• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Tauge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Tauge"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tauge

Kacang hijau (Phaseolus radiatus) adalah salah satu kacang-kacangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang hijau tergolong leguminoceae yang merupakan tanaman berkeping dua dan kaya akan zat gizi sebagai cadangan makanan untuk embrio selama proses perkecambahan. Buah kacang hijau berbentuk polong bulat memanjang dengan ukuran 6-15 cm. Berdasarkan mutunya, kacang hijau terbagi menjadi dua macam yaitu kacang hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan tauge (Astawan, 2005).

Kacang hijau tergolong sumber bahan pangan nabati yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah didapat dan harganya murah (Astawan, 2005), mempunyai kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling mudah dicerna serta palingkecil memberi pengaruh flatulensi (Anggrahini, 2009). Kecambah dari kacang hijau dikenal dengan istilah tauge.Tauge digunakan sebagai salah satu bahan sayuran yang memiliki nilai gizi tinggi (Wijayanti dkk., 2013).

Vitamin yang dapat ditemukan dalam tauge adalah vitamin A, C, E, K dan B6, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantothen, folat, kolin dan β-karoten. Mineral yang ditemukan pada tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P), potasium (K), natrium (Na), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn) dan selenium (Se). Asam amino esensial yang terdapat di dalam tauge meliputi triptofan, treonin, fenilalanin, metionin, lisin, leusin, isoleusin serta valin (Amilah dan Astuti, 2006). Di dalam tauge terkandung beberapa antioksidan dan zat yang berhubungan dengan antioksidan yaitu fitosterol, vitamin E (α-tokoferol), fenol dan beberapa mineral (selenium,mangan, tembaga,seng dan besi) (Astawan, 2005; Winarsi, 2007). Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang dapat melindungi asam lemak tak jenuh agar tidak teroksidasi dan juga sebagai pemelihara keseimbangan intraseluler (Yulfiperius et al., 2003). Kandungan gizi

(2)

yang terdapat pada kacang hijau dan tauge per 100 gram berat kering dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Kandungan gizi kacang hijau dan tauge per 100 gram berat kering (Persagi, 2009)

No. Jenis Zat Gizi Satuan Kacang Hijau Tauge

1. Energi G 382 354 2. Karbohidrat G 67,22 44,79 3. Protein G 27,1 38,54 4. Lemak G 1,78 12,5 5. Serat Mg 8,88 11,46 6. Kalsium Mg 263,91 1729,17 7. Fosfor Mg 377,51 770,83 8. Besi Mg 8,88 8,33 9. Natrium Mg - - 10. Kalium Mg - - 11. Karoten µg 263,91 208,33 12. Thiamin Mg 0,54 0,94 13. Riboflavin Mg 0,18 1,56 14. Niasin Mg 1,78 11,46 15. Vitamin C Mg 11,83 52,08 2.2. Madu

Madu adalah pemanis alami yang sering dikonsumsi oleh masyarakat umum karena mempunyai khasiat tertentu bagi tubuh manusia. Madu merupakan cairan kental yangdihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Madu berasal dari berbagai jenis nektar tumbuhan yang dikumpulkan lebah dari berbagai macam tumbuhan kemudian diproses pada tubuh lebah tersebut sampai membentuk larutan gula jenih atau sangat jenuh yang mengandung 17% air, 38% fruktosa, 31% glukosa, 10% gula jenis lainnya serta berbagai macam mikronutrisi, misalnya vitamin-vitamin, asam amino dan mineral-mineral. Pada proses pemasakan nektar menjadi madu, lebah menambahkan enzim invertase yang dapat mengubah sukrosa pada nektar menjadi glukosa dan fruktosa (Bogdanov, 2001).

Komponen utama di dalam nektar meliputi sukrosa, fruktosa dan glukosa serta terdapat juga senyawa gula sederhana lainnya, seperti maltosa, melibiosa, rafinosa dan turunan karbohidrat lainnya dalam jumlah yang kecil (Adji, 2004). Madu mempunyai keunikan pada sifatnya yaitu madu memiliki rasa yang manis,

(3)

namun madu lebih aman dari gula dalam penggunaannya sehingga madu sering dikonsumsi karena bermanfaat bagi tubuh manusia. Komposisi kimia madu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu komposisi nektar asal madu, keadaan iklim, topografi, jenis lebah, cara pengolahan serta cara penyimpanannya (Sihombing, 1997). Madu mengandung sebagian besar karbohidrat (gula sederhana) serta air.Karbohidrat meliputi fruktosa, glukosa, maltosa dan gula lainnya.Pada umumnya, madu mempunyai komposisi yaitu 17% air, 38,19% fruktosa, 31,29% glukosa, 1,31% sukrosa, 8,8% gula lainnya, 0,57% total asam, 0,169% abu, 0,041% nitrogen dan lainnya yaitu 2,43% (Bogdanov, 1997).

2.3. Fisiologi Reproduksi Mencit Jantan (Mus musculus L.)

Testis terbentuk dari tubulus-tubulus seminiferus yang bergelung, dimana dindingnya merupakan tempat pembentukan spermatozoa dari sel-sel spermatogonia.Kedua ujung setiap tubulus disalurkan ke dalam jaringan duktus dibagian korpus epididimis (Ganong, 2002). Dari tubulus seminiferus testis, spermatozoa melewati saluran mengalir pada epididimis. Selama proses perjalanan ini, spermatozoabersifat motil dan memiliki kemampuan untuk membuahi (Campbell et al., 2004).

2.3.1. Spermatozoa mencit

Spermatozoa umumnya mempunyai empat bagian utama, yaitu terdiri atas kepala, akrosom, bagian tengah serta ekor. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang di dalamnya terkandung informasi genetik (Sherwood, 2001). Kemampuan bereproduksi hewan jantan dapat ditentukan dari kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume semen dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi. Kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal serta motilitasnya (Hardjopranoto, 1995). Epididimis terletak di dekat testis dan dikelilingi oleh suatu lipatan tunika vaginalis dan terdiri atas satu saluran panjang yang berkelok-kelok. Spermatozoa merupakan zat setengah cair yang terdiri atas plasma sperma dan sel spermatozoa yang dikeluarkan oleh bermacam-macam kelenjar (Subrata, 1999).

(4)

Spermatozoa bergerak dari tubulus seminiferusmelewati duktus eferen menuju ke korpus epididimis. Epididimis merupakan pipa dan berkelok-kelok yang menghubungkan vas eferensia pada testis dengan duktus eferen (vas deferen). Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis dimana pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Badan epididimis sejajar dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor epididimis selanjutnya menjadi duktus deferen yang rangkap dan kembali ke daerah kepala. Epididimis berperan sebagai tempat untuk pematangan spermatozoa sampai pada saat spermatozoa dikeluarkan dengan cara ejakulasi. Spermatozoa belum matang ketika meninggalkan testikel dan harus mengalami periode pematangan di dalam epididimis sebelum mampu membuahi ovum (Frandson, 1995).

Kemampuan bereproduksi hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas spermatoza yang dihasilkan. Kualitas spermatozoa meliputi (Wibisono, 2010): a. Morfologi spermatozoa. Spermatozoa dinyatakan normal apabila morfologi

normal 30% atau lebih.

b. Motilitas spermatozoa terdiri dari: (a) gerak sangat cepat dan maju lurus ke depan, (b) gerak kurang cepat atau pelan maju lurus ke depan, (c) gerak di tempat dan (d) diam atau tidak bergerak.

c. Konsentrasi atau jumlah spermatozoa. d. Viabilitas spermatozoa.

2.3.2. Viabilitas spermatozoa

Viabilitas merupakan kemampuan spermatozoa supaya dapat bertahan hidup setelah dikeluarkan dari organ reproduksi jantan. Umumnya viabilitas spermatozoa berkaitan dengan persentase spermatozoa yang hidup ataupun yang mati.Spermatozoa yang hidup adalah spermatozoa yang tidak menyerap pewarna, sedangkan spermatozoa yang mati adalah spermatozoa yang menyerap pewarna. Kemampuan spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit (Effendy, 1997). Spermatozoa sangat mudah terganggu oleh lingkungan yang berubah. Perubahan pH dapat merusak spermatozoa, terlebih terhadap asam. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan spermatozoa

(5)

tidak mempunyai tenaga untuk melakukan pembuahan. Bagi gamet yang membuahi dalam air, ketahanan spermatozoa sangat sedikit sekali ketika mencari ovum. Daya hidup atau viabilitas adalah indikator fertilisasi. Apabila semen tersimpan lama maka sedikit yang motil (Nalbandov, 1990).

Kemampuan bereproduksi hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume semen yang tinggi dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal dan motilitasnya (Hardjopranoto, 1995). Terdapat faktor yang mempengaruhi pembuahan, contohnya viabilitas spermatozoa yang rendah sehingga spermatozoa tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengadakan pembuahan. Faktor hambatan ini dapat berasal dari struktur histologi saluran reproduksi jantan, struktur spermatozoa yang diperoleh selama di dalam alat genital serta enzim-enzim yang terdapat di dalam saluran reproduksi jantan dan dalam spermatozoa itu sendiri. Spermatozoa yang belum dewasa maupun bentuk-bentuk yang tidak sempurna tidak bisa membuahi (Ilyas, 2003).

Viabilitas dapat diukur dengan melihat persentase motilitas spermatozoa setelah jangka waktu tertentu. Semakin lama semen yang tersimpan maka semakin sedikit yang motil. Penurunan motilitas normal adalah sebagai berikut:

a. Dua sampai tiga jam sesudah ejakulasi, 50-60% spermatozoa yang bergerak maju/ml.

b. Tujuh jam sesudah ejakulasi, kurang dari 50% spermatozoa yang bergerak maju/ml.

Apabila setelah tiga jam yang bergerak kurang dari 50% menandakan adanya gangguan atau kelainan pada genitalia. Spermatozoa yang motilitasnya rendah disebut asthenozoospermia (Yatim, 1994).

2.3.3. Morfologi spermatozoa

Spermatozoa matang mempunyai sebuah kepala, akrosom, bagian tengah dan ekor.Bagian kepala terdiri dari nukleus yang mengandung informasi genetik spermatozoa. Akrosom, suatu vesikel berisi enzim di ujung kepala, digunakan

(6)

sebagai bor enzimatik untuk menembus ovum. Akrosom dibentuk dari agregasi vesikel-vesikel yang dihasilkan oleh kompleks golgi atau retikulum endoplasma sebelum organel-organel ini dibuang. Pergerakan spermatozoa dihasilkan oleh ekor yang panjang. Pergerakan ekor dijalankan oleh energi yang dihasilkan oleh mitokondria yang terkonsentrasi di bagian tengah spermatozoa (Sherwood, 2001). Ciri spermatozoa normal pada mencit yaitu mempunyai bentuk kepala seperti kait mata pancing dan ekor panjang lurus, sedangkan spermatozoa abnormal mempunyai bentuk kepala tidak beraturan, dapat berbentuk seperti kait mata pancing, atau tidak beraturan (amorphous), atau terlalu bengkok dan ekornya tidak lurus bahkan tidak berekor, atau hanya terdapat ekornya saja tanpa kepala.

Gambar 1.Morfologi Spermatozoa Mencit (Hayati et al., 2005).

Keterangan : Gambar A adalah spermatozoa normal, dengan kepala seperti kait pancing, gambar B, C dan D adalah spermatoza abnormal (B = spermatozoa dengan kepala seperti pisang, C = spermatozoa tidak beraturan, dan D = spermatozoa terlalu bengkok)

Pada manusia, spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 64 hari, dari spermatogonia menjadi spermatozoa matang dengan produksi spermatozoa sekitar 30 juta spermatozoa per hari sedangkan pada mencit proses ini berlangsung sekitar lima minggu (Sherwood, 2001). Efisiensi spermatogenik pada mamalia, yang diukur melalui produksi spermatozoa harian per gram testis bervariasi dari 2,65 x 107 pada kelinci, hingga lebih dari 1,9 x 107 spermatoza per gram testis per hari pada kebanyakan spesies lainnya (Peirce and Breed, 2001).

(7)

2.3.4. Motilitas spermatozoa

Motilitas merupakan gerak maju ke depan dari spermatozoa secara progresif. Motilitas spermatozamemiliki peran penting dalam suksesnya proses konsepsi terutama dalam menembuslendir serviks (Saputri, 2007). Jumlah spermatozoa yang bergerak maju adalah keseluruhan jumlah spermatozoa dikurangi dengan jumlah spermatozoa yang mati. Dianggap normal apabila motil maju lebih besar dari 40%.

Menurut Yatim (1994), spermatozoa yang normal, motilitasnya adalah 63%dari kisaran 10-95%. Seseorang yang memiliki gerak maju spermatozoanya lemah sekali disebut dengan asthenozoospermia. Apabila hampir keseluruhan spermatozoayang diperiksa nampak mati dan tak bergerak, disebut dengan necrozoospermia. Tadjudin (1988) mengkategorikan klasifikasi motilitas spermatozasebagai berikut:

a. Spermatozoa bergerak cepat dengan lurus ke depan disebut sebagai gerak maju sangat baik.

b. Gerakan spermatozoa lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus disebut sebagai gerak lemah atau sedang.

c. Spermatozoa tidak bergerak maju. d. Spermatozoa tidak bergerak.

Gambar

Tabel 1.Kandungan gizi kacang hijau dan tauge per 100 gram berat kering  (Persagi, 2009)
Gambar 1.Morfologi Spermatozoa Mencit (Hayati et al., 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Spermatozoa mencit adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam tubulus seminiferus melalui proses spermatogenesis, dan bersama-sama dengan plasma semen akan

Cacing pita memiliki ciri khusus berupa bentuk tubuhnya yang pipih dan memanjang seperti pita. Cacing jenis ini tidak mempunyai saluran pencernaan karena sari-sari

menurut Rasyaf (2011), ciri-ciri ayam Kampung jantan lebih jelas dari segi bentuk, memiliki tubuh yang gagah; sedangkan pada betina, bulu ekor lebih pendek dari panjang

Terdapat perbedaan bermakna motilitas spermatozoa mencit balb/c yang diberi dark chocolate dengan paparan asap rokok sesuai peningkatan dosis. Motilitas Spermatozoa

kumbang dan kalajengking 26 Rifqy menemukan hewan dengan ciri-ciri sebagai berikut: Mempunyai tulang yang terentang dari balakang kepala sampai bagian ekor, mempunyai otak yang

Memiliki ciri-ciri spesifik klon pada tanaman dewasa batang silindris dan tumbuh lurus, memiliki cabang utama yang kecil, lateralistik dengan tajuk terbuka. Kebun entres helaian

ikan sebelah mempunyai ciri-ciri yaitu dirhinous, posisi mulut subterminal, kepala tumpul dan bersisik, sirip ekor berpinggiran tegak, kepala tumpul

Nilai indeks kepala <75,9% atau dolikosefalik menggambarkan individu dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar dan sempit, profil wajah panjang dan rendah, bentuk