• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam - PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DAN PROBLEMATIKANYA (Studi Kasus pada Kelas VIII MTs Al-Hidayah Purwasaba Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2017/2018) - repo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam - PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DAN PROBLEMATIKANYA (Studi Kasus pada Kelas VIII MTs Al-Hidayah Purwasaba Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2017/2018) - repo"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Pembelajaran SKI

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat

belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu yang

obyektif (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan

sikap (aspek afektif), serta memperoleh keterampilan tertentu

(aspek psikomotorik). Pengajaran memberikan kesan hanya

sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan

pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan

peserta didik (Rahyubi, 2014 : 7).

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau

kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang

telah direncanakan (Majid, 2013 : 4).

Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan

pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia

(2)

mencerminkan nilai yang dalam. Pembelajaran yang efektif akan

mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan

hasrat untuk belajar. Pembelajaran tidak hanya menghasilkan atau

membuat sesuatu, tetapi juga menyesuaikan, memperluas dan

memperdalam pengetahuan (Suprihartiningrum, 2017 : 76).

Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya

interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan

belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media

pembelajaran, dan/atau sumber-sumber belajar yang lain.

Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan

komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Rusman dkk, 2013

: 41).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang

terjadi antara guru dan siswa dengan memberikan pengetahuan dan

keterampilan yang bertujuan untuk mendorong siswa kepada

perubahan tingkah laku dan pendewasaan diri.

b. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah adalah

kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Sedangkan

kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.

(3)

pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan

untuk memahami lingkungan serta pengalamannya yang menjadi

pedoman tingkah laku manusia.

Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau

kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan

dengan agama Islam. Sejarah Islam mempunyai cakupan yang luas,

di antara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses

pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh

yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam,

sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam

berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama

dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan,

peperangan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya (Nata, 1999:315)

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia pada

lampiran Bab III-Standar Isi PAI dan Bahasa Arab tahun 2013

menjelaskan bahwa SKI merupakan catatan perkembangan

perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam

beribasah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam

mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran

agama Islam yang dilandasi oleh akidah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa SKI merupakan salah satu mata pelajaran di Madrasah yang

(4)

lampau, perkembangan peradaban Islam beserta tokoh-tokoh besar

yang berperan di dalamnya agar siswa mampu menjadikannya

sebagai ibrah bagi dirinya.

Pembelajaran SKI adalah usaha sadar yang dilakukan guru

untuk memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang

peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam peradaban Islam

beserta tokoh-tokohnya dengan tujuan untuk memotivasi siswa ke

arah perubahan tingkah laku yang mulia.

2. Metode pembelajaran SKI

Metode secara harfiah berarti „cara‟. Dalam pemakaian umum,

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran adalah cara-cara

menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 55).

Menurut Majid (2013 : 193) metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan

yang sangat penting.

Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 105-107) ada beberapa

metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran,

(5)

a. Metode Ceramah

Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

Metode ceramah merupakan metode yang paling tradisional dan

telah lama dilaksanakan oleh guru.

Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga

sebagai metode kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang

digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau

uraian tentang suatu pokok masalah secara lisan. Hal yang perlu

diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah

diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi siswa untuk

mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua

arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru fdan

siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru

menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal

balik secara langsung antara guru dengan siswa.

Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang siswa

untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai atau

mendapatkan pengetahuan (Majid, 2013 : 210).

(6)

c. Metode Diskusi

Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi,

pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan

maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan

lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.

Dalam diskusi, setiap orang diharapkan memberi sumbangan

pikiran, sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut

berkenaan dengan masalah tersebut.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan

kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan

pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping

dan sebagainya. Metode ini dilakukan dalam bentuk tugas

individual ataupun kerja kelompok.

e. Metode Karyawisata

Melalui metode ini, siswa siswi diajak mengunjungi

tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat-tempat yang akan

dikunjungi dan hal-hal yang akan diamati telah direncanakan

terlebih dahulu, dan setelah selesai melakukan kunjungan, siswa

siswi diminta untuk membuat laporan.

f. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode

(7)

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan

sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa siswi diberikan berbagai

peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta

mendiskusikannya di kelas.

3. Media Pembelajaran SKI

Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar. Atau dengan kata

lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan

kepada penerima pesan. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat

didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan

pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan

peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 65).

Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 112) media

pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong

proses pembelajaran.

Media pembelajaran memiliki peranan yang cukup penting

dalam kegiatan pembelajaran. Media dapat menjelaskan hal-hal yang

abstrak menjadi lebih mudah dipahami. Kerumitan suatu materi

(8)

Dapat dikatakan media dapat mewakili kekurangan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2011 : 67) media

pembelajaran jika dilihat dari jenisnya dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

saja, seperti radio, cassete recorder dan piringan hitam.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera

penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau

simbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar

atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar

atau simbol bergerak seperti film bisu.

c. Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik karena meliputi gambar dan suara.

4. Komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa poin

yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal yang

urgen dalam proses belajar mengajar. Rahyubi (2014 : 234-245)

mengemukakan bahwa komponen pembelajaran meliputi 8 hal.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan yakni target atau hal-hal yang harus dicapai dalam

proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya berkaitan

(9)

pembelajaran bisa tercapai jika peserta didik mampu menguasai

dimensi kognitif dan afektif dengan baik, serta cekatan dan

terampil dalam aspek psikomotoriknya.

Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral

dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia (Rusman,

2013 : 41)

b. Kurikulum

Kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau

mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan siswa guna

mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara

luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan

aktivitas belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang

berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan

tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana

bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses

pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik.

Kurikulum menggambarkan kegiatan pembelajaran dalam suatu

(10)

c. Guru

Guru berasal dari bahasa sansekerta “guru” yang juga

berarti guru atau pendidik, yaitu seorang pengajar suatu ilmu.

Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, memfasilitasi, menilai dan

mengevaluasi peserta didik.

Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar

(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,

pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat

memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

d. Siswa

Siswa adalah seseorang yang mengikuti suatu program

pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan di bawah

bimbingan seorang atau beberapa guru, pelatih dan instruktur.

Setiap siswa memiliki latar belakang, minat dan kebutuhan serta

kemampuan yang berbeda.

e. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu model atau cara yang

dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar

berjalan dengan baik. Beberapa contoh metode pembelajaran

(11)

metode demonstrasi, metode karya wisata, metode eksperimen,

metode bermain peran dan metode eksplorasi.

f. Materi

Materi merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan

siswa. Jika materi pelajaran yang diberikan menarik, kemungkinan

besar keterlibatan siswa akan tinggi, begitu pula sebaliknya, jika

materi pelajaran tidak menarik, keterlibatan siswa akan rendah.

g. Alat pembelajaran

Alat pembelajaran (media) yaitu perantara atau pengantar

pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran

adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.

Alat-alat ini berupa fisik atau nonfisik yang dalam proses

kependidikan perlu didayagunakan secara bervariasi sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada. Tujuan utama mempergunakan

alat-alat tersebut adalah untuk mencapai hasil yang optimal dalam

proses kependidikan itu (Arifin, 2011 : 109).

h. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari suatu hal. Evaluasi adalah kegiatan

mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang

bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab

(12)

mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi yang efektif harus

mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.

Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan

proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi

masing-masing dalam setiap perannya dalam proses pembelajaran.

5. Tujuan Pembelajaran SKI

Tujuan pembelajaran merupakan konponen yang sangat

penting dalam proses pembelajaran. Apa yang akan disampaikan

kepada siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya

tergantung kepada pembelajaran yang ingin dicapai. Jika diibaratkan,

tujuan pembelajaran sama dengan komponen jantung pada sistem

tubuh manusia.oleh karenanya, tujuan pembelajaran merupakan

komponen yang utama (Sanjaya, 2010 : 58).

PERMENAG RI pada lampiran 4a-Bab III-Standar Isi PAI

DAN Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan bahwa mata pelajaran SKI

di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemapuan-kemampuan

sebagai berikut :

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam

yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka

(13)

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini

dan masa mendatang.

c. Melatih daya krisis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di

masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani

tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena

sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk

mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

6. Fungsi Pembelajaran SKI

Mawaddah (2014) menyebutkan terdapat tiga fungsi yang

digaris bawahi dalam mata pelajaran SKI yang tercantum dalam

kurikulum madrasah.

a. Fungsi Edukatif

Melalui SKI peserta didik ditanamkan untuk menegakkan nilai,

prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari.

(14)

Melalui materi SKI peserta didik diharapkan memperoleh

pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam, kebudayaan

dan peradabannya.

c. Fungsi Transformasi

Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam

merancang transformasi masyarakat.

7. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI

PERMENAG RI pada lampiran 4b-Bab III-Standar Isi PAI dan

Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan mengenai ruang lingkup SKI di

Madrasah Tsanawiyah yang meliputi :

a. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Makkah

b. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Madinah

c. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

d. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah

e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abasiyah

f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

Ayyubiyah

B. Problematika Pembelajaran

1. Pengertian Problematika

Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang masih

(15)

Menurut Saondi (2010 : 156) masalah dapat digambarkan

sebagai suatu keadaan (terlihat atau tidak terlihat) di mana antara yang

diharapkan dengan kenyataan tidak sesuai. Antara yang direncanakan

dengan kenyataan tidak sesuai atau terdapat hambatan antara yang

diinginkan dengan keadaan sebenarnya. Masalah yang tidak

dipecahkan akan dapat menimbulkan masalah yang baru.

Problematika adalah segala sesuatu yang menyimpang dari apa

yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga

merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.

Problematika pembelajaran adalah suatu kendala yang dapat

menghambat proses pembelajaran dan harus dipecahkan agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

2. Faktor Terjadinya Masalah Pembelajaran

Berkenaan dengan problematika pembelajaran SKI, karena

SKI masuk ke dalam lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI), maka

problematika atau permasalahan yang dialami tidak jauh berbeda

dengan problematika atau permasalahan PAI. Menurut Arifin (2011 :

5) dalam proses pembelajaran Islam terdapat problem-problem yang

kompleks (tidak sederhana). Ilmu pendidikan Islam jika dilihat dari

segi psikologis dan paedagogis dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan dan

(16)

Terkait dengan problematika pembelajaran tersebut, terdapat

tiga faktor yang menjadi dasar pembahasan ini.

a. Faktor Intern

1) Siswa atau Peserta Didik

Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada

dalam proses perkembangan/pertumbuhan menurut fitrah

masing-masing, sangat memerlukan bimbingan dan

pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal

kemampuan fitrahnya (Arifin, 2011 : 109). Peserta didik

adalah manusia yang memiliki potensi untuk selalu mengalami

perkembangan sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.

Perubahan-perubahan ini terjadi secara bertahap dan wajar.

Dalam paradigm pendidikan Islam, peserta didik

merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah

potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan

(Nizar, 2002 : 47). Diantara komponen terpenting dalam

pendidikan Islam adalah peserta didik, dimana peserta didik

merupakan subjek dan objek pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010 : 239), siswa

mengalami beragam masalah dalam belajar, jika mereka dapat

menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami

masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagai faktor

(17)

a) Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan

penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai

dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu,

mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau

mengabaikan.

Setiap siswa tentu mempunyai kesempatan untuk

belajar, namun siswa dapat menerima, menolak atau

mengabaikan kesempatan itu. Akibat dari penerimaan,

penolakan atau mengabaikan kesempatan tersebut tentulah

akan mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya

disampaikan akibat dari sikap belajar agar siswa mampu

mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

b) Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang mendorong terjadinya

proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa tidak

selalu stabil, artinya kadang kuat dan kadang dapat

menjadi lemah.

Lemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi

belajar akan melemahkan kegiatan pembelajaran. Dengan

(18)

pembelajaran juga akan menjadi rendah. Oleh karena itu,

maka motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus

menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,

maka diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

c) Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan

memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan

perhatian tersebut tertuju pada sisi bahan belajar maupun

proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada

pelajaran, guru menggunakan bermacam-macam strategi

belajar-mengajar dan memperhitungkan waktu belajar

serta selingan istirahat.

Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik

dalam kegiatan pembelajaran tentu akan mudah menerima

materi yang disampaikan oleh guru, sedangkan siswa yang

konsentrasi belajarnya rendah akan kesulitan dalam

belajarnya.

d) Rasa Percaya Diri Siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan

mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi

perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat

(19)

Siswa yang sering berhasil menyelesaikan tugas

dan mendapat pengakuan umum, rasa percaya dirinya

akan kuat. Sebaliknya, siswa yang mengalami kegagalan

berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri.

Siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi

akan menjadi siswa yang aktif dalam berjalannya kegiatan

pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih

hidup. Sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya diri

rendah cenderung menjadi siswa yang pasif.

e) Intelegensi

Menurut Slameto (2010 : 57) intelegensi adalah

kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat. Intelegensi memainkan peran yang besar, khususnya

berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi yang dapat

dicapai siswa.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses

belajar siswa, dimana siswa yang mempunyai tingkat

intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menerima materi

yang disampaikan oleh pendidik. Sebaliknya, siswa yang

memiliki intelegensi yang rendah cenderung mengalami

(20)

f) Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya

kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar

tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester,

(ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan

belajar dan (iv) belajar hanya ketika ada tugas.

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat

ditemukan baik di sekolah yang ada di kota besar, kota

kecil dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan

belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa

pada arti belajar bagi diri sendiri.

2) Guru/Pendidik

Guru/pendidik adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak

hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,

tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.

Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian

siswa (Dimyati, 2010 : 248).

Guru/pendidik merupakan faktor yang sangat dominan

dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya

karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan

menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan

unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan

(21)

penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan

guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan

pembelajaran (Saodin, 2010 : 3).

Guru/pendidik dituntut memiliki kinerja yang mampu

memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua

pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai

sekolah dan guru dalam membina anak didik.

b. Faktor Institusional

1) Kurikulum

Hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup

berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa

bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi

pembelajaran, peraturan-peraturan program agar dapat

diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang

bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan (Suyanto, 2006 :

123).

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang

sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Karena

kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan

sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran

pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

Menurut Sulistiyorini (2009 : 42) kurikulum

(22)

Agama Islam berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman

yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada siswa

dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan

masyarakat. Oleh karenanya terjadilah perubahan kurikulum.

Perubahan kurikulum di sekolah dapat menimbulkan masalah.

Masalah yang dapat timbul ialah kemungkinan berubahnya

tujuan pembelajaran. Jika tujuan berubah, maka pokok

bahasan, kegiatan pembelajaran serta evaluasi juka akan

berubah (Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 253).

2) Sarana Prasarana

Menurut Sulistiyorini (2009 : 115) sarana pendidikan

adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususnya

proses pembelajaran, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi

serta peralatan dan media pembelajaran yang lain. Adapun

yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas

yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses

pendidikan atau pembelajaran seperti kebun, halaman, taman

sekolah dan jalan menuju sekolah.

Menurut Haitami dan Syamsul (2012 : 190) dalam

Pendidikan Agama Islam alat/media jelas diperlukan, sebab

(23)

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang

diinginkan. Alat/media yang berupa benda dalam pendidikan

mempunyai nilai-nilai praktis edukatif yang meliputi : (1)

membuat konsep abstrak menjadi konkret (2) menampilkan

objek yang terlalu besar (3) menampilkan objek yang tidak

dapat diamati dengan mata telanjang (4) memungkinkan

keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman

belajar siswa (5) membangkitkan motivasi belajar.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu

didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses

pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar

dalam penggunaan sarana dan prasarana di sekolah bisa

berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mendukung

suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

Sarana dan prasarana pendidikan yang baik juga

diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan

indah sehingga menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi

terlaksananya proses pendidikan.

c. Faktor Eksternal

Lingkungan pendidikan pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan yang

terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati

(24)

pada lingkup sekolah saja, akan tetapi lingkungan selain sekolah

mempunyai peran yang penting dalam sebuah proses pendidikan.

Lingkungan sosial berperan penting dalam keberhasilan

pendidikan, karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh

lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang secara tidak langsung

berpengaruh pada proses pembelajaran adalah lingkungan keluarga

dan lingkungan sosial di sekolah.

Menurut Syah (2008 : 138) lingkungan yang paling banyak

mempengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan keluarga siswa

itu sendiri, seperti sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga

(letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun

buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar siswa.

Keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan

utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan

setelahnya. Keluarga sebagai salah satu lingkungan pendidikan

yang paling berpengaruh atas jiwa anak karena keluarga adalah

lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan

sosialisasi diri dengan manusia selain dirinya.

Selain keluarga, lingkunga yang juga paling berpengaruh

adalah lingkungan sosial siswa di sekolah. Siswa-siswa di sekolah

membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai

lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut

(25)

Setiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di

sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh

sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah

menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia

ditolak, maka ia akan merasa tertekan dan sulit untuk

menyesuaikan diri sehingga proses belajarnyapun akan terganggu

(Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 252).

Selanjutnya, menurut Mawaddah (2014) setidaknya terdapat

dua hal yang menjadi problematika pembelajaran SKI yang

berkembang dalam proses pendidikan Islam di Madrasah, yaitu terkait

dengan penulisan dan metode pemahamannya.

a. Penulisan SKI masih didominasi oleh konsep penulisan sejarah

konvensional yang mempunyai ciri-ciri diantaranya : 1) dokumen

menjadi pedoman dan sumber utama, 2) uraiannya cenderung

naratif dan deskriptif, 3) bersifat ensiklopedis, sehingga kurang

memperhatikan kedalaman informasi, 4) orientasinya lebih

mengarah ke Timur Tengah. Beberapa ciri penulisan sejarah

konvensional ini menimbulkan kesan bahwa pembelajaran SKI

itu membosankan, identik dengan dunia Arab dan sebagainya.

b. Metode pemahaman SKI masih terkesan monoton, yakni SKI

hanya dipahami sebatas kisah atau hikayat. Penjelasan guru

terkadang kurang memperhatikan aspek-aspek lain semisal faktor

(26)

sebagainya. Dalam menjelaskan suatu materi dapat melalui

beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman

siswa menjadi lebih komprehensif.

SKI merupakan materi yang penting untuk disampaikan

kepada siswa sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian

umat Islam. Kendati demikian, namun pada realitanya sering kurang

disadari, sehingga mata pelajaran SKI kurang diminati. SKI justru

hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, hal ini terbukti

dengan terbatasnya durasi waktu yang diberikan terhadap mata

pelajaran SKI di lingkungan madrasah.

C. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kelas pada Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam pada Kelas IV MI Istiqomah Sambas Purbalingga”

yang disusun oleh Annisa Fadhila (1306010025) mahasiswa Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil

penelitian disimpulkan bahwa bentuk pengelolaan kelas pada

pembelajaran SKI di MI Istiqomah Sambas menggunakan unsur

preventif dan unsur represif. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, kehangatan dan keantusiasan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan terletak pada variabel penelitian, yaitu tentang pembelajaran

SKI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

(27)

pengelolaan kelas mata pelajaran SKI sedangkan peneliti akan

melakukan penelitian mengenai problematika pembelajaran mata

pelajaran SKI

2. Skripsi yang berjudul “Problematika Pembelajaran Baca Tulis Al -Qur‟an dan Solusinya (Studi Kasus Mahasiwa PAI Semester I

Universitas Muhammadiyah Purwokerto)” yang disusun oleh Edi

Suworo (1306010011). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pada pembelajaran BTQ mahasiswa semester I di Universitas

Muhammadiyah Purwokerto terdapat dua problem yaitu problem

bacaan yang terdiri dari problem lahn al-jaliy dan problem al-khafiy.

Sedangkan problem menulis yaitu problem menguasai kaidah-kaidah imla, perbedaan kaidah imla‟ dan kaidah rasm usmani.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan adalah pada jenis penelitian dan fokus penelitian yaitu tentang

problematika pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan terletak pada objek penelitian dan tempat

penelitian.

3. Syamsul Ghufron dalam jurnalnya yang berjudul “Problematika Aspek

Kebahasaan di Sekolah dan Solusinya”. Berdasarkan penelitian

disimpulkan bahwa problem utama yang muncul dalam pembelajaran

aspek kebahasaan di sekolah bersumber pada buku pelajaran yang

tidak relevan dengan kurkulum dan tingkat perkembangan kejiwaan

(28)

Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan adalah pada objek penelitian, dimana penelitian ini

meneliti problematika pada aspek kebahasaan sedangkan penelitian

yang akan peneliti lakukan berfokus pada problematika pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penambahan keahlian telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata Jawa Timur dan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi JawaTimur (DPMD) berupa pelatihan

[r]

Both Model 2 and Model 3 use the same instrumental variables, which are the fraction of male directors who work with female di- rectors (fem_exp) and the 2-digit industry

Dampak dari teknik mnemonic yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk mengenalkan huruf pada anak, karena mengenal huruf merupakan hal yang penting dalam kemampuan

[r]

DAFTAR MATA KULIAH YANG DITAWARKAN PADA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA SEMESTER GASAL

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil melalui wawancara yang.. berupa hipotesis, kemudian dibuktikan melalui data yang diperoleh