1
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNGKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI
LAMPUNG AGUSTUS 2017
AGUSTUS 2017
TINGKAT
PENGANGGUR-AN TERBUKA
SEBESAR 4,33
PERSEN
• Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang sebanyak 185,9 ribu orang dibanding keadaan Februari 2017 dan sebanyak 35,1 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu.
• Secara relatif angka pengangguran Lampung menunjukan penurunan dari 4,43 persen pada Februari 2017 menjadi 4,33 persen pada bulan Agustus 2017. Bila dibandingkan dengan Agustus 2016 (4,62 persen), angka pengangguran turun 0,29 poin. Secara absolut jumlah pencari kerja (pengangguran terbuka) mengalami penurunan sebanyak 14,1 ribu orang atau berkurang 7,40 persen selama setahun terakhir.
• Perkotaan masih menjadi kantong pengangguran ditunjukkan dengan tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 6,84 persen dibanding perdesaan yang mencapai 3,33 persen. Atau secara absolut 78,9 ribu orang di perkotaan dibanding 97,3 ribu orang pengangguran di perdesaan.
• Sektor pertanian masih mendominasi lapangan pekerjaan utama penduduk yaitu sekitar 45,94 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Selama periode setahun terakhir jumlah pekerja transportasi, pergudangan, dan komunikasi mengalami kenaikan sebanyak 55,2 ribu pekerja. Diikuti sektor konstruksi yang bertambah 23,3 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalami pengurangan tenaga kerja adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sebanyak 107,8 ribu pekerja.
• Status pekerjaan sebagian besar penduduk bekerja di Provinsi Lampung adalah berusaha dibantu buruh tidak tetap dan buruh/karyawan/pegawai yaitu masing-masing sebanyak 763,3 ribu orang dan 1.044,5 ribu orang. Dari status pekerjaan ini diperkirakan pekerja formal di Lampung sebesar 29,71 persen sedangkan pekerja informal 70,29 persen. Perkiraan proporsi pekerja informal pada tahun sebelumnya (kondisi Agustus 2016) adalah sebesar 70,10 persen.
2
1. ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN
Kondisi makro ketenagakerjaan Lampung pada Agustus 2017 menunjukan adanya penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 198,7 ribu orang dibanding Februari 2017 dan sebanyak 49,2 ribu orang dibanding Agustus 2016. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang sebanyak 185,9 ribu orang dibanding keadaan Februari 2017 dan sebanyak 35,1 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu. Sementara jumlah penganggur mengalami penurunan 12,8 ribu orang dibanding Februari 2017 dan sebanyak 14,1 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada periode Agustus 2017 terkoreksi menjadi 67,83 persen dari 69,61 persen pada periode Agustus 2016. Penurunan TPAK ini merupakan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.
Peningkatan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja yang berarti mengurangi suplai tenaga kerja perlu dicermati lebih lanjut apakah dikarenakan lapangan pekerjaan yang terbatas sehingga mereka terpaksa beralih ke aktivitas rumahtangga. Dari dekomposisi angkatan kerja seperti ditunjukkan pada Tabel 1 di atas peningkatan jumlah terjadi pada aktivitas bukan angkatan kerja yakni sekolah dan mengurus rumahtangga.
Secara relatif angka pengangguran Lampung menunjukan penurunan dari 4,43 persen pada Februari 2017 menjadi 4,33 persen pada bulan Agustus 2017. Bila dibandingkan dengan Agustus 2016 (4,62 persen), angka pengangguran turun 0,29 poin. Angka pengangguran Lampung ini masih di bawah angka pengangguran nasional. Pada Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional sebesar 5,50 persen. Jika dicermati angka ini melanjutkan tren penurunan dari 5,61 persen
Tabel 1
Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung, Agustus 2016 - Februari 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penduduk 15+ (000) 5 805,1 5 842,0 5 884,3 5 921,2 5 962,7 6 003,7
2 Angkatan Kerja (000) 4 060,7 3 832,1 4 038,3 4 121,7 4 271,2 4 072,5
Bekerja 3 921,2 3 635,3 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2 Penganggur 139,5 196,9 183,5 190,3 189,1 176,3
3 Bukan Angkatan Kerja (000) 1 744,4 2 009,9 1 846,0 1 799,5 1 691,5 1 931,2
Sekolah 459,2 469,3 432,6 437,6 430,6 440,2 Mengurus rumahtangga 1 088,4 1 318,6 1 221,0 1 194,5 1 077,8 1 312,2 Lainnya 196,9 222,0 192,3 167,4 183,1 178,9
4 TPAK (%) 69,95 65,60 68,63 69,61 71,63 67,83 5 TPT (%) 3,44 5,14 4,54 4,62 4,43 4,33
6 Pekerja Tidak Penuh (000) 1 411,2 1 379,6 1 424,4 1 280,3 1 479,0 1 442,4
Setengah Penganggur 321,3 297,4 370,9 282,4 326,4 408,7 Pekerja Paruh Waktu 1 089,9 1 082,1 1 053,6 997,9 1 152,6 1 033,7
(1)
Kegiatan Utama
3
pada Agustus 2016.Indikator lain yang lebih mendalam menyangkut angkatan kerja adalah jumlah pekerja tidak penuh yakni mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu). Dikatakan lebih mendalam karena mampu mengungkap dibalik status bekerja ternyata tidak semua memiliki produktivitas yang tinggi sebagian dari mereka memiliki jam kerja rendah. Ada dua kelompok pekerja tidak penuh: yang masih mencari kerja (setengah pengangguran) dan tidak mencari kerja lagi (pekerja paruh waktu). Pada Agustus 2017, pekerja tidak penuh berjumlah 1.442,4 ribu orang atau 37,02 persen dari penduduk bekerja. Naik dibanding Agustus 2016 yang 1.280,3 ribu orang atau 32,57 persen dari penduduk bekerja. Ini merupakan indikasi yang merepresentasikan turunnya produktivitas. Dari dua jenis pekerja tidak penuh, Setengah Pengangguran naik selama setahun terakhir dari 282,4 ribu pekerja menjadi 408,7 ribu pekerja.
69.95 65.60 68.63 69.61 71.63 67.83 60.00 62.50 65.00 67.50 70.00 72.50
Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017
TPAK
Gambar 1
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Lampung, Februari 2015 - Agustus 2017
Gambar 2
Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Lampung dan Nasional, Februari 2015 - Agustus 2017
4
Dilihat perbandingan kota-desa, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan (urban area). Sebanyak 6,84 persen angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara dengan 78,9 ribu orang. Sedangkan di wilayah perdesaan
(rural area) tingkat pengangguran 3,33 persen atau 97,3 ribu orang. Dibandingkan setahun yang
lalu, jumlah pengangguran di perkotaan bertambah sebanyak 2,4 ribu orang, sedangkan jumlah pengangguran di perdesaan berkurang sebanyak 16,5 ribu orang.
Daerah Tempat Tinggal
Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017
Absolut (000) TPT (%) Absolut (000) TPT (%) Absolut (000) TPT (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan 76,5 6,46 78,7 6,49 78,9 6,84 Perdesaan 113,8 3,87 110,4 3,61 97,3 3,33 Total 190,3 4,62 189,1 4,43 176,3 4,33
Disparitas jender pada partisipasi angkatan kerja sangat timpang. TPAK laki-laki sebesar 86,28 persen jauh lebih tinggi dibanding TPAK perempuan yang hanya 48,43 persen. Kondisi ini berkaitan dengan adanya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam rumahtangga. Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah (breadwinner), sedangkan perempuan mengelola rumahtangga dan mengasuh anak-anaknya. Dibandingkan keadaan Agustus 2016, partisipasi laki-laki di pasar tenaga kerja mengalami kenaikan masing-masing 0,10 poin dan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja mengalami penurunan 3,74 poin. Sementara itu, disparitas jender pada pengangguran direpresentasikan oleh TPT perempuan yang lebih tinggi dibanding TPT laki-laki yakni 4,79 persen berbanding 4,08 persen. TPT yang tinggi pada perempuan mengindikasikan adanya potensi yang tinggi pada partisipasi kerja perempuan.
Tabel 2
Pengangguran Terbuka menurut Daerah Kota-Desa Provinsi Lampung, Agustus 2016 - Agustus 2017
Tabel 3
Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin Provinsi Lampung, Agustus 2016 - Agustus 2017 Absolut (000) (%) Absolut (000) (%) Absolut (000) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Angkatan Kerja (TPAK): 4 121,7 69,61 4 271,2 71,63 4 072,5 67,83 Laki-laki 2 616,6 86,18 2 674,3 87,46 2 655,4 86,28 Perempuan 1 505,1 52,17 1 596,9 54,97 1 417,1 48,43 Pengangguran Terbuka (TPT): 190,3 4,62 189,1 4,43 176,3 4,33 Laki-laki 117,2 4,48 99,2 3,71 108,4 4,08 Perempuan 73,2 4,86 89,9 5,63 67,9 4,79 Agustus 2017 Jenis Kelamin Agustus 2016 Februari 2017
5
Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) <= SD 45,99 46,37 44,57 24,89 29,20 18,11 SMP 22,85 20,87 23,13 21,90 21,71 21,02 SMA Umum 15,35 14,30 15,31 30,73 19,54 31,63 SMA Kejuruan 7,87 8,96 8,64 14,23 17,90 19,80 Diploma I/II/III 1,90 2,72 2,25 3,48 3,40 4,08 Universitas 6,04 6,76 6,11 4,78 8,25 5,36 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Bekerja Pengangguran
Selama setahun terakhir terlihat ada pergeseran komposisi angkatan kerja menurut latar belakang pendidikan. Persentase pencari kerja yang berpendidikan tinggi (diploma/sarjana) naik dari 8,26 persen menjadi 9,45 persen. Sebaliknya, pengangguran yang mengenyam pendidikan rendah (SMP ke bawah) turun dari 46,79 persen menjadi 39,13 persen. Sementara pada penduduk yang bekerja terlihat adanya sedikit penurunan pada pekerja yang berpendidikan rendah. Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi mengalami peningkatan yakni dari 7,94 persen naik menjadi 8,36 persen. Kondisi yang sama dialami oleh pekerja yang berpendidikan menengah meningkat dari 23,21 persen menjadi 23,94 persen.
Pada Agustus 2017, jumlah penduduk yang bekerja penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja 35 jam per minggu atau lebih sebanyak 2.385,5 ribu (61,23 persen). Sementara itu, dalam setahun terakhir penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu (pekerja tidak penuh) mengalami kenaikan sebanyak 162,1 ribu (12,66 persen). Sementara penduduk yang bekerja kurang
2.6 4.4 8.8 8.0 8.1 3.7 2.8 4.6 6.0 8.5 5.5 5.3 1.8 3.9 8.5 9.4 7.6 3.8 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
<= SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas
Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017
Tabel 4
Komposisi Angkatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Lampung (Persen), Agustus 2016 – Agustus 2017
Gambar 3
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Agustus 2016 - Agustus 2017
6
dari 15 jam per minggu pada Agustus 2017 sebanyak 393,6 ribu (10,1 persen) atau mengalami peningkatan sebanyak 159,5 ribu (68,11 persen)dibanding Agustus 2016.
2. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
Komposisi penduduk Lampung yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama sedikit mengalami perubahan dibanding keadaan Agustus 2016. Sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 45,94 persen. Disusul dua lapangan pekerjaan lain yakni berturut-turut perdagangan/rumah makan dan jasa akomodasi (19,43 persen) serta jasa kemasyarakatan/sosial dan perorangan (13,13 persen). Ketiga lapangan usaha utama tersebut menyerap lebih dari 78 persen tenaga kerja di Lampung. Lapangan usaha lain memiliki kontribusi penyerapan tenaga kerja kurang dari 10 persen.
Februari Agustus Februari Agustus
(2) (3) (4) (5) 1 - 7 78,6 50,5 126,3 109,6 8 - 14 251,4 183,6 263,2 284,1 15 - 24 529,6 474,8 504,1 508,6 25 - 34 564,8 571,3 585,4 540,1 1 - 34 1 424,4 1 280,3 1 479,0 1 442,4 0 dan ≥ 35 2 430,4 2 651,1 2 603,2 2 453,9 Jumlah 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2 (1)
Jumlah Jam Kerja per Minggu
2016 2017
Tabel 5
Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu di Provinsi Lampung (ribu), Februari 2016 – Agustus 2017
Gambar 4
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Lampung, Agustus 2017
7
Dilihat tren sektoral, lapangan pekerjaan transportasi, pergudangan dan komunikasi selama setahun yang lalu mengalami penambahan menyerap tenaga kerja paling banyak yakni 55,2 ribu pekerja, diikuti sektor konstruksi sebanyak 23,3 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalamidrop out tenaga kerja adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan
sebanyak 107,8 ribu pekerja.
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &
Perikanan 48,23 48,28 48,27 45,94 Pertambangan dan Penggalian 0,54 0,44 0,52 0,61 Industri 9,74 8,42 7,40 7,86 Listrik, Gas dan Air Minum 0,25 0,13 0,20 0,27 Konstruksi 4,70 5,60 4,34 6,25 Perdagangan, Rumah Makan & Jasa Akomodasi 19,47 19,16 19,60 19,43 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 3,60 3,31 4,48 4,76 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan & Jasa Perusahaan 1,75 1,32 1,10 1,76 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 11,72 13,34 14,10 13,13 Total 100,0 100,0 100,0 100,0
2017
Lapangan Pekerjaan 2016
Tabel 6a
Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung (ribuan), Februari 2016 – Agustus 2017
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan & Perikanan 1 859,3 1 897,9 1 970,3 1 790,0 Pertambangan dan Penggalian 20,8 17,3 21,1 23,8 Industri 375,4 331,0 302,2 306,1 Listrik, Gas dan Air Minum 9,7 4,9 8,0 10,6 Konstruksi 181,2 220,1 177,3 243,4 Perdagangan, Rumah Makan & Jasa
Akomodasi 750,6 753,2 799,9 756,9 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 138,9 130,3 183,0 185,5 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan & Jasa Perusahaan 67,3 51,9 44,8 68,6 Jasa Kemasyarakatan, Sosial &
Perorangan 451,6 524,6 575,5 511,4
Total 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2
Lapangan Pekerjaan 2016 2017
Tabel 6b
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2016 – Agustus 2017
8
Daerah perkotaan di Lampung didominasi tenaga kerja di sektor Perdagangan/Rumah Makan/Jasa Akomodasi serta sektor Jasa Kemasyarakatan/Sosial/Perorangan yakni 32,85 persen dan 25,17 persen. Sedangkan daerah perdesaan lebih dari separuh tenaga kerja bekerja pada sektor pertanian (58,89 persen). Sektor Pertambangan dan Penggalian di perdesaan lebih banyak dibanding perkotaan, merepresentasikan sektor tersebut hanya berupa unit-unit usaha kecil seperti Galian C. Begitu juga dengan sektor industri yang jumlahnya jauh lebih banyak di perdesaan dibanding perkotaan menandakan banyaknya industri-industri kecil/industri rumah tangga.
3. STATUS PEKERJAAN UTAMA
Dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2017, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (26,81 persen) dan diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap (19,59 persen) dan pekerja keluarga (17,63 persen). Dalam periode setahun terakhir terjadi penambahan jumlah tenaga kerja yang berstatus pekerja bebas yakni sebesar 174,1 ribu pekerja.
Secara sederhana, kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya sebagian besar termasuk pekerja informal. Berdasarkan pendekatan identifikasi ini, maka pada Agustus 2017 sekitar 1.157,7 ribu pekerja (29,71 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 2.738,5 ribu pekerja (70,29 persen) bekerja pada kegiatan informal.
Tabel 7
Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Daerah Kota-Desa di Provinsi Lampung, Agustus 2017
absolut (000) % absolut (000) %
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan & Perikanan 128,8 11,98 1 661,2 58,89 Pertambangan dan Penggalian 3,1 0,29 20,7 0,73 Industri 104,2 9,69 201,9 7,16 Listrik, Gas dan Air Minum 6,8 0,64 3,7 0,13 Konstruksi 87,8 8,16 155,6 5,52 Perdagangan, Rumah Makan & Jasa
Akomodasi 353,3 32,85 403,6 14,31 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 71,7 6,67 113,7 4,03 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan & Jasa Perusahaan 49,1 4,56 19,5 0,69 Jasa Kemasyarakatan, Sosial &
Perorangan 270,8 25,17 240,6 8,53 Total 1 075,5 100,00 2 820,7 100,00
9
Ketimpangan kegiatan ekonomi formal dan informal terlihat signifikan di perdesaan dibanding perkotaan. Pada Agustus 2017, jumlah pekerja informal di perdesaan mencapai 2.193,5 atau lebih dari tiga kali jumlah pekerja formal. Pekerja di sektor informal umumnya berpendidikan rendah dan tidak mempunyai ketrampilan khusus. Kondisi ini terkait erat dengan rendahnya produktivitas di perdesaan. Sementara itu, jumlah pekerja formal dan informal di perkotaan relatif berimbang yakni sebanyak 530,5 ribu dan 545,0 ribu. Fenomena ini mengindikasikan pentingnya peran sektor informal dalam kegiatan ekonomi di perkotaan.Tabel 8
Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2016 – Agustus 2017
Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 707,9 694,2 736,1 685,8 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh
tdk dibayar 783,3 845,6 814,4 763,3 Berusaha dibantu buruh tetap/brh
dibayar 108,0 122,3 149,3 113,2 Buruh/Karyawan/Pegawai 1 080,9 1 052,9 1 097,1 1 044,5 Pekerja Bebas 463,0 428,7 493,4 602,7 Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 711,7 787,5 791,9 686,8 Total 3 854,8 3 931,3 4 082,1 3 896,2
Status Pekerjaan 2016 2017
Gambar 5
Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal-Informal di Provinsi Lampung (ribuan), Februari 2016 – Agustus 2017
10
3. PERBANDINGAN REGIONAL
Tingkat pengangguran terbuka menurut provinsi di Sumatera relatif bervariasi. Lima provinsi memiliki tingkat pengangguran di atas angka nasional, sementara lima provinsi lainnya termasuk Lampung memiliki tingkat pengangguran di bawah angka nasional (5,50 persen). TPT tertinggi dialami Kepulauan Riau yakni sekitar 7,16 persen. Sedangkan TPT yang paling rendah sekitar 3,74 persen terjadi di Bengkulu. TPT Lampung merupakan TPT terendah keempat di Pulau Sumatera.
Gambar 7
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi di Sumatera, Agustus 2017 Gambar 6
Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal-Informal dan Kota-Desa di Provinsi Lampung (ribuan), Februari 2016 - Agustus 2017
11
BEBERAPA KONSEP YANG DIGUNAKAN
Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh the International Labour
Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia
kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Batas bawah bervariasi antar Negara. Indonesia, menggunakan batas bawah usia 15 tahun, namun dalam survei dicatat 10 tahun ke atas, Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Kanada (14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun). Batas atas, bervariasi antar Negara. Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun). Banyak Negara termasuk Indonesia tidak ada batas atas.
2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan pengangguran.
3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumahtangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.
4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit dilakukan selama 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
5. Penganggur terbuka, terdiri dari: a) Mereka yang mencari pekerjaan.
b) Mereka yang mempersiapkan suatu usaha.
c) Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (bukan karena alasan kekurangan fisik).
d) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15+).
7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah
angkatan kerja
8. Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35
jam seminggu). Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
a) Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah pengangguran terpaksa).
b) Pekerja Paruh Waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela).
12
Lampiran
BRS Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Lampung No. 01/11/18/Th.X, 6 November 2017
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung, Agustus 2017
Kabupaten/Kota TPAK TPT (1) (2) (3) Lampung Barat 80,78 0,96 Tanggamus 65,91 5,08 Lampung Selatan 67,46 4,80 Lampung Timur 66,88 3,89 Lampung Tengah 71,35 3,08 Lampung Utara 64,52 5,62 Way Kanan 68,89 2,88 Tulangbawang 68,82 3,47 Pesawaran 67,48 5,73 Pringsewu 63,40 4,63 Mesuji 69,51 0,65
Tulang Bawang Barat 72,71 1,86
Pesisir Barat 74,81 2,71
Bandar Lampung 63,41 8,10
Metro 62,31 4,64