• Tidak ada hasil yang ditemukan

Framing sebagai Pembangun Bahasa Visual dalam Sinematografi Film Cerita “Masakan Eyang”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Framing sebagai Pembangun Bahasa Visual dalam Sinematografi Film Cerita “Masakan Eyang”"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

FRAMING SEBAGAI PEMBANGUN BAHASA VISUAL

DALAM SINEMATOGRAFI FILM CERITA

“MASAKAN EYANG”

SKRIPSI PENCIPTAAN SENI

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1

Program Studi Film dan Televisi

Disusun oleh

Muhamad Irvan Abdussalam NIM: 1310668032

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI

JURUSAN TELEVISI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Almarhum Ayahanda Ahmad Zubair Triyanto Wahyuwidodo yang tak sempat melihat anaknya wisuda,

Ibunda Dewi Anggraeni wanita paling tangguh sedunia, Khairunnisa si pencuri cinta yang meninggalkan kenangan di balik

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berkat rahmat dan hidayah-Nya laporan Tugas Akhir karya seni film yang berjudul “Masakan Eyang” ini dapat selesai disusun dengan baik dan lancar.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1, Program Studi Film dan Televisi, Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dimana tidaklah dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas segala hal yang telah diberikan hingga detik ini.

2. Baginda Rasul Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

3. Almarhum Ayahanda Ahmad Triyanto Wahyu Widodo, yang telah memberikan jiwa raganya untuk mendidik dan membesarkan anaknya. 4. Ibunda Dewi Anggraeni, sebagai pemberi dukungan dan do’a terbaik. 5. Bapak Marsudi, S.Kar., M.Hum., Dekan Fakultas Seni Media Rekam,

Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

6. Bapak Deddy Setyawan, M.Sn., selaku dosen pembimbing I 7. Bapak Andri Nur Patrio, M.Sn., selaku dosen pembimbing II

8. Agnes Widyasmoro, S.Sn., M.A., selaku Ketua Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam.

9. Kawakibi Muttaqien, S.Sn., beserta keluarga. 10. Arib Amrussahal.

11. Ahmad Kamil, S.Sn., Fitriana Lestari, S.Sn.

12. Ramnura Amirilhaq, S.Sn., Luthfi Safari, S.Sn., Muhammad Ridwan, S.Sn., Fanni Mardhotillah, S.Sn., Adam Kurniawan, Titin Naning Saputri, Nesya Khisti.

(7)

vii

13. Aditya Pambudi, Khanif Irkham Muzaki. 14. Erwin Prasetya Kurniawan, Fafa Rachmah.

15. Seluruh kru dan pemain yang telah sangat berbaik hati mencurahkan waktu dan tenaganya dalam memproduksi karya film “Masakan Eyang”. 16. Teman-teman seperjuangan televisi 2013 dan seluruh angkatan Jurusan

Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 17. Khairunnisa yang telah menjadi mantan terindah.

18. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan serta semangat.

Akhir kata, semoga karya film “Masakan Eyang” ini dapat bermanfaat bagi praktisi film, pengamat film dan tentunya masyarakat untuk mendapatkan sebuah pelajaran serta pengalaman menonton yang baru dan menghibur. Diharapkan setiap kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam laporan serta karya film “Masakan Eyang” dapat dijadikan pelajaran agar tercipta karya yang jauh lebih baik.

Yogyakarta, 18 Juni 2019

(8)

viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PERSEMBAHAN ... v KATA PENGANTAR ... vi ABSTRAK ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penciptaan ... 1

B. Ide Penciptaan Karya ... 2

C. Tujuan dan Manfaat ... 4

D. Tinjauan Karya ... 4

BAB II OBJEK PENCIPTAAN DAN ANALISIS OBJEK ... 10

A. Objek Penciptaan ... 10

B. Analisa Objek ... 15

BAB III LANDASAN TEORI ... 20

a. Sinematografi ... 20

b. Bahasa Visual ... 21

c. Framing ... 22

d. Komposisi ... 27

e. Tata Cahaya ... 28

BAB IV KONSEP KARYA... 30

A. Konsep Penciptaan ... 30

1. Sinematografi ... 30

2. Framing ... 31

3. Mise-en-scene ... 42

(9)

ix

B. Desain Produksi ... 73

1. Identitas Karya ... 73

2. Kerangka Teknis ... 73

BAB V PERWUJUDAN DAN PEMBAHASAN KARYA ... 78

A. Proses Perwujudan ... 78 1. Pra Produksi ... 78 2. Produksi ... 90 3. Pasca Produksi ... 94 B. Pembahasan Karya ... 98 1. Framing ... 99 2. Komposisi ... 111

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114 B. Saran ... 115 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 ... 5 Gambar 1.2 ... 6 Gambar 1.3 ... 8 Gambar 3.1 ... 27 Gambar 3.2 ... 28 Gambar 4.1 ... 34 Gambar 4.2 ... 36 Gambar 4.3 ... 36

(10)

x Gambar 4.4 ... 37 Gambar 4.5 ... 38 Gambar 4.6 ... 39 Gambar 4.7 ... 41 Gambar 4.8 ... 41 Gambar 4.9 ... 74 Gambar 4.10 ... 75 Gambar 5.1 ... 99 Gambar 5.2 ... 100 Gambar 5.3 ... 101 Gambar 5.4 ... 102 Gambar 5.5 ... 103 Gambar 5.6 ... 103 Gambar 5.7 ... 105 Gambar 5.8 ... 105 Gambar 5.9 ... 107 Gambar 5.10 ... 107 Gambar 5.11 ... 109 Gambar 5.12 ... 109 Gambar 5.13 ... 110 Gambar 5.14 ... 112 Gambar 5.15 ... 112 Gambar 5.16 ... 113 DAFTAR FOTO Foto 4.1 ... 43 Foto 4.2 ... 44

(11)

xi Foto 4.3 ... 44 Foto 5.1 ... 83 Foto 5.2 ... 87 Foto 5.3 ... 88 Foto 5.4 ... 92 Foto 5.5 ... 93 Foto 5.6 ... 94 Foto 5.7 ... 97 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Storyboard ... 47

Tabel 4.2 Daftar peralatan kamera ... 75

Tabel 4.3 Daftar peralatan lampu ... 76

Tabel 5.1 Job description ... 80

Tabel 5.2 Foto lokasi shooting ... 85

(12)

xii

ABSTRAK

Sebuah gambar mampu menyampaikan informasinya sendiri, tanpa bergantung pada voice over, dialog atau bahasa lain dalam bentuk verbal. Melalui visual, seharusnya sebuah shot di dalam film dapat memberikan informasi yang dapat dipahami dan diresapi oleh penontonnya, dengan mengatur unsur-unsur di dalam frame sehingga menciptakan bahasa visual.

Objek penciptaan karya film “Masakan Eyang” ini adalah sebuah skenario yang menceritakan seorang wanita paruh baya yang gemar memasak. Setiap hari ia memasak dengan porsi yang banyak untuk keluarganya. Akan tetapi, keluarganya kurang memberikan apresiasi yang baik kepadanya sehingga ia merasa diacuhkan dan kesepian. Karya seni ini berbentuk film fiksi dengan durasi sekitar 24 menit.

Untuk menyampaikan informasi dalam film ini, terutama kesan Eyang yang merasa diacuhkan dan kesepian, akan memanfaatkan bahasa visual pada segi sinematografinya yang dibangun melalui framing. Bahasa visual akan dibangun dengan memanfaatkan teknik dasar di dalam framing, seperti jarak pengambilan gambar, sudut, ketinggian, dan pergerakan dari frame itu sendiri. Sehingga gambar di dalam film ini akan memberikan informasi non-verbal melalui gambar-gambar yang diciptakan.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penciptaan

Secara garis besar, film dibentuk oleh dua unsur utama, yaitu unsur naratif serta unsur sinematik. Masing-masing unsur sangat berperan penting bagi film yang hendak dibuat dan sebagai penentu film tersebut dikatakan baik atau tidak. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, sedangkan unsur sinematik berkaitan dengan aspek-aspek di dalam film yang bersifat teknis.

Di dalam unsur sinematik terdapat sinematografi sebagai salah satu kekuatan utamanya. Sinematografi adalah proses pengambilan gagasan, perkataan, adegan, subteks emosional, suasana, dan segala bentuk komunikasi nonverbal dan menginterpretasikannya ke dalam bentuk visual (Brown 2012:2). Melalui sinematografi, sineas diberikan keleluasaan untuk menyampaikan setiap informasi yang berkaitan dengan unsur naratif melalui kontrol visualnya. Dengan kata lain, sineas dapat bercerita dengan menciptakan bahasa nonverbal berupa bahasa visual, sehingga film tidak harus selalu berisi informasi yang disampaikan melalui dialog melainkan didukung dengan bahasa-bahasa yang dibangun secara visual.

Pada film Masakan Eyang, akan diterapkan konsep sinematografi yang memanfaatkan penggunaan bahasa visual sebagai sarana penyampai informasinya. Banyak hal bersifat teknis di dalam sinematografi yang dapat digunakan sebagai pembangun bahasa visual tersebut, diantaranya seperti penggunaan lensa, pemilihan aspek rasio, pergerakan kamera, efek khusus dan sebagainya. Semua hal tersebut mengacu pada hubungan antara kamera dengan objek yang diambil, atau bahasa sederhananya ialah framing.

Kontrol sineas terhadap framing sangat berperan penting dalam menentukan persepsi penonton terhadap sebuah gambar atau shot yang disajikan. Adapun empat aspek utama di dalam framing terhadap gambar, yaitu bentuk dan dimensi frame, ruang offscreen dan onscreen, sudut, kemiringan, tinggi dan jarak terhadap objek,

(14)

2

serta pergerakan frame (Pratista 2008:100). Dengan mengolah aspek-aspek tersebut secara cerdas, sang sineas dapat dengan mudah mengontrol serta menciptakan bahasa visual yang hendak disampaikan melalui filmnya sehingga diharapkan penonton mendapatkan pengalaman menonton yang lebih baik karena diajak untuk mencermati tidak hanya unsur naratifnya saja, melainkan unsur sinematiknya juga.

B.Ide Penciptaan Karya

Aspek sinematik di dalam film memiliki andil yang besar dalam menentukan baik buruknya sebuah film. Di dalamnya terdapat mise-en-scene, sinematografi, editing, serta suara. Banyak hal yang dapat diolah serta dimanfaatkan dalam empat unsur tersebut, salah satunya ialah melalui segi sinematografinya.

Menurut Pratista, secara umum sinematografi dapat dibagi menjadi tiga unsur utama yakni, kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat diterapkan pada kamera serta stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan lain sebagainya.

Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang hendak diambil, seperti batasan wilayah gambar, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera (2008:89). Dari ketiga unsur tersebut, salah satunya dapat diolah serta dimanfaatkan untuk mendukung segi naratif, yaitu framing.

Melalui framing sang sineas memiliki keleluasaan untuk mengolah unsur visualnya demi kepentingan naratif dengan memberikan sudut pandang tertentu menggunakan jarak pengambilan gambar atau memberikan penekanan melalui pergerakan kamera dengan tujuan untuk menggiring serta membentuk opini penonton terhadap gambar yang disajikan. Lebih jauh lagi, sang sineas dapat mengolah unsur visualnya melalui framing untuk menciptakan bahasa visual tertentu yang tanpa dialog ataupun subtitles dapat menyampaikan suatu makna serta

(15)

3

informasi, baik mood pada suatu adegan hingga apa yang dirasakan oleh karakter tokoh di dalam filmnya.

Film cerita Masakan Eyang ialah film bergenre drama yang dikombinasikan dengan genre komedi situasi (unsur komedi yang menyatu dengan cerita (Pratista 2008:17)). Bercerita tentang sebuah keluarga yang beranggotakan lima orang yaitu, Eyang, Ibu, Bapak, Hayer serta NJ, dimana Eyang merupakan wanita paruh baya yang gemar memasak makanan untuk anggota keluarga yang lain, sedangkan Ibu, Bapak, Hayer serta NJ digambarkan sebagai karakter yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Setiap harinya Eyang selalu ditinggal oleh anggota keluarga yang lain seorang diri di rumah. Dengan umur yang sudah tak muda lagi, Eyang hanya menghabiskan waktu di rumah dengan memasak. Akan tetapi, setiap kali Eyang memasak makanan untuk anak serta cucunya, mereka jarang sekali sempat menghabiskan atau bahkan hanya sekedar mencicipi masakan Eyang. Hal tersebut dikarenakan kesibukan mereka masing-masing. Ibu dan Bapak yang bekerja sejak pagi hingga malam hari selalu membeli makanan di luar sehingga tidak sempat mencicipi makanan yang Eyang buat. Hayer serta NJ pun yang sekolah hingga sore hari selalu menyempatkan makan siang di sekolahnya sehingga ketika sampai di rumah dan ditawari makanan oleh Eyang seringkali enggan untuk menghabiskannya.

Di dalam cerita ini sosok Eyang digambarkan sebagai wanita paruh baya yang kesehariannya tampak kesepian karena selalu ditinggal seorang diri di rumah. Untuk mengatasi hal tersebut, Eyang selalu memasak makanan dengan porsi yang cukup banyak. Namun karena kurangnya apresiasi dari anggota keluarga lainnya, Eyang merasa sedih dan merasa kurang dihargai. Penggunaan konsep framing

sebagai pembangun bahasa visual di dalam film ini mengacu pada hal tersebut. Terdapat cukup banyak adegan-adegan yang tak memiliki informasi verbal (seperti dialog atau voice over) menjadikan cerita ini dirasa tepat membangunan informasinya melalui bentuk bahasa yang lain, salah satunya bahasa visual. Bahasa-bahasa visual yang akan dibangun akan didominasi oleh suasana yang Eyang rasakan selama di rumah. Selain itu, framing untuk membangun bahasa visual di

(16)

4

dalam film ini juga akan diterapkan pada konflik-konflik yang terjadi untuk memperkuat pesan yang disampaikan secara naratif.

C.Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai dalam penciptaan karya film ini ialah:

a. Untuk membangun bahasa visual pada film yang mampu memperkuat informasi serta adegan.

b. Mengeksplorasi serta memanfaatkan teknik framing untuk mendukung segi naratifnya.

c. Menghadirkan film bergenre drama komedi yang sederhana namun tetap menghibur dan meninggalkan kesan tertentu sesuai statement sutradara.

Manfaat dari penciptaan karya film ini ialah:

a. Penonton dapat memahami esensi adegan di dalam film melalui informasi yang disajikan dalam bentuk visual.

b. Pada adegan tak berdialog, penonton mampu menangkap suasana adegan serta apa yang dirasakan oleh karakter tokohnya.

c. Menghibur penonton dengan tayangan sederhana namun membekas di hati mereka.

D.Tinjauan Karya

Dalam penciptaan karya ini, terdapat beberapa karya film sejenis yang dijadikan tinjauan karya serta sumber referensi. Beberapa karya film ini memiliki konsep pengambilan gambar yang kurang lebihnya serupa/ hampir sama dengan apa yang hendak dibuat dan diaplikasikan pada karya film Masakan Eyang nantinya. Beberapa film tersebut diantaranya:

(17)

5

1. About A Woman

Gambar 1.1 Screenshot film About A Woman

Sutradar : Teddy Soeriaatmadja Penata Kamera : Ical Tanjung, ICS

Produksi : Karuna Pictures

Durasi : 76 menit Tahun Rilis : 2014

About A Woman merupakan salah satu film garapan sutradara Teddy Soeriaatmadja yang menceritakan tentang seorang wanita paruh baya bernama Dayu yang tinggal di rumah besar dan sepi. Sehari-hari ia hanya dibantu oleh asisten rumah tangganya bernama Elly. Dayu sangat bergantung pada Elly untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti membersihkan rumah, menyiapkan obat, membuatkan sarapan, dan lain sebagainya. Suatu ketika Elly memutuskan untuk pulang kampung karena orang tuanya sakit. Hal tersebut membuat Dayu cukup terkejut dan membuatnya sedikit kesal.

Setelah kepergian Elly, Dayu mulai melakukan pekerjaan rumah seorang diri. Ia tampak kesepian namun dirinya selalu menolak untuk dikatakan kesepian. Anak serta menantunya berkunjung ke rumahnya, mereka merasa prihatin melihat kondisi ibunya yang tinggal seorang diri. Mereka pun hendak mencarikan pengganti

(18)

6

Elly. Akan tetapi, Dayu merasa mampu untuk mencarinya sendiri dan menepis anggapan anaknya yang mengatakan bahwa dirinya merasa kesepian.

Selang beberapa waktu, datang seorang pemuda bernama Abi. Ia merupakan utusan dari Omnya, yaitu menantu Dayu. Secara terpaksa, Dayu menerima untuk memperkerjakan Abi sebagai pembantu rumah tangga. Di awal masa kerjanya, Dayu merasa risih dengan kehadiran Abi. Ia merasa tidak aman tinggal di rumahnya sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, Dayu pun dapat menerima Abi dan merasa nyaman dengan kehadirannya. Semakin hari, Dayu menunjukkan “pandangan” lain pada Abi, demikian dengan Abi.

Film ini memiliki kesamaan konsep yang diterapkan pada film Masakan Eyang. Ical Tanjung memanfaatkan konsep framing untuk membangun kesan kesepian yang dirasakan oleh karakter tokoh utama bernama Dayu. Framing

dengan menggunakan jarak pengambilan gambar yang luas dapat ditemukan pada sebagian besar adegannya. Penggunaan latar rumah dalam film ini juga hampir sama dengan latar rumah yang digambarkan dalam naskah film Masakan Eyang. Dengan kesamaan yang cukup banyak itulah film About A Woman dirasa sangat tepat untuk dijadikan salah satu tinjauan karya dalam proses perwujudan film Masakan Eyang.

2. The Darjeeling Limited

(19)

7

Sutradar : Wes Anderson

Penata Kamera : Robert D. Yeoman, ASC

Produksi : Fox Searchlight Pictures

Durasi : 91 menit Tahun Rilis : 2007

The Darjeeling Limited menceritakan kisah perjalanan tiga orang saudara yang baru bertemu kembali setelah cukup lama berpisah sejak kematian ayah mereka. Mereka bertemu dan melakukan perjalanan dengan menaiki kereta perjalanan jarak jauh membelah india bernama The Darjeeling Limited. Tujuan mereka sebenarnya ialah menemui ibunya yang telah menjadi seorang biarawati di sebuah gereja di dataran tinggi Himalaya. Akan tetapi perjalanan mereka dalam menemui ibunya tidak semudah yang direncanakan, perjalanannya dipenuhi dengan rintangan, baik dari faktor eksternal maupun faktor internal mereka sendiri.

The Darjeeling Limited merupakan salah satu karya sutradara Wes Andersonyang cukup terkenal sebelum dirinya memproduksi Fantastic Mister Fox

dan The Grand Budapest Hotel. Sinematografi film ini juga diarahkan oleh sinematografer ternama yaitu Robert D. Yeoman. Secara look film ini sudah memiliki ciri khas Wes Anderson yang cukup kental, terutama ciri khasnya dalam menciptakan visual yang menarik melalui teknik pengambilan gambarnya. Teknik pengambilan gambar yang khas pada film-film Anderson ialah pengambilan gambar dengan komposisi simetris dan dikombinasikan dengan pergerakan gambar berupa pan, tilt,track maupun crane.

Pada adegan malam hari ketika seorang pegawai kereta membuka tutup botol sebagai tanda selamat datang untuk beberapa tamu kereta, kamera berawal dari ukuran gambar full shot yang hanya terlihat salah satu jendela kereta dan seketika bergerak mundur dan berubah menjadi long shot dimana terlihat tiga jendela kereta serta sebagian sisi gerbong kereta bertuliskan The Darjeeling Limited

(20)

8

informasi bahwa kereta tersebut pada malam hari sekalipun tampak asyik, ramah serta ramai, seolah-olah para tamu melupakan perjalanan yang panjang dan melelahkan. Dengan teknik framing yang digunakan untuk membangun bahasa visual seperti itu lah yang menjadikan film ini dirasa tepat untuk dijadikan tinjauan karya dalam film cerita masakan Eyang.

3. Little Forest

Gambar 1.3 Screenshot film Little Forest

Sutradar : Jun’ichi Mori Penata Kamera : Yukihiro Onodera Produksi : Shochiku Co., Ltd.

Durasi : 113 menit Tahun Rilis : 2014

Little Forest adalah sebuah cerita tetralogi, yang masing-masing bagiannya dibagi oleh empat musim yang berbeda. Film yang disutradarai oleh Jun’ichi Mori dengan arahan gambar dari sinematografer Yukihiro Onodera ini menceritakan tentang seorang gadis yang sebelumnya tinggal di kota lalu kembali ke desa karena suatu alasan. Ia tinggal di desa terpencil bernama Komori atau dalam bahasa indonesia yang berarti hutan kecil. Di desa ini gadis tersebut tinggal seorang diri di rumah milik keluarganya yang dulu ia tinggali bersama ibunya. Selain rumah, dia

(21)

9

juga merawat ladang pertanian yang menghasilkan sayur-sayuran serta buah-buahan yang kemudian hasilnya ia olah sendiri untuk dikonsumsi secara pribadi. Gadis tersebut tampak mandiri dan pandai sekali memasak, berbekal pengetahuan yang diberikan oleh ibunya semasa dia kecil.

Film Little Forest didominasi oleh adegan-adegan memasak. Pada masing-masing episodenya tampak selalu menyajikan adegan “tutorial” memasak makanan khas pedesaan Jepang beserta bahan-bahan dasarnya. Rata-rata setiap episodenya menyajikan tujuh jenis makanan yang berbeda. Setiap adegan memasak, Onodera selalu memberikan gambar-gambar yang menunjukkan usaha si karakter dalam membuat setiap masakannya. Dan secara tidak langsung, gambar-gambarnya ikut mengajak penonton merasa tergiur oleh setiap masakan yang dibuat di dalam film.

Film Masakan Eyang sebagian adegannya juga akan diisi oleh adegan memasak serta gambar-gambar makanan. Maka dari itu dijadikanlah film Little Forest ini sebagai tinjauan karya karena memiliki adegan-adegan serupa. Film Masakan Eyang ingin menunjukkan usaha Eyang dalam memasak setiap makanannya serta ingin mengajak penonton ikut tergiur dengan masakan yang dibuat Eyang.

Gambar

Gambar 1.1 Screenshot film About A Woman
Gambar 1.3 Screenshot film Little Forest

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah di Semarang dengan perihal Lamaran sebagai Calon Peserta Program Pengembangan Kepedulian dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan amlodipine yang diterima pasien stroke iskemik terkait dosis, rute interval pemberian,

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Diploma III Jurusan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea Pada Ibu Primipara Dengan Pemberian ASI Di Ruang

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius. Menjunjung tinggi sikap kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan

Pemerintah di daerah dapat terselenggara karena adanya dukungan berbagai faktor sumber daya yang mampu menggerakkan jalannya roda organisasi pemerintahan dalam rangka

Untuk penelitian ini hanya sampai pada tataran kognitif saja, dimana dampak yang ditimbulkan oleh media hanya menyangkut pada area kesadaran dan pengetahuan,

Proses yang dilakukan dalam meningkatkan keterampilan membuat keranjang lidi melalui penggunaan pendekatan keterampilan proses bagi anak tunarungu kelas IV SLB