BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori Dasar 2.1.1 Kinerja
2.1.1.1 Pengertian kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Perfomance atau actual
Perfomance (Pretasi keja atau prestasi sesungguhnya yang di capai
oleh seseorang). Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang di capai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya
(mangkunegara 2013:67). Kinerja yang sering kali dipikirkan
sebagai pencapaian tugas dimana istilah tugas sendiri berasal dari
pemikiran aktivitas yang di butuhkan oleh pekerja karena menurut
Sudarmayanti (2011:202) kinerja adalah cara mendapatkan hasil
lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan
memahami dan mengelola kinerja sesuai target yang di rencanakan,
standar dan persyaratan kopetensi di tentukan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di kemukakan bahwa
kinerja adalah suatu hasil kerja yang di capai oleh sesorag pegawai
sesuai dengan setandar dan kriteria yang yang telah yang di tetapkan
dalam kurun waktu tertentu.
Ada beberapa indikator yang di tetapkan guna menentukan
kinerja seseorang karyawan, seperti yang di kemukakan oleh
a) Kualitas kerja
Dalam hal ini menyangkut ketetapan,
ketelitian,keterampilan dan juga kebersihan.
b) Kuantitas kerja
Dalam hal ini out put juga perlu diperhatikan , bukan
hanya output rutin, tetapi juga seberapa cepat bisa
menyelesaikan kerja extra.
c) Tanggung jawab
Dalam hal ini dapat mengikuti instruksi, inisiatif,
hati-hati, dan juga kerajinannya
d) Sikap karyawan
Dalam hal ini sikap dalam perusahaan, pegawai lain dan
pekerjaan serta kerja sama
2.1.1.2 Faktor yang mempengaruhi kinerja
Kinerja merupakan satu konstruk multidimendional yang
mencangkup banyak faktor yang mempengaruhinya kinerja
(Mahmudi,2005:142) adalah sebagai berikut:
a) Faktor personal individual, meliputi pengetahuan,skill,
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen
yang dimiliki setiap individu.
b) Faktor kepemimpinan meliputi kualitas dalam memberi
dorongan semangat, arahan dan dukungan yang di
berikan manajer kepada team leader.
c) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat
yang di berikan oleh rekan satu tim, kepercayaan oleh
angota satu tim.
d) Faktor sistem, meliputi sistem kinerja, fasilitas kerja
yang di berikan organisasi, proses organisasi dan kultur
e) Faktor external meliputi, tekanan dan perubahan
lingkungan external dan internal.
2.1.1.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kerja merupakan suatu sistem formal dan terstruktur yang
mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan
dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.
Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang
karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada
masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat
semuanya memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson, 1996:3)
Penilaian yang dilakukan pada kinerja karyawan suatu lembaga
koperasi akan memberikan dukungan bagi lembaga koperasi untuk
dapat mengembangkan pegawai agar bisa meningkatkan kinerjanya
dalam bekerja.penilaian kinerja sangat perlu dilakukan karena dapat
dijadikan bahan evaluasi terhadap karyawan untuk mengetahui
sejauhmana kekurangan dan kelebihan pegawai.
Penilaian kerja sediri juga dapat menjadi motivasi bagi pegawai
untuk bekerja yang lebih baik penilaian kerja pegawai secara umum
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Peningkatan kinerja kerja
2. Meningkatkan efisiensi
3. Mengurangi kesalahan
4. Meningkatkan kemampuan
5. Meningkatkan semangat kerja
1. Peningkatan prestasi kerja
2. Kesepakatan kerja yang adil
3. Untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan
4. Mengorganisir kesalahan-kesalahan kinerja
5. Digunakan untuk membuat keputusan dalam promosi dan
mutasi
6. Menghindari penyimpangan dalam proses rekrutmen dan seleksi
karyawan
2.2. Kepemimpinan
a. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat
pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan
(activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan
(posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin, pengikut, dan situas Wahjosumidjo (1987:11)
Melalui sistem kepemimpinan yang tepat akan mengangkat
perusahaan yang sedang kolaps atau menunggu waktu untuk berheti
beroprasi menjadi kembali pulih dan meningkatkan kinerjanya.
Dalam suatu oganisasi, kepemimpinan memang berperan yang
penting karena pemimpin itulah yang mengerakan dan mengarahkan
organisasi dalam mencapai tujuan sekaligus merupakan tugas yang
tidak mudah, tidakmudah karena harus memahami setiap perliaku
bawahan yang berbeda beda.
Mengingat beda yang digerakan bukan benda mati, tetapi
manusia yang mempunyai perasaan dan akal serta beraneka ragam
dipandang mudah. Kemampuan seorng pemimpin merupakan satu
sarana untuk mencapai tujuan. Hal ini berati bawahan dalam
memenuhi kebutuhan tergantung pada keterampilan dan
kemampuan pemimpin.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain agar
mereka dapat melaksanakan tugasnya dengen baik dan mencapai
tujuan. Menurut Makmuri Muchlas (2008:320), kepemimpinan di
ukur melalui:
1) Keteladanan
Pimpinan memberikan contoh baik terhadap karyawan
2) Kecakapan
Pemimpin mampu mengajarkan segala sesuatu lebih baik dari
karyawan
3) Koordinasi dengan bawahan
Pemimpin mampu memberikan arahan dan memimpin
bawahan
4) Pengambilan keputusan
Pemimpin mampu mengambil keputusan yang tepat
kepemimpinan efektif sering dievaluasi dalam adaptasi organisasi dengan
perubahan lingkungan. Sejumlah posisi kekuasaan untuk kepemimpinan yang
efektif bergantung pada sifat alami organisasi, tugas, dan bawahan. French
dan Raven dalam Yukl (1989) mengajukan lima basis kekuasaan yaitu:
1) Kekuasaan Legitimasi: kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain karena posisinya.
2) Kekuasaan Imbalan: kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan
seseorang untuk memberi imbalan kepada orang lain (pengikutnya)
karena kepatuhan mereka.
3) Kekuasaan Paksaan: kekuasaan hukuman. Hukuman adalah segala
orang yang menerimanya. Pemberian hukuman kepada seseorang
dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku
yang tidak baik/merugikan organisasi dengan maksud agar berubah
menjadi perilaku yang bermanfaat.
4) Kekuasaan Ahli: Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki
keahlian khusus yang dinilai tinggi.
5) Kekuasaan Panutan. Banyak individu yang menyatukan diri atau
dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang
yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis
kekuasaan panutan.
2.3. Motivasi
2.3.1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan
ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Menurut Mc.
Donald (dalam Sardiman2007: 73), menyebutkan bahwa motivasi
sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting
yaitu: Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada
diri setiap individu manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam
diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa/”feeling” yang relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta
dapat menentukan tinggkah-laku manusia, Motivasi akan dirangsang
karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Pada hakekatnya pemberian motivasi pada pegawai tersebut
mempunyai tujuan yang dapat meningkatkan berbagai hal, menurut
hasibuan (2008:146) tujuan pembeian motivasi kepada karyawan adalah
untuk :
1) Meningkatkan moral dan kinerja karyawan.
2) Meningkatkan produktifitas karyawan
3) Mempertahankan kesetabilan karyawan perusahaan.
4) Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5) Mengefektifkan keadaan karyawan.
6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja.
7) Meningkatkan loyalitas, kreatifitasdan partisipasi.
8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan
Sedangkan menurut Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan
motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan
ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Anonim (2010),
motivasi dibedakan atas 3 macam berdasarkan sifatnya:
a. Motivasi takut atau fear motivation, yaitu individu
melakukan suatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut. Dalam
hal ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya
rasa takut, misalnya takut karena ancaman dari luar, takun akan
mendapatkan hukuman dan sebagainya.
b. Motivasi insentif atau insentive motivation, yaitu individu
melakukan sesuatu perbuatan untuk mendapatkan suatu insentif,
bentuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan honorarium,
bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain.
c. Motivasi sikap atau attitude motivation atau self motivation
merupakan suatu motivasi karena menunjukan ketertarikan atau
ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek, motivasi ini lebih
motivasi sebelumnya yang lebih bersifat extrinsic yang dating dari
luar diri individu.
2.4. Disiplin Kerja
2.4.1 Pengertian disiplin kerja
Disiplin merupakan tindakan manajer untuk mendorong
anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Dengan kata lain, pendisiplinan karyawan adalah suatu bentuk
pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,
sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara
suka rela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan
lain serta meningkatkan prestasi kerjanya menurut Siagian (2008).
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seorang
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
yang berlaku. (Malayu, 2007). Adapun indikator yang
mempengaruhi disiplin kerja karyawan (Dharma, 2003) adalah:
1). Kehadiran karyawan setiap hari
Karyawan wajib hadir di perusahaannya sebelum jam kerja, dan
pada biasanya digunakan sarana kartu kehadiran pada mesin absensi.
2) Ketepatan jam kerja
Penetapan hari kerja dan jam kerja diatur atau ditentukan oleh
perusahaan. Karyawan diwajibkan untuk mengikuti aturan jam kerja, tidak
melakukan pelanggaran jam istirahat dan jadwal kerja lain, keterlambatan
masuk kerja, dan wajib mengikuti aturan jam kerja perhari.
Seluruh karyawan wajib memakai pakaian yg rapi dan sopan, dan
mengenakan tanda pengenal selama menjalankan tugas kedinasan. Bagi
sebahagian besar perusahaan biasanya menyediakan pakaian seragam yang
sama untuk semua karyawannya sebagai bentuk simbol dari kebersamaan
dan keakraban di sebuah perusahaan. Ketaatan karyawan terhadap
peraturan. Adakalanya karyawan secara terang–terangan menunjukkan ketidakpatuhan, seperti menolak melaksanakan tugas yang seharusnya
dilakukan. Jika tingkah laku karyawan menimbulkan dampak atas
kinerjanya, para pemimpin harus siap melakukan tindakan pendisiplinan.
2.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang di ajukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Gambar II.1
Kerangka pemikiran
Sumber : Marpaung (2014), Alfizah (2013), Untari (2015), Mangkunegara(2007),
Dewi dan Lars (2014), Hapid dan Sunawar(2014), Yuli suwati(2013), Evi
yuningsih(2013), Yanti Komala Sari(2014), Sutrisno(2009) KEPEMIMPINAN
MOTIVASI
DISIPLIN KERJA
Kerangka pemikiran diatas menjelaskan bahwa penelitian ini melihat
pengaruh variabel kepemimpinan (𝑋1), Motivasi (X2), Disiplin kerja (X3) sebagai
variabel independen terhadap kinerja (Y) sebagai variabel dependen.
2.6. HIPOTESIS PENELITIAN
Menurut kelinger (2006:30), hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dari penjelasan tersebut maka
peneliti mengajukan hipotesis sbagai beikut:
H1: Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
Koperasi Serba Usaha PANDAWA domas
H2: motivasi berpengaruh signifikan terhaap kinerja pegawai Koperasi
Serba Usaha PANDAWA domas
H3: disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai