• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadaan Barang Dan Jasa Menurut Perpres No.54 Tahun 2010 Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur Sebagai Bagian dari Good Governance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengadaan Barang Dan Jasa Menurut Perpres No.54 Tahun 2010 Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur Sebagai Bagian dari Good Governance"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

254

Pengadaan Barang Dan Jasa Menurut Perpres No.54 Tahun 2010 Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur

Sebagai Bagian dari Good Governance

Oleh :

Bambang Jatmiko

Alumni Program Magister Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstract

The procurement of goods and services is the one of important factors for supporting the establishment of government’s rod and development, which is written in the Rule of President Number 54 Year 2010. The procurement of government’s goods and services cannot been separated from the struggle of the government to achieve their vision and mission. This struggle is implemented by doing this action according to the Rule of President Number 54 Year 2010. The procurement of government’s good and services are easily influenced by corruption, colution, and nepotism that commonly found in birocracy. Those actions will give bad effects to the government’s finance, because only few people consumes the money, but the others do not. Consummating of rules, training of understanding for the whole commitee of the procurement of government’s goods and services, and fixing the process of government’s good and services procurement which can be applied to reduce the leak of budget may be an important aspect to reform government’s finance in these years. One of the strategies to reduce corruption, collusion, and nepotism, the government shall choose the staff according to President Rules Number 54 Year 2010, in order to make this condition better. Which are the strategies: 1. The recruitment of the staffs still influenced by the structural position, so the procurement of government’s goods and services can be held without any corruption, transparently, and independently. 2. Mechanism of Direct Procurement as a new method of mechanism according to President Rule Number 54 Year 2010, which is the reform of President Decrit Number 80 Year 2003, is still needed to understand and implement. According to those problems, the writer will have some research to find out the conformity of the real procurement of goods and services in BPK-RI East Java province and the President Rule Number 54 Year 2010. The writer hopes this procedure may be held transparently, accountability, and well manage. Keyword: pengadaan barang dan jasa, perpres 54 Tahun 2010, good governance

PENDAHULUAN

Pengadaan barang/jasa pemerintah merupa-kan salah satu faktor penting dalam mendu-kung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pengadaan Barang/Jasa Peme-rintah yang selanjutnya disebut dengan Penga-daan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk

mem-peroleh Barang/Jasa oleh Kementrian/Lemba-ga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari Perenca-naan Kebutuhan sampai diselesaikannya selu-ruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa tersebut.

(2)

255 Pedoman pengadaan barang dan jasa peme-rintah sebagaimana telah diatur dalam Perpres No.54 tahun 2012. BPK RI Perwakilan Pro-vinsi Jawa Timur merupakan Lembaga Tinggi Negara yang dibentuk sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang-Undang-Undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keu-angan Republik Indonesia berusaha sepenuh-nya melaksanakan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedo-man Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah seba-gaimana yang baru dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur selalu men-junjung profesionalisme dalam menjalankan proses pengadan barang/jasa.

Integritas dan profesionalisme pelaksana pengadaan pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur bisa memberi kontribusi pelaksanaan pengadaan barang/jasa peme-rintah.

Kajian Empiris

Juhendra S. Sirait (2011) dalam hasil pene-litiannya menunjukkan pelaksanaan penga-daan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Serdang di Kabupaten Serdang Bedagai masuk kategori belum berhasil dikarenakan hanya prinsip transparansi yang sepenuhnya dijalan-kan, sementara prinsip efisien, efektif dan akuntabel belum sepenuhnya dilaksanakan dan prinsip terbuka/bersaing dan adil/tidak diskri-minatif tidak dijalankan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan prinsip-prinsip tersebut belum dapat dijalankan, antara lain, rendahnya kinerja aparatur pemerintah, kondisi sosial-ekonomi yang belum kondusif dan penga-wasan serta sangsi hukum yang belum sepe-nuhnya dilaksanakan. Sementara Rakhmat Thanir (2009) dalam penelitiannya menya-takan bahwa ada dua hal, yaitu : (1) Proses pengadaan barang/jasa Pemerintah di Kabu-paten Mamuju pada tahun anggaran 2006 tidak berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 beserta Perpres Nomor 85 Tahun 2006 tentang Perubahan Keenam Pedoman

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (2) Bebe-rapa faktor yang mempengaruhi proses penga-daan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Mamuju pada tahun anggaran 2006 adalah lemahnya pengawasan, tingginya intervensi atasan, dan rendahnya pemahaman baik Peja-bat/Panitia dan Unit Layanan Pengadaan barang/jasa serta Pejabat Pembuat Komitmen terhadap peraturan-peraturan yang mengatur masalah Pengadaan Barang dan Jasa Peme-rintah.

Acep Dian Dihanudin (2005) dalam pene-litiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pembangunan prasarana pendidikan.

Kajian Teoritis

Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nur Bahagia (2006), Christopher & Schooner (2007,) dan sebagainya, pada prin-sipnya, pengadaan adalah kegiatan untuk medapatkan barang atau jasa secara trans-paran, efektif, dan efisien sesuai dengan kebu-tuhan dan keinginan penggunanya. Yang di-maksud barang disini meliputi peralatan dan juga bangunan baik untuk kepentingan publik maupun privat. Menurut Edquist et al (2000) pada prinsipnya, pengadaan publik (Public Procurement) adalah proses akuisisi yang dilakukan oleh pemerintah dan institusi publik untuk mendapatkan barang (goods), bangunan (works), dan jasa (services) secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya. Dalam hal ini, pengguna bisa individu (pejabat), unit organi-sasi, atau kelompok masyarakat luas. Sedang-kan berdasarSedang-kan atas penggunaannya, Edquist et all (2000) membedakan public procurement

atas direct procurement dan catalic procure-ment.

Pedoman Pengadaan Langsung Barang/ Jasa Pemerintah

Pedoman pelaksanaan dan strategi Penga-daan Langsung telah diatur dalam :(1) Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan barang dan jasa Pemerintah, yang

(3)

256 secara jelas mengatur dan memberikan petun-juk pelaksanaan pengadan barang/jasa melalui mekanisme pengadaan Langsung, (2) Pera-turan Menteri Keuangan Nomor PER-80/PB/2011 TENTANG Bagan Akun Stan-dard ; (3) Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-5/PB/2012 tentang Penarikan Dana melalui Uang Persediaan dan SPM LS. (4) Peraturan Kepala LKPP Nomor 15 Tahun 2012 tentang Standard Dokumen Pengadaan barang dan jasa Pemerintah.

Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 pada pasal 1 angka 1, menjelaskan bahwa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang se-lanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/ Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lain-nya yang proseslain-nya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Pengadaan Langsung Perpres 54 Tahun 2010

Pasal 1 ayat 32 menyebutkan Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah kepada Penyedia Barang/ Jasa tanpa melalui Pelelangan / Seleksi/ Penunjuk-kan Langsung. Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Penyedia Barang, Kons-truksi dan Jasa Lainnya paling tinggi Rp.100.000.000,- (Seratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Kebutuhan Operasional K/L/D/I ; (b) Tehnologi seder-hana ; (c) Risiko kecil dan /atau ; (d) Dilaksa-nakan oleh Penyedia Barang/Jasa Orang Perorangan dan/atau Badan Usaha Kecil serta Koperasi Kecil untuk paket pekerjaan yang menurut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil. Pasal 57 ayat 5 menguraikan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi /Jasa Lainnya dengan metode Pengadaan Langsung dikemukakan sebagai berikut : (a) Pembelian Pembayaran Langsung kepada Penyedia Barang/Jasa Pekerjaan Kosntruksi/ Jasa lainnya yang menggunakan bukti pem-belian dan kuitansi serta pengadaan per pekerjaan konstruksi menggunakan kuitansi. (b) Penawaran yang disertai dengan klarifikasi

serta nego teknis dan harga kepada penyedia untuk pengadaan langsung yang menggunakan SPK. (c) PPK menetapkan HPS.

Sehingga dari pemahaman di atas Pengada-an LPengada-angsung sampai dengPengada-an Rp.10.000.000,- dapat disandingkan dengan nota, kuitansi, SPK bahkan Perjanjian. Pengadaan Langsung sampai dengan Rp.50.000.000,- dengan me-nggunakan kuitansi SPK ataupun Surat Perjanjian.

Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

DIPA Satker merupakan pagu alokasi kegiatan pengadaan barang dan jasa selama 1 (satu) tahun. Perincian dari DIPA yang tertuang dalam RKA-KL terlihat jelas alokasi pengadaan melalui mekanisme dan strategi pengadaan langsung. Pagu dana yang tertuang dalam RKA-KL DIPA merupakan pagu tertinggi dari setiap kegiatan. Pihak-pihak yang terkait atau berhubungan langsung dalam pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi : (1) Pengguna Barang/Jasa, (2) Pengguna Anggaran, (3) Kuasa Pengguna Anggaran, (4) Pejabat Pembuat Komitmen ,(5) Pejabat/ Panitia Pengadaan,(6) Panitia/Pejabat Peme-riksa dan Penerima Pengadan Barang/Jasa. Prinsip-Prinsip Dasar Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah

Prinsip-prinsip dasar pengadaan barang/ jasa menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010, sebagai berikut : (a) Efesiensi, (b) Efektif, (c) Transparan, (d) Terbuka, (e) Bersaing, (f) Adil/tidak deskri-mitatif, (g) Akuntabel.

Tata Pemerintahan Yang Baik

Paradigma good governance menuntut setiap pejabat publik harus dapat bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku, dan kebijakannya kepada publik dalam bingkai melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Segala sikap, tindakan, dan kebijakan peme-rintah harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat, karena rakyat di samping sebagai

(4)

257 pemegang kedaulatan tertinggi negara, juga karena rakyat yang memiliki segala sumber daya pembangunan termasuk kekuasaan yang diberikan kepada pemerintah dalam menjalan-kan pemerintahan, pembangunan, dan pela-yanan publik (Dwiyanto, 2005).

Paradigma good governance menuntut setiap pejabat publik harus dapat bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku, dan kebijakannya kepada publik dalam bingkai melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Segala sikap, tindakan, dan kebijakan peme-rintah harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat, karena rakyat di samping sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara, juga karena rakyat yang memiliki segala sumber daya pembangunan termasuk kekuasaan yang diberikan kepada pemerintah dalam menjalan-kan pemerintahan, pembangunan, dan pela-yanan publik (Dwiyanto, 2005).

Dari berbagai pendapat prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi good governance haruslah melibatkan banyak pela-ku, jaringan, dan institusi di luar pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik. Dengan demikian, dalam penyelesaian masalah dan kepentingan publik selalu meli-batkan multi stakeholders dari berbagai lembaga yang terkait dengan masalah dan kepentingan publik itu. Stakeholders dalam tata pemerintahan tersebut memiliki kedu-dukan yang setara dan hanya diikat oleh suatu jaringan dan prosedur yang sengaja diciptakan untuk memfasilitasi mereka dalam pengam-bilan kebijakan dan mengimplementasi-kannya.

Prinsip-Prinsip Tata Kepemerintahan Yang Baik

UNDP dalam artikel Bappenas mereko-mendasikan beberapa karakteristik gover-nance, yaitu: legitimasi politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan partisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (finansial), manaje-men sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial yang adil dan dapat dipercaya. Sementara Bank

Dunia dalam Artikel Bappenas mengungkap-kan sejumlah karakteristik good governance, yaitu: masyarakat sipil yang kuat dan partisipatoris; terbuka; pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi; eksekutif yang ber-tanggungjawab; birokrasi yang profesional; dan aturan hukum.

Sedarmayanti (2003), mengungkapkan bahwa sedikitnya terdapat lima ciri sebagai prinsip utama yang harus dipenuhi dalam kriteria good public governance sebagai prin-sip yang saling terikat, yaitu: (a) Akuntabilitas (accountabilty), ialah kewajiban untuk mem-pertanggung jawabkan; (b) Keterbukaan dan transparan (openess and transparency); (c) Ketaatan pada aturan hukum; (d) Komitmen yang kuat untuk bekerja bagi kepentingan bangsa dan negara, dan bukan pada kelompok atau pribadi; (e) Komitmen untuk mengi-kutsertakan dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pem-bangunan.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan teori fenomenologi, karena efektifitas pengadaan barang/jasa di Ling-kungan BPK RI Perwakilan Jawa Timur diwarnai oleh kompleksitas persoalan, karena berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan langsung bagi rekanan-rekanan yang berhu-bungan dengan BPK RI Perwakilan Jawa Timur. Pendekatan ini digunakan untuk lebih mengonsentrasikan proses penelitian dan hasil akhir penelitian, sehingga dapat lebih fokus dan dapat mengungkap suatu fenomena sosial yang berkembang, serta dapat menjelaskan segala sesuatu dibalik fenomena tersebut. Desain Penelitian

Rancangan penelitian disusun melalui tiga tahap yang saling berhubungan, yaitu pertama, tahap persiapan, kedua, tahap verifikasi dan Analisis dan uji keabsahan.

Sumber dan Pengumpulan Data

Data primer, penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan dan hasil pengamatan lapangan, berupa catatan

(5)

258 lapangan, rekaman suara wawancara. Doku-men merupakan data sekunder adalah doku-men berupa peraturan perundang-undangan, cuplikan berita dari media masa, arsip surat-surat dan sebagainya. Data dokumen ini meliputi, Peraturan Perundangan yang berla-ku, Laporan Keuangan, perencanaan, pelak-sanaan, dan evaluasi pengadaan barang/jasa. Guna mendukung proses penggalian infor-masi, peneliti memperkaya informasi yang masuk dengan membaca dan menganalisis dokumen-dokumen yang relevan dengan pene-litian.

Teknik pengumpulan data dengan mela-kukan wawancara dan pengamatan secara langsung di lapangan.

Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman (1994) dengan pertimbangan bahwa model ini lebih cocok untuk mendekati permasalahan-permasalahan sosial dan penetian yang datanya tidak berupa angka-angka. Adapun analisis data digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Proses Analisis Data Sumber : Miles dan Hubermen (1994)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rencana Umum pengadaan langsung BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram alur rencana umum

Rencana umum tersebut memberikan panduan kepada pelaksana pengadaan untuk menentukan strategi pengadaan sehingga berhasil mendapatkan barang/jasa yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, tepat sumber dan tepat harga. BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam pelaksanan pengadaan barang/jasa memenuhi 2 (dua) kriteria yaitu Kebutuhan dan Keinginan.

Kebutuhan adalah bila kriteria tersebut ter-penuhi oleh barang dan jasa tersebut maka kebutuhan minimum dari pengguna barang dan jasa terpenuhi.

Keinginan adalah bila kriteria tersebut terpenuhi akan memberikan nilai tambah barang dan jasa tersebut dalam pandangan pengguna barang dan jasa tersebut.

Implementasi dari kebutuhan dan keinginan tertuang dalam spesifikasi. Dalam penyusunan spesifikasi adalah melakukan identifikasi kebutuhan organisasi meliputi aspek teknis (mutu barang/jasa) jumlah, lokasi, waktu dan tingkat pelayanan dari penyedia barang/jasa.

Perencanaan pengadaan yang mengutama-kan kebutuhan dan keinginan organisasi selan-jutnya dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). KAK tersebut akan tertuang spesifikasi teknis, besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban pajak kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana pengadaan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

(6)

259 Penetapan Pelaksana Pengadan dan

Tanggung Jawab Pengadaan

DIPA BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2012 terbagi menjadi 3 (tiga) program kegiatan, yaitu :

a. Program Dukungan Manajemen dan Pelak-sanaan Tugas Teknis Lainnya BPK ;

Dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan anggarannya pada 1 (satu) orang PPK, untuk Tahun Anggaran 2012 dilaksanakan sepenuhnya oleh Kepala Sub Bgian Keuangan (eselon IV). Program ini menampung kegi-atan pembayaran gaji pegawai, peningkatan ke-mampuan sumber daya SDM, dan perja-lanan dinas.

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara ;

Dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan anggarannya pada 1 (satu) orang PPK, untuk Tahun Anggaran 2012 dilaksanakan sepenuhnya oleh Kepala Sub Bagian Umum (eselon IV). Program ini menampung kegiatan pemeliharaan fisik gedung dan bangunan kantor, rumah dinas dan inventaris kantor, pengadaan belanja modal dan pengadaan jasa lainnya ;

c. Program Pemeriksaan Keuangan Negara ; Dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan anggarannya pada 1 (satu) orang PPK, untuk Tahun Anggaran 2012 dilaksanakan sepenuhnya oleh Kepala Sub Sekretariat Kalan (eselon IV). Program ini menampung segala kegi-atan yang berhubungan dengan tugas pokok BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur yaitu Pemeriksaan Keuangan Negara dan pelayanan pimpinan.

Selanjutnya KPA dan PPK BPK RI Perwa-kilan Provinsi Jawa Timur pada awal tahun 2012 menyusun dan menetapkan standarisasi pengadaan barang dan jasa. Setelah standar harga disyahkan oleh KPA maka sesuai dengan Perpres No.54 Tahun 201 pasal 11 yaitu tugas utama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Penyusunan HPS haruslah mencantumkan spesifikasi yang mengacu pada

standar yang tertuang dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

PPK BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam menyusun HPS mengelompok-kan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu menyusun HPS Barang Produksi dan Menyu-sun HPS Barang Jadi, artinya bahwa :

a. Barang Jadi adalah barang yang sudah tersedia di pasar dan bisa langsung diper-gunakan yaitu kertas, printer, alat tulis kantor dsb.

b. Barang Produksi adalah barang yang untuk dapat dipergunakan oleh pengguna, harus diproses terlebih dahulu, yaitu jasa cate-ring, jasa konstruksi dan jasa lainnya. PPK dalam menyusun HPS Pengadaan Langsung dapat mencantumkan merk dalam spesifikasi barang./jasa, yaitu :

Tabel 1. kolom Spesifikasi HPS

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa (PPBJ)

Penetapan PPBJ setiap awa tahun yang dilakukan BPK RI Perwakilan Jawa Timur berpedoman pada Perpres No. 54 Tahun 2010 bagian kelima pasal 14, 15 dan 17.

(7)

260

Pejabat Pemeriksa dan Penerima Pengadaan Barang/Jasa

Pejabat Pemeriksa dan Penerima Pengadaan Barang dan Jasa adalah Pegawai yang ditetepkan untuk melakukan Pemeriksaan dan Penerimaan terhadap pengadaan barang dan jasa dengan meka-nisme pengadan langsung.

Setiap awal tahun anggaran KPA menetapkan 1 (satu) orang pegawai diberi tugas dan tanggung jawab sebagai Pejabat Pemeriksa dan Penerima Pengadaan Barang/Jasa sesuai persyaratan dan ketentuan yang telah diatur dalam Perpres No.54 Tahun 2010 bagian keenam pasal 18.

Tata Cara Pengadaan Langsung Dalam Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

Pengadaan Langsung adalah salah satu metode dalam memilih penyedia barang/jasa pemerintah, dibanding dengan metode lainnya metode Penga-daan Langsung merupakan cara yang paling seder-hana dan dapat dilaksanakan oleh pelaksana pengadaan tanpa harus melalui proses lelang. Meskipun metode Pengadaan Langsung ini meru-pakan metode yang paling sederhana, namun dalam pelaksanaannya ternyata masih dijumpai Pelaksana Pengadaan yang belum memiliki pema-haman yang lengkap dan benar tentang tata cara Pengadaan Langsung.

Apabila dicermati lebih dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilakukan dengan cara Pengadaan Langsung sering menim-bulkan kerugian negara.

Tata cara yang terurai dibawah ini tentang Pengadaan Langsung yang sesuai dengan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah untuk dipedomani oleh para Pelaksana Pengadaan di setiap instansi pemerintah agar dapat terhindar dari kesalahan yang dapat menimbulkan kerugian negara.

Berdasarkan ketentuan pasal 39 ayat (2) dan (3) dan pasal 57 ayat (5) maka pengadaan langsung harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :

a. Dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan ; b. Berdasarkan harga yang berlaku di pasar ; c. Membandingkan harga penawaran dengan

Harga Perkiraan Sendiri yang dibuat PPK ; d. Klarifikasi teknis dan negosiasi harga.

Pelaksana pengadaan terkadang masih ragu-ragu dalam menafsirkan dan melaksanaan Agar pengadaan langsung yang dilaksanakan Pelaksana Pengadaan dapat berjalan dengan baik dan benar, maka :

Pertama, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) me-nentukan jenis, spesifikasi dan jumlah barang yang akan diadakan. Setelah itu PPK melakukan survey harga dengan cara membandingkan mini-mal 2 (dua) penyedia barang/jasa. Berdasarkan hasil survey harga PPK menggunakan harga termurah dinatara para penyedia barang/jasa untuk menyu-sun Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

HPS harus disertai merk dan spesifikasi barang/ jasa. Semua data-data tentang harga termasuk spesifikasi barang tersebut harus diadministrasikan oleh PPK.

Kedua, PPK menyerahkan HPS kepada Pejabat Pengadaan sekaligus memerintahkan kepada Peja-bat Pengadaan untuk segera membeli barang/jasa dengan cara pengadaan langsung.

Ketiga, atas permintaan PPK, Pejabat Pengadaan harus melaksanakan pengadaan barang/jasa de-ngan cara pengadaan langsung dalam waktu paling lambat 28 (dua puluh delapan) hari kerja setelah tanggal penetapan HPS sesuai dengan Perprse No.54 pasal 66 ayat (4) yang mengatur bahwa HPS disusun paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan pena-waran. Karena dalam pengadaan langsung tidak mengharuskan pemasukan penawaransebagaimana proses lelang, maka waktu penyusunan HPS diperhitungkan paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum pelaksanaan transaksi Pengada-an LPengada-angsung atau penetapPengada-an melalui SPK Penga-daan Barang/Jasa.

Dalam melakukan pengadaan langsung pejabat pengadaan hanya terikat pada ketentuan atau wajib melakukan dua hal yaitu :

1. Melakukan klarifikasi teknis barang tujuannya agar tidak membeli/mengadakan barang dengan spesifikasi yang lebih rendah dari yang ditetap-kan oleh PPK.

2. Melakukan negosiasi harga dengan menggu-nakan kemampuan hak tawar menawar ( ber-gaining power) agar diperoleh harga yang sama dan/atau lebih rendah dari harga masing-masing barang yang tercantum dalam rincian HPS.

Yang perlu dipahami bahwa dalam pelaksanaan survey harga dan pengadan langsung merupakan dua hal yang terpisah. Karena itu Pejabat Penga-daan tidah harus membeli barang/jasa kepada responden penyedia barang/jasa tempat PPK mela-kukan survey harga. Agar harga yang dijadikan dasar penyusunan HPS benar-benar merupakan harga yang berlaku mewakili harga PPK harus

(8)

261 membandingkan paling kurang 2 (dua) penyedia barang/jasa.

Jadi keharusan untuk membeli barang/jasa kepada penyedia yang telah menjadi responden dalam kegiatan survey tersebut. Dengan kata lain pengadaan langsung dapat dilakukan deengan membeli barang/jasa yang lain sepanjang harga barang/jasa tidak lebih tinggi dari yang tercantum dalam rincian HPS.

Selanjutnya dalam pengadaan langsung barang/ jasa perlu dipahami ketentuan tentang pemaketan yang melarang pemecahan paket untuk menghin-dari lelang. Karena paket pengadaan langsung memang bukan merupakan paket yang pelaksana-annya harus dengan cara lelang, maka pemecahan paket pada pengadaan langsung tidak termasuk dilarang dan tidak ada keharusan pengadaan langsung menjadi satu paket atau belanja kepada satu penyedia barang/jasa. Sehingga pejabat pe-ngadaan bebas untuk membeli barang/jasa kepada berbagai penyedia barang/jasa dan juga pejabat pengadaan tidak harus belanja sekaligus di kepada satu penyedia barang/jasa.

KESIMPULAN

Pengadaan Langsung adalah :

1. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/ Penunjukan Langsung. (Pasal 1 angka 32 Perpres nomor 54/2010)

2. Pengadaan langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan ketentuan:

a. merupakan kebutuhan operasional K/D/L/I (Kementerian /Daerah /Lembaga /Instansi); b. teknologi sederhana;

c. resiko kecil; dan/atau d. dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan dan /atau badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi Kecil. (Pasal 39 ayat (1) Perpres nomor 54/2010) 3. Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan

harga yang berlaku di pasar kepada Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya. (Pasal 39 ayat (2) Perpres nomor 54/2010)

4. Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) Pejabat Pengadaan. (Pasal 39 ayat (3) Perpres nomor 54/2010)

5. Pengadaan Langsung meliputi paling kurang tahapan sebagai berikut:

a. Survey harga pasar dengan cara membandingkan minimal dari 2 (dua) Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang berbeda;

b. Membandingkan harga penawaran dengan Harga Perkiraan Sendiri; dan

c. Klarifikasi teknis dan negosiasi harga/biaya. (Pasal 57 ayat (5) Perpres Nomor 54 Tahun 2010).

Namun pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Timur perlu adanya peningkatan kinerja meskipun hal tersebut secara tersirat tidak tertuang dalam Perpres No.54 Tahun 2010 yaitu :

a. Tahap Penetapan Pelaksana Pengadaan

a.1. Penetapan PPK kiranya terlepas dari struktural kedinasan dengan PPBJ.

Dimana calon PPBJ yang memenuhi ketentuan diusulkan dan ditunjuk adalah staf subbagian umum yang notabene Kepala Sub Bagian Umum menjadi salah satu PPK.

a.2. Kepala Sub Bagian Keuangan yang menjadi verifikatur terhadap

Pengeluaran yang dibebankan kepada Negara di sisi lain Kepala Sub Bagian Keuangan menjadi PPK yang bertugas melaksanakan kegiatan yang membebani keuangan Negara.

a.3. Penetapan PPK tidak harus Pejabat Struktura l dan masa jabatannya terdapat ketentuan tidak boleh lebih dari 2 dua) periode.

b. Tahap Pelaksanaan Pengadaan

b.1. Kemampuan strategi PPK dan survey pasar dalam menentukkan HPS sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan penga-daan langsung barang dan jasa yang menguntungkan bagi Negara.

Namun PPK yang juga sebagai kepala subbagian tidak mempunyai waktu yang banyak untuk melakukan survey pasar sehingga harga dan spesifikasi serta kuali-tas mutu masih terdapat indikasi meru-gikan Negara.

b.2. PPBJ dengan kemampuan hak tawar merupakan ujung terjadinya kegiatan yang merugikan dan atau menguntungkan bagi Negara.

(9)

262 Kemampuan dan kekuatan hak tawar sangar berperan yang didukung oleh pengetahuan teknis barang/jasa, spesifikasi barang/jasa dan perubahan pasar.

b.3. Penetapan masa periode PPBJ paling lama 2 (dua) kali periode.

Hubungan emosinal antara PPBJ dan penyedia barang yang sudah kenal lama sangat berpengaruh dalam pelaksanaan hak tawar menawar.

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, 2007,

Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.

Bungin, Burhan, 2006, Data Penelitian Kuali-tatif, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Dwiyanto, Agus, 2005, Mewujudkan Good

Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogya-karta.

Hanif, Nurcholis, 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Tra-sindo, Jakarta.

Krina, Lalolo. P, “indikator dan alat ukur akuntabilitas, transparasi dan artisipasi” Http// good governance : Bappenas.go.id./ informasi.Htm, Sekretaris Good Public Governance. Badan Perencanaan Pemba-ngunan Nasional

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,

Akuntabilitas Dan Good Goverenance”

Lembaga Admnistrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Jakarta, 2000

Moleong, Lexy. J. 1998, Metodologi Peneli-tian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Osborne, David and Peter Plastrik, 1997,

Banishing Bureaucracy: The Five Strate-gies for Reinventing Government. Massa-chusetts: Addison-Westly Publishing Com-pany, Inc.

Osborne, David and Gaebler, Ted, 2003,

Mewirausahakan Birokrasi, PPM, Jakarta. Irianto, Jusuf, 2001. Manajemen Sumber daya

Manusia, Penerbit Insan Cendekia, Anggo-ta IKAPI, Cabang Surabaya.

Luthan F., 1995. Organization Behavior, Mc-Graw- Hill Book, Singapore

Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sum-ber daya Manusia, Gava Media, Yogya-karta.

Sudarmayanti, 2003, Good Governance, Da-lam Rangka Otonomi Daerah, Upaya Mem-bangun Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restrukturisasi dan Pember-dayaan, Mandar Maju, Bandung.

Soeprapto, Riyadi. 2004, Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah menuju Good Governance. The Habibie Center, Jakarta.

Sofian Efendi. 2005, Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance. Loka-karya Reformasi Birokrasi. Departemen Pemberdayaan Aparatur Negara, Jakarta. Tjahjanulin Domai, 2005, Dari pemerintahan

ke pemerintahan yang baik, Depdagri, Jakarta.

Tjokrowinoto, Moeljarto, 2004, Birokrasi da-lam Polemik, Pusataka Pelajar, Malang. UNDP. 2008, Kajian Pengeluaran Publik

Indonesia . Kemitraan. Jakarta.

Utomo, Warsito, 2006, Administrasi Publik Baru Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogya-karta.

Widodo, Joko. 2001, Good Governance (Tela-ah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontro Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah). Insan Cendekia, Sura-baya.

Wignyosoebroto, Soetandyo. “Keragaman Dalam Konsep Hukum, Tipe Kajian dan Metode Penelitiannya” makalah, t.th World Bank. Laporan Kajian Pengadaan Peme-rintah. World Bank, Jakarta. 2001

(10)

263 Peraturan Pemerintah

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Peme-rintah

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Peme-rintah

Bahan tayang sosialisasi Perpres 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa peme-rintah, LKPP, Jakarta, 2010

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Gambar

Gambar 1. Proses Analisis Data  Sumber : Miles dan Hubermen (1994)
Gambar 3. alur PPBJ stelah menerima HPS

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga yang disebut dalam pasal 1 angka 6 Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 serta menilai hasil dari

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 8 dimana Pengguna Anggaran (PA) mempunyai tugas dan kewenangan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 dan Perubahannya tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 9, ayat (1) d menyatakan bahwa

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan

Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan barang/jasa Pemerintah untuk Kabupaten Sukoharjo tidaklah maksimal, karena