• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

8

LANDASAN TEORI

2.1. Pendekatan Basisdata 2.1.1. Pengertian Basisdata

(Connoly, 2002, p14), Basisdata adalah kumpulan data yang terhubung secara logikal yang bisa dipakai secara bersama dan deskripsi mengenai data tersebut, yang didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.

(Abdul Kadir, 1998, p9), menurut Date, Basisdata adalah sistem komputerisasi yang tujuan utamanya adalah memelihara informasi, dan membuat informasi tersebut tersedia saat dibutuhkan

Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa basisdata merupakan sekumpulan data yang saling berhubungan dan diolah untuk memenuhi kebutuhan suatu organisasi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa basis data mempunyai beberapa kriteria penting, yaitu :

1. Bersifat data oriented dan bukan program oriented.

2. Dapat digunakan oleh beberapa program aplikasi tanpa perlu mengubah basis datanya.

3. Dapat dikembangkan dengan mudah, baik volume maupun strukturnya.

(2)

4. Dapat memenuhi kebutuhan sistem-sistem baru secara mudah 5. Dapat digunakan dengan cara-cara yang berbeda.

6. Prinsip utama basisdata adalah pengaturan data dengan tujuan utama fleksibelitas dan kecepatan dalam pengambilan data kembali.

Adapun Tujuan basis data diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Efisiensi meliputi kecepatan, tempat, dan ketelitian.

2. Menangani data dalam jumlah besar. 3. Kebersamaan pemakaian (Sharebility). 4. Meniadakan duplikasi dan inkonsistensi data.

2.1.2. Pengertian Sistem Basisdata

Menurut Date (2000,p5) sistem basisdata merupakan sistem penyimpanan record yang terkomputerisasi. Dengan kata lain sistem basisdata merupakan sistem penyimpanan informasi yang terkomputerisasi sehingga memudahkan pemakainya untuk mengambil kembali dan memperbaharui informasi tersebut.

2.1.3. Database Management System (DBMS) 2.1.3.1. Pengertian DBMS

(Connoly & Begg, 2002, p16 ), Database Management System (DBMS) adalah sebuah sistem piranti lunak yang membolehkan pengguna mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengkontrol pengaksesan ke basisdata.

(3)

(Abdul Kadir, 1998, p17), Database Management System (DBMS) adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk memasukan, memanipulasi, mengubah, menghapus, dan memperoleh data atau informasi dengan praktis dan efesien.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa DBMS merupakan sebuah software yang digunakan untuk menciptakan, memelihara, memasukan, memanipulasi, mengubah, menghapus serta memudahkan pengguna untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

2.1.3.2. Sejarah DBMS

DBMS yang pertama berdasarkan pada metode hierarki dari pengurutan data. Sistem yang pertama kali merupakan eksistensi dari struktur file COBOL. Bagaimanapun juga pendekatan hubungan database ditemukan oleh E.F. Codd yang menjadi metode dominan dari penyimpanan dan pengambilan data.

Kesadaran menyimpan dan memanipulasi data telah menjadi fokus perhatian pengguna komputer sejak awal. DBMS bertujuan umum pertama dirancang oleh Charles Bachman sekitar awal tahun 1960-an. DBMS yang dirancang disebut Integrited Data Storage. DBMS ini menggunakan model data jaringan.

(4)

Pada akhir tahun 1960-an IBM mengembangkan IMS DBMS (Informtion Management System DBMS) menggunakan model data hierarki yang sampai saat ini masih dipakai.

2.1.3.3. Fungsi DBMS

Menurut Connolly&Begg (2002,pp48-52) fungsi-fungsi DBMS adalah:

1. Data Storage, Retrieval and Update

Suatu DBMS harus memiliki kemampuan untuk melakukan penyimpanan, penelusuran dan juga mengupdate data-data yang ada.

2. A User-accessible catalog

Sebuah DBMS harus dapat memiliki sebuah katalog untuk mendeskripsikan data yang disimpan dan juga dapat diakses oleh pengguna.

3. Transaction Support

DBMS harus menyediakan suatu mekanisme yang akan menjamin bahwa semua kegiatan update maupun tidak, sesuai dengan transaksi yang dilakukan.

(5)

4. Concurrency control services

DBMS harus menyediakan mekanisme yang menjamin bahwa basisdata di-update dengan benar ketika lebih dari satu pemakai mengubah basisdata secara bersamaan.

5. Recovery services

DBMS harus menyediakan mekanisme untuk memperbaiki basisdata yang dalam suatu kesempatan rusak karena suatu hal.

6. Authorization services

DBMS harus menyediakan mekanisme untuk menjamin bahwa hanya pengguna yang mempunyai hak yang dapat mengakses basisdata.

7. Support for data communication

DBMS harus mampu berintegrasi dengan software komunikasi.

8. Integrity services

DBMS harus menyediakan cara untuk menjamin bahwa data dalam basisdata dan perubahan pada data mengikuti aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

9. Services to promote data independence

DBMS harus mencakup fasilitas yang mendukung independensi program dari struktur aktual basisdata.

10. Utility services

(6)

2.1.4. Data Definisi Language (DDL)

DDL adalah perintah-perintah yang dapat digunakan oleh administrator basisdata (DBA) untuk mendefinisikan skema ke DBMS. Skema adalah deskripsi lengkap tentang struktur medan, rekaman, dan hubungan data pada basisdata. Tugas utama skema adalah menjabarkan struktur basisdata kepada DBMS.

DDL juga dipakai untuk mendefinisikan sub-skema. Sub-skema adalah pandangan (view) bagi pengguna terhadap basisdata. Sub-skema merupakan himpunan bagian dari skema. Dengan kata lain, sub-skema bisa mencangkup sebagian atau seluruh bagian skema.

DDL juga digunakan untuk menciptakan, mengubah, dan menghapus basisdata.

2.1.5. Data Manipulasi Language (DML)

DML adalah perintah-perintah yang digunakan untuk mengubah, memanipulasi dan mengambil data pada basisdata. Tindakan seperti menghapus, mengubah, dan mengambil data menjadi bagian dari DML.

Pada dasarnya DML dibagi menjadi dua:

1. Prosedural, yang menuntut pengguna menentukan data apa saja yang dibutuhkan dan bagaimana cara mendapatkannya.

2. Nonprosedural, yang menuntut pengguna menentukan data apa saja yang diperlukan, tetapi tidak menyebutkan cara mendapatkannya. DML nonprosedural ini menawarkan kemudahan bagi pengguna dalam mempelajari dan juga dalam menggunakannya daripada DML prosedural.

(7)

Namun karena pengguna tidak tahu cara mendapatkan data, DML nonprosedural terkadang kurang efesien dibanding dengan DML prosedural, untuk masalah tertentu.

Ada dua cara untuk mengakses data pada basisdata. Pertama, dengan mengetik perintah-perintah yang ditujukan kepada DBMS untuk memanipulasi suatu rekaman atau suatu data, Biasanya DML yang digunakan bersifat nonprosedural. Kedua, melalui program aplikasi yang menerbitkan instruksi-instruksi internal ke DBMS untuk mengambil data dan memberikan hasil ke program.

2.1.6. 4th GL (Generation Language)

Fourth-generation language meliputi bahasa pemograman yang kecil. 4GL adalah non-prosedural: pengguna menjelaskan apa yang dikerjakan, bukan bagaimana. Pengguna tidak harus menjelaskan langkah-langkah yang dibutuhkan program untuk melakukan tugas, tetapi malahan menjelaskan parameter-parameter untuk peralatan yang menggunakan mereka untuk menghasilkan program aplikasi. Fourth-generation language meliputi:

a. Bahasa presentasi, seperti bahasa query dan report generators. b. Bahasa khusus, seperti spreadsheet dan database language.

c. Application generators yang menjelaskan, insert, update dan retrieve data dari database ke aplikasi yang dibuat.

(8)

2.1.7. Siklus Hidup Database

Menurut Connolly & Begg(2002, p272) siklus hidup dari sebuah analisis dan perancangan basis data terdiri dari:

Gambar 2.1 Siklus Hidup Database (Sumber: Connolly dan Begg, 2002, p297)

Database Planning

System Definition

Requirement Collection and Analysis

Conceptual Database Design

Logical Database Design

Physical Database Design DBMS Selection (optional)

Prototyping (optional)

Application Design

Implementation

Data Convertion for Loading

Testing

(9)

2.1.7.1. Database Planning

Database planning adalah merencanakan bagaimana tahap-tahap dari lifecycle dapat direalisasikan dengan cara yang paling efisien dan efektif. Perencanaan basisdata harus teringrasi dengan sistem informasi (Connolly & Begg, 200, p273).

1. Identifikasi rencana dan tujuan perusahaan dengan menentukan sistem informasi yang diperlukan.

2. Evaluasi sistem informasi yang sekarang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kekuatannya.

3. Penilaian tetang peluang IT yang mungkin menghasilkan keuntungan yang kompetitif.

Metodologi untuk mengatasi tiga hal tersebut di atas, yaitu: 1. Database Planning – Mission Statement

Mission Statement untuk database project mendefinisikan tujuan utama dari aplikasi database. Mengarahkan database project, biasanya mendefinisikan perintah tugas (mission statement). Mission statement membantu menjelaskan kegunaan dari database project dan menyediakan alur yang lebih jelas untuk mencapai efektifitas dan efesiensi penciptaan dari suatu aplikasi database yang diinginkan.

2. Database Planning – Mission Objectives

Ketika mission statement telah didefinisikan, maka mission objectives didefinisikan. Setiap objective (tujuan) harus mengidentifikasikan tugas khusus yang harus didukung oleh

(10)

database. Dapat juga disertai dengan beberapa informasi tambahan yang menspesifikasikan pekerjaan yang harus diselesaikan. Sumber daya yang digunakan dan biaya untuk membayar kesemuanya itu.

Perencanaan database juga harus meliputi pengembangan standar pengumpulan data, bagaimana penetapan format, dokumentasi yang diperlukan, bagaimana design dan implementasi diproses.

2.1.7.2. System Definition

System definition menspesifikasikan jangkauan dan batasan dari aplikasi basisdata, penggunaannya, dan lingkungan aplikasi. User view mendefinisikan apa yang diwajibkan dari suatu aplikasi database dari perspektif aturan kerja khusus (seperti: manajer, atau supervisor) atau area aplikasi perusahaan (seperti: marketing, personnel, atau stock control). Aplikasi database memiliki satu atau lebih user view. Identifikasi user view membantu memastikan bahwa tidak ada pengguna utama dari suatu basisdata yang terlupa ketika pembuatan aplikasi baru yang dibutuhkan. User views juga membantu dalam pengembangan aplikasi basisdata yang rumit atau kompleks memungkinkan permintaan-permintaan dipecah ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana.

(11)

2.1.7.3. Requirements Collection and Analysis

Proses pengumpulan dan analisis informasi mengenai bagian dari organisasi yang akan mendukung aplikasi basisdata dan menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasikan kebutuhan pengguna pada sistem baru.

Pada bagian ini dilakukan pengumpulan dan analisa informasi mengenai bagian-bagian dari enterprise yang akan menggunakan atau terkait dengan basisdata yang akan dibuat. Untuk itu digunakan teknik yang disebut Fact Finding Technique.

Terdapat lima teknik fact finding yang umum digunakan (Connolly & Begg, 2002. p305):

1. Mengevaluasi dokumen 2. Wawancara

3. Mengobservasi jalannya kegiatan kerja pada perusahaan 4. Penelitian

5. Kuisioner 2.1.7.4. Database Design

Database design adalah proses membuat sebuah desain untuk sebuah sistem basisdata yang mendukung kegiatan operasional suatu perusahaan (Connoly & Begg, 2002, p279) pada bagian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu konseptual, logikal, dan fisikal.

(12)

1. Perancangan konseptul basisdata

Perancangan konseptual merupakan proses konstruksi suatu informasi yang digunakan dalam sebuah organisasi.

Fase perancangan konseptual bermula dari pembuatan data model konseptual dari organisasi, yang sepenuhnya bebas mengimplementasikan rincian-rincian seperti mengenal sasaran dari manajemen sistem basisdata (DBMS), program-program aplikasi, bahasa pemograman, platform perangkat keras, persoalan kinerja, atau pertimbangan fisik lainnya.

2. Perancangan logikal basisdata

Perancangan basisdata logikal adalah proses konstruksi suatu informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tetapi bebas dari fakta-fakta DBMS dan pertimbangan fisik lainnya.

Fase perancangan basisdata secara logikal memetakan model perancangan konseptual pada sebuah model logikal, yang mana dipengaruhi oleh model data untuk target basisdata (Contoh: model relational). Model data logikal adalah sumber informasi bagi fase perancangan fisik dengan wahana untuk pembuatan penjualan yang sangat penting untuk sebuah perancangan basisdata yang efisien.

(13)

3. Perancangan fisikal basisdata

Perancangan basisdata secara fisik yang merupakan proses pembuatan deskripsi dari implementasi basisdata pada media penyimpanan sekunder dan fase ini mendeskripsikan dasar relasi, berkas organisasi dan indeks untuk mencapai pengaksesan data yang efisien dan beberapa batasan hubungan yang utuh dan tingkatan keamanan.

Fase perancangan basisdata secara fisik memperbolehkan perancangan membuat keputusan-keputusan berdasarkan pada bagaimana basisdata diimplementasikan. Agar, perancangan fisikal ditoleransi untuk sebuah manajemen sistem basisdata yang spesifik. Ada timbal balik antar perancangan logikal dan fisikal, karena keputusan-keputusan yang diambil selama perancangan fisikal mengembangkan kinerja yang bisa mempengaruhi model data logikal.

Tujuan utama dari perancangan basisdata, yaitu:

1. Merepresentasikan data dan relationship antara data yang dibutuhkan oleh seluruh area aplikasi utama dan user group. 2. Menyediakan model data yang mendukung segala transaksi

yang diperlukan pada data.

3. Menspesifikasi perancangan minimal yang secara tepat disusun untuk memenuhi kebutuhan kinerja yang ditetapkan pada sistem (misalnya: waktu respon).

(14)

2.1.7.5. DBMS Selection

DBMS Selection Yaitu pemilihan DBMS (Database Manajement System) yang sesuai untuk aplikasi-aplikasi basisdata. Berikut ini adalah langkah-langkah utama dalam pemilihan DBMS (Connolly & Begg, 2002, p284):

1. Menggambarkan cangkupan tugas berdasarkan kebutuhan perusahaan.

2. Membuat perbandingan mengenai dua atau tiga produk DBMS.

3. Mengevaluasi produk-produk DBMS tersebut.

4. Merekomendasikan pemilihan DBMS dan membuat laporan hasil dari evaluasi produk DBMS tersebut.

2.1.7.6. Application Design

(Connolly & Begg, 2002, p287), perancangan aplikasi yaitu merancang antar muka dan program aplikasi yang menggunakan dan memproses basisdata.

Perancangan basisdata dan aplikasi merupakan aktivitas pararel yang meliputi dua aktivitas penting, yaitu:

1. Transaction Design

Transaksi adalah satu aksi atau serangkaian aksi yang dilakukan oleh user tunggal atau program aplikasi, yang mengakses atau merubah isi dari basisdata. Kegunaan dari desain transaksi adalah untuk menetapkan dan keterangan

(15)

karakteristik high-level dari suatu transaksi yang dibutuhkan pada basisdata, diantaranya:

a. Data yang digunakan oleh transaksi.

b. Karakteristik fungsional dari suatu transaksi. c. Output transaksi.

d. Keuntungannya bagi user.

e. Tingkat kegunaan yang diharapkan. Terdapat tiga tipe transaksi, yaitu:

a. Retrieval transaction

Digunakan untuk pemanggilan (retieve) data untuk ditampilkan di layar atau menghasilkan suatu laporan. b. Update transaction

Digunakan untuk menambah record baru, menghapus record lama, atau memodifikasi record yang telah ada di dalam basisdata.

c. Mixed transaction

Meliputi pemanggilan dan perubahan data. 2. User Interface Design

Beberapa aturan pokok dalam pembuatan antar muka pengguna, yaitu:

a. Meaningful title, diusahakan pemberian nama suatu

form cukup jelas menerangkan kegunaan dari suatu form atau report.

(16)

b. Comprehensible instructions, penggunaan terminologi yang familiar untuk menyampaikan instruksi ke user dan jika informasi tambahan dibutuhkan, maka harus disediakan helpscreen.

c. Logical grouping and sequencing af fields, field yang saling berhubungan ditempatkan pada form atau report yang sama. Urutan field harus logis dan konsisten. d. Visually applealing layout of the form/report, tampilkan

form atau report harus menarik dan sesuai dengan hardcopy agar konsisten.

e. Familiar field labels, penggunaan label yang familiar.

f. Consistent terminology and abbreviation, terminology

dan singkatan yang digunakan harus konsisten. g. Consistent use of color.

h. Visiblespace and boundaries for data-entity fields,

jumlah tempat yang disediakan untuk data-entry harus diketahui oleh pengguna.

i. Convinient cursor movement, user dapat dengan mudah

menjalankan operasi yang diinginkan dengan menggerakan cursor pada form atau report.

j. Error correction for individual characters and entire fields, pengguna dapat dengan mudah menjalankan operasi yang diinginkan dan melakukan perubahan terhadap nilai field

(17)

k. Error messages for unacceptable values. l. Optional fields marked clearly.

m. Explanatory message for fields, ketika user meletakan cursor pada suatu field, maka keterangan mengenai field tersebut harus dapat dilihat.

n. Completion signal, indikator yang menjelaskan bahwa

suatu proses telah selesai dilaksanakan. 2.1.7.7. Prototyping

Membangun model kerja dari aplikasi basisdata yang memperbolehkan perancang atau pengguna untuk memvisualisasikan dan mengevaluasi bagaimana sistem akhirnya akan tampak dan berfungsi.

Ada dua cara strategi membuat prototype (Connoly & Begg, 2002, p261), yaitu:

1. Requirement Prototyping

Mengembangkan prototype untuk menentukan kebutuhan suatu aplikasi basisdata yang dibutuhkan dan ketika kebutuhan dirasakan sudah lengkap maka prototype tersebut tidak digunakan lagi.

2. Evolutionary Prototyping

Digunakan untuk tujuan sama, perbedaannya adalah bahwa prototype tidaklah dibuang tetapi dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi aplikasi basisdata tersebut.

(18)

2.1.7.8. Implementation

Implementasi merupakan perwujudan fisik dari basisdata dan desain aplikasi (Connolly & Begg, 2002, p292). Implementasi basisdata dicapai dengan membangun Data Definition Language (DDL) dari DBMS yang telah dipilih atau dengan menggunakan Graphical User Interface (GUI), masing-masing menyediakan fungsi ketika menyembunyikan pertanyaan (statement) DDL yang low-level.

Pertanyaan (statement) DDL digunakan untuk menciptakan struktur basisdata dan mengkosongkan file yang terdapat dalam basisdata tersebut. User view juga diterapkan pada langkah implementasi.

2.1.7.9. Data Conversion dan Loading

(Connolly & Begg, 2002, p293), Pemindahan data yang ada ke dalam basisdata yang baru dan mengubah aplikasi yang sedang berjalan agar dapat digunakan dalam basisdata yang baru.

2.1.7.10. Testing

(Connolly & Begg, 2002, p293), Testing adalah suatu proses melaksanakan program aplikasi dengan tujuan mencari kesalahan dan divalidasi untuk kebutuhan yang dispesifikasikan oleh pengguna. Jika data riil diharapkan untuk digunakan, maka adalah penting untuk mempunyai back up. Setelah pengujian diselesaikan, maka sistem aplikasi dan basisdata ini telah siap untuk digunakan.

(19)

2.1.7.11. Operational Maintenance

Pada tahap pemeliharaan (maintenance), yang melibatkan aktivitas berikut (Connolly & Begg, 2002, p293):

1. Monotoring Performance dari sistem. Jika performance jatuh dibawah suatu tingkatan yang bisa diterima, penyetelan atau reorganisasi basisdata mungkin diperlukan.

2. Maintaining dan meningkatkan mutu aplikasi basisdata

(ketika diperlukan). Kebutuhan baru disatukan dalam aplikasi basisdata dengan mengikuti langkah-langkah sebelumnya yang terdapat dalam lifecycle.

2.1.8. Tahap-tahap Perancangan Basisdata 2.1.8.1. Perancangan Koseptual Basisdata

Fungsi dari tahap ini adalah proses membuat representasi konseptual dari basis data, termasuk identifikasi entiti-entiti yang penting, relationship, atribut. Pada tahap ini dibagi menjadi beberapa langkah yaitu:

Langkah 1. Bangun lokal konseptual data model untuk setiap view. Langkah 1.1. Tentukan tipe entiti.

Langkah 1.2. Tentukan tipe relationship.

Langkah 1.3. Tentukan dan hubungkan atribut dengan entiti atau relationship.

(20)

Langkah 1.5. Menentukan atribut candidate dan primary key.

Langkah 1.6. Pertimbangkan penggunaan konsep permodelan yang lebih tinggi (optional). Langkah 1.7. Memeriksa model konseptual lokal akan

transaksi pengguna.

Langkah 1.8. Validasi model konseptual lokal akan transaksi pengguna.

Langkah 1.9. Membahas ulang model data konseptual lokal dengan pengguna.

2.1.8.2. Perancangan Logikal Basisdata

Tahap ini memetakan model konseptual ke sebuah model logikal yang dipengaruhi oleh model data yang menjadi tujuan basisdata. Dalam perancangan logikal basisdata, model data yang telah diperoleh dalam perancangan konseptual basisdata diubah dalam bentuk logikal model dimana data yang ada dipengaruhi oleh model data yang menjadi tujuan basisdata (Contoh: relational model). Hal ini dilakukan untuk menterjemahkan presentasi konseptual ke dalam bentuk struktur logik dalam basisdata. Model data logikal merupakan sumber informasi dalam perancangan fisikal basisdata. Perancangan logikal basisdata memberikan sarana yang membantu para perancang dalam merancang fisikal basisdata. Pada tahap ini dibagi menjadi beberapa langkah, yaitu:

(21)

Langkah 1. Bangun dan validasi model data logikal lokal untuk setiap view.

Langkah 1.1. Buang hal-hal yang tidak cocok dengan model relational.

Langkah 1.2. Buat relations untuk model data logikal. Langkah 1.3. Ubah data tidak normal dengan

menggunakan normalisasi.

Langkah 1.4. Validasi relations berlawanan dengan transaksi pengguna.

Langkah 1.5. Definisikan intergrity constrains

Langkah 1.6. Tinjau kembali model data lokal dengan pengguna.

Langkah 2. Bangun dan validasi model data logikal global. Langkah 2.1. Ubah model data logikal menjadi model

global

Langkah 2.2. Validasi model data logikal global. Langkah 2.3. Perhatikan pertumbuhan kedepan.

Langkah 2.4. Tinjau kembali model data logikal global dengan pengguna.

2.1.8.3. Perancangan Fisikal Basisdata

Pada tahap ini memungkinkan perancang basisdata untuk membuat keputusan mengenai bagaimana basisdata akan diimplementasikan. Oleh karena itu, perancangan fisikal basisdata

(22)

harus disesuaikan dengan DBMSyang spesifikasi. Pada tahapan ini dibagi menjadi beberapa langkah, yaitu:

Langkah 1. Terjemahkan model data global untuk target DBMS Langkah 1.1. Desain tabel

Langkah 1.2. Desain representasi data turunan Langkah 1.3. Desain enterprise constraints Langkah 2. Desain representasi fisikal

Langkah 2.1. Analisa transaksi Langkah 2.2. Pilih organisasi file Langkah 2.3. Pilih index

Langkah 2.4. Perkirakan kebutuhan kapasitas tempat penyimpanan.

Langkah 3. Desain user views

Langkah 4. Desain mekanisme keamanan.

2.1.9. Model Entity Relationship

Model Entity Relationship Adalah suatu penyajian data dengan menggunakan Entiti dan Relationship Entity.

2.1.9.1. Tipe Entiti

Menurut Connolly (2002, p331), Tipe entiti adalah kumpulan dari objek-objek dengan sifat (property) yang sama, yang di identifikasikan oleh enterprise mempunyai ekstensi yang independent.

(23)

Menurut Connolly (2002, p333), Entity occurence adalah pengidentifikasian objek yang unik dari sebuah tipe entity. Setiap entitas di identifikasikan dan disertakan property-nya.

Gambar 2.2 Tipe Entity

Sumber (Connolly & Begg, 2002, p333) 2.1.9.2. Tipe Relasi

Menurut Connolly (2002, p334), Tipe relasi adalah kumpulan keterhubungan yang memiliki arti (meaningful associations) antara tipe entitas yang ada.

Tipe relasi adalah tipe yang merepresentasikan relasi yang terdiri dari t tuple, dan setiap tuple-nya terdiri dari n atribut dengan atribut a1,…,an masing-masing bertipe t1,…,tn.

Relationship occurrence adalah keterhubungan yang di

identifikasikan secara unik yang meliputi keberadaan tipe entitas yang berpartisipasi.

(24)

Contoh :

Gambar 2.3 Tipe Relasi

Sumber (Connolly & Begg, 2002, p334)

Gambar 2.4 Diagram ER Relationship ‘Branch has Staff’ Sumber (Connolly & Begg, 2002, p335)

Derajat relationship adalah jumlah entitas yang berpartisipasi dalam suatu relationship. Derajat relationship terdiri dari:

1. Binary relationship

Keterhubungan antara dua tipe entitas. Contoh binary relationship antara PrivateOwner dengan PropertyRent yang disebut Powns.

(25)

Gambar 2.5 Binary Relationship Sumber (Connolly & Begg, 2002, p336) 2. Ternary relationship

Keterhubungan antara tiga tipe entitas. Contoh ternary relationship yang dinamakan registers. Relasi ini melibatkan tiga entitas yaitu staff, branch, dan client.

Gambar 2.6 Ternary Relationship Sumber (Connolly & Begg, 2002, p336) 3. Quarternary relationship

Keterhubungan antara empat tipe entitas. Contoh Quartenary relationship yang dinamakan Arranges. Relasi ini melibatkan empat entity yaitu buyer, solicitor, financial institution, dan bid. Relasi ini menggambarkan buyer, diberi masukan oleh solicitor, dan didukung oleh financial institution, melakukan penawaran (bid).

(26)

Gambar 2.7 Quarternary Relationship Sumber (Connolly & Begg, 2002, p337) 4. Unary relationship

Keterhubungan antara satu tipe entitas, dimana tipe entitas tersebut berpartisipasi lebih dari satu kali dengan peran yang berbeda. Kadang disebut juga Recursive Relationship. Relationship dapat diberikan role names untuk mengidentifikasikan keterkaitan tipe etitas dalam relationship. Contoh entitas staff yang berperan menjadi supervisor dan staff yang di-supervisor-i.

Gambar 2.8 Recursive Relationship Sumber (Connolly & Begg, 2002, p337)

(27)

gambar 2.9 Unary Relationship Sumber (Connolly & Begg, 2002, p338) 2.1.9.3. Tipe Atribut

Menurut Connolly (2002, p338), Atribut adalah sifat-sifat (property) dari sebuah entiti atau tipe relasi. Atribut biasa disebut juga data elemen, data field, atau data item yang digunakan untuk menerangkan suatu entitas dan mempunyai harga tertentu. Contohnya sebuah entity Staff digambarkan oleh atribut StaffNo, Name, dan Salary.

Atribut domain adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau lebih atribut. Macam-macam atribut, yaitu:

1. Simple Attribute

Atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal dengan keberadaan yang independen dan tidak dapat dibagi menjadi

(28)

bagian yang lebih kecil lagi. Dikenal juga dengan nama Atomic Attribute.

2. Composite Attribute

Atribut yang terdiri dari beberapa komponen, dimana masing-masing komponen memiliki keberadaan independen. Contohnya atribut Address dapat terdiri dari Street, City, PostCode.

3. Single-valued Attribute

Atribut yang memiliki nilai tunggal untuk setiap kejadian. Contohnya entitas Branch memiliki satu nilai untuk atribut BranchNo pada setiap kejadian.

4. Multi-value Attribute

Atribut yang memiliki beberapa nilai untuk setiap kejadian. Contohnya entitas Branch memiliki beberapa nilai untuk atribut TelpNo pada setiap kejadian.

5. Derived Attribute

Atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya dan tidak berasal dari satu entitas.

2.1.9.4. Tipe Key

Menurut Connolly (2002, p340), Candidate Key adalah jumlah minimal atribut-atribut yang dapat mengidentifikasikan setiap kejadian/record secara unik.

(29)

Menurut Connolly (2002, p341), Primary Key adalah Candidate key yang dipilih untuk mengidentifikasikan setiap kejadian/record secara unik.

Menurut Connolly (2002, p341), Composite Key adalah Candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut.

Gambar 2.10 ER Diagram dari Staff dan Branch serta Atributnya Sumber (Connolly & Begg, 2002, p342)

2.1.9.5. Tipe Entity Kuat (Strong) dan Lemah (Weak)

Menurut Connolly (2002, p342), Strong entity type adalah entitas yang keberadaannya tidak tergantung pada entitas lain. sedangkan Menurut Connolly (2002, p343), Weak entity type adalah entitas yang keberadaannya bergantung pada entitas lain. Strong entity type terkadang disebut Parent, owner domaint dan Weak entity type disebut Child, dependent, subordinate.

(30)

Gambar 2.11 Strong dan Weak Entity Type Sumber (Connolly & Begg, 2002, p343) 2.1.9.6. Tipe Struktural Constraint

Batasan umum pada relationship disebut Multiplicity. Menurut Connolly (2002, p344), Multiplicity adalah jumlah (range) dari kejadian yang mungkin terjadi pada suatu entitas yang terhubung ke satu kejadian dari entitas lain yang berhubungan melalui relationship.

Relationship yang paling umum adalah binary relationship. Macam-macam binary relationship, yaitu:

(31)

1. One-to-one (1:1)

Gambar 2.12 Semantic Net Multiplicity 1:1 Sumber (Connolly & Begg, 2002, p345)

Gambar 2.13 Multiplicity 1:1 Sumber (Connolly & Begg, 2002, p346)

(32)

2. One-to-many (1:*)

Gambar 2.14 Semantic Net Multiplicity 1:* Sumber (Connolly & Begg, 2002, p346)

Gambar 2.15 Multiplicity 1:* Sumber (Connolly & Begg, 2002, p347)

(33)

3. Many-to-many (*:*)

Gambar 2.16 Semantic Net Multiplicity *:* Sumber (Connolly & Begg, 2002, p348)

Gambar 2.17 Multiplicity *:* Sumber (Connolly & Begg, 2002, p348) 4. Multiplicity for Complex Relationship

Jumlah (range) dari kejadian yang mungkin dari suatu entitas dalam binary relationship ketika nilai entitas yang lain (n-1) diketahui.

(34)

Ternary relationship Registers dengan nilai untuk entitas Staff dan Branch diketahui

Gambar 2.18 Semantic Net Multiplicity Ternary Relationship Registes

Sumber (Connolly & Begg, 2002, p349)

Gambar 2.19 Multiplicity dari Ternary Relationship Registers Sumber (Connolly & Begg, 2002, p350)

(35)

Tabel 2.1 Kesimpulan dari Beberapa Multiplicity Constraint Alternatif Multiplicity Constraint Arti

0...1 1...1 (or just 1) 0...* (or just *) 1...* 5...10 0, 3, 6-8

Kosong atau satu entity occurence Hanya satu entity occurence

Kosong atau banyak entity occurence Satu atau banyak entity occurence

Minimal lima atau lebih entity occurence Kosong, tiga, enam, tujuh, delapan entity occurence

2.1.10.Normalisasi

2.1.10.1. Pengertian Normalisasi

(Connolly & Begg, 2002, p376), Normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan seperangkat relasi dengan properti yang diinginkan, dengan data yang diberikan oleh suatu perusahaan.

Normalisasi adalah proses yang berkaitan dengan model data relational untuk mengorganisasi himpunan data dengan ketergantungan dan keterkaitan yang tinggi atau erat.

Tujuan utama dari suatu normalisasi adalah untuk mengurangi terjadinya data ganda dan mengurangi masalah yang terjadi pada satu relasi atau lebih yang dikenal dengan sebutan anomali.

(36)

2.1.10.2. Proses Normalisasi

Pertama kali dikembangkan oleh E.F. Codd (1972b). Proses normalisasi sering dilakukan sebagai rangkaian test suatu hubungan untuk menentukan apakah memenuhi atau melanggar kebutuhan dari bentuk normal yang ditentukan.

Sebuah tabel yang belum dinormalisasi disebut dengan Unnormalize Form (UNF). (Connolly, 2002, p387), UNF adalah sebuah tabel yang memiliki satu atau lebih repeating groups.

1. Normalisasi Pertama (1st NF)

Untuk membentuk normalisasi pertama (1NF) reapeating groups harus dihilangkan. Untuk mentransfer tabel unnormalize ke tabel normalisasi pertama kita harus mencari dan memindahkan data-data yang berulang.

Suatu hubungan dikatakan normal pertama jika:

a. Setiap baris dan kolom berisi atibut yang bernilai tunggal.

b. Kunci primer (Primary Key) telah ditentukan. c. Atribut nilai banyak (multi value) telah dihilangkan. 2. Normalisasi Kedua (2nd NF)

Normalisasi kedua (2NF) adalah sebuah relasi pada 1NF dan setiap atribut yang non-primary key adalah fully functionally dependent dapat diciptakan dengan menghilangkan partial dependency.

(37)

Suatu hubungan dikatakan normal kedua jika: a. Berada pada normal pertama.

b. Atribut bukan kunci primar (non-primary key) telah dihilangkan atau semua atribut non-primary key bergantung sepenuhnya kepada primary key.

3. Normalisasi Ketiga (3th NF)

Normalisasi ketiga (3NF) dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat atribut non-primary key yang tergantung fungsional terhadap atribut non-primary key lainnya (Transitive Dependence). Dengan cara yang sama, maka setiap ketergantungan transitif dipisahkan.

Suatu hubungan dikatakan normal ketiga jika: a. Berada pada normal pertama dan normal kedua.

b. Setiap atribut non-primary key tidak memiliki dependency transitif terhadap primary key.

4. Boyce-Codd Normal Form (BCNF)

Aturan bentuk normal Boyce-Codd (BCNF) menurut Connolly dan Begg (p398), sebuah relasi disebut BCNF, jika dan hanya jika setiap determinannya adalah candidate key.

Untuk menguji apakah suatu relasi sudah dalam bentuk BCNF, dilakukan identifikasi semua determinan dan memastikan bahwa determinan tersebut adalah candidate key. Determinan adalah sebuah atribut atau kumpulan atribut, dimana beberapa atribut yang lain masih bergantung secara

(38)

fungsional penuh (fully functionally dependent). Perbedaan antara 3NF dan BCNF dalam full functionally dependent AÆ B, 3NF mengijinkan ketergantungan ini dalam sebuah relasi jika B adalah atribut primary key dan A bukan candidate key. Sedangkan dalam BCNF ketergantungan ini tetap ada didalam sebuah relasi, dimana A harus sebuah candidate key. 5. Normalisasi Keempat (4th NF)

Aturan bentuk normal keempat (4NF) menurut Connolly dan Begg (pp407 – 408), sebuah relasi dalam Boyce-Codd Normalize Form (BCNF) dan tidak mengandung ketergantungan value non-trivial (nontrivial multi-value dependencies).

Bentuk normal keempat (4NF) merupakan bentuk yang lebih kuat dari BCNF dimana 4NF mencegah relasi dari nontrivial multi-valued dependency dan data redundancy. Normalisasi dari BCNF ke 4NF meliputi pemindahan multi-valued dependency dari relasi dengan penempatan atribut dalam sebuah relasi baru bersama dengan determinan.

Multi-Valued Dependency (MVD) menggambarkan ketergantungan antara atribut dan dalam suatu relasi.

6. Normalisasi Kelima (5th NF)

Aturan bentuk normal kelima (5NF) menurut Connolly dan Begg (p410), sebuah relasi yang tidak memiliki ketergantungan gabungan (join dependency).

(39)

Join dependency menggambarkan sebuah tipe ketergantungan. Sebagai contoh, untuk sebuah relasi R dengan subset-subset atribut dari R yang dimisalkan dengan A,B, ..., Z, sebuah relasi R menunjukan join dependency, jika dan hanya jika, setiap nilai dari R sama dengan gabungan dari proyeksi-proyeksiny pada A, B, ..., Z.

2.2. Teori State Transaction Diagram

State Transition Diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan perubahan suatu keadaan selama pemrosesan suatu finite - state.

Notasi yang digunakan dalam diagram transisi adalah sebagai berikut (Kowal,1988, p329 ) :

a. State

State adalah kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan seseorang atau suatu benda pada waktu tertentu, untuk keberadaan tertentu atau kondisi state disimbolkan dengan segi 4.

b. Perubahan state ( State transition )

State transition merupakan suatu petunjuk perubahan keadaan yang disimbolkan dengan panah berarah.

(40)

Perubahan state

Keadaan 1 Keadaan 2 c. Kondisi dan aksi

Kondisi adalah suatu kejadian pada lingkungan yang dapat dideteksi oleh sistem. Sedangkan aksi adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan keadaan atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran, tampilan pesan ke layar, menghasilkan kalkulasi, dan lain-lain ( Kowal, 1988, p329 ).

2.3. Pengertian Penjadwalan

Penjadwalan (timestabling) adalah suatu kegiatan administratif utama pada sebagian besar institusi. Kegiatan operasional institusi akan berlangsung sepenuhnya pada jadwal (timetable) yang dibuat. Wren (1996) didefinisikan penjadwalan sebagai berikut :

”Timestabling is the allocation, subject to constraints, or given resources to objects being placed in space time, in such way to satisfy as nearly as possible a set od desirable objectives “.

Berdasarkan definisi diatas, penjadwalan adalah pengalokasian sumber daya pada objek-objek yang ada pada ruang waktu dan bergantung pada kendala dan sedemikian sehingga sedapat mungkin memenuhi kondisi-kondisi tertentu. Dalam proses penjadwalan, sumber daya yang ada harus dialokasikan secara optimal, efektif dan efisien, serta sedapat mungkin memenuhi kebutuhan yang ada namun

(41)

biaya yang dikeluarkan harus pantas.

2.4. Pengertian Absensi

Dari segi pendidikan, daftar hadir memiliki arti yang tak kalah pentingnya, baik untuk pembinaan suatu pendidikan secara profesional maupun dalam memelihara tata tertib atau disiplin secara kontinyu. Pada gilirannya sewaktu-waktu semua data tersebut sangat berguna untuk kegiatan perencanaan, bimbingan dan pengarahan, koordinasi dan komunikasi. Misalnya sulit dilakukan perencanaan yang baik bilamana tidak tersedia data tentang jumlah murid dan guru yang akan dikenai kurikulum tertentu antara lain untuk menetapkan berapa lokal diperlukan setiap tingkatan kelas, siapa saja guru yang akan bertugas disetiap kelas dan bagaimana pengaturannya dan lain-lain.

2.5. Pengertian Penilaian

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar.

Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa.

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Jadi, ciri penilaian adalah adanya objek

(42)

atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa seharusnya.

Dengan demikian inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan materi-materi tertentu.

Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penialaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa.

2.6. Pengertian Pembayaran

Pembayaran adalah berpindahnya hak pemilikan atas sejumlah uang atau dana dari pembayar kepada penerimanya, baik langsung maupun melalui media jasa perbankan.

Pembayar adalah seseorang atau suatu perusahaan yang bersedia melepaskan hak pemilikannya atas sejumlah uang atau dana kepada penerima.

(43)

pemilikan atas sejumlah uang atau dana dari pembayar.

Salah satu pembayaran yang terjadi dalam kegiatan sekolah dan merupakan dana dari sumber sekolah sendiri adalah Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang diperoleh dari setiap siswa, yang besarnya tergantung pada kategori bagi setiap sekolah. Demi tertibnya pengelolaan dana ini bagi sekolah negeri termasuk perguruan tinggi disetorkan lebih dahulu kepada pemerintah, yang kemudian disalurkan kembali ke sekolah oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sedang untuk sekolah swasta dikelola sendiri, baik langsung oleh Kepala Sekolah maupun Yayasan atau Badan Penyelenggara Sekolah.

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Hidup Database  (Sumber: Connolly dan Begg, 2002, p297)
Gambar 2.2 Tipe Entity
Gambar 2.3 Tipe Relasi
Gambar 2.5 Binary Relationship  Sumber (Connolly & Begg, 2002, p336)  2.  Ternary relationship
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah maka penyusunan tesis yang berjudul “Persepsi Biro

3.3 Pemodelan Kebutuhan Fungsional 3.3.1 Diagram Konteks FBay Information System Customer Pegawai Gudang biodata, password laporan Supplier biodata, pesanan laporan pembelian,

Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Menangani Perilaku Fiksasi pada Anak (studi kasus; anak yang selalu bergantung pada orang lain di desa sarangan kanor

Ketahuilah bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, itulah yang diperintahkan

Untuk menunjang keberhasilan operasional sebuah lembaga keuangan/perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah

Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi,