitu 12 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 18 sebanyak 1

orang, siswa yang mendapat nilai 20 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 22

sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 23 sebanyak 4 orang, siswa yang

mendapat nilai 27 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 28 sebanyak 4 orang,

siswa yang mendapat nilai 30 sebanyak 7 orang, siswa yang mendapat nilai 32

sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 33 sebanyak 1 orang, siswa yang

(39)

siswa yang mendapat nilai 38 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 40

sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 42 sebanyak 1 orang, , siswa yang

mendapat nilai 45 sebanyak 1 orang.

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti

pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.3 Histogram Nilai Tes Awal Kontrol (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, data yang didapat pada saat tes awal yang telah

dilakukan dan selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0

sehingga dapat dilihat bahwa nilai tes awal pada siswa kelas X IPA 2 bahwa nilai yang

tertinggi sebesar 45 sebanyak 1 orang siswa sedangkan nilai terendah yaitu sebesar 12

sebanyak 1 orang.

4) Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelas Kontrol

Data tes distribusi frekuensi tes awal pada kelas Kontrol dapat dilihat pada

(40)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelas Kontrol

Nilai Frekuensi Presentase Presentase

Komulatif

35 1 3.0 3.0

37 4 12.1 15.2

38 3 9.1 24.2

42 2 6.1 30.3

43 2 9.1 39.4

45 3 9.1 48.5

47 2 6.1 54.5

48 3 9.1 63.6

50 4 12.1 75.8

52 1 3.0 78.8

53 1 3.0 81.8

55 2 6.1 87.9

57 58 62 2 1 1 6.1 3.0 3.0 93.9 97.0 100.0

Total 33 100.0

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan

nilai terendah yaitu 35 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 37 sebanyak 4

orang, siswa yang mendapat nilai 38 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 42

sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 43 sebanyak 3 orang, siswa yang

mendapat nilai 45 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 47 sebanyak 2 orang,

siswa yang mendapat nilai 48 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 50

sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 52 sebanyak 1 orang, siswa yang

mendapat nilai 53 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 55 sebanyak 2 orang,

siswa yang mendapat nilai 57 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 58

sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 62 sebanyak 1 orang.

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti

(41)

Gambar 4.4 Histogram Nilai Tes Akhir Kontrol (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas, data yang didapat pada saat tes akhir yang telah

dilakukan dan selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0

sehingga dapat dilihat bahwa nilai tes akhir pada siswa kelas X IPA 2 bahwa nilai yang

tertinggi sebesar 62 sebanyak 1 orang siswa sedangkan nilai terendah yaitu sebesar 35

sebanyak 1 orang.

3. Hasil Uji Statistik Deskriptif Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Uji statistik deskriptif di lakukan pada tes awal dan tes akhir pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada materi virus dapat dilihat pada Tabel 4.14 yaitu

(42)

1) Hasil Uji Statistik Deskriptif Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen

Statistik Tes Awal Eksperimen Tes Akhir Eksperimen

N Valid Missing

32 0

32 0

Rata-rata 41.3939 67.0909

Nilai Tengah 43.0000 70.0000

Nilai yang sering muncul 46.00 80.00

Std Devisiasi 8.69245 10.29066

Variasi 75.559 105.898

Rentang Nilai 42.00 37.00

Nilai Terendah 17.00 43.00

Nilai Tertinggi 58.00 80.00

Jumlah 1366.00 2214.00

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa untuk kelas

eksperimen (Saintifik) adalah 32 siswa dan kelas kontrol (discovery learning) adalah

33 siswa. Pada kelas eksperimen (Saintifik) dapat dilihat bahwa nilai tes awal kelas

eksperimen diperoleh nilai rata-rata yaitu 41.3939, nilai tengah yaitu 43.0000, nilai

yang sering muncul yaitu 46.00, nilai standar devisiasi yaitu 8.69245, nilai variasi yaitu

75.559, rentang nilai yaitu 42.00, nilai terendah yaitu 17.00 dan nilai tertinggi yaitu

58.00. Sebaliknya, pada tes akhir diperoleh nilai rata-rata 67.0909, nilai tengah yaitu

70.0000, nilai yang sering muncul yaitu 80.00, nilai standar devisiasi 10.29066, nilai

variasi yaitu 105.898, rentang nilai yaitu 37.00, nilai terendah yaitu 43.00 dan nilai

(43)

2) Hasil Uji Statistik Deskriptif Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol

Tabel 4.15 Statistik Deskriptif Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol

Statistik Tes Awal Kontrol Tes Akhir Kontrol

N Valid Missing

32 0

32 0

Rata-rata 28.0909 46.0606

Nilai Tengah 28.0000 46.0000

Nilai yang sering muncul 30.00 36.00

Std Devisiasi 7.50568 7.23248

Variasi 56.335 52.309

Rentang Nilai 34.00 26.00

Nilai Terendah 12.00 35.00

Nilai Tertinggi 45.00 62.00

Jumlah 927.00 1520.00

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa nilai tes awal pada kelas kontrol

diperoleh nilai rata-rata yaitu 28.0909, nilai tengah yaitu 28.0000, nilai yang sering

muncul 30.00, nilai standar devisiasi yaitu 7.50568, nilai variasi yaitu 56.335, nilai

rantang nilai yaitu 34.00, nilai terendah yaitu 12.00 dan nilai tertinggi 45.00.

Sebaliknya, nilai tes akhir pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu 46.0606,

nilai tengah yaitu 46.0000, nilai yang sering muncul yaitu 36.00, nilai standar devisiasi

yaitu 7.23248, nilai variasi yaitu 52.309, rentang nilai yaitu 26.00, nilai terendah yaitu

(44)

4. Persentase Level Kognitif

Persentase level kognitif pada tes awal dan tes akhir dilakukan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab soal pada setiap tingkatan level

kognitif. Adapun hasil data persentase level kognitif yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Persentase Level Kognitif di Kelas Eksperimen

Persentase level kognitif pada tes awal dan tes akhir dikelas eksperimen dapat dilihat

pada Tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Persentase Level Kognitif Tes Awal dan Tes Akhir pada Pertemuan

Ke-1 di Kelas Eksperimen

(Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Microsoft Office Excel 2016, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan bahwa persentase level kognitif tes awal

dan tes akhir dikelas eksperimen pada pertemuan ke-1, tipe soal C1 memiliki nilai

persentase sebesar 76,04 untuk tes awal dan 88,54 untuk tes akhir dengan selisih

peningkatan 12,5. Sedangkan tipe soal C2 memiliki nilai persentase sebesar 40,62

untuk tes awal dan 71,87 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 31,25. Tipe soal

C3 memiliki nilai persentase sebesar 51,04 untuk tes awal dan 54,68 untuk tes akhir

dengan selisih peningkatan 3,64. Tipe soal C4 memiliki nilai persentase sebesar 21,87

untuk tes awal dan 25 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 3,13.

Soal Persentase Selisih

Peningkatan

Tes Awal Tes Akhir

C1 76,04 88,54 12,5

C2 40,62 71,87 31,25

C3 51,04 54,68 3,64

(45)

Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase level kognitif pada pertemuan ke-1

terdapat peningkatan yang signifikan, yaitu: tipe soal C2 dengan persentase sebesar

40,62 untuk tes awal dan 71,87 untuk tes akhir dengan nilai selisih peningkatan 31,25.

Tabel 4.17 Persentase Level Kognitif Tes Awal dan Tes Akhir pada Pertemuan

Ke-2 di Kelas Eksperimen

(Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Microsoft Office Excel 2016, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa persentase level kognitif tes awal

dan tes akhir dikelas eksperimen pada pertemuan ke-2, tipe soal C2 memiliki nilai

persentase sebesar 20,31 untuk tes awal dan 90,62 untuk tes akhir dengan selisih

peningkatan 70,31. Sedangkan tipe soal C3 memiliki nilai persentase sebesar 33,75

untuk tes awal dan 71,25 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 37,5. Tipe soal C4

memiliki nilai persentase sebesar 40,62 untuk tes awal dan 71,87 untuk tes akhir

dengan selisih peningkatan 31,25. Tipe soal C5 memiliki nilai persentase sebesar 36,25

untuk tes awal dan 56,87 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 20,62.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase level kognitif pada pertemuan ke-2

terdapat peningkatan yang signifikan, yaitu: tipe soal C2 dengan persentase sebesar

20,31 untuk tes awal dan 90,62 untuk tes akhir dengan nilai selisih peningkatan 70,31.

Soal Persentase Selisih

Peningkatan

Tes Awal Tes Akhir

C2 20,31 90,62 70,31

C3 33,75 71,25 37,5

C4 40,62 71,87 31,25

(46)

2) Persentase Level Kognitif di Kelas Kontrol

Tabel 4.18 Persentase Level Kognitif Tes Awal dan Tes Akhir pada Pertemuan

Ke-1 di Kelas Kontrol

(Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Microsoft Office Excel 2016, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan bahwa persentase level kognitif tes awal

dan tes akhir dikelas kontrol pada pertemuan ke-1, tipe soal C1 memiliki nilai

persentase sebesar 36,45 untuk tes awal dan 93,75 untuk tes akhir dengan selisih

peningkatan 57,3. Sedangkan tipe soal C2 memiliki nilai persentase sebesar 39,06

untuk tes awal dan 37,5 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan -1,56. Tipe soal C3

memiliki nilai persentase sebesar 30,46 untuk tes awal dan 39,84 untuk tes akhir

dengan selisih peningkatan 9,38. Tipe soal C4 memiliki nilai persentase sebesar 21,87

dan 31,25 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 9,38.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase level kognitif pada pertemuan ke-1

terdapat peningkatan yang signifikan, yaitu: tipe soal C1 dengan persentase sebesar

36,45 untuk tes awal dan 93,75 untuk tes akhir dengan selisih nilai peningkatan 57,3.

Soal Persentase Selisih

Peningkatan

Tes Awal Tes Akhir

C1 36,45 93,75 57,3

C2 39,06 37,5 1,56

C3 30,46 39,84 9,38

(47)

Tabel 4.19 Persentase Level Kognitif Tes Awal dan Tes Akhir pada Pertemuan

Ke-2 di Kelas Kontrol

(Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Microsoft Office Excel 2016, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan bahwa persentase level kognitif tes awal

dan tes akhir dikelas kontrol pada pertemuan ke-2, tipe soal C2 memiliki nilai

persentase sebesar 4,68 untuk tes awal dan 67,18 untuk tes akhir dengan selisih

peningkatan 62,5. Kemudian tipe soal C3 memiliki nilai persentase sebesar 37,5 untuk

tes awal dan 38,12 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 0,62. Tipe soal C4

memiliki nilai persentase sebesar 26,04 untuk tes awal dan 35,41 untuk tes akhir

dengan selisih peningkatan 9,37. Tipe soal C5 memiliki nilai persentase sebesar 19,37

untuk tes awal 30,62 untuk tes akhir dengan selisih peningkatan 11,25.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase level kognitif pada pertemuan ke-2

terdapat peningkatan yang signifikan, yaitu: tipe soal C2 dengan persentase sebesar

4,68 untuk tes awal dan 67,18 untuk tes akhir dengan nilai selisih peningkatan 62,5.

B.Analisis Data

1. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat normalitas dan homogenitas yang telah diperoleh,

maka selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan (Independen Sample T-test). Uji t

tidak berpasangan (Independen Sample T-test) bertujuan untuk membuktikan

Soal Persentase Selisih

Peningkatan

Tes Awal Tes Akhir

C2 4,68 67,18 62,5

C3 37,5 38,12 0,62

C4 26,04 35,41 9,37

(48)

berpengaruh signifikan dan berpengaruh tidak signifikan dengan penerapan

pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa. Analisis dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 17.0. Adapun tabel uji t data tidak berpasangan

(Independen Sample T-test) dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut ini:

Tabel 4.20 Hasil Uji t Data Tidak Berpasangan (Independen Sample T-test) Kelas

Eksperimen dengan Pendekatan Saintifik dan Kelas Kontrol

(Discovery Learning)

Levene’s Test

untuk Kesetaraan

Varians Persamaan Rata-Rata untuk T-Test

Tingkat Perbedaan Kepercayaan F Sig t df Sig. Mean Standar pada 95% (2-tailed) Difference Eror Bawah Atas

Nilai Tes Akhir Varians diasumsikan sama Varians diasumsikan tidak sama

4.508 0,38 99.609

9.609 64 57.499 000 000 21.00000 21.00000 2.18547 2.18547 16.63402 16.62449 25.36598 25.37551

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.20 diatas hasil uji data tidak berpasangan diperoleh nilai

sig 2-tailed sebesar 000. Berdasarkan kriteria penilaian Ha diterima apabila nilai

Sigtailed lebih kecil dari 0,05 taraf signifikan. Pada perhitungan didapat bahwa nilai sig

(49)

2. Hasil Belajar Uji Ranah Afektif dan Psikomotor Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

1) Hasil Deskriptif Data Statistik Tes Afektif Kelas Eksperimen Menggunakan

Pendekatan Saintifik.

Uji statistik deskriptif pada penelitian ini digunakkan untuk melihat atau

menggambarkan nilai rata-rata pada data nilai afektif yang diperoleh pada kelas

eksperimen yang menggunakan pendekatan saintifik. Hasil analisis deskriptif statistik

dapat dilihat pada Tabel 4.21 dibawah ini:

Tabel 4.21 Deskriptif Data Statistik Tes Afektif Kelas Eksperimen Menggunakan

Pendekatan Saintifik.

N Rata-rata

Afektif (Saintifik) 32 2.31

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa hasil analisis deskriptif statistik

pada tes afektif siswa kelas X IPA 1 dengan menggunakan pendekatan saintifik

diperoleh rata-rata tes afektif sebesar 2.31.

Peneliti menggunakan penilaian afektif berupa lembar observasi selama proses

pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diambil melalui lembar observer

yang dilakukan oleh observer yang meliputi beberapa indikator penilaian sikap yaitu

kedisiplinan, bekerjasama, dan tanggung jawab. Adapun data hasil kemampuan afektif

peserta didik selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen sapat dilihat pada

(50)

Gambar 4.5 Histogram Hasil Kemampuan Afektif Kelas Eksperimen Kelas X IPA 1 dengan

Pendekatan Saintifik

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas dapat diketahui bahwa nilai kemampuan afektif

pada kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan saintifik berdasarkan

indikator kedisiplin dengan persentase sebesar 83,33% dengan kriteria baik,

bekerjasama dengan persentase sebesar 82,29%, dan tanggung jawab dengan

persentase sebesar 81,77% dengan kriteria baik.

Adapun hasil penilaian ranah afektif (sikap) siswa kelas eksperimen yang

bertujuan untuk mengetahui respon atau reaksi peserta dalam mengikuti proses

pembelajaran. Berikut disajikan dalam Tabel 4.22 dibawah ini:

Tabel 4.22 Jumlah Siswa Berdasarkan Penilaian Afektif Selama Proses

Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik.

Indikator Afektif Baik Cukup Kurang Jumlah siswa

Disiplin 16 13 3 32

Bekerjasama 13 19 - 32

Tanggung Jawab 12 18 2 32

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018) 80,5

81 81,5 82 82,5 83 83,5

Indikator

N

il

ai

83,33% 82,29% 81,77%

(51)

Berdasarkan Tabel 4.22 diatas menunjukan bahwa pada hasil penilaian afektif

(sikap) siswa selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yaitu

bahwa indikator disiplin terdapat 16 siswa berkategori baik, 13 siswa berkategori

cukup, dan 3 siswa berkategori kurang. Pada indikator bekerjasama

Gambar

grafik; menyusun laporan
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Siswa Kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan MIPA 3
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan rumusan masalah sebagaimana di atas, tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran konsep diri pada remaja yang menjadi saksi Kekerasan Dalam

Penerimaan usaha tani padi sistem tanam SRI diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi padi per musim tanam per hektar dengan rata-rata harga gabah kering

Pada Penelitian SIG berbasis web ini bertujuan untuk menghasilkan SIG dengan visualisasi data spasial yang berisi informasi letak obyek-obyek wisata dan fasilitas penunjang wisata

1) Pengumpulan, penelaahan dan analisis data serta penyiapan data Statistik dan informasi dalam rangka penyiapan bahan kebijaksanaan teknis, koordinasi,

Bentuk non- test:  Rubrik partisipasi  Rubrik report Bentuk test: Kemampuan mahasiswa dalam mempresentasikan pengelolaan obat dan BMHP dalam bentuk pengenalan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh Budaya Organisasi terhadap efektivitas kerja guru di SMP Negeri 3 Batang

Variasi pasien dalam pelayanan HC RS Prima Medika lebih banyak dan ada beberapa diagnosis dominan yang sebetulnya tingkat ketergantungannya tidak tinggi tetapi banyak dikunjungi,