• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bioaktivitas ekstrak karang lunak Sinularia sp dan Lobophytum sp hasil fragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bioaktivitas ekstrak karang lunak Sinularia sp dan Lobophytum sp hasil fragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK KARANG LUNAK

Siizztlnrin

sp dan

Loboplzytz~m

sp HASIL FRAGMENTASI DI PERAIRAN

PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

IIS TRIYULIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Bioaktivitas Ekstrak

Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytum sp Hasil Fragmentasi Buatan di

Kedalaman 3m dan 10m adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum pemah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguman tinggi manapun.

Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang

tidak diterbirkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

(3)

ABSTRACT

IIS TRKULIANTI. Bioactivity of Extracts So$ Corals Sinztlaria sp and

Lobophytzm? sp froni FrapnentatioT~s Yields at 3 and 10 Mepes Depth at P~anizrka Islai~d, Thaozrsand Island, Jakarta. Under direction of NEVIATY P . ZAMANI and HEFM EFFENDI.

Soft c o ~ a l is ktlowr7 as one of nzari~7e invertebrates producing secondary metabolite conlpolinds which have biological activities (bioactii~e). The study was ait~led to investigate the bioactive conpozind of Si~zlularia sp a17d Lobophytztnz sp froni

artz$cialfr.ngme?ltations at 3 and I 0 meters depth. It was conducted in Pramzika Islmld waters of Kepilauan Seribu. The isolation of bioactive compound process involved extraction, j?aciionatiorz and chron~atographic purz&utioil. Ident1~7catio~1 of the active isolate was conducted by Gas Chrontatography-Mass spectroscopy m7d then pz~t side by side with Wiley 7~1.1 database. Disc dfisiotz method was condztcted to obsewed inhibition activivfrom seco~zdary metabolites compounds of marine so$ coral Sinularia sp. and Lobophytum sp. Crude exhacts inhibition activity of Sinirlaria sp on Escherichia coli and Staphylococctrs aztrezrs was lesser than Lobophytidm sp. 77ze highest inhibition on bacterial growth ivas exhibited by so$

coral crztde extracts which came froni frapneiltation at 10 rnehes depth from Lobophytzrm sp i.e. 7,8 mm. The 21-h LCjo of so$ coral extrncts for Artemia sali~ia were 15,146ppn1 (Sitrzrlaria sp} mrd 201,93ppm (Lobophytunl sp}.

Keywords: Bioactive conipoztnd, Sirzularia sp, Lobophyhra~ sp, Inhibitation, Pramuka

(4)
(5)

Hasil pengukuran parameter fisika-kimia lingkungan pada tiga bulan

penvakilan musim di dua kedalaman lokasi penanaman karang lunak hasil

fragmentasi buatan (Siiiularia sp dan Lobophytztni sp) menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan dari parameter yang temkur masih berada pada kisaran ambang

batas baha mutu air laut yany telah diputuskan olelt Kettlentriart Lingh~~ngan Hidup

No.5 I Tah~in 2004 untuk menduk~~ny kehiclupan biota. Uji statistik tlilakukan denyan

menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap hasil pengukuran parameter

fisika-kimia lingkungan lokasi penanaman karang lunak hasil fragmentasi buatan tidak berbeda nyata (PXl.05) baik antar musim maupun antar dua kedalaman lokasi penanaman.

Senyawa bioaktif yang diperoleh dari ekstrak karang lunak Lobophytzm sp di kedalaman 3 dan I0 meter hasil fragmentasi buatan mempunyai kekuatan sedang dan ekstrak kasar Simlarin sp berkekuatan lemah. Perbedaan bioaktifitas pada dua kedalaman yang diujikan diduga karena produksi senyawa bioaktif yang dihasilkan sebagai hasil samping kegiatan metabolisme sekunder dipengamhi oleh lingkungan laut sekitarnya.

Nilai LC50 24 jam yang dihasilkan dari perhitungan untuk karang lunak jenis

Sinzrlaria sp terpilih (kedalaman 10 m) adalah sebesar201,93 ppm yang masuk dalam

kategori toksik dan nilai LC50 untuk karang lunak jenis Lobophytum sp terpilih adalah

sebesar 15,146 ppm dan masuk ke dalam kategori sangat toksik

Noda yang ditunjukkan pada Kromatogafi Lapis Tipis (KLT)

mengindikasikan keberadaan senyawa bioaktif yang ditunjukkan oleh nilai Rf

(Retardaction finctioiz). Nilai Rf yang diperoleh dari fraksi Lobophytz~m sp hasil

fragmentasi di kedalaman 3 m adalah 0,33; 0,67; 0,73 dan untuk fraksi jenis yang

sama di kedalaman 10 m adalah 0,46; 0,66; 0,90. Fraksi Sinularia sp hasil

fragmentasi di kedua kedalaman tidak menunjukkan keberadaan spot atau senyawa yang terikat pada fase diam silica gel. Untuk menguji bioaktifitas eaksi hasil

pemurnian kolom kromatografi terhadap bakteri Escherichia coli dan

Stnphytlococcits nzrrezts maka dilakukan uji bioautografi. Fraksi yang diindikasikan terdapat senyawa bioal;tif menunjukkan keaktifannya dalam menghambat bakteri E.coli namun tidak terhadap S.azrreus.

Identifikasi awal senyawa aktif secara biologi berdasarkan berat molekul senyawa hasil analisis kromatogafi gas dibandingkan dengan pustaka kimia pada data base Wiley 711.1. Berdasarkan pola fragmentasi ion ditunjukkan oleh keberadaan satu puncak dominan pada fraksi aktif Lobophytuni sp hasil fragmentasi di kedalaman 3 m terjadi pada waktu retensi 5.55 dengan persentasi area 36.71% yang diduga

adalah senyawa 2-endo-(l-oxacyclohex-2-yloxy)bicyclo[2.2.l]heptane dan untuk

fraksi aktif karang lunak jenis sama di kedalaman 10 m terjadi pada waktu retensi

(6)

0

Hak Cipta milik P B , tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau selzrruh karya tzrlis ini tanpa mencantumkan atau tnenyebzrtkan sumbernyn. Pengutipatr hanya zintuk kepentingml pendidihl, penelitimz, penzrlisan karya ilmiah, penyrsrinan laporan, penulisan kritik, atazr titijaumi slratzr maslah; dan pe?zgutipan iersebut tidak merugihn kepentitzgan yatg wajar IPB.

Dilarm~g n1e17gumur?tkan &I rnen7perbm~yak sebagian ntazr selziruh Kaiya tzrlis

(7)
(8)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Bioaktivitas Ekstrak Karang Lunak Sinularia sp dan

Lobophyfz~nz sp Hasil Fragmentasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta

Nama Mahasiswa : Iis Triyulianti

NIM : C551060071

Program Studi : Ilmu Kelautan

Disetujui

Komisi Pembimbing

I

Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani. M.Sc ~r.rkr.nat Ir. Hehi Effendi M.Phil

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan

Tanggal Ujian : 6 Maret 2009 Tanggal Lulus : I 3 hi;i;Y 2009

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian

yang dilaksanakan pada bulan Juni 2007 - Desember 2008 ialah senyawa bioaktif

karang lunak hasil fragmentasi dengan judul Bioaktivitas Ekstrak Karang Lunak Siiiularia sp dan Lobophytlrn? sp Hasil Fragmentasi pada Kedalaman 3 m dan 10 m di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Tesis ini berisikan tentang penapisan senyawa bioaktif dari karang lunak hasil fragmentasi pada kedalaman berbeda untuk kemudian dilihat potensi bioaktivitasnya dan mencoba menelusuri jenis senyawanya dengan melakukan isolasi dan identifikasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan mengenai bahan-bahan alami dari organisme laut serta

merekomendasikan upaya perbanyakkan melalui fiagmentasi untuk kepentingan kegiatan penelitian dan konservasi.

Kendala dan permasalahan tidak luput dari kegiatan ini mulai dari awal hingga akhir pelaksanaamya, sehingga diiasa tidak munglun dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, dorongan dan kerjasama dari semua pihak yang telah membantu hingga usainya kegiatan penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc dan bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phi1 selaku pembimbing, serta bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA, ibu Mukzijat Kawaroe, M.Si d m seluruh peneliti "Kajian Bioaktif

Karang Lunak (0ctocorallia:Alcyonacea) Sinzrlnria sp, Lobophytzim sp dan

Snrcophyton sp Hasil Fragmentasi Buatan sebagai Penyedia Bahan Obat-Obatan dari Laut" karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan pe~elitian ini. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan untuk bapak, ibu, kakakku tercinta mba Nining dan mas Wawan serta dua adikku Ade dan Teguh atas doa dan kasih sayangnya yang tidak putus-putusnya hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Sentuhan akhir dari prakata ini, penulis tujukan

kepada seluruh teman-teman dan staf PS. IKL -Dept ITK-IPB, terima kasih atas

jalinan persahabatan dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan yang terus terbina d m terjaga hingga penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat berguna dalam rangka pengembangan ilmu

dan pengetahuan khususnya di bidang bahan alami dari laut (Mnrine Natzrrnl

Product).

Bogor, Februari 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada Tanggal 3 1 Mei 1976 dari ayah Kusnun dan

ibu Sudaningsih. Penulis merupakan putri ketlga dari lima bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 39 Jakarta dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis

memilih Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan lulus tahun 1999.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah Avertebrata Air, Ikhtiologi dan Ekologi Perairan selama dua periode yaitu tahun ajaran 199611997 dan 199711998. Asisten mata kuliah Limnologi tahun ajaran

199711998 , Bioteknologi Perairan tahun ajaran 199811999, Biologi Laut tahun

ajaran 199711998, Fisiologi Hewan Air tahun ajaran 199711998. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada Biro Penelusuran Literatur (BPL-HIMASPER).

Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Strata dua (S2) di Institut

Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Kelautan (PS IKL) minat Biologi Laut

dengan biaya sendiii. Tahun 2007 penulis menerima beasiswa BPPS (on going) dari

Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional untuk satu tahun atas

rekomendasi dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Selama menjadi

mahasiswa SPs P B di PS ML, penulis aktif sebagai bendahara Wahana Interaksi

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Tesis ini dapat terselesaikan dengan adanya banyak dukungan dan bantuan

dari berhagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Direktorat Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) karena penelitian ini didanai oleh

Program Hibah Bersaing X V .

2. Seluruh tim peneliti "Kajian Bioaktif Karang Lunak (0ctocora1lia:Alcyonacea)

Gorgonian sp, Lobophyizrm sp, Sarcophyfon sp Hasil Fragmentasi Buatan Sebagai Penyedia Bahan Obat-obatan dari Luat" yang diketuai oleh Dr. Ir. Hefni Effendi,

M.Phil serta Prof Dr. Dedi Soedharma, DEA dan Ir. Mukzijat Kawaroe, M.Si

selaku anggota peneliti.

3. Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.SC dan bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phi1 selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing,

4. Seluruh rekan-rekan yang terkait dengan penelitian Program Hibah Bersaing XV

Laboratorium Biologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut

Pertanian Bogor (Dondi, Windika, Tia, Alin, Patrick, bapak Beginner, bapak

Supamo, mba Citra dan mba Meutia).

5. Tony Yusman B.Sc heserta selumf staf Laboratorium Produktivitas dan

Lingkungan Perairan Dept. MSP-IPR (mba Anna, bu Wulan, kak Heri, pa Yayat,

Budi dan Aan) yang telah banyak memberikan arahan serta penyediaan fasilitas

laboratorium selama penelitian.

6. Ibu Emma dan seluruh staf Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Teknologi

Hasil Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

7. Bapak Jaswanto dan seluruh staf PUSLABFOR-MABES POLRI.

8. Rekan-rekan IKL'06 yang sangat saya sayangi (bang Rico, Dondi, Ojon, mba

Ema, Ria, Mila, Ratih, Alul, Chatrin, pa Faisal, Degen, Ira, Mukti dan pa

Ngadiran)

9. Program Mitra Bahari, Departemen Kelautan dan Perikanan Repuhlik Indonesia

karena telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini melalui beasiswa

COREMAP, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan program di

(13)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL xw

DAFTAR GAMBAR ... ... ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ssi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Pemmusan Masalah 3

Hipotesis Penel 5

Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

Kerangka Penelitian 7

TlNJAUAN PUSTAKA

Karang Lunak (Soft Coral) 7

Karang Lunak sebagai Organisme Uji 8

Klasfikas 8

Morfologi dan Anatomi Karang Lunak sebagai Organisme Uji ... 9

Senyawa Bioaktif Karang Luna 12

Senyam Terpenoid Karang Lunak 14

Ekstraksi dan Fraksinasi ... 18

Kromatogr 20

Kromatografi Lapis Tipis ... ... ... ... ... ... 21

Kromatograf~ Kolom 21

Kromatografi Lapis Gas ... 22

Altivitas Bakteri 22

. . . .

UJI Toksls~tas ... ... ... ... 24

Al.temin snliiza 26

F&or LingkunganMabitat Penanaman Karang lurid Sit7ulo~tn sp d m

Lobopkj~tum sp terhadap Produksi Senya~va Bioak3if Karang Lunak 27

RlETODE PENELITIAN

IVahIu dan Tempat Penelitian 3 0

Bahan dan Alat 30

.

. .
(14)

Metoda Penelitian 33

3 5

Ekstraksi Karang Lunak Uji (Sinulnria sp dan Lobophj)rum sp) ... 35 Fraksinasi Karang Lunak Uji (Si~tularin sp dan Lobophymn sp) ... 38

Identifikasi Senyawa Bioktif S m p e l Hasil Fraksinasi dengan

Kromatografi Lapis Tpis (Thin Lnyer Chrommtograpltj)) ... ... 40

Pemurnian Senyawa Bioaktif dengan Kromatografi Kolom dan

Kromatograti Gas - Spektroskopi Massa (KG-MS) ... ... ... 40

.. . . .

Uji Bioalit~vitas ... 43

Pembuatan Media Agar 43

Isolasi dan Penyegaran Bakteri . .

.

. . ... . ... ... .... ... .... ... .... ... ... .. 43

Uji Bioal;tivitas terhadap Balcteri Patogen ... 44

Analisa Alrtivitas Antimihob Senyawa Hasil Fraksinasi (Bioautograii) 44

46

47

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil 48

Koleksi Karang Lunak Uj' 48

Kondisi Linghngan Sebagai Habitat Karang Lunak Hasil

Fragmentasi 49

Parameter Fisika Lingkungan Perairan ... .... ... ... .... . 50 Parameter Kimia Lingkungan Perairan ... ... .... ... 53

Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa Ekstrak Kasar

Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytujn sp.. .. . .. . . ... ... .. .. . . . .. 58

Ekstraksi dan Maseras' 5 8

Bioaktivitas Senyawa Ekstrak Kasar Karang Lunak

Sinulnria sp dan Loboph)~tum sp Hasil Fragmentasi ... ... 6 1

Uji Brimze Shrimp Lerlrnl Toxicit?, (BSLT) Senyawa Ekstrak Kasar

Karang Lunak Sinulc~ria sp dan Lobophytuin Hasil Fragmentasi 63

Fraksinasi Kromatogr&~ Lapis Tipis (KLT) dan Deteksi Aktivitas

Antibakteri dengan Bioautografi 66

(15)

Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom dan Deteksi Alctivitas

Antimikroba dengan Bioautografi 7 1

Identifikasi Fraksi Aktif Karang Lunak Lobophyruin sp dan Sit~trlnric~ sy Hasil Fragmentasi di Kedalaman 3 & 10 m ... ... ... 74

Pembahas 83

Kondisi Lingkungan Sebagai Habitat Karang Lunak Hasil

Fragmentasi 83

Parameter Fisika Lingkungan 84

Parameter Kimia Lingkungan 88

Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa Ekstrak Kasar Karang

Lunak Sinularia sp d m Lobophytum sp 91

Ekstraksi d m Maserasi 91

Bioalctivitas Senyawa Ekstrak Kasar Karang Lunak

Sinularia sp d m Lobophytum sp Hasil Fragmentasi ... 94 Uji Brine Shrimp Lethal Toxicity (BSLT) Senyawa Ekstrak Kasar Karang Lunak Sit~ularia sp dan Lobophytum H a i l Fragmentasi 103 Fraksinasi Kromatograli Lapis Tipis (KLT) dan Deteksi

Aktivitas Antib&eri dengan Bioautografi .... ... ... 104

Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom dan Deteksi

&ivitas Antimikroba dengan Bioautograi? ... ... . . . .. . ... .... ... . . 105

Identifikasi Fraksi Alitif Karang Lunak Lobop~~y;lum sp dan

Si~zz~lnria sp Hasil Fragmentasi di Kedalarnan 3 & 10 m ... 106

SIMPULAN DAN SARAN

113

113

DAFTAR PUSTA 115

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis-jenis senyawa terpen dari beberapa karang lunak ... 17

2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya 19

3. Kategon toksisitas bah 25

4. Alat dan bahan yang digunakan dalam fragmentasi karang lunak ... 30

5. Alat dan bahan kegiatan pengukuran parameter lingkrungan ... 31

6. Alat dan bahan kegiatan ekstraksi dan uji bioalirtivitas ... 32

7. Hasil pengukuran parameter lingAwgadokasi penanaman karang lunak

Sinularia sp dan Lobophytum sp hasil fiagmentasi buatan ... 50 8. Nilai rata-rata berat ekstrak kasar serta nilai rendemen (b/v) karang lunak

Sinularia sp dan Lobophj~tum sp di kedalaman 3 dan 10 m ... 58

9. Nilai LC50 (ppm) ekstrak karang lunak Sinularia sp dan Lobophytum sp hasil

fragmentasi di kedalaman 10 m 64

10. Nilai Rf fraksi organik ekstrak kasar senyawa karang lunak uji ...

.

68

11. Fraksi yang terbentuk sebagai hasil pemurnian Colunzn Chromatography

ekstrak kasar karang lunak uji 7 1

12. Kelompok senyawa h a i l identifikasi dengan kromatografi gas-speA*oskopi

massa menggunakan database Wiley 7 n l untuk kaksi &if Lobophyrum sp

kedalaman 10 m 76

13. Kelompok senyawa hasil identifikasi dengan kromatografi gas-speA~roskopi

massa menggunakan database Wiley 7 n l untuk fraksi aktif Lobophytunz sp

kedalaman 3 79

14. f(elompok senyawa hasil identifikasi dengan kromatografi gas-speA.oskopi massa menggunakan database Wiley 7n.l untuk fraksi aktif Sintrlnria sp

kedalaman 10 m .... ... ... ... ... ... ... .... . 82

15. Matriks hasil analisa bioalctivitas ekstrak karang lunak Sir?ulmin sp d m

Lobophyrum sp hasil fragmentasi buatan pada kedalaman 3 dan 10 m di

perairan Pulau Prarnuka, Kepulauan Senbu, Jakarta ... ... .... ... 9 1

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram alir berfikir (kerangka pernikiran) ... 6

2. Polip Octocorallia dengan 8 buah tentakel pinnate (Wagener 2000) .... 7

3. Morfolo@ Octocorallia (Bayer, 1956) 10

4. Lokasi penanaman fiagmen karang lunak Sitzularin sp dan Lobophytum sp di gosong Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta ... ... 3 1

5. Rak fragmentasi (A), Substrat (B) dan Rak dengan substrat dan fraggen pada

lokasi penanaman di gosong Pulau Pramuka (C) ... 34

6. Diagram alur ekstraksi karang lunak uji ... ... 37

7. Diagram alir proses Fraksinasi 39

8 Diagram alir proses fraksinasi GC-MS 42

9 Diagram alir dari proses pengujian bioaktivitas ekstrak terhadap bakteri

patoge 45

10 Diagam alir uji toksisitas dengan A. salina (Mclaughlin 1998) .. ... ... 46

I IaSirzulnrin sp di bawah air (A) dan diatas air (B) ... 48 I l b Sirz~,rlnrin sp di bawah air (A) dan diatas air (B) ... 49 12 Hasil pengukuran suhu (OC): kecepatan arus (ddet) dan kecerahan (m)

perairan lokasi penanaman karang lunak uji hasil fragmentasi bulan Agustus

2007, Desernber 2007 dan April 2008 5 1

13 Hasil pengukuran salinitas (psu), pH, Oksigen terlarut ( m g ) lokasi

penanaman karang lunak uji hasil fragmentasi bulan Agustus 2007, Desember

2007 dan april 2008 ... 54

14 Hasil pengukwran fosfat (mdl), nimt (rndl) dan nitrat ( r n g ) lokasi

penanaman karang lunak uji h a i l fra,gnentasi bulan Awstus 2007, Desember

2007 dan april2008 56

15 Berat ekstrak kasar karang lundi Sitzulnrin sp dan Loboplzytt~m sp hasil

fragmentmi di kedalaman 3 dan 10 m (

X*

SD) ... ... . 59

16 Persentase rendernen karang lunak jenis Sirzularin sp dan Loboplzynon sp hail

(18)

17 Diameter zona hambat ekstrak kasar karang lunak jenis uji h a i l fragmentasi

dan kontrol terhadap pertumbuhan bakeri E.coli ... 62 18 Diameter zona hambat ekstrak kasar karang lunak Sinularia sp, Lobophytum

sp hasil fragmentasi dan kontrol terhadap pertumbuhan balcen S.nureu 63

19 Grafik regresi kematian A. salina (hubungan antara log konsentrasi dengan mortalitas) terhadap ebtrak kasar karang lunak jenis Sinula~in sp ... 64 20 Gra€ik kematian A. snlirta (hubungan antara log konsentrasi dengan mortalitas) terhadap ekstrak kasar karang lunak jenis Lobophyllrm sp . 65 21 (a) Kultur A. snlinn pada media air laut steril, (b) Uji Toksisitas menggunakan

A.snlirz 66

22 Fraksinasi dengan corong (tabung) pemisah dari awal-akhir (A-C) ... 67

23 Contoh h a i l kromatografi lapis tipis (KLT) yang dipindai dengan sinar UV

pada

X

= 254 nm 69

24aHasil uji bioautografi fiaksi padapelarut Chlorofom : Metanol(10:l) 70

24bHasil Uji Autobiografi Fraksi pada pelarut Petroleum ether : Dietil ether (1 : 1)

. . .

. .

.

.

. . .

. . . .

. . .

.

. . . 70

25aHasil Uji Autobiografi Fraksi padapelarut Chloroform : Metanol(10:l) 70

25b Hasil Uji Autobiografi Fraksi pada pelarut Petroleum ether : Dietil ether (1:l)

70

26 Hasil uji bioaktivitas fiaksi (Al-A10) hasil pemumian kolom kromatografi

terhadap bakteri indikator E.coli ... ... .... ... ... 72

27 Has11 j i bioaktivitas fralisi (BI-BIO) h a i l pemurnian kolom kromatograli

terhadap bakteri indikator E.coli . . ... ...

.

. . . ... . . .. . .. . . .... . . ... . . ... . . . .. 73 28 Hasil uji bioaktivitas terhadap balteri indicator E-coli fraksi (Cl-CIO) dan fraksi (Dl-DlO) ... 74

29 Kromatogram h a i l KG-MS atau GC-MS fraksi &if Lobophyrum sp h a i l fragmentasi buatan di kedalaman 10 m (AS-A10) ... .... . 75

30 Shuktur molekwl senyawa Elemol (C15H260) dengan rincian padanan nama

lainnya menurut database Wiley 7n.l ... 77

31 Shuhmr molekul senyawa I-Naphthalenemethanol, decahydro-5-(5-hydros!;-

3-methyl-3-pentenyl)-1,4a-dimethyl-6-methylene-, [IS-

(19)

(E)- $$ (+)-Agathadiol $$ Agathadienediol $$ Agathadiol $$ Agathadiol

(C20H340) menunlt database Wiley 7 78

32 Kromatogram hasil KG-MS atau GC-MS fraksi aktif Lobophjdurn sp hasil

...

fragmentasi buatan di kedalaman 3 m (B2-B3) 79

33 Stmkur molekul senyawa 2,4-diisopropenyl-l-methyl-l-vynyl-cyclohesane

(C15H24) menurut database Wiley 7n. 80

34 Kromatogram hasil KG-MS atau GC-MS fraksi aktif Lobophyru~n sp hasil

...

fragmentasi buatan di kedalaman 3 m (Cl-C2) 80

35 Stmhmr molekul senyawa 1, 2-Benzenedicarbosylic acid, diiooctyl ester

(C24H3804) menurut database Wiley 7n. 81

36 Kromatograrn hasil KG-MS atau GC-MS fiaksi aktif Lobophyhlm sp hasil

...

fraggentasi buatan di kedalaman 3 m (Cl-C2) 82

37 S p e L m massa senyawa Elemol (Cl5H260) ... 107

38 SpeL;trum massa senyawa 2.alpha-hydroxy-3-trans,3-methyleneoxy-6,6-

dimethylbicyclo(3.1.l)heptane $$ Spiro[bicyclo[3.1.1]heptane-3,2'-osir~-2-

ol,6,6-dimethyl (1 .alpha,2.beta,3.alpha,j.alpha.)- (CAS) ... 108

39 SpeLtrum massa senyawa l-Naphthalenemethanol, decahydro-5-(5-hydroxy-

3-methyl-3-pentenyl)-1,4a-dimeth>~1-6-methylene-, [IS-

[l.aIpha.,4a.alpha,5.alpha.(E),8abeta]]- $$ Labda-8(20),13-diene-15,19-dial:

(E)- $$ (+)-Agathadiol $$ Agathadienediol $$ Agathadiol $$ Agathadio 108

40 Spekctrum massa senj7a\va 2-endo-(l-osacyclohes-2-

ylox~)bicyclo[2.2. llheptan 110

(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

I<ebutuhan pangan dan obat-obatan berbahan alami, dewasa ini semakin

meningkat seiring dengan makin marak ditemukannya makanan dan obat-obatan

berbahan sintetis yang telah terbuhi berpengaruh buruk bagi kesehatan umat

manusia Berdasarkan hasil penelitian terhadap kandungan bahan kimia yang

dihasilkan oleh organisme laut, beberapa diantaranya mempunyai kemampuan

sebagai sumber bahan obat alami. Salah satu organisme laut tersebut adalah

komunitas hewan karang lunak. Kelimpahan karang lunak yang tinggi di perairan

dangkal dan hangat di daerah tropis merupakan peluang bagi para peneliti untuk

mengkaji potensi produksi bahan kimia alarni yang memiliki keakiifan biologi

( b i ~ ~ i v i t a s ) dan diindikasikan berguna sebagai bahan obat-obatan

Bahan kimia aiami yang dihasilkan oleh karang lunak m e ~ p a k a n senyawa

metabolit yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertahanan dinnya

(Pechenik 2005). Organisme laut, khususnya yang hidup di daerah tropis

menemui tantangan secara ekologis baik dalam ha1 kompetisi mendapatkan ruang

tumbuh, makanan dan cahaya Menghadapi kondisi demikian organisme laut

mengembangkan berbagai sistem pertahanan din yang disimpulkan oleh Harper et

al. (2001) diantaranya adalah dengan tingkah laku (behavioural misalnya c m t i c ,

nocrzrnnl); fisik (scelerires, pengerasan permukaan tubuh) d m subtansi kimia

(clzemical defense).

Subtansi kimia yang disekresikan oleh organisme laut ke linglugan

tempat hidupnya dimaksudkan untuk menghadapi serangan predator, media

kompetisi, mencegah infeksi bakteri, membantu proses reproduksi dan mencegah

sengatan sin= ullra violet. Senyawa atau subtansi kimia tersebut merupakan

metabolit selrunder atau hasil proses metabolisme sehnder organisme hidup yang

sering dikenal dengan istilah tzah~ralpi.o&~ct (Harper et nl 2001 dan Murniasih 2005). Diantara organisme yang hidup di laut, karang lunak termasuk organisme

penghasil komponen bioaktif yang terbesar. Dalam dekade terakhir, dilaporkan

bahwa sebanyak 50 % senjlawa bioakttif yang ditemukan pada invertebrata laut ini

(22)

invertebrata laut terutama dari karang lunak sebagai senyawa metabolit sekunder

menarik untuk dikaji pemanfaatannya bagi sumber bahan obat-obatan alami

(Mnrine Nnturnl Product).

Sekresi senyawa kimia &?if sebagai bahan alami yang diproduksi

organisme karang lunak menunjukkan akiaitas antibiotik, antijamur, antibakeri,

antivirus dan anti-inflamasi yang bermanfaat bagi industri farmasi. Beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa karang lunak merupakan salah satu

sumberdaya laut yang menghasilkan bahan alami laut (Marine Nat~rrnl Prod~rct)

seperti senyawa terpenoid. Senyawa terpenoid yang dihasilkan oleh karang lunak

antara lain adalah Sinulariolide, Sinula~in, Dihydrosinularin (Tursch et al. 1978; Chao et al. 2006) yang diisolasi dari jenis Sinularia fleksibilis diindikasikan bersifat sitotoksik oleh Samrnarco dan Coll (1988) dan merupakan senyawa yang

memiliki sifat-sifat antikanker (Weinheimer 1977). Beragam senyawa metabolit

sekunder yang telah berhasil diidentifikasi oleh para peneliti menunjuklcan bahwa

karang lunak mengandung senyawa-senyawa aktif yang berguna bagi dunia

pengobatan.

Hampir seluruh perairan Indonesia memiliki karang lunak dengan tingkat

keragaman yang berbeda Jumlah jenis karang lunak di Kepulauan Seribu dari

yang telah dilaporkan oleh Manuputiy (1992) adalah 103 jenis yang berasal dari 4

famili, dan diambil dari 11 pulau yang menyebar dari selatan ke utara di

Kepulauan Seribu. Dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil saja yang telah

diteliti potensi bioaktivitasnya. Menurut Satxi (1997) pengkajian bahan alam laut

pada karang lunak seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di

Indonesia merupakan suatu penelitian yang paling mendasar, sehingga

pengkajian yang sarna perlu dilakukan pada beberapa daerah terutama daerah

yang diketahui mempmyai keanekaragaman jenis karang lunak yang relatif tinggi

seperti Kepulauan Seribu. Hasil kajian potensi bioaktif karang lunak di perairan

Kepulauan Seribu oleh Soedhanna et nl. (2005) menunjukkan bahwa terdapat 3

spesies yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder dengan keaktifan

menghambat pertumbuhan baL?eri yang besar yaitu Sarcoplzyton sp, Loboplz~vrzum

(23)

Potensi senyalva kimia alrTif yang berguna bagi dunia pengobatan dari

karang lunak masih perlu dikaji lebih banyak, terutama terkait dengan kondisi

lingkungan dan sifat alrTivitas biologi serta sitotolisihya. Kajian tersebut sebagai

dasar informasi bagi kegiatan pengembangan upaya perbanyakkan karang lunak

secara tidak alami (fragmentasi). Pengujian lebih lanjut mengenai bioakivitas

ekstrak karang lunak hasil fragmentasi terhadap pertumbuhan balceri patogen

perlu dilalrukan, sebagai suatu penjajakan serta penelusuran bahan alami dari laut.

Upaya perbanyakkan melalui fragmentasi karang lunak pada kondisi linglrxngan

yang berbeda diharapkan dapat menjadi salah satu altematif budidaya untuk

penyediaan bahan dasar bagi kegiatan eksplorasi bahan alami laut (Marine Natural Product).

Perurnusan Masalah

Berkembangnya ilmu pengetahuan d m teknologi khususnya di bidang

farmakologi serta adanya laporan hasil penelitian bahwa organisme laut mampu

menghasilkan sejumlah bahan alami berupa senyawa bioaktif, telah merangsang

para ahli mengeksplorasi organisme laut yang dapat dijadikan sebagai sumber

bahan dasar obat bagi beberapa penyakit, ha1 ini merupakan analogi terhadap hasil

yang gemilang yang pemah dicapai oleh organisme darat.

Karang lunak sebagai salah s a h ~ organisme hayati laut memiliki potensi

sebagai sumber senyaw bioalctif dengan beragam senyaxtza metabolit sekunder

yang dihasilkannya. Tingginya keragaman jenis karang lunak merupakan peluang

bagi penemuan berbagai macam senyawa metabolit selrunder yang dapat berperan

sebagai bahan obat dami. Kajian bahan dami laut khususnya yang dihasilkan

oleh karang lunak yang ada saat ini masih bersifat penelitian dasar sehingga

merangsang berbagai penelitian lanjutan. Penelitian lebih lanjut mengenai

kandungan senyawa bioalr?if yang dihasilkan karang lunak perlu dilakukan

dengan pertimbangan pengkajian bahan alami laut merupakan suatu kajian yang

relatif masih sangat baru. Disisi lain permintaan &an pemenuhan obat-obatan

berbahan alami culrup tinggi. Narnun terdapat beberapa masalah serius yang

menghambat pengembangan obat-obatan dari laut, salah satunya adalah sebagian

(24)

kompleks dan kuantitasnya sangat sedikit (Mumiasih 2004). Produksi senyawa

&*if dari invertebrata laut yang secara Minis dapat digunakan sebagai bahan

farmasi merupakan informasi penting pang dapat berdampak terhadap eksploitasi

organisme tersebut. Eksploitasi biota secara langsung di dam secara terns

menerus dalam jumlah yang besar sangat tidal; ekonomis dan merusak

keseimbangan ekologinya, oleh karena itu untuk menjaga kesinambungan

pemanfaatan serta kelestarian sumber daya maka perlu dilahkan upaya

pengembangan budidaya

Pengembangan budidaya karang lunak diarahkan untuk memproduksi lend comnpoutzd dan upaya penyediaan bibit (anakan) u ~ ~ t u k restocking pada kawasan

ternmbu karang yang rusak. Salah satu altematif langkah pengembangan

budidaya yang dapat diambil adalah dengan melakulian perbanyakkan secara

vegetatif melalui fragmentasi pada habitat aslinya Kegiatan fragmentasi

diiarapkan mampu memenuhi pasokan bahan alami dari laut yang saat ini masih

terbatas dan untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya kajian kandungan

senyawa bioakqif b a n g lunak hasil kagmentasi. Bidang kajian senyawa bioak-tif

karang lunak hasil fragmentasi dapat meliputi pengujian bioaktivitas ekstrak

karang lunak terbadap balrteri patogen hingga isolasi dan identifikasi senyawa.

Upaya fragmentasi karang lunak yang ditanam pada kedalaman berbeda serta

pengujian kandungan senyawa bioaktif yang dihasilkan merupakan salah satu

bagian yang akan diamati.

Kegiatan fragmentasi pada habitat alaminya dengan memilih kedalaman 3

dan 10 meter di perairan pulau Pramuka, Kepulauan Seribu berdasarkan hasil

penelitian Soedharma et 01. (2005) yang menunjukkan bahwa terdapat 3 spesies dari 30 jenis karang lunak yang berada di perairan Kepulauan Seribu yang

menghasilkan senyawa metabolit sekmder dengan keaktifan mengbambat

pertumbuhan bakteri yang besar yaitu Sarcophyion sp, Lobophytumn sp d m

Sitzulnrin sp. Ketiga spesies karang lunak tersebut diperoleh dari perairan Kepulauan Seribu pada kedalaman 3 dan 10 meter. Pengaruh perbedaan

bioalrtivitas kandungan senyawa bioalitif yang dihasilkan karang lunak hasil

fiagnentasi pada kedalaman y a w berbeda merupakan bagian yang akan dianalisa

(25)

sesuai bagi upaya perbanyakkan karang lunak secara tidak alami dengan melihat

potensi kekuatan bioalctivitas senyawa bioaktif

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat diberikan adalah bioakrtivitas ekstrak karang lumak

pada kedua jenis karang lunak hasil fragmentasi berbeda pada kedua kedalaman

yang diujikan. Bioaktivitas ekstrak karang lunak h a i l fragmentasi terhadap

balcteri patogen yang dijadikan indikator lebih baik pada kedalaman 3 meter,

karena lokasi tersebut dengan daratan sehingga mendapat tekanan dari lingkungan

daratan lebih besar. Dugaan ini berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

S o e d h m a ef nl (2005). Ada kecenderungan, makin besar gangguan biotik dan abiotik di IingAungan karang lunak, makin tinggi produksi senyalva bioak~if dan

bioaktivitas senyawa metabolit sekmder yang dihasilkan. BioalTivitas ekstrak

karang lunak h a i l fkagmentasi lebih tinggi karena setelah dilukai, untuk proses

pertumbuhannya organisme uji &an memacu aktivitas metabolismenya

Tuju,u; dan Manfaat Penelitian

1. Menguji perbedaan bioaktivitas kandungan senyawa bioaktif karang lunak

Sinulnria sp dan Lobophytum sp hasil fragmentasi pada kedalaman 3 m dan 10

m.

2. Menjajaki respon senyawa bioaktif terhadap ak-tivitas balcteri Eschericl~ia coli

d m S~aphj~lococcus nureus serta konsentrasi yang mengakbatkan kematian

SO%Artemia salina (LCjo).

3. Menelusuri kandungan senyawra bioaktif karang lunak Sinularin sp dan

Lobophytum sp hasil fragmentasi pada kedalaman 3 m d m 10 m

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan dan menambah informasi

tentang upaya fragmentasi karang lunak bagi kegiatan eksplorasi senyawa bioalrtif

tanpa khwatir &an adanya perubahan potensi bioaktivitas kandungan senyawa

bioaktifnya. Pengembangan perbanyakkan h a n g lunak melalui fragmentasi

diharapkan juga dapat digunakan untuk kepentingan industri farmasi dan

(26)

tmruoppay cnpay cpcd c.iusw~.i~qco!q cpaq-raq ?~p!i !scirraru%.g ~!scr[ y c p ! ~ 1111 qeunl Suc.w?13!l?lco1q

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Karang Lunak (Soft Coral)

Karang lunak merupakan kelompok hewan tingkat rendah (avertebrata) yang

termasuk ke dalam filum Coelenterata atau sering disebut juga cnidaria karena

rnemiliki crride (bahasa Yunani) yang berarti sengat. Filum ini terbagi menjadi tiga

kelas, yaitu Hydrozoa, Anthozoa dan Scyphozoa (Barnes 1980; Bayer 1981). Saat ini

kelas dari filum Coelenterata telah berkembang menjadi empat kelas yaitu Hydrozoa,

Anthozoa, Cubozoa dan Scyphozoa (Kozloff 1990; Pechenik 2005; Suwignyo e f a/.

2005). Ciri khas lain dari kelompok hewan kolenterata adalah keberadaan rongga

pencernaan (Coelen atazr gasfrovaskzrlar cavity) dan mulut, tetapi anus tidak ada.

Kelompok organisme soft coral memiliki struktur tubuh yang menetap di

dasar (polip) serta rangka lunak @shy skeletor~) termasuk kedalam kelas Anthozoa

dan subkelas Octocorallia (Alcyonaria). Struktur octocorallia mirip zoanthoria, tetapi

terdapat beberapa perbedaan yang khas seperti polip octocorallia selalu mempunyai 8

buah tentakel pinnate, artinya pada setiap sisi tentakel berlekuk-lekuk (Gambar 2.).

Semua jenis octocorallia berbentuk koloni dengan sejumlah polip kecil-kecil.

Masing-masing polip dalam koloni dihubungkan oleh suatu jaringan coer~errchynz dan

untuk koloni karang lunak (soft c o r d termasuk ke dalam ordo Alcyonaceae (Wagner

2000; Suwignyo et a/. 2005).

(28)

Anggota dari subkelas Octocorallia (Alcyonaria) hidup di daerah pasang surut

terendah sampai kedalaman beberapa ratus meter, dan salah satu anggotanya yaitu

keluarga Alcyoniidae adalah karang lunak utama penyusun terumbu karang di laut

Pasifik. Sebaliknya di laut Atlantik, karang lunak utama penyusun terumbu

karangnya adalah Gorgonacea (Bayer 1981; Dinesen 1983, diacu dalam Sandy 2000).

Tomascik et nl. (1997) menyatakan bahwa, biasanya Octocorallia kurang berperan

dalam pembentukan karang tetapi ada beberapa spesies seperti Heliopora

(Coenothecalia, Helioporidae) yang biasa disebut karang biru, materi skeletalnya

terdiri dari aragonit fibrokristalin berkontribusi signifikan bagi kerangka terumbu

karang. Pada laguna Shiraho, Pulau Ishagaki, Jepang, terdapat koloni Heliopora

coerulea terbesar di dunia, dan untuk di Indonesia dilaporkan karang lunak jenis tersebut membangun beberapa paparan terumbu karang di Pulau Lucipara, Laut

Banda.

Ordo Alcyonaceae terdiri kelompok karang lunak (koloni) dengan pangkal

masing-masing polip menyatu di dalam satu jaringan yang lunak seperti karet, hanya

ujung oral yang muncul keluar dengan rangka dari spikul kapur (Barnes 1980; Bayer

1981; Kozloff 1990; Pechenik 2005; Suwignyo et al. 2005). Bagian ujung oral yang

muncul keluar tersebut bersifat retraktil, yaitu dapat ditarik masuk ke dalam jaringan

tubuh yang terdiri dari delapan tentakel dilanjutkan dengan delapan septa yang tidak

berupa kapur (Manuputty 2002).

Karang Lunak sebagai Organisme Uji

Klasifikasi

Klasifikasi kedua jenis karang lunak yang digunakan sebagai organisme uji

menurut Hyrnan (1940); Bayer (1956); Allen and Steene (1994) dan Tomascik el nl.

(29)

a. Sinrclcirin s p

Filum : Coelenterata

Kelas : Anthozoa

Subkelas : Octocorallia

Ordo : Alcyonaceae

Sub Ordo : Alcyoniina

Famili : Alcyoniidae

Genus : Sinularia

Spesies : Sitzulwia sp.

b. Lobopltytun~ sp

Filum : Coelenterata

Kelas : Anthozoa

Subkelas : Octocorallia

Ordo : Alcyonaceae

Sub Ordo : Alcyoniina

Famili : Alcyoniidae

Genus : Lobophytzinl

Spesies : Lobophytum sp.

Morfologi dan Anatomi Karang Lunak Sebagai Organisme Uji

Sinzrlul.ia sp dan Lobopl,ytzrn, sp merupakan jenis karang lunak yang termasuk dalam anggota subkelas octocorallia yang memiliki tekstur tubuh yang lunak,

ditunjang oleh tangkai berupa jaringan berdaging yang diperkuat oleh suatu matriks

dari partikel-partikel kapur mikroskopis yang disebut sklerit. Istilah sklerit berasal

dari skleros yang berarti keras, selain sklerit istilah spikula dipakai untuk nama umum

bagi kerangka kapur yang menyokong tubuh k a r a n ~ lunak yang berbentuk pipih

seperti sisik. Bentuk, ukuran dan ornamen dari sklerit sangat berguna untuk

identifikasi. Sklerit merupakan spikula yang berbentuk seperti kumparan atau jarum

(30)

umumnya terdapat pada bagian basal atau tangkai temtama di dalam jaringan

coenenchym (Manuputty 2002; Suwignyo 2005; Pachenik 2005 ).

Anggota octocorallia memiliki mulut yang membentuk farinx berupa saluran,

rongga gastrovaskular (perut yang berupa pembuluh), serta kepemilikan delapan

tentakel atau lengan yang berduri (pinnula) yang berfungsi untuk membantu

rnengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut. Dilanjutkan dengan delapan

septa (sekat) yang tidak berupa kapur yang menggantung dan membagi rongga dalam

tubuhnya menjadi delapan bagian yang disebut mesenteri (Gambar 3.).

Polip pada anggota octocorallia ada yang dapat ditarik atau dikuncupkan,

terjulur, dan ha1 ini merupakan ciri morfologi yang dimiliki, yang dapat membedakan

antara marga atau jenis yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang lain secara

anatomis, yaitu pada kandungan spikula yang merupakan penyokong dan pembentuk

tekstur tubuh. Selain itu polip ini juga dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu

[image:30.599.226.416.391.665.2]

antokodia, kaliks dan antosela.

(31)

Antokodia merupakan bagian yang terdapat di permukaan koloni dan bersifat

retraktil, yaitu dapat ditarik masuk ke dalam jaringan tubuh. Bangunan luar dari pori-

pori inilah yang disebut kaliks. Pada daerah kaliks ditemukan rongga gastrovaskular

atau rongga perut, tenisan dari farinx (yang terbagi menjadi delapan dan disebut

septa), benang-benang septa dan organ reproduksi atau gonad. Bagian antosela

merupakan bagian basal polip yang mengandung jaring-jaring solenia. Hubungan

antara polip satu dengan yang lainnya tejadi melalui jaring-jaring solenia ini ( Bayer

1956; Manuputty 1996a; Fossa & Nielsen 1998).

Ordo Alcyonaceae umumnya ditemukan polip-polip dimorfisme atau polip

yang memiliki dua bentuk berdasarkan tipe dan fungsi yang berbeda. Tipe pertama

adalah autozoid, yaitu polip dengan delapan tentakel yang berkembang dengan baik

dan bersifat fertil. Polip ini berfbngsi untuk mencema makanan, berkembang secara

vegetatif disamping polip induknya, mempunyai mulut dan tentakel yang panjangnya

normal. Polip lainnya yaitu siponosoid, polip ini memperlihatkan dinding yang

dibangun pada bidang-bidang yang bersilia, berperan mengalirkan air pada sistem

pipa internal ke dalam dan keluar koloni dan menyediakan oksigen untuk jaringan.

Fungsi lain dari polip ini adalah berperan dalam proses reproduksi yaitu

menghasilkan gamet. lolip-polip ini juga sebagian bergerak untuk berekspansi dan

berkonstraksi, sebuah proses yang dapat dilihat pada beberapa koloni (Barnes 1987;

Kozloff 1990; Rupert dan Barnes 1994; Manuputty 1996a; Fossa & Nielsen 1998).

Polip dalam sub ordo Alcyoniina menunjukkan bentuk dan ukuran yang

be~ariasi, ada yang panjang ada juga yang hanya sedikit menonjol diatas

epidermisnya. Ada polip dengan spikula yang sangat kecil, ada juga polip pada

genera lain mempunyai spikula sangat padat sampai menonjol keluar yang berhngsi

sebagai pertahanan diri. Pada sub ordo ini polip dimorfik dijumpai. Pada spesies

dengan koloni besar dan massif biasanya dimorfik, sedangkan spesies dengan koloni

seperti pohon (mborescent) tidak dimorfik, namun pola tersebut tidak selalu seperti

itu. Pada famili xeniiidae, ada yang dimorfik ada yang tidak. Heteroxenlin spp adalah

(32)

Beragam warna indah yang nampak pada koloni octocorallia dihasilkan oleh

sejumlah zooxanthellae yang hidup dalam jaringan tubuhnya. Zooxanthellae ini

menghasilkan pigmen coklat, kuning, hijau dan sebagainya (Manuputty 19963.

Zooxanthellae ini mulai masuk ke jaringan polip karang lunak pada saat masih

berbentuk telur atau larva yang baru lahir (Gohar 1940; Atoda 1951; Smith 1980; Fitt

1984 yang diacu dalam Sorokin 1989). Larva terinfeksi oleh zoospora zooxanthellae

yang berenang bebas yang terdapat di dalam air. Infeksi ini juga terjadi pada saat

larva yang baru menempel pada substrat. Polip menarik zooxanthellae yang berenang

ke dalam rongga mesentari lewat mulut, kemudian menginfeksinya (Kinzei 1973,

diacu oleh Sorokin 1989). Karang lunak ordo Alcyonaceae yang mengandung

zooxanthellae adalah jenis Alcyonizrm, Lithophyton, Lobophytzrm, Sarcophyton,

Simlcria, Capnella, Cladiella, Lemnalia, Paralemnalia (Sorokin 1989).

Karang lunak diketahui berkembang biak dengan tiga cara, yaitu fertilisasi

internal, yaitu telur yang dibuahi tetap tinggal pada permukaan tubuh, fertilisasi

ekstemal,yaitu terjadi diluar tubuh dimana larva yang terbentuk memiliki silia atau

bulu getar, kemudian berenang bebas mencari tempat perlekatan berupa substrat

dasar yang keras untuk selanjutnya tumbuh menjadi polip atau koloni barn dan

reproduksi secara aseksual yaitu peleburan atau pertumbuhan koloni dan fragmentasi

(Manuputty 2002).

Senyawa Bioaktif Karang Lunak

Senyawa bioaktif atau Bioactive Compozrnd adalah senyawa yang dihasilkan

secara alami oleh organisme melalui jalur biosintetik dan aktif sebagai senyawa

antimikroba, senyawa aktif secara fisiologi (sinyal kimia), senyawa aktif secara

farmakologi dan senyawa sitotoksik dan antitumor (Kobayashi & Satari 1998).

Senyawa bioaktif merupakan metabolit sebagai produk metabolisme organisme yang

melibatkan anabolisme dan katabolisme, sebagai contoh lintasan pembentukan

glukosa. Ada dua jenis metabolit yang dihasilkan oleh organisme selama masa

pertumbuhan dan perkembangannya yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder.

(33)
(34)

secara ekologis karena beberapa metabolit sekunder dengan tipe senyawa diterpen

dari karang lunak tersebut terlibat di dalam interaksi ekologi (Coll 1992, diacu dalam

Radhika 2006) serta memiliki aktivitas anti inflamasi (Radhika et a/. 2005) dan HIV

inhibitoly (Rashid et al. 2000). Tursch el 01. (1978) berhasil mengisolasi senyawa

terpen dari beberapa jenis karang lunak. Senyawa terpen merupakan senyawa kimia

yang dihasilkan secara alamiah oleh tumbuh-tumbuhan dan rnengandung aroma atau

bau yang harum. Senyawa terpen ini telah menarik perhatian para ahli kimia terutama

yang meneliti senyawa-senyawa alamiah karena dapat digunakan dalam bidang

farmasi sebagai antibiotika, anti jamur dan senyawa anti tumor. Sedangkan

kegunaannya bagi karang lunak itu sendiri ialah sebagai penangkal terhadap serangan

predator, dalam ha1 memperebutkan ruang lingkup, dan dalam proses reproduksi

(Coll & Sarnmarco 1983).

Senyawa Terpenoid pada Karang Lunak Uji

Sifat allelopatik yang dimiliki karang lunak merupakan sisi lain dari

kehidupannya. Allelopatik menurut La Berre and Coll (1982) dan Sammarco et a1

(1983) adalah sifat penghambat secara langsung terhadap suatu jenis oleh jenis

lainnya dengan menggunakan zat-zat kimia beracun atau berbisa. Zat kimia yang

digunakan berupa senyawa organik dengan nama terpen. Senyawa terpenoid adalah

senyaura organik yang banyak terdapat pada komponen minyak essensial pada

banyak tumbuhan dan bunga (Streiwieser et al. 1992). Senyawa ini disintesis oleh

organisme dari asam asetat melalui proses biokimia dengan sistem enzimatik yang

disebut metabolisme. Proses tersebut merupakan jalur-jalur biosintetik (biosintetic

pathways) yang digunakan oleh semua makhluk hidup dalam memproduksi metabolit

yang essensial untuk kelangsungan hidup dan pertahanan dirinya (Murniasih 2005).

Pechenik (2005) menambahkan bahwa jaringan octocorallia telah diketahui

mengakumulasi beragam turunan senyawa biokimia yang tidak biasa sebasai hasil

metabolisme asam lemak. Senyawa ini tidak terlibat langsung dalam proses

metabolisrne melainkan untuk perlindungan diri dari predator dan hambatan

(35)

Terpen atau terpenoid merupakan suatu kelompok senyawa kimia dari

golongan hidrokarbon isometrik dengan struktur yang umumnya disusun oleh

sejumlah unit isoprena (unit Cs) (Streitwieser el nl. 1992). Senyawa ini umumnya

ditemukan dalam minyak essensial atau minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan yang

berdaun harum seperti eukaliptus atau dalam bentuk terpentin dari sebangsa pinus,

damar, karet dan sebagainya (Tursch et nl. 1978). Senyawa terpen ditemukan dalaiil

bentuk bermacam-macam, oleh Ikan (1991) diklasifikasikan menjadi enam kelompok

yaitu : (1) Monoterpena (CIOHIG), (2) Seskuiterpena ( C l j H ~ d , Diterpena ( C Z O H ~ ~ ) , Triterpena (C30&8), Tetraterpena ( C ~ O H G ~ ) , Polyterpena (CsH8)n

Tomascik el al. (1997) menyatakan bahwa karang lunak pada temmbu karang

di Indonesia berlimpah diduga karena kemampuan karang lunak untuk menghasilkan

senyawa terpen. Hasil penelitian yang telah dibuktikan menunjukkan bahwa jenis-

jenis hewan yang mengandung senyawa terpen dapat mematikan biota lain di

sekitarnya, baik dari kontak langsung maupun tidak langsung atau yang saliiig

berdekatan (Sammarco et al. 1983). Murniasih (2005) berpendapat bahwa

invertebrata laut mempunyai struktur pergerakkan fisik lebih terbatas dibanding

dengan vertebrata taut, sehingga mampu mengembangkan sistem pertahanan diri

dengan memproduksi senyawa kimia (chemical defense). Senyawa kimia seperti

halnya senyawa terpen dalam tubuh karang lunak, biasanya berfungsi sebagai

pelengkap kegiatan fisik.

Fungsi dan peranan senyawa terpen bagi karang lunak adalah untuk kompetisi

ruang (Benayahu & Loya 1981; Coll & Sammarco 1986; Van Alstyne et al. 1994,

diacu dalam Sandy 2000), sebagai racun untuk melawan predator, sebagai senyawa

untuk menyelamatkan makanan dari biota lain (Coll dan Sammarco 1956; Griffith

1994; Van Alstyne et a/. 1994 yang diacu dalam Sandi, 2000). Selain itu senyawa

terpen berperan juga dalam reproduksi (Coll dan Sammarco, 1983). Cove1 et al.

(1996) dalam Rashid el al. (2000) berhasil mengidentifikasi senyawa terpen dari jenis

Lobophytzmm c~istagnlli yang berpotensi sebagai inhibitor dari fernes~yi protein

tra?7sferasse (FPT) yang berasosiasi pada sel kanker. Enzim FPT ini dilepaskan oleh

(36)

induk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senynwa diterpene dari karang lunak

mampu berkompetisi dengan WT untuk mendapatkan substrat, sehingga kinerja dari

enzim FPT terhambat. Senyawa inhibitor FPT sangat potensial untuk dikembangkan

sebagai senyawa antikanker. Sumber lain menyebutkan bahwa karang lunak

Lobophytzim mampu memproduksi senyawa turunan terpene yang berpotensi sebagai

HIV-protease inhibitor yang dapat menghambat kineja protease dari virus HIV

(Rashid et al. 2000).

Pertahanan diri karang lunak dari predator selain menggunakan senyawa

terpen dibantu oleh sklerit-sklerit. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil

penelitian yang dilalcukan oleh Van Alstyne et al. (1994), diacu dalam Sandi (2000)

yang mengetahui bahwa hngsi sklerit dalam meningkatkan kekuatan tubuh

organisme dan membatasi kelenturan serta perluasan koloni, sehingga hngsi utama

dari sklerit adalah untuk menyokong tegalcnya tubuh. Van Alstyne et al. (1994),

diacu dalam Sandi (2000) menduga bahwa produksi dari pertahanan berganda ini

merupakan hasil dari ketidakmampuan dari pertahanan tunggal untuk menghalangi

semua tipe predator. Hal ini karena metabolit tunggal seringkali hanya efektif untuk

satu predator, tapi tidak untuk predator lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tursch et al. (1978)

melaporkan bahwa karang lunak yang bersimbiose dengan zooxanthellae saja yang

dapat menghasilkan senyawa terpen. Sebagai contoh pada sejenis Gorgonacea yaitu

Pseudoplexazira porosa ditemukan bahwa senyawa terpen yang berasal dari polip

berbentuk sesquiterpen, sedang dari zooxantheliae menghasilkan senyawa terpen

berbentuk diterpen. Acerett el al. (1998) melaporkan bahwa Sin~~laria,flexibilis yang

jarang ditumbuhi penuh (overgrown) bakteri dan algae menghasilkan senyawa

diterpenoid lebih besar. Beberapa studi melaporkan bahwa senyawa diterpenoid yang

dihasi!kamya mampu melindunginya dari kompetitor dan predator. Ekstrak karang

: :: --- ,: :.*-. 1. . :,:

..

.,,.

--..

.,

1 ,... :.. ,, ,,

.

J : E , > L : I : E J 2, .... :z;,:,. setelah difraksinasi dengan TLC (171ir1 L q e r

<'b~.r?r?torr?.rir.~~~i!l.;> . : ,.. mesgh3siikz~ iimz QsnT?z-2 r s ~ e n o i d T!fi.'fi . - du"di:rrrz?zr)x:a

-

i , , : . . . . . .: 1 :.-.!: 1 - 1.1 . I . . : . . : ' + . . . ?I...:;.., ., ;... T ,.

(37)

pertumbuhan bakteri gram positif. Beberapa jenis senyawa terpen yang dihasilkan

oleh hewan karang lunak ditampilkan pada Tabel 1.

Satari (1997) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya

zona harnbat senyawa bioaktif terhadap bakteri indikator antara lain aktivitas

senyawa bioakif gugus fungsi dari substansi sendiri, resistensi dari bakteri terhadap

substansi senyawa bioaktif kadar substansi aktif, serta jumlah inokulum bakteri atau

kepadatan bakteri uji. Menurut beliau, ekstrak-ekstrak yang tidak menunjukkan

aktivitas senyawa bioaktif belumlah berarti sampel tidak aktif, tetapi kemungkinan

tidak terdeteksi pada konsentrasi sampel uji yang digunakan atau kadar hambat

umumnya belum tercapai.

Tabel 1. Jenis-jenis senyawa terpen dari beberapa jenis karang lunak

Lobolide Crassolide Nephtenol

Sinularide 1 Sinularine Dihydrosinularin

1 1-Episinularide acetate Xenicin Sarcopine Sarcophytoxide Sarcoglaucal African01 Denticultolide Flexibilide lsosarcophytoxidcs Renilafoulins Homarin Eunicin Muricin Thunbergol 13-Hydroxylobolide 3,4-Epoxynepthenol Decoryol Pukalide Epoxypulide Nama senyawa Lemlialol Lobohediliolide Lobophyhim crassum Lobophyhim crasstrm Lobophyhrm paucijlorum Sinularia flexibilis

Jenis karang lunak

Sinulariaflexibilis Sinularia queciformis Xenis elorigate Sarcophyton glmrcum Sarcophyton trocheliophontm Sarcophyton gtatrc~rrri Lemnalia oficana Lemnalia denticulohfm Sintilaria.flexibitis Sarcophyron sp

Renilla reniformis Leptogorgia setasea Elmicia mammosa Muricea fnrctosa Lobophyhim compactarm Lobophytum crass71ni Lobophynfm microbzflahrm Lobophytum microbulatum Lobophytzrm niicrobtrtaturi~ Siiiitlaria sp

Lamr7alia tennutis Lobophyhim hedleyi

Literatur

[image:37.595.104.525.320.699.2]
(38)

Ekstraksi dan Fraksinasi

Isolasi senyawa organik potensial dilakukan dengan mengekstrak organisme

dengan pelarut. Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan atau pengambilan secara

selektif zat terlarut dari campuran yang didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Beberapa zat

terutama bahan alam dapat dipisahkan dari padatannya dengan ekstraksi sederhana.

Teknik paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah dengan

mencampurkannya dalam larutan pengekstraksi, dibantu dengan penghancuran

padatan menggunakan alat penghancur. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

proses ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu, dan jenis pelarut yang digunakan

(Achrnadi 1992, diacu dalam Elsawati 1994; Khopkar 2003, diacu dalam Fikri 2007

dan Smart 2002, diacu dalam Ismet 2007).

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat digolongkan menjadi dua cam,

yaitu fase cair dan fase organik. Fase cair biasanya dilakukan dengan menggunakan

air sebagai pelarut, sedangkan fase organik dilakukan dengan menggunakan pelarut

organik. Prinsip metode ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang

akan diekstrak kontak langsung dengan pelarut pada waktu tertentu, kemudian diikuti

dengan melakukan pemisahan bahm yang telah diekstrak. Metode ekstraksi yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode fase organik karena dalam prosesnya

digunakan pelarut organik yaitu berupa metanol.

Bahan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut adalah

(Achmadi 1992, diacu dalam Elsawati 1994) sebagai berikut :

1. Pelarut polar akan melarutkan zat polar dan pelarut non polar akan melarutkan zat

nonpolar (like dissolved like).

2. Pelarut organik cenderung melarutkan zat anorganik

3. Air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam maupun basa

organik.

4. Asam-asam organik yang larut dalam pelarut organik dapat diekstraksi ke dalam

(39)

Dalam pemilihan pelarut, faktor yang hams diperhatikan antara lain adalah : daya n~elamtkan, titik didih, sifat toksik, mudah tidaknya terbakar dan sifat korosif

terhadap peralatan ekstraksi. Beberapa pelarut organik yang dapat digunakan pada

proses penapisan senyawa bioaktif seperti yang tertera pada Tabel 2.

Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap, yaitu penghancuran bahan,

penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan dan tahap pemisahan.

Penghancuran bertujuan agar dapat mempermudah pengadukan dan kontak bahan

dengan pelarutnya pada saat proses perendaman. Kemudian bahan ditimbang untuk

mengetahui berat awal bahan sehingga dapat menentukan rendemen yang dihasilkan.

Bahan yang telah ditimbang kemudian direndam dalam pelamt, seperti heksana (non

polar), etil asetat (semi polar), dan metanol (polar). Proses perendaman ini disebut

dengan maserasi. Prinsip pelamtan yang dipakai pada metode ini adalah like dissolve

like artinya pelamt polar akan melamtkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. Tahap selanjutnya, yaitu tahap pemisahan yang terdiri

dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan sampel

dengan pelarut yang telah mengandung bahan aktif Untuk memisahkan pelamt

dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan evaporasi, sehingga pelamtnya akan

menguap dan diperoleh senyawa hasil ekstraksi yang dihasilkan (Khopkar 2003).

Tabel 2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya

1

Pelarut

/

Titili didih ("C)

1

Titik beku ('C)

Sumber : Nur

Iionstanta dielektrik

I I I

I I

Adijuwana (1989)

(40)

Fraksinasi adalah suatu teknik untuk memisahkan komponen organik dan

ionik (larut dalam air) dalam suatu senyawa campuran menjadi dua fraksi berbeda

(Parenrengi 1999). Fraksinasi merupakan kegiatan awal pemurnian dalam tahapan

isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif hingga diperoleh fraksi sesuai pelarut yang

dipilih. Isolasi dan identifikasi komponen-komponen senyawa organik yang memiliki

potensi sebagai senyawa bioaktif dapat dilakukan dengan cara kromatografi.

Kromatografi

Kromatografi adalah teknik analisis kimia bagi pemisahan komponen

senyawa yang masih bercampur. Kromatografi analitik digunakan untuk menentukan

identitas dan konsentrasi molekul pada suatu senyawa campuran, dimana pemisahan

kromatografi dapat memumikan sejumlah besar sampel molekul. Semua metoda

kromatografi memiliki fase bergerak (gas atau cairan) yang mampu menarik

spesimen sepanjang fase diam (dapat berupa kertas, gelatin atau silika gel

magnesium) dengan melambatkan pergerakkan komponen yang masih bercampur.

Pergerakkan komponen pada fase diam berbeda kecepatannya dan akan terpisah pada

suatu waktu. Masing-masing komponen senyawa yang masih bercampur memiliki

karakteristik waktu bergeraknya atau retensi waktu yang berbeda-beda (Engmann

2000).

Dewasa ini kromatografi mempakan metoda pemisahan yang paling banyak

digunakan untuk tujuan halitatif, kuantitatif dan preparatif. Pemisahan dengan

kromatograf~ dilakukan dengan memodifikasi langsung beberapa sifat umum molekul

seperti kelarutan, adsorptibilitas dan volatilitas - (Gritter et nl. 1997). Teknik

kromatografi untuk pemisahan suatu campuran dipengamhi oleh sifat kelarutan dari

komponen yang bersangkutan didalam eluennya, sifat interaksi komponen dengan

bahan yang terdapat dalam fase diam dan interaksi pelamt dengan fase gerak

(Harborne 1987; Gritter el nl. 1991). Menumt Darwis (2000) ada beberapa

kromatografi yang dapat dilakukan antara lain : Kromatografi Lapis Tipis (KLT),

Kromatografi Kolom (KK), Kromatografi Gas (KG) dan IOomatografi Cair Tekanan

(41)

Kromatografi Lapis Tipis (Tlzin Lnyer Chroinntogmphy)

Kromatogafi Lapis Tipis

(Thin

Layer Chronmtograyhy) merupakan metode

awal pemisahan senyawa dan identifikasi komponen-komponennya. Metode ini

berdasarkan distribusi komponen yang berbeda dari suatu senyawa campuran antara

fase bergerak dan fase diam pada suatu lempeng tipis. Fase diamnya berupa lapisan

tipis yang melekat atau terikat pada suatu material (dapat berupa gelas, plastik atau

lembaran metal), yang memungkinkan fase bergerak dapat bergerak ke atas secara

kapilari. Proses pemisahan senyawa berdasarkan prinsip bahwa tiap komponen

dalam campuran senyawa memiliki perbedaan polaritas dan akan terserap oleh fase

diamnya (misalnya gel silika), demikian pula pelarut (adsorbent) dan zat terlarut

(dissolve) yang berada pada fase gerak, akan bergerak pada tingkatan yang berbeda.

Oleh karena itu, tiap komponen dalam campuran senyawa akan tertarik oleh pelarut

fase gerak pada tingkatan yang berbeda di sepanjang plat kromatografi. Senyawa

yang terikat lebih dulu (fase diam) merupakan senyawa polar dan senyawa yang terus

bergerak atau yang memiliki nilai Rf yang tinggi (berada paling atas) merupakan

senyawa non polar.

Hasil pemisahan senyawa akan menunjukkan spot-spot yang terpisah

sepanjang plat kromatosafi lapis tipis (KLT) berdasarkan tingkat polaritasnya.

Spot-spot ini kemudian ditandai di bawah sinar UV (Ultra Violet). Faktor retardasi

(Rf) dari tiap spot komponen yang terpisah dapat dikalkulasi dengan mengukur jarak

dari titik awal sampel ke tengah spot yang sudah terpisah. Rf ini dapat merupakan

langkah awal untuk memperkirakan jenis (identifikasi awal) senyawa organik yang

telah terpisah (Smart 2002; Furniss et 01. 2004, diacu dalam Ismet 2007).

Kromatografi kolom (Coloum Chronzntogrnphy)

IColom Kromatografi (Colzintn chron~atography) adalah metode pemurnian

cairan (dan padatan) yang biasanya digunakan oleh para ahli kimia organik.

Kromatografi dengan sistem kolom dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

disp/acen~ei?t cliron7atography dan partifio?~ chron~atography (Winarno et al. 197;).

(42)

dari gelas dengan diameter antara 1 - 3 cm dan panjangnya antara 10-20 cm. Kolom

gelas diisi dengan bahan yang tidak mudah bereaksi (inert) selanjutnya disebut kolom

adsorban. Sampel yang belum murni dimasukkan ke dalam suatu kolom adsorban,

seperti silica gel atau alumina. Pelarut organik atau campuran pelamt (eluen)

dialirkan rnelalui kolom. Komponen sampel terpisah satu dengan yang lainnya yang

dipisahkan oleh paket material yang diam (silica atau alumina) dan eluen yang

bergerak. Molekul dengan polaritas yang berbeda terpisah hingga kedudukanlposisi

yang berbeda (different extents), dan oleh karenanya komponen sampel bergerak

sepanjang kolom dengan lajulkecepatan yang berbeda. Eluen terkumpul pada fraksi.

Fraksi dianalisa dengan TLC atau Thin L q e r Chromatography (Kromatografi Lapis

Tipis) untuk melihat apakah pemisahan telah berhasil.

Pada partition chron~afogmphy, adsorbent yang digunakan untuk bahan

pengisi yang dilapisi dengan suatu film cair. Film cair ini mempunyai titik didih

yang tinggi dan daya adsorbsinya kuat terhadap permukaan partikel dari bahan

pengisi. Partikel padat yang dilapisi film cair tersebut disebut supporting material,

sedangkan film cair yang melapisinya disebut stationav phase. Pelarut yang

mengalir di dalam kromatografi disebut mobile phase.

Kromatografi Gas (Gas Chromatography)

Kromatografi gas rnempakan pemisahan campurasn senyawa yang cukup

stabil pada pemanasan, karena sampel yang akan digunakan akan di rubah menjadi

fase gas dan dengan adanya perbedaan keterikatan senyawa pada fasa padat yang

digunakan terhadap senyawa organik sehingga terjadi pemisahan masing-masing

senyawa dari campurannya (Darwis 2000).

Aktivitas Antibakteri

Senyawa antibakteri didefinisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang

dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri. Berdasarkan

aktivitasnya zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri),

bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau menghambat germinasi spora

(43)

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain konsentrasi zat antibakteri, waktu

penyimpanan, suhu lingkungan, pH lingkungan, dan sifat mikroba yang meliputi

jenis, umur, dan keadaan mikroba (Fardiaz 1992).

Zat-zat yang digunakan sebagai antibakteri hams mempunyai beberapa

kriteria ideal, antara lain aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan flavor,

citarasa, dan aroma makanan, tidak mengalami penurunan aktivitas karena adanya

komponen makanan, tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, dan sebaiknya

bersifat membunuh daripada hanya menghambat pertumbuhan mikroba (Fardiaz

1992).

Menurut Davis Stout (1971), ketentuan kekuatan antibiotik-antibakteri

sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat h a t , daerah

hambatan 10-20 mm (hat), daerah hambatan 5-10 mm (sedang), dan daerah

hambatan 5 mm atau kurang (lemah). Faktor yang mempengamhi ukuran daerah

penghambatan, yaitu sensitivitas organisme, medium kultur, kondisi inkubasi, dan

kecepatan difusi agar. Kelman et al. (2006) menjelaskan bahwa tingkat atau luasan

aktivitas ekstrak pada kertas cakram tergantung pada laju difusi ekstrak pada media

agar dan potensi ekstrak. Bisa saja ekstrak mempunyai potensi bioaktivitas yang

tinggi namun memiliki sifat fisik yang sukar berdifusi pada media. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kecepatan difusi agar, yaitu konsentrasi mikroorganisme,

komposisi media, suhu inkubasi, dan waktu inkubasi (Schlegel & Schmidt 1994).

Mekanisme kerja senyawa yang bersifat antimikroba ada beberapa cara, yaitu

merusak dinding sel mikroorganisme sehingga menyebabkan terjadinya lisis,

mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran

nutrien dari dalam sel, meny

Gambar

Gambar 3. Morfologi Octocorallia (Bayer 1956)
Tabel 1. Jenis-jenis senyawa terpen dari beberapa jenis karang lunak
Gambar 4. Lokasi penanaman fragmen karang lunak Sinularia sp dan Lobophyturn
Gambar 6. Diagram alur ekseaksi karang lunak uji
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata laju pertumbuhan diameter koloni karang yang diperoleh, tertinggi dicapai pada perlakuan dengan 4 polyp di kedalaman 3 meter dan terendah pada perlakuan dengan 2 polyp

1) Jenis spesies ikan karang di sekitar terumbu karang buatan; 2) Komposisi dan kelimpahan plankton di sekitar terumbu karang; 3) Isi perut dari ikan-ikan karang yang

Hasil penapisan mendapatkan empat jenis karang lunak yang memiliki potensi daya hambat terhadap protease bakteri patogen yang lebih dari 50 %, yaitu pada ekstrak karang lunak

Berdasarkan hasil dan pembahasan Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi karang lunak Xenia sp., maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak, fraksi heksan, fraksi kloroform dan

Persentase terumbu karang keras pada perairan Pulau Pramuka pada kedalaman 3 meter berkisar 5,2-34,8% dengan tutupan tertinggi berada pada Stasiun 3 sebesar 34,8 %

Genus karang yang dibudidayakan di pulau adalah Acropora sp., Montipora sp., Pocilopora sp., Seriatopora sp. dan Euphyllia sp. dan untuk lifeform yang sering dibiakan

Berdasarkan hasil dan pembahasan Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi karang lunak Xenia sp., maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak, fraksi heksan, fraksi kloroform dan

Oleh karena itu, untuk dapat bertahan hidup, Sacrophyton yang hidup secara mendominasi di wilayah ini memproduksi senyawa bioaktif sitotoksik cembranoid seperti