BIOAKTIVITAS EKSTRAK KARANG LUNAK
Siizztlnrin
sp dan
Loboplzytz~m
sp HASIL FRAGMENTASI DI PERAIRAN
PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA
IIS TRIYULIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Bioaktivitas Ekstrak
Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytum sp Hasil Fragmentasi Buatan di
Kedalaman 3m dan 10m adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum pemah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguman tinggi manapun.
Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbirkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2009
ABSTRACT
IIS TRKULIANTI. Bioactivity of Extracts So$ Corals Sinztlaria sp and
Lobophytzm? sp froni FrapnentatioT~s Yields at 3 and 10 Mepes Depth at P~anizrka Islai~d, Thaozrsand Island, Jakarta. Under direction of NEVIATY P . ZAMANI and HEFM EFFENDI.
Soft c o ~ a l is ktlowr7 as one of nzari~7e invertebrates producing secondary metabolite conlpolinds which have biological activities (bioactii~e). The study was ait~led to investigate the bioactive conpozind of Si~zlularia sp a17d Lobophytztnz sp froni
artz$cialfr.ngme?ltations at 3 and I 0 meters depth. It was conducted in Pramzika Islmld waters of Kepilauan Seribu. The isolation of bioactive compound process involved extraction, j?aciionatiorz and chron~atographic purz&utioil. Ident1~7catio~1 of the active isolate was conducted by Gas Chrontatography-Mass spectroscopy m7d then pz~t side by side with Wiley 7~1.1 database. Disc dfisiotz method was condztcted to obsewed inhibition activivfrom seco~zdary metabolites compounds of marine so$ coral Sinularia sp. and Lobophytum sp. Crude exhacts inhibition activity of Sinirlaria sp on Escherichia coli and Staphylococctrs aztrezrs was lesser than Lobophytidm sp. 77ze highest inhibition on bacterial growth ivas exhibited by so$
coral crztde extracts which came froni frapneiltation at 10 rnehes depth from Lobophytzrm sp i.e. 7,8 mm. The 21-h LCjo of so$ coral extrncts for Artemia sali~ia were 15,146ppn1 (Sitrzrlaria sp} mrd 201,93ppm (Lobophytunl sp}.
Keywords: Bioactive conipoztnd, Sirzularia sp, Lobophyhra~ sp, Inhibitation, Pramuka
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia lingkungan pada tiga bulan
penvakilan musim di dua kedalaman lokasi penanaman karang lunak hasil
fragmentasi buatan (Siiiularia sp dan Lobophytztni sp) menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan dari parameter yang temkur masih berada pada kisaran ambang
batas baha mutu air laut yany telah diputuskan olelt Kettlentriart Lingh~~ngan Hidup
No.5 I Tah~in 2004 untuk menduk~~ny kehiclupan biota. Uji statistik tlilakukan denyan
menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap hasil pengukuran parameter
fisika-kimia lingkungan lokasi penanaman karang lunak hasil fragmentasi buatan tidak berbeda nyata (PXl.05) baik antar musim maupun antar dua kedalaman lokasi penanaman.
Senyawa bioaktif yang diperoleh dari ekstrak karang lunak Lobophytzm sp di kedalaman 3 dan I0 meter hasil fragmentasi buatan mempunyai kekuatan sedang dan ekstrak kasar Simlarin sp berkekuatan lemah. Perbedaan bioaktifitas pada dua kedalaman yang diujikan diduga karena produksi senyawa bioaktif yang dihasilkan sebagai hasil samping kegiatan metabolisme sekunder dipengamhi oleh lingkungan laut sekitarnya.
Nilai LC50 24 jam yang dihasilkan dari perhitungan untuk karang lunak jenis
Sinzrlaria sp terpilih (kedalaman 10 m) adalah sebesar201,93 ppm yang masuk dalam
kategori toksik dan nilai LC50 untuk karang lunak jenis Lobophytum sp terpilih adalah
sebesar 15,146 ppm dan masuk ke dalam kategori sangat toksik
Noda yang ditunjukkan pada Kromatogafi Lapis Tipis (KLT)
mengindikasikan keberadaan senyawa bioaktif yang ditunjukkan oleh nilai Rf
(Retardaction finctioiz). Nilai Rf yang diperoleh dari fraksi Lobophytz~m sp hasil
fragmentasi di kedalaman 3 m adalah 0,33; 0,67; 0,73 dan untuk fraksi jenis yang
sama di kedalaman 10 m adalah 0,46; 0,66; 0,90. Fraksi Sinularia sp hasil
fragmentasi di kedua kedalaman tidak menunjukkan keberadaan spot atau senyawa yang terikat pada fase diam silica gel. Untuk menguji bioaktifitas eaksi hasil
pemurnian kolom kromatografi terhadap bakteri Escherichia coli dan
Stnphytlococcits nzrrezts maka dilakukan uji bioautografi. Fraksi yang diindikasikan terdapat senyawa bioal;tif menunjukkan keaktifannya dalam menghambat bakteri E.coli namun tidak terhadap S.azrreus.
Identifikasi awal senyawa aktif secara biologi berdasarkan berat molekul senyawa hasil analisis kromatogafi gas dibandingkan dengan pustaka kimia pada data base Wiley 711.1. Berdasarkan pola fragmentasi ion ditunjukkan oleh keberadaan satu puncak dominan pada fraksi aktif Lobophytuni sp hasil fragmentasi di kedalaman 3 m terjadi pada waktu retensi 5.55 dengan persentasi area 36.71% yang diduga
adalah senyawa 2-endo-(l-oxacyclohex-2-yloxy)bicyclo[2.2.l]heptane dan untuk
fraksi aktif karang lunak jenis sama di kedalaman 10 m terjadi pada waktu retensi
0
Hak Cipta milik P B , tahun 2009Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau selzrruh karya tzrlis ini tanpa mencantumkan atau tnenyebzrtkan sumbernyn. Pengutipatr hanya zintuk kepentingml pendidihl, penelitimz, penzrlisan karya ilmiah, penyrsrinan laporan, penulisan kritik, atazr titijaumi slratzr maslah; dan pe?zgutipan iersebut tidak merugihn kepentitzgan yatg wajar IPB.
Dilarm~g n1e17gumur?tkan &I rnen7perbm~yak sebagian ntazr selziruh Kaiya tzrlis
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis : Bioaktivitas Ekstrak Karang Lunak Sinularia sp dan
Lobophyfz~nz sp Hasil Fragmentasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta
Nama Mahasiswa : Iis Triyulianti
NIM : C551060071
Program Studi : Ilmu Kelautan
Disetujui
Komisi Pembimbing
I
Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani. M.Sc ~r.rkr.nat Ir. Hehi Effendi M.Phil
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Tanggal Ujian : 6 Maret 2009 Tanggal Lulus : I 3 hi;i;Y 2009
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan pada bulan Juni 2007 - Desember 2008 ialah senyawa bioaktif
karang lunak hasil fragmentasi dengan judul Bioaktivitas Ekstrak Karang Lunak Siiiularia sp dan Lobophytlrn? sp Hasil Fragmentasi pada Kedalaman 3 m dan 10 m di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Tesis ini berisikan tentang penapisan senyawa bioaktif dari karang lunak hasil fragmentasi pada kedalaman berbeda untuk kemudian dilihat potensi bioaktivitasnya dan mencoba menelusuri jenis senyawanya dengan melakukan isolasi dan identifikasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan mengenai bahan-bahan alami dari organisme laut serta
merekomendasikan upaya perbanyakkan melalui fiagmentasi untuk kepentingan kegiatan penelitian dan konservasi.
Kendala dan permasalahan tidak luput dari kegiatan ini mulai dari awal hingga akhir pelaksanaamya, sehingga diiasa tidak munglun dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, dorongan dan kerjasama dari semua pihak yang telah membantu hingga usainya kegiatan penelitian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc dan bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phi1 selaku pembimbing, serta bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA, ibu Mukzijat Kawaroe, M.Si d m seluruh peneliti "Kajian Bioaktif
Karang Lunak (0ctocorallia:Alcyonacea) Sinzrlnria sp, Lobophytzim sp dan
Snrcophyton sp Hasil Fragmentasi Buatan sebagai Penyedia Bahan Obat-Obatan dari Laut" karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan pe~elitian ini. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan untuk bapak, ibu, kakakku tercinta mba Nining dan mas Wawan serta dua adikku Ade dan Teguh atas doa dan kasih sayangnya yang tidak putus-putusnya hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Sentuhan akhir dari prakata ini, penulis tujukan
kepada seluruh teman-teman dan staf PS. IKL -Dept ITK-IPB, terima kasih atas
jalinan persahabatan dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan yang terus terbina d m terjaga hingga penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat berguna dalam rangka pengembangan ilmu
dan pengetahuan khususnya di bidang bahan alami dari laut (Mnrine Natzrrnl
Product).
Bogor, Februari 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada Tanggal 3 1 Mei 1976 dari ayah Kusnun dan
ibu Sudaningsih. Penulis merupakan putri ketlga dari lima bersaudara.
Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 39 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
memilih Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan lulus tahun 1999.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah Avertebrata Air, Ikhtiologi dan Ekologi Perairan selama dua periode yaitu tahun ajaran 199611997 dan 199711998. Asisten mata kuliah Limnologi tahun ajaran
199711998 , Bioteknologi Perairan tahun ajaran 199811999, Biologi Laut tahun
ajaran 199711998, Fisiologi Hewan Air tahun ajaran 199711998. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada Biro Penelusuran Literatur (BPL-HIMASPER).
Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Strata dua (S2) di Institut
Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Kelautan (PS IKL) minat Biologi Laut
dengan biaya sendiii. Tahun 2007 penulis menerima beasiswa BPPS (on going) dari
Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional untuk satu tahun atas
rekomendasi dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Selama menjadi
mahasiswa SPs P B di PS ML, penulis aktif sebagai bendahara Wahana Interaksi
UCAPAN TERIMA KASIH
Tesis ini dapat terselesaikan dengan adanya banyak dukungan dan bantuan
dari berhagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Direktorat Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) karena penelitian ini didanai oleh
Program Hibah Bersaing X V .
2. Seluruh tim peneliti "Kajian Bioaktif Karang Lunak (0ctocora1lia:Alcyonacea)
Gorgonian sp, Lobophyizrm sp, Sarcophyfon sp Hasil Fragmentasi Buatan Sebagai Penyedia Bahan Obat-obatan dari Luat" yang diketuai oleh Dr. Ir. Hefni Effendi,
M.Phil serta Prof Dr. Dedi Soedharma, DEA dan Ir. Mukzijat Kawaroe, M.Si
selaku anggota peneliti.
3. Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.SC dan bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phi1 selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing,
4. Seluruh rekan-rekan yang terkait dengan penelitian Program Hibah Bersaing XV
Laboratorium Biologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut
Pertanian Bogor (Dondi, Windika, Tia, Alin, Patrick, bapak Beginner, bapak
Supamo, mba Citra dan mba Meutia).
5. Tony Yusman B.Sc heserta selumf staf Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan Dept. MSP-IPR (mba Anna, bu Wulan, kak Heri, pa Yayat,
Budi dan Aan) yang telah banyak memberikan arahan serta penyediaan fasilitas
laboratorium selama penelitian.
6. Ibu Emma dan seluruh staf Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Teknologi
Hasil Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
7. Bapak Jaswanto dan seluruh staf PUSLABFOR-MABES POLRI.
8. Rekan-rekan IKL'06 yang sangat saya sayangi (bang Rico, Dondi, Ojon, mba
Ema, Ria, Mila, Ratih, Alul, Chatrin, pa Faisal, Degen, Ira, Mukti dan pa
Ngadiran)
9. Program Mitra Bahari, Departemen Kelautan dan Perikanan Repuhlik Indonesia
karena telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini melalui beasiswa
COREMAP, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan program di
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL xw
DAFTAR GAMBAR ... ... ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ssi
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Pemmusan Masalah 3
Hipotesis Penel 5
Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
Kerangka Penelitian 7
TlNJAUAN PUSTAKA
Karang Lunak (Soft Coral) 7
Karang Lunak sebagai Organisme Uji 8
Klasfikas 8
Morfologi dan Anatomi Karang Lunak sebagai Organisme Uji ... 9
Senyawa Bioaktif Karang Luna 12
Senyam Terpenoid Karang Lunak 14
Ekstraksi dan Fraksinasi ... 18
Kromatogr 20
Kromatografi Lapis Tipis ... ... ... ... ... ... 21
Kromatograf~ Kolom 21
Kromatografi Lapis Gas ... 22
Altivitas Bakteri 22
. . . .
UJI Toksls~tas ... ... ... ... 24
Al.temin snliiza 26
F&or LingkunganMabitat Penanaman Karang lurid Sit7ulo~tn sp d m
Lobopkj~tum sp terhadap Produksi Senya~va Bioak3if Karang Lunak 27
RlETODE PENELITIAN
IVahIu dan Tempat Penelitian 3 0
Bahan dan Alat 30
.
. .Metoda Penelitian 33
3 5
Ekstraksi Karang Lunak Uji (Sinulnria sp dan Lobophj)rum sp) ... 35 Fraksinasi Karang Lunak Uji (Si~tularin sp dan Lobophymn sp) ... 38
Identifikasi Senyawa Bioktif S m p e l Hasil Fraksinasi dengan
Kromatografi Lapis Tpis (Thin Lnyer Chrommtograpltj)) ... ... 40
Pemurnian Senyawa Bioaktif dengan Kromatografi Kolom dan
Kromatograti Gas - Spektroskopi Massa (KG-MS) ... ... ... 40
.. . . .
Uji Bioalit~vitas ... 43
Pembuatan Media Agar 43
Isolasi dan Penyegaran Bakteri . .
.
. . ... . ... ... .... ... .... ... .... ... ... .. 43Uji Bioal;tivitas terhadap Balcteri Patogen ... 44
Analisa Alrtivitas Antimihob Senyawa Hasil Fraksinasi (Bioautograii) 44
46
47
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 48
Koleksi Karang Lunak Uj' 48
Kondisi Linghngan Sebagai Habitat Karang Lunak Hasil
Fragmentasi 49
Parameter Fisika Lingkungan Perairan ... .... ... ... .... . 50 Parameter Kimia Lingkungan Perairan ... ... .... ... 53
Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa Ekstrak Kasar
Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytujn sp.. .. . .. . . ... ... .. .. . . . .. 58
Ekstraksi dan Maseras' 5 8
Bioaktivitas Senyawa Ekstrak Kasar Karang Lunak
Sinulnria sp dan Loboph)~tum sp Hasil Fragmentasi ... ... 6 1
Uji Brimze Shrimp Lerlrnl Toxicit?, (BSLT) Senyawa Ekstrak Kasar
Karang Lunak Sinulc~ria sp dan Lobophytuin Hasil Fragmentasi 63
Fraksinasi Kromatogr&~ Lapis Tipis (KLT) dan Deteksi Aktivitas
Antibakteri dengan Bioautografi 66
Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom dan Deteksi Alctivitas
Antimikroba dengan Bioautografi 7 1
Identifikasi Fraksi Aktif Karang Lunak Lobophyruin sp dan Sit~trlnric~ sy Hasil Fragmentasi di Kedalaman 3 & 10 m ... ... ... 74
Pembahas 83
Kondisi Lingkungan Sebagai Habitat Karang Lunak Hasil
Fragmentasi 83
Parameter Fisika Lingkungan 84
Parameter Kimia Lingkungan 88
Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa Ekstrak Kasar Karang
Lunak Sinularia sp d m Lobophytum sp 91
Ekstraksi d m Maserasi 91
Bioalctivitas Senyawa Ekstrak Kasar Karang Lunak
Sinularia sp d m Lobophytum sp Hasil Fragmentasi ... 94 Uji Brine Shrimp Lethal Toxicity (BSLT) Senyawa Ekstrak Kasar Karang Lunak Sit~ularia sp dan Lobophytum H a i l Fragmentasi 103 Fraksinasi Kromatograli Lapis Tipis (KLT) dan Deteksi
Aktivitas Antib&eri dengan Bioautografi .... ... ... 104
Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom dan Deteksi
&ivitas Antimikroba dengan Bioautograi? ... ... . . . .. . ... .... ... . . 105
Identifikasi Fraksi Alitif Karang Lunak Lobop~~y;lum sp dan
Si~zz~lnria sp Hasil Fragmentasi di Kedalarnan 3 & 10 m ... 106
SIMPULAN DAN SARAN
113
113
DAFTAR PUSTA 115
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis-jenis senyawa terpen dari beberapa karang lunak ... 17
2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya 19
3. Kategon toksisitas bah 25
4. Alat dan bahan yang digunakan dalam fragmentasi karang lunak ... 30
5. Alat dan bahan kegiatan pengukuran parameter lingkrungan ... 31
6. Alat dan bahan kegiatan ekstraksi dan uji bioalirtivitas ... 32
7. Hasil pengukuran parameter lingAwgadokasi penanaman karang lunak
Sinularia sp dan Lobophytum sp hasil fiagmentasi buatan ... 50 8. Nilai rata-rata berat ekstrak kasar serta nilai rendemen (b/v) karang lunak
Sinularia sp dan Lobophj~tum sp di kedalaman 3 dan 10 m ... 58
9. Nilai LC50 (ppm) ekstrak karang lunak Sinularia sp dan Lobophytum sp hasil
fragmentasi di kedalaman 10 m 64
10. Nilai Rf fraksi organik ekstrak kasar senyawa karang lunak uji ...
.
6811. Fraksi yang terbentuk sebagai hasil pemurnian Colunzn Chromatography
ekstrak kasar karang lunak uji 7 1
12. Kelompok senyawa h a i l identifikasi dengan kromatografi gas-speA*oskopi
massa menggunakan database Wiley 7 n l untuk kaksi &if Lobophyrum sp
kedalaman 10 m 76
13. Kelompok senyawa hasil identifikasi dengan kromatografi gas-speA~roskopi
massa menggunakan database Wiley 7 n l untuk fraksi aktif Lobophytunz sp
kedalaman 3 79
14. f(elompok senyawa hasil identifikasi dengan kromatografi gas-speA.oskopi massa menggunakan database Wiley 7n.l untuk fraksi aktif Sintrlnria sp
kedalaman 10 m .... ... ... ... ... ... ... .... . 82
15. Matriks hasil analisa bioalctivitas ekstrak karang lunak Sir?ulmin sp d m
Lobophyrum sp hasil fragmentasi buatan pada kedalaman 3 dan 10 m di
perairan Pulau Prarnuka, Kepulauan Senbu, Jakarta ... ... .... ... 9 1
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram alir berfikir (kerangka pernikiran) ... 6
2. Polip Octocorallia dengan 8 buah tentakel pinnate (Wagener 2000) .... 7
3. Morfolo@ Octocorallia (Bayer, 1956) 10
4. Lokasi penanaman fiagmen karang lunak Sitzularin sp dan Lobophytum sp di gosong Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta ... ... 3 1
5. Rak fragmentasi (A), Substrat (B) dan Rak dengan substrat dan fraggen pada
lokasi penanaman di gosong Pulau Pramuka (C) ... 34
6. Diagram alur ekstraksi karang lunak uji ... ... 37
7. Diagram alir proses Fraksinasi 39
8 Diagram alir proses fraksinasi GC-MS 42
9 Diagram alir dari proses pengujian bioaktivitas ekstrak terhadap bakteri
patoge 45
10 Diagam alir uji toksisitas dengan A. salina (Mclaughlin 1998) .. ... ... 46
I IaSirzulnrin sp di bawah air (A) dan diatas air (B) ... 48 I l b Sirz~,rlnrin sp di bawah air (A) dan diatas air (B) ... 49 12 Hasil pengukuran suhu (OC): kecepatan arus (ddet) dan kecerahan (m)
perairan lokasi penanaman karang lunak uji hasil fragmentasi bulan Agustus
2007, Desernber 2007 dan April 2008 5 1
13 Hasil pengukuran salinitas (psu), pH, Oksigen terlarut ( m g ) lokasi
penanaman karang lunak uji hasil fragmentasi bulan Agustus 2007, Desember
2007 dan april 2008 ... 54
14 Hasil pengukwran fosfat (mdl), nimt (rndl) dan nitrat ( r n g ) lokasi
penanaman karang lunak uji h a i l fra,gnentasi bulan Awstus 2007, Desember
2007 dan april2008 56
15 Berat ekstrak kasar karang lundi Sitzulnrin sp dan Loboplzytt~m sp hasil
fragmentmi di kedalaman 3 dan 10 m (
X*
SD) ... ... . 5916 Persentase rendernen karang lunak jenis Sirzularin sp dan Loboplzynon sp hail
17 Diameter zona hambat ekstrak kasar karang lunak jenis uji h a i l fragmentasi
dan kontrol terhadap pertumbuhan bakeri E.coli ... 62 18 Diameter zona hambat ekstrak kasar karang lunak Sinularia sp, Lobophytum
sp hasil fragmentasi dan kontrol terhadap pertumbuhan balcen S.nureu 63
19 Grafik regresi kematian A. salina (hubungan antara log konsentrasi dengan mortalitas) terhadap ebtrak kasar karang lunak jenis Sinula~in sp ... 64 20 Gra€ik kematian A. snlirta (hubungan antara log konsentrasi dengan mortalitas) terhadap ekstrak kasar karang lunak jenis Lobophyllrm sp . 65 21 (a) Kultur A. snlinn pada media air laut steril, (b) Uji Toksisitas menggunakan
A.snlirz 66
22 Fraksinasi dengan corong (tabung) pemisah dari awal-akhir (A-C) ... 67
23 Contoh h a i l kromatografi lapis tipis (KLT) yang dipindai dengan sinar UV
pada
X
= 254 nm 6924aHasil uji bioautografi fiaksi padapelarut Chlorofom : Metanol(10:l) 70
24bHasil Uji Autobiografi Fraksi pada pelarut Petroleum ether : Dietil ether (1 : 1)
. . .
. .
..
. . .. . . .
. . ..
. . . 7025aHasil Uji Autobiografi Fraksi padapelarut Chloroform : Metanol(10:l) 70
25b Hasil Uji Autobiografi Fraksi pada pelarut Petroleum ether : Dietil ether (1:l)
70
26 Hasil uji bioaktivitas fiaksi (Al-A10) hasil pemumian kolom kromatografi
terhadap bakteri indikator E.coli ... ... .... ... ... 72
27 Has11 j i bioaktivitas fralisi (BI-BIO) h a i l pemurnian kolom kromatograli
terhadap bakteri indikator E.coli . . ... ...
.
. . . ... . . .. . .. . . .... . . ... . . ... . . . .. 73 28 Hasil uji bioaktivitas terhadap balteri indicator E-coli fraksi (Cl-CIO) dan fraksi (Dl-DlO) ... 7429 Kromatogram h a i l KG-MS atau GC-MS fraksi &if Lobophyrum sp h a i l fragmentasi buatan di kedalaman 10 m (AS-A10) ... .... . 75
30 Shuktur molekwl senyawa Elemol (C15H260) dengan rincian padanan nama
lainnya menurut database Wiley 7n.l ... 77
31 Shuhmr molekul senyawa I-Naphthalenemethanol, decahydro-5-(5-hydros!;-
3-methyl-3-pentenyl)-1,4a-dimethyl-6-methylene-, [IS-
(E)- $$ (+)-Agathadiol $$ Agathadienediol $$ Agathadiol $$ Agathadiol
(C20H340) menunlt database Wiley 7 78
32 Kromatogram hasil KG-MS atau GC-MS fraksi aktif Lobophjdurn sp hasil
...
fragmentasi buatan di kedalaman 3 m (B2-B3) 79
33 Stmkur molekul senyawa 2,4-diisopropenyl-l-methyl-l-vynyl-cyclohesane
(C15H24) menurut database Wiley 7n. 80
34 Kromatogram hasil KG-MS atau GC-MS fraksi aktif Lobophyru~n sp hasil
...
fragmentasi buatan di kedalaman 3 m (Cl-C2) 80
35 Stmhmr molekul senyawa 1, 2-Benzenedicarbosylic acid, diiooctyl ester
(C24H3804) menurut database Wiley 7n. 81
36 Kromatograrn hasil KG-MS atau GC-MS fiaksi aktif Lobophyhlm sp hasil
...
fraggentasi buatan di kedalaman 3 m (Cl-C2) 82
37 S p e L m massa senyawa Elemol (Cl5H260) ... 107
38 SpeL;trum massa senyawa 2.alpha-hydroxy-3-trans,3-methyleneoxy-6,6-
dimethylbicyclo(3.1.l)heptane $$ Spiro[bicyclo[3.1.1]heptane-3,2'-osir~-2-
ol,6,6-dimethyl (1 .alpha,2.beta,3.alpha,j.alpha.)- (CAS) ... 108
39 SpeLtrum massa senyawa l-Naphthalenemethanol, decahydro-5-(5-hydroxy-
3-methyl-3-pentenyl)-1,4a-dimeth>~1-6-methylene-, [IS-
[l.aIpha.,4a.alpha,5.alpha.(E),8abeta]]- $$ Labda-8(20),13-diene-15,19-dial:
(E)- $$ (+)-Agathadiol $$ Agathadienediol $$ Agathadiol $$ Agathadio 108
40 Spekctrum massa senj7a\va 2-endo-(l-osacyclohes-2-
ylox~)bicyclo[2.2. llheptan 110
PENDAHULUAN
Latar Belakang
I<ebutuhan pangan dan obat-obatan berbahan alami, dewasa ini semakin
meningkat seiring dengan makin marak ditemukannya makanan dan obat-obatan
berbahan sintetis yang telah terbuhi berpengaruh buruk bagi kesehatan umat
manusia Berdasarkan hasil penelitian terhadap kandungan bahan kimia yang
dihasilkan oleh organisme laut, beberapa diantaranya mempunyai kemampuan
sebagai sumber bahan obat alami. Salah satu organisme laut tersebut adalah
komunitas hewan karang lunak. Kelimpahan karang lunak yang tinggi di perairan
dangkal dan hangat di daerah tropis merupakan peluang bagi para peneliti untuk
mengkaji potensi produksi bahan kimia alarni yang memiliki keakiifan biologi
( b i ~ ~ i v i t a s ) dan diindikasikan berguna sebagai bahan obat-obatan
Bahan kimia aiami yang dihasilkan oleh karang lunak m e ~ p a k a n senyawa
metabolit yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertahanan dinnya
(Pechenik 2005). Organisme laut, khususnya yang hidup di daerah tropis
menemui tantangan secara ekologis baik dalam ha1 kompetisi mendapatkan ruang
tumbuh, makanan dan cahaya Menghadapi kondisi demikian organisme laut
mengembangkan berbagai sistem pertahanan din yang disimpulkan oleh Harper et
al. (2001) diantaranya adalah dengan tingkah laku (behavioural misalnya c m t i c ,
nocrzrnnl); fisik (scelerires, pengerasan permukaan tubuh) d m subtansi kimia
(clzemical defense).
Subtansi kimia yang disekresikan oleh organisme laut ke linglugan
tempat hidupnya dimaksudkan untuk menghadapi serangan predator, media
kompetisi, mencegah infeksi bakteri, membantu proses reproduksi dan mencegah
sengatan sin= ullra violet. Senyawa atau subtansi kimia tersebut merupakan
metabolit selrunder atau hasil proses metabolisme sehnder organisme hidup yang
sering dikenal dengan istilah tzah~ralpi.o&~ct (Harper et nl 2001 dan Murniasih 2005). Diantara organisme yang hidup di laut, karang lunak termasuk organisme
penghasil komponen bioaktif yang terbesar. Dalam dekade terakhir, dilaporkan
bahwa sebanyak 50 % senjlawa bioakttif yang ditemukan pada invertebrata laut ini
invertebrata laut terutama dari karang lunak sebagai senyawa metabolit sekunder
menarik untuk dikaji pemanfaatannya bagi sumber bahan obat-obatan alami
(Mnrine Nnturnl Product).
Sekresi senyawa kimia &?if sebagai bahan alami yang diproduksi
organisme karang lunak menunjukkan akiaitas antibiotik, antijamur, antibakeri,
antivirus dan anti-inflamasi yang bermanfaat bagi industri farmasi. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa karang lunak merupakan salah satu
sumberdaya laut yang menghasilkan bahan alami laut (Marine Nat~rrnl Prod~rct)
seperti senyawa terpenoid. Senyawa terpenoid yang dihasilkan oleh karang lunak
antara lain adalah Sinulariolide, Sinula~in, Dihydrosinularin (Tursch et al. 1978; Chao et al. 2006) yang diisolasi dari jenis Sinularia fleksibilis diindikasikan bersifat sitotoksik oleh Samrnarco dan Coll (1988) dan merupakan senyawa yang
memiliki sifat-sifat antikanker (Weinheimer 1977). Beragam senyawa metabolit
sekunder yang telah berhasil diidentifikasi oleh para peneliti menunjuklcan bahwa
karang lunak mengandung senyawa-senyawa aktif yang berguna bagi dunia
pengobatan.
Hampir seluruh perairan Indonesia memiliki karang lunak dengan tingkat
keragaman yang berbeda Jumlah jenis karang lunak di Kepulauan Seribu dari
yang telah dilaporkan oleh Manuputiy (1992) adalah 103 jenis yang berasal dari 4
famili, dan diambil dari 11 pulau yang menyebar dari selatan ke utara di
Kepulauan Seribu. Dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil saja yang telah
diteliti potensi bioaktivitasnya. Menurut Satxi (1997) pengkajian bahan alam laut
pada karang lunak seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di
Indonesia merupakan suatu penelitian yang paling mendasar, sehingga
pengkajian yang sarna perlu dilakukan pada beberapa daerah terutama daerah
yang diketahui mempmyai keanekaragaman jenis karang lunak yang relatif tinggi
seperti Kepulauan Seribu. Hasil kajian potensi bioaktif karang lunak di perairan
Kepulauan Seribu oleh Soedhanna et nl. (2005) menunjukkan bahwa terdapat 3
spesies yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder dengan keaktifan
menghambat pertumbuhan baL?eri yang besar yaitu Sarcoplzyton sp, Loboplz~vrzum
Potensi senyalva kimia alrTif yang berguna bagi dunia pengobatan dari
karang lunak masih perlu dikaji lebih banyak, terutama terkait dengan kondisi
lingkungan dan sifat alrTivitas biologi serta sitotolisihya. Kajian tersebut sebagai
dasar informasi bagi kegiatan pengembangan upaya perbanyakkan karang lunak
secara tidak alami (fragmentasi). Pengujian lebih lanjut mengenai bioakivitas
ekstrak karang lunak hasil fragmentasi terhadap pertumbuhan balceri patogen
perlu dilalrukan, sebagai suatu penjajakan serta penelusuran bahan alami dari laut.
Upaya perbanyakkan melalui fragmentasi karang lunak pada kondisi linglrxngan
yang berbeda diharapkan dapat menjadi salah satu altematif budidaya untuk
penyediaan bahan dasar bagi kegiatan eksplorasi bahan alami laut (Marine Natural Product).
Perurnusan Masalah
Berkembangnya ilmu pengetahuan d m teknologi khususnya di bidang
farmakologi serta adanya laporan hasil penelitian bahwa organisme laut mampu
menghasilkan sejumlah bahan alami berupa senyawa bioaktif, telah merangsang
para ahli mengeksplorasi organisme laut yang dapat dijadikan sebagai sumber
bahan dasar obat bagi beberapa penyakit, ha1 ini merupakan analogi terhadap hasil
yang gemilang yang pemah dicapai oleh organisme darat.
Karang lunak sebagai salah s a h ~ organisme hayati laut memiliki potensi
sebagai sumber senyaw bioalctif dengan beragam senyaxtza metabolit sekunder
yang dihasilkannya. Tingginya keragaman jenis karang lunak merupakan peluang
bagi penemuan berbagai macam senyawa metabolit selrunder yang dapat berperan
sebagai bahan obat dami. Kajian bahan dami laut khususnya yang dihasilkan
oleh karang lunak yang ada saat ini masih bersifat penelitian dasar sehingga
merangsang berbagai penelitian lanjutan. Penelitian lebih lanjut mengenai
kandungan senyawa bioalr?if yang dihasilkan karang lunak perlu dilakukan
dengan pertimbangan pengkajian bahan alami laut merupakan suatu kajian yang
relatif masih sangat baru. Disisi lain permintaan &an pemenuhan obat-obatan
berbahan alami culrup tinggi. Narnun terdapat beberapa masalah serius yang
menghambat pengembangan obat-obatan dari laut, salah satunya adalah sebagian
kompleks dan kuantitasnya sangat sedikit (Mumiasih 2004). Produksi senyawa
&*if dari invertebrata laut yang secara Minis dapat digunakan sebagai bahan
farmasi merupakan informasi penting pang dapat berdampak terhadap eksploitasi
organisme tersebut. Eksploitasi biota secara langsung di dam secara terns
menerus dalam jumlah yang besar sangat tidal; ekonomis dan merusak
keseimbangan ekologinya, oleh karena itu untuk menjaga kesinambungan
pemanfaatan serta kelestarian sumber daya maka perlu dilahkan upaya
pengembangan budidaya
Pengembangan budidaya karang lunak diarahkan untuk memproduksi lend comnpoutzd dan upaya penyediaan bibit (anakan) u ~ ~ t u k restocking pada kawasan
ternmbu karang yang rusak. Salah satu altematif langkah pengembangan
budidaya yang dapat diambil adalah dengan melakulian perbanyakkan secara
vegetatif melalui fragmentasi pada habitat aslinya Kegiatan fragmentasi
diiarapkan mampu memenuhi pasokan bahan alami dari laut yang saat ini masih
terbatas dan untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya kajian kandungan
senyawa bioakqif b a n g lunak hasil kagmentasi. Bidang kajian senyawa bioak-tif
karang lunak hasil fragmentasi dapat meliputi pengujian bioaktivitas ekstrak
karang lunak terbadap balrteri patogen hingga isolasi dan identifikasi senyawa.
Upaya fragmentasi karang lunak yang ditanam pada kedalaman berbeda serta
pengujian kandungan senyawa bioaktif yang dihasilkan merupakan salah satu
bagian yang akan diamati.
Kegiatan fragmentasi pada habitat alaminya dengan memilih kedalaman 3
dan 10 meter di perairan pulau Pramuka, Kepulauan Seribu berdasarkan hasil
penelitian Soedharma et 01. (2005) yang menunjukkan bahwa terdapat 3 spesies dari 30 jenis karang lunak yang berada di perairan Kepulauan Seribu yang
menghasilkan senyawa metabolit sekmder dengan keaktifan mengbambat
pertumbuhan bakteri yang besar yaitu Sarcophyion sp, Lobophytumn sp d m
Sitzulnrin sp. Ketiga spesies karang lunak tersebut diperoleh dari perairan Kepulauan Seribu pada kedalaman 3 dan 10 meter. Pengaruh perbedaan
bioalrtivitas kandungan senyawa bioalitif yang dihasilkan karang lunak hasil
fiagnentasi pada kedalaman y a w berbeda merupakan bagian yang akan dianalisa
sesuai bagi upaya perbanyakkan karang lunak secara tidak alami dengan melihat
potensi kekuatan bioalctivitas senyawa bioaktif
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat diberikan adalah bioakrtivitas ekstrak karang lumak
pada kedua jenis karang lunak hasil fragmentasi berbeda pada kedua kedalaman
yang diujikan. Bioaktivitas ekstrak karang lunak h a i l fragmentasi terhadap
balcteri patogen yang dijadikan indikator lebih baik pada kedalaman 3 meter,
karena lokasi tersebut dengan daratan sehingga mendapat tekanan dari lingkungan
daratan lebih besar. Dugaan ini berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
S o e d h m a ef nl (2005). Ada kecenderungan, makin besar gangguan biotik dan abiotik di IingAungan karang lunak, makin tinggi produksi senyalva bioak~if dan
bioaktivitas senyawa metabolit sekmder yang dihasilkan. BioalTivitas ekstrak
karang lunak h a i l fkagmentasi lebih tinggi karena setelah dilukai, untuk proses
pertumbuhannya organisme uji &an memacu aktivitas metabolismenya
Tuju,u; dan Manfaat Penelitian
1. Menguji perbedaan bioaktivitas kandungan senyawa bioaktif karang lunak
Sinulnria sp dan Lobophytum sp hasil fragmentasi pada kedalaman 3 m dan 10
m.
2. Menjajaki respon senyawa bioaktif terhadap ak-tivitas balcteri Eschericl~ia coli
d m S~aphj~lococcus nureus serta konsentrasi yang mengakbatkan kematian
SO%Artemia salina (LCjo).
3. Menelusuri kandungan senyawra bioaktif karang lunak Sinularin sp dan
Lobophytum sp hasil fragmentasi pada kedalaman 3 m d m 10 m
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan dan menambah informasi
tentang upaya fragmentasi karang lunak bagi kegiatan eksplorasi senyawa bioalrtif
tanpa khwatir &an adanya perubahan potensi bioaktivitas kandungan senyawa
bioaktifnya. Pengembangan perbanyakkan h a n g lunak melalui fragmentasi
diharapkan juga dapat digunakan untuk kepentingan industri farmasi dan
tmruoppay cnpay cpcd c.iusw~.i~qco!q cpaq-raq ?~p!i !scirraru%.g ~!scr[ y c p ! ~ 1111 qeunl Suc.w?13!l?lco1q
TINJAUAN PUSTAKA
Karang Lunak (Soft Coral)
Karang lunak merupakan kelompok hewan tingkat rendah (avertebrata) yang
termasuk ke dalam filum Coelenterata atau sering disebut juga cnidaria karena
rnemiliki crride (bahasa Yunani) yang berarti sengat. Filum ini terbagi menjadi tiga
kelas, yaitu Hydrozoa, Anthozoa dan Scyphozoa (Barnes 1980; Bayer 1981). Saat ini
kelas dari filum Coelenterata telah berkembang menjadi empat kelas yaitu Hydrozoa,
Anthozoa, Cubozoa dan Scyphozoa (Kozloff 1990; Pechenik 2005; Suwignyo e f a/.
2005). Ciri khas lain dari kelompok hewan kolenterata adalah keberadaan rongga
pencernaan (Coelen atazr gasfrovaskzrlar cavity) dan mulut, tetapi anus tidak ada.
Kelompok organisme soft coral memiliki struktur tubuh yang menetap di
dasar (polip) serta rangka lunak @shy skeletor~) termasuk kedalam kelas Anthozoa
dan subkelas Octocorallia (Alcyonaria). Struktur octocorallia mirip zoanthoria, tetapi
terdapat beberapa perbedaan yang khas seperti polip octocorallia selalu mempunyai 8
buah tentakel pinnate, artinya pada setiap sisi tentakel berlekuk-lekuk (Gambar 2.).
Semua jenis octocorallia berbentuk koloni dengan sejumlah polip kecil-kecil.
Masing-masing polip dalam koloni dihubungkan oleh suatu jaringan coer~errchynz dan
untuk koloni karang lunak (soft c o r d termasuk ke dalam ordo Alcyonaceae (Wagner
2000; Suwignyo et a/. 2005).
Anggota dari subkelas Octocorallia (Alcyonaria) hidup di daerah pasang surut
terendah sampai kedalaman beberapa ratus meter, dan salah satu anggotanya yaitu
keluarga Alcyoniidae adalah karang lunak utama penyusun terumbu karang di laut
Pasifik. Sebaliknya di laut Atlantik, karang lunak utama penyusun terumbu
karangnya adalah Gorgonacea (Bayer 1981; Dinesen 1983, diacu dalam Sandy 2000).
Tomascik et nl. (1997) menyatakan bahwa, biasanya Octocorallia kurang berperan
dalam pembentukan karang tetapi ada beberapa spesies seperti Heliopora
(Coenothecalia, Helioporidae) yang biasa disebut karang biru, materi skeletalnya
terdiri dari aragonit fibrokristalin berkontribusi signifikan bagi kerangka terumbu
karang. Pada laguna Shiraho, Pulau Ishagaki, Jepang, terdapat koloni Heliopora
coerulea terbesar di dunia, dan untuk di Indonesia dilaporkan karang lunak jenis tersebut membangun beberapa paparan terumbu karang di Pulau Lucipara, Laut
Banda.
Ordo Alcyonaceae terdiri kelompok karang lunak (koloni) dengan pangkal
masing-masing polip menyatu di dalam satu jaringan yang lunak seperti karet, hanya
ujung oral yang muncul keluar dengan rangka dari spikul kapur (Barnes 1980; Bayer
1981; Kozloff 1990; Pechenik 2005; Suwignyo et al. 2005). Bagian ujung oral yang
muncul keluar tersebut bersifat retraktil, yaitu dapat ditarik masuk ke dalam jaringan
tubuh yang terdiri dari delapan tentakel dilanjutkan dengan delapan septa yang tidak
berupa kapur (Manuputty 2002).
Karang Lunak sebagai Organisme Uji
Klasifikasi
Klasifikasi kedua jenis karang lunak yang digunakan sebagai organisme uji
menurut Hyrnan (1940); Bayer (1956); Allen and Steene (1994) dan Tomascik el nl.
a. Sinrclcirin s p
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Subkelas : Octocorallia
Ordo : Alcyonaceae
Sub Ordo : Alcyoniina
Famili : Alcyoniidae
Genus : Sinularia
Spesies : Sitzulwia sp.
b. Lobopltytun~ sp
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Subkelas : Octocorallia
Ordo : Alcyonaceae
Sub Ordo : Alcyoniina
Famili : Alcyoniidae
Genus : Lobophytzinl
Spesies : Lobophytum sp.
Morfologi dan Anatomi Karang Lunak Sebagai Organisme Uji
Sinzrlul.ia sp dan Lobopl,ytzrn, sp merupakan jenis karang lunak yang termasuk dalam anggota subkelas octocorallia yang memiliki tekstur tubuh yang lunak,
ditunjang oleh tangkai berupa jaringan berdaging yang diperkuat oleh suatu matriks
dari partikel-partikel kapur mikroskopis yang disebut sklerit. Istilah sklerit berasal
dari skleros yang berarti keras, selain sklerit istilah spikula dipakai untuk nama umum
bagi kerangka kapur yang menyokong tubuh k a r a n ~ lunak yang berbentuk pipih
seperti sisik. Bentuk, ukuran dan ornamen dari sklerit sangat berguna untuk
identifikasi. Sklerit merupakan spikula yang berbentuk seperti kumparan atau jarum
umumnya terdapat pada bagian basal atau tangkai temtama di dalam jaringan
coenenchym (Manuputty 2002; Suwignyo 2005; Pachenik 2005 ).
Anggota octocorallia memiliki mulut yang membentuk farinx berupa saluran,
rongga gastrovaskular (perut yang berupa pembuluh), serta kepemilikan delapan
tentakel atau lengan yang berduri (pinnula) yang berfungsi untuk membantu
rnengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut. Dilanjutkan dengan delapan
septa (sekat) yang tidak berupa kapur yang menggantung dan membagi rongga dalam
tubuhnya menjadi delapan bagian yang disebut mesenteri (Gambar 3.).
Polip pada anggota octocorallia ada yang dapat ditarik atau dikuncupkan,
terjulur, dan ha1 ini merupakan ciri morfologi yang dimiliki, yang dapat membedakan
antara marga atau jenis yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang lain secara
anatomis, yaitu pada kandungan spikula yang merupakan penyokong dan pembentuk
tekstur tubuh. Selain itu polip ini juga dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu
[image:30.599.226.416.391.665.2]antokodia, kaliks dan antosela.
Antokodia merupakan bagian yang terdapat di permukaan koloni dan bersifat
retraktil, yaitu dapat ditarik masuk ke dalam jaringan tubuh. Bangunan luar dari pori-
pori inilah yang disebut kaliks. Pada daerah kaliks ditemukan rongga gastrovaskular
atau rongga perut, tenisan dari farinx (yang terbagi menjadi delapan dan disebut
septa), benang-benang septa dan organ reproduksi atau gonad. Bagian antosela
merupakan bagian basal polip yang mengandung jaring-jaring solenia. Hubungan
antara polip satu dengan yang lainnya tejadi melalui jaring-jaring solenia ini ( Bayer
1956; Manuputty 1996a; Fossa & Nielsen 1998).
Ordo Alcyonaceae umumnya ditemukan polip-polip dimorfisme atau polip
yang memiliki dua bentuk berdasarkan tipe dan fungsi yang berbeda. Tipe pertama
adalah autozoid, yaitu polip dengan delapan tentakel yang berkembang dengan baik
dan bersifat fertil. Polip ini berfbngsi untuk mencema makanan, berkembang secara
vegetatif disamping polip induknya, mempunyai mulut dan tentakel yang panjangnya
normal. Polip lainnya yaitu siponosoid, polip ini memperlihatkan dinding yang
dibangun pada bidang-bidang yang bersilia, berperan mengalirkan air pada sistem
pipa internal ke dalam dan keluar koloni dan menyediakan oksigen untuk jaringan.
Fungsi lain dari polip ini adalah berperan dalam proses reproduksi yaitu
menghasilkan gamet. lolip-polip ini juga sebagian bergerak untuk berekspansi dan
berkonstraksi, sebuah proses yang dapat dilihat pada beberapa koloni (Barnes 1987;
Kozloff 1990; Rupert dan Barnes 1994; Manuputty 1996a; Fossa & Nielsen 1998).
Polip dalam sub ordo Alcyoniina menunjukkan bentuk dan ukuran yang
be~ariasi, ada yang panjang ada juga yang hanya sedikit menonjol diatas
epidermisnya. Ada polip dengan spikula yang sangat kecil, ada juga polip pada
genera lain mempunyai spikula sangat padat sampai menonjol keluar yang berhngsi
sebagai pertahanan diri. Pada sub ordo ini polip dimorfik dijumpai. Pada spesies
dengan koloni besar dan massif biasanya dimorfik, sedangkan spesies dengan koloni
seperti pohon (mborescent) tidak dimorfik, namun pola tersebut tidak selalu seperti
itu. Pada famili xeniiidae, ada yang dimorfik ada yang tidak. Heteroxenlin spp adalah
Beragam warna indah yang nampak pada koloni octocorallia dihasilkan oleh
sejumlah zooxanthellae yang hidup dalam jaringan tubuhnya. Zooxanthellae ini
menghasilkan pigmen coklat, kuning, hijau dan sebagainya (Manuputty 19963.
Zooxanthellae ini mulai masuk ke jaringan polip karang lunak pada saat masih
berbentuk telur atau larva yang baru lahir (Gohar 1940; Atoda 1951; Smith 1980; Fitt
1984 yang diacu dalam Sorokin 1989). Larva terinfeksi oleh zoospora zooxanthellae
yang berenang bebas yang terdapat di dalam air. Infeksi ini juga terjadi pada saat
larva yang baru menempel pada substrat. Polip menarik zooxanthellae yang berenang
ke dalam rongga mesentari lewat mulut, kemudian menginfeksinya (Kinzei 1973,
diacu oleh Sorokin 1989). Karang lunak ordo Alcyonaceae yang mengandung
zooxanthellae adalah jenis Alcyonizrm, Lithophyton, Lobophytzrm, Sarcophyton,
Simlcria, Capnella, Cladiella, Lemnalia, Paralemnalia (Sorokin 1989).
Karang lunak diketahui berkembang biak dengan tiga cara, yaitu fertilisasi
internal, yaitu telur yang dibuahi tetap tinggal pada permukaan tubuh, fertilisasi
ekstemal,yaitu terjadi diluar tubuh dimana larva yang terbentuk memiliki silia atau
bulu getar, kemudian berenang bebas mencari tempat perlekatan berupa substrat
dasar yang keras untuk selanjutnya tumbuh menjadi polip atau koloni barn dan
reproduksi secara aseksual yaitu peleburan atau pertumbuhan koloni dan fragmentasi
(Manuputty 2002).
Senyawa Bioaktif Karang Lunak
Senyawa bioaktif atau Bioactive Compozrnd adalah senyawa yang dihasilkan
secara alami oleh organisme melalui jalur biosintetik dan aktif sebagai senyawa
antimikroba, senyawa aktif secara fisiologi (sinyal kimia), senyawa aktif secara
farmakologi dan senyawa sitotoksik dan antitumor (Kobayashi & Satari 1998).
Senyawa bioaktif merupakan metabolit sebagai produk metabolisme organisme yang
melibatkan anabolisme dan katabolisme, sebagai contoh lintasan pembentukan
glukosa. Ada dua jenis metabolit yang dihasilkan oleh organisme selama masa
pertumbuhan dan perkembangannya yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder.
secara ekologis karena beberapa metabolit sekunder dengan tipe senyawa diterpen
dari karang lunak tersebut terlibat di dalam interaksi ekologi (Coll 1992, diacu dalam
Radhika 2006) serta memiliki aktivitas anti inflamasi (Radhika et a/. 2005) dan HIV
inhibitoly (Rashid et al. 2000). Tursch el 01. (1978) berhasil mengisolasi senyawa
terpen dari beberapa jenis karang lunak. Senyawa terpen merupakan senyawa kimia
yang dihasilkan secara alamiah oleh tumbuh-tumbuhan dan rnengandung aroma atau
bau yang harum. Senyawa terpen ini telah menarik perhatian para ahli kimia terutama
yang meneliti senyawa-senyawa alamiah karena dapat digunakan dalam bidang
farmasi sebagai antibiotika, anti jamur dan senyawa anti tumor. Sedangkan
kegunaannya bagi karang lunak itu sendiri ialah sebagai penangkal terhadap serangan
predator, dalam ha1 memperebutkan ruang lingkup, dan dalam proses reproduksi
(Coll & Sarnmarco 1983).
Senyawa Terpenoid pada Karang Lunak Uji
Sifat allelopatik yang dimiliki karang lunak merupakan sisi lain dari
kehidupannya. Allelopatik menurut La Berre and Coll (1982) dan Sammarco et a1
(1983) adalah sifat penghambat secara langsung terhadap suatu jenis oleh jenis
lainnya dengan menggunakan zat-zat kimia beracun atau berbisa. Zat kimia yang
digunakan berupa senyawa organik dengan nama terpen. Senyawa terpenoid adalah
senyaura organik yang banyak terdapat pada komponen minyak essensial pada
banyak tumbuhan dan bunga (Streiwieser et al. 1992). Senyawa ini disintesis oleh
organisme dari asam asetat melalui proses biokimia dengan sistem enzimatik yang
disebut metabolisme. Proses tersebut merupakan jalur-jalur biosintetik (biosintetic
pathways) yang digunakan oleh semua makhluk hidup dalam memproduksi metabolit
yang essensial untuk kelangsungan hidup dan pertahanan dirinya (Murniasih 2005).
Pechenik (2005) menambahkan bahwa jaringan octocorallia telah diketahui
mengakumulasi beragam turunan senyawa biokimia yang tidak biasa sebasai hasil
metabolisme asam lemak. Senyawa ini tidak terlibat langsung dalam proses
metabolisrne melainkan untuk perlindungan diri dari predator dan hambatan
Terpen atau terpenoid merupakan suatu kelompok senyawa kimia dari
golongan hidrokarbon isometrik dengan struktur yang umumnya disusun oleh
sejumlah unit isoprena (unit Cs) (Streitwieser el nl. 1992). Senyawa ini umumnya
ditemukan dalam minyak essensial atau minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan yang
berdaun harum seperti eukaliptus atau dalam bentuk terpentin dari sebangsa pinus,
damar, karet dan sebagainya (Tursch et nl. 1978). Senyawa terpen ditemukan dalaiil
bentuk bermacam-macam, oleh Ikan (1991) diklasifikasikan menjadi enam kelompok
yaitu : (1) Monoterpena (CIOHIG), (2) Seskuiterpena ( C l j H ~ d , Diterpena ( C Z O H ~ ~ ) , Triterpena (C30&8), Tetraterpena ( C ~ O H G ~ ) , Polyterpena (CsH8)n
Tomascik el al. (1997) menyatakan bahwa karang lunak pada temmbu karang
di Indonesia berlimpah diduga karena kemampuan karang lunak untuk menghasilkan
senyawa terpen. Hasil penelitian yang telah dibuktikan menunjukkan bahwa jenis-
jenis hewan yang mengandung senyawa terpen dapat mematikan biota lain di
sekitarnya, baik dari kontak langsung maupun tidak langsung atau yang saliiig
berdekatan (Sammarco et al. 1983). Murniasih (2005) berpendapat bahwa
invertebrata laut mempunyai struktur pergerakkan fisik lebih terbatas dibanding
dengan vertebrata taut, sehingga mampu mengembangkan sistem pertahanan diri
dengan memproduksi senyawa kimia (chemical defense). Senyawa kimia seperti
halnya senyawa terpen dalam tubuh karang lunak, biasanya berfungsi sebagai
pelengkap kegiatan fisik.
Fungsi dan peranan senyawa terpen bagi karang lunak adalah untuk kompetisi
ruang (Benayahu & Loya 1981; Coll & Sammarco 1986; Van Alstyne et al. 1994,
diacu dalam Sandy 2000), sebagai racun untuk melawan predator, sebagai senyawa
untuk menyelamatkan makanan dari biota lain (Coll dan Sammarco 1956; Griffith
1994; Van Alstyne et a/. 1994 yang diacu dalam Sandi, 2000). Selain itu senyawa
terpen berperan juga dalam reproduksi (Coll dan Sammarco, 1983). Cove1 et al.
(1996) dalam Rashid el al. (2000) berhasil mengidentifikasi senyawa terpen dari jenis
Lobophytzmm c~istagnlli yang berpotensi sebagai inhibitor dari fernes~yi protein
tra?7sferasse (FPT) yang berasosiasi pada sel kanker. Enzim FPT ini dilepaskan oleh
induk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senynwa diterpene dari karang lunak
mampu berkompetisi dengan WT untuk mendapatkan substrat, sehingga kinerja dari
enzim FPT terhambat. Senyawa inhibitor FPT sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai senyawa antikanker. Sumber lain menyebutkan bahwa karang lunak
Lobophytzim mampu memproduksi senyawa turunan terpene yang berpotensi sebagai
HIV-protease inhibitor yang dapat menghambat kineja protease dari virus HIV
(Rashid et al. 2000).
Pertahanan diri karang lunak dari predator selain menggunakan senyawa
terpen dibantu oleh sklerit-sklerit. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilalcukan oleh Van Alstyne et al. (1994), diacu dalam Sandi (2000)
yang mengetahui bahwa hngsi sklerit dalam meningkatkan kekuatan tubuh
organisme dan membatasi kelenturan serta perluasan koloni, sehingga hngsi utama
dari sklerit adalah untuk menyokong tegalcnya tubuh. Van Alstyne et al. (1994),
diacu dalam Sandi (2000) menduga bahwa produksi dari pertahanan berganda ini
merupakan hasil dari ketidakmampuan dari pertahanan tunggal untuk menghalangi
semua tipe predator. Hal ini karena metabolit tunggal seringkali hanya efektif untuk
satu predator, tapi tidak untuk predator lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tursch et al. (1978)
melaporkan bahwa karang lunak yang bersimbiose dengan zooxanthellae saja yang
dapat menghasilkan senyawa terpen. Sebagai contoh pada sejenis Gorgonacea yaitu
Pseudoplexazira porosa ditemukan bahwa senyawa terpen yang berasal dari polip
berbentuk sesquiterpen, sedang dari zooxantheliae menghasilkan senyawa terpen
berbentuk diterpen. Acerett el al. (1998) melaporkan bahwa Sin~~laria,flexibilis yang
jarang ditumbuhi penuh (overgrown) bakteri dan algae menghasilkan senyawa
diterpenoid lebih besar. Beberapa studi melaporkan bahwa senyawa diterpenoid yang
dihasi!kamya mampu melindunginya dari kompetitor dan predator. Ekstrak karang
: :: --- ,: :.*-. 1. . :,:
..
.,,.
--...,
1 ,... :.. ,, ,,.
J : E , > L : I : E J 2, .... :z;,:,. setelah difraksinasi dengan TLC (171ir1 L q e r<'b~.r?r?torr?.rir.~~~i!l.;> . : ,.. mesgh3siikz~ iimz QsnT?z-2 r s ~ e n o i d T!fi.'fi . - du"di:rrrz?zr)x:a
-
i , , : . . . . . .: 1 :.-.!: 1 - 1.1 . I . . : . . : ' + . . . ?I...:;.., ., ;... T ,.
pertumbuhan bakteri gram positif. Beberapa jenis senyawa terpen yang dihasilkan
oleh hewan karang lunak ditampilkan pada Tabel 1.
Satari (1997) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya
zona harnbat senyawa bioaktif terhadap bakteri indikator antara lain aktivitas
senyawa bioakif gugus fungsi dari substansi sendiri, resistensi dari bakteri terhadap
substansi senyawa bioaktif kadar substansi aktif, serta jumlah inokulum bakteri atau
kepadatan bakteri uji. Menurut beliau, ekstrak-ekstrak yang tidak menunjukkan
aktivitas senyawa bioaktif belumlah berarti sampel tidak aktif, tetapi kemungkinan
tidak terdeteksi pada konsentrasi sampel uji yang digunakan atau kadar hambat
umumnya belum tercapai.
Tabel 1. Jenis-jenis senyawa terpen dari beberapa jenis karang lunak
Lobolide Crassolide Nephtenol
Sinularide 1 Sinularine Dihydrosinularin
1 1-Episinularide acetate Xenicin Sarcopine Sarcophytoxide Sarcoglaucal African01 Denticultolide Flexibilide lsosarcophytoxidcs Renilafoulins Homarin Eunicin Muricin Thunbergol 13-Hydroxylobolide 3,4-Epoxynepthenol Decoryol Pukalide Epoxypulide Nama senyawa Lemlialol Lobohediliolide Lobophyhim crassum Lobophyhim crasstrm Lobophyhrm paucijlorum Sinularia flexibilis
Jenis karang lunak
Sinulariaflexibilis Sinularia queciformis Xenis elorigate Sarcophyton glmrcum Sarcophyton trocheliophontm Sarcophyton gtatrc~rrri Lemnalia oficana Lemnalia denticulohfm Sintilaria.flexibitis Sarcophyron sp
Renilla reniformis Leptogorgia setasea Elmicia mammosa Muricea fnrctosa Lobophyhim compactarm Lobophytum crass71ni Lobophynfm microbzflahrm Lobophytum microbulatum Lobophytzrm niicrobtrtaturi~ Siiiitlaria sp
Lamr7alia tennutis Lobophyhim hedleyi
Literatur
[image:37.595.104.525.320.699.2]Ekstraksi dan Fraksinasi
Isolasi senyawa organik potensial dilakukan dengan mengekstrak organisme
dengan pelarut. Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan atau pengambilan secara
selektif zat terlarut dari campuran yang didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Beberapa zat
terutama bahan alam dapat dipisahkan dari padatannya dengan ekstraksi sederhana.
Teknik paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah dengan
mencampurkannya dalam larutan pengekstraksi, dibantu dengan penghancuran
padatan menggunakan alat penghancur. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
proses ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu, dan jenis pelarut yang digunakan
(Achrnadi 1992, diacu dalam Elsawati 1994; Khopkar 2003, diacu dalam Fikri 2007
dan Smart 2002, diacu dalam Ismet 2007).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat digolongkan menjadi dua cam,
yaitu fase cair dan fase organik. Fase cair biasanya dilakukan dengan menggunakan
air sebagai pelarut, sedangkan fase organik dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik. Prinsip metode ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang
akan diekstrak kontak langsung dengan pelarut pada waktu tertentu, kemudian diikuti
dengan melakukan pemisahan bahm yang telah diekstrak. Metode ekstraksi yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode fase organik karena dalam prosesnya
digunakan pelarut organik yaitu berupa metanol.
Bahan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut adalah
(Achmadi 1992, diacu dalam Elsawati 1994) sebagai berikut :
1. Pelarut polar akan melarutkan zat polar dan pelarut non polar akan melarutkan zat
nonpolar (like dissolved like).
2. Pelarut organik cenderung melarutkan zat anorganik
3. Air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam maupun basa
organik.
4. Asam-asam organik yang larut dalam pelarut organik dapat diekstraksi ke dalam
Dalam pemilihan pelarut, faktor yang hams diperhatikan antara lain adalah : daya n~elamtkan, titik didih, sifat toksik, mudah tidaknya terbakar dan sifat korosif
terhadap peralatan ekstraksi. Beberapa pelarut organik yang dapat digunakan pada
proses penapisan senyawa bioaktif seperti yang tertera pada Tabel 2.
Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap, yaitu penghancuran bahan,
penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan dan tahap pemisahan.
Penghancuran bertujuan agar dapat mempermudah pengadukan dan kontak bahan
dengan pelarutnya pada saat proses perendaman. Kemudian bahan ditimbang untuk
mengetahui berat awal bahan sehingga dapat menentukan rendemen yang dihasilkan.
Bahan yang telah ditimbang kemudian direndam dalam pelamt, seperti heksana (non
polar), etil asetat (semi polar), dan metanol (polar). Proses perendaman ini disebut
dengan maserasi. Prinsip pelamtan yang dipakai pada metode ini adalah like dissolve
like artinya pelamt polar akan melamtkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. Tahap selanjutnya, yaitu tahap pemisahan yang terdiri
dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan sampel
dengan pelarut yang telah mengandung bahan aktif Untuk memisahkan pelamt
dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan evaporasi, sehingga pelamtnya akan
menguap dan diperoleh senyawa hasil ekstraksi yang dihasilkan (Khopkar 2003).
Tabel 2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya
1
Pelarut/
Titili didih ("C)1
Titik beku ('C)Sumber : Nur
Iionstanta dielektrik
I I I
I I
Adijuwana (1989)
Fraksinasi adalah suatu teknik untuk memisahkan komponen organik dan
ionik (larut dalam air) dalam suatu senyawa campuran menjadi dua fraksi berbeda
(Parenrengi 1999). Fraksinasi merupakan kegiatan awal pemurnian dalam tahapan
isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif hingga diperoleh fraksi sesuai pelarut yang
dipilih. Isolasi dan identifikasi komponen-komponen senyawa organik yang memiliki
potensi sebagai senyawa bioaktif dapat dilakukan dengan cara kromatografi.
Kromatografi
Kromatografi adalah teknik analisis kimia bagi pemisahan komponen
senyawa yang masih bercampur. Kromatografi analitik digunakan untuk menentukan
identitas dan konsentrasi molekul pada suatu senyawa campuran, dimana pemisahan
kromatografi dapat memumikan sejumlah besar sampel molekul. Semua metoda
kromatografi memiliki fase bergerak (gas atau cairan) yang mampu menarik
spesimen sepanjang fase diam (dapat berupa kertas, gelatin atau silika gel
magnesium) dengan melambatkan pergerakkan komponen yang masih bercampur.
Pergerakkan komponen pada fase diam berbeda kecepatannya dan akan terpisah pada
suatu waktu. Masing-masing komponen senyawa yang masih bercampur memiliki
karakteristik waktu bergeraknya atau retensi waktu yang berbeda-beda (Engmann
2000).
Dewasa ini kromatografi mempakan metoda pemisahan yang paling banyak
digunakan untuk tujuan halitatif, kuantitatif dan preparatif. Pemisahan dengan
kromatograf~ dilakukan dengan memodifikasi langsung beberapa sifat umum molekul
seperti kelarutan, adsorptibilitas dan volatilitas - (Gritter et nl. 1997). Teknik
kromatografi untuk pemisahan suatu campuran dipengamhi oleh sifat kelarutan dari
komponen yang bersangkutan didalam eluennya, sifat interaksi komponen dengan
bahan yang terdapat dalam fase diam dan interaksi pelamt dengan fase gerak
(Harborne 1987; Gritter el nl. 1991). Menumt Darwis (2000) ada beberapa
kromatografi yang dapat dilakukan antara lain : Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
Kromatografi Kolom (KK), Kromatografi Gas (KG) dan IOomatografi Cair Tekanan
Kromatografi Lapis Tipis (Tlzin Lnyer Chroinntogmphy)
Kromatogafi Lapis Tipis
(Thin
Layer Chronmtograyhy) merupakan metodeawal pemisahan senyawa dan identifikasi komponen-komponennya. Metode ini
berdasarkan distribusi komponen yang berbeda dari suatu senyawa campuran antara
fase bergerak dan fase diam pada suatu lempeng tipis. Fase diamnya berupa lapisan
tipis yang melekat atau terikat pada suatu material (dapat berupa gelas, plastik atau
lembaran metal), yang memungkinkan fase bergerak dapat bergerak ke atas secara
kapilari. Proses pemisahan senyawa berdasarkan prinsip bahwa tiap komponen
dalam campuran senyawa memiliki perbedaan polaritas dan akan terserap oleh fase
diamnya (misalnya gel silika), demikian pula pelarut (adsorbent) dan zat terlarut
(dissolve) yang berada pada fase gerak, akan bergerak pada tingkatan yang berbeda.
Oleh karena itu, tiap komponen dalam campuran senyawa akan tertarik oleh pelarut
fase gerak pada tingkatan yang berbeda di sepanjang plat kromatografi. Senyawa
yang terikat lebih dulu (fase diam) merupakan senyawa polar dan senyawa yang terus
bergerak atau yang memiliki nilai Rf yang tinggi (berada paling atas) merupakan
senyawa non polar.
Hasil pemisahan senyawa akan menunjukkan spot-spot yang terpisah
sepanjang plat kromatosafi lapis tipis (KLT) berdasarkan tingkat polaritasnya.
Spot-spot ini kemudian ditandai di bawah sinar UV (Ultra Violet). Faktor retardasi
(Rf) dari tiap spot komponen yang terpisah dapat dikalkulasi dengan mengukur jarak
dari titik awal sampel ke tengah spot yang sudah terpisah. Rf ini dapat merupakan
langkah awal untuk memperkirakan jenis (identifikasi awal) senyawa organik yang
telah terpisah (Smart 2002; Furniss et 01. 2004, diacu dalam Ismet 2007).
Kromatografi kolom (Coloum Chronzntogrnphy)
IColom Kromatografi (Colzintn chron~atography) adalah metode pemurnian
cairan (dan padatan) yang biasanya digunakan oleh para ahli kimia organik.
Kromatografi dengan sistem kolom dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
disp/acen~ei?t cliron7atography dan partifio?~ chron~atography (Winarno et al. 197;).
dari gelas dengan diameter antara 1 - 3 cm dan panjangnya antara 10-20 cm. Kolom
gelas diisi dengan bahan yang tidak mudah bereaksi (inert) selanjutnya disebut kolom
adsorban. Sampel yang belum murni dimasukkan ke dalam suatu kolom adsorban,
seperti silica gel atau alumina. Pelarut organik atau campuran pelamt (eluen)
dialirkan rnelalui kolom. Komponen sampel terpisah satu dengan yang lainnya yang
dipisahkan oleh paket material yang diam (silica atau alumina) dan eluen yang
bergerak. Molekul dengan polaritas yang berbeda terpisah hingga kedudukanlposisi
yang berbeda (different extents), dan oleh karenanya komponen sampel bergerak
sepanjang kolom dengan lajulkecepatan yang berbeda. Eluen terkumpul pada fraksi.
Fraksi dianalisa dengan TLC atau Thin L q e r Chromatography (Kromatografi Lapis
Tipis) untuk melihat apakah pemisahan telah berhasil.
Pada partition chron~afogmphy, adsorbent yang digunakan untuk bahan
pengisi yang dilapisi dengan suatu film cair. Film cair ini mempunyai titik didih
yang tinggi dan daya adsorbsinya kuat terhadap permukaan partikel dari bahan
pengisi. Partikel padat yang dilapisi film cair tersebut disebut supporting material,
sedangkan film cair yang melapisinya disebut stationav phase. Pelarut yang
mengalir di dalam kromatografi disebut mobile phase.
Kromatografi Gas (Gas Chromatography)
Kromatografi gas rnempakan pemisahan campurasn senyawa yang cukup
stabil pada pemanasan, karena sampel yang akan digunakan akan di rubah menjadi
fase gas dan dengan adanya perbedaan keterikatan senyawa pada fasa padat yang
digunakan terhadap senyawa organik sehingga terjadi pemisahan masing-masing
senyawa dari campurannya (Darwis 2000).
Aktivitas Antibakteri
Senyawa antibakteri didefinisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri. Berdasarkan
aktivitasnya zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri),
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau menghambat germinasi spora
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain konsentrasi zat antibakteri, waktu
penyimpanan, suhu lingkungan, pH lingkungan, dan sifat mikroba yang meliputi
jenis, umur, dan keadaan mikroba (Fardiaz 1992).
Zat-zat yang digunakan sebagai antibakteri hams mempunyai beberapa
kriteria ideal, antara lain aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan flavor,
citarasa, dan aroma makanan, tidak mengalami penurunan aktivitas karena adanya
komponen makanan, tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, dan sebaiknya
bersifat membunuh daripada hanya menghambat pertumbuhan mikroba (Fardiaz
1992).
Menurut Davis Stout (1971), ketentuan kekuatan antibiotik-antibakteri
sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat h a t , daerah
hambatan 10-20 mm (hat), daerah hambatan 5-10 mm (sedang), dan daerah
hambatan 5 mm atau kurang (lemah). Faktor yang mempengamhi ukuran daerah
penghambatan, yaitu sensitivitas organisme, medium kultur, kondisi inkubasi, dan
kecepatan difusi agar. Kelman et al. (2006) menjelaskan bahwa tingkat atau luasan
aktivitas ekstrak pada kertas cakram tergantung pada laju difusi ekstrak pada media
agar dan potensi ekstrak. Bisa saja ekstrak mempunyai potensi bioaktivitas yang
tinggi namun memiliki sifat fisik yang sukar berdifusi pada media. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan difusi agar, yaitu konsentrasi mikroorganisme,
komposisi media, suhu inkubasi, dan waktu inkubasi (Schlegel & Schmidt 1994).
Mekanisme kerja senyawa yang bersifat antimikroba ada beberapa cara, yaitu
merusak dinding sel mikroorganisme sehingga menyebabkan terjadinya lisis,
mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran
nutrien dari dalam sel, meny