• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2016 SEBESAR 96,63 ATAU MENURUN SEBESAR 0,52 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2016 SEBESAR 96,63 ATAU MENURUN SEBESAR 0,52 PERSEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No.40/06/71/Th.X, 01 Juni 2016

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2016

SEBESAR 96,63 ATAU MENURUN SEBESAR 0,52 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari

Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan

 Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Mei 2016 sebesar 96,63 atau menurun sebesar 0,52 persen dibanding NTP April 2016 yaitu sebesar 97,14. Penurunan NTP ini disebabkan karena penurunan yang dialami oleh indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,50, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,02 persen. NTP tahun kalender menurun sebesar 0,22 persen, sedangkan secara YoY meningkat sebesar 0,88 persen.

 Bulan Mei 2016, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara telah terjadi deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi perdesaan ini disebabkan karena menurunnya beberapa indeks komponen kelompok pengeluaran rumah tangga, yakni kelompok pengeluaran bahan makanan, sebesar 0,37 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi, sebesar 0,29 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Mei 2016 sebesar 106,78 atau menurun sebesar 0,71 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya, yakni sebesar 107,53.

(2)

Tabel 1

NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN PROVINSI SULAWESI UTARA DAN PERUBAHANNYA, April – Mei 2016 (2012 = 100)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Sulawesi Utara, NTP pada bulan Mei 2016 sebesar 96,63 atau menurun sebesar 0,52 persen dibanding NTP bulan April 2016 sebesar 97,14 persen. Hal ini disebabkan harga-harga komoditi yang diterima petani melalui komoditi pertanian yang dihasilkan mengalami penurunan sedangkan harga-harga yang harus dikeluarkan petani untuk rumah tangganya maupun untuk keperluan produksi pertaniannya mengalami peningkatan, seperti terlihat pada Tabel 1. Di sisi lain NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah nilai 100, artinya bahwa daya beli petani di Sulawesi Utara masih belum lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasarnya (Tahun 2012), atau secara sederhana kesejahteraan petani di Sulawesi Utara dapat diindikasikan masih kurang lebih baik dibandingkan tahun dasarnya (Tahun 2012).

Rincian

Indeks Gabungan Sulut Perubahan (%)

April’16 Mei’16 Prbhn Mei’16 thd Apr’16 Tahun Kalender YoY [1] [2] [3] [4] [5] [6]

Indeks Harga yang Diterima

Petani 119.38 118.78 -0.50 -0.48 5.42

Indeks Harga yang Dibayar

Petani 122.90 122.92 0.02 -0.26 4.50

Konsumsi Rumah Tangga 127.30 127.26 -0.03 -0.35 5.54

Bahan Makanan 138.59 138.07 -0.37 -1.30 8.99

Makanan Jadi 119.72 120.57 0.71 2.10 5.85

Perumahan 119.28 119.31 0.02 0.76 2.58

Sandang 111.68 112.27 0.52 1.70 2.93

Kesehatan 115.34 116.21 0.75 2.54 5.37

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 107.03 107.23 0.19 0.86 1.68

Transportasi dan Komunikasi 125.79 125.42 -0.29 -3.56 -2.74

BPPBM 111.02 111.25 0.20 0.31 1.27

Bibit 110.53 110.10 -0.38 0.30 1.34

Obat-obatan & Pupuk 108.55 108.54 -0.01 0.90 2.10

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 108.60 108.61 0.01 0.76 0.82

Transportasi 120.89 120.79 -0.08 -7.25 -6.29

Penambahan Barang Modal 108.36 108.26 -0.10 1.07 1.73

Upah Buruh Tani 113.03 113.84 0.71 2.25 3.05

Nilai Tukar Petani 97.14 96.63 -0.52 -0.22 0.88

(3)

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA DAN PERUBAHANNYA April – Mei 2016 (2012 = 100)

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Indeks harga yang diterima petani (It) adalah indeks yang berasal dari seluruh harga-harga yang

didapatkan petani dari hasil penjualan seluruh komoditi pertanian yang diusahakan. Pada bulan Mei 2016 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Sulawesi Utara mencapai nilai 118,78 atau menurun

sebesar 0,50 persen dibandingkan bulan April 2016. Pergerakan indeks It berbeda antar sub sektor pertanian,

dimana indeks It yang mengalami peningkatan terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat dan

peternakan, sedangkan sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan tangkap dan budidaya

Subsektor Bulan % Perub.

April’16 Mei’16

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.82 119.44 -1.14

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.52 124.55 0.02

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 97.02 95.89 -1.16

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.69 125.98 -1.33

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.81 123.83 0.01

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 103.13 101.74 -1.35

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 112.88 112.97 0.08

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.39 123.38 -0.01

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 91.49 91.57 0.09

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.69 120.17 0.40

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.81 117.92 0.09

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 101.59 101.91 0.31

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 122.82 122.05 -0.63

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.10 124.03 -0.06

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 98.97 98.40 -0.57

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.05 125.98 -0.84

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.21 124.13 -0.06

c Nilai Tukar Petani (NTN) 102.29 101.49 -0.79

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 115.19 114.96 -0.19

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.91 123.84 -0.06

(4)

2. Indeks harga yang dibayar petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya rumah tangga petani yang merupakan bagian kelompok terbesar yang ada di daerah perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) Sulawesi Utara di bulan Mei 2016 adalah

sebesar 122,92 atau meningkat sebesar 0,02 persen dibandingkan bulan April 2016, sebesar 122,90. Umumnya indeks harga yang dibayar ini mengalami peningkatan untuk beberapa sub sektor pertanian. Subsektor perkebunan rakyat dan perikanan mengalami penurunan indeks.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

NTP sub sektor tanaman pangan pada bulan Mei 2016 mengalami penurunan sebesar 1,16 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya, yakni dari nilai 97,02 di bulan April 2016 menurun menjadi 95,89 di bulan Mei 2016. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan, sebesar 1,14 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,02 persen.

Indeks harga yang diterima petani berasal dari kelompok padi dan palawija dimana indeks pada kelompok tanaman padi meningkat sebesar 0,01 persen, sedangkan kelompok tanaman palawija menurun sebesar 2,39 persen. Komoditi yang memberikan penurunan indeks yang diterima petani disumbang oleh komoditi Jagung, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah, masing-masing sebesar -3,52%, -2,52%, dan -1,50%.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

NTP subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 1,35 persen di bulan Mei 2016. Sama halnya dengan subsektor Tanaman Pangan, indeks harga yang diterima petani menglami penurunan, sebesar 1,33 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan hanya sebesar 0,01 persen. Nilai NTPH di bulan April 2016 sebesar 103,13 menurun menjadi 101,74 di bulan Mei 2016. Komoditi yang mendominasi dalam penurunan indeks NTP sub sektor hortikultura adalah Tomat, sebesar 7,65 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Mei 2016,NTPR mengalami peningkatan sebesar 0,09 persen, dari 91,49 di bulan April 2016 meningkat menjadi 91,57 di bulan Mei 2016. Hal ini disebabkan perubahan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan, sebesar 0,08 persen sedangkan indeks harga dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.

Walaupun peningkatan yang dialami oleh indeks harga yang diterima petani komoditi kakao, yakni sebesar 0,00000915 persen, dan persentase yang sangat kecil lainnya dari komoditi perkebunan rakyat, akan tetapi memberikan pengaruh yang besar bagi peningkatan NTP perkebunan rakyat.

(5)

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

NTP subsektor Peternakan di bulan Mei 2016 mengalami peningkatan, sebesar 0,31 persen, yakni dari nilai 101,59 di bulan April 2016 meningkat menjadi 101,91 di bulan Mei 2016. Hal ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani tidak setinggi peningkatan indeks indeks yang dibayarkan petani, dengan peningkatan masih-masing sebesar 0,40 persen dan 0,09 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh meningkatnya seluruh indeks pada kelompok komoditi pembentuk It yakni kelompok ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,57 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan yang lebih dalam, sebesar 0,63 persen, dibandingkan dengan indeks yang dibayarkan petani, sebesar 0,06 persen. Penurunan indeks harga yang diterima pada kelompok pembentuk subsektor perikanan lebih disebabkan penurunan yang dalam yang terjadi pada indeks perikanan tangkap sebesar 0,84 persen, dibandingkan dengan perikanan budidaya yang menurun sebesar 0,06 persen.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

NTN subsektor perikanan pada kelompok penangkapan ikan mengalami penurunan sebesar 0,79 persen di bulan Mei 2016. Nilai NTN pada subsektor ini di bulan April 2016 sebesar 102,29 menurun menjadi 101,49 di bulan Mei 2016. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani menurun lebih dalam dibandingkan indeks yang dibayarkan petani. Komoditi subsektor yang mempengaruhi perubahan nilai tukar subsektor ini berasal dari komoditi Ikan Cakalang dan Tongkol yang menurun sebesar 0,73 persen dan 0,50 persen.

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

NTN subsektor perikanan budi daya di bulan Mei 2016 menurun sebesar 0,14 persen. Sama halnya dengan perikanan tangkap, penurunan nilai tukar ini disebabkan penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,19 persen, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks yang dibayar petani, sebesar 0,06 persen. Komoditi yang mendominasi penurunan indeks harga yang diterima sub sektor ini adalah didominasi oleh ikan Nila, sebesar 0,26 persen.

Tabel 3.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA APRIL – MEI 2016 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

Apr’16 Mei’16

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.82 119.44 -1.14

(6)

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.52 124.55 0.02

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.41 127.31 -0.08

- Indeks BPPBM 114.62 115.10 0.41

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.69 125.98 -1.33

- Sayur-sayuran 129.43 127.53 -1.47

- Buah-buahan 118.07 117.30 -0.66

- Tanaman obat 121.82 122.56 0.60

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.81 123.83 0.01

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.57 126.62 0.04

- Indeks BPPBM 111.16 111.03 -0.11

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 112.88 112.97 0.08

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 112.88 112.97 0.08

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.39 123.38 -0.01

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.70 126.60 -0.08

- Indeks BPPBM 110.33 110.68 0.31

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.69 120.17 0.40

- Ternak Besar 118.42 118.77 0.30

- Ternak Kecil 117.40 117.80 0.34

- Unggas 120.53 121.60 0.89

- Hasil Ternak 129.64 130.27 0.48

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.81 117.92 0.09

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.22 128.31 0.07

- Indeks BPPBM 106.81 106.94 0.12

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 122.82 122.05 -0.63

- Tangkap 127.05 125.98 -0.84

- Budidaya 115.19 114.96 -0.19

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.10 124.03 -0.06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.96 129.85 -0.09

- Indeks BPPBM 111.40 111.42 0.01

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.05 125.98 -0.84

- Penangkapan Perairan Umum 108.87 107.17 -1.56

- Penangkapan Laut 127.06 125.99 -0.84

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.21 124.13 -0.06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130.25 130.12 -0.10

- Indeks BPPBM 111.12 111.17 0.04

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 115.19 114.96 -0.19

- Budidaya Air Tawar 115.19 114.96 -0.20

- Budidaya Air Payau 114.83 114.83 0.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.91 123.84 -0.06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.45 129.37 -0.06

- Indeks BPPBM 111.90 111.86 -0.04

(7)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sulawesi

Nilai Tukar Petani pada bulan Mei 2016 di pulau Sulawesi yang tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Barat, sebesar 106,61, sedangkan yang terendah berada di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 96,63. Petumbuhan berjalan indeks NTP di bulan yang sama mengalami variasi yang cukup beragam diantara seluruh provinsi yang ada di pulau sulawesi, dimana terdapat 3 Provinsi yang mengalami penurunan nilai tukar petani, antara lain Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat dan peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara, sebesar 0,94 persen. Jika dilihat dari Nilai Tukar Usaha pertanian (NTUP), Provinsi Gorontalo memiliki indeks yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di pulau Sulawesi.

Tabel 4.

NTP 6 PROVINSI DI PULAU SULAWESI DAN PERSENTASE PERUBAHANNYA

MEI 2016 (2012 = 100)

5.

Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Mei 2016, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara telah terjadi deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi perdesaan ini umumnya disebabkan oleh menurunnya indeks kelompok bahan makanan, dan kelompok transportasi dan komunikasi, seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

INDEKS HARGA KONSUMEN PERDESAAN DAN PERUBAHANNYA PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

APRIL – MEI 2016 (2012 = 100)

No. Provinsi It Ib NTP NTUP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 Sulawesi Utara 118.78 -0.50 122.92 0.02 96.63 -0.52 106.78 -0.71 2 Sulawes Tengah 121.74 0.50 121.85 0.07 99.91 0.43 109.51 0.50 3 Sulawesi Selatan 127.59 0.02 122.80 0.12 103.90 -0.10 112.99 -0.02 4 Sulawesi Tenggara 120.70 0.86 121.25 -0.08 99.55 0.94 107.72 0.94 5 Gorontalo 130.95 0.89 123.89 0.05 105.69 0.83 118.60 0.92 6 Sulawesi Barat 125.50 0.12 117.71 0.16 106.61 -0.04 115.24 0.11

Kelompok Pengeluaran April’16 Mei’16 Prbh Mei’16

thd April’16

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 127.30 127.26 -0.03

(8)

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Jika dilihat secara umum pada bulan Mei 2016 telah terjadi penurunan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) sebesar 0,71 persen. Penurunan NTUP per subsektor terjadi hampir pada seluruh subsektor kecuali Subsektor Peternakan. NTUP yang tertinggi di bulan Mei 2016 terjadi di subsektor perikanan tangkap sebesar 113,32 dan NTUP yang terendah terjadi pada subsektor perkebunan rakyat, sebesar 102,08, seperti yang terdapat pada tabel 6.

Tabel 6.

NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PER SUBSEKTOR PROVINSI SULAWESI UTARA, APRIL – MEI 2016 (2012=100)

Subsektor April’16 Mei’16 Mei’16 thdp

Apri16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan 105.40 103.77 -1.55

2. Hortikultura 114.87 113.46 -1.22

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 102.31 102.08 -0.23

4. Peternakan 112.06 112.37 0.28 5. Perikanan 110.25 109.54 -0.64 a. Tangkap 114.33 113.32 -0.89 b. Budidaya 102.94 102.78 -0.16 Sulawesi Utara 107.53 106.78 -0.71 Perumahan 119.28 119.31 0.02 Sandang 111.68 112.27 0.52 Kesehatan 115.34 116.21 0.75

Pendidikan, Rekreasi, & OR 107.03 107.23 0.19

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy Mormin Tenggehi, S.Si

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perolehan minyak tertinggi dari pirolisis sampah plastik PP diperoleh pada suhu 400 o C sebesar 50,08% berat sedangkan sampah plastik jenis

Hasil penelitian menunjukan bahwa 46% Bunda PAUD memiliki kemampuan emotion regulation rendah, 30,88% memiliki kemampuan impulse control sedang, 68% memiliki kemampuan

pabean, melakukan pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, melakukan pelayanan dan pengawasan

Yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMK yang masih tergolong rendah untuk meningkatkan kemampuan ini diperlukan

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

Buku Saleh Ritual Saleh Sosial, merupakan Buku yang dikarang oleh K.H. Buku ini menceritakan tentang gambaran kehidupan masyarakat di era sekarang. Kultur dongeng dalam masyarakat

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan