KAJIAN UNIT PENANGKAPAN JARING KEMBUNG
(
GILLNET)
DI TPI PANTAI LABU KABUPATEN
DELI SERDANG
The Study Units of Bloating Net (gillnet) in the Pumpkin TPI Deli Serdang Regency
Mas Bintang1), Pindi Patana2), Tajuddin Siregar2)
1)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email : Bintangbatubara0407@gmail.com)
2)
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Gillnet is a fishing gear for pelagic fishes as the fishing target. The research aimed to review unit bloating and analyze the composition, diversity, dominance, size and analysis of the economy. This research was conducted in Pumpkin TPI Deli Serdang Regency from August until December 2015. Result of the research found 3 species of fish those were Rastrellinger kanagurta as the mayor catch is 816.2 kg while the minor catches is Scomberomorus commerson as 65.1 kg and
Selaroides leptolepis as 37.8 kg. During research, the value of diversity index both appliance catch have low between 0.182-0.355 while the value of dominance index high between 0.832-0.920. It indicate that selectivity both appliance catch’s high. The rate value at the appliance catch gillnet as the target catch is aqual to 40.81 kg/trip, higher from the sideline catch that is aqual to 5.145 kg/trip. Gillnet
catch the fish with an average 58.44% competent minimum size. The effort analysis to value the Revenue-Cost Ratio (R/C) of 1.2 which means that the effort is worth doing and worth Payback Period (PP) of 0.8 years.
Keywords: Gillnet, Composition of catches, The target catch, The sideline catch, Effort analysis
PENDAHULUAN
Penangkapan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bisa mendapatkan organisme-organisme yang ada di perairan, untuk mendapatkan organisme tersebut dibutuhkan alat tangkap (Sofyan, dkk., 2010).
Jaring insang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan, mulai dari jaring insang lingkar, jaring insang dasar, dan jaring insang permukaan yang dioperasikan pada
waktu malam hari. Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang sudah bukan merupakan teknologi yang baru bagi para nelayan, hal ini disebabkan karena bahannya lebih mudah diperoleh, secara teknis mudah dioperasikan, secara ekonomis bisa dijangkau oleh nelayan, dan lebih selektif terhadap ukuran ikan yang tertangkap (Tawari, 2013).
Kabupaten Deli Serdang mempunyai lokasi perikanan tangkap yang berada di perairan Selat Malaka, memiliki wilayah laut dengan panjang garis pantai ± 65 km. Hal ini menunjukkan masih cukup besar potensi untuk pengembangan produksi hasil dari penangkapan.
Berbagai aktivitas penangkapan ikan telah dilakukan oleh para nelayan yang mendiami kawasan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Jaring kembung merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang cukup lama dikenal oleh nelayan di Pantai Labu. Jenis ikan yang menjadi tujuan tangkapan utamanya adalah ikan kembung. Nelayan di Pantai Labu pada umumnya adalah nelayan kecil yang pengetahuannya sangat terbatas terutama tentang penggunaan alat
tangkap yang sesuai dengan aturan serta bagaimana laju tangkap, selektivitas dan juga kelayakan usaha secara ekonomis sehingga diperlukan adanya penelitian dengan judul “Kajian Unit Penangkapan Jaring Kembung (Gillnet) di TPI Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang”. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2015. Kegiatan penelitian ini dilakukan di TPI Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dengan titik koordinat 3°41'20" BT dan 98°52'10" LU. Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 unit jaring kembung (gillnet) dengan ukuran mata jaring 1,75 inci. Untuk kegiatan penyortiran dan pengamatan alat yang digunakan berupa 1 unit meja sortir ikan, 3 buah ember, penggaris/ jangka sorong, 2 lembar
kertas milimeter, meteran, timbangan, kamera digital, alat tulis, dan seperangkat komputer. Bahan yang digunakan berupa data hasil kuisioner.
Prosedur Penelitian
Penangkapan dilakukan sekitar 2 mil dari garis pantai, dimana
pengoperasian alat tangkap dilakukan malam hari mulai pukul 16.00 WIB sampai 01.00 WIB. Pada saat kapal mendarat, hasil tangkapan dikumpulkan dan disortir berdasarkan jenis dan ukuran, kemudian dihitung bobot hasil tangkapan dari tiap unit kapal. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu dimulai dari melakukan survey lapangan, dan pengumpulan data secara langsung di lapangan selama 20 trip penangkapan pada bulan Agustus 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu observasi (pengamatan) dan pengukuran langsung. Observasi dilakukan untuk objek-objek penelitian selama waktu penelitian berlangsung, sedangkan data hasil pengamatan dicatat dalam pedoman observasi.
Analisis Data
Data yang diperoleh seperti jumlah dan komposisi hasil tangkapan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Untuk melihat perbedaan komposisi jenis dan ukuran hasil tangkapan yang diperoleh dari hasil tangkapan
gillnet, dilakukan analisis sebagai berikut :
Hasil Tangkapan Ikan 1. Komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk mengetahui nama umum dan nama latinnya. Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi ikan (White, dkk, 2013). Setelah dilakukan pengidentifikasian data tersebut dihitung untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Susaniati, dkk, 2013) :
pi= 𝑛𝑖𝑁 × 100% Keterangan :
pi : Kelimpahan relatif hasil tangkapan (%)
ni : Jumlah hasil tangkapan spesies ke – i (kg)
N : Total hasil tangkapan
2. Diversitas Keanekaragaman Shannon-Wiener
Analisis diversitas hasil tangkapan diolah dengan menggunakan software microsoft
excel. Untuk menentukan
keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Brower dan Zar, 1990 dalam Sirait, 2008) dengan rumus sebagai berikut :
s H' = − ∑ Pi Ln Pi i=1 s H' = − ∑ (𝑛𝑖𝑁) 𝐿𝑛 (𝑛𝑖𝑁) i=1
Besaran nilai indeks keanekaragaman hasil tangkapan : >1 : Keanekaragaman tinggi, selektivitas alat tangkap rendah = 0 : Keanekaragaman rendah, selektivitas alat tangkap tinggi
Perlu diketahui bahwa kisaran nilai indeks diversitas tersebut hanya berlaku diversitas hasil tangkapan untuk selektivitas alat tangkap. Keterangan :
H' : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu semua spesies
3. Dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi hasil tangkapan diolah menggunakan
software microsoft excel. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap target penangkapan, digunakan Indeks Dominansi (Simpson, 1949 dalam Nugroho, dkk, 2015) dengan rumus sebagai berikut :
S
D = ∑ (ni/N)2 i =1
Besaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan :
>1 : Dominansi tinggi, selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 : Dominansi rendah, selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan :
s : Jumlah spesies D : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu semua spesies 4. Ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang panjang total dari setiap spesies ikan. Untuk menghitung jumlah dan interval kelas panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole, 1995) : K = 1 + 3,3 Log N i = RK Keterangan : K : Jumlah kelas N : Banyak data I : Interval kelas
R : Nilai terbesar – nilai terkecil
5. Laju tangkap
Analisis laju tangkap terhadap unit penangkapan yaitu menggambarkan kemampuan tangkap suatu alat tangkap per upaya penangkapan. Kemampuan alat tangkap mewakili hasil tangkapan dalam satuan gram/kg/ton (Firdaus, 2010).
Laju tangkap cr = 𝑒𝑓𝑓𝑜𝑟𝑡𝑐𝑎𝑡𝑐ℎ × 100 Keterangan :
cr : Laju tangkap
catch : Hasil tangkapan (kg)
effort : upaya penangkapan (trip
hari operasi) 6. Keramahan Alat tangkap
Alat tangkap yang dikatakan ramah lingkungan yaitu apabila hasil tangkapan sampingannya minimum dan memprioritaskan hasil tangkap utama. Faktor keramahan yang digunakan sebagai penilaian untuk melihat tingkat keramah lingkungan pada suatu unit penangkapan antara
Menurut Suadela (2004) Penilaian tingkat keramahan lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membandingkan proporsi hasil tangkapan utama (HTU) dan hasil tangkapan sampingan (HTS). Jika proporsi hasil tangkapan utama (HTU) yang diperoleh ≥ 60%, maka alat tangkap tersebut dapat dikatakan ramah lingkungan. 2. Ikan yang menjadi hasil
tangkapan, baik tangkapan utama maupun hasil tangkapan sampingan apakah layak atau tidak. Jika proporsi ikan layak tangkap ≥ 60%, maka dapat dikatakan ramah lingkungan. 3. Discard yang dihasilkan
minimum dapat diartikan bahwa
by-catch yang dihasilkan sedikit atau para nelayan memanfaatkan
hasil tangkapannya. Jika hasil tangkapan sampingan ≥ 60%, banyak yang dimanfaatkan maka dapat dikatakan ramah
lingkungan. Penilaian tingkat keramahan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penilaian tingkat keramahan lingkungan
Pengamatan Kriteria Penilaian Hasil tangkapan utama
(HTU)
≥ 60% Ramah lingkungan ≤ 60% Tidak ramah lingkungan Panjang ikan
Length at first maturity
≥ 60% layak tangkap Ramah lingkungan ≤ 60% tidak layak
Tangkap Tidak ramah lingkungan Hasil tangkapan sampingan
(HTS)
≥ 60% dimanfaatkan Ramah lingkungan ≤ 60% tidak
Dimanfaatkan Tidak ramah lingkungan Sumber: Suadela (2004)
Analisis Usaha
Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio), analisis waktu balik modal (Payback Period).
a. Analisis pendapatan usaha
Analisis pendapatan usaha adalah selisih pendapatan yang diperoleh dari total penerimaan (total revenue) dengan total biaya (total cost) yang dikeluarkan. Sugiarto, dkk., (2002) dalam Riyanti (2010) keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut : Π = TR – TC Keterangan : Π : Keuntungan TR : Total Penerimaan TC : Total Biaya Kriteria :
Jika total penerimaan > total biaya maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan
Jika total penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika total penerimaan < total biaya
maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan
b. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio)
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan dan rumus yang digunakan sebagai berikut Sugiarto, dkk (2002) dalam Riyanti (2010):
R/C = Total penerimaan
Total biaya × 100% Kriteria :
Jika R/C > 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan untung
sehingga layak untuk dilanjutkan Jika R/C = 1 maka kegiatan usaha
tersebut dikatakan tidak untung dan tidak rugi sehingga berada dalam kondisi impas
Jika R/C < 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan rugi sehingga tidak layak untuk dilanjutkan c. Analisis waktu balik modal
(Payback Period)
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas atau dengan kata lain payback period
merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback periode yang dapat diterima. Rumus payback periode
sebagai berikut Umar (2003) dalam Riyanti (2010) :
PP= Laba bersihInvestasi × 1 Tahun Keterangan :
PP : Payback periode
LB : Laba Bersih I : Jumlah Investasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan.
Hasil tangkapan jaring kembung (gillnet) dibedakan menjadi dua kategori yaitu hasil tangkapan utama (HTU) yaitu ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) dan hasil tangkapan sampingan (HTS) ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) dan ikan selar (Selaroidesleptolepis).
Hasil jenis tangkapan dan rata-rata hasil tangkapan jaring kembung selama 20 trip penangkapan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Hasil Tangkapan Ikan yang Tertangkap dengan Alat Tangkap Jaring Kembung
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Berat (kg)
KR
(%) Keterangan 1. Ikan Kembung Rastrelliger Kanagurta 816,2 88,805 HTU
2. Ikan Tenggiri Scomberomorus commerson 65,1 7,083 HTS
3. Ikan Selar Selaroidesleptolepis 37,8 4,112 HTS Total 919,1 100
1. Diversitas Keanekaragaman Shannon-Wiener Nilai indeks diversitas hasil tangkapan jaring kembung (gillnet)
ini menggambarkan keanekaragaman jenis ikan selama penelitian. Nilai Indeks Diversitas berkisar antara 0,182-0,355 termasuk dalam kategori keanekaragaman rendah, selektivitas alat tangkap tinggi.
2. Dominansi Hasil Tangkapan Nilai Indeks Dominansi hasil tangkapan jaring kembung (gillnet)
ini menggambarkan ikan yang mendominasi selama penelitian. Nilai Indeks Dominansi hasil tangkapan berkisar antara 0,832-0,920 termasuk dalam kategori
dominansi tinggi, selektivitas alat tangkap tinggi.
3. Ukuran Panjang Ikan Hasil Tangkapan
Distribusi ukuran panjang hasil tangkapan selama penelitian merupakan hasil tangkapan yang ada pada alat tangkap jaring kembung
(gillnet).
1. Ukuran Panjang Ikan Kembung (Rastrelligerkanagurta)
Ikan kembung memiliki 16 kelas ukuran didominasi ukuran panjang 189-191 Sedangkan kelas ukuran terendah didominasi oleh ukuran panjang 195-197 mm. ukuran panjang ikan kembung dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ukuran Panjang Ikan Kembung 2. Ukuran Panjang Ikan Tenggiri
(Scomberomorus commerson) Ikan tenggiri memiliki 13 kelas ukuran, didominasi ukuran panjang 299-308 mm sedangkan jumlah
individu terendah didominasi oleh ukuran panjang 319-328 mm Komposisi ukuran panjang ikan tenggiri dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Ukuran Panjang Ikan Tenggiri 3. Ukuran Panjang Ikan Selar
(Selaroidesleptolepis)
Ikan selar memiliki 12 kelas ukuran, didominasi pada kelas
ukuran 163-165. Komposisi ukuran panjang ikan selar dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Ukuran Panjang Ikan Selar 4. Laju Tangkap
Berdasarkan hasil penelitian kemampuan tangkap alat tangkap jaring kembung (gillnet) yaitu pada tangkapan utama sebesar 40,1 kg/trip
sedangkan pada tangkapan sampingan sebesar 5,145 kg/trip. 5. Keramahan Alat Tangkap
Analisis tingkat keramahan lingkungan dari alat tangkap jaring kembung (gillnet) dilakukan untuk
dapat menentukan tingkat keramahan lingkungan dari alat tangkap tersebut. Hasil penilaian tingkat
keramahan lingkungan alat tangkap jaring kembung (gillet) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap
Pengamatan Kriteria Hasil Penelitian Penilaian Hasil tangkapan utama
(HTU) ≥ 60% 88,805% Ramah lingkungan Panjang ikan (Length at first
maturity) (%) ≤ 60% 58,44%
Tidak ramah Lingkungan Hasil tangkapan sampingan
(HTS) yang dimanfaatkan ≥ 60% 100% Ramah lingkungan
Analisis usaha
Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha berjalan. Dalam perikanan, analisis usaha penting untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan. Analisis usaha meliputi
analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya
(Revenue-Cost Ratio), analisis waktu balik modal (Payback Period). 1. Biaya Investasi Jaring Kembung
Invetasi yang digunakan nelayan setahun dalam usaha penangkapan jaring kembung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen Investasi Usaha Penangkapan Jaring Kembung
No Investasi Umur
ekonomis Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Kapal 20 Tahun 1 unit 20.000.000,00 66,006 2 Mesin 5 Tahun 1 unit 5.000.000,00 16,502 3 Jaring Kembung 2 Tahun 1 unit 5.000.000,00 16,502 4 Coll box 5 Tahun 1buah 300.000,00 0,990 Total Investasi 30.300.000,00 100
2. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Jaring Kembung (gillnet)
Biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost)
usaha jaring kembung (gillnet) dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Biya tetap (fixed cost)
No Biaya Tetap
Biaya (Rp) /bulan
(12 bulan) Total biaya (Rp)
Persentase (%) 1. Penyusutan kapal 1.000.000,00 17,007 2. Penyusutan mesin 1.000.000,00 17,007 3. Penyusutan jaring kembung 2.500.000,00 42,517 4. Perawatan kapal 300.000,00 600.000,00 10,204 5. Perawatan mesin (oli) 30.000,00 360.000,00 6,122 6. Perawatan mesin (service) 20.000,00 240.000,00 4,082 7. Perawatan jaring kembung 15.000,00 180.000,00 3,061 Total Biaya Tetap 5.880.000,00 100
Keterangan : Biaya penyusutan : Harga beli / umur ekonomis : Biaya perawatan kapal
Tabel 5. Biaya Tidak Tetap (variabel cost)
No Biaya Tidak Tetap
Biaya (Rp) / trip (240 trip) Total biaya (Rp) Persentase (%) 1. Solar 85.000,00 20.400.000,00 62,963 2. Es batu 20.000,00 4.800.000,00 14,815 3. Perbekalan ABK 30.000,00 7.200.000,00 22,222 Total biaya Tidak Tetap 32.400.000,00 100 Keterangan : Solar : 10 liter
3. Penerimaan Usaha Jaring Kembung
Hasil tangkapan didominasi oleh ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) dan
ikan selar kuning (Selaroides leptolepis). Hasil tangkapan jaring kembung setahun mencapai Rp 166.420.800,00. Penerimaan hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Total Penerimaan (revenue)
No Penerimaan Produksi (Kg)/bulan (12 bulan) Harga (Rp) Total (Rp) 1 Ikan Kembung 816,2 15.000,00 146.916.000,00 2 Ikan Tenggiri 65,1 18.000,00 14.061.600,00 3 Ikan Selar 37,8 12.000,00 5.443.200,00 Total Penerimaan 166.420.800,00 Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha penangkapan jaring kembung per trip sebesar Rp.693.420,00 dan pendapatan per
tahun sebesar Rp. 166.420.800,00. Pendapatan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pendapatan Usaha Penangkapan Jaring Kembung
Pendapatan per trip Trip/tahun Pendapatan per tahun Rp. 693.420,00 240 Rp. 166.420.800,00
Sistem Bagi Hasil
Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari kesepakatan antara pemilik modal (juragan) dengan
nelayan. Hasil Pendapatan nelayan dan juragan per tahun dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pendapatan Sistem Bagi Hasil per Tahun
Pendapatan (Rp) Juragan (Rp) Nakhoda (Rp) Per ABK 134.020.000,00 42.886.400,00 37.525.600,00 26.804.000,00
Kriteria Analisis Usaha 1. Analisis Pendapatan Usaha
Usaha penangkapan jaring kembung di Pantai Labu Kabupaten Deli serdang didapat total
penerimaan sebesar Rp. 166.420.800,00 per tahun, sedangkan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 129.413.600,00 per tahun. Total biaya tersebut terdiri atas total biaya
tetap (fixed cost) sebesar Rp. 5.880.000,00 dan biaya tidak tetap
(variabel cost) sebesar Rp. 32.400.000,00. Berdasarkan
uraian tersebut, usaha penangkapan jaring kembung setahun penuh memperoleh keuntungan sebesar Rp. 37.007.200,00 per tahunnya, sehingga diketahui keuntungan per bulan sebesar Rp. 3.083.933,00. 2. Analisis Imbangan Penerimaan
dan Biaya (Revenue-Cost Ratio)
Analisis Revenue-Cost Ratio
menggunakan perbandingan antara jumlah penerimaan yang didapat per
tahun dengan total biaya yang dikeluarkan per tahun.
Penerimaan yang didapat selama setahun sebesar Rp. 166.420.800,00 sedangkan total biaya yang dikeluarkan selama setahun sebesar Rp. 129.413.600,00. Berdasarkan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya maka diperoleh nilai Revenue-Cost Ratio sebesar 1,2. Nilai ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha jaring kembung dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan.
3. Analisis Waktu Balik Modal
(Payback Period)
Usaha penangkapan jaring kembung menggunakan biaya investasi sebesar Rp. 30.300.000,00 dan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp. 37.007.200,00 selama setahun. Dengan membandingkan antara biaya investasi dan jumlah keuntungan yang didapat maka diperoleh nilai Payback Period
sebesar 0,8. Nilai ini menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu untuk pengembalian modal investasi adalah 0,8 tahun menggunakan seluruh pendapatan usaha yang didapat. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian jaring kembung memiliki ukuran mata jaring 1,75 inci dengan panjang jaring 750 m. Menurut Permen KP No.18 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Permen KP no.2 Tahun 2011 tentang Jalur Penagkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia yaitu jaring insang hanyut
(driftnets) ukuran mata jaring (mesh size) ≥ 1,5 inci, panjang tali ris ≤
1.000 meter. Dengan demikian alat
tangkap jaring kembung (gillnet)
sudah sesuai dengan ketentuan Permen KP No.18 Tahun 2013 tersebut.
Dari hasil penenelitian tangkapan utama sebesar 88,805% sedangkan tangkapan sampingan sebesar 11,195%. Menurut Suadela (2004), bila proporsi hasil tangkapan sasaran utama ≥ 60% suatu alat tangkap dapat dikatakan ramah lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat dikatakan jaring kembung (gillnet) ramah lingkungan. Menurut Sarmintohadi (2002) dalam Ramdhan (2008) keragaman spesies yang tertangkap juga disebabkan karena kesamaan habitat antara ikan target dan ikan non target.
Dari hasil indeks diversitas jaring kembung (gillnet) mempunyai selektivitas yang tinggi. Walaupun nilai indeks diversitas berkisar antara 0,18-0,35 namun terlihat bahwa nilai indeks diversitas mendekati 0 (nol) yang berarti keanekaragaman rendah sehingga alat tangkap jaring kembung (gillnet) selektivitasnya tinggi. Kriteria indeks keanekargaman Shannon-Wienner menurut Jukri, dkk (2013)
menyatakan bila H’<1 keanekaragaman rendah.
Indeks dominansi berkisar antara 0,83-0,93 dengan rata-rata 0,87. Namun terlihat bahwa nilai indeks dominansi mendekati 1 (satu) berdasarkan nilai tersebut bahwa dominansi hasil tangkapan jaring kembung di Pantai Labu tergolong tinggi, hal ini menunjukkan bahwa terdapat spesies yang mendominasi. Menurut Odum (1971) menyatakan bila nilai indeks dominansi (c) ≥ 0,5 menunjukkan bahwa terdapat spesies yang mendominasi. Pada penangkapan jaring kembung spesies yang mendominasi adalah ikan kembung. Hal ini disebabkan karena tujuan utama penangkapan jaring kembung (gillnet) adalah ikan kembung.
Dari hasil penelitian diperoleh kelas ukuran hasil tangkapan pada ikan kembung berkisar antara 150-197 mm. Menurut Nasution (2014), ikan kembung pertama kali matang gonad pada ukuran panjang 173 mm, hasil tangkapan ikan kembung yang layak tangkap sebesar 75,38% dan tidak layak tangkap sebesar 24,62%.
Dari hasil penelitian diperoleh kelas ukuran pada ikan tenggiri berkisar antara 199-328 mm. Menurut Ramdhan (2008), ikan tenggiri pertama kali matang gonad pada ukuran panjang 650 mm, ukuran hasil tangkapan ikan tenggiri 100% tidak layak tangkap. Dengan demikian hasil tangkapan ikan tenggiri 100% belum layak tangkap.
Dari hasil penelitian kelas ukuran pada ikan selar berkisar antara 141-165 mm. Menurut Putri (2013), ikan selar pertama kali matang gonad pada ukuran 146 mm, ukuran hasil tangkapan ikan selar sebesar 99,95% layak tangkap dan tidak layak tangkap sebesar 0,05%.
Dengan demikian 99,95% hasil tangkapan ikan selar sudah layak tangkap.
Analisis Usaha
Dari hasil perhitungan nilai penerimaan sebesar Rp. 166.420.800,00. Nilai penerimaan diperoleh dari jumlah hasil tangkapan rata-rata selama setahun. Hasil dari perhitungan Revenue-Cost Ratio (R/C) sebesar 1,2 nilai lebih dari 1 (R/C > 1) berarti usaha perikanan jaring kembung dapat memberikan keuntungan dan layak untuk diusahakan. Sedangkan nilai
Payback Period sebesar 0,8. Nilai ini menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu untuk pengembalian modal investasi adalah 0,8 tahun menggunakan seluruh pendapatan usaha yang didapat.
Rekomendasi Pengelolaan
Hasil tangkapan selama penelitian rata-rata ukuran ikan layak tangkap sebesar 58,44% dan tidak layak tangkap sebesar 41,56%. Karena hasil tangkapan belum 100% yang layak tangkap, maka rekomendasi pengelolaan ukuran mata jaring yang digunakan sebaiknya perlu diperbesar lagi agar ikan pelagis yang tertangkap sudah layak tangkap.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Jaring kembung di Pantai Labu terbuat dari bahan Polyamide momofilament memiliki ukuran mata jaring (mesh size) 1,75 inci, panjang 1 unit jaring 750 m, yaitu terdiri dari 15 piece dengan panjang 1 piece 50 m. Pengoperasian jaring kembung dalam 1 trip dilakukan sekali
penurunan jaring (setting) dan sekali penarikan jaring (hauling). 2. Komposisi hasil tangkapan utama
sebesar 88,805% dan hasil tangkapan sampingan sebesar 11,195%. Proporsi HTU ≥ 60% termasuk dalam kategori ramah lingkungan. Nilai indeks diversitas rendah, sedangkan indeks dominansi tinggi, sehingga menunjukkan selektivitas alat tangkap tinggi. Ukuran hasil tangkapan rata-rata 58,44% layak tangkap. Nilai laju tangkap hasil tangkapan utama (HTU) lebih tinggi dibanding hasil tangkapan sampingan (HTS).
3. Kelayakan usaha penangkapan jaring kembung (gillnet) di TPI Pantai Labu termasuk dalam kategori layak dengan nilai
Revenue-Cost Ratio (R/C) sebesar 1,2 yang artinya > 1 dan Payback Period sebesar 0,8. Nilai ini menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu untuk pengembalian modal investasi adalah 0,8 tahun menggunakan seluruh pendapatan usaha yang didapat.
Saran
Hasil penelitian terlihat bahwa ukuran ikan yang tertangkap jaring kembung masih ada ikan tujuan utama yang ukurannya belum layak tangkap. Untuk itu disarankan penggunaan ukuran mata jaring
(mesh size) yang lebih besar sehingga optimal dalam menangkap ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, M. 2010. Hasil Tangkapan dan Laju Tangkap Unit Perikanan Pukat Tarik, Tugu dan Kelong. Jurnal Teknologi Makara. 14(1) : 22-28.
Jukri, M. Emiyarti dan S. Kamri. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1(1):23-37.
Nasution, M. A. 2014. Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki
(Rastrelliger kanagurta
Cuvier 1817) di Teluk Palabuhanratu. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nugroho, H. A., A. Rosyid dan A. D.
P. Fitri. 2015. Analisis Indeks Keanekaragaman Indeks Dominansi dan Proporsi Hasil Tangkapan Target dan Non Target Pada Jaring Arad Modifikasi di Perairan Kabupaten Kendal. Journa Offisheries Resources Utilization Management and Technology. 4(4): 1-11.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. Philadelphia.W.B
Saunders Co.
Putra, I. 2007. Deskripsi dan Analisis Hasil Tangkapan Jaring Millenium di Indramayu. [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ramdhan, D. 2008. Keramahan
Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan. [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Riyanti. 2010. Penilaian Unit Usaha
Penangkapan Jaring Rajungan di Teluk Banten. [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sirait, B. H. 2008. Analisis Hasil
Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sofyan, I., Syaifuddin dan F.
Cendana. 2010. Studi Komparatif Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (drift gillnet) Bawal tahun 1999 dengan tahun 2007 di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 15 (1): 62-70. Suadela, P. 2004. Analisis Tingkat
Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Jaring Rajungan Studi Kasus di Teluk Banten. [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Susaniati, W., A. F. P. Nelwan dan
M. Kurnia. 2013. Produktivitas Daerah
Penangkapan Ikan Bagan Tancap Yang Berbeda Jarak Dari Pantai di Perairan Kabupaten Jeneponto. Jurnal Akuatika. 4(1): 68-79. Tawari, R. H. S. 2013. Efisiensi
Jaring Insang Permukaan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus macarelus) di Teluk Kayeli. Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. 2(2): 32-39.
Walpole. 1995. Pengantar Statistik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
White, W. T., P. R. Last, Dharmadi, R. Faizah, U. Chodorojah, B.I. Prisantoso, J. J. Pogonoski, M. Puckridge, S. J. M. Blader. 2013. Jenis-jenis ikan di Indonesia. Canberra ACT. Astralia.