• Tidak ada hasil yang ditemukan

Page 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Page 1"

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 2 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

BAB I KONSEP KEPERAWATAN JIWA ... 9

A. Pengertian Kesehatan Jiwa ... 9

B. Kriteria Sehat Jiwa ... 10

D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa ... 12

E. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa ... 13

F. Peran Perawat Kesehatan Jiwa ... 13

G. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa ... 14

H. Gangguan Jiwa ... 21

I. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa ... 23

BAB II STRES PSIKOLOGIS ... 27

A. Definisi Stres ... 27 B. Jenis Stres ... 28 C. Aspek Stres ... 29 D. Klasifikasi Stres ... 30 E. Penyebab Stres ... 31 F. Sumber-Sumber Stres ... 32

G. Faktor Prespitasi Stres ... 33

H. Respon Stres ... 36

I. Prinsip Mengatasi Stres ... 40

J. Mengelola Stres ... 42

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS ... 48

(3)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 3

B. Faktor Predisposisi ... 48

C. Faktor Presipitasi ... 50

D. Proses Terjadinya Masalah ... 50

E. Manifestasi Klinis ... 55

F. Tingkat Ansietas ... 56

G. Diagnosa Keperawatan ... 62

H Analisa Data ... 63

I. Pohon Masalah ... 63

J. Rencana Keperawatan Jiwa ... 64

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ALAM PERASAAN 69 A. Definisi Mood ... 69

B. Rentang Respon Emosi ... 69

C. Tipe Gangguan Alam Perasaan ... 70

D. Faktor Predisposisi Gangguan Mood ... 73

E. Gejala Gangguan Mood Depresi ... 78

F. Masalah Keperawatan ... 80

G. Diagnosa Keperawatan ... 81

H. Intervensi Keperawatan ... 81

BAB V ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SKIZOFRENIA ... 89

A. Definisi ... 89 B. Gejala Umum ... 89 C. Klasifikasi ... 90 D. Jenis ... 90 E. Etiologi ... 91 F. Epidemiologi ... 92 G. Penatalaksanaan ... 93

(4)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 4

H. Diagnosa Keperawatan ... 93

I. Intervensi Keperawatan ... 93

BAB VI ... 98

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI ... 98

A. Definisi Persepsi ... 98

B. Definisi Halusinasi ... 98

C. Jenis Halusinasi ... 100

D. Faktor Predisposisi ... 101

E. Faktor Prespitasi ... 102

F. Tanda dan Gejala ... 105

G. Proses Terjadinya Halusinasi ... 105

H. Asuhan Keperawatan ... 107

BAB VII ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH ... 122

A. Definisi ... 122

B. Faktor Predisposisi ... 123

C. Faktor Presipitasi ... 123

D. Tanda dan gejala ... 124

E. Proses Terjadinya Masalah ... 125

F. Diagnosa keperawatan ... 126

G. Pohon Masalah ... 127

BAB VIII ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN BERDUKA ... 128

A. Definisi ... 128

B. Faktor Predisposisi ... 130

C. Faktor Prespitasi ... 130

(5)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 5

E. Proses Terjadi Masalah ... 133

F. Fase-Fase Kehilangan ... 134

G. Proses Kehilangan ... 137

H.Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka ... 138

I. Pohon Masalah ... 142

J. Rencana Tindakan Keperawatan ... 143

BAB IX ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEPRESI ... 147

A. Pengertian ... 147

B. Jenis dan Tingkatan Depresi ... 148

C. Proses Terjadinya Masalah ... 149

D. Etiologi ... 149

E. Tanda dan Gejala ... 151

F. Dampak ... 156 G. Pencegahan ... 158 H. Penatalaksanaan ... 159 I. Pohon Masalah ... 162 J. Diagnosa Keperawatan ... 162 K. Intervensi Keperawatan ... 162 BAB X ... 166

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EKSPRESI MARAH ... 166

A. Pengertian Marah ... 166

B. Rentang Respon Kemarahan... 166

C. Proses Kemarahan ... 167

D.Pengkajian Keperawatan ... 169

E. Fungsi Positif Marah ... 171

(6)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 6

G. Diagnosa Keperawatan ... 172

H. Intervensi Keperawatan ... 172

BAB XI ASUHAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI ... 175

A. Definisi Menarik Diri ... 175

B. Faktor Predisposisi ... 175

C. Faktor Presipitasi ... 177

D. Faktor presipitasi ... 179

E. Tanda dan Gejala ... 179

F. Proses Terjadinya Masalah ... 180

G. Penatalaksanaan ... 181

H. Proses Keperawatan ... 185

I. Pohon Masalah ... 190

J. Rencana Intervensi dan Evaluasi ... 191

BAB XII ASUHAN KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA ... 196

A. Konsep NAPZA ... 196

B. Perspektif Teori Ketergantungan ... 197

C. Jenis- Jenis Napza ... 199

D. Tanda dan Gejala ... 202

E. Pencegahan, Pengobatan dan Pemulihan ... 205

F. Asuhan Keperawatan ... 208

BAB XIII ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN ... 216

A. Pengertian ... 216

B. Faktor Predisposisi ... 216

C. Faktor Presipitasi ... 219

(7)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 7

E. Proses terjadinya masalah ... 221

F. Pohon masalah ... 224

G. Diagnosa keperawatan ... 224

H. Rencana tindakan keperawatan/intervensi ... 225

BAB XIV ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU MENCEDERAI DIRI ... 229

A. Pengertian ... 229

B. Faktor Predisposisi ... 230

C. Faktor Presipitasi ... 231

D. Tanda dan Gejala ... 231

E. Proses Terjadinya Masalah ... 232

F. PENGKAJIAN ... 233

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN ... 234

H. TINDAKAN KEPERAWATAN ... 234

BAB XV ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM BLUES ... 249

A. Pengertian ... 249

B. Faktor Penyebab ... 250

C. Tanda dan Gejala ... 251

D. Insidens ... 252 E. Pencegahan ... 255 F. Pemeriksaan Diagnostik ... 258 G. Penatalaksanaan ... 259 H. Diagnosa Keperawatan ... 263 I. Rencana Keperawatan ... 264

(8)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 8

BAB XVI ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM ... 272

A. Definisi Waham ... 272

B. Faktor Predisposisi Waham ... 273

C. Faktor Presipitasi Waham ... 275

D. Proses Terjadinya Waham ... 276

E. Jenis-Jenis Waham ... 279

F. Tanda dan Gejala Waham ... 280

G. Penatalaksanaan Waham ... 283

H. Proses Keperawatan pada Pasien Waham ... 287

BAB XVII TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK ... 296

A. Pendahuluan ... 296

B. Pengertian ... 296

C. Komponen Kelompok ... 297

D. Tahap Perkembangan Kelompok ... 300

E. Terapi Aktifitas Kelomkpok (TAK) ... 302

F. Jenis-Jenis Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) ... 303

G. Pengorganisasian Kelompok ... 306

H. Program Antisipasi Masalah Dalam TAK ... 307

(9)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 9 BAB I

KONSEP KEPERAWATAN JIWA

A. Pengertian Kesehatan Jiwa

Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk

oleh organisasi, diantaranya menurut :

1. WHO

Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan

mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

kepribadiannya.

2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996

Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional

secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras

dengan orang lain.

3. Stuart & Laraia

Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri,

tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,

memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi

dengan lingkungan

4. Rosdahl

Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan

mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari

(10)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 10

5. Johnson

Suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari

hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang

efektif, konsep diri yang positif serta kestabilan emosional.

B. Kriteria Sehat Jiwa

1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari: a. Sikap positif terhadap diri sendiri

hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total

contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan

kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat,

jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.

b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya

adalah aktualisasi diri

c. Integrasi

Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan

yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi

seluruh aspek merupakan satu kesatuan.

d. Otonomi

orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima

masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan

pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri

e. Persepsi sesuai dengan kenyataan

Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena

(11)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 11

2. H. Maslow

Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya

adalah:

a. Persepsi akurat terhadap realitas

b. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi

c. Mewujudkan spontanitas

d. Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered

e. Butuh privasi

f. Otonomi dan mandiri

g. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu

memperbaiki diri

h. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi

i. Berminat terhadap kesejahteraan manusia

j. Hubungan intim dengan orang terdekat

k. Demokrasi

l. Etik kuat

m. Humor/tidak bermusuhan

n. Kreatif

o. Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

3. Yahoda

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri

c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)

(12)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 12

e. Persepsi realitas

f. Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)

D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Menurut Dorothy, Cecelia

Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana

perawat membantu individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri

yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih

harnonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.

2. Menurut ANA

Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang

menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan

diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan,

memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat

dimana klien berada

3. Menurut Kaplan Sadock

Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan

mempertahankan prilaku yang akan mendukung integrasi. Pasien atau

klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau

komunitas

4. Caroline dalam Basic Nursing, 1999

Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan

(13)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 13

untuk mengoptimalkan kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan

untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan atau

dukungan, memahami dan memberikan dorongan.

5. Menurut Stuart Sundeen

Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan

mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien

tersebut biasa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat.

Tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung,

komunikasi dan management.

E. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Tahun 1958

Perkembangan keperawatan kesehatan jiwa dimulai dari cara menangani

klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik

2. Tahun 1960

Berkembang ke arah perkembangan primer dan penanganan secara

multidisiplin

3. Tahun 1970

Perkembangan selanjutnya pada bidang spesialisasi keperawatan jiwa yang

membutuhkan pendidikan keterampilan khusus. Bidang spesialisasi

praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai

ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.

(14)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 14

Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles

and Practice of Psychiatric Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai

Attitude Therapy, yakni:

a. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien

b. Mendemontrasikan penerimaan c. Respek

d. Memahami klien

e. Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:

a. Sebagai pendidik

b. Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional

c. Sebagai ”surrogate parent” d. Sebagai konselor.

Dan yang lain dari peran perawat adalah:

a. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental b. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan c. Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik d. Aktif melakukan penelitian

e. Membantu pendidikan masyarakat

G. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa

MODEL VIEW OF

BEHAVIORAL DEVIATION

THERAPEUTIC PROCES

ROLES OF PATIENT & THERAPIST

(15)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 15 Psychoanalitycal

(Freud, Erickson)

Ego tidak mampu mengontrol ansietas, konflik tidak sesuat

Asosiasi bebas & analisis mimpi Transferen untuk

memperbaiki traumatik masa lalu

Pasien: mengungkapkan semua pikiran dan mimpi Terapist: menginterpretasi

pikiran dan mimpi pasien

Interpersonal

(Sullivan, Peplau)

Ansietas timbul & dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection Building feeling security Trusting relationship & interpersonal satisfation

Pasien: share anxieties Terapist: use empathy &

relationship

Social

(Caplan, Szasz)

Social & environmental factors create stress, which cause anxiety & symptom Environmental manipulation & social support Pasien: menyampaikan masalah menggunkan sumber yang ada di masyarakat

Terapist: menggali system social klien Existensial (Ellis, Rogers) Individu gagal menemukan & menerima diri sendiri Experience in relationship, conduction in group Encouraged to

accep self & control behavior

Pasien: berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri

Terapist: memperluas kesadaran diri klien Supportive Therapy(Wermon, Rockland) Faktor biopsikososial & respon maladaptif saat ini Menguatkan respon koping adaptif

Pasien: terlibat dalam identifikasi coping Terapist: hubungan yang

hangat dan empatik Medical (Meyer, Kraeplin) Combination from physiological, genetic, environmental & social Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik & tehnik interpersonal

Pasien: menjalani prosedur diagnostic & terapi jangka panjang

Terapist: therapy, repport effects, diagnose illness, therapeutic approach

Berdasarkan konseptual model keperawatan , maka dapat dikelompokan

ke dalam 6 model yaitu:

a. Psychoanalitycal (Freud, Erickson)

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang

apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu

atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya

(16)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 16

uber ich), maka mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation

of behavioral)

Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik

interpsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada

masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak

adanya stimulus untuk belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan

untuk memasukan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya.

Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.

Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas

dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu.

Misalnya klien dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam

keadaan tidak berdaya pengalaman bawah sadarnya digali dengan

pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatik masa lalu. Hal ini lebih

dikenal dengan metode hypnotik yang memerlukan keahlian dan latihan

yang khusus

Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan

mimpinya, sedangkan terapist berusaha untuk menginterprestasi pikiran

dan mimpi pasien.

Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian

melalui keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang dianggap bermakna

pada masa lalu misalnya (pernah disiksaorang tua, pernah disodomi,

diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan,

diperkosa pada masa anak-anak), dengan menggunakan pendekatan

(17)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 17

b. Interpersonal (Sullivan, Peplau)

Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat

adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety).

Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat

berhubungan dengan orang lain (interpersonal).

Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan

ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya. Sebagai contoh dalam

kasus seorang anak yang tidak dikehendaki (unwanted child. Dimana

seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap, ibunya pernah

berupaya untuk membunuhnya karena merasa malu dan melanggar norma,

lingkungannya tidak menerima dengan hangat karena dianggap anak yang

harap, teman-temannya mengejek, ayahnya tidak pernah memberikan

kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak diterima oleh

orang lain.

Proses terapi menurut konsep ini adalah build feeling security (berupaya

membangun rasa aman bagi klien), trusting relationship and interpersonal

satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina

kepuasan dalam berrgaul dengan orang lain dehingga klien merasa

berharga dan dihormati.

Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakuan

sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa

dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use

empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut

(18)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 18

respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhunbungan

dengan orang lain seperti: ”saya senang berbicara dengan anda, saya siap

membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.

c. Social (Caplan, Szasz)

Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau

penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor

lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social

and environmental factors create stress, which cause anxiety and

symptom). Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising,

macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal,

persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman

penyakit, polusi, sampah akan mencetus stress pada individu.

Sterssor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan sosial

seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang naka, tetangga

yang buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan

memunculkan berbagai sterssor dan membangkitkan kecemasan.

Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah

environmen manipulation and social support (pentingnya modifikasi

lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah harus

bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan

perabotan yang teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada

tanaman, tata lampu yang indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan

(19)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 19

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien

harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di

masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.

Sedangkan terapist berupaya: menggali sistem sosial klien seperti suasana

di rumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

d. Existensial (Ellis, Rogers)

Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa

terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.

Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri

dan mengalami gangguan dalam body image-nya.

Pertanyaan yang tidak bisa dijawab adalah: Siapa saya? Bagaimana

seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya? Apa peganggan

jalan hidp saya? Norma mana yang saya anut? Seringkali individu merasa

asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna

kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur.

Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar

berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang

lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan

(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara

intropeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan

kemanusiaan (conduction in group), mendorong untuk menerima jati

dirinya sendiri dan menerima kritik atau feed back tentang perilakunya

(20)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 20

Prinsip keperawatannya adalah: klien dianjurkan untuk berperan serta

dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya

dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi

aktivitas kelompok. Terapist beruapaya untuk memperluas kesadaran diri

klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.

e. Supportive Therapy (Wermon, Rockland)

Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: faktor

biopsikososial dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi

maslah seperti: sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek

psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :mudah cemas, kurang

percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya

memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri, tidak disukai,

bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan sebagainya. Semua

hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena

tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada

masalah-masalah yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu.

Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap

penting sekali seperti ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, tes masuk

pekerjaan. Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya

setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjdi stress.

Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif,

individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa

yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif

(21)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 21

Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping

yang dimiliki dan yang biasa yang digunakan klien. Terapist berupaya

menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk

menyiapkan coping klien yang adaptif.

f. Medical (Meyer, Kraeplin)

Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor

yang komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial.

Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan

diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat

berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan

prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang, terapist berperan dalam

pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan diagnosa,

dan menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan. (therapy, repport

effects, diagnose illness, therapeutic approach).

H. Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku

akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam

bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.

Dengan demikian, gangguan jiwa dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan meliputi proses berpikir, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik

(22)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 22

b. Adanya kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan secara klinis yang disertai adanya penderitaan distres pada kebanyakan kasus dan berkaitan

dengan terganggunya fungsi seseorang (PPDGJ III).

Disimpulkan bahwa seseorang mengalami gangguan jiwa apabila

ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental yang meliputi : emosi, pikiran,

perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan dan persepsi sehingga

mengganggu dalam proses hidup di masyarakat. Hal ini dipicu oleh adanya

keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam

mempertahankan hidup sehingga seseorang dihadapkan untuk berpikir,

berkeinginan untuk mencapai cita-cita yang mengharuskan seseorang

berhubungan dengan orang lain. Jika seseorang mengalami kegagalan dalam

berinteraksi dengan orang lain, maka akan timbul respons fisiologis maupun

psikologis ketika keinginan tersebut tidak tercapai. Kondisi ini terjadi karena

seseorang tidak mau belajar dari sebuah proses interaksi dengan orang lain

sehingga ia tidak pernah mengukur kemampuannya dengan standart orang lain.

Akibatnya, timbullah perasaan tertekan. Hal ini ditandai dengan menurunnya

kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah keinginan yang juga akan

berimbas pada menurunnya semua fungsi kejiwaan, terutama minat dan motivasi

sehingga membuat seseorang gagal dalam mempertahankan kualitas hidup.

Perasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya seseorang dalam memenuhi sebuah

tuntutan tersebut akan mengawali terjadinya penyimpangan kepribadian yang

(23)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 23

Menurut Videbeck (2008), dalam buku Ajar Keperawatan Jiwa

mengatakan bahwa kriteria umum gangguan jiwa meliputi beberapa hal berikut ini

:

a. Ketidakpuasan dengan karakteristik, kesimpulan dan prestasi diri. b. Hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan

c. Tidak puas hidup di dunia.

d. Koping yang tidak efektiif terhadap peristiwa. e. Tidak terjadi pertumbuhan kepribadian. f. Terdapat perilaku yang tidak diharapkan.

I. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa a. FAKTOR BIOLOGIK

Untuk membuktikan bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit seperti

kriteria penyakit dalam ilmu kedokteran, para psikiater mengadakan

banyak penelitian di antaranya mengenai kelainan-kelainan

neurotransmitter, biokimia, anatomi otak, dan faktor genetik yang ada

hubungannya dengan gangguan jiwa.

Gangguan mental sebagian besar dihubungkan dengan keadaan

neurotransmitter di otak, misalnya seperti pendapat Brown et al, 1983,

yaitu fungsi sosial yang kompleks seperti agresi dan perilaku seksual

sangat dipengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam hipokampus.

Demikian juga dengan pendapat Mackay, 1983, yang mengatakan

noradrenalin yang ke hipotalamus bagian dorsal melayani sistem

(24)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 24

proses memusatkan perhatian pada rangsangan yang datangnya relevan

dan reaksi terhadap stres.

Pembuktian lainnya yang menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan

suatu penyakit adalah di dalam studi keluarga.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa keluarga penderita gangguan afektif,

lebih banyak menderita gangguan afektif daripada skizofrenia (Kendell

dan Brockington, 1980), skizofrenia erat hubungannya dengan faktor

genetik (Kendler, 1983). Tetapi psikosis paranoid tidak ada hubungannya

dengan faktor genetik, demikian pendapat Kender, 1981).

Walaupun beberapa peneliti tidak dapat membuktikan hubungan darah

mendukung etiologi genetik, akan tetapi hal ini merupakan langkah

pertama yang perlu dalam membangun kemungkinan keterangan genetik.

Bila salah satu orangtua mengalami skizofrenia kemungkinan 15 persen

anaknya mengalami skizofrenia.

Sementara bila kedua orangtua menderita, maka 35-68 persen anaknya

menderita skizofrenia, kemungkinan skizofrenia meningkat apabila

orangtua, anak dan saudara kandung menderita skizofrenia (Benyamin,

1976). Pendapat ini didukung Slater, 1966, yang menyatakan angka

prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada anggota keluarga yang

individunya sakit dibandingkan dengan angka prevalensi penduduk

umumnya.

b. FAKTOR PSIKOLOGIK

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental

(25)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 25

Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama

periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial yang

dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang.

Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal

yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang

sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil,

tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali.

Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional

memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase

perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga,

lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Gejala yang

diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman

yang lampau yaitu pengalaman masa bayi sampai dewasa.

c. FAKTOR SOSIOBUDAYA

Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan

terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam

suatu sosiobudaya tertentu berbeda dengan budaya lainnya. Adanya

perbedaan satu budaya dengan budaya yang lainnya, menurut Zubin, 1969,

merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe

gangguan jiwa.

Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa alkulturasi

dapat menyebabkan pola kepribadian berubah dan terlihat pada

(26)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 26

(1980) yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti identifikasi,

kompetisi, alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan

jiwa.

Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya

gangguan jiwa Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan

bahwa penderita yang dengan status ekonomi rendah erat hubungannya

(27)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 27 BAB II

STRES PSIKOLOGIS

A. Definisi Stres

Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat

memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang

membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan di mana

manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar

batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pandangan dari

Patel (1996), stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa

disebabkan oleh berbagai tuntutan misalnya ketika manusia menghadapi

tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan yang tidak

realistis dari lingkungannya.

Menurut Sopiah (2008:85) stres merupakan suatu respons adoptif terhadap

suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang.

Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang

tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Stress adalah

suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik

(badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak

terkontrol.

Menurut Morgan dan King : “…as an internal state which can be caused

by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of

temperature, and the like) or by environmental and social situations which are

evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for

(28)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 28

keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada

situasi internal dan eksternal.

B. Jenis Stres

Ada dua jenis stres yaitu baik dan buruk. Stres melibatkan perubahan

fisiologis yang kemungkinan dapat dialami sebagai perasaan yang baik

anxiousness (distress) atau pleasure (eustres). 1. Eustres

Stres dikatakan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk

memenuhi tuntutan untuk menjadikan orang lain maupun dirinya sendiri

mendapatkan sesuatu yang baik dan berharga. Dengan stres yang baik

semua pihak akan merasa diuntungkan. Dengan begitu, stres yang baik

akan memberikan kesempatan untuk berkembang dan memaksa seseorang

mencapai performanya yang lebih tinggi. Stres yang baik terjadi jika setiap

stimulus mempunyai arti sebagai hal yang memberikan pelajaran bagi kita,

betapa suatu hal yang dirasakan seseorang memberikan arti sebuah

pelajaran dan bukan sebuah tekanan.

2. Distres

Distres dihasilkan dari sebuah proses yang memaknai sesuatu yang buruk,

dimana respon yang digunakan selalu negatif dan ada indikasi

mengganggu integritas diri sehingga bisa diartikan sebagai sebuah

ancaman. Distres akan menempatkan pikiran dan perasaan kita pada

(29)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 29 C. Aspek Stres

1. Stimulus

Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau

membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.

Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor

menjadi tiga :

a. Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising

b. Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan seseorang yang

disayangi.

c. Peristiwa katastropik, contoh : gempa bumi

2. Respon

Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen

yang saling berhubungan, komponen Fisiologis dan komponen Psikologis.

Dimana kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.

a. Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.

b. Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi

3. Proses

Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu

dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.

Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu yang

(30)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 30

didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain

merasakannya.

D. Klasifikasi Stres

1. Stres Akut (Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan

(fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang

pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai

suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:

· kebisingan, · keramaian, · pengasingan, · lapar, · bahaya, · infeksi, dan

· bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya

(mengerikan).

Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu

respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali

normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response).

2. Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab

umum stres kronis antara lain:

· kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,

(31)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 31

· kesepian, dan

· kekhawatiran finansial yang terus-menerus.

E. Penyebab Stres

Stres dapat terjadi karena: (1) fisik-biologik, penyakit sulit disembuhkan,

cacat fisik, merasa penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif thinking ,

sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial: (a ) kehidupan

keluarga yang tidak harmonis; (b) faktor pekerjaan; (c) iklim lingkungan.

Penyebab Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan: (1) Ttime based

confict, konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara pekerjaan

dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2) Strain

based conflict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang

dimiliki orang tersebut, misalnya kematian suami atau isteri; (3) Role behavior

conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia juga dituntut

lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaan; (4) Stres

karena adanya perbedaan individu.

Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas

empat hal utama, yakni:

1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,

keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan

komunitas/tempat tinggal.

2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam

(32)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 32

3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,

kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal,

dan intergrup.

4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan

peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol

personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Terdapat 4 penyebab stres (stresor) menurut Lazarus dan Cohen (dalam

Evans, 1982) serta Evans dan Cohen (dalam Veitch & Arkkelin) :

1. Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas

dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang,

banjir dsb.

2. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada

fenomena catalismic, meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit

sepeti respon terhadap penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena

PHK.

3. Daily hassles, masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari

yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan

seperti kesesakkan atau kebisingan.

4. Ambient Stresor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh

lingkungan seperti kemiskinan, konflik keluarga.

F. Sumber-Sumber Stres

Berikut ini adalah sumber-sumber stres yang biasa terjadi dalam kehidupan :

(33)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 33

Terkadang sumber stres berasal dari individunya sendiri. Salah satu yang

dapat menimbulkan stres dari pribadi sendiri adalah melalui penyakit yang

diderita oleh seseorang. Menjadi sakit menempatkan demands pada sistem

biologis dan psikologis, dan tingkatan stres yang dihasilkan oleh demands

tersebut bergantung pada keseriusan penyakit dan usia dari orang tersebut.

2. Sumber stres dalam keluarga

Perilaku, kebutuhan dan kepribadian dari tiap anggota keluarga yang

mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya,

kadang menimbulkan gesekan. Konflik interpersonal dapat timbul sebagai

akibat dari masalah keuangan, inconsiderate behavior atau tujuan yang

bertolak belakang.

3. Sumber stres dalam komunitas dan lingkungan

Jika kita terlepas dari stres akibat pekerjaan, sangatlah penting untuk

mengevaluasi gaya bekerja. Kepuasan kerja dan kecocokan antara kita

dengan atasan dan bawahan, serta organisasi. Mereka yang merasakan

sedikit stres adalah mereka yang bekerja di lingkungan dimana mereka

dapat berkembang dibandingkan mereka yang bekerja di lingkungan yang

sulit untuk berkembang.

G. Faktor Prespitasi Stres

Beberapa faktor yang dianggap sebagai pemicu timbulnya stres (stresor)

yang biasa disebut sebagai faktor prespitasi antara lain sebagai berikut :

1. Faktor Fisik dan Biologis

(34)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 34

Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan mempunyai keakraban

dengan kemungkinan kerentanan stres pada anak yang dilahirkan.

Kondisi-kondisi tersebut berupa ibu hamil yang perokok, alkoholik dan

penggunaan obat-obatan yang dilarang pada masa kehamilan seperti

aspirin dan jenis obat-obatan analgetik.

b. Case History

Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang mempunyai efek psikologis

di masa depan, dapat berupa penyakit di masa kecil seperti demam tinggi

yang mempengaruhi kerusakan gendang telinga, kecelakaan yang

mengakibatkan kehilangan organ atau bagian tubuh (cacat), patah tulang

dan sebagainya.

c. Tidur

Istirahat yang cukup akan memberikan energi pada kegiatan yang sedang

dilakukannya. Kebutuhan tidur akan mempengaruhi konsentrasi, semangat

dan gairah terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

d. Diet

Diet yang berlebihan dapat mengakibatkan stres berat. Pelaku diet

penderita obesitas yang melakukan diet ketat berlebihan mempunyai

resiko kematian yang tinggi di Amerika Serikat diperkirakan 6 antara 10

orang yang melakukan diet ketat ini menyebabkan kematian.

(35)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 35

Beberapa penyakit dapat menjadi stresor pada individu berupa

tuberkulosis (TB), kanker, impotensi yang disebabkan oleh penyakit

diabetes melitus dan berbagai penyakit lainnya.

2. Faktor psikologis

a. Persepsi

Kadar stres dalam suatu peristiwa sangat bergantung pada bagaimana

individu bereaksi terhadap stres tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh

bagaimana individu berpersepsi terhadap stresor yang muncul.

b. Emosi

Emosi merupakan hal sangat penting dan kompleks dalam diri individu.

Perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap perasaan

emosi sangat berpengaruh terhadap stres yang sedang dialaminya.

c. Situasi psikologis

Hal-hal yang memengaruhi konsep berpikir (kognitif) dan penilaian

terhadap situasi-situasi yang mempengaruhinya. Situasi tersebut berupa

konflik, frustasi serta situasi-situasi tertentu yang dapat memengaruhi

penilaian yang memberikan ancaman bagi individu.

3. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan fisik

Kondisi atau kejadian yang berhubungan dengan keadaan sekeliling

individu dapat memicu terjadinya stres. Hal tersebut dapat berupa bencana

alam seperti gempa bumi, topan, badai dan sebagainya.

(36)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 36

Gangguan yang berasal dari makhluk mikroskopik berupa virus atau

bakteri. Misalnya penderita alergi dapat menjadi stres bila lingkungan

tempat tinggalnya menjadi pemicu munculnya alergi bila berada di

dalamnya.

c. Lingkungan sosial

Hubungan yang buruk dengan orang tua,bos atau rekan kerja adalah

hal-hal yang berhubungan dengan orang lain yang apabila tidak berjalan

dengan baik akan menjadi stresor bagi individu jika tidak dapat

memperbaiki hubungannya.

H. Respon Stres

1. Reaksi fisik : sakit kepala, sakit lambung, darah tinggi, sakit jantung (jantung berdebar-debar), mudah lelah, kurang selera makan, sering buang

air kecil, keluar keringat dingin, sulit tidur (insomnia).

Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis

tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General

Adaptation Syndrome (GAS).

a. Local Adaptation Syndrom (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon

setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,

akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.

Karakteristik dari LAS :

1) respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua

system

(37)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 37

3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

4) respon bersifat restorative.

Respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari

seperti yang diuraikan dibawah ini :

1) Respon inflamasi

Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini

memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran

inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung

cepat. Respon inflamasi dibagi ke dalam tiga fase:

• Fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara

bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin

berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga

protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang

cedera tersebut.

• Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat

cedera.

• Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut. 2) Respon refleks nyeri

Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari

kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan

dengan benda tajam.

(38)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 38

Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon

yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem

endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem

Neuroendokrin. Ada 3 fase GAS yaitu :

1) Fase Alarm ( Waspada)

Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran

untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi

fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat,

darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas.

Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi,

ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun

Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh

seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah

dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya

dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk

menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan

norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan

aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya

kewaspadaan mental.

Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “

respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari

menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk

ke dalam fase resistensi.

(39)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 39

Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis

dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha

menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal

dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à

gejala stress menurun àtau normal

tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah,

cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor,

jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal

maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu :

Fase kehabisan tenaga.

3) Fase Exhaustion (Kelelahan)

Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada

fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian

diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit

arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka

kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak

mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk

mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada

kematian individu tersbut.

2. Reaksi psikologis : gelisah, cemas, tidak dapat berkonsentrasi dalam pekejaan atau belajar, sikap pesimis, hilang rasa humor, malas, sikap

apatis, sering melamun, sering marah-marah bersikap agresif baik secara

(40)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 40

seperti menendang-nendang, menempeleng, membanting pintu atau

memecahkan barang-barang.

a. Kecemasan

Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri

dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah

emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,”

“takut”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan

darah tinggi dan susah tidur.

b. Kemarahan dan agresi

Yakni perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang

dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi

stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan

yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan

jalan yang tidak wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak

sadis dan usaha membunuh orang.

c. Depresi

Yaitu keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.

Terkadang disertai rasa sedih

(41)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 41

Ada begitu banyak hal yang membuat kita stres, seperti yang telah dibahas

di bagian sebelumnya. Untuk menangani stres tentu saja lebih dulu kita mencari

sumber masalah yang membuat kita akhirnya mengalami stres.

1. Perilaku (behavior)

Perilaku yang buruk dipercaya berandil besar pada terjadinya stres.

Anggap saja kita berperilaku buruk terhadap suatu keadaan, maka

logikanya keadaanpun menjadi buruk akibat reaksi yang kurang baik

sehingga keadaan menjadi lebih buruk.

2. Perasaan (affect)

Sikap yang termasuk dalam affect diantaranya emosi, mood dan berbagai

perasaan lain misalnya sifat mudah marah atau emosional perlu diatasi

sebab bisa memicu stres.

3. Sensasi tubuh (sensation)

Misalnya tubuh kita sakit atau merasa nyeri atau kita mengalami kelelahan

tubuh yang luar biasa karena aktivitas pekerjaan, maka hal ini bisa juga

mengakibatkan stres. Kelelahan juga bisa menyebabkan kita mengalami

stres, ada baiknya kita memiliki waktu yang cukup untuk istirahat.

Ingatlah bahwa kehidupan harus berjalan seimbang.

4. Penghayatan mentalitas (imagery)

Mentalitas yang buruk seperti perasaan gagal, tidak bisa melakukan segala

sesuatu, perasaan tidak berguna atau berpikir bahwa dirinya ditakdirkan

untuk miskin dan gagal bisa mengakibatkan stres. Kita harus belajar untuk

memiliki cara pandang yang positif terhadap diri kita sendiri.

(42)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 42

Hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita perlu kita cermati. Jika

hubungan kita sedang bermasalah, tak perlu heran kalau akhirnya itu

membuat kita menjadi stres misalnya kita memiliki masalah serius dengan

pasangan hidup yang sudah diambang perceraian, memiliki masalah

dengan anak-anak, menghadapi atasan yang otoriter dan terlalu menekan

kita atau memiliki masalah dengan rekan kerja atau dikhianati teman. Jika

tidak segera diatasi, hal tersebut bisa berujung stres.

6. Obat-obatan

Menurut penelitian medis, obat memang diperlukan untuk mengatasi rasa

sakit tetapi ketergantungan akan obat bisa memicu terjadinya stres. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya orang yang stres akibat kecanduan obat-obat

tertentu. Segala sesutau dapat menjadi berbahaya jika sudah mengikat dan

menjadi candu.

J. Mengelola Stres 1. Coping

Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut R.S. Lazarus

coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang

diduga sebagai beban karena di luar kemampuan individu. Coping terdiri

atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis (seperti

menuntaskan, tabah, mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal

dan eksternal. Adapun menurut Weiten dan Lloyd (dalam Syamyu Yusuf,

2009: 128) coping merupakan upaya-upya untuk mengatasi, mengurangi

(43)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 43

Faktor-faktor yang mempengaruhi coping:

a. Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “bantuan

dari orang lain yang memiliki kedekatan (orang tua, suami/isteri, saudara

atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres. Dukungan sosial

memiliki empat fungsi: (a) sebagai emotional support, meliputi pemberian

curahan kasih sayang, perhatian dan kepedulian; (b) sebagai appraisal

support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan

kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha

mengklarifikasi dan memberikan umpan balik tentang hikmah di balik

masalah tersebut; (c) sebagai informational support, meliputi

nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau

memecahkan masalah; (d) sebagai instrumental support, meliputi bantuan

material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang dan

menyertai kunjungan ke biro layanan sosial.

b. Kepribadian. Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya

terhadap coping atau usaha-usaha dalam menghadapi atau mengelola stres.

Adapun tipe-tipe kepribadian yang berpengaruh terhadap coping adalah

sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya tahan) yaitu tipe

kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control

dan kesadaran akan tantangan (challenge); (2) Optimisme, yaitu

kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik atau

sesuai harapan; (3) Humoris

(44)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 44

Seseorang yang mengalami stres perlu kita berikan bantuan agar mereka

terhindar dari persaan tersebut, dengan selalu berpikir positif (positive

thinking).

Menurut Al-Faqi (2009) ada tujuh prinsip dasar berpikir positif, yaitu:

a. Problematika hanya ada di dalam persepsi. Realitas tak lain hanyalah

apa yang ada dalam persepsi Anda. Kalau Anda ingin merubah realitas

hidup Anda, mulailah dengan merubah persepsi Anda.

b. Jangan biarkan masalah tetap berada di tempat yang Anda temui.

Yang terpenting bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi pada apa yang

akan Anda lakukan karena apa yang terjadi pada Anda (Robert Schuer)

c. Jangan jadi masalah pisahkan Anda dengan masalah. Tidak ada

masalah yang akal manusia tidak bisa menemukan jalan keluarnya

(Polter).

d. Belajar dari masa lalu, hidup masa sekarang, tentukan target masa

depan. Masa lalu hanya kenangan dan masa depan tak lain hanyalah

perkiraan. Penuhlilah hidup Anda saat ini dengan cinta Allah, maka masa

lalu Anda akan menjadi kenangan indah dan masa depan Anda menjadi

perkiraan penuh harapan.

e. Selalu ada nila spiritual dalam setiap problematika hidup. “Siapa yang

bertaqwa kepada Allah akan diberi jalan keluar dan akan diberi rejeki dari

arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At-Thalaq: 4).

f. Perubahan pikiran dengan berbagai alternatif akan merubah realitas

(45)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 45

g. Allah tidak menutup satu pintu kecuali membukakan pintu yang lain

yang lebih baik. Terkadang Allah menutup suatu pintu dihadapan kita

untuk membuka pintu lain yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan orang

hanya memusatkan perhatiannya pada pintu yang tertutup itu tanpa mau

melirik pintu penuh harapan yang telah terbuka di sisi lain hidupnya.

Strategi berpikir positif. Pemikir adalah orang yang membuat pikiran dan

pikiran menyebabkan tindakan berpikir. Berpikir menjadikan konsentrasi,

konsentrasi menimbulkan perasaan, perasaan menyebabkan perilaku,

perilaku menimbulkan hasil, dan hasil menentukan realitas hidup. Bila

Anda ingin hidup Anda benar-benar berubah, rubahlah realitas Anda

sebagai pemikir.

Strategi keteladanan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri

tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab: 21).

Strategi berkaca pada orang lain. Kita tidak melihat sesuatu sebagaimana

adanya Dia. Kita melihat sebagaimana yang kita pahami tentangnya

(Socrates).

Strategi merubah konsentrasi dan fokus. Semua orang besar akan tetap

menjadi orang besar. Setiap orang sukses pun akan selalu menjadi orang

sukses, yaitu orang yang selalu mengerahkan perhatian dan

kemampuannya untuk target positif dan pasti (Mordel).

Strategi pasang surut. Setiap hari berbuatlah untuk menurunkan porsi apa

yang tidak Anda inginkan dan menaikkan porsi apa yang Anda inginkan.

(46)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 46

Anda dan yang tertinggal hanya apa yang ingin Anda dapatkan dalam

hidup. Pikiran negatif diperkecil dan pikiran positif diperbesar/diperluas.

3. Tersenyum

Senyum yang terlihat sederhana akan mampu menciptakan kekuatan

(power). Senyuman yang kadang dianggap sebagian orang merupakan hal

yang tidak penting dan sangat sepele, namun tanpa kita sadari mampu

memunculkan sesuatu yang luar biasa. Senyum merupakan ekspresi wajah

yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau

kedua ujungnya atau pula di sekitar mata.

Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan rasa bahagia dan

senang. Apabila seseorang tersenyum, maka wajahnya akan kelihatan

lebih menarik, menyenangkan dan nyaman untuk dipandang, daripada

ketika Ia sedang dalam kondisi biasa atau bahkan ketika sedang marah.

Senyum juga merupakan simbul perdamaian dan persahabatan (Thobrani,

2010).

Dalam ajaran Islam memberi senyuman kepada orang lain bernialai

ibadah, karena tersenyum kepada orang lain sama dengan bersedekah,

tentu saja senyum yang tulus. Suatu saat ketika Anda tidak tahu harus

berbuat apa ? atau memberi apa kepada orang lain, Anda masih punya

senyuman, maka tersenyumlah. Yakinlah bahwa setiap senyuman

membawa manfaat. Senyum membuat pikiran lebih jernih, segar dan

(47)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 47

4. Relaksasi, yaitu upaya pengurangan ketegangan: (1) relaksasi ketegangan otot; (2) relaksasi kesadaran indera; (3) melalui yoga, meditasi,

(48)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 48 BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

A. Definisi

Ansietas adalah perasaan khawatir yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi (Videbeck,2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi

tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan

secara interpersonal (Suliswati, 2005).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai

berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi

sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi klien (Mansjoer, 1999).

Berdasarkan wacana diatas dapat disimpulkan bahwa ansietas perasaan takut atau

kekhawatiran yang tidak jelas yang dapat mempengaruhi fungsi sosial individu

yang mengalaminya.

B. Faktor Predisposisi

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah:

1) Teori psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga

elemen, yaitu id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting

dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau

aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego.

Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang

terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego

(49)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 49

2) Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal

ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti

kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak

berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat

mudah untuk mengalami ansietas yang berat.

3) Teori Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu

dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan

rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal

kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan

kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.

4) Kajian Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

5) Kajian Biologis

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi

terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

(50)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 50 C. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi

kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :

hamil).

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya

tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah

dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman

terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

D. Proses Terjadinya Masalah

Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya ansietas terdiri

(51)

www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 51

meliputi GABA (Gama Amino-Butyric Acid) pada sistem limbik, neurotransmiter

inhibitor norepineprin pada locus cereleus dan serotonin. Abnormalitas regulasi

substansi kimia otak seperti serotonin dan GABA berperan dalam perkembangan

cemas. Locus Ceruleus, adalah suatu area otak yang mengawali respon terhadap

suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu

sehingga menyebabkan seseorang mudah mengalami cemas (khususnya PTSD,

Post Traumatic Sindrom Disorder). Faktor perilaku dapat merupakan suatu

keadaan frustasi yang disebabkan karena kegagalan untuk mencapai tujuan.

Faktor interpersonal yang menyebabkan ansietas terdiri dari tingkatan harga diri

serta trauma perkembangan akibat perpisahan dan kehilangan (patologi tugas

perkembangan). Sedangkan Faktor psikoanalitik yang dapat menyebabkan

ansietas dapat secara primer seperti trauma lahir dan subskuen seperti konflik

emosional antara ide dan superego.

Selain faktor predisposisi, faktor presipitasi juga berperan dalam proses

terjadinya ansietas. Faktor presipitasi tersebut antara lain adalah ancaman

terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap sistem diri. Faktor-faktor

predisposisi dan presipitasi tersebut sebagai stresor yang dapat memunculkan

suatu penilaian dari individu terhadap stresor-stresor yang ada tersebut.

Dalam menilai suatu stresor, ada individu yang memiliki sumber koping

dan ada yang tidak memliki sumber koping. Sumber koping tersebut terdiri dari

sumber ekonomi, kemampuan personal untuk menyelesaiakan masalah, dukungan

sosial, serta keyakinan dan budaya. Dari sumber koping tersebut, muncul suatu

Gambar

Tabel  3.  Gejala-gejala  Pencetus  Respon  Neurobiologi  (  Stuart  dan  Laraia,  2001 hal
Figure 1. Rentang respon sosial (Gail W. Stuart, 2006: 275)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Ensuring that the Resident is trained in all significant aspects of diagnostic radiology medical physics by facilitating a structured training programme in keeping with the

Diet rendah serat atau asupan cairan yang tidak memadai dapat menyebabkan konstipasi, yang dapat berkontribusi untuk menjadi hemoroid dalam dua cara: Hal ini

Jurnal Sains dan Teknologi Kimia ISSN : 2087-7412 : Universitas Pendidikan Indonesia.. Sifat Magnetik Absorbsi Gelombang Mikro Barium Ferit Dengan

Selain itu guru pembimbing juga berkewajiban memberikan bimbingan dan nasehat kepada siswa untuk meningkatkan penerimaan dan tanggapan yang positif terhadap perhatian dari

Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2011 kepada masyarakat dan

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai peran ekstrakurikuler Paskibra dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap kadar Hb ibu hamil, LILA ibu hamil, paritas, jarak kehamilan dan persalinan terakhir, umur ibu