• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL

DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR

Ir. Kusdarto, Ir. Ganjar Labaik, Ir. Corry Karangan, Bayu Sayekti, ST

Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI

Batuan dan mineral dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian, karena di dalam beberapa mineral dan batuan terkandung nutrisi-nutrisi penting yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan menambah produktivitas lahan maupun hasil pertanian, yang disebut sebagai agromineral. Tanaman memerlukan nutrien untuk tumbuh, diantaranya nitrogen, fosfat, potassium, kalsium, magnesium, sulfur dan mikroelemen lain, yang tidak dipunyai oleh tanah yang kurang subur.

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan bahan galian batuan kalium adalah sebagai berikut : Formasi Ringgit, pada umumnya menempati sebagian besar daerah penyelidikan dan membentuk satuan morfologi perbukitan, berupa breksi polimik, laharik, lava dan tufa breksi. Breksi berwarna hitam kecoklatan, fragmen berupa andesit, basal, batuan leusit, dengan masa dasar pasir vulkanik, fragmen berukuran pasir sampai bongkah. Lava, bersusunan basal, berwarna, kelabu muda sampai kehitaman, masif berbutir halus seperti yang dijumpai di anak sungai Arca, utara Kampung Krajan Dua. Tufa breksi berwarna putih kecoklatan sampai kehijauan, setempat dijumpai bintik-bintik putih, fragmen breksi berukuran kerikil sampai kerakal. Diperkirakan berupa batuan leusitik. Satuan Batuan Breksi, Hasil Gunungapi Tua, menempati bagian tengah daerah penyelidikan dengan sebaran barat-timur, menutupi Formasi Ringgit membentuk punggungan-punggungan. Berupa breksi, retas, dan tufa pasiran. Breksi dengan komponen batuan leusit dengan masa dasar tufa berbintik putih, berwarna putih kecoklatan setempat sampai kehitaman, fragmen berbentuk bersudut tajam sampai tanggung; berukuran kerikil sampai kerakal, kemas terbuka. Perekat tufa pasiran mudah lepas. Pada daerah yang mengalami pelapukan kuat sukar diberdakan antara fragmen dan masa dasar seperti yang dijumpai di timur laut Bukit Rabunan, Dsn. Ngabinan, Ds. Patemon. Retas batuan leusitik berwarna abu-abu kehijauan setempat kehitaman berbintik putih, tebal dari 30 cm sampai 1 m, banyak mengandung mineral leusit dan mika, seperti yang dijumpai di jalan antara Patemon-Ngabinan. Di daerah sekitar Gunung Rabunan, di daerah aliran Sungai Gondang. Tufa pasiran, putih kotor, kelabu muda sampai kekuningan; berbutir kasar, lunak. Diorit, batuan ini menerobos Formasi Ringgit, membentuk perbukitan, di daerah setempat disebut Gunung Lucu. Berwarna abu-abu sampai kehitaman, berbutir kasar, holokristalin. Trakhit, batuan ini menerobos Formasi Ringgit, membentuk perbukitan yang dikenal dengan Gunung Rabunan. Batuan berwarna putih kecoklatan, dengan bintik hitam, keras, tampak butir kuarsa (sekunder ?). Dijumpai di daerah sekitar gunung Rabunan, di dusun Ngabinan. Endapan Aluvial, endapan ini menempati lembah sungai Kesambian, di sekitar Desa Sumber Tengah dan desa Patemon, berupa endapan sungai dan endapan undak, endapan sungai terlihat pada dasar sungai yang mengalir, berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah, sedangkan endapan undak berupa endapan pasir campur kerikil dan endapan kerikil, seperti yang dijumpai pada dinding Sungai Kesambian, Desa Sumber Tengah.

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan penyelidikan di Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur adalah melakukan eksplorasi umum bahan galian agromineral dengan maksud agar diperoleh data yang lebih optimal, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian akan diketahui potensi sumber daya bahan galian serta gambaran prospek pemanfaatan dan pengembangan di kabupaten tersebut. Daerah penyelidikan termasuk dalam komplek Gunung Ringgit-Beser, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Sumber Tengah dan Desa Patemon, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1) luasnya lebih kurang 50 km2. Termasuk dalam lembar peta topografi Lembar 1608-323, 1608-324, 1608-341 dan 1608-342 (Jawa Timur), Skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal). Lokasi ini dibatasi 113º 48’ 27,371’’ - 113º 53’ 7,728’’ BT dan 7º 43’ 20,017’’ - 7º 46’ 58,058’’ LS, terletak lebih kurang 15 km arah barat Kota Situbondo, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat melalui jalan negara, dan ke selatan di Bungatan melalui jalan kabupaten lebih kurang 5 km.

GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN BATUAN KALIUM

Wilayah Eksplorasi Umum Agromineral Di Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur ini berdasarkan pembagian lembar Peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1 : 50.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, sebagian besar termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Lembar Besuki (Pendowo. B., 1991).

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan bahan galian agromineral adalah sebagai berikut : Formasi Ringgit, pada umumnya menempati sebagian besar daerah penyelidikan dan membentuk satuan morfologi perbukitan, berupa breksi polimik, laharik, lava dan tufa breksi. Breksi berwarna hitam kecoklatan, fragmen berupa andesit, basal, batuan leusit, dengan masa dasar pasir vulkanik, fragmen berukuran pasir sampai bongkah. Lava, bersusunan basal, berwarna, kelabu muda sampai kehitaman, masif berbutir halus seperti yang dijumpai di anak sungai Arca, utara Kampung Krajan Dua (KS.18 dengan kandungan K2O

6,69%). Tufa breksi berwarna putih kecoklatan sampai kehijauan, setempat dijumpai bintik-bintik putih, fragmen breksi berukuran kerikil sampai kerakal. Diperkirakan berupa batuan leusitik (KS.23 dengan kandungan K2O 6,26%). Satuan Batuan Breksi, Hasil Gunungapi Tua,

menempati bagian tengah daerah penyelidikan dengan sebaran barat-timur, menutupi Formasi Ringgit membentuk punggungan-punggungan. Berupa breksi, retas, dan tufa pasiran. Breksi dengan komponen batuan leusit dengan masa dasar tufa berbintik putih, berwarna putih kecoklatan setempat sampai kehitaman, fragmen berbentuk bersudut tajam sampai tanggung; berukuran kerikil sampai kerakal, kemas terbuka. Perekat tufa pasiran mudah lepas (KS.29 dengan kandungan K2O 4,62%). Pada daerah yang

mengalami pelapukan kuat sukar diberdakan antara fragmen dan masa dasar seperti yang dijumpai di timur laut Bukit Rabunan, Dsn. Ngabinan, Ds. Patemon (KS.07 dengan kandungan K2O 2,02% - 7,03%). Retas batuan

leusitik berwarna abu-abu kehijauan setempat kehitaman berbintik putih, tebal dari 30 cm sampai 1 m, banyak mengandung mineral leusit dan mika, seperti yang dijumpai di jalan antara Patemon-Ngabinan [KSA.04 (K2O 6,33%);

KSA.05 (K2O 8,35%); KSA.06 (K2O 2,74%);

KSA.07 (K2O 8,90%); KSA.10 (K2O 3,57% -

6,86%)]; KSA.11 (K2O 5,30 - 7,88%). Di daerah

sekitar Gunung Rabunan [KS.02 (K2O 6,19%);

KS.03 (K2O 5,83% - 6,47%)], di daerah aliran

Sungai Gondang [KS.30 (K2O 4,93% - 8,55%);

KS.34 (K2O 3,29%); KS.36 (K2O 1,00% -

7,54%)]. Tufa pasiran, putih kotor, kelabu muda sampai kekuningan; berbutir kasar, lunak KSA.15 (K2O 6,83%). Diorit, batuan ini menerobos

Formasi Ringgit, membentuk perbukitan, di daerah setempat disebut Gunung Lucu. Berwarna abu-abu sampai kehitaman, berbutir kasar, holokristalin. Trakhit, batuan ini menerobos Formasi Ringgit, membentuk perbukitan yang dikenal dengan Gunung Rabunan. Batuan berwarna putih kecoklatan, dengan bintik hitam, keras, tampak butir kuarsa (sekunder ?). Dijumpai di daerah sekitar gunung Rabunan, di dusun Ngabinan [KS.05 (K2O 3,72%)]. Endapan Aluvial, endapan ini menempati lembah sungai Kesambian, di sekitar Desa Sumber Tengah dan desa Patemon, berupa endapan sungai dan endapan undak, endapan sungai terlihat pada dasar sungai yang mengalir, berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah, sedangkan endapan

(3)

undak berupa endapan pasir campur kerikil dan endapan kerikil, seperti yang dijumpai pada dinding Sungai Kesambian, Desa Sumber Tengah.

Unsur kalium/potassium (K) sangat penting bagi pertumbuhan tanaman secara umum, bersama dengan nitrogen (N) dan fosfor (P). Sumber K (kalium/potassium) alam untuk produksi pupuk umumnya berasal dari endapan potas sedimenter yang terdiri dari silvit (KCl) atau senyawa kompleks (K, Mg)-klorit dan sulfat.

Pupuk-K ini larut air, sehingga cocok untuk bertindak sebagai pupuk-K dan K-Mg. Tanaman sendiri menyerap K secara alamiah dari pelapukan mineral K, kompos dan sisa tumbuhan. Akan tetapi mineral pembawa K yang paling umum adalah K-felspar, leusit, biotit, phlogopit dan glaukonit, serta mineral lempung (illit), sedangkan batuan silikat kaya-K yang cepat lapuk adalah batuan volkanik pembawa leusit.

Banyak sumber K yang mudah larut diperdagangkan sebagai pupuk-K, misalnya ”muriate of potash” (KCl), akan tetapi garam tersebut dapat menimbulkan masalah pada jenis tanaman yang peka terhadap garam. Sedangkan penggunaan mineral pembawa-K yang berstruktur silikat lebih dianjurkan, karena pupuk alam akan melepaskan nutrisi secara lambat untuk jangka panjang, termasuk di dalamnya adalah batuan leusit, fosfat, biotit dan phlogopit yang secara berangsur melepaskan unsur K dan Mg. Jika perlu, kecepatan pelepasan nutrisi dapat dipercepat, tetapi untuk beberapa tanaman yang memerlukan potassium dalam jumlah besar (pisang, kelapa dan karet) pelepasan unsur K yang lambat tersebut sangat menguntungkan.

Endapan batuan pembawa unsur kalium di daerah eksplorasi umum, adalah dari jenis batuan volkanik pembawa leusit yang berupa retas leusitit, basal leusit serta breksi laharik yang terdiri dari breksi berkomposisi basanit, leusitit dan basalt yang dijumpai pada Formasi Ringgit.

POTENSI ENDAPAN BAHAN GALIAN

Setelah dilakukan eksplorasi umum dan evaluasi, baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber pustaka, batuan mengandung kalium di Desa Patemon dan sekitarnya, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan breksi, Hasil Gunungapi Tua. Endapan yang diperkirakan mengandung kalium, adalah breksi dengan fragmen batuan leusitik, retas leusitik dan tufa

yang mengandung leusit. Breksi leusit berwarna, kehijauan sampai coklat memperlihatkan bintik-bintik putih. Retas dengan tebal bervariasi dari 30 cm sampai 1 m, berwarna abu-abu kehijauan, setempat kehitaman, berbintik putih dan banyak mengandung mineral mika. Tufa pasiran, berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan berbintik putih.

Di daerah ini endapan batuan yang diperkirakan mengandung kalium dijumpai meliputi Kampung Gebangan, Ngabinan dan Patemon, Desa Patemon dengan luas sebaran mencapai 126,8 hektar.

Dari data di atas sumber daya batuan yang mengandung kalium dengan ketebalan rata-rata kurang lebih 45 m, diperkirakan sumber dayanya mencapai 57.060.000 m3.

PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN

Pemanfaatan batuan pembawa unsur kalium dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kalium alam. Kalium terdapat dalam jumlah yang relatif banyak pada sebagian besar tanah. Rata-rata kandungan kalium adalah sekitar 1,9%. Konsentrasi kalium dalam tanah umumnya bervariasi antara 0,5% sampai 2,5% dan pada keadaan tertentu dapat mencapai 12%. Di daerah tropis seperti Indonesia, kalium mudah hilang karena penguraian dan pencucian akibat curah hujan dan temperatur yang tinggi.

Sumber K Dalam Tanah

Diluar yang ditambahkan dari pupuk, kalium yang dikandung tanah berasal dari proses disintegrasi dan dekomposisi batuan yang mengandung mineral pembawa kalium. Mineral-mineral yang umumnya dianggap sebagai sumber asli dari kalium, diantaranya adalah leusit [K (AlSi2O6)],

biotit [K (Mg,Fe)3 AlSi3O10], kalium feldspar

ortoklas dan mikrolin (KAlSi3O8). Kalium dalam

tanah juga ditemukan dalam mineral sekunder atau mineral liat (illit; vermikulit; khlorit).

Penggunaan Pupuk Kalium

Penelitian maupun implementasi pupuk kalium tunggal (KCl-Muriate of Potash-silvit) sudah umum digunakan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman serta peningkatan unsur K dalam tanah sudah terbukti. Tetapi K dalam bentuk pupuk majemuk (PK) alam masih dalam taraf penelitian (sumber pupuk K alam yang digunakan adalah K-felspar). Pada beberapa hasil

(4)

penelitian pemupukan K alam dengan pupuk majemuk masih belum memberikan hasil yang dapat disimpulkan. Peningkatan ketersediaan K dalam tanah dan peningkatan hasil tanaman akibat dari hasil pemberian pupuk K alam masih belum jelas.

Efisiensi Pemupukan Kalium Alam

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan kalium adalah tekstur tanah, kapasitas tukar kation (KTK), oksidasi-reduksi, curah hujan dan cara pemupukan. Hal ini didasarkan pada K yang mudah tercuci dan mudah larut. Pada tanah yang berpasir maka pemupukan sebaiknya tidak sekaligus. Jika tanah mempunyai nilai KTK rendah maka perlu pemberian bahan organik atau sisa tanaman untuk meningkatakan KTK tanah agar K dapat ditahan sebagai K-dd. Perubahan oksidasi dan reduksi akan meningkatkan K-dd terutama pada tanah-tanah dengan tipe liat 2 : 1 (Monmorilonit), sedangkan pada curah hujan tinggi maka K akan banyak tercuci. Walaupun demikian, masih diperlukan penelitian mengenai pemupukan kalium alam dalam jangka panjang pada berbagai jenis tanah utama.

Pemupukan kalium sebaiknya tidak disertai dengan pemupukan magnesium (MgO alam) dan atau kalsium (Kalsium alam). Hal ini dikarenakan kalsium dan magnesium berkompetisi dengan kalium dalam memasuki tanaman. Kalsium dan magnesium yang tinggi pada larutan tanah dapat menyebabkan penyerapan kalium menurun.

Potensi Pemupukan Kalium

Kekahatan kalium dalam tanah pada umumnya terjadi pada tanah-tanah yang telah melapuk lanjut dengan kandungan mineral kaolinit yang tinggi. Mineral tipe 1 : 1 seperti kaolinit tidak menfiksasi kalium sehingga kalium mudah tercuci. Tanah-tanah yang mengandung mineral kaolinit yang tinggi diantaranya adalah Ultisols, Inceptisols, Andisols, dan Oksisols.

Syarat Mutu Pupuk Kalium

Dalam perdagangan pupuk kalium alam adalah berupa pupuk majemuk lengkap (NPK) dan tunggal. Walaupun sudah diperdagangkan, karena penggunaannya masih terbatas dan pengaruh belum jelas maka sampai saat ini belum mendapat sertifikat SNI. Dalam bidang perdagangan sumber K alam diambil dari K-Felspar dengan kandungan K>15%. Pupuk NPK alam ini pada dasarnya lebih menekankan pada pemupukan fosfat alam karena kandungannya fosfatnya mencapai 50%. Pupuk NPK organik diperdagangkan dalam bentuk butiran dan pupuk NPK organik lainnya dengan merek dagang Novelgro. Pupuk KCl telah mendapat sertifikat SNI dengan No SNI 02-2805-2005 dan produk KCl yang diperdagangkan harus mencantumkan No SNI-nya, sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.140/MPP. Kep/3/2002.

(5)

PUSTAKA

1. Agustiyanto, D.A. dan S. Santoso, 1993, Peta Geologi Lembar Situbondo, Jawa Timur , Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.

2. Hutabarat, J., 2004, Himpunan Batuan Vulkanik Kalium Tinggi Komplek Ringgit Beser, Bondowoso-Situbondo, Jawa Timur (Studi Petrologi dan Geokimia Batuan), Thesis Pasca Sarjana Teknik Geologi ITB, Bandung,

3. Pendowo, B., 1991, PetaGeologi Lembar Besuki, Jawa Timur , Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.

4.

Van Straten, Peter, 2002, Rocks for Crops, Agrominerals of Sub Saharan Afrika, International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), University of Guelph, Canada.

(6)

Uraian Satuan Persyaratan

Kadar Kalium sebagai K2O % Min. 60

Kadar air % Maks. 1

Catatan : Persyaratan K2O dihitung atas dasar bahan kering (adbk)

Tabel 1.Syarat Mutu Pupuk Kalium Khlorida SNI 02-2805-2005

(7)

50 m 100 m 150 m 200 m 250 m 300 m 350 m 400 m 450 m 500 m 550 m 600 m 650 m 700 m 750 m 800 m 850 m 900 m 950 m 1000 m 1050 m 1100 m Gambar 2. Peta Satuan Morfologi Daerah Eksplorasi Umum Agromineral

Gambar

Gambar 3. Blok Diagram Morfologi Daerah Eksplorasi Umum Agromineral

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 84 responden dapat disimpulkan bahwa pelayanan keperawatan kepada pasien BPJS rawat ianp di ruangan Hana sebagian

 Dalam praktik, seringkali diperlukan utuk mengonversi citra berwarna ke dalam bentuk citra berskala keabuan mengingat banyak pemrosesan citra yang bekerja pada skala

Pengadaan barang ini dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website LPSE

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa pelabuhan Sorong untuk keadaan sekarang maupun keadaan di 5 tahun dan 10 tahun yang akan datang

(3) Pemanfaatan energi dari sumber energi baru dan sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh badan usaha, bentuk usaha tetap, dan perseorangan dapat memperoleh kemudahan

1 (Mei 2017) | 41 yang serupa dengan sesamanya, menunjukkan bahwa ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dari antara penulis neo-ortodoks, konsep Brunner agak mirip

dirancangadalah proses kondensasi yang terintegrasi dengan proses adsorpsi menggunakan adsorben karbon aktif dan zeolit, sehingga dihasilkan gas CH 4 dengan kemurnian

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber...