• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majlis Ta’lim Perempuan AS-Sunnah di Aceh Sejarah, Dakwah, dan Respon Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Majlis Ta’lim Perempuan AS-Sunnah di Aceh Sejarah, Dakwah, dan Respon Masyarakat"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

SITI KHATIJAH

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Prodi Sosiologi Agama

NIM: 361303471

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH 2018M / 1439H

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan mengucapka syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Swt atas semua rahmat dan nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Majlis Ta’lim Perempaun

As-Sunnah di Aceh Besar: Sejarah, Dakwah, dan Respon Masyarakat. Shalawat

beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Sws, serta sahabat, tabi’in dan serta para ulama, yang telah membimbing umatnya dari alam jahiliyah kealam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir yang dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Banda Aceh. Selama kuliah dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukunggan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung.

Ucapan terimakasih yang tak pernah terlupakan peneliti ucapkan kepada yang tercinta dan teristimewa kepada mamak tercinta yang bernama SITI FATIMAH dan ayahanda tercinta bernama ILIYAS yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendo’akan setiap hari, yang tak pernah lelah mencari rizeki, dan selalu mendukung dan memberi motivasi dalam setiap langkah yang saya jalani setiap harinya.

(6)

mamak Fitri, ika-iki dan Novia Mustika, Rahma Wati, Cut Diana dan Ratnawati, Kak Dahlia dan seluruh keluarga yang tercinta.

Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry. Serta kepada seluruh dosen yang telah memberikan penulis ilmu yang begitu banyak selama kuliyah. Dan tidak lupa pula kepada : Bapak Abd. Djalil Ya’cob. BA,MA selaku pembimbing I yang telah memperluangkan waktu dengan penuh ikhlas dan selalu memberi motovasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Dr. Sehat Ihsan Sadikin M.Ag selaku pembimbing II dan kepala perodi Sosiologi Agama yang telah banyak meluangkan waktu serta pikiran untuk penulisdalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya terimakasih juga kepada kawan-kawan yaitu srimah Aini, Husma Yanti, Nur Asiah, Nur latifah, Marefa, Ratih Lestari dan kawan-kawan yang lain. Dan kepada kawan-kawan seperjuangan pada program Sarjan UIN Ar-Raniry khususnya kepada teman-teman jurusan Soiologi Agama leting 2013 yang saling menguatkan dan saling memotivasi selama perkuliahan hingga terselesanya kuliyah dan skripsi ini. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.

Akhirnya Kepada Allah SWT penulis berserah diri serta mohon ampun atas segala dosa dan hanya kepada-Nya memohon semoga apa yang telah penulis

(7)

Banda Aceh,30 Januari 2018

SITI KHATIJAH 361303471

(8)

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Kajian Pustaka ... 5

E. Definisi Operasional ... 7

F. Kerangka Teori ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

H. SisitemPembahasan ... 14

BAB II Sejarah dan Perkembangan Majlis Ta’lim As-Sunnah A. Lorong Cempaka Desa Lam Blang Trieng ... 15

B. Sejarah Berdirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah ... 17

C. Perkembangan Majlis Ta’lim ... 20

D. Jaringan Organisasi ... 24

E. Sumber Dana untuk Kegiatan Majls Ta’lim As-Sunnah ... 25

F. Program /Kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah ... 27

BAB III Dakwah dan Respon Masyarakat Terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah A. Tauhid ... 32

B. Tradisi Aceh ... 34

1. Maulid Nabi Muhammad Saw ... 34

2. Kenduri Orang Meninggal ... 38

3. Pandangan Terhadap Program KB ... 41

a. Keluarga Berencana Menurut al-Qur’an dan Hadits ... 42

b. Keluarga Berencana Menurut Ulama ... 43

C. Pendidikan ... 45

1. Radio ... 45

2. Sekolah dan Pasnteren(pondok)... 47

(9)

Daftar Pustaka ... 64 FOTO KEGIATAN ... LAMPIRAN LAMPIRAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

(10)

Nama : Siti Khatijah

Nim : 361303471

Tebal Halaman : 67

Fak/Jur : Ushuluddin dan Filsafat/Sosiologi Agama

Pembimbing I : Drs. Abd. Djalil Ya’cob, BA,Ma

Pembimbing II : Dr. Sehat Ihsan Shadiqin, M.ag

ABSTRAK

Majlis Ta’lim As-Sunnah yang sudah ada sejak tahun 2004 setelah Tsunami Aceh, Majlis Ta’lim As-Sunnah yang berada di Desa Lam Blang Trieng Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Majlis Ta’lim As-Sunnah memiliki beberapa lembaga pendidikan mulai dari Taman kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas. Selain lembaga pendidikan Majlis Ta’lim As-Sunnah juga memiliki Masjid, pondok pesanteren dan Radio. Sumber dana yang didapatkan untuk mendirikan Majlis Ta’lim As-Sunnah tersebut dari anggota Majlis Ta’lim itu sendiri baik itu mendirikan Sekolah, Masjid maupun kegiatan-kegiatan lainya. Oleh sebab itu peneliti tertarik membahas judul mengenai” Majlis Ta’lim Perempaun As-Sunnah di Aceh Besar: Sejarah, Dakwah, dan

Respon Masyarakat. Majlis Ta’lim ini menarik untuk diteliti dengan

mengajukan beberapa pertanyan kunci seperti Bagaimana sejarah berdirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah di Desa Lam Blang Treing, Bagaimana strategi Dakwah Majlis Ta’lim As-Sunnah, Bagaiman respon masyarakat terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah. Untuk mendapatkan hasil dari beberapa rumusan masalah di atas, peneliti menggunakan metode penelitan lapangan dengan pendekatan kualitatif dimana teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan data dokomentasi. Adapun hasil dari penelitian menunjukan bahwa Majlis Ta’lim As-Sunnah merupakan sebuah Majlis yang melakukan kegiatan yang sesuai dengan sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Majlis Ta’lim As-Sunnah tidak melakukan tradisi Aceh.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan Agama Islam dari masa ke masa sangat menarik untuk dikaji. Pada saat ini agama Islam sudah berkembang baik di negara berkembang atau negara maju. Indonesia merupakan negara Islam mulai dari tingkat pendidikan, lembaga masyarakat sampai dengan peraturan masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang mayoritas agama Islam yang sangat terkenal. Kenyataan tersebut membawa pada suasana khas kelembagaan pendidikan Indonesia, suasana khas tersebut ditandai dengan kuatnya lembaga pendidikan.1

Tidak bisa dipungkiri bahwa Islam dan pemahaman keIslaman yang masyarakat memiliki tidak seratus persen asli, tetapi berasal dari Ulama, Guru, Ustaza, dan buku-buku, yang tidak lain merupakan hasil penafsiran penulisnya atau sumber Islam tersebut. Tidak salah jika dalam sejarah Islam terdapat perbedaan pemahaman sampai terbentuknya aliran atau organisasi tersendiri, termasuk dalam pengalamannya.2 Sehingga di Indonesia sudah banyak lahir organisasi-organisasi yang mengatasnamakan pejuang Islami.

1 Arif Subhan. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20 Perkumpulan Antara

Modernitas dan Identitas,(Jakarta,PRENANDA MEDIA Gerup.2012). 17

2Lia Nasrah,’’ Pandangan Masyarakat Terhadap Jamah Tabligh (studi khasus Village

Jamiatul Ulama, Desa Lam Ilie Teungoh, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar)”,(Skripsi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-raniry) 1

(12)

Desa Lam Blang Trieng mempunyai lembaga Majlis Ta’lim yang dikenal dikalangan masyarakat setempet. Majlis Ta’lim As-Sunnah ini bisa dikatakan sebagai Ma’lis yang tertutup karena masyarakat sekitar tidak bergabung dalam Majlis tersebut. Majlis ini mempunyai ciri khusus seperti berpakaian hitam dan bercadar bagi kaum wanita sedangkan kaum laki-laki memakai pakaian gamis yang sangat berbeda dengan masyarakat Aceh pada umumnya.

Majlis Ta’lim As-Sunnah yang ada di desa Lam Blang Trieng mampunyai sekolah dan pesantren tersendiri, Majlis Ta’lim As-Sunnah ini terletak di Dusun Cempaka Desa Lam Blang Trieng. Sekolah dan pesantrennya hanya diisi oleh anak-anak mereka yang tinggal di Lorong Cempaka tersebut. Mereka mempunyai sekolah dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Dasar. Setelah tamat Sekolah Dasar, anak- anak di lorong Cempaka ini dimasukkan ke pesantren yang ada di sana. Adapun tingakatan pendidikan yang ada di pesantren ini mulai dari SMP hingga setandar dengan Perguruan Tinggi.

Namun pendidikan di pesantren ini tidak sama dengan sekolah formal pada umumnya. Di sekolah formal anak-anak dituntut untuk belajar pelajaran umum dan juga pelajaran agama. Sedangkan di pesantren ini hanya diwajibkan belajar tahfiz al-Qur’an saja. Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagi sebahagian masyarakat di sana, mengingat dengan semakin pesatnya perkembangan zaman dan canggihnya ilmu pengetahuan, maka sudah semestinya seorang anak didik diajarkan seimbang antara ilmu agama dan ilmu umum.

Ada hal lain yang menjadi perhatian penting bagi Peneliti yaitu anak-anak mereka tidak pernah berintraksi dengan anak-anak masyarakat di sekitar. Hal ini

(13)

dikarenakan orang tua mereka juga tidak pernah berintraksi dengan masyarakat yang lain, tentunya ini menjadi hal yang dipertanyakan, karena mereka mempelajari agama Islam yang mana agama Islam adalah agama yang menyeluruh dan sangat mengutamakan hubugan antara sesama manusia.

Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang dan berkesinambungan. Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia diabaikan. Apabila hal itu diabaikan maka tidaklah sempurna keimanan seseorang. Hubungan kepada sesama manusia dalam istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestarikan dan menjaga dengan baik. 3

Menurut informasi yang Peneliti peroleh dari masyarakat, Majlis Ta’lim As-Sunnah mempunyai masalah dengan masyarakat disekitar sehingga sudah beberapa kali Majlis ini dibubarkan oleh masyarakat tersebut. Akan tetepi para anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah tetap kuat dengan pendiriannya sehingga masyarakat sekitar tidak mampu untuk mengusir atau membubarkan Majlis Ta’lim As-Sunnah ini. Masyarakat disekitar berangapan bahwa ajaran yang mereka anut tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat Aceh pada umumnya. Sebagai contoh masyarakat aceh pada umumnya mengadakan peringatan Maulid Nabi sedangakan Majlis Ta’lim As-Sunnah tidak mengadakan Maulid, karena

(14)

mereka beranggapan bahwa Maulid Nabi itu adalah bid’ah karena pada masa kehidupan Nabi Rasulullah tidak pernah melakukan maulid tersebut.

Pengembangan masyarakat Islam adalah sebuah usaha dan gerakan terencana, terukur dan bisa diuji. Karena itu perkembangan masyarakat memiliki dasar yang sangat kuat baik dari aspek normativ maupun aplikatif. Dalam mengembangkan masyarakat perlu diperhatikan bahwa masyarakat punya tradisi, punya adat-istiadat. Perlu di perhatikan bahwa perkembangan, tingkatan dan elemen-eleman dari tradisi mana yang perlu kembangkan dan ditingkatkan dan elemen-elemen yang harus dibuang. Sebab dalam tradisi biasanya terdapat unsur-unsur yang positif dan juga unsur-unsur-unsur-unsur yang negatif.4

Dari uraian di atas, maka pokok dari penelitian ini adalah pandangan dan anggapan masyarakat terhadap gerakan perkembangan Majlis Ta’lim di Aceh Besar dengan judul, “Majlis Ta’lim Perempuan AS-Sunnah di Aceh: Sejarah, Dakwah, dan Resp on Masyarakat

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah di Desa Lam Blang Treing?

2. Bagaimana strategi Dakwah Majlis Ta’lim As-Sunnah?

3. Bagaiman respon masyarakat terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah?

4 Lembong Misbah, Jakfar puteh, Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam (Banda

(15)

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dalam peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah yang ada di Lam Blang Treing

2. Untuk mengetahui strategi Dakwah Majlis Ta’lim As-Sunnah

3. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah

Sedangakan Manfaat dari hasil penelitin ini diharapkan memberikan manfaat terhadap:

1. Penulis, untuk peneliti sendiri semoga penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tentang perkembangan Majlis Ta’lim di Aceh

2. Pemerintah, masyarakat, supaya dapat menjadi sebuah pemahaman baru tentang Majlis Ta’lim yang berkembanga di Aceh

3. Akademis, adapun manfaat penelitian ini secara akademis dapat menjadi ajuan maupun rujukan bagi siapa yang tertarik dalam mengkaji Majlis Ta’lim yang ada di Aceh. Dapat memperbanyak harapan kepustakaan di fakultas Ushuluddin.

D.Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan sebuh kajian yang mengkaji tentang pokok-pokok pembahasan yang berkaitan tentang masalah yang penulis kaji. Kajian pustaka ini penulis buat untuk menguatkan bahwa pembahasan yang penulis teliti tidak sama dengan penelitian orang lain. Penulis mendapatkan beberapa karya

(16)

ilmiah. Dari beberapa tulisan tersebut membahas topik yang ada hubungnya dengan tulisan ini, diantaranya seperti:

Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang ditulis oleh mahasisiwa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry, yang bernama Arif Rahmadani dengan judul “Respon masyarakat terhadap Jamaah Tabligh, (Studi Khasus di Kemukiman Bukit Baro, Kecamatan Montasik, Aceh Besar). Tulisan ini berisi tentang respon masyarakat terhadap Jamaah Tabligh yang sudah berkembang dikalangan masyarakat.5 Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan yang ditulis oleh mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, yang bernama Erni Wulandari dengan judul “Majlis Ta’lim Ahad Pagi Sebagai Sarana Penguatan Religiusitas dalam Kelurga (Studi Kasus Di Desa Kampung Kidul Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul Jogyakarta)”, tulisan ini berisi tentang Fenomena bahwa semakin berkembangnya jaman, semakin modern masyarakat khususnya keluarga enggan memperhatikan nilai-nilai keagaman sebagai benteng kehidupan.6 Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang ditulis oleh mahasiswi IAIN Purwokerto, yang bernama Ida Nurlaeli dengan judul” Pembinaan Agama Islam bagi Ibu-ibu di Majlis Ta’lim Desa Mernek Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap”, tulisan ini berisi tentang keberadaan Majlis

5 Arif Rahmayani” Respon Masyarakat Terhadap Jamaah Tabligh”(Banda Aceh, Jurusan

ilmu Aqidah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Ar-Raniry), 45

6 Erini Wulandari ‘’Majlis Ta’lim Ahad Pagi Sebagai Sarana Penguatan Religiusitas

Dalama Kelurga” ( Jokjakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri sunan Kalijaga) , 3

(17)

Ta’lim di masyarakat mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai tempat pengajian dan pembelajaran Islam bagi masyarakat.7

E.Definisi Operasional

1. Majlis Ta’lim

Majlis Ta’lim adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang msaih ada di masyarakat. Lembaga ini merupakan lembaga pendididkan agama Islam non formal yang mampu diterima dikalangan masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Bahkan Majlis Ta’lim merupakan wadah yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi hasrat keagamaan yang dirasakan mesih sangat kurang. 8

2. As-Sunnah

As-Sunnah dalam bahasa Arab berarti Tradisi, kebiasan, adat istiadat. Dalam termenologi Islam, sunnah adalah segala perbuatan, perkatan dan segala yang diizinkan Nabi Muhammad. Sunah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasululah baik itu perkatan, dan perbuatan yang dilakukan dan memberi contoh yang baik kepada semua umatnya.

3. Dakwah

Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari

7 Ida Nurlaela ‘’Pembinaan Agama Islam bagi Ibu-Ibu di Majlis Ta’lim”(Purwokerto:

jurusan pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto), 2

8 Erini Wulandari ‘’Majlis Ta’lim Ahad Pagi Sebagai Sarana Penguatan Religiusitas

dalama Kelurga” ( jokjakarta: jurusan pendidikan agma Islam fakultas tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), 12-13

(18)

perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian dunia dan akherat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat Al-ghazali bahwa amrma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat.9

4. Perempuan

Perempuan merupakan istilah untuk konstruksi sosial yang identitasnya ditetapkan dan dikonstruksi melalui sifatnya. Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar disekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan. 10

5. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang menetap pada suatu daerah yang terjalin erat karena sistem, tradisi, konveksi, dan hukum tertentu, serta hidup bersama. Sisitem, tradisi, konveksi, dan hukum merupakan unsur dalam menjelaskan arti masyarakat karena istilah masyarakat tidak hanya sekedar kelompok manusia yang hidup bersama, tetapi

9 Munzier suparta,dkk, Metode Dakwah(Jakarta ,PRENADA MEDIA GRUP, 2003)hal 7

10 http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/9200-pengertian-perempuan.html 25

(19)

juga terkait oleh suatu sismte yang terbentuk dari intraksi antara mereka sehingga menampilkan realitas tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. 11

F.Kerangka Teori

Penelitian ini mengunakan teori gerekan sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gerakan sosial adalah tindakan terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program terencana dan tujuan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan.

1. Gerakan Sosial Lama

Geraka untuk perubahan yang telah ada sejak awal masyarakat, sebagian besar merupakan gerakan-gerakan abad ke-19 berjuang untuk kelompok-kelompok sosial tertentu seperti kelas pekerja, petani, orang kulit putih, kaum bangSAWan, kaum keagamaan, laki-laki. Mereka biasanya berpusat disekitar beberapa tujuan materialistik seperti meningkatkan standar hidup atau otonomi politik kelas pekerja.

Adapun ciri-ciri gerakan sosial lama yaitu: relasi mengalami ketimpangan antara kelas buruh dan para pemilik alat produksi atau yang dikenal juga dengan kelas burjuis. Gerakan sosial diberbagai tempat tidak hanya disebabkan oleh eksplotasi kelas tetapi juga disebabkan oleh ketidak seimbangan relasi antara laki-laki dan perempuan. Sehingga teori eksplotasi buruh tidak lagi relevan dan teori

11 Saifullah Zulkifli ”Metode Perkembangan Masyarakat Islam ‘’(Banda Aceh:

(20)

keluhan lebih netral dan cocok dengan situasi kekinian, sehingga lahirlah gerakan sosial baru. 12

2. Gerakan Sosial Baru

Gerakan yang menjadi dominan mulai dari paruh kedua abad ke-20 seperti feminis, gerakan hal-hal sipil, gerakan lingkungan, gerakan perangkat lunak beba, gerakan hak-hak gay, gerakan perdamaian, gerakan anti-nuklir, gerakan alter-globalisasi dan lain-lain. Kadang-kadang gerakan ini dikenal sebagai gerakan baru. Meraka biasanya berpusat disekitar isu-isu yang sama yang tidak bisa terpisahkan dari gerakan sosial. 13

Salah satu tokoh sosiologi yang membicarakan tentang teori gerakan sosial adalah Karl Marx, Karl Marx mengamati fenomena gerakan sosial hanya terjadi ketika relasi mengalami ketimpangan antara kelas buruh dan para pemilik alat produksi atau yang dikenal juga dengan kelas borjuis. Namun perkembangan baru dalam gerakan sosial menunjukan gerakan sosial diberbagai tempat tidak hanya disebabkan oleh penyebab lain seperti ketidak seimbangan relasi antara laki-laki dan perempuan. Karena itu teori ekspoitasi buruh tidak lagi relevan dan teori keluhan lebih netral dan cocok dengan situasi kekinian.

Alberto Melucci berpendapat bahwa, gerakan sosial baru sebagai bentuk reaksi dari keluhan baru justru ingin melakukan perlawanan atas intervensi negara dan pasar yang terlalu besar dalam ruang privat individu dan berupaya merebut

12Abdul Wahid Situmorang, Gerakan Sosial Teori & Praktek, (yogyakarta: Pustaka Belajar, 20130), 26

13 www.landasanteori.com/2015/10/pengertian -teori-gerakan-sosial.html(24 November

(21)

kembali otonomi sebagai individu yang telah dihancurkan oleh sebuah sistem yang sangat manipulstif. Menurut Alberto gerakan ini melawan semua upaya lembaga–lembaga Negara melakukan intervensi melalui aparatur birokrasi dalam kehidupan sehari-hari.14

Menggunakan anlisi Alberto Melucci yang memperjuangkan kelas, respon masyarakat terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah juga melakukan hal yang sama, Majlis Ta’lim As-Sunnah ini merupakan gerakan sosial yang memperjuangkan Dakwah Islamiah. Yang pernah dilakukan oleh Rasululaah ketika zamandahulu untuk menyampaikan kandungan al-Qur’an kepada umatnya. Majlis Ta’lim Sunnah ini juga merupakan gerakan sosial baru yang mana Majlis Ta’lim As-Sunnah melakukan kegiatan yang mempersatukan atau memperjuangkan kegiatan yang membuat kegiatan antara laki-laki dan perempuan sama. Para perempuan yang ada di Majlis Ta’lim As-Saunah ini melakukan kegiatan yang sama dengan kegiatan para jamah laki-laki. Para perempuan di Majlis Talim As-Sunnah ini memiliki peran yang sangat aktif untuk memperkembangkan kemajuan Majlis Ta’lim As-Sunnah.

G.Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperjelas tentang gambaran atau fenomena yang terjadi di Desa Lam Blang Treing. Hal yang dibutukan untuk penelitian lapangan ini adalah:

(22)

1. Lokasi

Penelitian yang dilakukan mengambil lokasi di sebuah lembaga Majlis Tal’im As-Sunnah, yang berada di Lorong Cempaka, Desa Lam Blang Trieng, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Penulis mengambil penelitian di Majlis Taklim As-Sunnah yang ada di Lorong Cempaka, serta ingin mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan di Majlis Ta’lim As-Sunnah dan mengetahi bagaiman respon masyarakat sekitar terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan melalui metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi ialah suatu teknik yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk dapat melihat objek yang akan diteliti dan memperoleh data yang akurat yang sekiranya dibutuhkan sebagai pelengkap dalam penelitian.15Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yakni pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung dan teknik ini juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan masyarakat dengan masyarakat Lorong Cempaka, dan kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah. Observasi ini akan dilakukan oleh peneliti ditiga tipologi tempat yaitu Lorong Cempak, tempat Majlis Ta’lim menuntut Ilmu

15 Basrawi dan suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif,( Jakarta: Rineka Cipta,2008),

(23)

dan Penulis akan secara langsung mendatangi tempat penelitian tersebut dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para responden.16 Disini peneliti akan mewawancarai Geucik dan para perempuan Majlis Ta’lim Sunnah dan sebagian masyarakat. Tentang Majlis Taklim As-Sunnah yang ada di desa Lam Blang Krieng Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan dikumpulkan dan dianalisis melalui pendekatan kualitatif yang menghasilkan data diskripsi analisa yang digunakan informan yang melalui lisan yang disampaikan. Dengan demikian dapat diperoleh hasil analisis yang lebih objektif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.pendekatan kualitatif yang dilakukan untuk menganalisis data menurut kualitas sumber data yang diperoleh.

c. Dokumentasi

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, peneliti mengambil dokumntasi beberepa foto untuk bukti sudah melakukan penlitia di Majlis Ta’lim As-Sunnah yang ada di Lorong Cempaka. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kebenaran data dan mempermudah penulis menyajikan hasil penelitian.

16 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,(Jakarta:Rineka cipta

(24)

H. Sistematika Pembahasan

Supaya memudahkan para pembaca dalam memhami isi dari skiripsi ini, maka penulis mengemukakan garis-garis besar dari setiap pembahasan yang telah diuraikan dalam skripsi ini, dimana terdapat padatiap-tiap bab, yaitu:

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Pembahasan di bab ini adalah pembahasan yang menjadi pokok pembahasan yang menjadi acuan pada bab selanjutnya.

BAB II peneliti menguraikan tentang organisasi yang ada di Majlis Ta’lim As-Sunnah, Lorong Cempaka Desa Lam Blang Trieng, sejarah berdirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah, perkembangan Majlis Ta’lim As-Sunnah, jaringan organisasi, sumber dana untuk kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah dan program/kegitan Majlis Ta’lim As-Sunnah.

BAB III penulis lebih detail kepada kunjungan lapangan mengenai dakwah dan terspon terhadap Islam modern. Tauhid, Tradisi Aceh , pendidikan, kegiatan para kaum perempuan di Majlis Ta’lim As-Sunnah dan respon masyarakat terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah.

BAB IV merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari berbagai permasalahan yang telah dibahas sebelumnya. Disertai saran-saran yang ada pada permasalahan tersebut.

(25)

BAB II

Sejarah dan Perkembagan Malis Ta’lim As-Sunnah

A. Lorong Cempaka Desa Lam Blang Treing

Ditinjau dari letak geografis, Provinsi Aceh sangat starategis karena letaknya di tepi Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang sebelah barat kepulauan Indonesia. Berdasarkan letak geografisnaya, maka provinsi ini sejak zamandahulu merupakan jaringan lalu lintas internasional melalui jalur selat malaka. Aceh merupakan daerah yang bermayoritas Agama Islam sehingga dijuluki Serambi mekkah, karena Aceh mempunyai Agama Islam yang sangat kental dan Aceh merupakam pertama masuknya Agama Islam ke Indonesia.

Para sejarawan telah lama sepakat bahwa Islam bertapak pertama sekali dikepulauan Melayu adalah Aceh. Kenyatan ini diungkap oleh sejumlah pakar sejarah lokal maupun internasional. Thomas W. Arnod menyatakan bahwa Islam telah di bawak oleh pedagang-pedagang Arab sejak pertama abad-abad pertama hijrah. Daerah yang pertama kali didatangi Islam adalah pesisir sumatra, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Pasai. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia yang ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam yang secara damai. Keterangan Islam di Aceh, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk keperibadian bangsa Indonesia.1

1Asnawi Muhamaad salam, Aceh Antara Asad & Syariat (sebuah kajian kritik Tradisi dalam masyarakat Aceh), (Banda Aceh, Ar-Raniry 2004),25

(26)

Masuknya Islam ke Aceh ada yang mengatakan bahwa dari India, dari persia, atau dari Arab dan jalur yang digunakan adalah perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan dan kesenian. Teori Gujarat memandang bahwa asal muasal datangnya Islam adalah melalui jalur perdagangan Gujarat India pada abad ke 13-14.

Aceh memiliki beberapa kabupaten yang salah satunya Aceh Besar yang memilki luas 2.974,12 km2 dengan jumlah penduduk 52.098 jiwa. Aceh Besar dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk, Aceh Rayeuk ada juga menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sago (Aceh tiga segi), sebelum dikeluarkan undang-undang darurat nomor 7 tahun 1956, Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang terdiri dari kewedanan, yaitu kewedan Seulimum, kewedan Lhoknga dan kewedan Sabang. Akhirnya dengan perjuangan yang panjang kabupaten Aceh Besar disahkan menjadi daerah otonomi melalui undang-undang nomor 7 tahun 1956 dengan ibu kota pada waktu itu adalah Banda Aceh.2

Aceh Besar merupakan sebuah Kabupaten yang mempunyai beberapa Kecamatan dan Desa salah satunya Kecamatan Darul Imarah dan Desa Lam Blang Trieng yang menjadi tempat penelitian dalam tulisan ini. Lam Blang Trieng merupakan salah satu gampong yang ada di Mukim Lamreung, kecamatan Darul Imarah, kabupaten Aceh Besar. Desa yang terletak ditengah-tengah Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar dan Banda Aceh. Desa ini mempunyai

(27)

luas wilayah 43,2 km2 , dengan jumlah penduduk 695 dan 155 Kartu keluarga (KK) data pada tahun 2017.

Dengan jumlah penduduk 695 orang menyebar dibeberapa dusun yang diantaranya: Dusun Darussalam, Dusun Cot Seni, Dusun cempaka dan Dusun Takwa. Dengan dua masjid, dua dayah ( dayah untuk anak-anak, dayah untuk orang tua atau bisa disebut untuk dayah orang lanjut usia (panti jumpo)). Desa Lam blang Treing merupakan Desa yang sangat setrategis karena Desa ini dikelilingi oleh jalan besar antar kota. 3

B.Sejarah Berdirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah

Keberadan Majlis Ta’lim dengan segala aktivitasnya merupakan produk dan hasil dari kebudayan dan peradaban yang telah dicapai oleh umat Islam diabad modern ini, lembaga ini berakar dari gerakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dahulu. Bahkan Majlis Ta’lim telah memberikan makna tersendiri dalam dakwah dan pengembangan masyarakat serta menjadi salah satu bentuk dan cara dalam melakukan sosialisasi, internalisasi, eksternalisasi, ajaran Islam, khususnya unuk kaum ibu-ibu disemua lapisan masyarakat. 4

Majlis Ta’lim berasal dari dua suku kata yaitu kata Majlis dan kata Ta’lim, dalam bahasa arab kata Majlis ( سل جم ) adalah kata tempat kata kerja dari سل ج yang artinya”tempat duduk, tempat sidang dewa-dewa”. Kata Ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja( مل ع - مل ع ی - امی ل غ ٺ ) yang

3 Data Diperoleh Dari wawancara dengan Bidan Desa Masna Yani 12 Desember 2017

4 Abdul Jamil,dkk Pedoman Majlis Ta’lim, ( Jakarta, Kementerian Agama RI, Direktorat

(28)

mempunya arti ”pengajaran” dalam kamus Bahasa Indonesia pengertian Majlis adalah “pertemua atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul, dari pengertian terminologi tentang Majlis diatas dapatlah dikatakan bahwa majilis adalah “tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian Islam”. 5

Secara terminologi makna/pengertian Majlis Ta’lim mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda. Effendy Zarkasyi mengatakan “ Majlis Ta’lim bagian dari model dakwah dewasa ini dan sebagai forum belajar untuk mencapai satu tingkat pengetahuan agama’. Syamsuddin Abbas juga mengemukakan pendapatnya, dimana ia mengartikan sebagai “ lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamah yang relatif banyak. 6

Majlis Ta’lim sebagai sebuah intitusi pendidikan non formal bidang keagamaan memiliki arti penting bagi pengalaman nilai-nilai Islam dimasyarakat. Hal ini dikarenakan keberadaan Majlis Ta’lim yang menjadi ujung tombak yang berhadapan langsung pada masyarakat. Dalam undang-undang Republik

5Nanang Kristanto, pengelolahan Majlis Ta’lim IIPS (ikatan pengasuh pengajian

sumbersari( sebagai wadah pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter di keluarga dikelurahan sumbersari, moyuda,sleman yogyakarta)(skripsi prodipendidikan luar sekolah fakultas ilmu pendidikan Universitasnegri yokyakarta) 24

6Feri Andi, peran Majlis Ta’lim dalam meningkatkan pemahaman keagaman (study

terhadap Majlis Ta’lim nur hidayah di desa teraman jaya kecamatan semendawai suku III kabupatan Ogan komering ulu timur (skripsi prodi pendidikan agama Islam Fakultas tarbiyah dan pendidikan Universitas Islam Negeri Raden Fatah palembang) 24

(29)

Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan pasal 30 dan pendidikan ke agamaan.7

Berdasarkan wawancara dengan Umi Zaid yang menjabat sebagai pimpinan sekolah. Yang menerangkan sejarah bedirinya Majlis Ta’lim As-Sunnah diawali setelah terjadinya musibah Tsunami di Aceh. Pada tahun 2004. Sebelumnya Majlis Ta’lim As-Sunnah ini sudah berada di Lorong Melati, Desa Mata Ie, Kabupaten Aceh Besar. Majlis Ta’lim As-Sunnah ini pernah mengalami berbagai permasalah dengan masyarakat Mata Ie sehingga meraka berpindah tempat ke desa Lam Blang Trieng. Adapaun faktor yang menyebabkan mereka berpindah tempat dari Lorong Melati Desa Mata Ie, tersebut karena warga disana pernah melakukan pengusiran terhadap Majlis Ta’lim As-Sunnah. Alasan masyarakat mengusir Majlis Ta’lim As-Sunnah dari Lorong Melati kerena masyarakat beranggapan bahwa Majlis Ta’lim As-Sunnah ini menganut aliran Wahabi. Karena anggota Majlis Ta-lim As-Sunnah tidak mengikuti kegiatan masyarakat pada umumnya.

Majlis Ta’lim As-Sunnah kemudian pindah ke Desa Lam Blang Trieng. Dulunya tempat ini mempunyai lahan yang kosong yang belum diisi oleh warga yang tinggal di Desa tersebut. Anggota jamaah Majlis Ta’lim berinisiatif untuk membeli beberapa lahan untuk dijadikan tempat tinggal dan bahkan menjadikan sebagai dusun bagi anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah. Sehingga orang-orang yang datang itu mendirikan sebuah Majils Ta’lim As-Sunnah yang menjadi tempat belajar dan mengajar berbagai ilmu. Anggota dari Majlis Ta’lim As-Sunnah

7Abdul Jamil,dkk Pedoman Majlis Ta’lim, ( Jakarta, Kementerian Agama RI, Direktorat Jendral Bimas Islam , Direktorat Penerangan Agama Islam 2012) 2

(30)

tersebut bukan hanya berasal dari warga Aceh saja melainkan berasal dari beberapa daerah yang ada di Indonesia seperti dari daerah Medan, Jawa, dan bahkan ada dari Sulawesi.

Anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah yang datang dari luar Aceh memliki tujuan datang ke Lorong Cempak tersebut, untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah AS-Sunnah. Kemudia mereka menuntut ilmu di Majlis Ta’lim As-Sunnah dan memilki pekerjan yang dekat dengan desa Lam Blang Treing. Ada juga yang menikah dengan Anggota lain yang ada di Lorong Cempaka. Sehingga para pendatang menetap di daerah tersebut, dan mejadi anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah tersebut.8

C. Perkembangan Majlis Ta’lim As-Sunnah

Majlis Ta’lim As-Sunnah memiliki beberapa lembaga pendidikan mulai dari Taman kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas. Sekolah tersebut belum memiliki izin resmi dari pemerintah Aceh atau pemerintah Pusat. Sekolah tersebut hanya mempelajari tahfiz al-Qur’an dan tidak sama dengan sekolah formal umumnya yang mempelajari pelajaran umun dan agama.

Bangunan sekolah tempat anak-anak lorong Cempaka belajar tahfiz al-Qur’an didirikan menggunakan dana pribadi dari setiap anggota Majilis Ta’lim As-Sunnah. Sekolah yang baru berdiri sekitar tahun 2016 ini hanya ditempati oleh anak-anak Lorong Cempaka. Demikian juga dengan guru yang mengajar dan belajar hanya diisi oleh anggota Majilis Ta’lim As-Sunnah itu sendiri, tidak ada anak-anak murid atau guru yang mengajar dari luar anggota Mejlis Ta’lim

(31)

Sunnah yang ada di Lorong Cempaka tersebut. Sehingga intraksi anak-anak yang ada di Lorong Cempaka tersebut terbatas, dikarenakan anak-anak anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah tidak pernah bergabung dengan anak-anak luar. 9

(32)

Gambar 1: pondok dan Sekolah As-Sunnah

Secara umum Majlis Ta’lim As-Sunnah menerapakan pengajaran yang Islami atau sesuai dengan syariat baik di Rumah maupun di Sekolah, sehingga Sekolah yang onggota Majlis Ta’lim As-Sunnah dirikan bernuansa Islami itu dapat dilihat dari terpisahnya tempat belajar antara laki-laki dan perempuan. Dalam malakukan aktivitas belajar mengajar sekolah ini memisahkan jarak antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki karena mereka percaya bahwa tidak boleh berbaur antara laki-laki dan perempuan. Hal ini para Malis Ta’lim As-Sunnah lakukan karena mereka takut anak-anak mereka tidak dapat mengontrol pergaulan dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga para Majlis Ta’lim As-Sunnah juga membagun sekolah yang berbeda antara laki-laki dengan perempuan, sekolah dimiliki oleh kaum perempuan sudah dibangun 2016 yang lalu sedangkan sekolah para kaum laki-laki

(33)

baru dibangun 2017 yang lalu. Jarak antara sekolah laki-laki dengan perempuan menempuh waktu yang cukup lama. Walaupun demikian para laki-laki tetap tinggal dekat dengan masjid dan Majlis Ta’lim As-Sunnah. Biasanya para laki-laki yang sekolah melakukan aktivitas selain disekolah juga melakukan aktivitas penyiaran raddio yang dimiliki oleh Majli Ta’lim As-Sunnah.

Pembagunan sekolah pada umumnya sekolah bertujuan melakukan aktivitas atau proses belajar. Secara umum sekolah di Aceh menggabungkan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu di sekolah-sekolah umum juga sangat minim pelajaran agama. Oleh sebab itu anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah berinisiatif untuk membangun sekolah sendiri. Selain sekolah para Majlis Ta’lim As-Sunnah juga membagun masjid. Melihat dilakukanya masjid yang ada tidak melakukan aktivitas pengajian setelah sholat subuh. Anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah membagun masjid sendiri dimana Majlis Ta’lim As-As-Sunnah laki-laki dapat mengaji setelah selesai sholat.

Sekolah Majlis Ta’lim As-Sunnah tidak mempunyai pakaian seragam seperti sekolah-sekolah pada umumnya, sekolah ini hanya memekai pakaian serba hitam seperti pakaian sehari-hari. Selain pakaian sekolah Majlis Ta’lim As-Sunnah juga tidak memakai kursi ketika belajar. Anak-anak hanya duduk dilantai yang sederhana dan memkai meja kecil. Sekolah ini juga tidak memiliki ruang khusus seperti sekolah-sekolah pada umumnya sekolah Maajlis Ta’lim As-Sunnah hanya memekai pembatas saja untuk membedakan kelas.

(34)

D.Jaringan Organisasi Ma’jlis Ta’lim As-Sunnah

Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelum tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai suatu sasaran tertentu atau serangkai sarana. 10

Majlis Ta’lim As-Sunnah melakukan kegiatan dibeberapa tempat salah satunya masjid Agung Al-Makmur. Kegiatan yang dilakukan di masjid tersebut melibatkan Majlis Ta’lim As-Sunnah untuk menjadi pengisi acara keagamaan. Selain itu Majlis Talim As-Sunnah juga melakukan pengajaran dibeberapa tempat di Aceh. Namun demikian mereka bukan cabang dari As-Sunnah melainkan untuk memberikan kemudahan anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah yang tidak menetap di lorong Cempaka.

Selain di Aceh Majlis Ta’lim As-Sunnah juga melakukan kerja sama dengan Majlis Ta’lim yang lain. Mereka mempunyai jaringan ke Agamaan diluar daerah salah satunya daerah Jawa. Pendiri pertama Majlis Ta’lim As-Sunnah ini adalah orang Jawa yaitu Haris ia merupakan alumni Darul Hadis dari Yaman. Salah satu tujuan melakukan jaringan keluar daerah hanya untuk menyebarkan ilmu keagamaan yang lebih luas. Majlis Ta’lim As-Sunnah juga bisa mendatangkan guru-guru besar dari beberapa daerah untuk memberikan berebagai ilmu kepada jamaah Majlis Ta’lim As-Sunnah.

Selain memberikan berbagai ilmu kepada Majlis Ta’lim As-Sunnah para tamu yang datang dari berbagai daerah juga melakukan silaturrahmi kepada para

10 Veitahzal rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (jakarta PT Raja grafindo persada 2004) 188

(35)

Majlis Ta’lim As-Sunnah uantuk megenal sesama Majlis Ta’lim sehingga Majlis Ta’lim As-Sunnah dapat berkembang seperti daerah-daerah lain. Sedangkan Majlis Ta’lim As-Sunnah ini merupaka Majlis Ta’lim yang terkesan tertutup dan belum berkembang dikarenakan Majlis Ta’lim As-Sunnah ini tidak pernah melibatkan orang lain dalam kegiatannya.

Di level internasional Majlis Ta’lim As-Sunnah memiliki hubungan dengan negara-negara Islam di Timur Tenggah. Banyak ulama Da’i disana datang berkunjung ke Majlis Ta’lim As-Sunnah. Diantara negara yang pernah datang adalah negara Irak, Arab Saudi, dan Yaman. Di Aceh mereka mengajarkan berbagai ilmu keislaman. Syeh yang datang dari Arab lebih mahir tantang tajwid maka meminta kepada Syeh yang datang mengajarkanya. Sehingga jamah Majlis Ta’lim As-Sunnah banyak menerima tamu dari luar negara.

E. Sumber Dana untuk Kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah

Sumber dana yang didapatkan untuk mendirikan Majlis Ta’lim As-Sunnah tersebut dari anggota Majlis Ta’lim itu sendiri baik itu mendirikan Sekolah, Masjid maupun kegiatan-kegiatan lainya. Untuk mengembangkan Majlis Ta’lim As-Sunnah, maka anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah menggunakan dana dari mereka sendiri. Walaupun pekerjaan para Majlis Ta’lim As-Sunnah bisa dibilang kebanyakan dari golongan bawah, akan tetapi angoota Majlis Ta’lim As-Sunnah dapat membagun dengan pasilitas yang mencukupi. Sehingga banyak masyarakat sekitar beranggapan bahwa anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah banyak menerima sumbangan dari Yahudi untuk membangun Majlis tersebut.

(36)

Alasan masyarakat berpendapat tentang sumbangan atau dana dari Yahudi karena para Majlis Ta’lim As-Sunnah memiliki pasilitas lengkap. Pada hari raya Idhul Adha mereka memiliki kurban yang lebih banyak dan anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah yang berdomisili di Lorong Cempaka mempunyai rumah-rumah yang tergolong mencukupi. Sedangkat para Majlis Ta’lim As-Sunnah jarang dilihat masyarakat melakukan aktivitas di luar rumah atau mendapat usaha lain selain di Lorong Cempaka.

Ibu Hasanah dan bapak Ali yang penjual barang kelontong di samping Majlis Ta’lim As-Sunnah, mengatakan bahwa Majlis Ta’lim As-Sunnah sangat banyak memiliki fasilitas di Majlis Ta’lim As-Sunnah. Sebagai contoh pada lebaran Idhul Adha para Majlis Ta’lim As-Sunnah melakukan kurban 6-7 kerbau. Padahal mereka hanya terdiri dari beberapa keluarga (KK) saja. Masyarakat Lam Blang Trieng yang lebih banyak panduduknya saja tidak sampai pada 5 hewan untuk dijadikan kurban.11

Majlis Ta’lim As-Sunnah pada umumnya bermata pencaharian sebagai penjual somai, panjual sosis goreng, dan ada juga sebagai PNS dan dosen dibeberapa Univeritas. Meskipun sebahagian sudah meninggalkan pekerjaan tersebut karena alasan teologis. Anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah hanya fokus dengan beribadah saja.

(37)

F.Program/Kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah

Ada beberapa kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah. Mulai dari sekolah yang dibangun oleh anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah itu sendiri, pengajian dan belajar bahasa Arab bagi ibu-ibu, dan menghapal al-Qur’an bagi mahasanteri. Pada kegitan ini para anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah melakukan dengan sendiri, Seperti sekolah anak-anak, yang sekolah di kalangan Majlis Ta’lim tersebut hanyak anak-anak dari mereka yang tingal di Lorong Cempaka sedangkan guru untuk mengajar pun hanya dari Lorong Cempaka tersebut tadak ada campur dari anak atau guru dari masyarakat lain. Sehingga sekolah tersebut belum ada izin resmi dari pemerintah.

Selain para kaum ibu-ibu melakukan aktivitas mengajar dan belajar di Majlis Ta’lim As-Sunnah juga tidak pernah lupa melakukan aktivitas rumah sebagai ibu dalam rumah tangga masing-masing. Akan tetapi begitu kegiatan para anggota Majlis Ta’lim sangat padat sehingga meraka tidak ada kesempat lagi untuk keluar dari rumah sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah ada kesempata untuk berkumpul dengan masyarakat lainnya.

Pada saat selesai sholat lima waktu bagi kaum laki-laki mereka melakukan pengajian bersama di dalam masjid yang ada di lorong Cempaka, pengajian ini diisi oleh kaum laki-laki yang berdomisili di lorong Cempaka tersebut tanpa ada campur baur dengan masyarakat setempat. Pada hari-hari tertentu mereka melakukan kegiatan acara seperti pengajian bersama, membahas apa yang terjadi pada sekarang ini, seperti ketika mereka mendenggar bahwasanya ada orang meninggal di desa Lam Blang Trieng sehingga mereka mengutuskan untuk

(38)

menjenguk atau memberikan bantuan bersama-sama. Walaupun ada sebahagian masyarakat lam Blang Trieng tidak mau menerima bantuan tersebut.

Pada hari–hari besar Islam para aggota Majlis Ta’lim As-Sunnah merayakanyan dengan terpisah pada masyarakat yang lain, seperti memperingati hari besar Sholat Aidhul Fitri dan Aidhul Adha mereka melakukanya di masjis yang ada di Lorong Cempaka tanpa ada anggota masyarakat yang lain. Walau pada dasarnya Desa Lam Blang Trieng sudah memiliki beberapa masjid yang bisa digunakan oleh siapapun. Tetapi para Majlis Ta’lim As-Sunnah tetap melakukan aktivitas di dalam masjid yang para Majlis Ta’lim punya.

Selain itu para anggota Majlis Ta’lim juga melakukan kurban secara terpisah, karena para masyarakat Lam Blang Treing juga malakukan kurban tanpa dihadiri oleh anggota Majlis tersebut. Walaupun para anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah merupakan bagian dari desa Lam Blang Trieng namun kegiatan-kegiatan tetap terpisah antara anggota Majlis Ta’lim dengan masyarakat yang lain. Meskipun hasil dari kurban yang Majlis Ta’lim As-Sunnah dibagi-bagi kepada masyarakat sekitar. 12

Meskipun para anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah mengadakan kegiatan-kegiatan keagaman lannya, para anggota tidak pernah melibatkan masyarakat kecuali para perangkat Desa, sehingga hubungan antara Majlis Ta’lim terbatas dengan perangkat desanya saja. Hal ini diakibatkan karena para anggota Majlis Ta’lim hanya menggundang para orang yang terpenting saja seperti perangkat

(39)

desa sedangkan masyarakat lain tidak pernah bergabung dengan kegiatan Majlis Ta’lim As-Sunnah tersebut .

Pada hari-hari tertentu para anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah perempuan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu seperti hari selasa para anggota Majlis Ta’lim melakukan pembelajaran Fiqih, hari Rabu belajar ilmu Tauhit dan hari Kamis belajar Taj’wid dan hari Sabtu belajar hadis Nabi. Sehingga aktipitas para perempuan Majlis Ta’lim dipenuhi dengan kegiatan belajar dan mengajar di lingkungan Majlis Ta’lim As-Sunnah tersebut.

(40)

BAB III

Dakwah dan Respon Terhadap Islam Modern

Ditinjau dari segi bahasa “da’wah” bearti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk katan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar, sedangkan bentuk kata kerja fi’i nya adalah bearti: memanggil, menyeru atau mengajak. Orang yang berdakwah bisa disebut dengan da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang di dakwahi disebut dengan mad’u.

Dakwah menjadikan perilaku muslim dalam menjelaskan Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da’i (subjek), maaddah (materi),

thoriqoh (metode), washilah (media), dan mad’u (objek) dalam mencapai

maqashid (tujuan) dakwah yang dekan dengan tujuan Islam yaitu mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.1

Sedangkan arti dakwan menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuan adalah sebagai berikut:

1. Pendapat Baikial khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maskud memindahkan umat dari suatu keadaan kepada keadaan lain.

2. Pendapat Syek Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka

1 Wahidin Saputra, Pengatar Ilmu Dakwah (Jakarta, PT Raja Grafindo persada, 2012),

(41)

mendapat kebahagian dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat Al-ghazali bahwa amrma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat.2

Dari hasil penelitian, maka informasi yang peneliti dapatkan mengenai sistem dakwah Majelis Ta’lim As-Sunnah adalah bahwa pada awal mulanya sistem dakwah yang dilakukan Majlis Ta’lim As-Sunnah tersebut hanya bersifat pribadi dan untuk keluarga sendiri, akan tetapi lama-kelamaan jumlah mereka semakin banyak, sehingga mereka berinisistif untuk mendirikan lembaga belajar atau pendidikan yang dimulai dari pengajian ibu-ibu dan pondok pesantren untuk anak- anak mereka. Berdasarkan salah satu informan yaitu Umi Zaid. Umi Zaid menjelaskan bahwa sistem dakwah Majlis Ta’lim As-Sunnah bisa dikatakan secara tersembunyi dan hanya untuk penduduk atau jama’ah Majlis Ta’lim As-Sunnah saja dan tanpa menyebarkan kepada khalayak ramai. Sehingga Majelis ini terkesan tertutup dan bahkan sebagian masyarakat menyebutnya sebagai aliran sesat. Padahal, setelah ditelusuri semua ajaran yang diajarkan mengarah kepada sunnah Rasulullah SAW

Menurut umi zaid bahwa Majlis Ta’lim As-Sunnah adalah Majlis Ta’lim yang dilakukan sesuai dengan perintah Rasul dan ajaranya, yang di tetapkan kepada anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah. Sehingga apapun yang mereka lakukan sesuai dengan perintah Rasul dalam kehidupan mereka sehari-hari baik itu dalam kehidupan sosial, bermasyarakat, bertetangga, bahkan dalam kehidupan bermasyarakat.

(42)

A.Tauhid

Secara bahasa, kalimat “Tauhid” bisa diartikan pengesaan. Adapun secara istilah yang dipakai dalam pembahasan ilmu-ilmu syar’i, terdapat beragam penggunaan. Terkadang kata syar’i sebagian orang dipakai secara meluas, mencakup seluruh pembahasan-pembahasan tentang akidah baik yang berhubungan dengan Allah dan sifat-sifat-Nya, ataupun yang berhubungan dengan kedudukan para Nabi, akhirat dan perinciannya, serta perkara-perkara ghaib yang lain. Sebagaimana di sisi lain sebagian orang yang memakai kata tersebut dalam arti sempit yaitu pada perkara yang berhubungan dengan zat Allah dan sifat-sifat-Nya. Namun para ulama yang mempelajari dalil-dalil Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam dan terperinci mendapatkan bahwa pada hakikatnya pembicaraan masalah tauhid tidak terlepas dari tiga aspek, yaitu:

1. Pengesaan Allah dalam penciptaan, pengaturan-Nya dan penguasaan terhadap segenap makhluk-Nya, yang disebut dengan Tauhid Rububiyyah. Tauhid ini juga mengandung keimanan akan wujud Allah, karena sesuatu yang tidak ada, tidak bisa disifati dengan sifat-sifat tersebut.

2. Pengesaan Allah dalam peribadatan, yang disebut dengan Tauhid Uluhiyyah

3. Pengesaan Allah dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yang disebut denganTauhid Asma’ wa Shifat Dengan makna inilah tauhid dikenal dikalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah-Salafiyyah. 3

3https://ashhabulhadits.files.wordpress.com/2012/06/apa-itu-tauhid-pdf1.pdf 27 Januari

(43)

Ajaran tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. sehingga Majlis Ta’lim As-Sunnah melakukan pengajaran kepada anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah untuk memperdalam ilmu tauhid yang mana ajarannya tentang bertahlilan, tawassul dan merayakan maulid Nabi. Mereka juga mengatakan Allah bersemayam di Langit yang sangat bertentangan dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah yang meyakini wujud Allah tidak berada pada arah dan tempat.

Allah di atas langit (arasy) bukan berakti Allah dibatasi (terikat) oleh arah (jihah) tempat dan waktu bukankah Allah yang meliputi segala-galanya. Tidaklah meyakinkan bahwa zat Allah terkait dengan waktu, tempat dan Arah (berjihat) sebagai sifat makhluk-nya. Merupakan keyakinaan dan nama, sifat Allah adalah menetepkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya dari nama-nama Allah dan sifatnya serta menafikan apa yang Allah dan Rasul-Nya nafikan.4

Ajaran tauhid yang dipelajari Majlis Ta’lim As-Sunnah di tudukan sebagai ajaran yang sesat, hal ini terkait tentang ajaran Majlis Ta’lim As-Sunnah tidak melakukan kegiatan keagaman tentang bertahlilan, tawassul dan merayakan maulid Nabi. Para Majlis Ta’lim As-Sunnah juga mengatakan bahwa kedudukan Allah bersemayam di langit, sehingga membuat keresahan bagi masyarakat setempat, sehinnga Majlis Permusyawaratan Ulama Aceh mengeluarkan patwa No. 9 Tahun 2014 tentang pemahaman, pemikiran, pengalaman, dan penyiaran agama Islam di Aceh.

4 Harits Abu Naufal, dkk, Penjelasan Ilmiah terhadap Fatwa Majlis Permusyarawatan

Ulam Aceh( MPU Aceh) nomor 9 Tahun 2014 tentang: Pemhanan, pemikiran, pengalaman dan penyiaran Agama Islam Di Aceh . Banda Aceh 7

(44)

B.Tradisi Aceh

Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian tradisi misalya menurut Soerjono Soekanto tradisi adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuka yang sama. Kemudian menurut W.J.S Poerwandarminto tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya), yang turun temurun dari nenek moyang.

Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan tradisi adalah segala sesuatu perbutan seperti kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang dan dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang sama.5 Beberapa kegiatan yang di lakukan oleh masyarakat Aceh pada umumnya, namun para anggota majis Ta’lim As-Sunnah tidak melibatkan dirinya dalam kegiatan tersebut. Di antaranya itu Maulid Nabi, Kenduri pada orang meninggal,dan perogram kebidanan tentang Keluarga Berencana yang telah menjadi tradisi masyarakat Aceh.6

1. Maulid Nabi Muhammad S.a.w

Secara etismologi, Maulid nabi Muhamman SAW bermakna hari, tempat atau waktu kelahiran Nabi, yakni peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, secara terminologi, Maulid muhammad adalah sebuah upacara keagamaan yang diadakan kaum muslimin untuk memeperingati kelahiran Rasulullah SAW. Hal ini diadakan dengan harapan menumbuhkan rasa cita pada Rasulullah SAW. Perayan maulid merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh

5http://www.spengetahuan.com/2017/10/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli.html 27

Januari 2018

(45)

setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan maulid ini adalah ekspresi kegembiran dan penghormatan kepada Rasulullah dengan cara menyanjung Nabi, mengenang, memuliakan dan mengikuti perilaku yang terpuji dari Rasulullah.

Sumber-sumber sejarah menceritan bahwa di Mesir ada sekelompok pendukung Fathimah putri dari Nabi Muhammad, mereka disebut Fathimiyyin, merekalah pertama kali yang mengadakan peringtan hari kelahiran Nabi Muhammad. Mereka mengadakan peringatan secara besar-besaran, mereka membagi-bagikan aneka makanan. Di samping memperinagati kelahiran nabi, mereka juga memperingati hari-hari kelahiran keluarga ”Ahlul bait” Nabi SAW inilah kenyatan sejarah yang menjadikan sebagian ulama fiqih menolak mutlak peringatan maulid Nabi, dan memasukan katagori bid’ah dalam urusan agama yang tidak ada dasar hukumnya. Rasulullah SAW tidak tidak pernah memperingati hari kelahirannya sepajang hidup, begitu juga para sahabat dan tabi’in.7

Mendasari kaum muslimin dalam melaksanakan peringatan maulid nabi adalah kecintaan dan pengagungan terhadap Rasulullah, dan kecintaan terhadap Rasulullah adalah termasuk dari kesempurnaan iman, bahkan Allah telah memerintahkan hamba-hambanya untuk mencintai Rasulullah. Tentunya tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali akan terpancar di dalam hatinya kecintaan kepada Rasulullah.

7 Noor Aula Kamaluddin, Peringatan Tradisi Maulid Nabi SAW, Serta Pembacaan Kitab

Al-Barzanji di Desa Pengandon Kabupaten kendal(studi komparatif Menurut Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah ), ( Semarang: Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negere Walisonggo) 30-70

(46)

Menginginkan di dalam merealisasikan kecintaan kepada Rasulullah untuk sesuai dengan apa yang diajarkan dan diarahkan Rasulullah sendiri. Selama ini sejauh yang telah dipelajari, tidak pernah mendapatkan dari Rasulullah, baik perintah, perbuatan, atau hasungan untuk merayakan peringatan maulid nabi tersebut, sehingga Majlis Ta’lim As-Sunnah memilih untuk menahan diri agar tidak melakukannya, dan menyibukkan dengan Sunnah-Sunnah Rasulullah yang lain yang kiranya masih banyak yang belum lakukan, tentunya sebagai perwuju dan cinta sejati kepada Rasulullah.8

Perayaan Maulid Nabi Muhammda SAW adalah hal yang lumrah yang dilakukan oleh kalangan masyarakat. Sikap pro dan kontra tradisi perayaan Maulid selalu timbul sepanjang sejarah. Ulama mazhab Syafi’i secara tegas mengungkapkan dukungan terhadap perayan Maulid Nabi dan mengnggap hal itu sebagai sesuatu yang sah dilakukan. Tetapi mazhab Maliki menolak dengan berbagai argumentasi. Salah satu kritik terhadap perayan Maulid Nabi di Indonesia, adalah masuknya nilai lain yang justru dianggap akan merusak makna maulid. Misalnya kegiatan peringatan Maulid bercampur dengan upacara-upacara berbau mistik atau tradisi khas dudaya Islam di setempat.

Al-Qur’an memang tidak memerintahkan secara eksplinsit agar umat Islam memperingati maulid Nabi Muhammad dengan perayan atau seremonial tertntu. Allah dan Rasulnya juga tidak memerintahkan umat Islam setiap tahun memperingati hari Hijriah, hari Isra’Mi’raj, hari wafat Nabi dan hari bersejarah

8 Noor Aula Kamaluddin, Peringatan Tradisi Maulid Nabi SAW, Serta Pembacaan Kitab

Al-Barzanji di Desa Pengandon Kabupaten kendal(studi komparatif Menurut Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah ), ( Semarang: Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negere Walisonggo) 19-20

(47)

lainya. Namun andaikata peringatan Maulid Nabi itu diadakan dengan cara Islami dan tujuan positif untuk syiar dan dakwah agama, tentunya perbuatan itu bukan termasuk bid’ah. Sebab yang dikatan bid’ah menurut kesepakatan ulama hanyalah melakukan rekayasa dalam ibadah Mahdhah, seperi sholat fardhu, sedangkan memperingati Maulid Nabi Muhammad bukan termasuk ibadah Mahdah.9

Kebiasaan yang umumnya masyarakat Aceh selalu melaksanakan kegiatan ini yaitu maulid nabi besar Muhammad SAW, para Majlis Ta’lim As-Sunnah beranggapan bahwa maulid ini adalah sesuatu hal yang bid’ah namun, mereka tidak melakasanakan kegiatan tersebut dengan alasan bahwa hal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasullullah SAW dan para sahabat beliau. Karena tidak pernah memperingati maulid nabi, sehingga masyarakat disana berangakapan bahwa majelis ini tidak benar, karena umumnya masyarakat Aceh selalu memperingati maulid nabi SAW, dan bahkan sudah menjadi tradisi di Aceh. Maulid nabi pada masyarakat Aceh adalah sebuat tradisi yang sudah melekat dan sudah menjadi tradisi dari zamandahulu sehingga setiap tahunnya kegiatan Maulid Nabi di peringati oleh masyarakat Aceh bahkan seluruh negara.

Menurut Umi Zaid, bahwa Maulid Nabi SAW adalah kegiatan yang tidak ada perlu dilakukan karena, para sahabat pada zamandahulu tidak pernah melakukan hal tersebut, sehingga mereka tidak pernah menghadiri acara Maulid tersebut, anggota Majlis Ta’lim As-Sunnah hanya melakukan pertolongan dengan mengumpulkan dana saja sehingga tidak ada perselisiahn di antara masyarakat

9 Noor Aula Kamaluddin, Peringatan Tradisi Maulid Nabi SAW, Serta Pembacaan Kitab

Al-Barzanji di Desa Pengandon Kabupaten kendal(studi komparatif Menurut Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah ), ( Semarang: Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negere Walisonggo) 83-84

(48)

yang lain dengan para Malis Ta’lim As-Sunnah. Walaupun pada dasarnya para anggota Majlis Ta’lim ini adalah panduduk asli dari Aceh yang pada saat mereka belum bergabung dengan Majlis Ta’lim As-Sunnah, mereka pernah melakukan Maulid Nabi tersebut. Akan tetapi setelah mereka bergabung pada majils ta’lin As-Sunnah mereka mendengar ajaran para tokoh agama yang ada di Majlis Ta’lim As-Sunnah menerangkan bahwa Maulid nabi SAW tidak wajib dilakukan, maka mereka tidak lagi mengadakan acara maulid nabi tersebut.

Selain Majlis Ta’lim As-Sunnah yang tidak melakukan Maulid, Muhammadiyah juga tidak melakukan Maulid Nabi. Para anggota Muhammadiyah berangapan bahwa perayan Maulid Nabi adalah bid’ah.

2. Kenduri Orang Meninggal (Tahlilan)

Tahlil berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca kalimat la illaha illallah. Kata tahlil merupakan kata yang disingkat dari kalimat

la illaha illallah. Panyingkat ini separti takbir ( dari Allah Akbar), Hauqalah (dari

la haula wala quawwata illah billah)dan sebagainya. Menurut Muhammad Idrus Ramli “ tahlilan adalah tradisi ritual yang komposisi bacan terdiri dari beberapa ayat Al-Qur’an, tahlil, tasbih, tahmit, sholawat, dan lain-lain. Bacaan tersebut dihadapkan kepada orang-orang yang telah wafat. Hal tersebut kadang dilakukan secara bersama-sama (berjamaah) dan kadang pula sendiri.

Biasanya acara tahlil dilaksanakan sejak hari perjama orang meninggal sampai tujuh hari, lalu dilanjutkan lagi pada hari 40, hari 100,dan hari ke-1000. Selanjutnya dilakukan setiap tahun dengan nama Khol dan haul, yang

(49)

waktunya pada hari kematiannya. Setelah membaca do’a biasanya tuan rumah menhidangkan makanan dan minuman kepada para jamaah. Kadang masih ditambah denagan berkat (buah tanggan bentuk makanaan matang). Pada perkembanganya di beberapa daerah adayang menganti berkat, bukan lagi dengan makanan matang, tetapi dengan bahan-bahan makanan, seperti mie, beras ,gula, teh, telor, dan lain-lain. Semua itu diberikan sebagai sedekah, yang pahalanya diberikan kepada orang yang sudah menginggal dunia tersebut. 10

Majlis kenduri arwah lebih dikenali dengan berkumpul beramai-ramai dengan hidangan jamuan (makanan) di rumah orang meninggal. Kebiasaannya diadakan sama ada pada hari kematian, dihari kedua, ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, setahun dan lebih dari itu bagi mereka yang fanatik kepada kepercayaan ini atau kepada orang meninggal. Malangnya mereka yang mengerjakan perbuatan ini tidak menyedari bahawa terdapat banyak fatwa-fatwa dari Imam Syafie rahimahullah dan para ulama besar dari kalangan yang bermazhab Syafie telah mengharamkan dan membid’ahkan perbuatan atau amalan kenduri orang meninggal (thalilan).

Menurut fatwa Imam Syafie, adalah haram mengadakan kenduri arwah dengan menikmati hidangan di rumah orang meninggal, terutama jika orang meninggal termasuk keluarga yang miskin, menanggung beban hutang, meninggalkan anak-anak yatim yang masih kecil dan waris yang meninggal

10 Muhammad Iqbal Fauzi, Tradisi Tahlilan dalam kehidupan masyarakat desa

Tegalanggus(Jakarta, Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Ilsma Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) 14

(50)

mempunyai tanggungan perbelanjaan yang besar dan ramai. Tentunya tidak dipertikaikan bahawa makan harta anak-anak yatim hukumnya haram.11

Selain tidak memperingati maulid Nabi SAW, jamah Majlis Ta’lim As-Sunnah juga tidak menghadiri undangan kenduri orang yang meninggal. Mereka beranggapan bahwa hal ini juga tidak pernah dicontohkan oleh Rasul dan juga para sahabatnya. Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa, orang yang telah meninggal dunia harusnya di do’akan membebani pihak keluarga yang ditinggalkan dengan memakan makanan yang dihidangkan dihadapan kita, walaupun sejatinya ini adalah hal yang lumrah dilakukan dan pihak keluarga juga mengikhlaskan. Mengingat dengan melakukan kenduri tersebut dapat merekat tali silaturahmi diantara masyarakat.

Alasan mereka tidak mengahadiri acara-acara dalam masyarakat tersebut dikarenakan dalam penjelasan para tokoh Ulama Majlis Ta’lim As-Sannah menerangkan bahwa kegitan tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Adanya acara tersebut karena perkembangan zaman atau sebuah tradisi yang sudah melekat pada orang-orang yang telah dianggab sebagai ajaran Islam. Sedangkan pada zaman dahulu hal seperti ini tidak pernah dilakukan.

Jamaah Majlis Ta’lim hanya melakukan sumbangan dalam acara-acara tersebut, sebagai menghargai apapun acara yang ada di desa Lam Blang Treing. Karena dalam Islam juga menerangkan bahwa kita tidak boleh membebani

11

https://www.bamah.net/2011/11/Hukum-Tahlilan-Kenduri-Arwah-Selamatan-Kematian-Menurut-Madzhab-Imam-Syafi%E2%80%99i/comment-page-2/ 28 Januari 2018

Gambar

Gambar 1: pondok dan Sekolah As-Sunnah

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam implementasinya, beberapa perusahaan masih menggunakan sistem pencatatan manual, yang mengakibatkan kinerja usaha kurang akurat dan lamban, sehingga dapat

 Jumlah karyawan farmasi untuk shift pagi : 54 orang terbagi untuk pelayanan di unit farmasi rawat jalan I, II, IGD, balkesmas, depo central, depo OK,

Menurut beberapa petani kopi yang di wawancarai serta berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi pengalihan fungsi lahan

keluar/masuk ke kolam pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup atau sesuai dengan draft kapal sehingga dapat dilalui kapal-kapal

Efisiensi energi dalam kawasan dapat terlihat dari beberapa keuntungan pada integrasi pasar gas alam, diantaranya: (1) Menambah pasokan keamanan energi dan

1. Melakukan usaha menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana sesuai dengan prinsip syariah untuk mengatasi masalah permodalan, pembiayaan dan jasa keuangan

Makna kata yang berubah, tidak akan menyebabkan kesalahpahaman apabila penutur dan pendengar memiliki kemampuan untuk memahami perubahan makna kata tersebut (Yolanda, 2018:

Akankah esok kembali ,aku masih kau beri kehidupan yang berarti?. Wahai dunia dan