• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ria Kurniasari STKIP Sebelas April Sumedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ria Kurniasari STKIP Sebelas April Sumedang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 81 PENGGUNAAN MEDIA MAKET BUBUR KERTAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGARUH KONDISI

ALAM TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang)

Ria Kurniasari

STKIP Sebelas April Sumedang riakurniasari8@gmail.com

Abstrak

Penelitian dilatarbelakangi oleh kekawatiran peneliti mengenai permasalahan yang dihadapi siswa di kelas IV SDN Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang pada pembelajaran IPS materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi. Diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi masih tergolong rendah. Siswa kesulitan mengusai materi dan memfokuskan diri pada pembelajaran. Permasalahan tersebut muncul karena kurangnya perhatian guru dalam mengembangkan media yang menunjang pembelajaran siswa di kelas sehingga berdampak pada pembelajaran yang tidak menarik dan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan media maket bubur kertas. Media pembelajaran ini juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penilitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain Kemmis Dan Mc Taggart, yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar evaluasi, dan pedoman wawancara. Setelah menggunakan media maket pada materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi, kemampuan siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian terbukti bahwa penggunaan media maket bubur kertas telah mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang pada materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi.

Kata kunci: Media Maket, Motivasi, dan Hasil Belajar

1. Pendahuluan

Latar Belakang Pendidikan

merupakan proses utama untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dalam meningkatkan pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat.Dalam konteks yang lebih spesifik

kegiatan pendidikan merupakan proses

pembelajaran. Dengan kata lain, proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru

harus benar-benar memiliki berbagai

kemampuan yang diharapkan demi

tercapainya tujuan pembelajaran.Dalam upaya mencapai keberhasilannya, pendidikan harus memperoleh perhatian yang benar-benar terorganisasi rapih, baik dalam pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan di sekolah, seorang guru memiliki peran yang

sangat besar, hal ini sejalan dengan pendapat Yusuf (1996: 55) bahwa, “Guru adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan pendidik dalam situasi pendidikkan untuk mencapai tujuan pendidikan”. Individu yang mampu tersebut adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani mampu berdiri sendiri. Hal utama yang di untut dari seorang guru adalah kerelaan dan kesediaan mereka untuk menerima tanggung jawab sebagai pedidik sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik.

Ilmu pengetahuan sosial (IPS)

merupakan alah satu mata pelajaran yang wajib diberikan dalam pendidikan formal mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA),

(2)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 82 bahkan sampai Perguruan Tinggi. Dalam

Pasal 37 UU Sisdiknas dikemukakan bahwa.

Mata pelajaran IPS merupakan

muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian penjelasan UU Sisdiknas

Pasal 37 bahwa kajian ilmu

pengetahuan sosial, diantara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk

mengembangkan pengetahuan

pemahaman, dan kemampuan analisis

siswa tehadap kondisi sosial

masyarakat.

Pada masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karna,

kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karna, itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan pada hari Rabu, 24 Januari 2018 terhadap siswa kelas IV SDN

Nyalindung II Kecamatan Cimalaka

Kabupaten Sumedang, siswa mengalami hambatan dan kesulitan dalam motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi. Pembelajaran yang konvensional telah membawa dampak buruk kepada siswa. Dimana guru hanya berceramah tanpa

dibarengi dengan penggunaan media

pembelajaran yang kemudian membuat siswa merasa bosan dan tidak memiliki motivasi terhadap materi. Rendahnya motivasi belajar siswa berimplikasi terhadap rendahnya hasil belajar IPS pada materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi. Halnya ini terlihat dari hasil belajar bahwa, dari 12 orang siswa hanya 3 orang siswa (25%) yang mendapatkan nilai di atas 70 atau setara dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SDN Nyalindung II. Sedangkan 9 orang siswa (75%) mendapat nilai di bawah KKM. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba memecahkan permasalahan di kelas

yaitu dengan mengunakan media

pembelajaran maket bubur kertas.

Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses pembelajaran dalam rangka mengefektifkan berkomunikasi anatra guru dan siswa. Hal ini sangat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan

memudahkan siswa menerima dan

memahami pelajaran. Critocos (Daryanto, 2010: 4) mengemukakan bahwa, “Media merupakan salah satu komponen komunikasi,

yaitu sebagai pembawa pesan dari

komunikator menuju komunikan”. Hal dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan beragam media pembelajaran yang menyediakan beragam pengalaman belajar bagi siswa melalui contoh dan bukti yang kongkrit. Penggunaan media dalam proses pemebelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efesien pencapaian tujuan pemebelajaran

Berdasarkan latar belakang di atas,

penulis akan melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas sesuai judul “Penggunaan

Media Maket Bubur Kertas Untuk

Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pengaruh Kondisi Alam Terhadap Kegiatan Ekonomi”. (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang).

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneltian ini bertujuan untuk sebagai berikut.

a. Mengetahui peningkatan motivasi siswa

dalam belajar IPS materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi dengan media maket bubur kertas di kelas IV SDN Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.

b. Mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa dalam belajar IPS materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi dengan media maket bubur

(3)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 83 kertas di kelas IV SDN Nyalindung II

Kecamatan Cimalaka Kabupaten

Sumedang. 1.3. Metodologi

Penilitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain Kemmis Dan Mc Taggart, yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar evaluasi, dan pedoman wawancara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dan hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi siswa, diharapkan mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada materi pengaruh kondisi alam

terhadap kegiatan ekonomi melalui

media maket bubur kertas.

b. Bagi Guru, diharapkan mampu

meningkatkan mutu dan kinerja guru melalui perbaikan kualitas pembelajaran IPS dengan menggunakan media maket bubur kertas.

c. Bagi peneliti lain dapat memberikan

referensi terutama dalam pengemabangan

pembelajaran dengan mengguanakan

media maket bubur kertas. 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Hakikat Pembelajaran IPS

Menurut Sumantri (Gunawan, 2016: 17) bahwa ”IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu sendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenk latar filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social Science), maupun ilmu pendidikan”. Gunawan (2016: 17) menyebutkan “IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari jumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu poltik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya”.

National Council for the Social Study (NCSS) (1994: 3) mengemukakanbahwa IPS yaitu.

Social Studies, is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program, Social Studies provide

coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as antropology,

archeology, economics, geography,

history, law, philosophy, political

science, psychology, religion, and

sociology, as all as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of Social Studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decision for the public goods as

citizens of a cultrurally diverse,

democratic society in an interdependent world.

Dari paparan di atas, jelas bahwa pelajaran sosial merupakan pelajaran terpadu atau terintrgrasi yang merupakan bagian dari

ilmu sosial dan kemanusiaan untuk

meningkatkan kompetensi kewarganegaraan. Dalam program sekolah pelajaran sosial

disediakan untuk mengordinir pelajaran

sistematis yang tergambar pada beberapa disiplin ilmu seperti antropologi, aekeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filosofis, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosial, sebagaimana itu merupakan materi yang sesuai untuk ilmu buadaya, ilmu pasti (matematika) dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama kajian pelajaran sosial adalah

untuk membantu anak mengembangkan

kemampuan untuk menyampaikan dan

membicarakan keputusan dari kepentingan umum sebagai warga negara dari sebuah

budaya yang berbeda-beda, masyarakat

demokrasi dalam sebuah dunia yang

independen. Dengan demikian tujuan utama pembelajaran IPS yaitu mengembangkan kemampuan sebagai warga negara yang memerlukan pegetahuan, keterampilan, dan sikap warga negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan demokrasi.

Pembelajaran IPS juga merupakan pembelajaran terpadu. Menurut Gunawan (2016: 48) dikemukakan bahwa, “Ilmu sosial merupakan bahan kajian yang merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan

modifikasi yang di organisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan sejarah, geografi, sosilogi, antropologi, dan ekonomi”. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia

(4)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 84 yang demokratis, bertanggung jawab serta

warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan uraian di atas

disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di SD adalah pembelajaran yang terpadu yang didalamnya terdapat disiplin ilmu yang berhubungan dengan kewarganegaraan untuk

mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Adapun tujuan Pembelajaran IPS

membantu peserta didik selaku warga negara agar mampu menjadi warga negara yang baik, dan mampu untuk mengambil keputusan secara rasional dengan dasar informasi yang

mencukupi, dalam kaitan dengan

permasalahan sosial yang hasilnya tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi, keluarga, tetapi juga berguna bagi masyarakat dan bangsanya sebagai perwujudan cinta tanah air. 2.2 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi

dapat diartikan sebagai dorongan dan

mengarah perilaku seorang individu, termasuk perilaku belajar.

Menurut Frederick dan Mc Donald (Nashar, 2004: 39) motivasi belajar yaitu suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Sardiman (2011: 75) mengemukakan bahwa,

Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak

di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang

memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai. Dikatakan

“keseluruhan” karena pada

umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar

merupakan suatu daya penggerak atau pendorong yang dimiliki oleh peserta didik

untuk melakukan suatu pembelajaran.

Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat maka akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat.

2.3 Hasil Belajar

Salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran adalah evaluasi hasil belajar. Hasil belajar menjadi salah satu acuan dalam menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Secara etimologis, hasil belajar merupakan gabungan dari kata hasil dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) akibat usaha”.

Sedangkan “Belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu untuk merubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan pengalaman”. Sebagaimana

dikemukakan Sujana (2010: 22)

mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang”. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Namun untuk menyamakan

persepsi sebaiknya berpedoman pada

kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa proses belajar tentang suatu bahan pembelajaran

dinyatakan berhasil apabila tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal. 2.4 Media Maket Bubur Kertas

Menurut Gagne (Sardiman, 2002: 7) menyatakan bahwa “Media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam

lingkungan peserta didik yang dapat

memotivsi peserta didik untuk belajar”. Sementara itu Briggs (Sardiman, 2002: 7), “Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar seperti buku, film, kaset

(5)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 85 dan film singkat”. Dengan menyajikan media

yang menarik dapat menumbuhkan motivasi anak untuk belajar dengan baik serta membuat anak akan terasa senang belajar dengan menggunakan media yang dibuat atau disediakan oleh guru.

Berdasarkan batasan-batasan

mengenai media yang telah dikemukakan di atas, maka media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang menyangkut Software dan

hardware yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik.

Dalm penelitian ini, peneliti

menggunakan media maket bubur kertas untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Maket tergolong dalam media visual tiga dimensi yaitu sebuah bentuk model miniatur yang dibuat dari desain yang di rancang atau ayang akan dibangun. Menurut Sadiman (2005: 76) “Maket sebuah bangunan adalah model dari bangunan yang sebenarnya tetapi bukan simulasi karena tidak untuk menggambarkan proses”. Sedangkan Menurut Karwati dkk (2014: 240) dikemukakan sebagai berikut.

Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit untuk dipelajari wujud aslinya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa media maket secara umum adalah tiruan dari beberapa objek nyata

tetapi bukan simulasi karena tidak

menggambarkan proses.

Kelebihan menggunakan media maket menurut Daryato (2010: 31) “Belajar dapat terfokuskan pada bagian yang

penting-pentingnya saja, dapat mempertunjukan

stuktur dalam satu objek, dan siswa memperoleh pengalaman yang kongkret”.

Media maket akan menarik perhatian peserta didik, karena meletakan dasar-dasar yang kongkrit, selain itu maket juga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket peserta didik

dapat menemukan jawaban dari suatu

permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran yan sifatnya representatif,

sehingga dapat menghindari pengertian-pengertian yang abstrak. Selain itu juga dapat menambah wawasan dan penguasaan materi. Adapun pembuatan media maket bubur kertas yaitu sebagai berikut:

Untuk membuat bubur guna

keperluan sebuah model sehingga mirip tanah liat, rendamlah sobekan kertas kecil-kecil di dalam air panas selama beberpa jam, kemudian keringkan serta aduk. Campurkan bubur ini dengan lem perekat kertas tembok yang telah di campur air. Bilamana akan menambahkan lebih banyak bahan perekat,

tambahkan perekat sebelum bubur

dituangkan. Setelah bebrapa menit bahan siap dituangkan dan dapat dibentuk bukit, bentuk-bentuk lain yang dihendaki.

Berdasarkan penjelasan pembuatan media maket bubur kertas di atas dapat disimpulkan pembuatan media maket bubur kertas bukan hanya ramah lingkungan dan mudah di cari bahannya, pembuatannya tidak memakan waktu cukup lama, serta pembuatan yang mengandalkan kekeratifan lebih mudah dan dapat di nilai dengan harga jual.

2.5 Pengaruh Kondisi Alam Terhadap Kegiatan Ekonomi

Kita tahu bahwa bumi tempat kita berpijak tidak hanya datar dan tidakhanya dataran semua. “ Di bumi ada dataran tinggi, penggungan, dataran rendah, dan daerah pantai. Ternyata keadaan alam mempengaruhi

mata pencaharian penduduk. Mata

pencaharian penduduk dataran tinggi berbeda dengan penduduk di dataran rendah atau pantai” (Hisnu dkk, 2008: 145).

1. Mata Pencaharian Masyarakat di Daerah Pantai

a. Nelayan

Pekerjaan sehari-hari seorang nelayan adalah menangkap ikan di laut. Biasanya nelayan mulai berangkat menangkap ikan

(6)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 86 pada malam hari. Pagi hari mereka pulang

dengan membawa ikan. Ikan-ikan tersebut akan di jual di tempat pelelangan ikan. Para nelayan menangkap ikan pada malam hari karena alasan sebagai berikut.

1) Pada malam hari bertiup angin darat yang

membantu mendorong perahu ke tengah laut.

2) Ikan tertarik pada sinar lampu yang

terang di tengah laut yang gelap gulita. Ini memudahkan nelayan menangkap ikan.

Ada dua macam nelayan, yakni

nelayan pengusaha dan nelayan

penyewa/buruh. Nelayan pengusaha

mempunyai kapal/perahu untuk menangkap

ikan. Nelayan penyewa/buruh tidak

mempunyai kapal/perahu. Nelayan

penyewa/buruh tergantung apada nelayang pengusaha.

b. Pengusaha Tambak

Pengusaha tambak ialah pemilik

modal dala usaha tambak. Biasanya ia memiliki lahan tambak. Biasanya tambak digunakan untuk memelihara udang dan ikan. c. Petani Tambak

Petani tambak ialah orang yang bekerja pada pengusaha tambak, petani tambak mendapatkan upah dari pengusaha tambak. Jumlah mereka lebih banyak daripada pengusaha tambak.

d. Petani Garam

Petani garam ialah pekerja/buruh yang mengerjakan usaha pembuatan garam. Pengusaha garam biasanya sekaligus sebagai pengusaha tambak. Jadi, petani garam juga tergantung kepada pengusaha tambak/garam. e. Pengrajin

Laut juga menghasilkan kerang, bunga kerang, dan batu-batu laut. Hasil laut itu dijadikan bahan-bahan untuk membuat barang kerajinan. Penduduk pantai banyak

yang bekerja sebagai pembuat barang

kerajinan.

2. Mata Pencaharian Masyarakat Daerah Dataran Rendah

Dataran rendah ialah hamparan

dataran yang ketinggiannya tidak lebih dari 200 meter diatas permukaan laut. Daerah ini biasanya padat penduduk. Mata pencaharian

penduduk di dataran rendah antara lain sebagai berikut.

a. Petani

b. Buruh Tani

c. Pedagang Hasil Bumi

d. Pengrajin alat-alat rumah tangga dan

alat-alat pertanian.

e. Peternak

f. Buruh Musiman

3. Mata Pencaharian Masyarakat di Dataran Tinggi

Dataran tinggi ialah daerah

permukaan bumi yang ketinggiannya melebihi 200 meter diatas permukaan laut. Mata pencaharian orang yang tinggal di dataran tinggi ada bermacam-macam.

a. Peternak

b. Petani

c. Perja/Buruh Perkebunan

d. Pekerja Pertukangan

e. Pedagang

4. Mata Pencaharian Masyarakat Kota

Kota adalah pusat pemerintahan dan perdagangan/ kegiatan ekonomi. Penduduk kota biasanya lebih padat daripada penduduk desa. Penduduk kota umumnya bersifat campuran antara penduduk asli dengan warga pendatang, bahkan juga dengan warga asing. Mata pencaharian di kota umumnya lebih banyak dan lebih bervariasi. Mata pencaharian penduduk kota antara lain sebagai berikut.

a. Pekerja Jasa b. Karyawan Swasta c. Wiraswasta d. Pedagang

e. Buruh dan Tenaga Harian Lepas 3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian mengenai penggunaan media maket bubur kertas dalam pembelajaran IPS mengenai pengaruh kondisi alam terhadap

kegiatan ekonomi secara keseluruhan

berdampak positif terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nyalindung II. Hal ini diketahui berdasarkan data-data yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I sampai dengan siklus terakhir.

3.1 Motivasi siswa

Berdasarkan data yang diperoleh

terhadap motivasi siswa dengan

digunakannya media maket bubur kertas, terjadi peningkatan dari siklus data awal

(7)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 87 sampai siklus II. Peningkatan ini dapat dilihat

dari persentase tiap aspek motivasi yang diobservasi yaitu aspek Attention (Perhatian),

aspek Relavance (Relevansi), aspek

Confidance (Kepuasan), dan aspek

Satisfaction (Kepercayaan).

Untuk aspek Attention (Perhatian)

pada data awal Persentasinya 58,3%, siklus I 72,2%, dan siklus II 91,6% . Untuk aspek

Relavance (Relevansi) pada data awal

Persentasinya 47,2% termasuk, siklus I 86,1%, dan siklus II 100%. Pada aspek

Confidance (Kepuasan) pada data awal

Persentasinya 50%, siklus I 66,6%, dan siklus

86,1%. Dan pada aspek Satisfaction

(Kepercayaan) pada data awal Persentasinya 69,4%, siklus I 77,7%, dan siklus II 88,8%. Setelah dipersentasikan semua aspek pada data awal 56,25% termasuk katagori kurang, siklus I 87,5% termasuk katagori cukup, dan siklus II 97,22% termasuk katagori baik. Atas dasar ini maka penggunaan media maket

bubur kertas telah terbukti mampu

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

IPS mengenai Pengaruh kondisi alam

terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini sejalan dengan kelebihan dari media maket bubur kertas yang dikemukakan oleh Daryanto (2010,21) bahwa “Media maket akan menarik perhatian siswa ...”. Dengan menarik

perhatiannya maka akan meningkatkan

motivasi siswa saat pembelajaran karena media yang digunakan hampir menyerupai aslinya sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Selanjutnya data motivasi siswa ini lebih jelas dapat dipaparkan juga dalam bentuk diagram sebagai berikut.

Diagram 1

Diagram Persentase Ketercapaian Motivasi belajar Siswa

3.2 Hasil Belajar

Dalam hasil belajar siswa selama II siklus terjadi peningkatan yang sangat baik dari siklus I sampai siklus II. Peningkatan ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa

. Ketuntasan siswa ini ditentukan

berdasarkan KKM IPS kelas IV SDN Nyalindung II yaitu 70. Diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada data awal yang masuk katagori tuntas 25% yang belum tuntas 75%. Persentase siklus I yang termasuk katagori tuntas 75% dan yang belum tuntas 25% . Untuk siklus II persentase yang termasuk katagori tuntas 100%. Data awal samapai siklus II ketuntasan sudah mencapai 100% yang di mana seluruh siswa mampu mengerjakan soal dengan hasil yang jauh lebih baik dan penyampaian target

tercapai sampai siklus II. Persentase

peningakatan hasil belajar siswa agar lebih rinci dapat dilihat pada diagram 2 sebagai berikut.

Gambar 2

Diagram Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Dengan demikian pembelajaran

dengan menggunakan media maket bubur kertas untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi berhenti. Dengan media maket bubur kertas siswa menjadi lebih berpikir kritis karena saat Data Awal Siklus I Siklus II 0 20 40 60 80 100 56.25 87.5 97.22 Data Awal Siklus I Siklus II 0% 20% 40% 60% 80% 100% Belum tuntas Tuntas 75% 25% 25% 75% 0% 100% Data awal Siklus I siklus II

(8)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 88 pembelajaran media yang digunakan sangat

nyata atau kongkrit, sehingga pengalaman siswa akan lebih nyata dan dapat mudah diterima oleh perkembangan kognitifnya. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih percaya diri dan merasa puas dengan adanya media maket bubur kertas yang disajikan guru.

Dengan demikian Penggunaan media maket bubur kertas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada meteri pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi di kelas IV SDN Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. 4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil observasi, siswa mengalami hambatan dan kesulitan dalam motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi pengaruh kondisi alam terhadap

kegiatan ekonomi. Pembelajaran yang

konvensional telah membawa dampak buruk kepada siswa. Dimana guru hanya berceramah tanpa dibarengi dengan penggunaan media pembelajaran yang kemudian membuat siswa merasa bosan dan tidak memiliki motivasi terhadap materi. Rendahnya motivasi belajar siswa berimplikasi terhadap rendahnya hasil belajar IPS pada materi pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media maket bubur kertas. Media maket secara umum merupakan tiruan dari beberapa objek nyata tetapi bukan simulasi karena tidak menggambarkan proses.

Kelebihan menggunakan media maket

menurut Daryato (2010: 31) “Belajar dapat terfokuskan pada bagian yang

penting-pentingnya saja, dapat mempertunjukan

stuktur dalam satu objek, dan siswa memperoleh pengalaman yang kongkret”. Media maket akan menarik perhatian peserta didik, karena meletakan dasar-dasar yang kongkrit, selain itu maket juga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket peserta didik

dapat menemukan jawaban dari suatu

permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran yan sifatnya representatif,

sehingga dapat menghindari pengertian-pengertian yang abstrak. Selain itu juga dapat menambah wawasan dan penguasaan materi.

Penelitian berlangsung selama dua siklus. Dari mulai data awal sampai dengan siklus terakhir menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar siswa semakin meningkat dengan menggunakan media maket bubur kertas. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin meningkatnya data yang diperoleh, baik itu motivasi maupun hasil belajar siswa.

Dengan demikian Penggunaan media maket bubur kertas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada meteri pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi di kelas IV SDN Nyalindung II Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikut

1. Guru sebaiknya selalu meningkatkan

kreatifitasnya dalam proses pembelajaran

IPS dengan membuat media

pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa. Tujuannya adalah untuk mengatasi

kesulitan siswa pada saat proses

pembelajaran. Dengan menggunakan

suatu media, guru sebaiknya melibatkan

siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran agar siswa mampu

memahami materi pembelajaran yang sedang dipelajari.

2. Media maket bubur kertas dapat

dijadikan alternatif oleh guru

pembelajaran IPS. Hal ini didasarkan hasil penelitian terbukti bahwa media tersebut dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS.

3. Media pembelajaran maket bubur kertas

dapat menjadi alternatif untuk

memudahkan guru menjelaskan materi pembelajaran.

4. Disarankan bagi pihak sekolah untuk

memberikan peluang dan kesempatan untuk terciptanya pembelajaran yang kreatif dan inovatif dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Selain itu, sebaiknya memberikan

pembinaan dan pelatihan kepada guru

untuk meningkatkan kemampuan

mengajar guru agar pembelajaran

menjadi bermakna sehingga siswa

(9)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 89 DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A (2003). Media pembelajaran.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bundu, (2006). Penelitian Keterampilan

Proses dan Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains di SD. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran.

Bandung: PT. Sarana Tutprial Nurani Sejahtera.

Depdiknas. (2003). Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Fatthurohman, (2011: 94). Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Gunawan, Rudy. (2016). Pendidikan IPS

Filosofi. Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Alfabeta.

Hisnu, dkk. (2008). Ilmu pengetahuan Sosial

untuk SD/Mikelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

NCSS. (1994). Curriculum standard for sicial

Studies. Washington: National

Commission on Social Studies in the school.

Nashar, (2004: 39). Teori Motivasi dan

pengukurannya. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Mukhtar, (2007). Desain Pembelajaran

Berbasis TIK. Jakarta: Prenada Media

Mc.Donald (1986). Motivasi dan hasil

belajar.Jakarta: PT Bumi Aksara

Maulana, (2006). Metodologi penelitian

Kualitatif: Pradigma Baru ilmu

Komunkasi dan Sosial lainnya.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pupuh, (2007). Pengertian Media

Pengajaran. Jakarta: PT Indah Karya

Sardiman. A. (2007). Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo perseda.

Sardiman. A. (2002). Media pendidikan

Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo perseda.

Sardiman. A. (2005). Media pendidikan

Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo perseda.

Sardiman, dkk. (2011). Interaksi dan

Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Prs.

Sardimana, (2016). Interaksi & Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali Prs.

Sapriya, (2008). Filosofi Ilmu Pengetahuan

Sosial. Jakarta: Buana Jaya

Soemantri, N.(2010). Menggagas

Pembaharuan Pendidikan IPS.

Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, (2010). Penelitian Hasil dan Proses

Belajar Mengajar. Bandung Rosda Karya.

Sudjana, dan Rivai (2011). MediaPengajaran

. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sumayana, (2014). Dinamika Perkembangan

Pesrta Didik Dalam Perspektif Islam. Bandung. CV. Kaka Media Network.

Sugihartono, (2007). Psikologi Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press

Sugiyono, (2005). Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alphabeta

Yusuf, (1996). Ilmu Kepelatihan Dasar.

Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Gambar

Diagram Persentase Ketercapaian Motivasi  belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa macam biaya yang termasuk di dalam holding cost ini, yaitu biaya memiliki persediaan (modal), biaya gedung (biaya ini merupakan biaya sewa gedung jika perusahaan

Kondisi kecerdasan visual-spasial anak di TK Bunda Balita masih perlu stimulus, salah satunya disebabkan penggunaaan media balok yang lebih sering digunakan

Informasi waktu (berupa jam, menit, detik) dan kalender Hijriah (berupa hari, tanggal, bulan, tahun) dibangkitkan oleh sistem RTC-1287 (Real Time Clock berbasis IC DS12887) yang

Merger tidak semuanya meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta nasional devisa

Preparado pelo Ministério do Plano e das Finanças República Democrática de

Jika pada suatu pohon hasil DFS atau BFS , semua simpulnya sudah tidak memiliki tetangga yang belum dikunjungi, namun pada graf tersebut masih ada simpul yang belum

Conto Runtuyan Acara Upacara Adat Nikah Sunda ……….. Poto-poto Ngeuyeuk Seureuh

[r]