• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Oleh: Parlindungan Lumbanraja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Oleh: Parlindungan Lumbanraja"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

Oleh: Parlindungan Lumbanraja

Aspek ekologi:

Menurut FAO, masalah lingkungan di negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan karena:

- eksploitasi lahan yang berlebihan, - perluasan penanaman, dan

- penggundulan hutan (Alexandratos 1988, dalam Reintjes dkk., 1999). Beberapa daerah irigasi yang luas telah dirusak oleh salinisasi. Penggunaan pestisida dan pupuk buatan yang semakin meningkat juga menjadi penyebab munculnya masalah-masalah lingkungan. Hususnya degradasi kesuburan tanah dan langkanya bahan bakar kayu menunjukkan gawatnya situasi ini.

Ancaman degradasi:

Tanpa tindakan pelestarian lahan tadah hujan,

- erosi tanah atau hilangnya tanah karena angin atau air, - salinisasi atau alkalinisasi,

- penipisan unsur hara tanaman dan bahan organik, - memburuknya struktur tanah dan

- pencemaran akan mengakibatkan hilangnya 544 jujta ha lahan tadah hujan:

 10% di Amerika Selatan,  16,5% di Afrika,

 20% di Asia Baratdaya,  30% di Amerika Tengah dan  36% di Asia Tenggara.

Bahan lahan yang juga akan hilang kesuburannya karena hilangnya lapisan tanah atas. Total kerugian porduktivitas lahan tadah hujan akan mencapai 29% (FAO, 1984)

Ada batas maksimal produktivitas ekosistem.Prinsip ekologi dasar mewajibkan kita untuk menyadari bahwa produktivitas pertanian memiliki kemampuan terbatas.

(2)

2

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Agroekosistem merupakan kesatuan komunitas tumbuhan dan hewan serta lingkungan kimia dan fisikanya yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan:

- makanan, - serta,

- bahan bakar, dan

- produk lainnya bagi konsumsi untuk kesejahteraan umat manusia.

Agroekologi merupakan studi agroekosistem yang holistik, termasuk semua elemen lingkungan dan manusia. Fokusnya adalah pada bentuk, dinamika dan fungsi hubungan timbal balaik antar unsur-unsur tersebut pada proses di mana mereka terlibat. Suatu wilayah yang digunakan untuk produksi pertanian, misalnya suatu lahan, dipandang sebagai suatu sistem yang kompleks di mana proses ekologi yang terjadi dalam kondisi alami juga ditemukan, misalnya daur unsur hara, interaksi pemangsa/mangsa, persaingan, simbiosis, dan perubahan turun-temurun. Yang tampak secara implisit dalam pekerjaan agroekologi adalah gagasan, bahwa dengan memahami hubungan-hubungan dan proses-proses ekologi ini, agroekosistem bisa dimanipulasi untuk memperbaiki produksi dan berproduksi secara lebih berkelanjutan dengan dampak negatip yang lebih kecil terhadap lingkungan dan masyarakat serta kebutuhan akan input luar yang lebih sedikit (Altieri, 1987 dalam Reintjes dkk., 1999).

Gips, 1986 mencoba memberi batasan suatu pertanian berkelanjutan jika mencakup hal-hal berikut ini:

Mantap secara ekologi: yang berarti bahwa kwalitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah di kelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa diperbaharui.

(3)

3

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Bisa berlanjut secara ekonomi: yang berarti bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan/atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langsung namun juga dalam hal fungsi seperti melestarian sumber daya alam dan meminimalkan resiko.

Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan, baik di lapangan maupun didalam masyarakat. Kerusuhan sosial bisa mengancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya.

Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan, dan manusia) dihargai. Martabat dasar dari semua mahluk hidup dihormati, dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, dan rasa sayang. Integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dll. Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga innovasi dalam arti sosial dan budaya.

Beragam kriteria tentang konsep keberlanjutan ini mungkin bisa menimbulkan konflik dan dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang:

- petani, - masyarakat, - negara, - dan dunia.

Mungkin terjadi konflik antara kebutuhan untuk masa kini dan masa mendatang; antar pemenuhan kebutuhan yang mendesak dan pelestarian

(4)

4

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

basis sumber daya. Petani bisa saja mencari pendapatan yang tinggi dengan penetapan harga produk pertanian yang tinggi; pemerintah nasional bisa memberikan prioritas pemenuhan kebutuhan pangan dengan tingkat harga yang bisa dicapai oleh masyarakat kota. Pilihan harus terus menerus dilakukan untuk mencari keseimbangan antar berbagai macam perbedaan kepentingan. Oleh karenanya, diperlukan institusi dan kebijakan pada semua tingkat/ dari desa sampai global untuk menjamin pembangunan berkelanjutan.

Para ahli agroekologi kini menyadari bahwa tumpangsari, agroforestri serta metoda pertanian tradisional lainnya meniru proses ekologi alami (Reintjes dkk., 1992 dalam Reintjes dkk., 1999)

Kritikan terhadap bahaya bioteknologi dibenarkan:

 Misalnya kemungkinan menipisnya keanekaragaman genetik;  Terbatasnya akses pada bahan-bahan genetik karena hak paten;  Kontrol oleh perusahaan multinasional;

 Substitusi produk-produk tropis dengan produk-produk sintetis; (meskipun ada manfaat dari teknologi itu sendiri)

Konsep Pertanian Berwawasan Lingkungan

Pada dasarnya harus disadari bahwa Lingkungan secara luas adalah satu-satunya sebagai dasar atau pondasi bagi usaha pertanian. Dengan demikian tanpa lingkungan yang baik tidak mungkin ada pertanian yang baik. Lumbanraja (1993) menamai pola pertanian ini untuk daerah Pulau Samosir dengan istilah Perladangan Selaras Alam yang mana alternatif ini untuk daerah tersebut adalah merupakan satu dari berbagai cara yang mungkin dapat dilakukan atas dasar menyadari kondisi alam lingkungan setempat. Selanjutnya Lumbanraja (1997) mengutarakan bahwa konsep pertanian berkelanjutan adalah suatu bentuk pertanian yang berwawasan lingkungan, sebab konsep pertanian berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah sustainable agriculture merupakan suatu pola pertanian yang memelihara daya dukung lingkungan terhadap produksi sepanjang waktu. Batasan di atas juga masih sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) maupun TAC (Technical Advisory Committee) yang mana mereka menyatakan bahwa Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna

(5)

5

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam.

Nama atau istilah yang sering digunakan: Parr et al., (1990) dalam Lumbanraja (1997) yang mencoba mengutarakan berbagai istilah yang banyak digunakan untuk maksut pertanian ini seperti: pertanian masukan rendah (low-input agriculture); pertanian rendah kimia (low-chemical agriculture); pertanian konservasi sumberdaya alam dan lingkungan; teknologi pertanian yang efisien sumberdaya. Kata-kata seperti: biologica, ecological, regenerativ, biodinamic, low resource, agroecological, dan ecoagriculture juga merupakan padanan kata yang sering digunakan untuk mengutarakan pertanian berkelanjutan.

Francille (1990) dalam Lumbanraja (1997) menekankan agar dalam upaya penanganan pertanian berkelanjutan ini bukan hanya merupakan suatu nama atau istilah baru saja, tetapi benar-benar dapat diterapkan dan mempunyai pola dan sasaran yang jelas. Jadi dari kenyataan di atas bahwa walaupun ada beberapa variasi dalam istilah untuk pertanian berwawasan lingkungan ini, namun pada dasarnya mempunyai tujuan umum yang serupa yaitu untuk meningkatkan pendapatan petani yang bersangkutan melalui peningkatan produksi dengan selalu menjaga produktivitas lahan dan lingkungan yang digunakan untuk waktu yang takterbatas.

Karakteristik utama dari suatu pola pertanian yang berkelanjutan sesuai dengan Dankelman and Davidson (1988) dalam Lumbanraja (1997) yaitu:

 Mampu mempertahankan kehilangan tanah dengan laju dibawah laju pembentukan tanah, atau pada tingkat kehilangan tanah yang diperbolehkan (tolerable soil loss).

 Mampu meningkatkan pendapatan petani.

 Dapat diterima masyarakat dan mampu untuk mengulangi penerapan teknologi (replicable) secara terus menerus tanpa ketergantungan.

 Pengembangan pola tanam, metoda pengolahan bahan makanan, dan metoda penyimpanan persediaan bahan makanan.

 Meningkatkan tingkat diversivikasi guna menjamin keluwesan pola tanam.

 Merpertahankan kesuburan tanah melalui pendauran bahan organik.  Pemanfaatan sumber air dan sumber energi setepat mungkin.

 Tujuan

Parr et al., (1990) dalam Lumbanraja (1997) mengutarakan bahwa pertanian berkelanjutan bertujuan untuk:

(6)

6

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

 Menjaga atau dan meningkatkan keutuhan sumber daya alam lahan dan melindungi lingkungan.

 Menjamin penghasilan petani.  Mengkonservasi energi.

 Meningkatkan produktivitas.

 Meningkatkan kwalitas dan keamanan bahan makanan.

 Menciptakan keserasian antara pertanian dengan faktor sosial ekonomi umum lainnya.

Prinsip lingkungan yang perlu dipahami: (diluar prinsip sosioekonomi, budaya dan politik yang juga perlu dikaji secara terpisah)

 Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan kehidupan dalam tanah.

 Mengoptimalkan ketersediaann unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara, khususunya melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap.  Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara, dan air

dengan cara pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air, dan pengendealian erosi.

 Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman.

 Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi.

Prinsip-prinsip ini bisa diterapkan dengan berbagai macam teknik dan strategi. Tiap-tiap strategi dan teknik memiliki pengaruh yang berbeda dalam produktivitas, jaminan, kontinuitas, dan identitas didalam sietem pertanian. Pengaruh ini tergantung pada peluang dan keterbatasan setempat (lebih dari itu semua, keterbatasan-keterbatasan sumberdaya) serta dalam hampir semua kasus tergantung pada pasar.

(7)

7

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Hampir sebagian besar praktek pertanian lokal setempat yang terbukti tidak berkelanjutan, telah tidak bertahan . Praktek-praktek asli lainnya yang mempertahankan populasi manusia selama berabad-abad menjadi usang karena perubahan kondisi. Ini terjadi pada beberapa bentuk perladangan berpindah dibawah tekanan populasi yang semakin meningkat. Namun demikian, masih ada begitu banyak sistem pemanfaatan lahan yang dikembangkan oleh masyarakat tani tradisional yang mencontohkan: - pengolahan tanah,

- air, dan

- unsur hara secara hati-hati,

tepatnya jenis metode yang diperlukan untuk membuat pertanian berkelanjutan.

Pengetahuan lokal:

Membaca literatur dewasa ini, kita cenderung menyimpulkan bahwa

agroforestri dimulai baru 5 – 6 tahun yang lalu. Tetapi agroforestri sudah ada selama puluhan tahun bahkan sejak ratusan tahun yang lalu.

Misalnya para petani Afrika biasa menggabungkan budi daya tanaman pangan dengan tanaman jangka panjang seperti pepohonan (T. Odehiambo,

diwawancarai oleh Vandenhoudt, 1988). Hal yang serupa juga sudah

dipraktekkan dulunya oleh para petani di Pulau Samosir (Lumbanraja, 1993). Namun demikian, pada awal abad ini kekuasaan penjajah melarang praktek-praktek ini, menganggabnya sebagai terbelakang. Orang Eropa tidak

memahami orang Afrika.

Sekarang kita harus kembali ke dulu lagi untuk melihat apa yang dikerjakan petani tradisional dan mengapa dikerjakan seperti itu (T. Odehiambo, diwawancarai oleh Vandenhoudt, 1988 dalam Reintjes dkk., 1999)

Petani tradisional telah menemukan cara-cara untuk memperbaiki: - struktur tanah

- kapasitas menahan air

(8)

8

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Dalam bayak kasus, sistem pertanian mereka ini (pada masa lalu) merupakan bentuk-bentuk pertanian ekologis yang canggih dan tepat bagi kondisi-kondisi lingkungan-lingkungan yang husus. Evaluasi teknik dan sistem pertanian lokal setempat menunjukkan pilihan-pilihan bagi peningkatan LEIA.

Tidak semua sistem LEIA telah mencapai suatu titik yang menyebabkan kerusakan ekologi, dan sistem-sistem yang sedang dalam pemunduran itu sering kali mencakup teknik-teknik yang masih kurang destruktiv dari pada teknologi morern yang di adopsi tanpa pandang bulu.

Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman:

Proses-proses fisik, kimiawi, dan biologis di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim kehidupan tanaman dan hewan serta aktivitas manusia. Petani harus menyadari bagaimana proses-proses ini dipengaruhi dan bisa dimanipulasi guna membudidayakan tanaman yang sehat dan produktif.

Mereka harus menciptakan atau mempertahankan kondisi-kondisi tanah sebagai berikut:

 Ketersediaan air, udara, dan unsur hara tepat waktu dalam jumlah seimbang dan mencukupi;

 Struktur tanah yang meningkatkan pertumbuhan akar, pertukaran unsur-unsur gas, ketersediaan air, dan kapasitas penyimpanan;

 Suhu tanah yang meningkatkan kehidupan tanah dan pertumbuhan tanaman;

 Tidak adanya unsur-unsur toksik.

Mengelola Iklim mikro:

Petani mempengaruhi iklim mikro dengan mempertahankan dan menanam pohon yang akan mengurangi suhu, kecepatan angain, penguapan, dan pemaparan terhadap sengatan matahari langsung, hal yang sama juga telah diutarakan oleh Lumbanraja (1993). Demikian juga bisa menahan hujan es dan hujan air. Mereka menggunakan mulsa dari tumbuh-tumbuhan yang menutupi tanah atau jerami untuk menaungi radiasi dan panas di lahan-lahan yang baru ditanami, mencegah penguapan air dari tanah dan menyerap energi kinetik dari curahan air hujan dan es. Bila ada ramalan kebekuan (frost) di malam hari, beberapa petani membakar jerami atau sampah yang lain untuk menghasilkan panas dan asap/kabut yang akan menahan radiasi yang keluar. Bedengan, gundukan, dan guludan yang seringkali dijumpai dalam sistem tradisional,

(9)

9

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

berfungsi untuk mengendalikan suhu tanah dan mengurangi genangan air dengan memperbaiki drainase. Juga embun-embun alami dimanipulasi dan dimanfaatkan.

(10)

10

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Pengelolaan iklim mikro di Tanzania:

Pada tahun 1980 pengetahuan lokal setempat tentang pengelolaan iklim mikro di Tanzania; bahan –bahan yang digunakan sebagai mulsa termasuk:

 daun pohon,

 daun pisang kering atau hijau,  rumput,

 jerami,

 batang jagung,

 sisa tanaman tumpangsari,  sisa pemangkasan,

 gulma ,  abu,

 kotoran hewan dan  sampah rumahtangga.

Tumbuhan menjalar serta tumbuhan tumpang gilir desebut sebagai memiliki pengaruh mulsa alami. Tumbuhan menjalar yang menutupi juga diperkirakan untuk menahan embun dalam kondisi-kondisi tertentu.

Ditempat tertentu, mulsa buatan juga digunakakan karena potensinya untuk menyerap panas di siang hari dan melepaskannya di malam hari.

Pada budi daya, tomat dan jagung pada lahan tadah hujan di daerah kering dibuat lapisan mulsa tanah melalui pembajakan. Lapisan tanah atas menjadi lebih kering namun tetap dalam kondisi yang baik untuk menerima benih dan kelembaban pada lapisan tanah yang lebih dalam dipertahankan. Dibeberapa daerah hanya tempat penaburan benih dicangkul yang dalam supaya hilangnya kelembaban pada permukaan tanahg atas menjadi lebih lambat. Air rendaman digunakan untuk menekan gulma di sawah, untuk melindungi tanah di lahan tebu dan pada tanah yang diperkeras secara sengaja di beberapa daerah perkebunan kopi dengan curah hujan tinggi.

Di daerah dengan musim yang lebih basah dan dingin, pembuatan guludan mendorong drainase dan pertumbuhan akar yang baik. Sisa-sisa gulma busuk sering ditaruh di atas guludan tersebut untuk menyerap panas sehingga meningkatkan suhu tanah (Stigter, 1978a dalam Reintjes dkk., 1999)

(11)

11

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Manipulasi iklim mikro pada kebun sirih:

Tumbuhan sirih (Piper betle) memerlukan iklim sejuk dan kelembaban tinggi untuk kehidupannya selama 2 – 3 tahun. Jika tumbuhan itu dipaparkan pada panas yang ekstrim, daunnya akan menjadi hijau tua dan renyah. Jika diciptakan iklim sejuk dan naungan di kebun, daun-daun sirih akan berwarna hijau muda dan berbulu serta akan menerima harga yang baik di pasaran. Oleh karenanya petani di India Selatan memanipulasi iklim di kebun untuk memberikan kesejukan yang diperlukan. Mereka menggali parit-parit panjang sedalam 75 cm, selebar 60 cm dan dengan jarak 90 cm. Di pinggir parit tersebut mereka menanam agathi (Sesbania grandiflora). Setelah tumbuhan

agathi ini setinggi 180 cm, stek sirih ditanam di sisi tumbuhan agathi. Karena tumbuhan agathi tumbuh lebih tinggi, mereka membentuk suatu tajuk yang menyebarkan sinar matahari. Parit-parit diisi air sedalam 60 cm. Dengan cara irigasi semprot dari parit-parit itu, tanah untuk batang sirih tetap terjaga basah. Daerah tepian kebun tertutup rapat dengan daun-daun pisang kering atau anyaman daun kelapa. Dengan demikian udara panas dari luar dicegah memasuki kebun dan tajuk rapat dari tanaman agathi memberikan iklim sejuk. Air di dalam parit-parit meningkatkan kelembaban di dalam kebun-kebun itu menyerupai ruangan yang ber-AC, sehingga tanaman sirih tumbuh baik dan rimbun dengan daun-daun yang lebar, berwarna hijau muda dan berbulu (Balasubrainam, 1987 dalam Reintjes dkk., 1999)

Mengelola bahan organik:

Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan akan dilepaskan kedalam larutan air tanah dan disediakan bagi tanaman. Bahan organik di dalam atau di atas tanah juga melindungi dan membantu mengatur suhu dan kelembaban tyanah. Seringkali pemanfaatan bahan organik digabungkan dengan teknik-teknik lain dengan fungssi yang saling melengkapi, misalnya pemanfaatan pupuk buatan, pengolahan tanah, penguympulan air , penaungan, dan pembuatan pematang. Pengelolaan bahan organik berbeda sesuai dengan situasi dan tanamannya. Pengelolaan yang tidak memadai dapat menyebabkan pemanfaatan unsur hara yang tidak efisien, hilangnya unsur hara, pengikatan unsur hara atau pengasaman. Ada lima cara dasar penanganan bahan organik sebagai berikut: 1. Memberikannya

(12)

12

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

langsung ke tanah, baik itu sebagai mulsa pada permukaaan tanah maupun dipendam dalam tanah; 2. Membakarnya (mengakibatkan mineralisasi); 3. Mengomposkannya; 4. Menjadikannya sebagai pakan ternak; atau 5. Mempermentasikannya dalam instalasi biogas.

Mengelola tanah:

Kondisi tanah bisa juga diperbaiki dengan pengolahan yang berpengaruh terhadap struktur tanah, kemampuan menahan air, aerasi, kemampuan infiltrasi, suhu, dan evaporasi. Pengolahan tanah akan mengurangi pembentukan panas dan memecahkan saluran-saluran kapiler dalam tanah. Lapisan yang diolah akan mengering dengan cepat, tetapi kelembaban di bawah dapat terkonsentrasi dengan baik. Pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benuih dan mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama tanaman yang lain atau untuk membantu mengendalikan erosi. Pengolahan tanah membutuhkan input energi yang tinggi. Input ini bisa dihasilkan dari dalam suatu usaha tani ( tenaga kerja manusia atau tenaga hewan) ataupun berasal dari luar lahan (tenaga buruh atau hewan yang disewa, mekanisasi berbahan bakar).

Pengolahan tanah bisa mengakibatkan efek negatip atas kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan orghanik jika tidak dikerjakan dengan baik, pengolahan tanah bisa juga meningklatkan erosi. Teknik pengolahan konservasi dan teknik tanpa pengolahan akhir-akhir ini telah dikembangkan oleh ilmuan dan petani, dan merupkan praktek-praktek pertanian tradisional dibeberapa tempat. Dalam kondisi LEIA tanpa pengolahan bisa memberikan keuntungan, karena kerja keras untuk penyiapan tanah digantikan oleh kehidupan tanah. Namun, karena ada batasan-batasan pada praktek ini teknik pengolahan (atau tanpa pengolahan) yang cocok harus dengan hati-hati dipilih untuk tiap-tiap tempat khusus. Tidak mungkin dapat diberikan anjuran-anjuran yang umum.

Membatasi hilangnya unsur-unsur hara:

Hilangnya unsur hara dapat dibatasi dengan;

 mendaur ulang limbah organik –misalnya pupuk kandang, kotoran manusia, sisa tanaman, sisa pengolahan tanaman – dengan mengembalikannya ke lahan baik secara langsung atau dengan perlakuan ( dibuat kompos, dipermentasikan dan sebagainya);

(13)

13

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

 Menangani pupuk buatan dan pupuk organik sedemikian rupa sehingga unsur hara tidak merembes oleh karena hujan deras atau menguap karena suhu tinggi atau radiasi sinar matahari; misalnya, kira-kira 50% N yang dikonsumsi oleh ternak akan dikeluarkan lagi melalui urine dengan mudah akan hilang karena penguapan dan perembesan; sebagian dari urine ini bisa dikonservasikan dengan pemanfaatan alas jerami dengan ratio C/N yang tinggi di dalam kandang;

 Mengurangi erosi dan hanyutnya tanah, yang menghilangkan unsur hara dan bahan organik;

 Mengurangi pembakaran vegetasi ketika dilakukan intensifikasi pertanian, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya bahan organik;  Mengurangi penguapan nitrogen dengan denitrifikasi dalam kondisi

tanah basa;

 Menghindari perembesan dengan memanfaatkan pupuk organik dan pupuk buatan yang membebaskan unsur hara secara perlahan (sesuai dengan kebutuhan tanaman), mempertahankan kandungan humus yang tinggi dalam tanah serta membudidayakan tanaman ganda dengan species tanaman yang memiliki berbagai macam kedalaman perakaran;  Memompakan unsur hara yang sebagian merembes dari lapisan tanah

yang lebih dalam dan mengembalikannya pada lapisan tanah bagian atas dengan menggunakan seresah dari pohon atau tanaman lain berakar dalam atau pupuk hijau;

 Membatasi pengeluaran unsur hara melalui produk pertanian dengan membudidayakan tanaman dengan nilai ekonomi relatif tinggi dibandingkan unsur haranya, seperti buah-buahan, kacang-kacangan, bumbu dan susu;

 Memproduksi untuk mencukupi untuk kebutuhan sendiri, sehingga seminimal mungkin produk diperlukan untuk eksport ke pasar, dan memanfaatkan produk samping untuk pakan hewan dan/atau pupuk organik.

Memperoleh dan mengelola unsur hara:

Beberapa unsur hara dapat diperoleh dari lahan dengan:

 Pengikatan nitrogen melalui organisma mikro yang hidup dalam simbiosis dengan tanaman leguminosa, belukar atau tanaman pelindung, atau dengan pakis azolla dan beberapa jenis rerumputan;

(14)

14

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

atau dengan bakteri yang hidup bebas, misalnya azotobacter atau

ganggang biruhiujau;

 Pengumpulan unsur hara dangan menangkap sedimen air angin atau air dari luar pertanian; ini bisa dilakukan dengan vegetasi atau dengan konstruksi khusus yang sering berfungsi dalam kombinasinya dengan pengumpulan air (misalnya kolam), dan hanya mungkin ketika erosi angin atau air terjadi ditempat lain;

 Menanfaatkan ternak untuk menyediakan unsur hara (lewat pupuk kandangnya) dari luar lahan pertanian, misalnya dari lahan umum. Proses yang sama terjadi ketika mulsa atau pakan hewan dibawa ke suatu usaha tani, namun karena tindakan ini menghilangkan unsur hara dari lahan umum, hanya dapat terus dilakukan selama periode yang lama jika lahannya tidak dimanfaatkan secara intensif;

Menambah unsur hara:

Ketika unsur hara pengganti tidak dapat diperoleh pada suatu usaha tani, maka unsur hara itu harus didapatkan dari tempat lain.

Sumber unsur hara dari luar termasuk:

 Bahan organik dari tempat lain, misalnya pupuk kandang dari usaha tani lain, produk samping dari pengolahan kotoran manusia serta bahan-bahan lain dari kota yang bisa digunakan untuk membuat kompos;

 Pakan atau konsentrat yang dibeli, atau makanan manusia;

 Pupuk mineral seperti debu buatan, misalnya kapur, batu pospat dan biosuper (suatu campuran debu batuan dan mikroorganisma yang membantu memobilisasi mineral) serta pupuk buatan.

PUSTAKA

Lumbanraja, P. 1993. Perladangan Selaras Alam sebagai Optimalisasi Alternatif Lakan Kering di Pulau Samosir. Majalah Ilmiah VISI Universitas HKBP Nommensen, Volume 3; Nomor 1; Mei 1993 (halaman 10-15)

(15)

15

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

Francille, M.F. 1990. Sustainable Agricultural System (a concluding view). SCS. Ankeny. Iowa. USA.

Lumbanraja, P. 1993. Perladangan Selaras Alam sebagai Optimalisasi Alternatif Lakan Kering di Pulau Samosir. Majalah Ilmiah VISI Universitas HKBP Nommensen, Volume 3; Nomor 1; Mei 1993 (halaman 10-15)

Lumbanraja, P. 1997. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Programstudi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian-universitas HKBP Nommensen-Medan.

Lumbanraja, P. 2007. Degradasi Lahan, Persepsi dan Keperdulian Terhadapnya.

Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen-Medan.

Parr , J.F. Papendick, R.I. Yoyngberg, I.G. and Meyer, R.E. 1990. Sustainable Agriculture in Tne United States. SCS.Ankeny. Iowa. USA.

Reijntjes, C; Hoverkort B, and Bayer, W. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Jakarta.

LEISA (Low-External-input and Sustainable Agriculture)

ILEIA (Information Centre for Low-External-Input and Sustainable Agriculture) IASA (International alliance for sustainable agriculture)

IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement) CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) TAC ( Technical Advisory Committee)

Agroekologi: (agroecology) kajian menyeluruh mengenai agroekosistem, termasuk semua unsur lingkungan dan manusia, hubungan unsur-unsur dan proses-proses yang melibatkan semua unsur tersebut, misalnya simbiosis, persaingan, perubahan secara berurutan.

Agroekosistem: (agroecosistem) suatu sistem agroekologi yang dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan pangan, serat dan produk-produk lain yang bermanfaat bagi manusia.

Agroforestri: (agroforestry) pemanfaatan tanaman kayu tahunan secara seksama (pepohonan, belukar, palem, bambu) pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman yang layak tanam, padag rumput dan/atau

(16)

16

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN; Oleh: Parlindungan Lumbanraja; Dosen Program Studi Agroekoteknologi; Faperta-UHN; materi Pengabdian Masyarakat Juni. 2013. di Desa ________________________________ ; Kec. Gunung Meriah; Kab. Deliserdang.

hewan, baik dengan pengaturan ruang secara campuran di tempat dan saat yang sama maupun secara berurutan dari waktu ke waktu.

Agropastoralisme: sistem pemanfaatan lahan yang menggabungkan tanaman budi daya dan penggembalaan.

Agropiskikultur: penggabungan budidaya tanaman dan pengendalian pengembanganbiakan ternak, penetasan, dan pemijahan ikan pada suatu lahan pertanian.

Agrosilvikultur: sistem pemanfaatan lahan yang menggabungkan tanaman herbal dan pepohonan atau belukar.

Agrosilvopastoralism: sistem pemanfaatan lahan yang menggabungkan tanaman budi daya, pemanfaatan vegetasi kayuan, dan penggembalaan ternak.

Di Indonesia kata konvensional sering sama dengan tradisional (pertanian lokal setempat), sedangkan high input berarti modern (Reintjes dkk., 1992 dalam Reintjes dkk., 1999).

Keberlanjutan diartikan sebagai: menjaga agar suatu upaya terus

berlangsung atau kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Di dalam strategi pemasaran terdapat bauran pemasaran (marketing mix) setelah strategi pemasaran ditetapkan maka perusahaan diharapkan untuk menerapkan dan merencanakan rincian

Rumusan masalah umum penelitian adalah: Bagaimana profil pengawas Sekolah Dasar di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong?

Selain itu, setelah selesai proses pemasakan gula merah, ruang bakar tungku ini masih menyimpan panas yang sangat besar untuk waktu lama (sekitar 8 jam), sehingga dapat

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).

lebakkab.go id., kami panitia pengadaan barang/jasa pada Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak telah melaksanakan penjelasan pekerjaan ( aanwijzing )

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN KECEPATAN KOORDINASI MATA, TANGAN DAN KAKI TERHADAP CABANG OLAHRAGA FUTSAL DAN TAEKWONDO.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hal tersebut dapat diduga karena pertambahan lebar tubuh spons mengikuti substrat tali yang telah merekat erat pada seminggu setelah penusukan substrat berbeda dengan